You are on page 1of 3

EKSEPSI

ATAS DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM


DALAM PERKARA NOMOR : 001/PLG/Ep.1/IX/2023
ATAS NAMA TERDAKWA :
M. RADITYA FAHLEVI BIN MUHAMMAD HAMDANI
DIDAKWA PASAL 353 AYAT (1) KUHP

Bapak/ibu Majelis Hakim yang kami muliakan


Saudara Jaksa Penutut Umum yang kami hormati,
Serta hadirin yang kami hormati.

Bahwa berdasarkan Surat Dakwaan yang disusun oleh Jaksa Penuntut Umum maka menurut
kami ada beberapa hal yang perlu ditanggapi secara seksama mengingat di dalam Surat Dakwaan
tersebut terdapat berbagai kejanggalan dan ketidakjelasan yang menyebabkan kami mengajukan
keberatan.
Eksepsi ini kami sampaikan dengan pertimbangan bahwa ada hal- hal prinsip yang perlu
kami sampaikan berkaitan demi tegaknya hukum, kebenaran dan keadilan serta demi
memastikan terpenuhinya keadilan yang menjadi hak Terdakwa sebagaimana diatur dalam Pasal
156 ayat (1) KUHAP yaitu : "Dalam hal Terdakwa atau penasihat hukum mengajukan keberatan
bahwa Pengadilan tidak berwenang mengadili perkara atau dakwaan tidak dapat diterima atau
surat dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan oleh Jaksa Penuntut Umum
untuk menyatakan pendapatnya Hakim mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya
mengambil keputusan".
Berdasarkan uraian di atas kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa ingin mengajukan
keberatan terhadap Surat Dakwaan yang telah didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum dengan
alasan sebagai berikut :
1. Bahwa surat dakwaan Jaksa Penuntut umum adalah obscuur libel, tidak jelas dan kabur
dan oleh karenanya tidak memenuhi syarat materiil surat dakwaan sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP, alasannya sebagaimana
diuraikan berikut ini :
a. Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP menetapkan syarat tentang isi surat dakwaan
adalah “harus berupa uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak
pidana yang didakwakan dengan menyebut waktu dan tempat tindak pidana
dilakukan.
b. Bahwa yang dimaksud dengan cermat, jelas dan lengkap, tidak saja menyebut
seluruh unsur beserta dasar hukum (pasal) dari peraturan perundang – undangan
pidana yang didakwakan, melainkan juga menyebut secara cermat , jelas dan
lengkap tentang unsur – unsur tindak pidana pasal yang didakwakan yang harus
jelas pula kaitannya atau hubungannya dengan peristiwa atau kejad ian nyata yang
didakwakan.
c. Bahwa dakwaan yang didakwakan oleh Saudara Jaksa Penuntut Umum telah
keliru. Dakwaan yang didakwakan tidak sesuai dengan peristiwa yang dilakukan.
Saudara jaksa penuntut umum menerapkan pasal 353 ayat (1), tetapi seharusnya
yang diterapkan dalam dakwaan adalah pasal 351 ayat (1). Atau dengan kata lain
unsur-unsur dalam pasal yang didakwakan dalam dakwaan yang dimuat dalam
surat dakwaan tidak relevan dengan peristiwa yang didakwakan.
d. Untuk lebih jelasnya pasal 353 ayat (1) KUHAP terdapat unsur sebagai berikut :
 Penganiayaan
 Dengan rencana lebih dahulu
Sedangkan dalam pasal 351 ayat (1) KUHAP terdapat unsur sebagai berikut :
 Penganiayaan
e. Bahwa berdasarkan hal tersebut, pasal yang diterapkan oleh Jaksa Penuntut
Umum tidak relevan dengan peristiwa tersebut, karena pada kenyataannya
terdakwa sama sekali tidak merencanakan terlebih dahulu penganiayaan tersebut,
dan yang lebih tepat dan sesuai dengan peristiwa ini adalah Pasal 351 ayat (1)
dikarenakan dalam unsur- unsur pasal ini, hanya penganiayaan saja tanpa rencana
terlebih dahulu. Surat dakwaan dikatakan jelas, apabila saudara Jaksa Penuntut
Umum menerapkan Pasal 351 ayat (1) pada surat dakwaan yang didakwakan oleh
jaksa penuntut umum. Dengan demikian Pasal 353 ayat (1) sangat keliru
didakwakan dalam surat dakwaan. Saudara Jaksa Penuntut Umum tidak cermat
dalam dalam melihat dan memahami uraian peristiwanya. Surat dakwaan itu
terancam batal demi hukum.
2. Bahwa terjadinya penganiayaan dikarenakan emosi yang memuncak, yang dalam istilah
kriminologi disebut The Episodic Criminal atau dorongan emosi yang hebat, dikarenakan
sebelum terjadinya penganiayaan terhadap korban, sempat terjadi cekcok antara terdakwa
dan korban, lalu korban melontarkan kata-kata yang menyakiti hati terdakwa sehingga
disana tidak terdapat unsur kesengajaan dalam melakukan penganiayaan terhadap korban
melainkan tindakan yang dilakukan adalah tindakan spontanitas atau khilaf.
3. Bahwa menurut Pasal 17 KUHAP perintah penangkapan dilakukan terhadap seseorang
yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup,
sedangkan pada saat penangkapan terdakwa tidak berdasarkan pada bukti permulaan
yang cukup, dikarenakan korban baru melakukan Visum Et Repertum beberapa hari
setalah terdakwa ditahan.
4. Bahwa pada saat melakukan penangkapan kepada terdakwa, tidak adanya surat perintah
penangkapan yang ditunjukkan oleh kepolisian, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 18
Kitab Acara Undang-Undang Pidana (KUHAP).
Berdasarkan atas keberatan sebagaimana diuraikan diatas, maka kami tim penasehat hukum
terdakwa mohon agar majelis hakim memutus tentang eksepsi ini sebagai berikut :
1. Menerima eksepsi tim penasehat hukum terdakwa dengan alasan – alasannya.
2. Menyatakan bahwa pasal yang diterapkan oleh JPU tidak tepat dan keliru.
3. Menyatakan bahwa surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum Nomor 001/PLG/Ep.1/IX/2023
tanggal 22 Mei 2023 adalah batal demi hukum.
4. Atau setidak-tidaknya membatalkan surat dakwaan aksa Penuntut Umum Nomor
001/PLG/Ep.1/IX/2023 tanggal 22 Mei 2023
5. Mengembalikan berkas perkara pada JPU
Di akhir dari Nota Keberatan ini, perkenankanlah kami mengutip definisi keadilan tertua
yang dirumuskan oleh para ahli hukum zaman romawi, berbunyi demikian: “Justitia est constans
et perpetua voluntas jus suum cuique tribuendi”, artinya: “Keadilan adalah kemauan yang tetap
dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya”.
Akhirnya, kami serahkan nasib dan masa depan M. Raditya Fahlevi Bin Muhammad
Hamdani kepada Hakim Yang Mulia, karena hanya Hakimlah yang dapat menentukannya
dengan bunyi ketukan palu, mudah- mudahan ketukan palu tersebut memberikan
pertanggungjawaban yang benar demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Demikianlah Eksepsi atas nama M. Raditya Fahlevi Bin Muhammad Hamdani kami baca
dan kami sampaikan kepada Hakim Yang Mulia dalam persidangan pada hari ini.

Palembang, 29 Mei 2023


Hormat kami,

Septi Amelia Putri, S.H. M. Gamal Abdul Nasser, S.H.

You might also like