You are on page 1of 72

SPESIFIKASI TEKNIS

Pembangunan Reservoir Dan Jariingan Perpipaan


SPAM IKK Cambai Kota Prabumulih
TAHUN ANGGARAN 2023

DIBUAT OLEH:
BALAI PRASARANA PERMUKIMAN
WILAYAH SUMATERA SELATAN

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN
PERUMAHAN RAKYAT
SPESIFIKASI TEKNIS
PEMBANGUNAN RESERVOIR DAN JARIINGAN PERPIPAAN SPAM IKK CAMBAI
KOTA PRABUMULIH

A. KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN

PASAL - 1. PENDAHULUAN
Spesifikasi teknis ini merupakan ketentuan yang harus dibaca bersama-
sama dengan gambar-gambar yang keduanya menguraikan pekerjaan
yang harus dilaksanakan. Istilah pekerjaan mencakup suplai dan instalasi
seluruh peralatan dan material yang harus dipadukan dalam konstruksi-
konstruksi, yang diperlukan menurut dokumen-dokumen kontrak, serta
semua tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memasang dan menjalankan
peralatan dan material tersebut. Spesifikasi untuk pekerjaan yang harus
dilaksanakan dan material yang harus disepakati, harus diterapkan baik
pada bagian dimana spesifikasi tersebut ditemukan maupun bagian-bagian
lain dari pekerjaan dimana pekerjaan atau material tersebut dijumpai.

PASAL - 2. LOKASI PEKERJAAN


Lokasi pekerjaan sebagaimana ditunjukkan oleh Direksi Teknis/ Lapangan.

PASAL - 3. PAPAN NAMA PROYEK


Papan nama proyek diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum.
Papan nama proyek memuat :
a. Nama Proyek
b. Direksi Teknis/Lapangan
c. Lokasi Proyek
d. Jumlah Biaya (Kontrak)
e. Nama Pelaksana (Penyedia)
f. Masa pelaksanaan proyek bulan, tanggal dan tahun

PASAL - 4. RUANG LINGKUP PEKERJAAN


Ruang lingkup pekerjaan sesuai dengan yang terdapat pada daftar
kuantitas dan harga.

PASAL - 5. PERIZINAN
Penyedia harus segera mengurus dan memperhitungkan biaya untuk
membuat izin-izin yang diperlukan dan berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan, antara lain: izin penerangan, izin pengambilan
material, izin pembuangan, izin pengurugan, izin trayek dan pemakaian
jalan, izin penggunaan bangunan serta izin-izin lain yang diperlukan
sesuai dengan ketentuan/peraturan daerah setempat.

PASAL - 6. PENANGGUNG JAWAB TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN


6.1. Penyedia wajib menetapkan dan menempatkan seorang Kepala
Pelaksana, berpendidikan S1 Teknik Sipil/Lingkungan yang
memiliki SKA, yang cakap untuk memimpin dan bertanggung
jawab penuh terhadap pelaksanaan pekerjaan, dan memiliki
pengalaman sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun dalam
pelaksanaan pekerjaan sejenis. Penetapan ini harus dikuatkan
dengan surat pengangkatan resmi dari Penyedia ditujukan kepada
Direksi Teknis/Lapangan.
6.2. Selain Kepala Pelaksana Penyedia harus menempatkan tenaga ahli
yang diperlukan sesuai dengan lingkup pekerjaan.
6.3. Selain pelaksanaan, Penyedia diwajibkan pula memberitahu secara
tertulis kepada Direksi Teknis/Lapangan. Susunan Organisasi
Lapangan lengkap dengan nama dan jabatannya masing-masing.
6.4. Bila dikemudian hari menurut team Direksi Teknis/Lapangan,
Pelaksana kurang mampu melaksanakan tugasnya, maka Penyedia
akan diberitahu secara tertulis untuk mengganti pelaksananya.
6.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya surat
pemberitahuan, Penyedia sudah harus menunjuk pelaksana baru
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
PASAL - 7. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

Penyedia wajib menyelenggarakan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan


Umum sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umumdan Surat Edaran Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 66/SE/M/2015
tentang Biaya Penyelenggaraan Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum.

7.1. Penyedia wajib menyusun tingkat risiko kegiatan yang akan


dilaksanakan untuk dibahas dengan PPK sebagaimana yang
disusun pada awal kegiatan.
7.2. Penyedia wajib membuat RK3K dengan ketentuan sebagai berikut
:
a. Dibuat pada awal kegiatan.
b. Harus mencantumkan kategori risiko pekerjaan yang telah
ditentukan bersama PPK.
c. Pada awal dimulainya kegiatan, Penyedia
mempresentasikan RK3K kepada Pejabat Pembuat
Komitmen untuk mendapat persetujuan.
d. Tinjauan ulang terhadap RK3K (pada bagian yang memang
perlu dilakukan kaji ulang) dilakukan setiap bulan secara
berkesinambungan selama pelaksanaan pekerjaan
konstruksi berlangsung.
7.3. Penyedia wajib melibatkan Ahli K3 Konstruksi pada setiap paket
pekerjaan yang mempunyai risiko K3 tinggi atau melibatkan
sekurang-kurangnya Petugas K3 Konstruksi pada setiap paket
pekerjaan yang mempunyai risiko K3 sedang dan kecil.
7.4. Melakukan kerja sama untuk membentuk kegiatan SMK3
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat bila
ada dua atau lebih Penyedia yang bergabung dalam satu
kegiatan.
7.5. Penyedia melapor ke Dinas Tenaga Kerja dan Jamsostek
setempat sesuai ketentuan yang berlaku.
7.6. Penyedia wajib membuat Laporan Rutin Kegiatan P2K3 ke Dinas
Tenaga Kerja setempat dan tembusannya disampaikan kepada
PPK.
7.7. Penyedia wajib melaksanakan Audit Internal K3 Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
7.8. Penyedia wajib membuat rangkuman aktifitas pelaksanaan
SMK3K bidang pekerjaan umum sebagai bagian dari dokumen
serah terima kegiatan pada akhir pekerjaan.
7.9. Penyedia wajib melaporkan kepada PPK dan Dinas Tenaga
Kerja setempat tentang kejadian berbahaya, kecelakaan kerja
konstruksi dan penyakit akibat kerja kosntruksi yang telah terjadi
pada kegiatan yang dilaksanakan.
7.10. Penyedia wajib menindaklanjuti surat peringatan yang diterima
dari PPK.
7.11. Penyedia wajib melakukan pengendalian resiko K3 onstruksi
Bidang Pekerjaan Umum yang meliputi : inspeksi tempat kerja,
peralatan, sarana pencegahan kecelakaan konstruksi sesuai
dengan RK3.
7.12. Penyedia yang melaksanakan pekerjaan tingkat resiko tinggi
wajib memiliki sertifikat K3 perusahaan yang diterbitkan oleh
lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi
nasional (KAN).
7.13. Penyedia wajib melaksanakan seluruh ketentuan K3 sesuai
dengan ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam
Syarat-Syarat Umum Kontrak tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

PASAL - 8. KEAMANAN KERJA


8.1. Penyedia diwajibkan menjaga keamanan terhadap barang-barang
milik Proyek, Direksi Teknis/Lapangan dan milik pihak ketiga
yang ada di lapangan baik terhadap pencurian maupun
pengrusakan.
8.2. Untuk maksud-maksud tersebut Penyedia dianjurkan untuk membuat
pagar pengamanan.
8.3. Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang atau
pekerjaan, tetap menjadi tanggung jawab Penyedia dan tidak
dapat diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah atau
pengunduran waktu pelaksanaan.
8.4. Apabila terjadi kebakaran, Penyedia bertanggung jawab atas
akibatnya, untuk itu Penyedia harus menyediakan alat-alat
pemadam kebakaran yang siap pakai, ditempatkan di tempat- tempat
yang strategis dan mudah dicapai.

PASAL - 9. JALAN MASUK DAN JALAN SEMENTARA


9.1. Apabila dianggap perlu, sesuai dengan kondisi dan situasi lokasi,
penyedia harus sudah memperhitungkan pembuatan jalan masuk
sementara dan/atau jembatan kerja sementara yang disetujui oleh
Direksi Teknis/Lapangan.
9.2. Pembuatan jalan masuk atau jembatan sementara harus mengikuti
peraturan dan semua perijinan sehubungan dengan pekerjaan
tersebut menjadi tanggung jawab penyedia.
9.3. Penyedia harus menghindari kerusakan pada fasilitas jalan
masuk yang ada dengan mengatur trayek kendaraan yang
digunakan serta membatasi/membagi beban muatan.
9.4. Kerusakan pada jalan atau benda-benda lain yang diakibatkan oleh
pekerjaan penyedia, mobilisasi peralatan serta pemasukan bahan
akan menjadi tanggung jawab penyedia dan harus segera diperbaiki.

PASAL - 10. PENYEDIAAN AIR KERJA, TENAGA LISTRIK DAN PENERANGAN


10.1. Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek
berlangsung, Penyedia harus memperhitungkan biaya penyediaan
air bersih guna keperluan air kerja, air minum untuk pekerja dan air
kamar mandi.
10.2. Air yang dimaksud adalah bersih, baik yang berasal dari PAM
atau sumber air, serta pengadaan dan pemasangan pipa distribusi
air tersebut bagi keperluan pelaksanaan pekerjaan dan untuk
keperluan Kantor Proyek, kantor Penyedia, kamar mandi/WC
atau tempat-tempat lain yang dianggap perlu.
10.3. Penyedia juga harus menyediakan sumber tenaga listrik untuk
keperluan pelaksanaan pekerjaan, kebutuhan kantor Proyek dan
penerangan proyek pada malam hari sebagai keamanan selama
proyek berlangsung selama 24 jam penuh dalam sehari.
10.4. Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau
dengan pengadaan Generator Set, dan semua perijinan untuk
pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia. Pengadaan
fasilitas penerangan tersebut termasuk pengadaan dan
pemasangan instalasi dan armatur, stop kontak serta saklar/panel.

