You are on page 1of 130

HALAMAN SAMPUL

ANALISIS BERPIKIR KRITIS SISWA PADA


PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS
COLLABORATIVE LEARNING DITINJAU
DARI GAYA KOGNITIF REFLEKTIF
DAN IMPULSIF

SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Pendidikan Matematika (S1) dan mencapai gelar
Sarjana Pendidikan

Oleh:
Ni’matul Maulida
NIM 160210101075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021

i
HALAMAN JUDUL

ANALISIS BERPIKIR KRITIS SISWA PADA


PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS
COLLABORATIVE LEARNING DITINJAU
DARI GAYA KOGNITIF REFLEKTIF
DAN IMPULSIF

SKRIPSI

Oleh:
Ni’matul Maulida
NIM 160210101075

Dosen Pembimbing I : Dr. Hobri, S.Pd., M.Pd.


Dosen Pembimbing II : Ervin Oktavianingtyas, S.Pd., M.Pd.
Dosen Penguji I : Dr. Arika Indah Kristiana, S.Si., M.Pd.
Dosen Penguji II : Dr. Didik Sugeng Pambudi, M.S.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021

ii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa’Ta’ala atas segala Rahmat dan
Karunia-Nya, sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. Karya yang sederhana
ini saya persembahkan kepada :
1) Kedua orang tua saya, ayahanda Ahmad Yusak, Ibunda Nur Hasanah tercinta,
dan tak lupa juga kakak saya Muhammad Faiz Azhar terimakasih atas semua
doa, kasih sayang, dukungan, kepercayaan, kerja keras yang diberikan selama
ini;
2) Suami saya Muhammad Faradisal Jinnan tercinta yang telah menemani dan
mendukung saya, yang tidak ada lelahnya mengingatkan saya untuk segera
menyelesaikan tugas akhir perkuliahan ini ;
3) Para guru TK Dharmawanita 1, SDN 1 Dasri, SMPN 1 Tegalsari, MAN
Genteng dan para dosen pendidikan matematika FKIP Universitas Jember
yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
4) Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika, khusunya Bapak Dr. Hobri
S.Pd., M.Pd. dan Ibu Ervin Oktavianingtyas, S.Pd., M.Pd. selaku dosen
pembimbing yang sangat sabar memberikan waktu dan membagi ilmunya
sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan;
5) Sahabat-sahabat keluarga JaranGoyang (Yuli Farida, Dinda Maharani
Widodo, dan Umi Salamah) dan sahabat terbaik saya Ananda Dwi Iskarina
yang selalu memberikan bantuan, semangat, senyuman, dan cerita
persahabatan;
6) Saudaraku keluarga besar Pendidikan Matematika 2016 ALGEBRA yang
telah memberikan bantuan, semangat, inspirasi, dan motivasi.
7) Almamater tercinta Universitas Jember, terima kasih telah memberikan
banyak pengetahuan dan pengalaman sebagai bekal hidup.

iii
HALAMAN MOTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya


sesudah kesulitan ada kemudahan”

(Al-Insyirah:5-6)

“Optimisme merupakan kepercayaan yang menuju pencapaian. Tidak ada yang


bisa dilakukan tanpa adanya harapan dan keyakinan “

(Heller Keller)

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari


betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”

(Thomas Alva Edison)

iv
HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Ni’matul Maulida
NIM : 160210101075
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmuah yang berjudul
“Analisis Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Matematika Berbasis
Collaborative Learning Ditinjau Dari Gaya Kognitif Reflektif Dan Impulsif”
adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan
sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi mana pun, dan bukan hasil karya
jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai
dengan ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan
dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
ternyata kemudian hari pernyataan tidak benar.

Jember, April 2021


Yang menyatakan

Ni’matul Maulida
NIM 160210101075

v
HALAMAN PEMBIMBINGAN

ANALISIS BERPIKIR KRITIS SISWA PADA


PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS
COLLABORATIVE LEARNING DITINJAU
DARI GAYA KOGNITIF REFLEKTIF
DAN IMPULSIF

SKRIPSI

Oleh
Ni’matul Maulida
NIM 160210101075

Pembimbing
Dosen Pembimbing 1 : Dr. Hobri S.Pd., M.Pd.
Dosen Pembimbing 2 : Ervin Oktavianingtyas, S.Pd., M.Pd.

vi
HALAMAN PENGAJUAN

ANALISIS BERPIKIR KRITIS SISWA PADA


PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS
COLLABORATIVE LEARNING DITINJAU
DARI GAYA KOGNITIF REFLEKTIF
DAN IMPULSIF

SKRIPSI
Diajukan untuk dipertahankan di depan Tim Penguji sebagai salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan Program Pendidikan Sarjana Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Program Studi
Pendidikan Matematika pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember

Oleh
Nama : Ni’matul Maulida
NIM : 160210101075
Tempat, Tanggal Lahir : Banyuwangi, 29 Juni 1998
Jurusan/Program Studi : P. MIPA/Pendidikan Matematika

Disetujui oleh

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Hobri S.Pd., M.Pd. Ervin Oktavianingtyas, S.Pd., M.Pd.


NIP. 19730506 199702 1 001 NIP. 19851014 201212 2 001

vii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Analisis Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran


Matematika Berbasis Collaborative Learning Ditinjau Dari Gaya Kognitif
Reflektif Dan Impulsif” telah diuji dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Tim Penguji :

Pembimbing I. Pembimbing II,

Dr. Hobri S.Pd., M.Pd. Ervin Oktavianingtyas, S.Pd., M.Pd.


NIP. 19730506 199702 1 001 NIP. 19851014 201212 2 001

Anggota I, Anggota II,

Dr. Arika Indah Kristiana S.Si., M.Pd. Dr. Didik Sugeng Pambudi, M.S.
NIP. 19760502 200604 2 001 NIP. 196811031993031001

Mengesahkan
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember

Prof. Dr. Bambang Soepeno, M.Pd.


NIP. 19600612 198702 1 001

viii
RINGKASAN

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran


Matematika Berbasis Collaborative Learning Dittinjau dari Gaya Kognnitif
Reflektif Dan Impulsif; Ni’matul Maulida, 1602110101075; 2021; 55 halaman;
Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Penddidikan MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember.

Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang memiliki beraneka ragam


karakteristik, salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang
bersifat abstrak. Sifat abstrak inilah yang menyebabkan banyak siswa mengalami
kesulitan dalam matematika. Kesulitan yang dialami siswa ini yang
memungkinkan banyak siswa menghindarinya, namun jika pengerjaan soal
matematika dikerjakan secara berkelompok siswa lebih mudah untuk belajarnya
dan memahaminya. Melalui analisis kemampuan bepikir siswa akan diperoleh
gaya berpikir siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan metode
berkelompok. Dalam penelitian ini dilakukan analisis kemampuan berpikir kritis
siswa dalam pembelajaran matematika berbasis collaborative learning ditinjau
dari gaya kognitif reflektif dan impulsif.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi soal angket tes MFFT,
soal tes materi operasi bentuk aljabar, pedoman wawancara, lembar validasi.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket, metode tes, dan
metode wawancara. Data yang dianalisis adalah data hasil angket test MFFT, test
soal, dan test wawancara. Kegiatan penelitian ini dilakukan di kelas VII C MTs
Negeri 8 Banyuwangi, karena berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang
kelas VII C adalah kelas yang paling aktif.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kelas VII C MTs Negeri 8
Banyuwangi dapat diketahui dalam menyelesaikan soal operasi bentuk aljabar
berbasis collaborative learning ditinjau dari gaya kognitif reflektif dan impulsif,
dibentuk kelompok dengan anggota siswa yang reflektif dijadikan satu kelompok
dan kelompok yang lain beranggota reflektif maupun impulsif. Pembelajaran
matematika berbasis collaborative learning ini ditujukan agar siswa lebih mudah

ix
untuk belajar matematika dan juga untuk melatih kerja sama antar siswa dalam
pembelajaran.
Pengukuran gaya kognitif reflektif impulsif menggunak soal angket MFFT
kemudian tingkat ketepatan menjawab dan kecepatan menjawab menjadi acuan
untuk menentukan gaya kognitif siswa. Setelah mengetahui gaya kognitif siswa
kemudian dibentuk kelompok dengan anggota bedasar gaya kognitif. Kelompok
siswa diberikan soal operasi bentuk aljabar sejumlah 2 butir dan dikerjakan
bersama kelompok dengan waktu yang ditentukan. Pada saat pengerjaan soal juga
dilakukan observasi untuk mengetahui keaktifan siswa dalam kegiatan kelompok.
Selesai kegiatan pengerjaan soal, perwakilan kelompok dipilih untuk melakukan
wawancara berdasar proses menjawab soal yang berkaitan dengan indikator
berpikir kritis.
Penelitian ini menunjukan kelompok siswa reflektif terkadang masih
berdiskusi, sedangkan siswa yang impulsif fokus mengerjakan sendiri tanpa
memperhatikan anggota yang lain. Pada saat wawancara juga menunjukkan hasil
bahwa kelompok siswa reflektif menjawab pertanyaan dengan cepat dan
mengetahui proses yang tepat dalam menyelesaikan soal dengan tepat. Sedangkan
pada kelompok yang impulsif dari wawancara diketahui bahwa pada saat
diwawancarai sering menjawab tidak tahu dan lama dalam berpikir. Kelompok
siswa reflektif mampu menyelesaikan soal dan memenuhi setiap indikator
IDEALS, yaitu yaitu Identify, Define, Enumerate, Analyze, List dan Self-Correct.
Kelompok seimbang anata impilsif dan reflektif hanya mampu memenuhi 2
indikator IDEALS, yaitu Identify dan define dikarenakan hanya mampu menulis
data apa yang diketahui dari soal (Identify ) dan apa yang ditanyakan (define). Jadi
pada penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif
reflektif cenderung siswa yang berpikir kritis, dan aktif dalam kelompok. Berbeda
dengan siswa yang memiliki gaya kognitif impulsif cenderung pasif dalam
pembelajaran berkelompok. Siswa dengan gaya kognitif reflektif memiliki tingkat
bepikir kritis tinggi karena aktif dalam bertanya dan berdiskusi pada saat
pembelajaran. Berbeda dari siswa dengan gaya kognitif impulsif yang memilik
tingkat berpikir kritis rendah karena pasif saat pembelajaran dan cenderung diam.

x
PRAKARTA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Berpikir
Kritis Siswa pada Pembelajaran Matematika Berbasis Collaborative
Learning Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif”. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan penndidikan strata satu
(S1) pada Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruaan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember.
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Jember.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember.
4. Para Dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan
ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran.
5. Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu
dan pikiran guna memberikan bimbingan.
6. Robiatul Adawiyah, S.Pd., M.Si. dan Lela Nur Safrida, M.Pd. selaku validator
yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam proses validasi
instrumen penelitian.
7. Keluarga besar Mts Negeri 8 Banyuwangi yang telah membantu terlaksananya
penelitian.
8. Keluarga besar mahasiswa Pendidikan matematika Angkatan 2016 yang telah
memberikan bantuan dan semangat dalam proses penulisan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Jember, April 2021


Penulis

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
HALAMAN JUDUL.....................................................................................ii
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................iii
HALAMAN MOTO.....................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................v
HALAMAN PEMBIMBINGAN.................................................................vi
HALAMAN PENGAJUAN........................................................................vii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................viii
RINGKASAN...............................................................................................ix
PRAKARTA.................................................................................................xi
DAFTAR ISI...............................................................................................xii
DAFTAR TABEL.......................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................xvii
BAB 1. PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................6
2.1 Pembelajaran Matematika....................................................6
2.2 Berpikir...................................................................................7
2.3 Berpikir Kritis........................................................................8
2.4 Bentuk Aljabar.....................................................................10
2.4.1 Pengertian Bentuk Aljabar...........................................10
2.4.2 Operasi Bentuk Aljabar................................................11
2.5 Collaborative Learning..........................................................12
2.6 Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif.................................13

xii
2.7 Penelitian yang Relevan.......................................................15
BAB 3. METODE PENELITIAN............................................................21
3.1 Jenis Penelitian.....................................................................21
3.2 Daerah dan Subjek Penelitian.............................................21
3.3 Definisi Operasional.............................................................22
3.4 Prosedur Penelitian..............................................................22
3.5 Instrumen Penelitian............................................................25
3.6 Metode Pengumpulan Data.................................................26
3.7 Metode Analisis Data...........................................................27
3.7.1 Analisis Validasi Instrumen.........................................28
3.7.2 Analisis Data Angket...................................................29
3.7.3 Analisis Data Hasil Tes................................................31
3.7.4 Analisis Data Hasil Wawancara...................................32
3.7.5 Analisis Hasil Observasi..............................................32
3.7.6 Triangulasi Data...........................................................33
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................34
4.1 Pelaksanaan Penelitian........................................................34
4.2 Hasil Analisis Instrumen......................................................35
4.2.1 Validitas Angket MFFT...............................................35
4.2.2 Validasi Tes Soal Uraian Operasi Bentuk Aljabar.......36
4.2.3 Validasi Pedoman Wawancara.....................................36
4.2.4 Validasi Lembar Observasi Aktivitas Siswa................36
4.3 Analisis Data Angket............................................................37
4.4 Analisis Soal Tes dan Wawancara......................................38
4.4.1 Analisis Data Kelompok 2...........................................39
4.4.2 Analisis Data Soal Kelompok 4...................................41
4.5 Analisis Hasil Observasi.......................................................43
4.6 Pembahasan..........................................................................44
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................48
5.1 Kesimpulan...........................................................................48
5.2 Saran......................................................................................49

xiii
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................50
LAMPIRAN.................................................................................................54

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman
2.1 Langkah-langkah dan indikator berpikir kritis..........................................9
3.1 Kriteria Validitas Instrumen....................................................................29
3.2 Kriteria Gaya Berpikir Kognitif.............................................................31
4.1 Saran Revisi Validasi soal......................................................................36
4.2 Saran Revisi Validasi pedoman wawancara..........................................37
4.3 Hasil Pengukuran Gaya Kognitif...........................................................39
4.4 Pengelompokan Gaya Kognitif Siswa Kelas VII C................................40
4.5 Daftar kelompok.....................................................................................41

xv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
3.1 Prosedur penelitian..................................................................................24
3.2 Kelompok siswa reflektif dan impulsif...................................................30
4.2 Hasil soal 1 kelompok 2..........................................................................39
4.3 Hasil soal 2 kelompok 2..........................................................................40
4.4 Hasil soal 1 kelompok 2..........................................................................41
4.5 Hasil soal 2 kelompok 4..........................................................................42

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
A. Matriks Penelitian.................................................................................56
B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)..........................................57
C. Instrumen Tes Gaya Kognitif (MFFT).................................................60
D. Kunci Jawaban MFFT..........................................................................76
E. Format lembar Jawaban MFFT............................................................77
F. Kunci Jawaban MFFT..........................................................................79
G. Lembar Observasi Aktivitas Siswa......................................................81
H. Soal Bentuk Aljabar.............................................................................83
I. Kunci Jawaban......................................................................................84
J. Lembar Jawaban Siswa........................................................................85
K. Lembar Validasi Soal...........................................................................87
L. Hasil Validasi Soal...............................................................................89
M. Kisi-kisi Pedoman Wawancara.............................................................91
N. Pedoman Wawancara...........................................................................92
O. Lembar Validasi Wawancara...............................................................94
P. Hasil Validasi Wawancara...................................................................96
Q. Rubrik Validasi Wawancara.................................................................97
R. Hasil Validasi Soal...............................................................................99
S. Hasil Validasi Wawancara.................................................................103
T. Hasil Observasi...................................................................................107
U. Hasil MFFT Siswa..............................................................................108
V. Hasil Jawaban Kelompok...................................................................110
W. Hasil Wawancara................................................................................111
X. Dokumentasi.......................................................................................112

xvii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan dari Pendidikan adalah agar setiap manusia siap dan mampu
menghadapi berbagai tantangan yang muncul berkaitan dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat. Salah satu cabang ilmu dasar
yang berperan dalam perkembangan tersebut adalah matematika. Matematika
diberikan kepada seluruh siswa mulai Pendidikan dasar hingga menengah dengan
tujuan untuk mempersiapkan siswa menghadapi perkembangan keadaan melalui
pemikiran kritis, logis, dan kritis. Sebagaimana yang dinyatakan dalam UU No.23
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 31 ayat 1 yang
menyatakan bahwa “kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat
pendidikan matematika”.
Matematika adalah pelajaran yang tersusun secara sistematis dalam
menyelesaikan suatu permasalahan, sehingga tanpa disadari matematika
merupakan dasar universal bagi disiplin ilmu yang lainnya. Banyak disiplin ilmu
yang berkembang dari konsep matematika. Aplikasi matematika juga banyak kita
temukan dalam kehidupan sehari–hari. Oleh karena itu, penting untuk siswa
memahami dan mendalami materi matematika. Matematika merupakan mata
pelajaran yang menantang sehingga dapat melatih kemandirian siswa dan dapat
menjadikan siswa lebih berpikir kritis terhadap suatu permasalahan apapun.
Tujuan dari pembelajaran matematika untuk mempersiapkan siswa menghadapi
perkembangan keadaan melalui pemikiran kritis, logis dan kritis (Trapsilasiwi,
2017).
Pada abad ke-21 ini, yang dikenal sebagai era digital dengan kemajuan
IPTEK yang luar biasa. Akibatnya pendidikan menjadi sangat penting untuk
menjamin keberlangsungan hidup manusia. Dalam dunia pendidikan berbagai
keterampilan diperlukan, diantaranya keterampilan belajar, berinovasi,
menggunakan teknologi dan media informasi. Untuk memperoleh keterampilan
tersebut salah satunya dengan penguasaan matematika, karena matematika
sangatlah esensial untuk menguasai bidang-bidang lainnya. Untuk memenuhi

