You are on page 1of 21

NAMA : YULIATRI WIRAWIDYA HARYONO, S.Si.

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
1 Motivasi belajar Hasil Kajian Literatur Setelah dianalisis dari hasil eksplorasi penyebab
trigonometri peserta didik 1. Menurut Rohman A dan Karimah S ada beberapa faktor masalah, ditemukan bahwa penyebab rendahnya
yang rendah yang menyebabkan motivasi belajar matematis rendah, motivasi belajar trigonometri yaitu:
khususnya pada materi trigonometri yaitu tempat belajar, 1. Faktor kecerdasan siswa, waktu
kondisi fisik siswa, kecerdasan siswa, sarana prasarana, pembelajaran yang padat, dan kebiasaan
waktu pembelajaran, kebiasaan belajar siswa, guru, belajar siswa yang kurang baik.
orangtua, kondisi emosional siswa, dan faktor kesehatan 2. Guru masih melakukan pembelajaran secara
siswa. monoton sehingga kurang menumbuhkan
motivasi belajar matematika.
Sumber: Rohman Ahmad A dan Karimah S. Faktor- 3. Guru jarang memberikan penghargaan untuk
Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Motivasi Belajar siswa.
Siswa Kelas XI. Jurnal At-Taqaddum, Vol.10 No. 1, 4. Guru kurang bisa menyampaikan manfaat
2018, 95-108. dan contoh kontekstual yang konkret
mengenai manfaat pelajaran tersebut dalam
2. Berdasarkan angket motivasi belajar matematika siswa kehidupan nyata.
yang dilakukan oleh Soedarnadi (2019) menghasilkan 5. Sekolah belum memberikan pelayanan yang
bahwa motivasi siswa rendah dalam pembelajaran maksimal untuk siswa dalam memfasilitasi
matematika sehingga guru harus mampu menumbuhkan pembelajaran.
motivasi belajar siswa, salah satunya dengan menggunakan 6. Proses pembelajaran matematika yang
model pembelajaran yang sesuai yaitu model pembelajaran kurang interaktif dan melibatkan siswa.
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) (Soedarnadi, 2019).
Soedarnadi (2019) menyatakan bahwa motivasi secara 7. Guru tidak menyampaikan tujuan
umum dibagi menjadi dua, yaitu: pembelajaran sebelum memulai
1. motivasi intrinsik, siswa yang berkerja secara intrinsik pembelajaran.
termotivasi pada tugas-tugas karena mereka
menemukan hal yang menyenangkan. Siswa dengan
motivasi instrinsik percaya bahwa partisipasi dalam
tugas merupakan bentuk penghargaan untuk diri sendiri
dan tidak tergantung pada imbalan.
2. motivasi ekstrinsik, siswa terlibat dalam kegiatan
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Siswa yang
termotivasi bekerja ekstrinsik pada tugas-tugas karena
mereka percaya bahwa partisipasi akan menghasilkan
hasil yang diinginkan seperti hadiah, pujian guru, atau
menghindari hukuman.

Sumber: Soedarnadi Etyk W. Peningkatan Motivasi


Belajar Matematika Melalui Model Think Pair Share
Materi Trigonometri pada Siswa. Teacher in Educational
Research, 1(2), 2019, 66-75.

3. Materi yang rumit dan didominasi rumus-rumus yang harus


dihafalkan membuat siswa tersebut malas dan cepat merasa
bosan saat mempelajari materi trigonometri Laili dkk
(2019).

Sumber: Laili L.N, dkk. Pengembangan Puzzle


Trigonometri untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal
Komunikasi Pendidikan, Vol.3 No.2, 2019, pp 101-107.

Hasil Wawancara
1. Guru BK (Dwi Nurahman, S.Pd.)
Penyebab motivasi siswa rendah, yaitu:
1. Faktor yang mempengaruhi motivasi ada dua yaitu
faktor internal yaitu belum mampu memanage
waktunya dan faktor eksternal yaitu faktor di dalam
keluarga atau pertemanan di dalam dan luar sekolah.
2. Ada sebagian siswa fokus dalam pembelajaran dan juga
sebaliknya. Hal ini dipengaruhi oleh rasa tertarik siswa
pada pembelajaran tersebut. Selain itu gaya mengajar
guru di kelas juga mempengaruhi fokus siswa dengan
pelajaran tersebut.