PASAL - 11. GAMBAR-GAMBAR KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS


11.1. Penyedia wajib meneliti semua Gambar dan RKS termasuk
tambahan dan perubahannya yang tercantum dalam Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
11.2. Bilamana ada ketidaksesuaian antara Gambar dan RKS, maka
yang mengikat adalah RKS. Bilamana suatu gambar tidak cocok
dengan gambar yang lain, maka harus berkonsultasi dengan
Direksi Teknis/Lapangan untuk dikoordinasikan dengan Konsultan
Perencana.
11.3.Tidak dibenarkan untuk menarik keuntungan dari kesalahan-
kesalahan, kekurangan- kekurangan pada gambar atau perbedaan
ketentuan antara gambar rencana dan spesifikasi teknis. Apabila
ternyata terdapat kesalahan, kekurangan, perbedaan dan hal-hal
lain yang meragukan, Penyedia harus mengajukannya kepada
Direksi Teknis/Lapangan secara tertulis, dan Direksi
Teknis/Lapangan akan mengoreksi atau menjelaskan gambar-
gambar tersebut untuk kelengkapan yang telah disebutkan
dalam spesifikasi teknis. Koreksi akibat penyimpangan
keadaan lapangan terhadap ga mbar rencana akan ditentukan
oleh Direksi Teknis/Lapangan dan disampaikan secara tertulis
kepada Penyedia.
11.4. Paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan,
Penyedia harus menyerahkan gambar kerja (shop drawing)
kepada pihak Direksi Teknis/Lapangan sebanyak 3 (tiga) rangkap,
termasuk perhitungan-perhitungan yang berhubungan dengan
gambar tersebut.
Peralatan Kapasitas Jumlah Minimal
Excavator Standard Arm 0,8 M3 1 Unit
Dump Truck 6 M3 4 unit
Light Truck 3000 cc 2 Unit
Ordinary Truck 1 M3 2 Unit
Truck Tangki 5.000 Liter 1 Unit
Concrate Mixer 0,5 M3 2 Unit
Mesin Bor Pile Dia. 20 cm 1 Unit

Mesin las pipa HDPE untuk Pipa HDPE 2 Unit


dia. 90 – 300 mm
Vibratory Roller 1 ton 1 Unit
Tripod 7 Meter 2 Unit
Hap Crane - 1 Unit
Jack Hammer / concrete 1.700 – 2 Unit
Breaker 2.300 Watt
Hand Compactor / Stamper 5 HP 4 Unit
Pompa Air Bersih 20 Liter/ 3 Unit
Detik
Stabilizer 60 kVa 2 Unit
Generator Set 60 KVa 1 Unit
Alat Pemotong Pipa PVC 2” – 12” 2 Unit
Alat Pemotong Pipa Galvanis 2” – 12” 4 Unit
Mesin Las 3.000 Watt 4 Unit
Hydrostatic Test Pump 20 Bar 2 Unit
Theodolit 300 Meter 1 Unit
Mesin Bor Horizontal Manual 8” 1 Unit
Concrete Vibrator 5.5 HP 2 Unit
Perlengkapan Penerangan
Peralatan Lainnya

1.5. Gambar kerja untuk semua pekerjaan harus senantiasa


disimpan di lapangan. Gambar- gambar tersebut harus berada
dalam kondisi baik, dapat dibaca dan merupakan hasil revisi
terkahir. Penyedia juga harus menyiapkan gambar-gambar yang
menunjukan perbedaan antara gambar rencana dan gambar kerja.
Semua biaya untuk itu menjadi tanggung jawab Penyedia.

PASAL - 12. UKURAN-UKURAN


Ukuran-ukuran yang tertera pada gambar adalah ukuran sebenarnya dan
gambar tersebut adalah gambar berskala. Jika terdapat perbedaan antara
ukuran dan gambarnya, maka Penyedia harus segera meminta
pertimbangan dan persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan untuk
menetapkan mana yang benar.

PASAL - 13. PERALATAN DAN MOBILISASI


13.1. Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan baik berupa alat-
alat kecil maupun besar, harus disediakan oleh Penyedia dalam
keadaan baik dan siap pakai, sebelum pekerjaan fisik yang
bersangkutan dimulai antara lain:
13.2. Penyedia harus menjaga ketertiban dan kelancaran selama
perjalanan alat-alat berat yang menggunakan jalanan umum agar
tidak mengganggu lalu-lintas.
13.3. Direksi Teknis/Lapang berhak memerintahkan untuk menambah
peralatan atau menolak peralatan yang tidak sesuai atau tidak
memenuhi persyaratan.
13.4. Bila pekerjaan telah selesai, Penyedia diwajibkan untuk segera
menyingkirkan alat- alat tersebut, memperbaiki kerusakan yang
diakibatkannya dan membersihkan bekas- bekasnya.
13.5. Disamping untuk menyediakan alat-alat yang diperlukan seperti
dimaksudkan pada ayat 13.1. penyedia harus menyediakan alat-alat
bantu sehingga dapat bekerja pada kondisi apapun, seperti : tenda-
tenda untuk bekerja pada waktu hari hujan, perancah (scafolding)
pada sisi luar bangunan atau tempat lain yang memerlukan, serta
peralatan lainnya.
PASAL - 14. PENYEDIAAN MATERIAL
14.1. Penyedia harus menyediakan sendiri semua material seperti yang
disebutkan dalam daftar kuantitas (daftar rencana anggaran biaya)
kecuali ditentukan lain di dalam dokumen kontrak.
14.2. Untuk material-material yang disediakan oleh Direksi
Teknis/Lapangan, Penyedia harus mengusahakan transportasi dari
gudang yang ditentukan ke lokasi pekerjaan. Penyedia harus
memeriksa dahulu material-material tersebut dan harus bertanggung
jawab atas pengangkutan sampai di lokasi pekerjaan. Penyedia
harus mengganti material yang rusak atau kurang akibat
pengangkutan yang salah atau hilang akibat kelalaian Penyedia.
14.3. Semua peralatan dan material yang disediakan dan pekerjaan yang
dilaksanakan harus sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan
dalam dokumen kotrak. Nama produsen material dan peralatan yang
digunakan, termasuk cara kerja, kemampuan, laporan pengujian dan
informasi penting lainnya mengenai hal ini harus disediakan bila
diminta untuk dipertimbangkan oleh Direksi Teknis/Lapangan. Bila
menurut pendapat Direksi Teknis/Lapangan hal-hal tersebut tidak
memuaskan atau tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang
ditentukan dalam dokumen kontrak, maka harus diganti oleh
Penyedia tanpa biaya tambahan.
14.4. Semua peralatan dan material harus disuplai dengan urutan dan
waktu sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kelancaran
pelaksanaan pekerjaan dengan memperhitungkan jadwal untuk
pekerjaan lainnya.

PASAL - 15. DOKUMEN DAN JAMINAN KUALITAS


15.1. Penyedia diharuskan untuk menyerahkan jaminan kualitas dari bahan
– bahan utama yang akan dipasang dari instansi yang berwenang
untuk mengeluarkan jaminan.
15.2. Penyedia harus melampirkan atau membuat nota desain, gambar
teknik dan spesifikasi teknis dari Instalasi Pengolahan Air (IPA)
Beton dan Reservoir Beton, dan Reservoir Glass Steel yang
ditawarkan.
15.3. Penyedia harus melampirkan gambar serta brosur asli dari pabrik
dalam dokumen penawarannya, yang menggambarkan ukuran dan
spesifikasi teknis dari peralatan yang digunakan pada Reservoir
Glass Steel yang ditawarkan.
Dokumen yang dilampirkan antara lain : :
1. Detail Spesifikasi Teknis dilengkapi brosur asli, di cap dan diparaf.
2. Surat Dukungan dari Distributor yang terdaftar secara resmi di
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.
3. Surat garansi masa layanan purna jual selama 10 tahun dari
Distributor.
4. Sertifikat garansi pabrik selama 10 tahun.
5. Sertifikat ISO 9001 : 2008 dari Pabrik.
6. Sertifikat ISO 14001 : 2015 dari Pabrik.
7. Sertifikat OHSAS 18001 : 2007 dari Pabrik.
8. Sertifikat NSF Food Grade.
9. Sertifikat personil pemasangan Tangki Glass Steel dari pabrik.
10. Melampirkan gambar typical tangki glass steel.
11. Melampirkan surat dari pabrik yang menyatakan basic design life
tangki glass steel minimal 30 tahun.

PASAL - 16. CONTOH-CONTOH MATERIAL


16.1. Contoh-contoh material harus segera ditentukan dan diambil
dengan cara pengambilan contoh menurut Acuan Normatif yang
disetujui Direksi Teknis/Lapangan. Contoh-contoh harus
menggambarkan secara nyata kualitas material yang akan dipakai
pada pelaksanaan pekerjaan.
16.2. Contoh-contoh yang telah disetujui Direksi Teknis/Lapangan harus
disimpan terpisah dan tidak tercampur atau terkotori yang dapat
mengurangi kualitas material tersebut. Penawaran Penyedia harus
sudah termasuk biaya yang diperlukan untuk pengujian material.
16.3. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan barang/material yang disetujui
sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan tidak tersedia di pasaran
maka penyedia dapat mengajukan alternatif barang/material dengan
kualitas yang sama dengan spesifikasi
yang ditentukan, dengan persetujuan Direksi Teknis/Lapangan.

PASAL - 17. PERLINDUNGAN TERHADAP CUACA


Penyedia dengan tanggungan sendiri dan dengan diketahui Direksi
Teknis/Lapangan harus mengusahakan langkah-langkah dan peralatan
yang diperlukan untuk melindungi pekerjaan dan bahan-bahan serta
peralatan yang digunakan agar tidak rusak atau berkurang mutunya karena
pengaruh cuaca.

PASAL - 18. PENGUKURAN


18.1. Penyedia harus sudah memperhitungkan biaya untuk pengukuran
dan penelitian ukuran tata letak atau ketinggian bangunan
(Bouwplank), termasuk penyediaan Bench Mark dan patok- patok
pendukung.
18.2. Pengukuran harus dilakukan oleh tenaga ahli dalam bidangnya dan
berpengalaman.
18.3. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada Direksi Teknis/Lapangan
agar dapat ditentukan sebagai pedoman atau referensi dalam
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar
rencana dan persyaratan teknis.
18.4. Jika pada saat pengukuran terjadi keraguan, maka hal ini harus
ditanyakan kepada Direksi Teknis/Lapangan.