1
2

kebutuhan tersebut maka matematika pada abad ke-21 memiliki tujuan dengan
karakteristik 4C, yaitu: Communication, Collaboration, Critical Thinking and
Problem Solving, Creativity and Innovation. Kecakapan berpikir (Critical
Thinking) menjadi salah satu poin utama dari karakteristik pendidikan
matematika.
Berpikir kritis adalah suatu proses yang melibatkan aktivitas mental dalam
hal memecahkan masalah, mengevaluasi, menganalisis, hingga pengambilan
keputusan. Kemampuan berpikir kritis siswa merupakan suatu modal dasar atau
modal intelektual yang sangat penting bagi setiap manusia dan merupakan salah
satu fundamental dari kematangan manusia (Chukwuyenum 2013). Kemampuan
berpikir kritis siswa itu sangat penting bagi setiap individu siswa, karena
memecahkan suatu masalah menggunakan kemampuan berpikir kritis dan sebagai
pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan yang tepat. Dalam suatu
pembelajaran matematika pada materi operasi aljabar juga menggunakan
kemampuan berpikir kritis, karena dalam materi operasi aljabar banyak
permasalahan-permasalahan matematika yang harus diselesaikan. Dalam
penelitian Masrukan (2016) menjelaskan bahwa berpikir kritis dapat
dikembangkan melalui pembelajaran di kelas khususnya dalam pembelajaran
matematika. Pengembangan keterampilan dan kemampuan berpikir kritis
memungkinkan siswa agar terbiasa menghadapi tantangan dan memecahkan
masalah dengan menganalisis pemikirannya sendiri untuk memutuskan suatu
pilihan dan menarik kesimpulan. Salah satu pembelajaran yang digunakan untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan materi operasi hitung
dalam contoh bentuk kegiatan sehari-hari. Sejalan dengan Amir (2015)
matematika sebagai sarana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis dan kritis mengikuti perkembangan psikologi masing-masing
siswa.
Operasi hitung merupakan dasar yang hendaknya dimiliki dalam
mempelajari materi operasi bentuk aljabar. Hal ini dikarenakan dalam materi
aljabar terdapat berbagai operasi hitung seperti penjumlahan, perkalian, dan
pembagian. Materi operasi bentuk aljabar juga berkaitan dengan penerapan aljabar
3

dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam transaksi jual beli di pasar ataupun
dalam menghitung suatu luas atau keliling dari suatu bidang. Penguasaan terhadap
operasi bentuk aljabar menjadi penting karena sebagai bekal keterampilan untuk
penguasaan materi aljabar yang selanjutnya. Keterampilan dalam penguasaan
materi aljabar tersebut akan berdampak pada hasil belajar siswa. Pembelajaran
kolaboratif juga dibutuhkan dalam menyelesaian materi operasi aljabar, dengan
metode pembelajaran kolaboratif mempermudah siswa untuk menyelesaikan
masalah operasi dengan berdiskusi. Pembelajaran kolaboratif menuntut setiap
siswa bekerja sama untuk memecahkan masalah bersama dan saling membantu
untuk memahami materi yang mereka pelajari (Hobri, dkk. 2019).
Collaborative learning atau pembelajaran kolaboratif adalah suatu upaya
intelektual yang dilakukan bersama-sama saat mencari solusi untuk memecahkan
suatu masalah. Pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) mampu
mengembangkan dan meningkatkan kualitas belajar. Pembelajaran kolaboratif
(collaborative learning) adalah perpaduan dua atau lebih pelajar yang bekerja
bersama-sama berbagi beban kerja untuk mewujudkan hasil penyelesaian
pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran menggunakan metode pemecahan
masalah dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir,
memecahkan masalah dan keterampilan intelektual (Nahda, dkk. 2015).
Pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) mempermudah siswa dalam
proses pembelajaran berlangsung. Metode Collaborative Learning adalah proses
belajar kelompok dimana setiap kelompok menyumbangkan ide, sikap, pendapat,
kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama
saling meningkatkan pemahaman seluruh pembagian pembahasan, tidak seperti
pada kelompok belajar yang kita kenal yang menyebabkan hanya siswa tertentu
yang memahami materi tertentu. Pembentukan kelompok pada metode
Collaborative Learning perlu memperhatikan gaya kognitif siswa, agar
membentuk kelompok yang seimbang.
Gaya kognitif merupakan karakter seseorang dalam menerima, menganalisis
dan merespon suatu tindakan kognitif yang diberikan Gaya kognitif tersebut
merupakan cara seseorang memproses, menyimpan maupun menggunakan
4

informasi untuk menanggapi suatu tugas yang dibedakan menjadi empat


kelompok, yaitu reflektif, impulsif, low accurate, dan fast accurate (Nahda, dkk.
2015). Ketika memecahkan masalah matematika siswa akan menggunakan
berbagai macam strategi. Strategi yang digunakan tersebut banyak dipengaruhi
oleh gaya kognitif siswa. Sesuai dengan pendapat yang dinyatakan oleh Susan
Harmer (2005) bahwa “general problem solving strategie such as these are
further influenced by cognitive style”. Artinya, ketika siswa memiliki gaya
kognitif yang berbeda maka cara memecahkan masalah juga berbeda, sehingga
perbedaan gaya kognitif akan memicu perbedaan proses berpikir siswa. Gaya
kognitif yang difokuskan dalam penelitian ini adalah gaya kognitif reflektif dan
gaya kognitif impulsif.
Dari beberapa uraian di atas cukup dapat dijadikan alasan yang kuat untuk
dilakukan pengkajian melalui suatu proses penelitian tentang analisis berpikir
kritis siswa pada pembelajaran matematika berbasis collaborative learning
ditinjau dari gaya kognitif reflektif dan impulsif.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa
dalam pembelajaran matematika berbasis collaborative learning ditinjau dari gaya
kognitif reflektif dan impulsif?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, penulis bertujuan untuk
mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika
materi operasi benuk aljabar berbasis collaborative learning ditinjau dari gaya
kognitif reflektif dan impulsif.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang ingin dicapain dalam Penelitian ini antaralain sebagai
berikut.
5

a. Bagi siswa, penelitian ini dapat mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa
tersebut, sehingga memotivasi siswa untuk meningkatkan cara berpikir dalam
menyelesaikan soal maupun tugas yang diberikan.
b. Bagi guru, penelitian ini memberikan informasi tentang kemampuan berpikir
kritis siswa dalam pembelajaran matematika berbasis collaborative learning
ditinjau dari gaya kognitif reflektif dan gaya kognitif impulsif, sehingga guru
dapat memperbaiki metode pembelajaran yang tepat untuk siswa.
c. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan wawasan tentang kemampuan berpikir
kritis siswa dalam pembelajaran matematika berbasis collaborative learning
ditinjau dari gaya kognitif reflektif dan impulsif.
d. Bagi peneliti lain, peneliti ini dapat dijadikan acuhan untuk melakukan dan
mengembangkan peneliti yang sejenis.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Matematika


Belajar adalah sebuah proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh kemampuan atau kompetensi yang diinginkan. Melalui proses belajar
seseorang akan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan
untuk melakukan sebuah tugas dan pekerjaan (Pribadi, 2009: 12). Sudjana (2004:
28) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubaha pada diri seseorang. Perubahan yang terjadi pada individu merupakan
perubahan seperti berubaahnya pemahaman, pengetahuan, sikap, tingkah laku,
keterampilan, kecakapan, serta keinginan menuju kea rah yang lebih baik.
Berdasarkan pendapat yang dijelaskan diatas bahwasanya belajar merupakan
sebuah proses untuk menghasilkan perubahan yang lebih baik.
Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar oleh pihak guru
sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peseta didik (Susanto, 2014:
185). Menurut (Brown, 2014: 127), pembelajaran merupakan proses interaktif
melalui pengetahuan dan keterampilan yang dibagi bersama siswa dengan tujuan
agar siswa mampu meningkatkan pemahaman dan memiliki kemampuan untuk
memanipulasi kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan fisik sehingga
mereka dapat bertahan hidup. Tanpa adanya pembelajaran ditakutkan kemampuan
siswa dalam pemahaman sangat kurang dan akan menyebabkan siswa tersebut
sulit untuk bertahan terhadap kondisi lingkungan sekitar.
Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir siswa,
karena itu matematika sangat dibutuhkan baik untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari maupun untuk menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan
ternologi yang berkembang (Offirstson, 2004: 1). Syahputra dan Surya (2017)
mengatakan bahwa apabila saat ini mendengar matematika yang terbayang adalah
deretan angkan dan rumus-rumus yang sangat rumit, maka hal inilah yang
menyebabkan matematika adalah pelajaran yang sangat mengerikan. Oleh karena
itu, untuk menghindari pikiran bahwasanya matematika sangat mengerikan adalah
dengan menganggap matematika menjadi sebuah permainan dan cerita tebak-

6
7

tebakan yang sangat menarik dan menantang. Banyak cerita dalam kehidupan
sehari-hari yang termasuk permainan dalam matematika namun jarang
disadarinya. Berhitung matematika dapat dilakukan dengan alat bantu, namun
dalam menyelesaikan suatu masalah diperlukan logika berpikir dan analisis. Oleh
sebab itu, dalam pembelajaran matematika harus memiliki pemahaman yang
sesuai dengan tahapan, melalui cara yang menyenangkan dengan menjalankan
prinsip pembelajaran matematika.
Dalam uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran
matematika adalah suatu proses dan usaha pendidik untuk memberikan arahan
ilmu kepada siswa, sehingga siswa dapat memahami dan lebih mudah untuk
menyelesaikan suatu permasalahan-permasalahan matematika yang dialami siswa
dalam proses pembelajaran atau permasalahan matematika yang dialami dalam
kehidupan sehari-hari. Pada penelitian ini, ditunjukkan apakah kegiatan
pembelajaran yang efektif akan berpengaruh terhadap kemampuan dan strategi
masing-masing siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika.

2.2 Berpikir
Berpikir merupakan suatu proses memanipulasi informasi secara mental,
seperti ketika membentuk konsep-konsep abstrak, menyelesaikan beragam
masalah, dan membuat keputusan serta berefleksi kritis atau menghasilkan
gagasan kritis. Solso (2008: 402) menyatakan bahwa berpikir adalah proses
membentuk struktur kognitif baru melalui transformasi informasi oleh aktifitas
mental yang mencakup pertimbangan, pengabstrakan, penalaran, penggabaran,
pemecahan masalah yang logis, membentuk konsep, kreatifitas dan kecerdasan.
Berpikir merupakan suatu keharusan yang dilakukan oleh manusia dalam setiap
menjalankan aktifitas pada kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa berpikir adalah menggabungkan pengetahuan-pengetahuan
yang pernah ada sehingga dapat dilakukan pengembangan proses berpikir dalam
memecahkan suatu masalah.
Berpikir sebagai suatu kemampuan mental dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, antara lain berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kritis.
8

Santrock (2008: 357) mengatakan bahwa berpikir adalah daya jiwa yang dapat
meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan, merupakan proses yang
“dialektis” yang berarti bahwa selama berpikir, pikiran dalam keadaan tanya
jawab untuk dapat meletakkan hubungan pengetahuan.
Dari pendapat-pendapat yang diuraikan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa berpikir adalah suatu proses mental yang dilakukan setiap individu ketika
mendapatkan sebuah masalah yang harus diselesaikan dengan baik.

2.3 Berpikir Kritis


Berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau
berdasarkan nalar dengan tujuan untuk mebuat keputusan tentang apa yang
diyakini atau dilakuakan. Gerhard (1971) memberikan Batasan berpikir kritis
sebagai proses kompleks yang melibatkan penerimaan dan penguasaan data,
analisis data, evaluasi, serta membuat seleksi atau membuat keputusan
berdasarkan hasil evaluasi. Sementara itu, Splitter (1991) menyatakan bahwa
berpikir kritis adalah intropeksi diri, dan berpikir kritis membuat orang peka
terhadap keadaan. Ini berarti, orang yang berpikir kritis, secara sadar dan rasional
berpikir tentang pikirannya dengan maksud untuk diterapkan pada situasi lain.
Glazer (dalam Fisher, 2011) menyebutkan bahwa berpikir kritis dalam
matematika sebagai kemampuan dan disposisi matematis untuk menyertakan
pengetahuan sebelumnya, penalaran matematis, dan strategi kognitif untuk
menggeneralisasi, membuktikan atau mengevaluasi situasi-situasi matematik yang
tidak familiar secara reflektif, dalam artian suatu situasi dimana individu tidak
dapat secara langsung memahami konsep matematika atau mengetahui bagaimana
menentukan solusi dari persoalan.
Menurut Facione (dalam Peter, 2012) indikator berpikir kritis antara lain:
e. Identify adalah kemampuan seseorang untuk memahami permasalahan yang di
hadapi dan menyatakan arti atau maksud dari pengalaman yang bervariasi
situasi, data, peristiwa, keputusan, konvensi, kepercayaan atura, prosedur atau
kriteria.
9

f. Define adalah kemampuan untuk mengidentifikasi maksud dan kesimpulan yang


benar antara pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi berdasarkan kepercayaan,
keputusan, pengalaman, alasan, dan informasi.
g. Enumerate adalah kemampuan seseorang untuk menilai kredibilitas dari suatu
pertanyaan penyaji lain dengan menilai atau menggambarkan persepsi seseorang,
pengalaman, situasi, kepercayaan, keputusan, dan menggunakan kekuatan logika
dari hubungan inferensial yang diharapkan atau hubungan inferensial yang aktual
diantara pernyataan, pertanyaan, deskripsi maupun bentuk representasi lainnya.
h. Analyze adalah kemampuan siswa untuk mengidentifikasi dan memilih unsur-
unsur yang diperlukan untuk membentuk jawaban yang rasional dengan
mempertimbangkan informasi yang relevan dengan suatu masalah berdasarkan
data yang ada.
i. List adalah kemampuan seseorang untuk menyatakan hasil proses pertimbangan,
kemampuan untuk membenarkan bahwa suatu alasan itu berdasarkan bukti,
metodologi, konsep, atau suatu kriteria tertentu dan pertimbangan yang masuk
akal, dan mampu untuk mempresentasikan alasan berupa argumen yang
meyakinkan.
j. Self-Correct berkaitan dengan kesadaran seseorang untuk memonitor kognisi
dirinya, elemen-elemen yang digunakan, berpikir dan hasil yang dikembangkan,
khususnya dengan mengaplikasikan keterampilan dalam mengevaluasi
kemampuan dirinya dalam mengambil kesimpulan dalam bentuk pertanyaan,
konfirmasi, validasi dan koreksi.
Dari uraian di atas, dapat dibuat indikator berpikir kritis dalam memecahkan
masalah berbentuk soal cerita berdasarkan langkah-langkah berpikir kritis
IDEALS seperti yang terlihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Langkah-langkah dan indikator berpikir kritis
Langkah-langkah
No Indikator
Berpikir Kritis
1 (I) Identify Menyebutkan pokok permasalahan secara umum
Menyebutkan fakta-fakta yang membatasi
masalah, meliputi:
2 (D) Define - Informasi-informasi yang dibutuhkan (apa
yang diketahui dan ditanyakan dalam soal)
- Informasi-informasi yang tidak digunakan
10

Langkah-langkah
No Indikator
Berpikir Kritis
Menyebutkan pilihan-pilihan cara dan jawaban
3 (E) Enumerate
yang masuk akal
Menganalisis pilihan untuk memilih cara dan
4 (A) Analyze
jawaban terbaik
Menyebutkan alasan yang tepat atas cara dan
5 (L) List
jawaban terbaik yang dipilih
Mengecek kembali secara menyeluruh proses
6 (S) Self-Correct
jawaban
Sumber: Adaptasi (Peter, 2012)

2.4 Bentuk Aljabar


2.4.1 Pengertian Bentuk Aljabar
Bentuk aljabar merupakan suatu bentuk matematika yang dalam
penyajiannya memuat huruf-huruf untuk mewakili bilangan yang belum
diketahui. Bentuk aljabar dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Hal-hal yang tidak diketahui seperti banyaknya bahan
bakar minyak yang dibutuhkan sebuah bis dalam tiap minggu, jarak yang
ditempuh dalam waktu tertentu, atau banyaknya makanan ternak yang dibutuhkan
dalam 3 hari, dapat dicari dengan menggunakan aljabar. Pada bentuk aljabar
terdapat unsur-unsur aljabar yang terdiri dari:
k. Varibel
Variabel merupakan lambang pengganti suatu bilangan yang belum diketahui
nilainya dengan jelas. Variabel disebut juga peubah. Variabel pada umumnya
dilambangkan dengan huruf kecil a , b , c , … , z .
l. Konstanta
Variabel dari sebuah bentuk aljabar yang berupa bilangan dan tidak memuat
variabel.
m. Koefisien
Faktor konstanta dari suatu suku pada bentuk aljabar.
11

2.4.2 Operasi Bentuk Aljabar


Terdapat beberapa operasi yang digunakan dalam bentuk aljabar, anatar lain
sebagai berikut.
a. Penjumlahan dan pengurangan
Pada bentuk aljabar, operasi pengurangan dan penjumlahan hanya bisa
dilakukan pada suku-suku yang sama. Jumlahkan atau kurangkan koefisien
pada suku-suku yang sama.
b. Perkalian
Sifat distributif perkalian berlaku pada perkalian bilangan bulat terhadap
penjumlahan, yaitu a ×(b+ c)=(a × b)+(a × c) dan sifat distributif perkalian
terhadap pengurangan, yaitu a ×(b−c )=( a ×b) – ( a ×c ), untuk setiap bilangan
bulat a , b , dan c . Sifat ini juga berlaku pada perkalian bentuk aljabar.
1) Perkalian antara konstanta dan bentuk aljabar
Perkalian sebuah bilangan konstanta dengan bentuk aljabar suku satu dan
suku dua dinyatakan sebagai berikut.
k ( ax )=kaxk ( ax +b )=kax +kb
2) Perkalian antara dua bentuk aljabar
Sebagaimana perkalian sebuah konstanta dengan bentuk aljabar, untuk
mengetahui hasil kali antara dua bentuk aljabar kita dapat menggunakan
sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan dan sifat distributif
perkalian terhadap pengurangan. Selain dengan cara itu, dalam
menemukan suatu hasil kali antara dua bentuk aljabar, dapat
memanfaatkan cara sebagai berikut. Simak perkalian antara bentuk aljabar
suku dua dengan suku dua berikut ini.
( ax +b ) × ( cx+ d )=ax ( cx +d ) +b ( cx +d ) ¿ ( ax ×cx +ax ×d ) + ( b × cx +b × d )

¿ ( ac x 2+ adx ) + ( bcx+ bd )¿ ac x + ( ad +bc ) x+ bd


2

c. Pembagian
12

Hasil bagi dua bentuk aljabar dapat kalian peroleh dengan menentukan
terlebih dahulu faktor sekutu masing-masing bentuk aljabar tersebut,
kemudian melakukan pembagian pada pembilang danpenyebutnya.
d. Substitusi
Nilai sebuah bentuk aljabar bisa ditentukan dengan metode menyubstitusikan
sembarang bilangan pada variabel-variabel bentuk aljabar tersebut.