2. Waka Kurikulum sekaligus Guru Penggerak (Utami


Hadiyanti, S.Pd, M.M.)
1. Penyebab siswa tidak termotivasi pada pembelajaran
matematika salah satunya mungkin karena ini sekolah
kejuruan sehingga peserta didik lebih fokus ke mata
pelajaran lain dan muncul anggapan bahwa peserta
didik tidak membutuhkan mata pelajaran matematika.
2. Peserta didik merasa mata pelajaran tersebut tidak ada
hubungannya dengan kehidupan langsung peserta didik.
3. Guru kurang bisa menyampaikan manfaat dan contoh
kontekstual yang konkret mengenai manfaat pelajaran
tersebut dalam kehidupan nyata.
4. Pembelajaran yang dilakukan guru masih monoton dan
itu-itu saja, medianya juga tidak berkembang, akibatnya
peserta didik merasa bosan

3. Pengawas (Drs. Ahmad Nurul Huda, M.M.)


Rendahnya motivasi belajar siswa disebabkan oleh:
1. Sekolah belum memberikan pelayanan yang maksimal
untuk siswa dalam memfasilitasi pembelajaran.
2. Guru juga belum memberikan proses pelayanan
pembelajaran yang menarik bagi siswa sehingga siswa
motivasinya kurang kuat.

4. Dosen Akademi Analis Kesehatan Pekalongan (Izza


Ratna Kumala, M.Pd.)
Yang menyebabkan peserta didik kurang motivasi dalam
pembelajaran matematika dapat disebabkan faktor internal
maupun eksternal. Faktor internal dari siswa itu sendiri
meliputi, kondisi psikologis siswa (lelah, sakit, persepsi
atau mindset siswa yang menurunkan motivasi belajar.
Faktor eksternal berupa dukungan dari orang tua dan
lingkungan sekitar, proses pembelajaran yang kurang
interaktif dan melibatkan siswa, dan materi yang sulit
dipahami siswa dalam real life mereka.

5. Dosen Pendidikan BK (Dita Juwita, M.Pd.)


Penyebab motivasi belajar siswa rendah menurut Dita
Juwita, yaitu:
1. Siswa tidak tahu tujuan pembelajaran karena guru tidak
menyampaikan tujuan pembelajaran sebelum memulai
pembelajaran.
2. Siswa belum tahu keinginan dalam diri mereka, bahwa
mereka akan menjadi apa kemudian hari.
3. Adanya masalah dalam keluarga dan pertemanan.
2 Kemampuan representasi Hasil Kajian Literatur Setelah dianalisis dari hasil eksplorasi penyebab
siswa rendah 1. Menurut Husnul, dkk (2020), faktor penyebab rendahnya masalah, penyebab rendahnya kemampuan
kemampuan literasi : representasi siswa yaitu:
1. Pemilihan buku ajar, 1. Pembelajaran di kelas tidak kontekstual.
2. Miskonsepsi, 2. Lingkungan belajar yang tidak kondusif.
3. Pembelajaran tidak kontekstual, 3. Kemampuan siswa dalam memahami bacaan
4. Rendahnya kemampuan membaca,dan masih rendah.
5. Lingkungan dan iklim belajar yang tidak kondusif 4. Pengetahuan awal siswa kurang, khususnya
materi prasyarat trigonometri.
Sumber : 5. Rendahnya pemahaman siswa mengenai
Husnul dkk. 2020. Analisis Faktor Penyebab simbol-simbol matematika, terutama simbol-
Rendahnya Kemampuan Literasi SAINS Peserta Didik. simbol yang sering digunakan pada materi
Jurnal ilmiah pofesi pendidikan. Volume 5, No 2, 2020. trigonometri.
6. Kurangnya latihan soal cerita materi
2. Menurut Suningsih dan Istiani (2021) kemampuan
trigonometri.
representasi matematika meliputi antara lain: (1)
7. Rendahnya kemampuan peserta didik
menciptakan dan menggunakan representasi untuk
mengambil informasi-informasi penting
menyusun, merekam, dan mengomunikasikan ide
dalam literasi soal.
matematika, (2) memilih, menggunakan, dan
menerjemahkan setiap representasi matematika untuk
memecahkan masalah, (3) menggunakan model penyajian
dan menginterpretasikan secara fisik, sosial, dan
phenomena matematika.