PASAL - 19. PEMATOKAN


19.1. Penyedia harus mengerjakan pematokan untuk menentukan
kedudukan dan peil bangunan sesuai dengan gambar rencana.
Pekerjaan ini seluruhnya harus mendapat persetujuan Direksi
Teknis/Lapangan terlebih dahulu sebelum memulai pekerjaan
selanjutnya. Direksi Teknis/Lapangan dapat melakukan revisi
pemasangan patok tersebut bila dipandang perlu. Penyedia harus
mengerjakan revisi tersebut sesuai dengan petunjuk Direksi
Teknis/Lapangan.
19.2. Sebelum memulai pekerjaan pemasangan patok, Penyedia harus
memberitahukan kepada Direksi Teknis/Lapangan sekurang-
kurangnya 2 (dua) hari sebelumnya, sehingga Direksi
Teknis/Lapangan dapat mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan untuk melakukan pengawasan.
19.3. Pekerjaan pematokan yang telah selesai, diukur oleh Penyedia untuk
mendapat persetujuan Direksi Teknis/Lapangan. Hanya hasil
pengukuran yang telah disetujui Direksi Teknis/Lapangan yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk pembayaran pekerjaan. Penyedia
wajib menyediakan alat-alat ukur dengan perlengkapannya, juru ukur
serta pekerjaan lain yang diperlukan oleh Direksi Teknis/Lapangan
untuk melakukan pemeriksaan/pengujian hasil pengukuran.
19.4. Semua tanda-tanda di lapangan yang diberikan oleh Direksi
Teknis/Lapangan atau dipasang sendiri oleh Penyedia harus tetap
dipelihara dan dijaga dengan baik oleh Penyedia. Apabila ada yang
rusak harus segera diganti dengan yang baru dan meminta kembali
persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan. Bila terdapat
penyimpangan dari gambar rencana, Penyedia harus mengajukan 3
(tiga) rangkap gambar penampang dari daerah yang dipatok
tersebut. Direksi Teknis/Lapangan akan membubuhkan tanda tangan
persetujuan dari pendapat/revisi pada satu copy gambar tersebut
dan mengembalikannya kepada Penyedia. Setelah diperbaiki,
Penyedia harus mengajukan kembali gambar hasil revisinya.
Gambar-gambar tersebut harus dibuat agar memungkinkan untuk
direproduksi. Semua gambar-gambar yang telah disetujui harus
diserahkan kepada Direksi Teknis/Lapangan dalam bentuk asli dan
2 (dua) copy. Ukuran dan huruf yang digunakan pada gambar
tersebut harus sesuai dengan ketentuan Direksi Teknis/Lapangan.
PASAL - 20. RAMBU-RAMBU
Di tempat-tempat yang dipandang perlu, Penyedia harus menyediakan
rambu-rambu untuk keperluan kelancaran lalu lintas. Tanda-tanda
tersebut harus cukup jelas untuk menjamin keselamatan lalu lintas.
Apabila pekerjaan harus memotong/menyeberangi jalan dengan lalu
lintas padat, Penyedia harus melaksanakan pekerjaan secara bertahap
atau apabila dipandang perlu dilaksanakan pada malam hari. Segala
biaya untuk keperluan tersebut harus sudah termasuk di dalam
penawaran Penyedia.

PASAL - 21. JADWAL PELAKSANAAN


21.1. Penyedia harus menyiapkan jadwal pelaksanaan secara detail dan
harus diserahkan kepada Direksi Teknis/Lapangan paling lambat 7
(tujuh) hari sebelum pelaksanaan suatu tahapan pekerjaan dimulai.
Program kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari Direksi Teknis/Lapangan. Jadwal pelaksanaan
tersebut harus mencakup :
a. Usulan waktu untuk pengadaan, pembuatan dan suplai
berbagai bagian pekerjaan.
b. Usulan waktu untuk pengadaan dan pengangkutan bagian-
bagian lain ke lapangan.
c. Usulan waktu dimulainya serta rencana selesainya setiap
bagian pekerjaan dan/atau pemasangan berbagai bagian
pekerjaan termasuk pengujiannya.
d. Usulan jumlah jam kerja bagi tenaga yang disediakan oleh
Penyedia.
e. Jumlah tenaga kerja yang dipakai pada setiap tahapan pekerjaan
dengan disertai latar belakang pendidikan, pengalaman serta
penugasannya.
f. Jenis serta jumlah mesin-mesin dan peralatan yang akan
dipakai pada pelaksanaan pekerjaan.
g. Cara pelaksanaan pekerjaan.
21.2. Jadwal pelaksanaan tersebut antara lain dituangkan dalam bentuk
Kurva-S beserta lampiran penjelasan.
21.3. Penyedia wajib memberikan salinan jadwal pelaksanaan yang telah
disahkan oleh Direksi Teknis/Lapangan dalam 5 (lima) rangkap
kepada Direksi Teknis/Lapangan, dan satu salinan harus ditempel
di kantor lapangan (direksi keet) yang dilengkapi dengan grafik
kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
21.4. Direksi Teknis/Lapangan akan menilai prestasi pekerjaan
Penyedia berdasarkan grafik rencana kerja dan kemajuan
pelaksanaan pekerjaan tersebut.

PASAL - 22. METODE KERJA


Sebelum pelaksanaan pekerjaan penyedia harus mengajukan metode
pelaksanaan pekerjaan untuk disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
Metode kerja sekurang-kurangnya berisi:
a. Metode pelaksanaan pekerjaan,
b. Untuk komponen pekerjaan tertentu (beton, baja, komponen
instalasi dll.) harus dilengkapi dengan gambar yang menjelaskan
pelaksanaannya.
c. Bahan/material yang akan digunakan d. Peralatan pendukung
e. Jumlah tenaga kerja yang akan digunakan

PASAL - 23. PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN


23.1. Penyedia diharuskan untuk memberikan penjelasan tertulis
selengkapnya apabila Direksi Teknis/Lapangan memerlukan
penjelasan tentang tempat-tempat asal mula material yang
didatangkan untuk suatu tahap pekerjaan sebelum mulai
pelaksanaan tahapan tersebut. Dalam keadaan apapun, Penyedia
tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen
tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi
Teknis/Lapangan.
23.2. Pemberitahuan yang jelas dan lengkap harus terlebih dahulu
disampaikan kepada Direksi Teknis/Lapangan sebelum memulai
pekerjaan, agar Direksi Teknis/Lapangan mempunyai waktu yang
cukup untuk mempertimbangkan persetujuannya.
23.3. Pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang menurut Direksi
Teknis/Lapangan penting, harus dihadiri dan diawasi langsung oleh
Direksi Teknis/Lapangan atau wakilnya. Untuk itu maka Penyedia
harus menyampaikan permohonan ijin pelaksanaan (request) yang
harus sudah diterima oleh Direksi Teknis/Lapangan selambat-
lambatnya 2 (dua) hari sebelum pekerjaan dilaksanakan.

PASAL - 24. RAPAT-RAPAT


24.1. Apabila dipandang perlu, Direksi Teknis/Lapangan dapat
mengadakan rapat-rapat dengan mengundang Penyedia dan pihak-
pihak tertentu yang berkaitan dengan pembahasan dan
permasalahan pelaksanaan pekerjaan. Semua hasil/risalah rapat
merupakan ketentuan yang bersifat mengikat bagi Penyedia.
24.2. Keputusan rapat yang disepakati dituangkan dalam berita acara dan
ditandatangani oleh seluruh pihak yang berkepentingan.

PASAL - 25. PRESTASI KEMAJUAN PEKERJAAN


25.1 Prestasi kemajuan pekerjaan ditentukan dengan jumlah prosentasi
pekerjaan yang telah diselesaikan Penyedia dan disetujui oleh
Direksi Teknis/Lapangan. Prosentase pekerjaan ini dihitung dengan
membandingkan nilai volume pekerjaan yang telah diselesaikan
terhadap nilai kontrak keseluruhan.
25.2. Pembayaran akan dilakukan sesuai dengan prestasi
kemajuan pekerjaan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam
kontrak.

PASAL - 26. PENYELESAIAN PEKERJAAN


26.1. Pekerjaan harus mencakup seluruh elemen yang diperlukan
walaupun tidak diuraikan secara khusus dalam spesifikasi teknis dan
gambar-gambar, namun tetap diperlukan agar hasil pelaksanaan
pekerjaan dapat berfungsi dengan baik secara keseluruhan sesuai
dengan kontrak.
26.2. Penyedia harus menguji hasil pekerjaan setiap tahap dan/atau secara
keseluruhan sesuai dengan ketentuan spesifikasi teknisnya. Apabila
dari hasil pengujian terdapat bagian pekerjaan yang tidak memenuhi
syarat, Penyedia dengan biaya sendiri harus melaksanakan
perbaikan sampai dengan hasil pengujian ulang berhasil dan dapat
diterima oleh Direksi Teknis/Lapangan.

PASAL - 27. LAPORAN-LAPORAN


Penyedia harus menyusun dan menyerahkan laporan pelaksanaan
pekerjaan, yang terdiiri dari :
27.1. Laporan harian yang berisi laporan yang mencatat seluruh rencana
dan realisasi aktivitas pekerjaan harian.
Laporan harian berisi :
a. Tugas, penempatan dan jumlah tenaga kerja di lapangan;
b. Jenis dan kuantitas bahan di lapangan;
c. Jenis, jumlah, dan kondisi peralatan di lapangan;
d. Jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;
e. Cuaca dan peristiwa alam lainnya yang mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan;
f. Hasil inspeksi/pengawasan/patroli K3 dan lingkungan;
g. Kejadian insiden/kecelakaan atau penyakit akibat kerja, jika
ada, dan tindak lanjutnya;
h. Catatan lain yang dianggap perlu.
27.2. Laporan Mingguan, yang berisi terdiri dari rangkuman laporan harian
dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan mingguan, hasil inspeksi
K3, mutu, dan lingkungan termasuk tindak lanjutnya, serta catatan
lain yang dianggap perlu.
27.3. Laporan bulanan dibuat oleh Penyedia, terdiri dari rangkuman
laporan mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan
bulanan,termasuk hasil pelaksanaan RK3K, program mutu dan
lingkungan.
27.4. Untuk kelengkapan laporan, Penyedia dan Direksi Teknis wajib
membuat foto-foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan danevaluasi
pencapaian sasaran K3, mutu danlingkungan, termasuk
rekomendasi untukpeningkatan kinerja K3, mutu dan lingkungan.
27.5. Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan minimal pada kondisi 0%,
50%, dan 100% , atau sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan
Direksi Teknis/Lapangan. Dalam pembuatan dokumentasi harus
berisi informasi mengenai jenis pekerjaan, lokasi dan kondisi
kemajuan pekerjaan.