2.5 Collaborative Learning


Menurut Elizabert E. Barkley (2016), mengatakan berkolaborasi berarti
bekerja bersama-sama dengan orang lain. Praktik pembelajaran kolaboratif berarti
bekerja secara berpasangan atau dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan
pembelajaran bersama. Collaborative learning berarti belajar melalui kerja
kelompok, bukan belajar dalam kesendirian.
Collaborative learning adalah proses belajar kelompok yang setiap anggota
menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan
keterampilan yang dimiliki setiap individu yang ada dalam kelompok, secara
bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota. Collaborative
learning dilandasi oleh pemikiran bahwa kegiatan belajar hendaknya mendorong
dan membantu siswa dalam membangun pengetahuan sehingga mencapai
pemahaman yang mendalam. Keberhasilan siswa dalam belajar matematika tidak
hanya dipengaruhi oleh kemampuan siswa sendiri tetapi dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain seperti guru dan model pembelajaran yang digunakan di kelas (Hobri,
dkk. 2019). Dengan belajar secara berkelompok, selain dapat meningkatkan
motivasi dan minat siswa, juga dapat meningkatkan dan mengembangkan cara
berpikir kritis. Hal ini terkait dengan peningkatan tanggung jawab siswa dalam
belajar secara berkelompok sehingga dapat menciptakan seseorang yang berpikir
kritis.
Pendekatan Collaborative Learning tidak hanya sekedar bekerja sama
dalam sebuah kelompok, namun lebih kepada suatu proses pembelajaran yang
meliputi proses komunikasi yang penuh dan adil di dalam kelas. Konsep ini dapat
dioptimalkan dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kualitas
13

aktivitas siswa, terutama dalam hal kerja sama, kolaborasi, dan kepedulian
terhadap orang lain (Hobri, dkk. 2019). Collaborative Learning itu melibatkan
kemampuan sosial dan kemampuan pembelajaran. Ini menggabungkan 3 konsep,
yaitu tenaggung jawab individu, keuntungan kelompok, dan pencapaian
kesuksesan yang sama. Tujuan dari Collaborative Learning adalah meningkatkan
interaksi siswa dalam memahami suatu tugas serta siswa mampu mengeksplorasi
apa saja yang ada dalam pikiran masing-masing.

2.6 Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif


Tidak ada satu metode atau gaya belajar yang sesuai bagi semua siswa. Ada
beberapa siswa lebih nyaman belajar sendiri, ada pula yang lebih memilih
mendengarkan penjelasan atau informasi dari guru dengan metode ceramah. Salah
satu yang mempengaruhi gaya belajar tersebut salah satunya adalah berdasarkan
gaya kognitif yang dimiliki masing-masing siswa.
Menurut Nasution (2006: 94), gaya belajar adalah cara konsisten yang
dilakukan siswa dalam menangkap stimulus dan informasi, cara mengingat,
berpikir, dan memecahkan soal. Gaya belajar ini berkaitan erat dengan pribadi
seseorang, yang dipengaruhi oleh Pendidikan dan riwayat perkembangannya.
Selanjutnya Tearta (2012) berpendapat bahwa gaya kognitif adalah karakteristik
individu dalam penggunaan fungsi kognitif (berpikir, mengingat, memecahkan
masalah, membuat keputusan, mengorganisasi, dan memproses informasi dan
seterusnya) yang bersifat konsisten dan berlangsung lama. Usudo (dalam
Komarudin, 2014: 3-4) menyatakan bahawa salah satu faktor yang mempengaruhi
individu dalam pengajuan masalah matematika adalah gaya kognitif. Sebagai
salah satu tipe berpikir, gaya kognitif memainkan peran penting dalam
pengembangan karya-karya kritis. Gaya kognitif biasanya juga menggambarkan
suatu dimensi kepribadian yang mempengaruhi sikap, nilai, dan interaksi sosial
(Diana, dkk. 2016).
Pada dasarnya setiap orang memiliki gaya kognitif yang berbeda-beda
dalam menyelesaikan masalah. Berbagai gaya kognitif tersebut merupakan sifat
kepribadian yang relatif menetap, sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan
14

perilaku seseorang dalam menghadapi berbagai situasi. Salah satu gaya kognitif
berkaitan dengan anak berkesulitan belajar adalah gaya kognitif reflektif dan
impulsif.
Gaya kognitif reflektif dan impulsif merupakan gaya kognitif yang
menunjukkan tempo atau kecepatan dalam berpikir. Menurut Diana (2016) gaya
kognitif reflektif memiliki beberapa kecenderungan dalam memecahkan masalah
bangun ruang sisi lengkung yaitu cenderung dapat memahami dan memecahkan
permasalahan, membutuhkan waktu yang lebih lama daripada siswa dengan gaya
impulsif dalam memahami dan memecahkan permasalahan, dapat menuliskan
langkah-langkah pemecahan masalah dengan runtut dan benar, serta teliti dalam
melakukan pemecahan masalah sehingga hasil akhir benar. Orang yang impulsif
mengambil keputusan dengan cepat tanpa memikirkannya secara mendalam,
sedangkan orang yang reflektif mempertimbangkan segala arternatif sebelum
mengambil keputusan dalam situasi yang tidak mempunyai penyelesaian mudah
(Nasution, 2006:97).
Terdapat dua aspek penting dalam pengertian gaya kognitif reflektif dan
impulsif, yaitu (1) waktu yang digunakan siswa untuk mengambil keputusan
dalam memecahkan masalah; (2) kesalahan yang dilakukan siswa dalam
memecahkan masalah. Untuk mengukur gaya kognitif dan impulsif dari aspek
pertama adalah dilihat dari segi waktu yang digunakan oleh siswa dalam
memecahkan masalah, sedangkan dalam aspek kedua dilihat dari jumlah
kesalahan siswa dalam menjawab pertanyaan. Pada dasarnya aspek waktu
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu cepat atau lambat, sedangkan aspek
kesalahan dibedakan menjadi cermat atau tidak cermat. Berdasarkan hal tersebut,
siswa dapat dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu (1) cepat-cermat; (2) cepat-
tidak cermat (impulsif); (3) lambat-cermat (reflektif); (4) lambat-tidak cermat.
Dalam penelitian ini hanya terfokus pada reflektif dan impulsif saja, karena dalam
pembelajaran dikelas, proporsi siswa reflektif dan impulsif banyak ditemukan.
Intrumen untuk mengukur gaya kognitif reflekti dan impulsif telah
diperkenalkan oleh kumpulan peneliti, yang disebut matching familiar figure
(MFFT). MFFT merupakan intrumen yang secara luas banyak digunakan untuk
15

mengukur kecepatan kognitif. Pada MFFT, siswa telah ditunjukkan sebuah


gambar standar dan beberapa gambar variasi yang serupa dimana hanya salah satu
dari gambar variasi tersebut sama dengan gambar standar. Tugas siswa adalah
memilih salah satu gambar dari gambar variasi tersebut yang sama dengan gambar
standar. Gambar yang sama dengan yang asli atau standard inilah yang bernilai
benar dan harus dicari siswa. MFFT dapat disesuaikan dengan usia subjek yang
akan diukur. Instrument yang dikembangkan Warli (dalam Qomaroh, 2013:24) ini
dicirikan sebagai berikut:
a. MFFT terdiri atas gambar satu standard atau asli dan delapan gambar variasi,
sedangkan banyak soal 13 soal.
b. Pada gambar variasi hanya ada satu gambar yang sama dengan gambar standard.
c. Perbedaan gambar standard dan gambar variasi tidak terlalu mencolok.
d. Gambar standard terletak pada lembar yang berbeda dengan gambar variasi.
Dalam menggunakan MFFT, data yang harus dicacat meliputi banyaknya
waktu yang digunakan siswa untuk menjawab seluruh soal yang diberikan dengan
menggunakan jangka waktu tertentu dan pencatatan waktu saat siswa
menyelesaikan soal MFFT, disimbolkan dengan (t) dan frekuensi kebenaran
jawaban yang diberikan, disimbolkan dengan (f).

2.7 Penelitian yang Relevan


Beberapa penelitian sejenis yang berkaitan dengan kemampuan berpikir
kritis sebagai berikut:
a. Penelitian yang dilakukan oleh Kholifah (2017) bertujuan untuk mengetahui
keterampilan berpikir kritis matematis pada siswa Sekolah Mengah Pertama
(SMP) kelas IX. Penelitian yang dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Annida Al-Islamy pada kelas IX tahun ajaran 2017/2018. Data penelitiannya
diperoleh dari analisis jawaban siswa terhadap tes kemampuan berpikir kritis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemampuan berpikir kritis siswa
SMP kelas IX di MTs Annida Al-Islamy secara keseluruhan hasil rata-rata tes
kemampuan berpikir kritisnya masuk dalam kategori sedang.
16

b. Penelitian yang dilakukan oleh Dewanti (2019) bertujuan untuk mengetahui


kemampuan pemecahan masalah pada materi pertidaksamaan linear satu variabel
ditinjau dari gaya kognitif reflektif dan impulsif siswa kelas VII Satu Atap
Hulung Kasieh. Hasil analisis menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah pada materi pertidaksamaan linear satu variabel ditinjau dari gaya
kognitif reflektif dan impulsif siswa kelas VII SMP Negeri Satu Atap Hulung
Kasieh, yaitu siswa bergaya kognitif impulsif cenderung membutuhkan waktu
yang relatif lebih singkat dalam menyelesaikan soal, penyelesaian yang kurang
teliti, cenderung tidak melalui tahap merencanakan penyelesaian dan tidak
memeriksa kembali penyelesaian yang telah ditemukan. Sedangkan siswa bergaya
kognitif reflektif cenderung membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
menyelesaikan soal yang diberikan, membaca berulang-ulang untuk memahami
masalah, merencanakan penyelesaian dengan cara merancang, menuliskan rumus
serta melakukan perhitungan dan memeriksa kembali penyelesaian yang telah
ditemukan.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Fauzi (2013) bertujuan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang
mendapatkan model pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) dengan
siswa yang mendapatkan metode konvensional dan mengetahui sikap siswa
terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
kolaboratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan
berpikir kritis matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model
pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) lebih baik daripada siswa yang
mendapatkan metode pembelajaran konvensional. Peningkatan siswa yang
mendapatkan model pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) berbeda
secara signifikan dengan peningkatan siswa yang mendapatkan metode
konvensional, sikap siswa positif terhadap pembelajaran matematika dengan
model pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) yang telah diikuti
selama pembelajaran relasi dan fungsi.
d. Penelitian yang dilakukan oleh Nahda, dkk (2015) bertujuan untuk
mendeskripsikan proses berpikir siswa gaya kognitif reflektif dan siswa gaya
kognitif impulsif dalam memecahkan masalah matematika. Penelitian ini
17

dilakukan di kelas VII SMPN 11 Jember. Hasil penelitian menunjukkan bahwa


proses berpikir siswa gaya kognitif reflektif mengalami disequilibrium saat
mengerjakan soal karena siswa belum pernah mengerjakan soal non rutin
sebelumnya. Siswa gaya kognitif reflektif selalu berpikir dahulu jika dihadapkan
dengan masalah atau pertanyaan. Disamping itu, siswa hanya menulis inti
jawaban yang pokok saja saat mengerjakan tes pemecahan masalah. Sedangkan
siswa gaya kognitif impulsif tidak mengalami disequilibrium saat mengerjakan
soal karena sudah pernah mengerjakan soal non rutin. Siswa cenderung spontan
dalam menjawab pertanyaan dan menulis semua ide maupun rencana yang ada
dalam pikirannya di lembar jawaban.
e. Penelitian yang dilakukan oleh Hapsari dan Ismail (2017) merupakan penelitian
deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan profil berpikir kritis
siswa SMP dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari gaya kognitif
dan jenis kelamin. Subjek penelitian ini terdiri dari 4 siswa kelas VII SMP dengan
kemampuan matematika setara, di antaranya 1 siswa laki-laki reflective, 1 siswa
perempuan reflective, 1 siswa laki-laki impulsive, dan 1 siswa perempuan
impulsive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil berpikir kritis keempat
subjek pada langkah memahami masalah relatif sama. Pada langkah menyusun
rencana, keempat subjek melaksanakan semua indikator kategori asesmen. Siswa
laki-laki reflective melaksanakan semua indikator pada kategori strategi,
sedangkan siswa perempuan reflective tidak mendiskusikan langkah yang
mungkin, siswa laki-laki dan perempuan impulsive tidak mendiskusikan langkah
yang mungkin dan tidak memprediksi hasil dari langkah yang dibuat. Pada
langkah melaksanakan rencana, keempat subjek menyusun hubungan antara
bagian berbeda dari permasalahan, membuat kesimpulan sesuai hasil diskusi,
memikirkan kesimpulan dengan benar. Pada langkah memeriksa kembali, subjek
laki-laki dan perempuan reflective mengevaluasi langkah penyelesaian yang telah
dilakukan, sedangkan subjek laki-laki dan perempuan impulsive tidak
mengevaluasi langkah penyelesaian yang telah dilakukan.
f. Penelitian yang dilakukan oleh Kholid (2018) bertujuan untuk mendeskripsikan
dan menganalisis karakteristik siswa ketika berpikir kritis dalam pemecahan
masalah matematika, proses berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah
18

matematika, hasil belajar siswa dalam memecahkan masalah matematika. Hasil


penelitian tentang Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pemecahan
Masalah Matematika (Studi Multi Kasus pada Siswa Kelas V MI Miftahul Ulum
Batu dan MI Wahid Hasyim 03 Malang menunjukkan bahwa: Pertama,
karakteristik siswa ketika berpikir kritis antara lain; mengemukakan pertanyaan-
pertanyaan dan masalah penting, mengumpulkan dan menilai informasi-informasi
yang relevan, menarik kesimpulan dengan alasan yang kuat, mampu mengatasi
kebingungan. Kedua, proses berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah
matematika melalui tahapan klarifikasi, dukungan dasar, interpretasi, analisis,
inference, dan eksplanasi. Ketiga, hasil belajar siswa dalam memecahkan masalah
matematika diantaranya meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
g. Penelitian yang dilakukan oleh Widiantari (2016) bertujuan untuk mengetahui
kemampuan berpikir kritis siswa, untuk mengetahui upaya-upaya guru agar
kemampuan berpikir kritis siswa dapat berkembang, dan untuk mengetahui
kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam pelaksanaan upaya-upaya
pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV dalam pembelajaran
matematika di SD Negeri 2 Pemaron Kecamatan Buleleng. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa; Pertama, rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV
sebesar 55,04 tergolong Rendah, dengan indikator tertinggi adalah indikator
menganalisis pertanyaan sebesar 82,99% dan indikator terendah adalah indikator
mengidentifikasi asumsi sebesar 0%. Kedua, upaya-upaya yang dilakukan guru di
SD Negeri 2 Pemaron untuk pengembangan kemampuan berpikir kritis, yaitu
memberikan soal terbuka dan memberikan bimbingan belajar. Ketiga, kendala-
kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa, yaitu fasilitas sekolah kurang memadai, dan kurang
perhatian orang tua terhadap aktivitas belajar anak-anaknya. Objek penelitian ini
adalah kemampuan berpikir kritis siswa dalam pelajaran matematika, upaya yang
dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematika, dan
kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis
matematika.
h. Penelitian yang dilakukan oleh Purnama, dkk (2019) bertujuan untuk
mendeskripsikan proses berpikir kritis matematis dan mengidentifikasi tingkat
19

berpikir kritis matematis siswa yang diberikan pembelajaran discovery pada


pembelajaran matematika. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif. Subjek penelitian adalah 6 orang siswa yang diambil dari 37 siswa
kelas VII-E MTsN 3 Aceh Barat yang dipilih berdasarkan kemampuan awal
matematikanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam aktivitas
penyelesaian masalah siswa lebih banyak melakukan proses specializing dan
generalizing. Siswa telah mampu mengidentifikasi masalah yang disajikan serta
menyusun langkah penyelesaian yang mungkin untuk menyelesaikan masalah
tersebut, namun pada proses conjecturing dan convincing, siswa masih perlu
dilatih untuk menganalogikan masalah serta menyelesaikan masalah dengan cara
yang beragam.
i. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni, dkk (2016) betujuan untuk mengetahui
cara berpikir kritis dalam memecahkan masalah matematika, berdasarkan gaya
kognitif yang dimilikinya, yaitu gaya kognitif reflektif dan gaya kognitif impulsif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah metode tes dan metode
wawancara. Metode tes terdiri dari dua bagian yaitu metode tes gaya kognitif
MFFT (Matching Familiar Figure Test) dan tes pemecahan masalah. Tes gaya
kognitif MFFT (Matching Familiar Figure Test) ini bertujuan untuk
pengelompokan dan pemilihan subjek penelitian. Sedangkan tes pemecahan
masalah digunakan untuk mengetahui profil berpikir kritis siswa. Wawancara
terhadap subjek pada penelitian ini bertujuan untuk mengklarifikasi hasil tes
pemecahan masalah atau membantu untuk mendalami profil berpikir kritis siswa.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan siswa dengan gaya kognitif reflektif
menceritakan kembali informasi yang terdapat pada soal pemecahan masalah
dengan menggunakan kata-kata sendiri namun dalam menceritakan kembali
subjek sangat berhati–hati sehingga waktu yang digunakan untuk wawancara
cenderung lama. Adapun siswa dengan gaya kognitif siswa Impulsif dalam
kriteria fokus (focus) menceritakan kembali dengan membaca soal keseluruhan.
j. Penelitian yang dilakukan oleh Linda, dkk (2015) ini bertujuan untuk
mengidentifikasi berpikir kritis siswa kelas VII-E SMP Negeri 1 Jember dengan
kemampuan pemecahan masalah matematika sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah
dan sangat rendah pada pokok bahasan segitiga. Metode pengumpulan data yang
20

digunakan antara lain tes dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berdasarkan indikator berpikir kritis yang digunakan, siswa dengan kemampuan
pemecahan masalah sangat tinggi mampu memenuhi keenam indikator berpikir
kritis, kemampuan memberi alasan dan mengkomunikasikan pada semua
indikatornya sangat baik dan sangat lancar.
Berdasarkan penelitian yang relevan di atas dapat diketahui bahwa setiap
peneliti memiliki beberapa metode yang berbeda untuk mengetahui gaya berpikir
siswa dalm menyelesaikan suatu masalah. Dapat diketahui bahwa setiap metode
dapat digunakan untuk menentukan beberapa gaya berpikir siswa. Dalam
penelitian ini untuk mengetahui gaya berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
matematika dengan berbasis Collaborative Learning. Metode yang digunakan
untuk mengumpulkan data adalah tes soal, wawancara, dan observasi. Penentuan
gaya belajar kognitif reflektif dan kognitif impulsif menggunakan tes MFFT,
wawancara, dan observasi.
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sanjaya (2013) menyatakan
bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
menggambarkan atau menjelaskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta dan sifat populasi tertentu. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif. Menurut Basrowi dan Suwandi (2008), pendekatan kualitatif adalah
salah satu penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata, ucapan ataupun
perilaku orang yang diamati.
Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian
deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan
atau menjelaskan mengenai fakta dan sifat populasi tertentu (objek penelitian)
dengan data dalam bentuk kata-kata. Fokus penelitian ini adalah mendeskripsikan
kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran matematika materi operasi
aljabar berbasis collaborative learning ditinjau dari gaya kognitif reflektif dan
impulsif.