Sumber: Suningsih dan Istiani. Analisis Kemampuan


Representasi Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan
Matematika, 10 (2), 2021, 225-234.

3. Dalam tahap penyelesaian soal cerita terdapat proses


pemodelan matematis didalamnya. Pemodelan matematis
merupakan bagian dari problem representation
(representasi masalah). Pandiangan dan Zulkarnaen (2021)
menjelaskan bahwa representasi masalah terdiri dari dua
proses, yaitu:
1. Proses translasi, pada proses translasi melibatkan siswa
untuk memilih informasi penting dari masalah yang
diajukan dan merepresentasikan informasi penting
tersebut kedalam model situasi masalah.
2. Proses integrasi melibatkan penggabungan model
situasi masalah yang telah dibuat siswa dalam tahap
translasi kemudian direncanakan proses pemecahannya.

Menurut Pandiangan dan Zulkarnaen (2021), siswa


menggabungkan dan menghubungkan informasi yang
tersedia dari teks menjadi suatu susunan matematis berupa
model matematis.

Penyelesaian pada soal cerita siswa membutuhkan


kemampuan dalam memahami bacaan agar dapat
mempertimbangkan dengan cermat untuk menerjemahkan
informasi teks tersebut ke dalam bentuk matematika, jika
salah dalam merepresentasikan hubungan antara variabel
akan mempengaruhi rencana, perhitungan, solusi dan
penyelesaiannya. (Pandiangan dan Zulkarnaen, 2021).

Sumber: Pandiangan L dan Zulkarnaen R. Keterkaitan


Pemodelan Matematis Dalam Penyelesaian Soal Cerita.
Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif, Vol.4 No.3,
2021, 559-569.

4. Menurut Khusna dan Ulfah (2021), pengetahuan awal yang


dimiliki siswa berpengaruh terhadap model yang dibuat
dalam menyelesaikan masalah, sehingga semakin banyak
pengetahuan awal yang dimiliki siswa semakin beragam
pula model matematis yang dapat disajikan oleh siswa
tersebut dalam menyelesaikan masalah.

Sumber: Khusna H dan Ulfah Syafika. Kemampuan


Pemodelan Matematis dalam Menyelesaikan Soal
Matematika Kontekstual. Mosharafah: Jurnal
Pendidikan Matematika. Vol. 12, No. 1, 2021, 160-161.

Hasil Wawancara
1. Guru Matematika (Arwinah, S.Pd.)
Penyebab kemampuan representasi siswa rendah, yaitu:
1. Siswa belum membaca soal dengan baik
2. Kurangnya latihan soal cerita
3. Pemahaman simbol-simbol matematika masih rendah
4. Kurang terbiasa dengan soal cerita

2. Dosen Pendidikan Matematika (Krida Singgih K,


M.Pd.)
Kemampuan representasi siswa masih rendah karena
pemahaman konsep awal siswa masih rendah, terutama
materi prasyarat yang belum dikuasai.