PASAL - 28. SHOP DRAWING


27.6. Penyedia wajib membuat shop drawing yang terdiri dari gambar kerja
lengkap sesuai dengan kondisi lapangan untuk semua pekerjaan
serta detail khusus yang belum tercakup lengkap dalam gambar
rencana atau yang diminta Direksi Teknis/Lapangan. Shop drawing
ini harus jelas mencantumkan dan menggambarkan semua data
yang diperlukan.
27.7. Semua dokumen gambar harus dibuat menggunakan software
CAD.
27.8. Shop drawing harus disetujui dahulu oleh Direksi Teknis/Lapangan
sebelum pelaksanaan pekerjaan.

PASAL - 29. AS BUILT DRAWING


29.1. Setelah pekerjaan selesai Penyedia diharuskan menyerahkan As
build drawing yang menunjukan gambar yang terpasang disertai
perubahannya bila ada paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum
penyerahan akhir pekerjaan.
29.2. Semua dokumen gambar harus dibuat dengan menggunakan
software CAD.
29.3. Dokumen pekerjaan terlaksana/terpasang (as built documents)
yang diserahkan kepada
Direksi Teknis/Lapangan pada saat serah terima akhir pekerjaan
adalah termasuk dokumen hasil proses manajemen risiko K3
Perancangan dan Pelaksanaan serta SOP K3
Pemanfaatan Bangunan/Konstruksi.
29.4. Apabila penyedia terlambat menyerahkan gambar pelaksanaan,
maka PPK dapat menahan sejumlah uang sesuai ketentuan dalam
syarat-syarat khusus kontrak.
29.5. Apabila penyedia tidak menyerahkan gambar pelaksanaan,
maka PPK dapat memperhitungkan pembayaran kepada
penyedia sesuai dengan ketentuan dalam syarat- syarat khusus
kontrak.

PASAL - 30. KANTOR PROYEK, GUDANG DAN LOS KERJA


30.1. Penyedia harus membuat kantor proyek tempat bagi pelaksana dan
Direksi Teknis/Lapangan bekerja, dengan luas yang memadai
(minimal 10 m2) dan dilengkapi dengan peralatan kantor yang
dibutuhkan.
30.2. Penyedia juga harus menyediakan gudang dengan luas yang
cukup untuk menyimpan bahan-bahan bangunan dan peralatan-
peralatan agar terhindar dari gangguan cuaca dan pencurian.
30.3. Penempatan kantor dan gudang harus diatur sedemikian rupa, agar
mudah dijangkau dan tidak menghalangi pelaksanaan pekerjaan.
30.4. Penyedia harus membuat los kerja dan bangunan tempat untuk
istirahat (bedeng) dan tempat ibadah bagi pekerja penyedia.
30.5. Los kerja merupakan bangunan dengan luas yang cukup untuk
tempat bekerja bagi tukang/pekerja Penyedia dan mempunyai
kondisi yang cukup baik, terlindung dari pengaruh cuaca yang dapat
menghambat kelancaran pekerjaan.
30.6. Bangunan-bangunan ini harus dibongkar setelah pekerjaan selesai
dilaksanakan.

B. PEKERJAAN SIPIL
PASAL - 1. REFERENSI DAN STANDAR
Semua pekerjaan sipil mengacu kepada acuan normatif yang telah ada,
antara lain:
SNI 07-0076-1987 Tali kawat baja
SNI 03-0349-1989 Bata beton untuk pasangan dinding
SNI 03-1738-1989 Panduan pengujian CBR lapangan
SNI 03-1742-1989 Metode pengujian kepadatan ringan untuk tanah
SNI 03-1743-1989 Metode pengujian kepadatan berat untuk tanah
SNI 03-1744-1989 Metode pengujian CBR laboratorium
SNI 05-0820-1989 Baja profil I, C dan L
SNI 03-1749-1990 Cara penentuan besar butir agregat untuk adukan
dan beton
SNI 03-1750-1990 Mutu dan cara uji agregat beton
SNI 03-1753-1990 Cara penentuan butir halus lebih kecil dari 70
mikron agregat kasar untuk beton
SNI 03-1754-1990 Cara penentuan butir halus lebih kecil dari 50
mikron agregat kasar untuk beton
SNI 03-1756-1990 Cara penentuan kadar zat organik agregat halus
untuk beton
SNI 03-1765-1990 Cara uji butiran pipih dan panjang agregat untuk
beton
SNI 03-1964-1990 Metode pengujian berat jenis tanah
SNI 03-1965-1990 Metode pengujian kadar air tanah
SNI 03-1966-1990 Metode pengujian tentang analisis saringan agregat
halus dan kasar

SNI 03-1969-1990 Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air


agregat kasar
SNI 03-1970-1990 Metode pengujian berat jenis dan penyerapan air
agregat halus
SNI 03-1971-1990 Metode pengujian tentang kadar air agregat
SNI 03-1972-1990 Metode pengujian slump beton
SNI 03-1974-1990 Metode pengujian kuat tekan beton
SNI 03-2417-1991 Metode pengujian keausan agregat dengan mesin
los angeles
SNI 03-2458-1991 Metode pengambilan contoh untuk campuran beton
segar
SNI 03-2493-1991 Pembuatan dan perawatan benda uji beton di
laboratorium
SNI 03-2495-1991 Spesifikasi bahan tambahan untuk beton
SNI 15-2530-1991 Metoda pengujian kehalusan Semen Portland
SNI 15-2531-1991 Metode pengujian berat jenis Semen Portland
SNI 03-2647-1992 Tata cara perhitungan struktur beton untuk
bangunan gedung
SNI 03-2816-1992 Metode pengujian kotoran organik dalam pasir
untuk campuran mortar dan beton
SNI 03-2819-1992 Metode pengukuran debit sungai dan saluran terbuka
dengan alat ukur tipe baling-banling
SNI 03-2828-1992 Metode pengujian kepadatan lapangan dengan alat
konus pasir
SNI 03-2832-1992 Metode pengujian untuk mendapatkan kepadatan
tanah maksimum dengan kadar air optimum.
SNI 03-2914-1992 Spesifikasi beton bertulang kedap air
SNI 03-3402-1994 Metode pengujian berat isi beton ringan struktural
SNI 03-3407-1994 Sifat kekekalan bentuk agregat terhadap larutan
sodium sulfat .
SNI 03-3422-1994 Metode pengujian batas susut tanah
SNI 03-3423-1994 Metode pengujuan analisis ukuran butir tanah dengan
alat hidrometer
SNI 15-2049-1994 Semen Portland
SNI 03-3976-1995 Tata cara pengadukan dan pengecoran beton
SNI 15-3758-1995 Semen adukan pasangan
SNI 03-4804-1998 Metode pengujian berat isi rongga udara dalam
agregat.
SNI 03-2094-2000 Bata merah pejal untuk pasangan dinding
SNI 03-2834-2000 Tata cara pembuatan rencana campuran beton
normal
SNI 03-6477-2000 Metode penentuan nilai 10% kehalusan untuk
agregat.
SNI 07-6401-2000 Spesifikasi kawat baja dengan proses kanal dingin
untuk tulangan beton
SNI 03-1729-2002 Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan
gedung
SNI 03-2491-2002 Metode pengujian kuat tarik belah beton.
SNI 03-2835-2002 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah
SNI 03-3449-2002 Tata cara perancangan campuran beton ringan
dengan agregat ringan.
SNI 03-6762-2002 Metode pengujian tiang pancang terhadap bahan
lateral
SNI 03-6796-2002 Metode pengujian untuk menentukan daya dukung
tanah dengan beban statis pada pondasi dangkal
SNI 03-6806-2002 Tata cara perhitungan beton tidak bertulang struktural
SNI 03-6812-2002 Anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan
beton
SNI 03-6814-2002 Tata cara pelaksanaan sambungan mekanis untuk
tulangan beton
SNI 03-6817-2002 Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam
beton
SNI 03-6820-2002 Spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan
adukan dan plesteran dengan bahan dasar semen
SNI 03-6861.2-2002 Spesifikasi bahan bangunan bagian B (bahan
bangunan dari besi/baja)
SNI 03-6880-2002 Spesifikasi beton struktural
SNI 03-6882-2002 Spesifikasi motar untuk pekerjaan pasangan
SNI 03-6889-2002 Tata cara pengambilan contoh agregat

C. PENDAHULUAN
Pasal 1.1 Umum
Setelah mengikuti aanwijzing Pekerjaan Pembangunan Reservoir dan Jaringan
Perpipaan SPAM IKK Cambai Kota Prabumulih, maka kami mencoba membuat
Metoda Pelaksanaan Kerja sebagai salah satu syarat teknis dalam melakukan
penawaran pekerjaan tersebut di atas. Pekerjaan yang akan dilakukan kami susun
berdasarkan aturan-aturan pelaksanaan. Di bawah akan dijelaskan urutan atau
tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan di lapangan/ lokasi kerja.
1.1.1 Dimulai dari awal proyek dan diakhiri dengan akhir proyek serta
mempunyai waktu terbatas merupakan rangkaian kegiatan yang saling
terkait.
1.1.2 Kegiatan konstruksi harus bisa menggunakan sumber daya secara efektif
dan efisien agar tujuan proyek tercapai secara optimal.