3.2 Daerah dan Subjek Penelitian


Daerah penelitian yaitu MTs NEGERI 8 BANYUWANGI. Penelitian ini
dilaksanakan dengan suatu pertimbangan, yaitu untuk kemampuan berpikir kritis
siswa dalam pembelajaran matematika berbasis collaborative learning ditinjau
dari gaya kognitif reflektif dan impulsif. Pemilihan daerah penelitian di MTs
NEGERI 8 BANYUWANGI karena dalam sekolah tersebut belum pernah
dilakukan pembelajaran berbasis collaborative learning dan guru belum pernah
menguji coba kemampuan kognitif siswa.
Orang yang dapat memberikan keterangan maupun penjelasan terhadap
suatu masalah yang diselidiki disebut subjek penelitian. Subjek penelitian dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs NEGERI 8 BANYUWANGI yang
sedang atau pernah menerima materi operasi bentuk aljabar. Subjek penelitian

21
22

diberikan angket gaya kognitif reflektif dan impulsifkemudian dibentung


kelompok dengan acuan hasil angket. Selanjutnya, melakukan pembelajaran
dalam kelas berbasis collaborative learning.

3.3 Definisi Operasional


Untuk menghindari terjadinya kesalahan penafsiran, perlu adanya definisi
operasional untuk beberapa istilah yang terdapat pada penelitian ini, yaitu:
a. Berpikir kritis yang dimaksudkan adalah kemampuan yang diukur berdasarkan
hasil tes kemampuan berpikir kritis dengan indikator yang telah
dikembangkan dari 6 tahapan berpikir kritis menurut Fascione, yaitu Identify,
Define, Enumerate, Analyze, List dan Self-Correct.
b. Collaborative learning adalah pembelajaran matematika yang dilakukan dengan
mengelompokan dua siswa atau lebih untuk memecahkan masalah matematika.
c. Gaya berpikir yang dimaksud pada penelitian ini adalah gaya berpikir kognitif
reflektif dan kognitif impulsif.
d. Operasi bentuk aljabar yang dimaksud adalah penjumlahan dan pengurang bentuk
aljabar, perkalian bentuk aljabar, pembagian bentuk aljabar dan subtitusi bentuks
aljhabar.

3.4 Prosedur Penelitian


Pada suatu penelitian, prosedur penelitian sangat dibutuhkan sebagai
langkah-langkah untuk mengumpulkan data yang kemudian dianalisis hingga
mencapai kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Prosedur penelitian
atau langkah-langkah tersebut antara lain:
a. Kegiatan pendahuluan
Kegiatan pendahuluan yang dilakukan adalah menentukan daerah penelitian,
membuat surat ijin penelitian, observasi daerah penelitian, melakukan
koordinasi dengan guru mata pelajaran matematika untuk menentukan jadwal
penelitian.
23

b. Pembuatan instrumen penelitian


Pada tahap ini, hal yang harus dilakukan yaitu menyusun instrumen penelitian
yang diperlukan dalam penelitian seperti lembar tes untuk kemampuan
berpikir kritis, lembar observasi berbasis collaborative learning, lembar tes
MFFT, pedoman wawancara, dan lembar validasi.
c. Validasi instrumen penelitian
Melakukan validasi instrumen penelitian dengan memberikan lembar validasi
kepada dua orang validator, yaitu dua orang dosen Pendidikan Matematika.
Lembar validasi berisi tentang validasi isi, validasi konstruk, bahasa soal,
alokasi waktu dan petunjuk pengerjaan soal. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini, menliputi Peneliti, Angket Gaya Berpikir (MFFT), Lembar Tes
Berpikir Kritis, Pedoman Wawancara, dan Lembar Validitas.
d. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan tes angket MFFT untuk mengetahui gaya
kognitif siswa. Setelah itu, siswa dikelompokkan antara kognitif reflektif dan
impulsif berdasar jawaban pada hasil tes MFFT. Selanjutnya, dibentuk
kelompok beranggotakan 4 siswa dengan acuhan gaya hasil tes angket. Soal
tes kemampuan berpikir kritis berbentuk soal operasi bentuk aljabar berjumlah
2 butir. Soal diberikan kepada tiap kelompok untuk diselesaikan dengan
langkah-langkah berpikir kritis. Kemudian, dilakukan wawancara berdasarkan
soal yang dikerjakan secara berkelompok. Obeservasi dilakukan saat
pengerjaan soal berkelompok untuk mengetahui keaktifan siswa dalam
kelompok.
e. Analisis data hasil penelitian
Pada tahap ini, dilakukan analisis data pada hasil tes kemampuan berpikir
kritis siswa berbasis collaborative learning dan wawancara. Analisis ini
dilakukan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa pada
materi operasi bentuk aljabar berbasis collaborative learning.
24

f. Kesimpulan
Tahap akhir yang dilakukan adalah menarik kesimpulan dari data hasil tes
kemampuan berpikir kritis, hasil tes MFFT gaya kognitif reflektif dan
impulsif, hasil wawancara dan hasil observasi pembelajaran matematika
berbasis collaborative learning yang telah dianalisis.
Secara ringkas, prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Prosedur penelitian


25

3.5 Instrumen Penelitian


Arikunto (2011) menyatakan bahwa instrumen penelitian merupakan alat
bantuyang digunakan untuk mengumpulkan data supaya pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih cermat, lebih baik, lengkap dan sistematis sehingga
memudahkan dalam pengolahan. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Peneliti
Peneliti merupakan subjek yang melakukan penelitian. Dalam penelitian
analisis deskriptif, salah satu yang menjadi instrumen penelitian yang penting
adalah peneliti karena peran peneliti sebagai perencana, pengumpul data,
penganalisis, pembuat kesimpulan dan pelopor dalam penelitian.
b. Angket gaya berpikir
Angket adalah pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk mengumpulkan infromasi
dari subjek penelitian tentang pribadi dan menggunakan atau hal-hal yang
terkait dengan subjek penelitian. Angket yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan tes MFFT. Instrument yang dikembangkan Warli (dalam
Qomaroh, 2013:24) tersebut digunakan untuk mengetahui gaya kognitif
refletif dan impulsif dan merupakan instrumen yang banyak digunakan dan
diakui secara internasional untuk mengukur tipe gaya berpikir siswa. Angket
gaya berpikir terdiri dari 13 poin. Dalam setiap poin terdapat 1 gambar standar
dan 8 gambar variasi. Kemudian siswa diminta untuk memilih 1 gambar
variasi yang paling mirip dengan gambar standar.
c. Lembar tes berpikir kritis
Lembar tes berpikir kritis siswa terdiri dari 2 soal materi Opeasi Bentuk
Aljabar. Soal-soal yang dibuat tersebut telah disesuaikan dengan enam
indikator berpikir kritis untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa.
d. Pedoman wawancara
Wawancara yang digunakan berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan
kepada siswa untuk memperjelas dan menegaskan kembali hasil dari
pengerjaan soal tes Operasi Bentuk Aljabar berbasis collaborative learning.
Peneliti dapat menyusun pertanyaan yang digunakan pada wawancara tetapi
26

pertanyaan tersebut juga dapat dikembangkan pada saat wawancara


berlangsung. Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka dapat dinyatakan
bahwa jenis wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis
wawancara semi terstruktur, karena dengan jenis wawancara ini proses
wawancara dapat bersifat fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan kondisi di
lapangan pada saat wawancara tetapi tetap terdapat pedoman awal wawancara
sebagai acuan agar proses wawancara dapat tetap berjalan sesuai dengan
tujuan penelitian (Sugiyono, 2013).
e. Lembar observasi
Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tingkat
keaktifan siswa dalam kelompok dan selama pembelajaran berlangsung.
Lembar observasi diisi oleh seorang observer.
f. Lembar validasi
Lembar validasi dalam penelitian ini digunakan untuk menguji kevalidan soal
Operasi Bentuk Aljabar berbasis collaborative learning dan pedoman
wawancara sebagai instrumen dalam penelitian. Lembar validasi soal tes
Operasi Bentuk Aljabar berisi kesesuaian validasi isi, validasi konstruksi,
bahasa soal, alokasi waktu dan petunjuk pengerjaan soal. Lembar validasi
pedoman wawancara berisi kesesuaian pertanyaan wawancara dengan
indikator berpikir kritis.

3.6 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Metode angket
Angket yang dipakai adalah test MFFT diberikan kepada seluruh siswa pada
suatu kelas untuk mengelompokan siswa berdasarkan tipe gaya berpikir
kognitif reflektif dan impulsif.
27

b. Metode Soal Tes


Soal tes berupa soal cerita materi bentuk aljabar. Setelah dibentuk kelompok
beranggotakan 4 siswa tiap kelompok. Seluruh kelompok siswa subjek
penelitian mengerjakan soal berupa tes uraian dengan jumlah 2 soal dan waktu
pengerjaan tes selama 60 menit, yang disebut kelas collaborative learning.
Jenis tes uraian diharapkan dapat mengetahui kemampaun berpikir kritis siswa
dari jawaban siswa yang dikerjakan secara berkelompok untuk memecahkan
soal-soal yang tersedia.
c. Metode wawancara
Wawancara berfungsi sebagai alat untuk mengklarifikasi, mengetahui
pemahaman dan memperjelas dari hasil tes soal berbasis collaborative
learning untuk menggali data atau informasi yang dibutuhkan sehingga
peneliti dapat mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dalam
menyelesaikan soal berbasis collaborative learning materi Operasi Bentuk
Aljabar. Jenis pertanyaan yang digunakan pada penelitian ini adalah
pertanyaan terstruktur karena pedoman dalam wawancara telah disusun secara
sistematis. Pada penelitian ini, subjek yang diwawancarai adalah dua siswa
dari masing- masing tipe gaya berpikir.
d. Metode observasi
Menurut Nasution sebagaimana dikutip oleh Sugiyono (2012: 310)
menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.
Pengumpulan data dengan teknik observasi dilakukan dengan melakukan
pengamatan secara teliti menggunakan instrumen yang sengaja dirancang
untuk mengamati aktifitas siswa. Observasi bertujuan mengetahui keaktifan
siswa dalam kelompok. Observasi dilakukan oleh seorang observer dari guru
matetamatika MTs Negeri 8 Banyuwangi. Obesrvasi dilakukan selama proses
pembelajaran dan pengerjaan soal oleh keompok.
28

3.7 Metode Analisis Data


Berdasarkan penjelasan Sugiyono (2013), analisis data merupakan proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapang, dan dokumentasi. Hal ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data menurut kategori, mendeskripsikan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih tingkat kepentingan yang
dipelajari, serta membuat kesimpulan hingga mudah dipahami oleh orang lain
maupun diri sendiri. Metode analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut.
3.7.1 Analisis Validasi Instrumen
Validasi instrumen dilakukan untuk menguji ketepatan atau kelayakan
instrumen yang digunakan dalam penelitian. Validasi dilakukan oleh tiga orang
validator. Dua validator dari dosen Program Studi Pendidikan Matematika. Uji
validitas yang digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui kualitas dari tes
kemampuan berpikir kritis, dan pedoman wawancara. Instrumen dapat digunakan
jika telah diuji kevalidannya oleh para validator. Kevalidan instrumen ditentukan
berdasarkan nilai rata-rata indikator pada setiap aspek. Penghitungan tingkat
kevalidan dilakukan setelah validator melakukan penilaian pada lembar validasi
berdasarkan nilai rata-rata total untuk semua aspek (V a ). Nilai V a menentukan
tingkat kevalidan soal. Langkah-langkah untuk menentukan nilai V a menurut
Hobri (2010:52-53)sebagai berikut:
a. Menentukan rata-rata nilai hasil validasi dari semua validator untuk setiap
aspek penilaian dengan persamaan:
n

∑ V ji
j=1
I i=
n
Keterangan:
I i = rerata nilai untuk aspek ke-i
V ji = data nilai dari validator ke- j terhadap indikator ke-i
j = indeks validator
n = banyaknya validator
29

b. Menentukan nilai rata-rata total untuk semua aspek V a dengan persamaan:


m

∑ Ii
V a = i=1
m
Keterangan:
V a = nilai rerata total untuk semua aspek
I i = rerata nilai untuk aspek ke-i
i = indeks aspek yang dinilai
m = banyaknya aspek
Nilai V a diberikan berdasarkan Tabel 3.1 untuk menentukan kriteria tingkat
kevalidan instrumen soal.

Tabel 3.2 Kriteria validitas instrumen


Nilai V a Tingkat Kevalidan
V a =3 Sangat Valid
2,5 ≤V a <3 Valid
2 ≤V a< 2,5 Cukup Valid
1,5 ≤V a< 2 Kurang Valid
1 ≤V a<1,5 Tidak Valid
(Sumber: Hobri, 2010)
Instrumen penelitian dapat digunakan dalam penelitian jika sudah mencapai
tingkat kevalidan valid atau sangat valid, yaitu V a ≥ 2,5. Jika belum memenuhi
tingkat kevalidan valid atau sangat valid, maka perlu dilakukan revisi sesuai
dengan saran validator kemudian divalidasi kembali. Jika memenuhi valid atau
sangat valid, maka dilakukan revisi sesuai saran validator namun tidak perlu
divalidasi kembali.

3.7.2 Analisis Data Angket


Data yang diperoleh dari Angket yang dikembangkan Warli (dalam
Qomaroh, 2013:24) akan dianalisis sesuai dengan panduan penilaian angket,
sehingga hasil yang didapatakan diketahui gaya berpikir masing-masing siswa
MTSN 8 BANYUWANGI untuk selanjutnya dilakukan penelitian.
30

Angket gaya berpikir terdiri dari 13 Waktu pengerjaan akan dicatat.


Pengelompokkan siswa berdasarkan perbedaan gaya berpikir yang dilihat dari
hasil angket siswa, apakah siswa dominan gaya berpikir kognitif reflektif atau
gaya berpikir kognitif impulsif. Penentuan gaya berpikir kognitif didasarkan kan
oleh kecepatan menjawab dan tingkat ketepatan jawaban. Dalam penelitian ini,
pemilihan subjek dipilih dari siswa kelas VII MTs Negeri 8 Banyuwangi yang
mempunyai gaya kognitif reflektif atau impulsif. Untuk menggolongkan siswa
berdasarkan gaya kognitifnya digunakan instrumen MFFT (Matching Familiar
Figure Test) yang telah dirancang dan dikembangkan oleh Warli (2010). terdiri
dari 13 soal yang dikerjakan dalam dua bagian dengan alokasi waktu yang
diberikan 25 menit. Pada setiap item soal terdapat satu gambar standar (baku) dan
delapan gambar variasi. Diantara 13 gambar variasi ada satu gambar yang sama
dengan gambar standar. Tugas siswa adalah memilih salah satu gambar variasi
yang sama dengan gambar standar.
Pengukuran gaya kognitif ini dilakukan pada setiap siswa VII MTs Negeri
8 Banyuwangi, hal-hal yang dicatat dalam pengukuran ini meliputi jarak waktu
antara stimulus dan respon pertama yang diberikan siswa (t) dan frekuensi
jawaban siswa sampai diperoleh jawaban yang betul (f). Penentuan gaya kognitif
dihitung berdasarkan media data jarak waktu (t) dan median data frekuensi
jawaban siswa sampai betul (f). Median catatan waktu dan median frekuensi
menjawab digunakan sebagai batas penentuan siswa yang mempunyai
karakteristik reflektif atau impulsif. Selanjutnya dengan data median dari (t) dan
(f), ditarik garis yang sejajar dengan sumbu t dan sumbu f, sehingga akan
membentuk 2 (dua) kelompok siswa.
f(frekuensi menjawab)

Reflektif

f
Impulsif
31

t t(waktu)

Gambar 3.2 Kelompok siswa reflektif dan impulsif

Penentuan gaya kognitif dilakukan dengnan menghitung median waktu


mengerjakan (Mt) dibagi median seluruh frekuensi ketepatan (Mf) siswa sebagai
nilai acuan (X). Siswa dengan nilai di bawah nilai acuan (X) termasuk siswa
dengan gaya kognitif reflektif dan siswa dengan nilai di atas nilai acuan (X)
termasuk siswa dengan gaya kognitif impulsif
Mt
X=
Mf
Keterangan : X = nilai acuan
Mt = median waktu menyelesaikan
Mf = median frekuensi Ketepatan
Nilai siswa (x) didapat dari waktu (t) pengerjaan dibagi frekuensi ketepatan (f)
jawaban.
t
x=
f
Keterangan : x = nilai siswa
t = waktu menyelesaikan
f = frekuensi Ketepatan

Tabel 3.2 Kriteria gaya berpikir kognitif


Nilai X Tingkat Kevalidan
x≤X Reflektif
x>X impulsif
(Sumber: Warli, 2009)
32

3.7.3 Analisis Data Hasil Tes


Tes kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan gaya berpikir kognitif
reflektif dan impulsif. Langkah-langkah yang digunakan dalam analisis data
sebagai berikut.
a. Menganalisis data yang didapat dari hasil tes soal Operasi Bentuk Aljabar
berbasis collaborative learning berdasarkan indikator kemampuan berpikir
kritis. Data jawaban yang diperoleh akan disesuakaikan antara proses
menjewab dan indikator berpikir kritis.
b. Mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal
matematika materi Operasi Bentuk Aljabar berdasarkan gaya berpikir kognitif
reflektif dan impulsif.

3.7.4 Analisis Data Hasil Wawancara


Analisis data hasil wawancara dilakukan setelah dilakukan pengumpulan
data hasil wawancara selesai. Langkah-langkah analisis data hasil wawancara
sebagai berikut:
a. Mereduksi data
Reduksi data dalam penelitian ini diartikan sebagai kegiatan merangkum data
hasil wawancara yang diperolah menjadi bentuk tulisan. Langkah yang harus
dilakukan pertama adalah mendengarkan rekaman hasil wawancara lalu
menuliskan data tersebut. Kedua, memeriksa kembali hasil transkrip dengan
mendengarkan kembali rekaman pada saat wawancara berlangsung.
b. Penyajian data
Penyajian data dengan kata-kata yang berbentuk narasi tentang bagaimana
kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal matematika materi
Operasi Bentuk Aljabar berbasis collaborative learning berdasarkan gaya
berpikir kognitif reflektif dan impulsif.
c. Penarikan kesimpulan
Pada akhir kegiatan diperoleh gambaran tentang kemampuan berpikir kritis
siswa. Hasil tersebut digunakan untuk menyimpulkan kemampuan berpikir
33

kritis siswa pada materi Operasi Bentuk Aljabar berdasarkan gaya


berpikirkognitif reflektif dan impulsif.