3. Dosen Bahasa Inggris Universitas Peradaban (Lis


Gunarto Prihartono S,Pd. M.M)
1. Faktor penyebab rendahnya literasi peserta didik
dikarenakan kurangnya eksplorasi dan kreatifitas guru
dalam membimbing peserta didik dalam meningkatkan
kemampuan literasi. Sangat diperlukan peran dan kerja
keras guru, tidak hanya mengajarkan materi tetapi
meningkatkan penalaran dan pemahaman serta
penguasaan bahasa.
2. Faktor penyebab rendahnya kemampuan peserta didik
mengambil informasi-informasi penting dalam literasi
soal adalah karena peserta didik tidak terbiasa dalam
mencerna informasi penting, mereka hanya sekedar
membaca sekilas.
3 Kurangnya kemampuan siswa Hasil Kajian Literatur Setelah dianalisis dari hasil eksplorasi penyebab
dalam operasi pecahan dan 1. Menurut Pandiangan dan Zulkarnaen (2021), siswa masalah, penyebab kurangnya kemampuan siswa
bentuk akar seringkali melakukan kesalahan pada tahap perencanaan dalam operasi pecahan dan bentuk akar yaitu:
dikarenakan pengetahuan dan kemampuan siswa yang 1. Pengetahuan dalam pengoperasian dan
kurang dalam pengoperasian dan perhitungan aljabar pada perhitungan aljabar kurang.
matematika. 2. Konsep dasar operasi hitung masih rendah.
Sumber: Pandiangan L dan Zulkarnaen R. Keterkaitan 3. Siswa masih kesulitan dalam perhitungan
Pemodelan Matematis Dalam Penyelesaian Soal Cerita. dasar.
Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif, Vol.4 No.3, 4. Siswa masih belum paham dalam
2021, 559-569. menentukan suatu perbandingan
trigonometri.
2. Faktor penyebab rendahnya kemampuan penguasaan 5. Peserta didik masih kurang tepat dalam
materi prasyarat aljabar yang dialami siswa adalah sulit menggunakan simbol atau angka terkait
dalam perhitungan dasar seperti operasi bilangan positif dan matematika dalam menyelesaikan masalah.
bilangan negatif (Nihayah, 2021).

Sumber: Nihayah E. Analisis Penguasaan materi


prasyarat Aljabar dalam Menyelesaikan Soal Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel. Linear: Jurnal Ilmu
Pendidikan . Vol. 5, No. 1, 2021, 35.

3. Hasil penelitian Nurdiyanto, dkk (2020) beberapa penyebab


kesalahan siswa pada materi trigonometri adalah
pemahaman siswa dalam menentukan sisi yang berada di
depan, samping, dan sisi miring suatu sudut pada segitiga
siku-siku, salah menentukan nilai perbandingan
trigonometri pada segitiga karena tidak paham dalam
menerapkan teorema phytagoras, dan tidak paham dalam
menentukan nilai positif atau negatif suatu perbandingan
trigonometri pada berbagai kuadran sudut.

Sumber: Nurdiyanto, dkk. Pengembangan LKPD Materi


Trigonometri Berbasis Generative Learningdi Kelas X.
Jurnal Pendidikan Matematika, 14 (1), 2020, 51-66.
Hasil Wawancara
1. Guru Matematika (Arwinah, S.Si.)
Kurangnya kemampuan operasi matematika disebabkan
oleh:
1. Pemahaman konsep dasar operasi hitung masih
rendah.
2. Tidak mengulang pembelajaran di rumah.

2. Dosen Pendidikan Matematika (Krida Singgih K,


M.Pd.)
Hal yang menyebabkan kemampuan dalam operasi
matematika rendah adalah pemahaman konsep awal dalam
operasi matematika siswa masih rendah.

3. Dosen Tadris Matematika UIN Prof. K.H. Saifuddin


Zuhri Purwokerto (Fitria Zana Kumala, M.Sc)
Kemampuan numerasi merupakan kemampuan
menerapkan konsep bilangan, keterampilan operasi hitung
dan kemampuan menjelaskan suatu informasi di
lingkungan sekitar. Termasuk di dalamnya merupakan
kemampuan dalam memahami dan menggunakan
matematika dalam berbagai konteks dengan tujuan untuk
dapat menyelesaikan masalah dan mampu menjelaskan
suatu informasi kepada orang lain menggunakan
matematika. Faktor rendahnya numerasi :
a. Peserta didik masih kurang tepat dalam menggunakan
simbol atau angka terkait matematika dalam
menyelesaikan masalah yang ada. (salah dalam
penulisan angka atau simbol untuk menyelesaikan
masalah)
b. Kurang teliti dalam mengerjakan masalah-masalah
terkait perhitungan.
c. Soal yang disajikan terlalu komples dan kurang
sederhana, apabila penyajian soal lebih lederhana
seperti pilihan ganda kemungkinan besar peserta didik
dapat mengira-ngira jawaban.