Dalam hal ini penyedia jasa untuk pelaksanaan pekerjaan yang nantinya,
dipercayakan kepada Penyedia Jasa Apabila ditunjuk sebagai pemenang,
berkomitmen akan melaksanakan pekerjaan dengan metode kerja yang seefektif
dan seefisien mungkin, sehingga hasil akhir pekerjaan akan sesuai dengan apa
yang diharapkan di dalam dokumen kontrak dan dapat dipertanggungjawabkan
dengan :
a. Tepat Waktu
b. Tepat Biaya
c. Tepat Mutu

Pasal 1.2 Tujuan


Metode kerja / rencana kerja mempunyai penggunaan untuk mencapai hasil fisik
yang dapat dipertanggung jawabkan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan,
dengan demikian urutan kerja, penyediaan bahan, tenaga kerja dan peralatan
kerja harus disusun secara sistimatis.

Pasal 1.3 Bentuk dan Isi


Dalam Pembuatan Rencana Kerja berisikan program dari waktu ke waktu tentang:
a. Pelaksanaan bagian-bagian item pekerjaan.
b. Pendatangan macam-macam bahan dan peralatan kerja serta jumlahnya.
c. Penggunaan bermacam-macam tenaga dan peralatan kerja serta jumlahnya.
I. FUNGSI KEGUNAAN
1.1 Mempermudah urutan tahapan pelaksanaan pekerjaan fisik.
1.2 Mempermudah pendatangan bahan menurut waktu dan kebutuhannya.
1.3 Mempermudah pendatangan tenaga kerja menurut waktu dan kebutuhannya.
1.4 Mempermudah pendatangan peralatan kerja menurut waktu dan kebutuhannya.
1.5 Pelaksanaan pekerjaan menjadi lancar dan efektif.
1.6 Pengendalian biaya dan waktu lebih akurat dan efektif.
1.7 Bila terjadi force majeur akan tercatat lebih akurat, sehingga mempermudah
pembuktian guna meminta perpanjangan waktu.

II. PELAKSANAAN PEKERJAAN


2.1 Informasi Pekerjaan :
NAMA PEKERJAAN : Pembangunan Resevoir dan Jariingan Perpipaan SPAM
IKK Cambai
LOKASI : Kota Prabumulih
TAHUN : 2023
2.2 Lingkup Pelaksanaan Pekerjaan :
Adapun Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan antara lain :
Lingkup Kegiatan
Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Pembuatan Pagar Pengaman Lokasi lahan
Sewa Gudang dan Barak Pekerja
Pembuatan Papan Nama IKK Lokasi Booster
Pekerjaan K3
Lokasi di Booster II (Muara Sungai)
Pekerjaan Konstruksi
Pekerjaan Pembuatan Ground Reservoir Kap.300 M3
Pembuatan rumah pompa uk 65 m2
Pembuatan rumah Operasi uk 30 m2
Pekerjaan Pembuatan Jalan Pagar Keliling dan Jalan Masuk
Pekerjaan pengadaan dan pemasangan water meter induk distribusi
Pekerjaan pengadaan dan pemasangan Lampu Penerangan
Pekerjaan Mekanikal – Elektrikal
Pekerjaan pengad/pemas. pompa air bersih kap. 20 l/detik , Head = 60 meter termasuk
kabel, panel dan acc. Pompa
Penyambungan Daya Listrik 41,5 kVa
Pengadaan mesin las pipa HDPE
Pengadaan dan pemasangan Stabilizer 60 kVa
Pekerjaan Perpipaan dan Acc
Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan Pipa Distribusi beserta aksesoris
Pekerjaan Penyelesaian
Pekerjaan penanaman rumput dan pohon hias serta penanaman pohon buah
Uji coba dan komisioning
Pekerjaan Pembersihan Sisa Pekerjaan

III. MANAGEMENT RESPONSIBILITY (TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN)


Pengelolaan kegiatan Management Responsibility (yang dipimpin oleh Project
Manager) didasarkan adanya analisa ekternal, hasil kinerja proyek, informasi
customer, informasi divisi / cabang dan standarisasi.

Pelaksanaan kegiatan Management Responsibility meliputi :


1. Merumuskan dan menetapkan rencana kerja mencapai sasaran proyek
2. Merumuskan dan menetapkan Sasaran Kerja Individu ( SKI ) Proyek
3. Menjamin Visi, Misi, Kebijakan, Sasaran, Sasaran Kerja Kelompok ( SKK ),
Sasaran Kerja Individu ( SKI ) dikomunikasi dan dipahami di seluruh Proyek
4. Menjalankan prinsip - prinsip Good Corporate Governance ditingkat proyek
5. Menentukan sistem manajemen pengelolaan aktifitas proyek

Hasil dari kegiatan pengelolaan management responsibility adalah : penetapan


sasaran proyek, terlaksananya prinsip - prinsip Good Corporate Governance,
terlaksananya proyek dalam upaya pencapaian sasaran, terlaksananya Rapat
Tinjauan Manajemen dan terlaksananya komunikasi internal maupun eksternal.
IV. RESOURCES MANAGEMENT ( PENGELOLAAN SUMBER DAYA)
4.1 Sumber Daya Manusia
Pengelolaan Sumber Daya Manusia secara berkesinambungan dikembangkan
untuk menjamin kompetensi staf proyek dalam rangka Pelaksanaan proyek akan
dikelola oleh suatu tim yang dipimpin oleh Project Manager dan dibantu oleh
beberapa staf sebagaimana tertuang dalam struktur organisasi proyek sesuai
dengan job discription terlampir.

4.2 Pengadaan material


Pengadaan material didasarkan pada dokumen kontrak dan spesifikasinya serta
sasaran. Kegiatan pengadaan material meliputi :
1. Penyusunan rencana, permintaan dan pengadaan kebutuhan barang / jasa,
termasuk koordinasi dengan Cabang / Divisi sesuai dengan daftar dan jenis
material yang telah disetujui oleh Direksi Teknis / Pengawas Lapangan
2. Penanganan seleksi dan evaluasi pemasok / sub kontraktor, termasuk
koordinasi dengan Cabang / Divisi / Direksi Teknis Lapangan
3. Penanganan dan pengendalian proses pengadaan, termasuk koordinasi
dengan Cabang / Divisi / Direksi Teknis Lapangan
4. Penanganan dan pengendalian barang yang dipasok oleh pelanggan /
bouwheer
5. Evaluasi dan pengendalian proses pengadaan serta peningkatan kinerja
pemasok / sub kontraktor
Hasil dari pelaksanaan pengadaan material adalah : tersedianya daftar pemasuk
/ sub-kontraktor, daftar rencana pengadaan barang dan jasa, daftar rencana
kebutuhan barang dan jasa, schedule pelaksanaan sub-kontraktor, daftar material
yang dipasok pelanggan / bouwheer, hasil evaluasi dan peningkatan kegiatan
pengadaan.

4.3 Pengendalian material dan Gudang


Pengendalian material dan gudang didasarkan pada informasi pengadaan barang.
Kegiatan pengendalian material dan gudang meliputi :
1. Pemeriksaan, penanganan, penyimpanan dan pengendalian material / barang
yang diterima, termasuk material yang dipasuk pelanggan / bouwheer
2. Penanganan dan pemeriksaan permintaan material / barang
3. Pengendalian persediaan sesuai material / barang masuk dan keluar
4. Menyusun laporan pengendalian material / barang
5. Evaluasi dan penyempurnaan pengendalian material dan gudang

Hasil dari pelaksanaan pengendalian material dan gudang adalah : terlaksananya


pengendalian, penyimpanan dan pengeluaran material.

4.4 Pengendalian K3 dan Lingkungan


Pelaksanaan pengendalian K3 dan lingkungan didasarkan adanya peraturan
perundang - undangan, dokumen kontrak dan kelengkapannya. Kegiatan
pelaksanaan pengendalian K3 dan lingkungan terdiri dari :
1. Identifikasi aspek K3 dan lingkungan
2. Penetapan rencana mutu pengendalian aspek K3 dan lingkungan
3. Menjamin pemahaman aspek K3 dan lingkungan
4. Pelaksanaan pengendalian aspek K3 dan lingkungan
5. Penyusunan laporan K3 dan lingkungan
6. Evaluasi dan penyempurnaan pengendalian K3 dan lingkungan

Hasil dari pelaksanaan pengendalian K3 dan lingkungan adalah : rencana


pengendalian K3 dan lingkungan proyek, laporan K3 dan lingkungan proyek.