3.7.5 Analisis Hasil Observasi


Observasi dilakukan selama pembelajaran dan saat siswa mengerjakan soal
secara berkelompok. Observasi bertujuan untuk mengetahui tingkat keaktifan
siswa selama pembelajaran maupun saat berkelompok. Observasi mencatat
kegiatan siswa selama pembelajaran maupun saat mengerjakan soal secara
berkelompok.
3.7.6 Triangulasi Data
Triangulasi data yang dijelaskan oleh Moleong (2001) merupakan teknik
pemeriksaan keabsahan data yang menggunakan sesuatu yang lain di luar data
tersebut untuk kepentingan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu. Terdapat beberapa jenis triangulasi data antara lain adalah triangulasi peneliti,
triangulasi data (sering kali disebut dengan triangulasi sumber), triangulasi teori
dan triangulasi metode (Pawito, 2007). Teknik triangulasi yang dimanfaatkan
dalam penelitian ini yaitu teknik triangulasi metode. Dalam penelitian ini,
triangulasi metode yang digunakan adalah metode tes, metode wawancara dan
metode observasi.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Penelitian


Pada penelitian ini, hal pertama yang dilakukan adalah kegiatan pendahuluan,
yaitu menentukan daerah penelitian. Daerah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah MTs Negeri 8 Banyuwangi. Selanjutnya yaitu membuat surat izin
penelitian dan berkoordinasi dengan pihak sekolah, kepala sekolah dan guru
matematika di sekolah tersebut mengenai jadwal pelaksanaan penelitian.
Pada tanggal 8 Februari 2021, peneliti menyerahkan surat izin penelitian
kepada kepala MTs Negeri 8 Banyuwangi. Setelah mendapat izin dari kepala
sekolah, peneliti di arahkan menuju pihak kurikulum untuk mengetahui guru
pengajar matematika kelas VII. Langkah selanjutnya, peneliti menemui guru
matematika MTs Negeri 8 Banyuwangi untuk melakukan koordinasi mengenai
pengambilan data. Pengambilan data dibagi menjadi 3 kali pertemuan, yaitu pada
tanggal 13 Februari 2021, 19 Februari 2021, dan 20 Februari 2021.
Langkah selanjutnya, peneliti mempersiapkan instrumen penelitian yang
sudah di validasi oleh validator dari dua dosen pendidikan matematika yang
berupa test MFFT (Instrumen Matching Familiar Figure Test), soal uraian materi
Operasi bentuk Aljabar berbasis collaborative learning, pedoman wawancara,
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lembar observasi siswa.
Tahap selanjutnya, yaitu pemberian test MFFT ( Instrumen Matching Familiar
Figure Test). Tes dilakukan pada tanggal 13 Februari 2021 pada jam pertama. Tes
diikuti oleh 16 siswa dari total siswa kelas VII C, yaitu dari total 39 siswa, dimana
kelas dibagi menjadi menjadi dua karena dalam masa pandemi. Setiap kelas terdiri
dari 19-20 siswa berdasar nomer absen. Subjek penelitan saya adalah siswa kelas VII
C absen 1-19. Dari 19 siswa, 3 siswa tidak mengikuti tes dikarenakan 1 siswa sakit
dan 2 siswa ijin, sehingga tersisa 16 siswa yang mengikuti test. test MFFT
(Instrumen Matching Familiar Figure Test) terdiri dari 13 soal yang dikerjakan
dalam dua bagian dengan alokasi waktu yang diberikan 50 menit.

34
35

Setelah test MFFT (Instrumen Matching Familiar Figure Test) selesai,


dianjutkan dengan pemberian materi operasi bentuk aljabar. Pemberian materi
dilakukan sampai jam pelajaran kedua selesai. Pembarian materi meliputi penjmlahan
dan pengrangan bentuk aljabar, perkalian bentuk aljabar dan pembagian bentuk
aljabar.
Pada 19 Februari 2021, siswa diperkenankan membentuk kelompok dengan
anggota 4-5 orang. Kelompok yang terbentuk kemudian mengambil tempat yang
berdekatan namun tetap menjaga jarak dan protokol kesehatan. Kemudian soal
dibagiakan dan setiap kelompok diperkenankan mengerjakan soal selama satu jam
pelajaran. Soal tes adalah operasi bentuk aljabar dengan jumlah soal 2 butir. Lembar
jawaban dikumpulkan tepat saat jam pelajaran berakhir.
Observasi dilakuakan saat pengerjaan soal oleh siswa dan saat memberi materi.
Observer bertugas memperhatikan sikap siswa saat di bri materi dan saat
mengerjakan soal. Observer juga mencatat dan mengingat siswa yang aktif dan pasif
dengan memanfaatkan absebsi dan nama dada. Observasi saat mengejakan soal
dilihat dari keaktifan siswa dari cara mebantu dan berkontribusi dalam mengerjakan
soal. Observer berkeliling sambil memperhatikan sikap siswa.
Pada tanggal 20 Februari 2021, ditunjuk perwakilan kelompok untuk maju
kedepan dan melakukan wawanca bergiliran. Poin yang ditanyakan berdasarkan
indikator berpikir kritis untuk menyelesaikan soal. Wawancara digunakan untuk
mengetahui pemahaman siswa tetang soal baik yang diketahui dan ditanya pada
soal, menjelaskan langkah-langkah yang digunakan, dan mengungkapkan
kesimpulan diakhir penyelesaian.

4.2 Hasil Analisis Instrumen


4.2.1 Validitas Angket MFFT
Soal angket MFFT terdiri dari dua soal contoh dan tiga belas soal. Soal
MFFT berasal dari instrumen yang diikembangkan Warli. Soal MFFT telah
dimodifikasi oleh Warli dari adaptasi Jerome Kagan dan teruji validitasnya
sehingga tidak dilakukan uji validitas lagi dan digunakan secara umum guna
mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Soal MFFT digunakan untuk
mengetahui gaya berpikir kritis siwa berdasarkan kecepatan kognitif. Gaya
36

kognitif yang dimaksud adalah gaya kognitif reflektif dan impulsif. instrumen
MFFT (Matching Familiar Figure Test) yang telah dirancang dan dikembangkan
oleh Warli (2010). terdiri dari 13 soal yang dikerjakan dalam dua bagian dengan
alokasi waktu yang diberikan 25 menit. Pada setiap item soal terdapat satu gambar
standar (baku) dan delapan gambar variasi. Diantara 13 gambar variasi ada satu
gambar yang sama dengan gambar standar. Tugas siswa adalah memilih salah satu
gambar variasi yang sama dengan gambar standar.
.
4.2.2 Validasi Tes Soal Uraian Operasi Bentuk Aljabar
Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua soal uraian
dengan menggunakan materi operasi bentuk aljabar. Uji validasi terhadap tes soal
didasarkan pada validasi isi, validasi kontruksi, validasi Bahasa, dan validasi
petunjuk mengerjakan soal. Uji validasi soal tes kemampuan berpikir kritis siswa
dilakukan oleh dua validator yaitu dua dosen Pendidikan Matematika FKIP
Universitas Jember. Setelah lembar validasi disetujui oleh kedua validator
tersebut, kemudian dianalisis menggunakan rumus validasi dan hasil dari
perhitungan menunjukkan bahwa nilai rerata total semua soal operasi bentuk
aljabar adalah valid. Setelah soal tes kemampuan berpikir kritis dikategorikan
valid maka dapat digunakan untuk pengambilan data. Data validasi selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran K.
No
Validator Sebelum Revisi Sesudah revisi
.
1. Ada penulisan yang tidak 1. Sudah dihapus
diperlukan, sehingga harus 2. Sudah dibenarkan
dihapus (indikator dalam (dengan)
petunjuk soal) 3. Sudah dirincikan
1 Validator 1 2. Beberapa tulisan salah, misalnya 4. Sudah diganti
(dengan dengan) dengan langkah-
3. Indikator terlalu umum langkah baru
4. Mengganti langkah-langkah pada
petunjuk soal
37

Penulisan tanggal belum sesuai Sudah disesuaikan


2 Validator 2
(2020)
Tabel 4.1 Saran Revisi Validasi soal
Sesudah lembar validasi telah disetujui oleh kedua validator dan hasil
perhitungan menunjukkan bahwa nilai rata-rata validasi soal adalah 2,73.
Berdasarkan kategori tingga kevalidan instrumen pada tabel 3.1, maka pedoman
wawancara memenuhi kriteria valid. Sehingga soal dapat digunakan.

4.2.3 Validasi Pedoman Wawancara


Pedoman wawancara dibuat berdasarkan tiap indikator kemampuan berpikir
kritis siswa. Pedoman wawancara pada penelitian ini digunakan untuk acuan
ketika melaksanakan wawancara dengan subjek penelitian. Uji validasi instrumen
pedoman wawancara ini bertujuan untuk mengecek kesesuaian antara pertanyaan
wawancara dengan indikator berpikir kritis siswa. Uji validasi pedoman
wawancara dilakukan oleh dua validator dari dosen Pendidikan Matematika
Universitas Jember dan. Setelah lembar validasi disetujui oleh kedua validator
tersebut, kemudian dianalisis menggunakan rumus validasi dan hasil dari
perhitungan menunjukkan bahwa nilai rerata total semua pedoman wawancara
valid. Setelah pedoman wawancara dikategorikan sangat valid maka dapat
digunakan untuk pengambilan data. Data validasi selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran O.
N
Validator Sebelum Revisi Sesudah revisi
o.
1. Ada penulisan yang tidak 5. Sudah dihapus
diperlukan, sehingga harus 6. Sudah dibenarkan
dihapus (definisi wawancara tak (dan apa)
1 Validator 1 struktur) 7. Sudah dirincikan
2. Beberapa tulisan salah, misalnya
(dana pa)
3. Indikator terlalu umum
2 Validator 2 Penulisan tanggal belum sesuai Sudah disesuaikan
38

(2020)

Tabel 4.2 Saran Revisi Validasi Pedoman Wawancara


Sesudah lembar validasi telah disetujui oleh kedua validator dan hasil
perhitungan menunjukkan bahwa nilai rata-rata pedoman wawancara adalah 2,67.
Berdasarkan kategori tingga kevalidan instrumen pada tabel 3.1, maka pedoman
wawancara memenuhi kriteria valid. Sehingga pedoman wawancara dapat
digunakan.

4.2.4 Validasi Lembar Observasi Aktivitas Siswa


Lembar observasi aktivitas siswa berisi kegiatan siswa dan keaktifan siswa
dalam kelompok. Setelah dilakukan pengecekan oleh dosen dan observer, lembar
observasi bisa digunakan dalam penelitian untuk mengambil data. Lembar
observasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran G.
4.3 Analisis Data Angket
Tes angket MFFT (Instrumen Matching Familiar Figure Test) dilakukan
pada tanggal 13 Februari 2021 pada jam pertama. Tes diikuti oleh 16 siswa dari
total siswa kelas VII C, yaitu dari total 39 siswa, dimana kelas dibagi menjadi
menjadi dua karena dalam masa pandemi. Setiap kelas terdiri dari 19-20 siswa
berdasar nomer absen. Subjek penelitan saya adalah siswa kelas VII C absen 1-19.
Dari 19 siswa, 3 siswa tidak mengikuti tes dikarenakan 1 siswa sakit dan 2 siswa
ijin, sehingga tersisa 16 siswa yang mengikuti test. Test MFFT (Instrumen
Matching Familiar Figure Test) terdiri dari 13 soal yang dikerjakan dalam dua
bagian dengan alokasi waktu yang diberikan 25 menit.
Setelah pengukuran gaya kognitif pertemuan peneliti mendapatkan
rangkuman hasil pengukuran gaya kognitif yang disajikan pada Tabel 4.3.

Jumlah Waktu (menit) Frekuensi


Kelas
Siswa Max Min Med Max Min Med

VIIC 16 25,29 14,26 20,18 11 1 5


39

Waktu (menit) Frekuensi


Jumlah
Kelas Mt
Siswa
Median waktu (Mt) Median frekuensi ketepatan (Mf) X=
Nilai Acuan ( Mf )
20,18 5 4,04

Jumlah siswa reflektif Jumlah Siswa Impulsif

11 5

Keterangan : Max = Data Maksimum


Min = Data Minimum
Med = Median
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Gaya Kognitif
Berdasarkan Tabel 4.1 didapat nilai acuan (X) yaitu 4,04 sehingga
diketahui jumlah siswa reflektif 11 siswa (68,75%), jumlah siswa impulsif 5
siswa (31,25%). Hal ini menunjukkan bahwa proporsi siswa yang memiliki
karakteristik reflektif lebih besar dari pada Impulsif. Hasil ini sesuai dengan
beberapa peneliti sebelumnya, penelitian Warli (2009) proporsi anak
reflektifimpulsif 73,7%, penelitian Rozencwajg & Corroyer sebagaimana dikutip
oleh Warli (2009) proporsi anak reflektif-impulsif 76,2%, dan penelitian Purnomo
(2015) proporsi anak reflektif-impulsif 71,875%. Sesuai dengan fokus penelitian
pada Bab 1, jadi subjek yang memenuhi kriteria gaya reflektif-impulsif berjumlah
16 siswa.
Berdasarkan analisis pengukuran gaya kognitif, diperoleh hasil
pengelompokan gaya kognitif siswa kelas VII-C terhadap tes instrumen MFFT
(Matching Familiar Figure Test) pada Tabel 4.2 berikut.

Jumlah
Kode Frekuensi Rata-
No Waktu Gaya Kognitif
Nama Benar rata
(Menit)
1 LDA 14.26 6 2,38 Reflektif
2 SR 17.05 11 1,55 Reflektif
3 MAAF 17.10 5 3,42 Reflektif
4 NS 17.15 7 2,45 Reflektif
5 IDKN 17.30 5 3,46 Reflektif
40

Jumlah
Kode Frekuensi Rata-
No Waktu Gaya Kognitif
Nama Benar rata
(Menit)
6 PIZ 17.45 5 3,49 Reflektif
7 RNS 17.46 7 2,49 Reflektif
8 YSDA 18.20 5 3,64 Reflektif
9 NSM 18.50 5 3,70 Reflektif
10 TPM 19.07 6 3,17 Reflektif
11 KP 21.44 8 2,68 Reflektif
12 SF 22.08 5 4,41 Impulsif
13 MAA 22.10 2 11,05 Impulsif
14 ZCAM 22.30 1 22,30 Impulsif
15 MAM 25.07 3 8,35 Impulsif
16 REP 25.29 4 6,3 Impulsif
Tabel 4.4 Pengelompokan Gaya Kognitif Siswa Kelas VII C
Hasil pengelompokan pada Tabel 4.2 selanjutnya dipilih 4 kelompok subjek
untuk masing-masing gaya kognitif reflektif-impulsif. Mengacu pada Tabel 4.2,
siswa reflektif diambil dari kelompok siswa yang memiliki rata-rata ≤ 4,04 dan
siswa impulsif diambil dari siswa dengan rata-rata > 4,04. Data diatas
menunjukan terdapat 11 siswa reflektif dan 5 siswa impilsif.

Subjek penelitian terpilih untuk diidentifikasi tingkat berpikir kritis


tercantum pada Tabel 4.3.

No Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4


1 LDA (R) IDKN (R) NSM (R) RNS (R)
2 MAM (I) PIZ (R) ZCAM (I) TPM (R)
3 MAAF (R) MAA (I) REP (I) SR (R)
4 KP (R) SF (I) YSDA (R) NS (R)
Tabel 4.5 Daftar kelompok

Setelah pembentukan kelompok, selanjutnya diberikan tes soal operasi


bentuk aljabar berjumlah 2 butir dan dikerjakan berkelompok. Hasil dari
pengerjaan soal akan dianalisis berdasarkan tingkat ketepatan jawaban dan
runtutan menjawab soal. Teknik dan cara pengerjaan soal menjadi objek yang
membereikan informasi cara berpikir kritis siswa.
41

Dari data kelompok diatas maka dipilih 2 kelompok sebagi subject


penelitian. Dalam penelitian ini kita mengambil kelompok 2 (K2) dan kelompok 4
(K4). Kelompok 2 memiliki komposisi berpikir kritis impulsif 2 siswa dan
reflektif 2 siswa. Kelompok 4 memiliki komposisi berpikir kritis reflektif 4 siswa.

4.4 Analisis Soal Tes dan Wawancara


Analisis kemampuan berpikir kritis siswa berbsasis collaboratif learning
meliputi hasil tes berpikir kritis dan wawancara. Hasil tes dan wawancara akan
dijadikan acuan untuk memperoleh deskripsi kemampuan berpikir kritis siswa
reflektif yang nantinya akan diambil kesimpulan dengan triangulasi. Berikut ini
analisis data subjek terhadap data tertulis dan wawancara.

4.4.1 Analisis Data Kelompok 2


Kelompok 2 memiliki komposisi berpikir kritis gaya kognitif impulsif 2
siswa dan reflektif 2 siswa. Subjek diberi soal berjumlah 2 butir dan dikerjakan
secara berkelompok dengan aktu yang telah ditentukan. Hasil pengerjaan soal 1
dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Hasil soal 1 kelompok 2


Berdasar jawaban pada Gambar 4.2, kelompok 2 hanya memenuhi
indikator berpikir kritis Identify dan Define. Pemenuhan indikator identify dapat
42

dilihat dari penulisan data yang diketahui dari soal dan indikator define dapat
dilihat dari penulisan data yang tidak ada dalam soal atau membuat pemisalan
data. Subjek kelompok 2 hanya mampu menuliskan apa yang diketahui pada soal,
dan tidak dapat melanjutkan atau menyelesaikan jawaban pada soal. Ditinjau dari
jawaban soal 2 di bawah ini.

Gambar 4.3 Hasil soal 2 kelompok 2


Kelompok 2 belum dapat menyelesaikan soal 2. Pada soal 2 kelompok 2
hanya mampu menuliskan data yang diketahui dalam soal, sehingga hanya
mampu memenuhi indikator identify. Hal ini menunjukan bahwa dengan
komposisi anggota seimbang antara gaya kognitif reflektif dan impulsif hanya
mampu memenuhi dua indikator dari 6 indikator berpikir kritis yang ada.
Indikator yang dapat dicapai kelompok 2 yaitu, Identify dan Define namun, pada
soal 1 kelompok 2 sudah menuliskan langkah penyelesaian.
Berkaitan dengan data analisis hasil tes tulis, peneliti melaksanakan
wawancara kelompok 2. Hasil wawancara menujukan bahwa kelompok 2 dalam
memahami soal membutuhkan waktu yang lebih lama, sehingga mereka harus
membaca soal berulang-ulang kali. Kelompok 2 juga kesulitan dalam memahami
apa yang ditanyakan pada soal, meskipun mereka dapat menuliskan apa yang
diketahui. Selanjutnya kelompok 2 sring menjawab tidak tahu saat ditanya tentang
proses pengerjaan selanjutnya karena mereka tidak mengetahui langkah-langkah
apa saja yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal.