4 Siswa kurang fokus dalam Hasil Kajian Literatur Setelah dianalisis dari hasil eksplorasi penyebab
mengikuti pembelajaran 1. Arviana, dkk (2020) kesiapan dan kematang termasuk masalah, penyebab siswa kurang fokus dalam
trigonometri penyebab rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran
pembelajaran trigonometri yaitu:
matematika, karena siswa kurang siap dalam memulai 1. Kesiapan siswa kurang dalam pembelajaran.
pembelajaran, siswa sering ketinggalan peralatan belajar
2. Daya fokus siswa yang rendah.
misalnya buku tema atau alat tulis sehingga membuat siswa
3. Jam pelajaran yang mendekati istirahat dan
tidak siap dalam memulai pembelajaran, ketika waktu pulang.
pembelajaran berlangsung siswa masih sibuk dengan 4. Jumlah siswa yang banyak dalam satu
aktifitasnya masing-masing, ketika guru bertanya dan kelompok mengakibatkan beberapa siswa
menjelaskan siswa masih kurang merespon apa yang merasa tidak perlu bekerja dalam kelompok
dikatakan oleh guru sehingga membuat kurangnya kesiapan tersebut.
siswa dalam belajar sehingga ketika siswa tidak siap untuk
5. Materi trigonometri merupakan materi abstrak
memulai pembelajaran maka siswa juga tidak siap untuk sehingga sulit dipahami.
mengikuti proses belajar sehingga nilai yang mereka 6. Kurangnya media yang menarik perhatian
dapatkan rendah. siswa dalam pembelajaran trigonometri.
7. Guru belum menggunakan model
Sumber: Arviana, dkk. Analisis Penyebab Rendahnya pembelajaran yang mampu mengkondisikan
Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika siswa di kelas dengan baik.
Kelas IVB SD Negeri 147 Pekanbaru. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
2020, Hal 28-34.

2. Banyaknya jumlah siswa dalam satu kelompok membuat


siswa kurang fokus pada pokok diskusi sehingga siswa lebih
banyak membicarakan hal selain topik diskusi, selain itu
ketika bekerja dalam kelompok masih didominasi oleh satu
atau dua siswa, siswa yang lainnya terlihat diam, mengalami
kebosanan bahkan terdapat siswa yang sibuk dengan
ponselnya (Soedarnadi, 2019).

Sumber: Soedarnadi Etyk W. Peningkatan Motivasi


Belajar Matematika Melalui Model Think Pair Share
Materi Trigonometri pada Siswa. Teacher in Educational
Research, 1(2), 2019, 66-75.

3. Berdasarkan hasil penelitian Sumaji dan Wahyudi (2020)


pembelajaran dengan model pembelajaran discovery
learning dan sorogan, siswa lebih aktif dengan berbagai
ativitas yang dilakukan, adanya media video berbasis power
point, siswa lebih tertarik dan fokus dalam proses
pembelajaran matematika.

Sumber: Sumaji dan Wahyudi. Refleksi Pembelajaran


Matematika SMK Muhammadiyah 1 Ponorogo pada
Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Mutlak.
Jurnal Pendidikan Matematika, 4(2), 2020, pp. 746-755.
Hasil Wawancara
1. Guru Matematika (Arwinah, S.Si.)
1. Siswa kurang merespon ketika ditanya oleh guru.
2. Siswa mengalami kebosanan karena mendapat
matematika pada jam pelajaran terakhir.
3. Ketika pembelajaran materi trigonometri di Hp
membuka hal lain seperti IG, tiktok, WA.

2. Pengawas (Drs. Ahmad Nurul Huda, M.M.)


Salah satu penyebab siswa kurang fokus dalam
pembelajaran adalah guru dalam pembelajaran matematika
itu lebih banyak ke teori bukan aplikasi, sehingga sering
ditemui guru matematika tidak menghubungkan antara
materi matematika itu untuk kehidupan nyata.

3. Dosen Pendidikan BK (Dita Juwita, M.Pd.)


Kurang fokusnya siswa dalam pembelajaran oleh beberapa
faktor, yaitu:
1. Materi yang kurang menarik.
2. Cara mengajar guru yang kurang menarik.
3. Siswa yang tidak paham dengan materinya.
4. Daya fokus yang rendah juga mempengaruhi perhatian
siswa pada pembelajaran, sehingga mudah teralihkan.