PASAL - 2. PEKERJAAN TANAH


2.1. Pembersihan Tanah
(1) Seluruh pepohonan, semak belukar dan akar-akar pohon di
dalam daerah batas pekerjaan harus dibersihkan dan ditebang,
termasuk setiap pohon di luar batas- batas ini yang diperkirakan
dapat jatuh dan menghalangi bangunan, kecuali ada pernyataan
lain yang tertera di dalam syarat-syarat khusus dan gambar
rencana.
(2) Bagian atas tanah tanaman harus tersendiri digali sampai kira-
kira kedalaman 20 cm dan ditimbun di satu tempat yang layak,
agar dapat digunakan lagi.
(3) Pembersihan dan pengupasan di luar batas daerah pekerjaan
tidak diberikan pembayaran kepada Penyedia, kecuali
pekerjaan tersebut atas permintaan dari Direksi
Teknis/Lapangan.
(4) Bila dinyatakan dalam syarat-syarat khusus atau diperintahkan
oleh Direksi Teknis/Lapangan bahwa pepohonan rindang dan
tanaman ornamen tertentu akan dipertahankan, maka
pepohonan/tanaman tersebut harus dijaga betul dari kerusakan
atas biaya Penyedia.
(5) Pepohonan yang harus disingkirkan, harus ditebang sedemikian
rupa dengan tidak merusak pepohonan/tanaman lain yang
dipertahankan, semua pohon, batang pohon, akar dan
sebagainya harus dibongkar dengan kedalaman minimal 20 cm
di bawah permukaan tanah asli dari permukaan akhir
(ditentukan oleh permukaan mana yang lebih rendah).
Bersama-sama dengan seluruh jenis sampah dalam segala
bentuknya harus dibuang pada tempat yang tidak terlihat dari
tempat pekerjaan menurut cara yang praktis atau dikubur.
(6) Seluruh kerusakan termasuk pagar, yang terjadi pada saat
pembersihan, harus diperbaiki oleh Penyedia atas
tanggungannya sendiri. Bila akan dilakukan pembakaran hasil
penebangan, Penyedia harus memberitahukan kepada
penghuni terhadap milik-milik yang berbatasan dengan
pekerjaan minimal 48 jam sebelumnya. Penyedia akan selalu
bertindak sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku
mengenai pembakaran di tempat terbuka.
(7) Pada pelaksanaan pembersihan, Penyedia harus berhati-hati
untuk tidak mengganggu setiap patok-patok pengukuran,
pipa-pipa atau tanda-tanda lainnya. Perhitungan pembiayaan
untuk pekerjaan ini mencakup penyediaan peralatan, tenaga
dan pembuangan bahan-bahan sisa dibebankan kepada
Penyedia dan dikerjakan sesuai dengan petunjuk Direksi
Teknis/Lapangan.
2.2. Galian Tanah
(1) Penyedia dapat memulai penggalian setelah mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan.
(2) Sebelum penggalian dimulai, Penyedia wajib mengajukan
usulan penggalian yang akan ditempuh minimal menyebutkan :
a. Urut-urutan pekerjaan penggalian.
b. Metode atau skema penggalian.
c. Peralatan yang digunakan.
d. Jadwal waktu pelaksanaan.
e. Pembuangan galian.
f. Dan lain-lain yang berhubungan dengan pekerjaan galian.
(3) Penggalian harus dilaksanakan sampai mencapai kedalaman
sebagaimana ditentukan dalam gambar-gambar. Dalam
pelaksanaan galian harus sesuai rencana dan terlebih dahulu
mendapat persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan.
(4) Pada daerah galian yang mengandung air, Penyedia harus
membuat saluran penampung air, di dasar galian yang
meliputi areal galian. Air yang terkumpul harus dapat dipompa
keluar ke tempat yang aman agar tanah dasar galian tetap
kering, oleh karenanya Penyedia wajib mempersiapkan pompa
lengkap dengan perlengkapannya untuk keperluan penyedotan
air tersebut.

2.3. Penyangga Galian


(1) Stabilitas dari permukaan selama galian semata-mata adalah
tanggung jawab dari Penyedia; yang harus memperbaiki semua
kelongsoran-kelongsoran. Penyedia harus membuat
penyanggapenyangga/penahan tanah yang diperlukan selama
pekerjaan dan galian tambahan atau urugan bila diperlukan.
(2) Penyedia diharuskan untuk melaksanakan dan merawat
semua tebing dan galian yang termasuk dalam kontrak,
memperbaiki longsoran-longsoran tanah selama masa Kontrak
dan Masa Perawatan.

2.4. Perlindungan Hasil Galian


Penyedia baru boleh melaksanakan pekerjaan selanjutnya, setelah
ia mencapai sesuatu tahap dimana penggalian yang dihasilkannya
disetujui oleh pihak Direksi Teknis/Lapangan pekerjaan termasuk
perlindungan permukaan-permukaan galian itu secara efektif
terhadap kerusakan oleh sebab apapun. Bila pihak Penyedia
tidak memberikan perlindungan yang baik, maka ia menggali kembali
daerah yang bersangkutan sampai ke suatu tahap/tingkat lanjutan
yang disetujui oleh pihak Direksi Teknis/Lapangan, dimana untuk
selanjutnya tidak diberikan tambahan oleh pihak Direksi
Teknis/Lapangan.
2.5. Coffer dam
(1) Untuk galian di bawah air atau di bawah permukaan air tanah,
harus digunakan coffer dam. Sebelum dimulainya pekerjaan,
Penyedia harus memberikan gambar rencana coffer dam yang
akan dikerjakan kepada Direksi Teknis/Lapangan untuk
disetujui.
(2) Coffer dam untuk galian pondasi harus dibuat cukup dalam di
bawah permukaan dasar pondasi yang cukup kedap air, dan
diperkuat dengan silang-silang penguat yang cukup kuat, agar
keselamatan kerja terjamin. Luas coffer dam harus
direncanakan cukup untuk penempatan perancah atau acuan
pondasi serta besi untuk keperluan pemompaan air keluar
acuan beton.
(3) Coffer dam harus direncanakan sedemikian rupa agar cukup
memenuhi syarat untuk melindungi beton muda dari arus air
deras atau erosi, silang-silang penguat dan atau bagian-
bagian lain dari coffer dam tidak diperbolehkan masuk ke dalam
dan menjadi bagian permanen dari pondasi tanpa persetujuan
Direksi Teknis/Lapangan, jadi harus dibongkar dengan hati-hati
agar tidak merusak konstruksi.
2.6. Urugan Tanah/Penimbunan Kembali
(1) Semua pekerjaan pengurugan harus dilaksanakan lapis demi
lapis secara horizontal dan dipadatkan.
(2) Tebal dari tiap lapis timbunan maksimal 15 cm dan selama proses
pemadatan, harus dijaga agar kadar air dalam kondisi optimum
untuk mendapatkan hasil pemadatan yang maksimum.
(3) Pemadatan harus dilakukan dengan alat pemadat mekanis
(compactor) dan untuk pekerjaan yang besar dapat dipakai
roller dan sebagainya, dengan kapasitas yang sesuai.
(4) Tanah harus dipisahkan terlebih dahulu dari bahan-
bahan yang dapat membahayakan, misalnya dapat
merusak permukaan beton, pipa ataupun lapisan finishing
yang lain.
(5) Pengurugan dilaksanakan sampai mencapai peil yang ditetapkan
dan diratakan sampai nantinya tidak akan timbul cacat-cacat
seperti turunnya permukaan, bergelombang, dan sebagainya.
2.7. Penggunaan Material Bekas Galian
(1) Penyedia harus menjamin bahwa semua material bekas galian
yang akan dipergunakan kembali ditempatkan secara terpisah
dan dilindungi dari segala pengotoran-pengotoran seperti
bahan-bahan yang dapat merusak beton atau pipa, akar dari
pohon, kayu dan sebagainya.
(2) Berbagai jenis material sebaiknya diletakkan terpisah, misalnya
material yang sifatnya keras dipisahkan dari yang sifatnya
lembek, seperti lempung dan sebagainya.
Penggunaan jenis-jenis material yang akan dipakai untuk
keperluan penggunaan harus ada persetujuan dari Direksi
Teknis/Lapangan.
2.8. Urugan Pasir
(1) Material pasir urug harus pasir yang bersih dari akar-akar,
kotoran-kotoran, tidak mengandung tanah dan tidak
mengandung kimia yang dapat merusak bahan bangunan
lainnya.
(2) Lapisan urugan pasir disirami air dan dipadatkan dengan
menggunakan stemper sampai terbentuk lapisan pasir setebal
10 cm atau sesuai gambar dan harus mendapatkan persetujuan
dari Direksi Teknis/Lapangan sebelum pekerjaan lanjutan.
2.9. Pengurugan Dengan Bahan Material Lain
Pengurugan dengan bahan-bahan lain, misalnya dengan gravel,
pecahan batu merah, dan sebagainya harus dilaksanakan menurut
gambar rencana. Bahan-bahan tersebut harus bersih, bebas dari
kotoran-kotoran, serta mempunyai gradasi yang sesuai dengan yang
diperuntukan.
2.10. Pengembalian Ke Kondisi Awal
(1) Penyedia harus melaksanakan pengembalian ke kondisi awal
sebelum pelaksanaan galian.
(2) Pengembalian lapisan permukaan seperti lapis permukaan
jalan harus sesuai dengan kualitas perkerasan sebelumnya.

2.11. Cara Pengukuran Hasil Kerja dan Dasar Pembayaran


(1) Jumlah yang akan dibayar, adalah jumlah kubikasi dalam m3
dari tanah galian yang diukur dalam keadaan asli dengan cara
luas ujung rata-rata atau kubikasi dalam m3 dari tanah yang
dipadatkan pada pekerjaan urugan.
(2) Pengukuran volume tidak diperhitungkan untuk galian yang
dilakukan di bawah bidang dasar pondasi atau di bawah bidang
batas bawah yang ditentukan oleh Direksi Teknis/Lapangan.
Juga tidak diperhitungkan untuk galian yang diakibatkan
oleh pengembangan tanah, pemancangan, longsor, bergeser,
runtuh atau karena sebab-sebab lain.
(3) Kedudukan dasar pondasi yang tercantum pada gambar
rencana, hanya bersifat pendekatan dan perubahan-perubahan
sesuai dengan ketentuan Direksi Teknis/Lapangan dapat
diadakan tanpa tambahan pembiayaan.
(4) Volume galian konstruksi untuk tanah-tanah di bawah muka
air tanah, akan dibayar tersendiri, yaitu untuk volume tanah
galian yang terletak minimum 20 cm di bawah muka air tanah
konstan pada lubang galian.
(5) Jumlah yang diukur dengan cara seperti tersebut di atas
tanpa mempertimbangkan cara dimana material tersebut
akan dibuang, dibayar menurut harga satuan sesuai dengan
mata pembayaran.
(6) Harga tersebut harus telah mencakup semua pekerjaan yang
perlu dan hal-hal lain yang umum dikerjakan untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

PASAL - 3. PEKERJAAN BETON


3.1. Lingkup Pekerjaan
(1) Pekerjaan meliputi penyediaan dan pendaya-gunaan semua
tenaga kerja, bahan-bahan, instalasi konstruksi dan
perlengkapan-perlengkapan untuk semua pembuatan dan
mendirikan semua baja tulangan, bersama dengan semua
pekerjaan pertukangan/keakhlian lain yang ada hubungannya
dengan itu, lengkap sebagaimana diperlihatkan,
dispesifikasikan atau sebagaimana diperlukan.
(2) Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton
bertulang yang tidak termasuk pada gambar-gambar rencana
pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-- ukuran dalam garis
besar. Ukuran-ukuran yang tepat, begitu pula besi
penulangannya ditetapkan dalam gambar-gambar struktur
konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran
antara kedua macam gambar itu, maka ukuran yang berlaku
harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Direksi
Teknis/Lapangan, guna mendapatkan ukuran yang
sesungguhnya.