4.4.2 Analisis Data Soal Kelompok 4


Kelompok 4 memiliki komposisi berpikir kritis gaya kognitif reflektif 4
siswa. Subjek diberi soal berjumlah 2 butir dan dikerjakan secara berkelompok
43

dengan aktu yang telah ditentukan. Hasil pengerjaan soal 1 dapat dilihat pada
Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Hasil soal 1 kelompok 4


Berdasar jawaban pada Gambar 4.4, kelompok 4 sudah memenuhi indikator
berpikir kritis secara keseluruhan. Subjek kelompok 4 mampu menjawab soal
dengan tepat. Mereka mampu menuliskan data yang diketahui pada soal, sehingga
memenuhi indikator Identify dan menuliskan apa yang ditanyakan, sehingga
memenuhi indikator difine. Pencapaian indikator enumerate dapat dilihat dari
penulisan siswa dalam membuat pemisalan dan mampu menuliskan data-data
yang belum diketahui pada soal. Pencapaian indikator analyze dan list dilihat dari
proses menjawab dan hasil yang dituliskan oleh kelompok 4 sudah sesuai dengan
kunci jawaban yang ada. Selanjutnya kelompok 4 juga memenuhi indikator Self-
Correct karena sebelum mengumpulkan jawaban mereka mengoreksi terlebih dahulu
pekerjaannya, sehingga jawaban mereka benar. Ditinjau dari jawaban soal 2 di
bawah ini.
44

Gambar 4.5 Hasil soal 2 kelompok 4


Kelompok 4 juga mampu menyelesaikan soal 2 dengan tepat. Pencapaian
tiap indikator dapat diketahui dari proses dan hasil jawaban. Mereka mampu
menuliskan data yang diketahui pada soal, sehingga memenuhi indikator Identify
dan menuliskan apa yang ditanyakan, sehingga memenuhi indikator difine.
Pencapaian indikator enumerate pada soal 2 juga dapat dilihat dari penulisan
siswa dalam membuat pemisalan dan mampu menuliskan data-data yang belum
diketahui pada soal. Pencapaian indikator analyze dan list dilihat dari proses
menjawab dan hasil yang dituliskan oleh kelompok 4 sudah sesuai dengan kunci
jawaban yang ada. Selanjutnya kelompok 4 juga memenuhi indikator Self-Correct
karena sebelum mengumpulkan jawaban mereka mengoreksi terlebih dahulu
pekerjaannya, sehingga jawaban mereka benar. Dengan proses yang sama dengan
soal 1, Kelompok 4 mampu menyelesaikan soal 2 dengan tepat. Hal ini menunjukan
bahwa dengan komposisi senua anggota memiliki gaya kognitif reflektif, dapat
memenuhi 6 indikator berpikir kritis yang ada.
Berkaitan dengan data analisis hasil tes tulis, peneliti melaksanakan
wawancara pada kelompok 4. Berdasarkan wawancara dapat diketahui bahwa
kelompok 4 dalam memahami soal hanya membutuhkan waktu sedikit, dan hanya
2 kali membaca. Kelompok 4 mampu menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyaakan dalam soal setelah mereka memahami soal. Metode yang digunakan
45

dalam mengerjakan soal diawali dengan menulis apa yang ditanyakan dan
daiketahui kemudian menulis pemisalan dan dilanjutkan mengerjakan. Setelah
selesai mengerjakan kelompok 4 melakukan pengecekan kembali jawaban.
Keseluruhan proses telah sesui dengan indikator berpikir kritis.

4.5 Analisis Hasil Observasi


Hasil observasi terhadap aktivitas siswa yang dilakukan selama
pembelajaran menggunakan media dan pelaksanaan tes setelah dilakukan
pembelajaran untuk meningkatkan komunikasi matematis siswa menghasilkan
hasil yang baik. Pada penelitian ini terdapat satu observer. Observer bertujan
untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses penelitian.
Hasil pada observer menunjukan siswa memperhatikan penjelasan guru
dengan baik. Interaktif siswa selama pembelajaran menggunakan media
pembelajaran juga cukup baik. Dalam proses pembelajaran, siswa yang bertanya
pada saat proses pembelajaran kurang baik, tetapi siswa yang mampu menjawab
pertanyaan yang diberikan sudah cukup baik. Selama pembelajaran menggunakan
operasi bentuk aljabar, sebagian besar siswa mampu menginput informasi yang
diketahui pada soal, menjelaskan tentang pemahamannya terkait langlah-langkah
dan strategi penyelesaian secara sistematis yang ada, menyimpulkan hasil dari
penyelesaian masalah. Saat pelaksanaan tes, siswa berpikiran kristis cenderung
lebih aktif menyampaikan pendapat. Siswa dengan gaya kognitif reflektif terlihat
aktif berdiskusi dan mengerjakan. Sedangkan siswa dengan gaya kognitif impulsif
cenderung berfikap pasif dalam kelompok. Kelompok dengan gaya kognitif
reflektif seluruhnya membentuk pola kolaborasi dua arah dimana tiap anggota
kelompok saling bertukar pendapat dalam menyelesaikan masalah. Berbeda
dengan kelompok dengan gaya kognitif reflektof dan impulsif yang memiliki
pola satu arah dimana hanya satu yang memberi pendapat dan yang lain
mendengar dan menerima. Hasil dari observasi menunjukan sikap siswa dalam
kelompok dipengaruhi oleh gaya berpikir kritis siswa.
46

4.6 Pembahasan
Hasil analisis kemampuan berpikir kritis siswa bergaya kognitif reflektif
yaitu subjek kelompok 4 memiliki komposisi anggota dengan gaya kognitif
reflektif keseluruhan. Sedangkan, subjek kelompok 2 memiliki komposisi anggota
dengan gaya kognitif reflektif 2 siswa dan kognitif impulsif 2 siswa. Subjek
kelompok 4 sudah memenuhi seluruh indikator berpikir kritis, namun subjek
kelompok 2 hanya memenuhi 2 indikato dari 6 indikator yaitu Identify dan Define.
Analisis ini dapat dilakukan karena subjek belum pernah menyelesaikan soal tes
berpikir kritis dan pembentukan kelompok berdasar hari hasil tes berpikir kritis.
Subjek kelompok 4 fasih untuk memberikan jawaban masalah yang
beragam dan benar, hal ini terlihat dari kelompok 4 yang mampu mengerjakan
soal dengan benar dan sesuai urutan penyesasaian yang tepat. Subjek kelompok 4
juga mampu menyelesikan masalah yaitu membuat pemisalan dari data yang
tersedia. Pada kegitan berkelompok, subjek kelompok 4 cukup aktif dalam diskusi
dan saling memberikan pendapat jawaban untuk menyelesaikan masalah. Selain
itu, dalam hal menjawab tes berpikir kritis Subjek kelompok 4 mengumpulkan
hasil tes berpikir kritis saat waktu habis. Waktu yang diberikan sudah cukup untuk
mengerjakan dan mengoreksi kembali jawaban. Kelompok 4 mampu
mnyelesaikan soal dan memanfaatkan waktu dengan baik sehingga dapat
menjawab dengan tepat dan benar. Dalam hal merespon pertanyaan wawancara,
subjek kelompok 4 memiliki respon yang cepat dalam mempertimbangkan
jawaban yang akan diberikan, anak reflektif mempertimbangkan banyak alternatif
sebelum merespon namun cepat menemukan alternative yang sesuai dengan
pertanyaan.
Subjek kelompok 2 hanya memenuhi 2 indikator dari 6 indikator berpikir
kritis yaitu Identify dan Define. Subjek kelompok 2 kesulitan memberikan
jawaban dari soal, hal ini terlihat dari kelompok 2 yang belum mampu
menyelesaikan semua soal. Subjek kelompok 2 hanya mampu menemukan dan
menulis data yang diketahui dan ditanya pada soal. Subjek kelompok 2 kesulitan
dalam memahami soal sehingga tidak mampu mengolah data yang diketahui pada
soal. Pada kegiatan berkelompok, subjek kelompok 2 kurang aktif dalam diskusi,
47

hanya sebagian yang aktif dan sebagian pasif. Waktu yang diberikan untuk
menyelesaikan soal masih belum cukup bagi kelompok 2 untuk menyelesaikan
soal. Dalam hal merespon pertanyaan wawancara, subjek kelompok 2 lama
mempertimbangkan jawabanyang akan diberikan.
Temuan dalam penelitian ini menunujukan ciri reflektif yaitu tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa dengan gaya kognitif reflektif cenderung tinggi
(temuan subjek kelompok 4 yang artinya sangat kritis), siswa dengan gaya
kognitif reflektif juga berpikir cepat dan mendalam untuk mempertimbangkan
keputusan jawaban, siswa dengan gaya kognitif reflektif memiliki rasa ingin tahu
yang lebih untuk menyelesaikan masalah berpikir kritis, karena masalah berpikir
kritis ini membuka banyak kemungkinan jawaban yang bisa mereka dapatkan dan
menuntut untuk dapat memberikan bentuk atau cara baru dalam menyelesaikan
masalah. Berbeda dari penelitian terdahulu bahwasanya siswa bergaya kognitif
reflektif cenderung membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan soal
yang diberikan, membaca berulang-ulang untuk memahami masalah, merencanakan
penyelesaian dengan cara merancang, menuliskan rumus serta melakukan
perhitungan dan memeriksa kembali penyelesaian yang telah ditemukan (Dewanti,
2019). Berbanding dengan ciri impulsif yaitu tingkat berpikir kritis yang
cenderung rendah (temuan subjek kelompok 2) yang artinya kurang kritis siswa
dengan gaya kognitif impilsif cenderung berpikir lambat dan sering mengikuti
pemikiran yang lain tanpa mempertimbangkan secara mendalam. Hal ini juga
berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu siswa bergaya kognitif impulsif
cenderung membutuhkan waktu yang relatif lebih singkat dalam menyelesaikan soal,
penyelesaian yang kurang teliti, cenderung tidak melalui tahap merencanakan
penyelesaian dan tidak memeriksa kembali penyelesaian yang telah ditemukan
(Dewanti, 2019).
Hasil analisis kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran
matematika berbasis collaborative learning ditinjau dari gaya koginiti reflektif-
impulsis menunjukan bahwa kelompok yang beranggotakan dengan siswa
selurusnya memiliki gaya kognitif reflektif menjadikan kelompok tersebut
menjadi lebih hidup, aktif, dan kritis. Hal ini dikarenakan seluruh anggota saling
48

bertukar pendapat dan menyatukan pendapat mereka, sehingga mampu


menyelesaikan soal yang telah diberikan dengan tepat dan benar. Namun berbeda
dengan kelompok yang memiliki anggota dengan siswa kognitif reflektif dan
impulsif yang seimbang cenderung kurang aktif dan kurang kritis, lebih
menunjukkan kemampuan individu daripada bekerja secara kelompok. Hal ini
disebabkan karena siswa impulsif lebih banyak untuk berdiam dan lebih
mengikuti temannya yang reflektif, dan antara siswa reflektif 1 dengan reflektif
lainnya cenderung berdiskusi sendiri, namun belum menemukan jawaban.
Penelitian ini menghasilkan temuan berbeda dengan penelitian terdahulu
bahwasannya metode collaborative learning membuat gaya berpikir kritis lebih
efektif (Fauzi, 2013). Penelitian ini menunjukkan bahwasannya siswa dengan
gaya kognitif reflektif jika berada dalam satu kelompok akan mampu menyatuan
berbagai pendapat dan aktif melakukan diskusi, sehingga mampu mengerjakan
dengan waktu yang singkat dan mendapatkan hasil yang benar, mampu menyusun
solusi yang tepat dan efektif lebih cepat karena saling bertukar pikiran. Sedangkan
siswa dengan gaya kognitif impulsif cenderung mengerjakan sendiri karena
mereka tidak mau bertukar pikiran, mereka lebih terburu2 mengerjakan, hal ini
mengakibatkan jawaban 1 dengan yang lain saling tumpang tindih sehingga tidak
menemukan solusi yang tepat dan mengakibatkan waktu yang dibutuhkan lebih
lama dari yang seharusnya.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
e. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari data yang diperoleh
peneliti maka dapat diambil kesimpulan bahwa siswa yang memiliki gaya
kognitif reflektif mampu mengerjakan soal dengan cepat dan tepat. Tetapi,
berbeda dengan siswa yang memiliki gaya kognitif impulsif cara berpikirnya
lebih lambat dan kurang kritis. Hal ini menjadi acuan untuk membentuk
kelompok berdasarkan gaya kognitif. Kelompok dengan anggota siswa yang
memiliki gaya kognitif reflektif keseluruhan menjadi kelompok yang efesien
dan menunjukkan tingkat berpikir kritis yang tinggi. Sehingga mampu
menyelesaikan berbagai permasalahan dengan cepat dan tepat. Namun,
kelompok dengan komposisi anggota siswa yang seimbang antara siswa gaya
kognitif reflektif dan impulsif memiliki kecenderungan kurang kritis, diskusi
jarang terjadi antar anggota, bahkan cenderung mengerjakan secara individu.
Dalam kelompok siswa reflektif kadang masih berdiskusi, sedangkan siswa
yang impulsif fokus mengerjakan sendiri tanpa memperhatikan anggota yang
lain. Pada saat wawancara juga menunjukkan hasil bahwa kelompok siswa
reflektif menjawab pertanyaan dengan cepat dan mengetahui proses yang tepat
dalam menyelesaikan soal dengan tepat. Sedangakan pada kelompok yang
seimbang dari wawancara diketahui bahwa pada saat diwawancarai sering
menjawab tidak tahu dan lama dalam berpikir. Hal ini disebabkan kelompok
tersebut belum menyelasaikan jawaban, dikarena kelompok tersebut
mengetahui langkah-langkah yang harus digunakan. Kelompok siswa reflektif
mampu menyelesaikan soal dan memenuhi setiap indikator IDEALS, yaitu
yaitu Identify, Define, Enumerate, Analyze, List dan Self-Correct. Kelompok
seimbang hanya mampu memenuhi 2 indikator IDEALS, yaitu Identify dan
define dikarenakan hanya mampu menulis data apa yang diketahui dari soal
(Identify ) dan apa yang ditanyakan (define). Jadi pada penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif reflektif cenderung
siswa yang berpikir kritis, dan aktif dalam kelompok. Sedangkan, siswa yang

49
50

memiliki gaya kognitif impulsif cenderung pasif dalam pembelajaran


berkelompok. Siswa dengan gaya kognitif reflektif memiliki tingkat bepikir
kritis tinggi karena aktif dalam bertanya dan berdiskusi pada saat
pembelajaran. Berbeda dari siswa dengan gaya kognitif impulsif yang memilik
tingkat berpikir kritis rendah karena pasif saat pembelajaran dan cenderung
diam.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, ada beberapa saran yang
diberikan adalah sebagai berikut:
a. Bagi siswa, disarankan untuk lebih aktif bertanya pada guru atau teman yang
lebih paham, agar memudahkan untuk memahami materi yang diberikan, dan
lebih sering berlatih mengerjakan soal.
b. Bagi calon guru, disarankan untuk guru mengetahui gaya berpikir siswanya
agar lebih efektif dalam menyampaikan materi dan sering melakukan kegiatan
belajar kelompok yang melatih kemampuan siswa.
c. Bagi peneliti lain, disarankan mampu memberikan variasi materi lain yang
lebih efesien.
DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y. Dan I.N. Rachmawati. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Jakarta: Rajawali Press.

Amir, M.F. 2017. Analisis Kesalahan Mahasiswa PGSD Universitas Muhammadiyah


Sidoarjo Dalam Menyelesaikan Soal Pertidaksamaan Linier. JURNAL
EDUKASI: KAJIAN ILMU PENDIDIKAN. 1(2), 131-146.

Anggraeni, Hobri dan I.K. Arika. 2016. Profil Berpikir Kritis Siswa Kelas VII
SMP Negeri 1 Jember Berdasarkan Gaya Kognitif Reflektif-Impulsif Dalam
Memecahkan Masalah Matematika. Jurnal Edukasi UNEJ, 3(1): 1-4.
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/74256. [Diakses 22 Juni
2020].

Barkley dan E. Elizabet. 2016. Collaborative Learning Techniques. Bandung:


Nusa Media.

Brown, D. 2014. Experiential Approach to Organization Development. 8th ed.


London: Pearson.

Chukwuyenum, A.N. 2013. Impact of critical thinking on performance in


mathematics among senior secondary school students in Lagos State. IOSR
Journal of Research & Method in Education, 3.5: 18-25.

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 Tahun 2006


tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasardan Menengah.

Dewanti. 2019. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi


Pertidaksamaan Linier Satu Variabel Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif
dan Impulsif Siswa Kelas VII SMP Negeri Satu Atap Hulung Kasieh
Kecamatan Taniwel Kabupaten Seram Bagian Barat. Thesis. Ambon:
Pendidikan Matematika IAIN AMBON.

Diana, Hobri dan K. Dian. 2016. Profil Siswa Kelas IX dalam Memecahkan
Masalah Bangun Ruang Sisi Lengkung Ditinjau dari Gaya Kognitif
Reflektif dan Impulsif di MTs Negeri Jember 1. Artikel Ilmiah Mahasiswa,
3(1): 1-5. https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/74379. [Diakses
22 Juni 2020].

Dinawati, A.I. dan Susanto. 2017. Profil Berpikir Kreatif Siswa Kelas X-Ipa 3 Man 2
Jember Berdasarkan Gender Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Pokok
Bahasan Sistem Persamaan Linier Tiga Variabel. Jurnal Kadikma, 8(1).
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/99251 . [Diakses 22 Juni 2020].

51
52

Facione, P.A. 1990. Critical Thinking; A Statement of Expert Concensus for


Purpose of Educational Assessment and Instruction. Newark: American
Philosophical Association.

Fauzi, R.M. 2013. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif Dalam


Pembelajaran Matematika Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis Pada Siswa Smp. Skripsi. Bandung: Pendidikan
Matematika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia.

Fisher, A. 2011. Critical Thinking: An Intoduction. Cambridge: University Press.