4. Dosen Pendidikan Matematika (Krida Singgih K,


M.Pd.)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi siswa di kelas,
yaitu:
1. Cara guru dalam mengatur model atau mengkondisikan
siswa di kelas.
2. Tidak adanya alat bantu pembelajaran.
5 Pemanfaatan teknologi dalam Hasil Kajian Literatur Setelah dianalisis dari hasil eksplorasi penyebab
model-model pembelajaran 1. Menurut Sunaryo (2019) media pembelajaran matematika masalah, penyebab guru kurang memanfaatkan
inovatif seperti komputer, gambar dan grafik jarang digunakan teknologi dalam model pembelajaran inovatif
sebagai alat bantu pembelajaran dan metode ceramah yaitu:
membuat keaktifan dan kemandirian belajar siswa kurang. 1. Kurangnya penggunaan media berbasis
teknologi.
Penggunaan metode ceramah membuat tingkat keabstrakan 2. Materi yang abstrak membuat guru kesulitan
materi pelajaran semakin tinggi sehingga perlu dilakukan dalam merancang pembelajaran yang inovatif.
pemanfaatan media pembelajaran yang tepat yang akan 3. Guru merasa membutuhkan waktu lebih dalam
membantu proses belajar siswa dan memudahkan guru mempersiapkan pembelajaran yang inovatif.
dalam menyampaikan materi (Sunaryo, 2019). 4. Guru merasa nyaman dengan keadaannya saat
ini sehingga merasa tidak perlu merancang
Sumber: Sunaryo A. Penggunaan Media Pembelajaran pembelajaran yang inovatif.
Geogebra Terhadap Hasil Belajar Siswa Tentang Materi 5. Dalam menyiapkan pembelajaran yang
Program Linier Kelas X. Journal On Education, 2(1), inovatif membutuhkan pikiran, tenaga, dan
2019, 96-103. biaya.
6. Guru menganggap bahwa teknologi itu
2. Pada pembelajaran materi trigonometri, banyak peserta sesuatu yang menggunakan internet.
didik yang mengalami kesulitan karena media pembelajaran 7. Guru kurang memahami model pembelajaran
materi trigonometri yang sering dilakukan saat ini hanya inovatif yang menggunakan teknologi sebagai
berupa poster dan buku saja (Laili dkk, 2019). media dalam pembelajarannya.

Sumber: Laili L.N, dkk. Pengembangan Puzzle


Trigonometri untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal
Komunikasi Pendidikan, Vol.3 No.2, 2019, pp 101-107.

3. Penggunaan media pembelajaran yang memanfaatkan TIK


dapat menjadikan pembelajaran matematika lebih mudah
dan menarik, Widjayanti (2019).

Sumber: Widjayanti, dkk. Media Pembelajaran


Interaktif Berbasis Animasi PadaMateri Statistika
untuk Siswa Kelas 7 SMP. Jurnal Pendidikan
Matematika, 13(1), 2019, pp 101-112.

Hasil Wawancara
1. Guru Matematika (Arwinah, S.Si.)
1. Tidak menggunakan media yang berbasis teknologi,
selama pembelajaran hanya menampilkan modul di
layar proyektor.
2. Ketika pembelajaran hanya menggunkan LKPD.
3. Materi yang diajarkan banyak.
4. Merasa waktu tidak cukup.

2. Guru senior dan Guru Pamong PPG (Muljani, S.Pd,


M.Pd.)
1. Guru tidak mau mengembangkan cara mengajar,
disebabkan karena bapak/ ibu guru kurang berliterasi
model-model pembelajaran
2. Guru kurang memahami model pembelajaran inovatif
kembali lagi karena guru kurang mau berliterasi
mandiri, sedangkan guru hanya sekedar menambahkan
sedikit dari yang ada tanpa benar-benar mengolah
media menjadi tertarik dan peserta didik benar-benar
paham tujuan pembelajaran mau di bawa kemana
3. Pembelajaran inovatif itu tidak sekedar pembelajaran
yang melibatkan teknologi tetapi didalamnya harus ada
pengolahan media pembelajaran tersebut agar peserta
didik benar benar paham dan berefek baik pada peserta
didik pada motivasi, sikap dan ujungnya berefek pada
hasil belajar peserta didik, semangat peserta didik
menjadi lebih baik.

