You are on page 1of 5

21 maret 2014

TPW, orang tua salah satu korban pelecehan seksual, MAK, melaporkan bahwa anaknya
telah mengalami tindak pelecehan seksual kepada pihak sekolah. Pada 22 Maret telah
dilakukan tes lab terhadap MAK dan menunjukkan bahwa kondisi anus MAK normal.

24 Maret 2014

TPW melaporkan tindakan pelecehan seksual yang dialami anaknya yang dilakukan oleh
petugas kebersihan JIS kepada polisi. Pada 25 Maret 2014 dilakukan tes visum oleh RSCM
dan hasilnya tetap sama, yaitu tidak adanya tanda kekerasan seksual terhadap MAK. Hasil
visum RSPI juga menunjukkan hasil yang sama

28 Maret 2014

Polisi mulai mendapatkan nama-nama tersangka. MAK menunjuk Agun, Awan, Afrischa dari
ISS (petugas kebersihan JIS) sebagai pelaku melalui foto di Polda.

1 April 2014

Polisi melakukan pemeriksaan di JIS, dengan lokasi pemeriksaan utama difokuskan di toilet
Anggrek (TKP yang dituduhkan). Pihak JIS mendampingi dan mendukung TPW serta
kepolisian untuk melakukan investigasi di lingkungan sekolah. Pemeriksaan berlangsung
hingga tanggal 7 April

3 April 2014

Polisi menangkap Agun, Awan, dan Afrischa yang telah diduga sebagai pelaku.

15 April 2014
TPW mengumpulkan 200 orang tua murid JIS menceritakan kejadian yang menimpan
anaknya

17 April 2014
Pihak dari JIS mengatakan untuk menuntut PT. ISS karena tidak adanya keterlibatan
karyawan JIS dalam tuduhan melainkan karyawan PT. ISS

20 April 2014

Dewi Reich , salah satu orang tua korban, Alex, turut melapor ke sekolah akan dugaan
tindakan kekerasan terhadap anaknya.
21 April 2014
TPW mengajukan gugatan perdata sejumlah 12,5 juta USD

24 April 2014

Nama Syahrial, Zainal, dan Azwar dari ISS ditambahkan sebagai tersangka. Ketiganya
ditangkap pada tanggal 26 April 2014. (Azwar meninggal di hari dia tertangkap)

8 Mei 2014

Sebuah RS di Singapura menunjukkan kondisi AL normal dan negatif telah mengalami


kekerasan seksual.

16 Mei 2014

DR melaporkan seorang guru JIS, Ferdinand Tjiong, ke polisi karena diduga telah melakukan
kekerasan terhadap anaknya

2 juni 2014

Orang tua korban lainnya, AKR melaporkan guru JIS, Neil Bantleman karena diduga
melakukan hal buruk terhadap anaknya (DA) ke kepolisian.

Orang tua murid Dewi membroadcast email pelaku 6 karyawan dan 2 guru

13 Juni 2014

Polisi melakukan investigasi terhadap JIS setelah guru-guru JIS dicurigai ikut terlibat. Dalam
penyelidikan ini, TPW mengarahkan anaknya dan polisi selama proses investigasi. Polisi
menyita barang-barang bukti dari ged. admin JIS, salah satunya adalah blender, yang
dicurigai menjadi alat bantu untuk mempersiapkan "Blue Potion" yang diberikan kepada
korban (fakta persidangan 8 Januari).

23 Juni 2014

Pemaparan kesaksian pertama guru-guru JIS yang dicurigai terlibat di Polda.

14 Juli 2014

2 Guru JIS ditetapkan menjadi tersangka dan ditahan di Polda berdasarkan laporan-laporan
DR, QA, dan TPW tanpa ada bukti yang jelas. Penetapan hanya berdasarkan laporan korban
yang mengidentifikasi guru-guru lewat video.
25 November 2014

Persidangan pertama kasus guru.

2 Desember 2014

Sidang pembacaan eksepsi oleh Neil dan Ferdi

23 & 30 Desember 2014

Sidang keterangan saksi terduga korban. Pada sidang tanggal 30 Desember, DA memberikan
keterangan bahwa para pelaku sodomi memiliki tato gambar tengkorak di tangan dan
punggung. (Ferdi dan Neil tidak memiliki tato tersebut). Keterangan terkait lokasi kejadian
juga selalu berubah-ubah dan tidak sesuai dengan BAP polisi.