Hapsari. S, dan Ismail. Profil Berpikir Kritis Siswa Smp Dalam Memecahkan
Masalah Matematika Ditinjau Dari Gaya Kognitif dan Jenis Kelamin.
Jurnal Unesa, 6(2).
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/mathedunesa/ article/view/1
9898/18203. [Diakses 3 Februari 2020].

Harmer, S., dan G. Collinson. 2005. Achieving Evidence-based Practice (Second


Edition). Elsevier.

Hobri, 2010. Metedologi Penelitian Pengembangan (Aplikasi Pada Penelitian


Pendidikan Matematika). Jember: Pena Salsabila.

Hobri, Ervin, Dinawati, P. Randi, dan Qurotul. 2019. Analysis of students’ critical
thinking skills on social arithmetics with jumping task. 1465 Journal of
Physics: Conference Series.
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/99003. [Diakses 22 Juni
2020].

Hobri, P. Randi, Susanto, Suharto, Ervin, W.S. Inge, dan Ahmad. 2019.
Collaborative learning and caring community in mathematics learning by
using student’s worksheet based on scientific approach. 1211 Journal of
Physics: Conference Series.
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/98467. [Diakses 22 Juni
2020].

Kholid, I. 2018. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pemecahan masalah


Matematika. Thesis. Malang: PGMI, UIN Maulana Malik Ibrahim.

Kholifah, 2017. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Pada Siswa Smp
Kelas IX. Skripsi. Jakarta: FITK, Pendidikan Matematika, UIN Syarif
Hidayatullah.

Komarudin. 2014. Proses Berpikir Kreatif Siswa SMP dalam Pengajuan Masalah
Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa (Studi Kasus pada Siswa
Kelas VIII-H SMP Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012/2013). Jurnal
53

Elektronik Pembelajaran Matematika. 2(1): 29-43. Maret 2014. Surakarta:


UNS.

Linda, K., Hobri, dan F. Arif. 2015. Identifikasi Berpikir Kritis Siswa dalam
Pemecahan Masalah Matematika pada Pokok Bahasan Segitiga Kelas VII-E
SMP Negeri 1 Jember. Artikel Ilmiah Mahasiswa, 1(1): 1-6.
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/63630. [Diakses 22 Juni
2020].

Masrukan dan S. Eni. 2016. Pentingnya Berpikir Kritis dalam Pembelajaran


Matematika untuk Menghadapi Tantangan MEA. Seminar Nasional
Matematika X Universitas Negeri Semarang.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/download/
21554/10278/. [Diakses 04 September 2020].

Moleong, J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Nahda C. 2015. Proses Berpikir Siswa Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif
dalam Memecahkan Masalah Matematika di Kelas VII SMPN 11 Jember.
Jurnal Edukasi, 2 (3): 31-37.
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/76794. [Diakses 22 Juni
2020].

Nasution. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.


Jakarta: Bumi Aksara.

Pribadi, A. dan Benny. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT


Dian Rakyat.

Purnama. M.F., Ikhsan, dan Subianato. 2019. Proses Berpikir Kritis Matematis
Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Discovery Learning. Jurnal
Riset Pendidikan Matematika. 6(1).
https://doi.org/10.21831/jrpm.v6i1.21396. [Diakses 27 Februari 2020].

Qomaroh. 2013. Profil Pengajuan Masalah Matematika Siswa Ditinjau dari


Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif Kelas VII di MTs Jabal Noer Taman
Sidoarjo. Surabaya: IAIN Sunan Ampel.

Rahman A. 2008. Analisis Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Perbedaan


Gaya Kognitif Secara Psikologis Dan Konseptual Tempo. Jurnal
Pendidikan, No.072, Tahun ke-14, Mei. 452-473.

Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan, Edisi kedua. (Alih bahasa: Tri
Wibowo B.S.). Jakarta: Kencana.

Solso, Robert. Dkk. 2008. Psikologi Kognitif Edisi Delapan. Jakarta: Erlangga.
54

Sudjana, N. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru


Algensido Offset.

Susanto, A. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

Syahputra, E dan Surya. 2017. Development of Problem Based Learning Model to


Build Higher Order of Student Skills Thinking on Mathematics Learning in
SMA / MA. IISTE. 5(39) : 52-55.

Tearta, H. 2012. Perkembangan Siswa. Jakarta: Alfabeta.

Warli. 2010. Pembelajaran Kooperatif Berbasis Gaya Kognitif Reflektif Impulsif.


Jurnal Pendidikan Matematika. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Widiantari, M.P., Suarjana, I.M., dan Kusmariyatni, N. 2016. Analisis


Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV Dalam pembelajaran
Matematika. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan
PGSD. 4(1). http://dx.doi.org/10.23887/jjpgsd.v4i1.7348. [Diakses Maret
2020].
LAMPIRAN

Lampiran A. Matriks Penelitian


Judul Rumusan Masalah Variabel Indikator Sumber Data Metode Penelitian
Analisis berpikir kritis Bagaimana - Kemampuan Berpikir kritis: - Siswa kelas VII Jenis penelitian:
siswa pada kemampuan berpikir berpikir kritis - Identifikasi MTSN 8 Deskriptif dengan
pembelajaran kritis siswa dalam siswa (Identify) BANYUWANGI pendekatan kuantitatif
matematika berbasis pembelajaran - Pembelajaran - Menentukan fakta - Tes MFFT
collaborative learning matematika berbasis matematika materi (Define) - Tes soal Metode pengumpulan
ditinjau dari gaya collaborative learning Operasi Bentuk - Menentukan cara - Wawancara data:
kognitif reflektif dan ditinjau dari gaya Aljabar berbasis (Enumerate) - Observasi - Angket (Soal
impulsif kognitif reflektif dan collaborative - Analisis (Analyze) MFFT)
impulsif? learning - Alasan (List) - Soal tes
- Gaya kognitif - Koreksi (Self- - Wawancara
reflektif dan Correct) - Observasi
impulsif
Collaborative learning: Instrumen penelitian:
Pembentukan - Peneliti
kelompok belajar - Angket gaya
berpikir (MFFT)
Gaya Kognitif: - Lembar tes
- Reflektif berpikir kritis
- Impulsif - Pedoman
wawancara
- Lembar Validitas

55
56

Lampiran B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Tegalsari
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : VII / Gasal
Materi Pokok : Operasi Bentuk Aljabar
Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran, @40 Menit

A. Kompetensi Isi
K1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
K2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong-royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan
dan keberadaannya.
K3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
K4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator
Menerapkan operasi aljabar yang - Mengenal operasi bentuk aljabar
melibatkan bilangan rasional - Mengidentifikasi unsur-unsur
operasi bentuk aljabar
- Menyelesaikan operasi
penjumlahan bentuk aljabar
- Menyelesaikan operasi
pengurangan bentuk aljabar
57

C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengenal bentuk aljabar melalui diskusi kelompok.
2. Siswa dapat mengidentifikasi tiga unsur yang ada pada bentuk aljabar
melalui diskusi kelompok.
3. Siswa dapat menyelesaikan operasi penjumlahan pada bentuk aljabar.
4. Siswa dapat menyelesaikan operasi pengurangan pada bentuk aljabar.

D. Materi Pembelajaran
Operasi Bentuk Aljabar adalah kalimat matematika yang memuat variabel.

E. Langkah-langkah Pembelajaran
Metode Pembelajaran : Collaborative Learning
Pertemuan Pertama
Alokasi
Kegiatan Uraian Kegiatan
Waktu
Guru memberi salam dan mengajak
1 Menit
berdoa sebelum pembelajaran dimulai
Siswa mendengarkan penjelasan guru
tentang manfaat belajar operasi bentuk 2 Menit
Kegiatan Awal
aljabar dalam kehidupan sehari-hari
Guru mengecek kemampuan prasyarat
siswa dengan Tanya jawab dan membahas 10 Menit
tugas sebelumnya
Guru membantu siswa menjelaskan suatu
10 Menit
operasi bentuk aljabar
Guru meminta peserta membentuk
7 Menit
kelompok yang beranggotakan 3-4 orang
Siswa diminta berdiskusi untuk mencari
definisi operasi bentuk aljabar secara
Kegiatan Inti 25 Menit
berkelompok dengan panduan di buku dan
LKS
Guru dan siswa mengoreksi tugas yang
10 Menit
telah dikerjakan
Siswa diberi kesempatan untuk
5 Menit
menanyakan materi yang belum dipahami
Penutup Guru membimbing siswa membuat 5 Menit
58

Pertemuan Pertama
Alokasi
Kegiatan Uraian Kegiatan
Waktu
rangkuman
Guru dan siswa melakukan refleksi materi
3 Menit
yang telah dipelajari
Guru memberi salam dan mengajak
2 Menit
berdoa sebelum pembelajaran diakhiri

F. Penilaian
Teknik : Mengerjakan soal berpikir kritis
Bentuk instrumen : Lembar soal
59

Lampiran C. Instrumen Tes Gaya Kognitif (MFFT)


INSTRUMEN MATCHING FAMILIAR FIGURE TEST (MFFT)

Nama :
Jenis Kelamin :
Tempat dan tanggal lahir :
Tanggal :
Hari :
Umur :

Petunjuk:
1. Perhatikan gambar yang akan ditampilkan
2. Gambar tersebut ada dua bagian, pertama gambar standar (baku) sebanyak
satu gambar, dan kedua adalah gambar variasi (stimulus) sebanyak
delapan gambar. Di antara gambar variasi ada satu gambar yang sama
dengan gambar standar.
3. Sebutkan gambar nomor berapa dari gambar variasi yang sama dengan
sambar standar.
4. Jika siswa menjawab nomor gambar yang benar, maka dilanjutkan pada
item gambar berikutnya.
5. Jika siswa pada jawaban pertama menyebut nomor yang salah, maka siswa
diberi kesempatan untuk mencermati lagi sampai mendapatkan jawaban
yang benar.
6. Langkah ini dilakukan pada setiap item sampai selesai / gambar terakhir.
7. Petunjuk ini dibacakan sebelum tes dimulaidan untuk mengethaui
pemahaman siswa terhadap tugas yang harus dilakukan dalam tes ini
diberikan percobaan yaitu item P1 dan P2.
8. Pada pengukuran gaya kognitif yang dicatat, yaitu waktu pertama kali
siswa menjawab (t) dan banyaknya jabwan siswa sampai memperoleh
jawaban yang benar (f).
60

SOAL PERCOBAAN :
61
62

SOAL TES
1.
63

2.
64

3.
65

4.
66

5.
67

6.
68

7.
69

8.
70

9.
71

10.
72

11.
73

12.
74

13.
75

Lampiran D. Kunci Jawaban MFFT


KUNCI JAWABAN MATCHING FAMILIAR FIGURE TEST
Nomor Gambar Variasi
No ITEM
1 2 3 4 5 6 7 8
P1 Itik X
P2 Tas X
1 Pohon X
2 Kepala Manusia X
3 Baju Anak-anak X
4 Bunga X
5 Mistar X
6 Burung X
7 Kapal X
8 Grafik X
9 Jambu X
10 Anak X
11 Busur X
12 Becak X
13 Diagram X

Keterangan:
X = Nomor gambar yang sama dengan gambar standar
76

Lampiran E. Format lembar Jawaban MFFT


FORMAT LEMBAR JAWABAN MATCHING FAMILIAR FIGURE TEST
(MFFT)
Nama Responden: Tempat:
WAK
N I TU*) PILIHAN**)
o TEM
(detik
1 2 3 4
1 Pohon 51 62 73 84

2 Kepala Manusia
15 26 37 48

3 Baju Anak-anak
15 26 37 48

4 Bunga
515 626 737 848

5 Mistar
51 62 73 84

6 Burung
1 2 3 4

7 Kapal
15 26 37 48

8 Grafik 51 62 73 84

9 Jambu
15 26 37 48

10 Anak 51 62 73 84

11 Busur 51 62 73 84

12 Becak
15 26 37 48

13 Diagram 5 6 7 8

Ju (a) (b)
mlah
77

Keterangan: *) Waktu pertama kali menjawab.


**) Setiap menjawab diberi tanda V pada garis yang tersedia sesuai
posisi gambar sampai jawaban benar
Rataan Waktu: (a)/13 = ...........
Rataan Pilihan: (b)/13 = ..........

Jember, ...............2021
Peneliti:
78

Lampiran F. Kunci Jawaban MFFT


KUNCI JAWABAN MATCHING FAMILIAR FIGURE TEST (MFFT)
WAK
N I TU*) PILIHAN**)
o TEM
(detik
1 2 3 4
1 Pohon
15 26 √ 37 8
4√

2 Kepala Manusia
15 26 37 48

3 Baju Anak-anak
15√ 26 37 48

4 Bunga
15 26 37 48√

5 Mistar
15 26√ 37 48

6 Burung
15√ 26 37 48

7 Kapal
15 26√ 7
3√ 48

8 Grafik 51√ 62 73 84

9 Jambu 5
1√ 26 37 48

10 Anak 51 62 73√ 84

11 Busur 51 62 73 84

12 Becak
15 26 37√ 8
4√

13 Diagram 5 6 7 8

Ju (a) (b)
mlah
79

Keterangan: *) Waktu pertama kali menjawab.


**) Setiap menjawab diberi tanda V pada garis yang tersedia sesuai
posisi gambar sampai jawaban benar
Rataan Waktu: (a)/13 = ...........
Rataan Pilihan: (b)/13 = ..........

Jember, ...............2021
Peneliti:
80

Lampiran G. Lembar Observasi Aktivitas Siswa


LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
Hari/Tanggal Observasi :
Nama observer :
Kelas/Semester :
Pokok Bahasan :
Kelompok yang Diamati :
1) ..................................................................................................................
2) ..................................................................................................................
3) ..................................................................................................................
4) ..................................................................................................................

Petunjuk Penilaian:
- Objek penilaian adalah interaksi siswa, yakni siswa dengan guru dan siswa
dengan siswa lain selama pembelajaran berlangsung
- Berilah cacatan terkait keterangan dari setiap aspek yang diamati pada
kolom yang tersedia

N Aspek yang Ca
o. Dinilai
Kepedulian siswa tatan
dengan anggota
1
kelompoknya selama
.
diskusi kelompok
Siswa menanggapi
2pendapat siswa lain pada
. diskusi kelas.
Tingkat ketepatan serta
3kebenaran siswa dalam
. menjawab soal selama
diskusi kelas maupun
kelompok.
81

Saran
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Jember, ………………..2021
Observer

(………………………..)
82

Lampiran H. Soal Bentuk Aljabar


TES BERPIKIR KRITIS

Mata Pelajaran : Matematika


Kelas/Semester : VII/Ganjil
Subpokok Bahasan : Bentuk Aljabar
Bentuk Soal : Uraian
Alokasi Waktu : 60 menit

Petunjuk Pengerjaan Soal:


1. Tulislah terlebih dahulu identitas (nama, kelas, dan nomor absen) pada lembar
jawaban yang disediakan.
2. Berdoalah sebelum mengerjakan soal.
3. Kerjakan soal uraian secara individu sesuia langkah pada lembar jawaban
yang telah disediakan.
4. Tanyakan pada guru apabila terdapat hal yang tidak dimengerti.

Selesaikan soal di bawah ini dengan tepat dan benar pada lembar jawaban anda.
1. Siswa SMP dan SMA mengikuti ujian matematika di Gedung Prof. Soedarto
Undip. Jika seorang siswa SMP keluar gedung, maka 1/7 dari siswa yang
berada di gedung adalah siswa SMP. Jika dua siswa SMA keluar gedung,
maka 1/5 dari siswa yang berada di gedung adalah siswa SMP. Tentukan
perbandingan banyaknya siswa SMA dan SMP !
2. Peserta upacara bendera yang dihadiri oleh 600 siswa yang berdiri dalam x
baris. Tiap barisnya diisi oleh y siswa. Jika susunan barisan diubah dengan
menambah 5 baris, maka tiap barisnya berkurang 6 siswa. Tentukan
banyaknya baris sebelum diubah?
83

Lampiran I. Kunci Jawaban


Soal 1
a. Tahap (I) Identify
dapat menuliskan apa yang diketahui pada soal.
b. Tahap (D) Define
dapat menuliskan apa yang ditanyakan pada soal.
c. Tahap (E) Enumerate
dapat membuat pemisalan.
Misalkan x = banyaknya siswa SMP dan y = total siswa. Dari soal diperoleh :

x – 1= (y - 1)/7 dan x = (y – 2)/5

d. Tahap (A) Analyze


Sistem persamaan linear yang terbentuk

7x – y = 6

5x – y = -2

e. Tahap (L) List


Jika persamaan pertama dikurangi persamaan kedua, didapat

2x = 8  x = 4  y = 22.

Dengan demikian, SMA : SMP = (22-4) : 4 = 18 : 4 = 9 : 2

Jawaban : 9 : 2.

f. Tahap (S) Self-Correct


Jadi perbandingan siswa SMA : SMP = 9 : 2

Soal 2
a. Tahap (I) Identify
dapat menuliskan apa yang diketahui pada soal.
Diketahui xy = 600 dan (x+5)(y-6) = 600.

b. Tahap (D) Define


dapat menuliskan apa yang ditanyakan pada soal.
84

c. Tahap (E) Enumerate


dapat membuat pemisalan.
(x+5)(y-6) = 600

d. Tahap (A) Analyze


 (x+5)(600/x-6) = 600

e. Tahap (L) List


 (x+25)(x-20) = 0

 x = -25 atau x = 20.

Jawaban : 20

f. Tahap (S) Self-Correct


Banyak baris sebelum diubah 20
85

Lampiran J. Lembar Jawaban Siswa


LEMBAR JAWABAN SISWA MATERI BENTUK ALJABAR

Nama : ……………………………………......
Nomor Absen : ……………………………………......
Kelas : ……………………………………......

Soal Nomor 1
86

Soal Nomor 2
87

Lampiran K. Lembar Validasi Soal


LEMBAR VALIDASI
SOAL TES MATERI BENTUK ALJABAR

A. PETUNJUK
1. Mohon Bapak/Ibu memberikan penilaian dengan memberikan tanda
centang ( √ ) pada kolom yang tersedia.
2. Bapak/Ibu dapat memberikan komentar atau saran jika ada tambahan.
3. Bapak/Ibu dapat memberikan tanggal revisi dan menandatangani lembar
validasi instrumen jika sudah benar.
4. Makna poin penilaian terlampir.