3. Waka Kurikulum sekaligus Guru Penggerak (Utami


Hadiyanti, S.Pd, M.M.)
1. Guru masih berada pada zona nyamannya yang sudah
dilakukan bertahun-tahun, sehingga model
pembelajaran yang diterapkan terbatas
2. Kurangnya motivasi diri pada guru untuk belajar
mencari sumber referensi model-model pembelajaran
yang menarik dan inovatif

4. Pengawas (Drs. Ahmad Nurul Huda, M.M.)


Penyebab guru tidak melakukan pembelajaran inovatif:
1. Guru sudah terlalu nyaman dengan kondisi sebelumnya
atau terlalu nyaman dengan keberadaannya sehingga
merasa tidak butuh inovasi.
2. Karena inovasi membutuhkan pikiran, tenaga bahkan
biaya.

5. Dosen Pendidikan Matematika (Krida Singgih K,


M.Pd.)
Penyebab guru tidak memanfaatkan teknologi dalam model
pembelajaran inovatif, yaitu:
1. Guru masih menjadi center dalam pembelajaran.
2. Pandangan yang keliru tentang teknologi yang
digunakan dalam pembelajaran.
3. Guru menganggap bahwa teknologi itu sesuatu yang
mutakhir, ada listriknya atau harus dengan internet.
6 Siswa kurang mampu Hasil Kajian Literatur Setelah dianalisis dari hasil eksplorasi penyebab
menyelesaikan soal yang 1. Soal-soal dengan tipe HOTS merupakan soal-soal yang masalah, penyebab siswa kurang mampu
terkait HOTS pada materi menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dalam menyelesaikan soal HOTS yaitu:
trigonometri proses bernalar, sehingga dapat mengasah kemampuan 1. Siswa merasa cemas dan takut ketika melihat
berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif soal trigonometri yang HOTS.
(Ardiyanti dkk, 2022) 2. Kemampuan pemecahan masalah siswa masih
rendah.
Menurut Ardiyanti dkk (2022), ada sebagian siswa yang 3. Siswa kesulitan dalam memahami maksud
mengalami kecemasan terhadap matematika dimana soal HOTS.
kecemasan tersebut berawal dari persepsi negatif siswa 4. Siswa kurang dalam latihan soal trigonometri
terhadap matematika, seperti halnya ketika pembelajaran yang HOTS.
akan dimulai siswa sudah menganggap bahwa dirinya tidak 5. Siswa cenderung malas ketika membaca soal
bisa, takut, dan menganggap bahwa matematika itu sulit yang panjang.
untuk dipahami dan dipelajari. 6. Siswa bingung dalam menentukan cara yang
tepat dalam menyelesaikan soal HOTS.
Berdasarkan hasil penelitian Ardiyanti dkk (2022), 7. Guru kurang melakukan
pemecahan masalah matematika siswa masih tergolong pembiasaan/melibatkan HOTS dalam setiap
rendah, sehingga ketika siswa diberikan soal matematika proses pembelajaran.
yang bersifat tidak rutin, guru perlu memberikan bantuan 8. Guru jarang memberikan contoh dan latihan
dan arahan kepada siswa agar siswa dapat menyelesaikan soal yang HOTS dalam materi trigonometri.
soal tersebut. 9. Guru kurang memahami bagaimana
pembuatan assessmen HOTS, misalnya dalam
Sumber: Ardiyanti dkk. Penerapan Teknik Scaffolding membuat stimulus yang biasanya hanya
untuk Mengatasi Kecemasan Siswa SMK dalam sekedarnya.
Memecahkan Masalah Matematika Berbentuk Soal
Higher Order Thinking Skills (Hots).Prosiding
Semnaspendidikan, Vol. 1, 2022, 45-54.