3.2. Persyaratan Bahan


(1) Mutu Semen
a. Semen harus berupa semen portland (PC) biasa yang sesuai
dengan Acuan Normatif SNI 15-2049-1994.
b. Semua semen yang berasal dari pabrikan yang sudah
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan dan harus dikirim ke
lapangan dalam kantong yang tertutup atau dalam tempat
lain dari pabrikan yang sudah disetujui.
c. Bilamana dikehendaki oleh Direksi Teknis/Lapangan,
Penyedia harus memberikan pada Direksi
Teknis/Lapangan, satu faktur untuk tiap pengiriman semen,
dimana tertera nama pabrikan, jenis dan jumlah semen yang
dikirim, bersama dengan sertifikat pengujian dari pabrikan
yang menyatakan bahwa semen yang dikirim sudah diuji dan
dianalisa dalam segala hal sesuai dengan Acuan Normatif.
d. Semua semen harus diangkut dan disimpan dalam tempat
yang tidak tembus air serta dilindungi dari kelembaban
sampai saat pemakaian, semen yang membatu atau
menggumpal atau yang rusak kantongnya akan ditolak.
e. Semen harus menjalani pengujian tambahan yang sesuai
dengan Acuan Normatif bila dianggap perlu oleh Direksi
Teknis/Lapangan. Direksi Teknis/Lapangan berhak untuk
menolak semen yang tidak memuaskan, sekalipun sudah
terdapat sertifikasi dari pabrikan.
f. Semua semen yang ditolak harus segera disingkirkan dari
lapangan atas biaya Penyedia. Penyedia harus
menyediakan semua contoh pengujian dan memberikan
bantuan yang mungkin diperlukan oleh Direksi
Teknis/Lapangan untuk melakukan pengujian.
g. Penyedia harus menjamin agar setiap saat terdapat
persediaan semen dalam jumlah yang cukup di lapangan
sehingga kemajuan kerja tidak terganggu dan memberikan
waktu yang cukup untuk pelaksanaan pengujian.

(2) Penyimpanan Semen


a. Penyedia harus menyediakan dan mendirikan gudang-
gudang di tempat yang sesuai untuk menyimpan dan
menangani semen, gudang-gudang tersebut harus benar-
benar kering, berventilasi baik, tidak tembus air dan
berkapasitas cukup.
b. Ketika diangkut ke lapangan dengan lori/gerobak, semen
harus ditutup dengan terpal atau bahan penutup lain yang
tidak tembus air, semen harus sesegera mungkin digunakan
setelah dikirim dan setiap semen yang menurut pendapat
Direksi Teknis/Lapangan sudah rusak atau tidak sesuai lagi
akibat penyerapan air dari udara atau dari manapun, harus
ditolak dan disingkirkan dari lapangan atas biaya Penyedia.
c. Semen-semen yang berlainan jenis harus disimpan dalam
gudang terpisah, semen-semen harus disimpan menurut
pengiriman sedemikian sehingga yang dikirim dahulu dapat
dipakai lebih dahulu.

(3) Pasir (agregat halus) dan batu pecah (agregat kasar)


a. Mutu agregat halus : butir-butir tajam, keras, bersih, dan tidak
mengandung lumpur dan bahan-bahan organis.
b. Ukuran agregat halus : Sisa diatas ayakan 4 mm harus
minimum 2% berat; sisa diatas ayakan 2 mm harus minimum
10% berat; sisa ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80%
dan 90% berat.
c. Mutu agregat kasar : butir-butir keras, bersih dan tidak
berpori, batu pecah jumlah butir-butir pipih maksimum 20%
bersih, tidak mengandung zat-zat aktif alkali.
d. Ukuran agregat kasar : sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus
0% berat; sisa diatas ayakan 4 mm, harus berkisar antara
90% dan 98% berat, selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas
dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60% dan
minimum 10% berat.
e. Penyimpanan : pasir dan kerikil atau batu pecah harus
disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
pengotoran oleh bahan-bahan lain.
f. Bila agregat yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan
sudah terpilih, Penyedia harus mengusahakan agar seluruh
pemasukan untuk tiap bahan berasal dari satu sumber yang
disetujui untuk menjaga agar mutu gradasi dapat
dipertahankan pada seluruh pekerjaan.
g. Pengujian lebih lanjut untuk menentukan variasi
kemurnian atas gradasi bahan harus dilakukan sekurang-
kurangnya satu kali untuk tiap 25 m3 yang
dipasok.
h. Harus disediakan kapasitas penyimpanan yang mencukupi,
baik di sumber pemasokan atau dilapangan untuk agregat
halus dan kasar yang mutu serta gradasinya sudah disetujui
guna menjaga kesinambungan kerja.

(4) Mutu Air


Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh
mengandung minyak, asam alkali, garam-garam, bahan organis
atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton serta baja
tulangan atau jaringan kawat baja. Untuk mendapatkan
kepastian kelayakan air yang akan dipergunakan, maka air
harus diteliti pada laboratorium yang disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
(5) Mutu/Kekuatan Beton
Kecuali ditentukan lain pada gambar kerja, kekuatan dan
p e nggunaan beton adalah sebagai berikut :

Tabel Kelas Beton

Kuat
Penggunaan Tekan
K M
- Lantai kerja, beton pengisi 1g 1P
- Pondasi telapak, pondasi /
2 a01
pelat, jembatan, jembatan pipa, 5c2 ,8
reservoir bawah, instalasi dan m
5 ,4
intake 2
- Reservoir menara air 3 27
- Thrust block dan lain-lain 01 51
struktur ringan yang tidak perlu 07 4
kedap air 5 ,
3.3. Manajemen pelaksanaan pengadukan dan pengecoran beton 6
(1) Penyedian barang/jasa wajib mengajukan permohonan
(request) pelaksanaan pengecoran setelah ketersedian
material, peralatan, tenaga kerja, pemasangan
bekisting dan pembesian sudah selesai dilaksanakan.
(2) Dalam pengajuan permohonan tersebut Penyedia wajib
menyertakan shop drawing dan rencana kerja lengkap meliputi
metode dan jadwal pelaksanaan, penanggung jawab kegiatan
dan sub-sub kegiatan serta rencana penggunaan peralatan dan
tenaga kerja.
(3) Direksi Teknis/Lapangan melaksanakan inspeksi atas
kesiapan pelaksanaan pengecoran tersebut untuk kemudian
menyetujui atau tidak menyetujui rencana pelaksanaan
pengecoran.
(4) Seluruh pelaksanaan kegiatan pengecoran harus dipimpin
oleh seorang penanggung jawab pelaksanaan yang
mempunyai keahlian dan pengalaman yang cukup dalam
pelaksanaan pengecoran.
(5) Setiap sub-sub kegiatan yang terdiri dari pekerjaan pengadukan,
pengecoran dan pemadatan harus dipimpin oleh seorang
kepala tukang yang akan mengarahkan pekerja dalam
pelaksanaan pengecoran.
(6) Semua pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh tenaga-
tenaga pekerja yang terlatih, yang jumlahnya harus mencukupi
untuk menangani pekerjaan pengecoran yang dilakukan.
(7) Selama pelaksanaan pengecoran penyedia harus menunjuk
seorang pengawas yang khsusus mengawasi kondisi
bekisting dan pembesian agar selama pelaksanaan
pengecoran tidak mengalami perubahan sesuai gambar
rencana pembetonan.
(8) Penyedia wajib menyediakan peralatan cadangan seperti
beton moln, pompa dan vibrator agar apabila terjadi kerusakan
peralatan tidak mengganggu pelaksanaan pengecoran.
(9) Penyedia harus mengatur setting-time pelaksanaan pengecoran
sedemikian sehingga adukan beton tidak melewati batas waktu
yang disyaratkan sebelum pengecoran.