6 & 8 Januari 2015

Sidang keterangan saksi terduga korban. Di sidang ini TPW berkata bahwa dirinya tidak
memiliki izin memasuki area belajar mengajar. JIS sendiri membantah dugaan ini karena
tidak pernah ada larangan bagi siapapun untuk memasuki area belajar mengajar selama
memiliki kartu identitas yang dikeluarkan JIS.

13 Januari 2015

Sidang kesaksian guru MAK dan ADP. Neil Murphy, guru MAK, dan Allan Dee, guru ADP,
bersaksi bahwa mereka tidak melihat indikasi trauma dari perilaku sehari-hari MAK dan ADP
di sekolah. Mereka juga bersaksi bahwa anak-anak yang diduga menjadi korban tidak
pernah dilaporkan sakit.

20 Januari 2015

Sidang keterangan saksi. Salah satu saksi, yang juga merupakan psikolog klinis korban,
Connie Kristanto, mengakui bahwa MAK tidak pernah menyebutkan nama Neil dan Ferdi
selama 30 kali sesi.

22 Januari 2015

Sidang keterangan saksi. Dokter spesialis anak RSCM, Dr. Oktavinda Safitry, menyatakan
kondisi korban normal dan tidak ditemukan luka-luka pada lubang pelepasannya. Ia juga
meminta ibu pelapor untuk menjalani pemeriksaan lanjutan di RSCM, namun tidak pernah
kembali. Oleh karena itu dalam sidang terungkap bahwa hasil visum MAK belum final.
17 Februari 2015

Polisi mengakui telah menggunakan kekerasan dalam pemeriksaan tersangka (petugas


kebersihan)

11 Februari 2015

Laporan dari RS KK Women's and Children's Hospital Singapore tentang pemeriksaan anus
dari AL normal dan tidak ada ciri-ciri mendapat perlakuan sodomi. Di RS tersebut,
pemeriksaan dilakukan secara anuskopi, yaitu anak harus dibius total sehingga tim dokter
dapat memeriksa bagian anus secara jelas.

Berbeda dari tim dokter di Indonesia yang melaporkan bahwa adanya kekerasan seksual,
padahal tidak dilakukan bius total sehingga tidak mungkin dilakukan pemeriksaan dengan
jelas

2-3 April 2015

2 terdakwa dalam kasus JIS, Neil Bantleman dan Ferdinant Tjiong, divonis bersalah dalam
kasus pelecehan seksual dan keduanya dijatuhi hukuman 10 tahun penjara dan denda
sebesar 100 juta rupiah

15 April 2015

Istri dari Ferdinand Tjiong, Sisca Tjiong melaporkan tiga dokter Rumah Sakit Bhayangkara
Polri dan tiga orangtua korban kekerasan seksual di Jakarta International School (JIS) ke
Bareskrim Polri. Laporan ini terkait dugaan memberikan keterangan palsu di pengadilan.

21 Juli 2015

Dua guru JIS, Neil Bantleman dan Ferdinant Tjiong memenangkan gugatan pencemaran
nama baik di Pengadilan Singapura oleh DR, ibu dari AI. Semua tuduhan DR terkait tindak
kekerasan seksual terhadap AI yang dilakukan oleh Neil dan Ferdi tidak terbukti. Tidak
ditemukan luka atau bekas luka di daerah lubang pelepasan AI.

14 Agustus 2015

2 Guru JIS, Ferdinand Tjiong dan Neil Bantleman, diputuskan tidak bersalah dan dibebaskan
setelah Pengadilan Tinggi DKI mengabulkan banding yang diajukan kuasa hukum guru JIS.

Hakim Pengadilan Tinggi DKI Jakarta menilai putusan pengadilan PN Jaksel tidak cermat dan
tidak matang dalam pembuktian, antara lain Hakim tidak menggunakan hasil medis rumah
sakit Singapura dengan alasan tidak ada perjanjian bilateral.
Selain itu saksi ahli yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) dianggap tidak
kredibel. Ada ahli yang masih menggunakan teori lama, ada ahli yang juga melakukan
konseling dengan salah satu anak sehingga tidak independen.

Majelis Hakim di PN Jakarta Selatan juga tidak memakai hasil rekam medis dari SOS Medika,
RSCM, RSPI dan dari RS KK Women' and Children's Hospital Singapura, yang menyatakan
kondisi lubang pelepas AL tetap normal dan tidak mengalami luka.

You might also like