2. Mahmudah (2018) menyebutkan bahwa kesalahan-


kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal hots sebagian
besar karena kesalahan dalam memahami maksud dari soal
yang diberikan, kemudian kesalahan transformasi dan
keterampilan proses, sehingga menyebabkan penulisan
jawaban akhirnya menjadi salah.

Sumber: Mahmudah W. Analisis Kesalahan Siswa dalam


Menyelesaikan Soal Matematika Bertipe Hots Berdasar
Teori Newman. Jurnal UJMC, Vol. 4, No. 1, 2018, 49 –
56.

3. Saraswati dan Agustika (2020) faktor-faktor penyebab


kendala yang dialami siswa dalam menyelesiakan soal
HOTS mata pelajaran matematika, yaitu: 1) kurangnya
latihan soal berorientasi HOTS, 2) kemalasan siswa
membaca soal dengan kalimat yang panjang, 3) kebingunan
siswa menentukan cara yang digunakan menjawab soal dan
4) kurangnya pemahaman materi kecepatan, jarak waktu
serta pecahan.

Sumber: Saraswati dan Agustika. Kemampuan berpikir


Tingkat Tinggi dalam Menyelesaikan Soal HOTS Mata
Pelajaran Matematika. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar,
Vol.4, No.2, 2019, pp. 257-269.

Hasil Wawancara
1. Guru Matematika (Arwinah, S.Si.)
1. Siswa terbiasa dengan contoh soal yang sederhana.
2. Belum terbiasa mengerjakan soal-soal HOTS.
3. Guru jarang memberikan soal dengan tipe HOTS.

2. Guru senior dan Guru Pamong PPG (Muljani, S.Pd,


M.Pd.)
1. Guru belum pernah mencoba mengerjakan soal HOTS,
sehingga belum bisa mengukur untuk mencapai HOTS
itu yang seperti apa.
2. Guru belum memahami apa itu HOTS yang
sesungguhnya.
3. Guru kurang memahami bagaimana pembuatan
assessmen HOTS, misalnya dalam membuat stimulus
yang biasanya hanya sekedarnya. Gambar dikatakan
menjadi stimulus apabila dari gambar tersebut peserta
didik mendapatkan jawabannya dengan
menganalisisnya, bukan hanya sekedar pengantar.

3. Pengawas (Drs. Ahmad Nurul Huda, M.M.)


Penyebab siswa tidak mampu menyelesaikan soal yang
terkait HOTS, yaitu:
1. Guru masih berada pada tahap pemahaman dan
implementasi pembelajaran dan asasment berbasis
HOTS.
2. Pemahaman dan kemauan guru dalam melakukan
implementasi pembelajaran asasment berbasis HOTS
masih rendah.

4. Dosen Pendidikan Matematika (Krida Singgih K,


M.Pd.)
Penyebab kemampuan siswa kurang dalam menyelesaikan
soal HOTS adalah siswa menganggap soal HOTS itu soal
yang sulit, sehingga merasa cemas sebelum mencoba
menyelesaikan permasalahan karena menganggap dirinya
tidak mampu.

5. Dosen Akademi Analis Kesehatan Pekalongan (Izza


Ratna Kumala, M.Pd.)
Yang menyebabkan kemampuan siswa kurang dalam
menyelesaikan soal HOTS yaitu:
1. Kurangnya pembiasaan/melibatkan HOTS dalam
setiap proses pembelajaran. HOTS merupakan suatu
kemampuan yang harus dilatih dan berproses tidak bisa
instan dan pembelajaran berbasis HOTS harus
dilakukan baik pendidik maupun peserta didik.
2. Karakteristik peserta didik yang berbeda. Karakteristik
peserta didik yang memiliki kemampuan pemahaman
yang lebih lama, HOTS bisa dilakukan secara bertahap
(dimulai dari tingkatan beripikir rendah sampai
tertinggi).
3. Kasus yang digunakan masih kasus yang bukan di
kehidupan nyata. Menggunakan kasus ilmiah di real
life siswa dapat memunculkan rasa ingin tahu mereka,
kemudian bisa dimbangi dengan melatih kemampuan
HOTS peserta didik yang dimulai dari level terendah
sampai ke tertinggi secara bertahap.

You might also like