B. PENILAIAN
Aspek Penilaian
No Aspek yang Dinilai
Validasi 1 2 3
Maksud soal dirumuskan secara
jelas
1 Validasi Isi
Soal dapat diselesaikan
menggunakan indikator IDEALS
Permasalahan dapat mengukur
indikator Identify
Permasalahan dapat mengukur
indikator Define
Permasalahan dapat mengukur
Validasi indikator Enumerate
2
Konstruksi Permasalahan dapat mengukur
indikator Analize
Permasalahan dapat mengukur
indikator List
Permasalahan dapat mengukur
indikator Self-correct.
3 Bahasa Soal Bahasa yang sesuai dengan
kaidah Bahasa Indonesia
Kalimat soal tidak mengandung
penafsiran ganda (ambigu)
88

Aspek Penilaian
No Aspek yang Dinilai
Validasi 1 2 3
Kalimat soal komunikatif
(menggunakan bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami)
Waktu yang diberikan sesuai
4 Alokasi Waktu
dengan jumlah soal yang ada
Petunjuk jelas dan tidak
5 Petunjuk
menimbulkan makna ganda

C. KOMENTAR/SARAN
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………
Jember, …………….2021
Validator

(…………………………)
89

Lampiran L. Hasil Validasi Soal

Aspek Penilaian
No Aspek yang Dinilai Ii Va
Validasi Validator 1 Validator 2
Maksud soal
2 3 2,5
dirumuskan secara jelas
1 Validasi Isi Soal dapat diselesaikan
menggunakan indikator 3 3 3
IDEALS
Permasalahan dapat
mengukur indikator 3 3 3
Identify
Permasalahan dapat
mengukur indikator 2 3 2,5
Define
Permasalahan dapat
mengukur indikator 3 3 3
Validasi Enumerate
2
Konstruksi Permasalahan dapat
mengukur indikator 3 3 3
Analize
2,73
Permasalahan dapat
mengukur indikator 2 2 2
List
Permasalahan dapat
mengukur indikator 3 3 3
Self-correct.
Bahasa yang sesuai
dengan kaidah Bahasa 3 2 2,5
Indonesia
Kalimat soal tidak
mengandung penafsiran 3 3 3
3 Bahasa Soal ganda (ambigu)
Kalimat soal
komunikatif
(menggunakan bahasa 2 2 2
yang sederhana dan
mudah dipahami)
90

Aspek Penilaian
No Aspek yang Dinilai Ii Va
Validasi Validator 1 Validator 2
Waktu yang diberikan
Alokasi
4 sesuai dengan jumlah 3 3 3
Waktu
soal yang ada
Petunjuk jelas dan tidak
5 Petunjuk menimbulkan makna 3 3 3
ganda
91

Lampiran M. Kisi-kisi Pedoman Wawancara


KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

Sekolah : MTSN 8 BANYUWANGI


Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Bentuk Aljabar
Kelas/Semester : VII/Ganjil

Indikator
Sub Indikator Kemampuan Berpikir Butir
No kemampuan
Kritis Soal
Berpikir Kritis
1 (I) Identify Menyebutkan pokok permasalahan 1
secara umum
Menyebutkan fakta-fakta yang
membatasi masalah, meliputi:
- Informasi-informasi yang dibutuhkan
2 (D) Define (apa yang diketahui dan ditanyakan 3
dalam soal)
- Informasi-informasi yang tidak
digunakan
3 (E) Enumerate Menyebutkan pilihan-pilihan cara dan 3
jawaban yang masuk akal
4 (A) Analyze Menganalisis pilihan untuk memilih cara 2
dan jawaban terbaik
5 (L) List Menyebutkan alasan yang tepat atas cara 2
dan jawaban terbaik yang dipilih
6 (S) Self-Correct Mengecek kembali secara menyeluruh 2
proses jawaban
92

Lampiran N. Pedoman Wawancara


PEDOMAN WAWANCARA

1) Wawancara dilakukan dengan siswa mengacu pada pedoman wawancara.


2) Wawancara tidak harus berjalan sesuai dengan pedoman wawancara.
3) Pedoman wawancara diperoleh untuk mengembangkan pembicaraan (diskusi)
ketika wawancara berlangsung karena wawancara ini tergolong wawancara
tidak terstruktur.
Berikut adalah pedoman wawancara yang akan digunakan peneliti, dan dapat
berkembang berdasarkan jawaban subjek penelitian.
Pertanyaan Inti
Pertanyaan inti menanyakan mengenai langkah-langkah siswa dalam
memecahkan masalah matematika.
(I) Identify
1. Untuk memahami soal, berapa kali anda membaca agar mengerti?
(D) Define
2. Setelah kamu memahami soal apakah anda dapat menuliskan apa saja
yang diketahui?
3. Setelah kamu membaca soal apakah anda memahami dan menuliskan apa
yang ditanyakan?
4. Menurut anda keterangan yang diberikan pada soal bisa untuk mencari apa
yang ditanyakan?
(E) Enumerate
5. Menurut anda adakah hubungan antara apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan pada soal tersebut?
6. Strategi apa yang anda gunakan untuk menyelesaikan soal tersebut?
7. Menurut anda cara apa yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal
ini?
(A) Analyze
8. Apakah langkah-langkah yang akan anda gunakan sudah sesuai dengan
yang diketahui dan ditanyakan dari soal?
93

9. Coba anda jelaskan langkah-langkah penyelesaian yang digunakan?


(L) List
10. Kenapa anda menggunakan langkah-langkah tersebut?
11. Berdasarkan jawaban yang anda peroleh dari langkah yang dipilih, apakah
kamu yakin dengan jawaban tersebut?
a. Jika tidak, menurut anda kesalahannya terletak dimana? Lalu
bagaimana langkah penyelesaian yang benar?
b. Jika iya, hal apa yang membantu anda yakin jika jawabanmu benar?
(S) Self-Correct
12. Apakah anda melakukan pengecekan kembali terhadap hasil
pengerjaanmu? Jika tidak, apa alasannya?
13. Bagaimana cara anda untuk memeriksa kembali jawaban yang didapat?
94

Lampiran O. Lembar Validasi Wawancara


LEMBAR VALIDASI PEDOMAN WAWANCARA

A. PETUNJUK
1. Mohon Bapak/Ibu memberikan penilaian dengan memberikan tanda
centang ( √ ) pada kolom yang tersedia.
2. Bapak/Ibu dapat memberikan komentar atau saran jika ada tambahan.
3. Bapak/Ibu dapat memberikan tanggal revisi dan menandatangani lembar
validasi instrumen jika sudah benar.
4. Makna poin penilaian terlampir.

B. PENILAIAN
Penilaian
No Aspek yang Dinilai
0 1 2 3
Pertanyaan komunikatif (bahasa yang digunakan
1
sederhana dan mudah dipahami)
Pertanyaan yang diajukan menggunakan bahasa
2
yang baik dan benar
3 Kalimat pertanyaan tidak menimulkan ambigu
4 Pertanyaan dalam pedoman wawancara mencakup
indikator (I) Identify, yaitu mencakup pokok
permasahalan.
5 Pertanyaan dalam pedoman wawancara mencakup
indikator (D) Define, yaitu mencakup informasi
yang ada dalam soal.
6 Pertanyaan dalam pedoman wawancara mencakup
indikator (E) Enumerate, yaitu mencakup informasi
mencari cara mengerjakan soal yang masuk akal
7 Pertanyaan dalam pedoman wawancara mencakup
indikator (A) Analyze, yaitu mengenai cara dan
jawaban yang benar.
8 Pertanyaan dalam pedoman wawancara mencakup
indikator (L) List, yaitu mengenai alasan siswa
memilih cara dan jawaban yang kerjakan
9 Pertanyaan dalam pedoman wawancara mencakup
indikator (S) Self-correct, yaitu mengetahui siswa
telah mengecek ulang jawaban yang telah
dikerjakan.
95

C. SARAN
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………
Jember, …………….2021
Validator

(…………………………)
96

Lampiran P. Hasil Validasi Wawancara


Penilaian
No Aspek yang Dinilai Ii Va
Validator 1 Validator 2
Pertanyaan komunikatif (bahasa yang
1 3 3 3
digunakan sederhana dan mudah dipahami)
Pertanyaan yang diajukan menggunakan bahasa
2 3 3 3
yang baik dan benar
3 Kalimat pertanyaan tidak menimulkan ambigu 3 2 2,5
4 Pertanyaan dalam pedoman wawancara
mencakup indikator (I) Identify, yaitu 2 3 2,5
mencakup pokok permasahalan.
5 Pertanyaan dalam pedoman wawancara
mencakup indikator (D) Define, yaitu 3 3 3
mencakup informasi yang ada dalam soal.
6 Pertanyaan dalam pedoman wawancara
mencakup indikator (E) Enumerate, yaitu 2,67
3 3 3
mencakup informasi mencari cara mengerjakan
soal yang masuk akal
7 Pertanyaan dalam pedoman wawancara
mencakup indikator (A) Analyze, yaitu 2 2 2
mengenai cara dan jawaban yang benar.
8 Pertanyaan dalam pedoman wawancara
mencakup indikator (L) List, yaitu mengenai
2 2 2
alasan siswa memilih cara dan jawaban yang
kerjakan
9 Pertanyaan dalam pedoman wawancara
mencakup indikator (S) Self-correct, yaitu
3 3 3
mengetahui siswa telah mengecek ulang
jawaban yang telah dikerjakan.
97

Lampiran Q. Rubrik Validasi Wawancara


RUBRIK VALIDASI PEDOMAN WAWANCARA
Aspek yang Dinilai Indikator Skor
Semua pertanyaan tidak komunikatif (tidak
menggunakan bahasa yang sederhana dan 0
mudah dipahami)
Pertanyaan Satu sampai enam pertanyaan komunikatif
komunikatif (menggunakan bahasa yang sederhana dan 1
(menggunakan bahasa mudah dipahami)
yang sederhana dan Tujuh sampai dua belas pertanyaan
mudah dipahami) komunikatif (menggunakan bahasa yang 2
sederhana dan mudah dipahami)
Semua pertanyaan komunikatif (menggunakan
3
bahasa yang sederhana dan mudah dipahami)
Pertanyaan yang diajukan tidak menggunakan
bahasa yang baik dan benar sehingga terjadi 0
kesalahpahaman
Hanya satu sampai enam pertanyaan
Pertanyaan yang menggunakan bahasa yang baik dan benar 1
diajukan sehingga sulit dimengerti siswa
menggunakan bahasa Tujuh sampai dua belas pertanyaan
yang baik dan benar menggunakan bahasa yang baik dan benar 2
sehingga cukup bisa dipahami oleh siswa
Semua pertanyaan menggunakan bahasa yang
baik dan benar sehingga siswa dapat 3
memahami dengan baik
Semua kalimat pertanyaan menimbulkan
0
penafsiran ganda (ambigu)
Kalimat pertanyaan Tujuh sampai dua belas kalimat pertanyaan
1
tidak menimbulkan menimulkan penafsiran ganda (ambigu)
penafsiran ganda Satu sampai enam kalimat pertanyaan
2
(ambigu) menimbulkan penafsiran ganda (ambigu)
Semua kalimat pertanyaan tidak menimbulkan
3
penafsiran ganda (ambigu)
Pertanyaan dalam Pertanyaan tidak mencakup indikator
0
pedoman wawancara kemampuan berpikir kritis
mencakup indikator- Pertanyaan mencakup satu atau dua indikator
1
indikator kemampuan kemampuan berpikir kritis
berpikir kritis Pertanyaan mencakup tiga atau empat 2
98

Aspek yang Dinilai Indikator Skor


indikator kemampuan berpikir kritis
Pertanyaan mencakup lima atau enam
3
indikator kemampuan berpikir kritis
99

Lampiran R. Hasil Validasi Soal


D. PETUNJUK
5. Mohon Bapak/Ibu memberikan penilaian dengan memberikan tanda
centang ( √ ) pada kolom yang tersedia.
6. Bapak/Ibu dapat memberikan komentar atau saran jika ada tambahan.
7. Bapak/Ibu dapat memberikan tanggal revisi dan menandatangani lembar
validasi instrumen jika sudah benar.
8. Makna poin penilaian terlampir.

E. PENILAIAN
Aspek Penilaian
No Aspek yang Dinilai
Validasi 1 2 3
Maksud soal dirumuskan secara

jelas
1 Validasi Isi
Soal dapat diselesaikan

menggunakan indikator IDEALS
Permasalahan dapat mengukur

indikator Identify
Permasalahan dapat mengukur

indikator Define
Permasalahan dapat mengukur

Validasi indikator Enumerate
2
Konstruksi Permasalahan dapat mengukur

indikator Analize
Permasalahan dapat mengukur

indikator List
Permasalahan dapat mengukur

indikator Self-correct.
Bahasa yang sesuai dengan

kaidah Bahasa Indonesia
Kalimat soal tidak mengandung

3 Bahasa Soal penafsiran ganda (ambigu)
Kalimat soal komunikatif
(menggunakan bahasa yang √
sederhana dan mudah dipahami)
4 Alokasi Waktu Waktu yang diberikan sesuai √
100

Aspek Penilaian
No Aspek yang Dinilai
Validasi 1 2 3
dengan jumlah soal yang ada
Petunjuk jelas dan tidak
5 Petunjuk √
menimbulkan makna ganda

F. KOMENTAR/SARAN
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………
Jember, 14 Januari 2021
Validator

(Lela Nur Safrida, M.Pd.)


101

A. PETUNJUK
1. Mohon Bapak/Ibu memberikan penilaian dengan memberikan tanda
centang ( √ ) pada kolom yang tersedia.
2. Bapak/Ibu dapat memberikan komentar atau saran jika ada tambahan.
3. Bapak/Ibu dapat memberikan tanggal revisi dan menandatangani lembar
validasi instrumen jika sudah benar.
4. Makna poin penilaian terlampir.

B. PENILAIAN
Aspek Penilaian
No Aspek yang Dinilai
Validasi 1 2 3
Maksud soal dirumuskan secara √
jelas
1 Validasi Isi
Soal dapat diselesaikan

menggunakan indikator IDEALS
Permasalahan dapat mengukur

indikator Identify
Permasalahan dapat mengukur

indikator Define
Permasalahan dapat mengukur

Validasi indikator Enumerate
2
Konstruksi Permasalahan dapat mengukur

indikator Analize
Permasalahan dapat mengukur

indikator List
Permasalahan dapat mengukur

indikator Self-correct.
Bahasa yang sesuai dengan

kaidah Bahasa Indonesia
Kalimat soal tidak mengandung

3 Bahasa Soal penafsiran ganda (ambigu)
Kalimat soal komunikatif
(menggunakan bahasa yang √
sederhana dan mudah dipahami)
Waktu yang diberikan sesuai
4 Alokasi Waktu √
dengan jumlah soal yang ada
5 Petunjuk Petunjuk jelas dan tidak √
102

Aspek Penilaian
No Aspek yang Dinilai
Validasi 1 2 3
menimbulkan makna ganda

C. KOMENTAR/SARAN
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………
Jember, 17 Januari 2021
Validator

(Robiatul Adawiyah, S.Pd. M.Si)


103

Lampiran S. Hasil Validasi Wawancara


D. PETUNJUK
5. Mohon Bapak/Ibu memberikan penilaian dengan memberikan tanda
centang ( √ ) pada kolom yang tersedia.
6. Bapak/Ibu dapat memberikan komentar atau saran jika ada tambahan.
7. Bapak/Ibu dapat memberikan tanggal revisi dan menandatangani lembar
validasi instrumen jika sudah benar.
8. Makna poin penilaian terlampir.

E. PENILAIAN
Penilaian
No Aspek yang Dinilai
0 1 2 3
Pertanyaan komunikatif (bahasa yang digunakan
1 √
sederhana dan mudah dipahami)
Pertanyaan yang diajukan menggunakan bahasa
2 √
yang baik dan benar
3 Kalimat pertanyaan tidak menimulkan ambigu √
4 Pertanyaan dalam pedoman wawancara mencakup
indikator (I) Identify, yaitu mencakup pokok √
permasahalan.
5 Pertanyaan dalam pedoman wawancara mencakup
indikator (D) Define, yaitu mencakup informasi √
yang ada dalam soal.
6 Pertanyaan dalam pedoman wawancara mencakup
indikator (E) Enumerate, yaitu mencakup informasi √
mencari cara mengerjakan soal yang masuk akal
7 Pertanyaan dalam pedoman wawancara mencakup
indikator (A) Analyze, yaitu mengenai cara dan √
jawaban yang benar.
8 Pertanyaan dalam pedoman wawancara mencakup
indikator (L) List, yaitu mengenai alasan siswa √
memilih cara dan jawaban yang kerjakan
9 Pertanyaan dalam pedoman wawancara mencakup
indikator (S) Self-correct, yaitu mengetahui siswa

telah mengecek ulang jawaban yang telah
dikerjakan.
104

F. SARAN
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………
Jember, 14 Januari 2021
Validator

(Lela Nur Safrida, M.Pd.)


105

A. PETUNJUK
1. Mohon Bapak/Ibu memberikan penilaian dengan memberikan tanda
centang ( √ ) pada kolom yang tersedia.
2. Bapak/Ibu dapat memberikan komentar atau saran jika ada tambahan.
3. Bapak/Ibu dapat memberikan tanggal revisi dan menandatangani lembar
validasi instrumen jika sudah benar.
4. Makna poin penilaian terlampir.

B. PENILAIAN
Penilaian
No Aspek yang Dinilai
0 1 2 3
Pertanyaan komunikatif (bahasa yang digunakan
1 √
sederhana dan mudah dipahami)
Pertanyaan yang diajukan menggunakan bahasa
2 √
yang baik dan benar
3 Kalimat pertanyaan tidak menimulkan ambigu √
4 Pertanyaan dalam pedoman wawancara mencakup
indikator (I) Identify, yaitu mencakup pokok √
permasahalan.
5 Pertanyaan dalam pedoman wawancara mencakup
indikator (D) Define, yaitu mencakup informasi √
yang ada dalam soal.
6 Pertanyaan dalam pedoman wawancara mencakup
indikator (E) Enumerate, yaitu mencakup informasi √
mencari cara mengerjakan soal yang masuk akal
7 Pertanyaan dalam pedoman wawancara mencakup
indikator (A) Analyze, yaitu mengenai cara dan √
jawaban yang benar.
8 Pertanyaan dalam pedoman wawancara mencakup
indikator (L) List, yaitu mengenai alasan siswa √
memilih cara dan jawaban yang kerjakan
9 Pertanyaan dalam pedoman wawancara mencakup
indikator (S) Self-correct, yaitu mengetahui siswa

telah mengecek ulang jawaban yang telah
dikerjakan.
106

C. SARAN
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………
Jember, 17 Januari 2021
Validator

(Robiatul Adawiyah, S.Pd. M.Si)


107

Lampiran T. Hasil Observasi


108

Lampiran U. Hasil MFFT Siswa


109
110

Lampiran V. Hasil Jawaban Kelompok


111

Lampiran W. Hasil Wawancara


112

Lampiran X. Dokumentasi
113

You might also like