3.4. Adukan
(1) Adukan beton harus didasarkan pada trial mix dan mix design
masing-masing untuk umur 3, 7, 14, 21 dan 28 hari yang
didasarkan pada minimum 20 hasil pengujian atau lebih
sedemikian rupa sehingga hasil uji tersebut dapat disetujui oleh
Direksi Teknis/Lapangan. Hasil uji yang disetujui tersebut sudah
harus diserahkan selambat-lambatnya 6 minggu sebelum
pekerjaan dimulai.
(2) Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa Direksi
Teknis/Lapangan tentang kekuatan/kebersihannya. Semua
pembuatan dan pengujian trial mix dan design mix serta
pembiayaanya adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Penyedia. Trial mix dan design mix harus diadakan lagi bila
agregat yang dipakai diambil dari sumber yang berlainan, merk
semen yang berbeda atau supplier beton yang lain.
(3) Beton harus diaduk ditempat yang sedekat mungkin dengan
tempat pengecor, pengadukan harus menggunakan mixer
yang digerakkan dengan daya yang kontinyu serta
mempunyai kapasitas minimal 1 m3. Jenisnya harus disetujui
oleh Direksi Teknis/Lapangan dan dijalankan dengan kecepatan
sebagaimana dianjurkan oleh pabrikan.
(4) Pengadukan beton dengan tangan tidak diijinkan, kecuali jika
sudah disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan untuk mutu beton
tertentu.
(5) Pengadukan harus sedemikian sehingga beton tersebar
merata ke seluruh massa, tiap partikel terbungkus mortar dan
mampu menghasilkan beton padat yang homogen tanpa
adanya air yang berlebihan.
3.5. Pengujian/Pemeriksaan
(1) Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah
benda uji kubus beton 15 x 15 x 15 cm.
(2) Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump,
dimana nilai slump harus dalam batas-batas yang disyaratkan
dalam SNI 2847 2019, kecuali ditentukan lain oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
(3) Benda uji dari satu adukan dipilih acak yang mewakili suatu
volume rata-rata tidak lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau
2 truck dump (diambil yang volumenya terkecil). Disamping
itu jumlah maksimum dari beton yang dapat terkena
penolakan akibat setiap satu keputusan adalah 30 m3,
kecuali bila ditentukan lain oleh Direksi Teknis/Lapangan.
(4) Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk
umur 7, 14 dan 28 hari.
(5) Hasil pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum tahapan
pelaksanaan akan dilakukan, yaitu khususnya untuk pekerjaan
yang berhubungan dengan pelepasan perancah dan penarikan
baja prategang. Sedangkan untuk pengujian di luar ketentuan
pekerjaan tersebut, harus diserahkan kepada Direksi
Teknis/Lapangan dalam jangka waktu tidak lebih dari 3 hari
setelah pengujian dilakukan.
(6) Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan SNI 2847
2019, dilakukan di lokasi pengecoran dan harus disaksikan
oleh Direksi Teknis/Lapangan. Untuk pengecoran di lokasi yang
tinggi atau sulit dijangkau digunakan metoda pembetonan
dengan menggunakan pompa (concrete pump), maka
pengambilan contoh segala macam jenis pengujian lapangan
harus dilakukan dari hasil adukan yang diperoleh dari ujung
pipa "concrete-pump" pada lokasi yang akan dilaksanakan.
(7) Pengujian kekuatan beton dilakukan pada laboratotrium
independen yang ditentukan oleh Direksi Teknis/Lapangan.
3.6. Tebal Minimum Penutup Beton
(1) Bila tidak disebutkan lain tebal penutup beton harus sesuai
dengan persyaratan SNI 2847 2019.
(2) Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketebalan penutup
beton, untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak
yang terbuat dari beton dengan mutu sama dengan mutu beton
yang akan dicor.
(3) Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat
berbentuk blok- blok persegi atau gelang-gelang yang harus
dipasang sebanyak minimum 8 buah setiap meter cetakan
atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak tersebut harus
tersebar merata.
3.7. Pengontrolan Mutu Beton dan Pengujian Lapangan
Penyedia bertanggung jawab sepenuhnya untuk menghasilkan
beton yang seragam yang memiliki kekuatan serta sifat-sifat lain
sebagaimana ditetapkan. Untuk ini Penyedia harus menyediakan
dengan biaya sendiri serta menggunakan alat penimbang yang
akurat, sistem volumetrik yang akurat untuk mengukur air, peralatan
yang sesuai untuk mengaduk dan mengecor beton serta peralatan
dan fasilitas lain yang diperlukan untuk pengujian sebagaimana yang
diuraikan di sini atau menurut petunjuk Direksi Teknis/Lapangan.

3.8. Penolakan Beton


(1) Jika pengujian kekuatan tekan dari suatu kelompok kubus uji
gagal mencapai standar yang ditetapkan, maka Direksi
Teknis/Lapangan berwenang untuk menolak seluruh pekerjaan
beton dimana kubus-kubus tersebut diambil.
(2) Direksi Teknis/Lapangan juga berwenang untuk menolak beton
yang berongga, porous atau yang permukaan akhirnya tidak
baik. Dalam hal Penyedia harus menyingkirkan beton yang
ditolak tersebut dan menggantinya menurut instruksi dari Direksi
Teknis/Lapangan sehingga hasilnya menurut penilaian Direksi
Teknis/Lapangan sudah memuaskan.
(3) Pembayaran pekerjaan beton dilakukan setelah hasil pengujian
14 hari diketahui.
3.9. Pengukuran Bahan-Bahan Beton
(1) Semua bahan untuk beton harus ditetapkan proporsinya
menurut berat, kecuali air yang boleh diukur menurut volume.
Agregat halus dan kasar harus diukurmenurut volume terpisah
dengan alat penimbang yang disetujui, yang memenuhi
ketepatan ± 1 %. Pengukuran volume dapat diijinkan asal
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
(2) Peralatan yang dipakai untuk menimbang semua bahan dan
mengukur air yang ditambahkan serta metoda penentuan
kadar air harus sudah disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan
sebelum beton di cor.
3.10. Pengangkutan
(1) Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya
diangkut ke tempat pengecoran dengan cara sepraktis mungkin
yang metodenya harus mendapat persetujuan Direksi
Teknis/Lapangan terlebih dahulu. Metode yang dipakai harus
menjaga jangan sampai terjadi pemisahan bahan-bahan
campuran beton ( segregation ), kehilangan unsur- unsur
betonnya dan harus dapat menjaga tidak timbulnya hal-hal
negatif yang diakibatkan naiknya temperatur ataupun
berubahnya kadar air pada adukan. Adukan
yang diangkut harus segera dituangkan pada formwork
(bekisting) yang sedekat mungkin dengan tujuan akhirnya
untuk menjaga pengangkutan lebih lanjut.
(2) Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton
harus terbuat dari bahan dengan permukaan halus dan kedap
air.
(3) Adukan beton harus sampai ditempat dituangkan dengan
kondisi benar-benar merata (homogen). Slump test yang
dilakukan untuk sample yang diambil pada saat adukan
dituangkan kebekisting harus tidak melewati batas-batas
toleransi yang ditentukan.
3.11. Pengecoran
(1) Sebelum adukan dituangkan pada bekisting, kondisi
permukaan dalam dari bekisting harus benar-benar bersih dari
segala macam kotoran. Semua bekas-bekas beton yang
tercecer pada baja tulangan dan bagian dalam bekisting harus
dibersihkan.
(2) Air tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton akan
dicor harus segera dihilangkan. Aliran air yang dapat mengalir
ketempat beton dicor, harus dicegah dengan mengadakan
drainase yang baik atau dengan metode lain yang disetujui oleh
Direksi Teknis/Lapangan, untuk mencegah jangan sampai
beton yang baru dicor menjadi terkikis pada saat atau setelah
proses pengecoran.
(3) Pengecoran tidak boleh dimulai sebelum kondisi bekisting
tempat beton dicor, kondisi pemukaan beton yang berbatasan
dengan daerah yang akan dicor, dan juga keadaan pembesian
selesai diperiksa dan disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
(4) Beton yang akan dicorkan harus pada posisi sedekat
mungkin dengan acuan atau tempat pengecoran untuk
mencegah terjadinya segregasi yang disebabkan pemuatan
kembali atau dapat mengisi dengan mudah keseluruhan acuan.
(5) Selama pelaksanaan pengecoran harus diawasi secara ketat
mengenai kualitas adukan beton, kondisi bekisting dan posisi
tulangan.
(6) Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu
bagian dari pekerjaan beton yang bersifat permanen tanpa
dihadiri Direksi Teknis/Lapangan.
(7) Penyedia harus mengatur kecepatan kerja dalam
menyalurkan adukan beton agar didapat suatu rangkaian
kecepatan baik mengangkut, meratakan dan memadatkan
adukan beton dengan suatu kecepatan yang sama dan
menerus agar beton selalu dalam keadaan plastis dan dapat
mengisi dengan mudah kedalam sela-sela diantara
tulangan.
(8) Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu
1 (satu) jam setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka
waktu tersebut dapat diperpanjang sampai 2 jam, apabila
adukan beton digerakkan terus menerus secara mekanis.
Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka
harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan yang
berupa bahan pembantu yang disetujui Direksi
Teknis/Lapangan. Beton harus dicor sedekat-dekatnya
ketujuannya yang terakhir untuk mencegah pemisahan bahan-
bahan akibat pemindahan adukan didalam cetakan.
(9) Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau
ke bekisting yang dalam, yang dapat menyebabkan dalam
papan terlepasnya koral dari adukan beton karena berulang kali
mengenai batang pembesian atau tepi bekisting ketika adukan
beton itu dijatuhkan, beton juga tidak boleh dicor dalam
bekisting sehingga mengakibatkan penimbunan adukan pada
permukaan bekisting di atas beton yang dicor. hal ini, harus
disiapkan corong atau saluran vertikal untuk pengecoran
agar adukan beton dapat mencapai tempatnya tanpa terlepas
satu sama lain. Bagaimanapun juga tinggi jatuh dari adukan
beton tidak boleh melampaui 1,5 meter di bawah ujung corong.
(10) Beton yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya atau
beton yang telah terkotori oleh bahan lain tidak boleh
dipergunakan dalam pengecoran.
(11) Mengencerkan adukan yang sudah diangkut atau adukan
beton yang sudah terlanjur agak mengeras tapi belum dicorkan
sama sekali tidak diperkenankan,
(12) Pengecoran beton harus dilakukan secara terus menerus
tanpa berhenti hingga selesainya pengecoran suatu panel atau
penampang yang dibentuk oleh batas-batas elemennya atau
batas penghentian pengecoran yang ditentukan untuk
siar pelaksanaan.
(13) Dalam hal terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran, atau
dalam hal pelaksanaan suatu pengecoran tidak dapat
dilaksanakan dengan menerus,Penyedia harus segera
memadatkan adukan yang sudah dicor sampai batas tertentu
dengan kemiringan yang merata dan stabil saat beton masih
dalam keadaan plastis. Bidang pengakhiran ini harus dalam
keadaan bersih dan harus dijaga agar berada dalam keadaan
lembab sebagaimana juga pada kondisi untuk construction joint,
sebelum nantinya dituangkan adukan yang masih baru. Bila
terjadi penyetopan pekerjaan pengecoran yang lebih lama dari
satu jam, pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu
keadaan dimana beton sudah dinyatakan mulai mengeras yang
di tentukan oleh pihak Direksi Teknis/Lapangan.
(14) Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak
atau terganggu akibat sinar matahari ataupun hujan. Juga air
yang mungkin mengganggu beton yang sudah dicorkan harus
ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang disetujui Direksi
Teknis/Lapangan terhitung mulai pengecorannya.
(15) Tidak sekalipun diperkenankan melakukan pengecoran beton
dalam kondisi cuaca yang tidak baik untuk proses pengerasan
beton tanpa suatu upaya perlindungan terhadap adukan beton,
hal ini bisa terjadi baik dalam keadaan cuaca yang panas
sekali atau
dalam keadaan hujan. Perlindungan yang dilakukan untuk
mencegah hal-hal ini harus mendapat persetujuan Direksi
Teknis/Lapangan.
(16) Beton dan penulangan yang menonjol tidak boleh diganggu
dengan cara apapun sekurang-kurangnya 48 jam sesudah
beton dicor, kecuali jika diperoleh ijin tertulis dari Direksi
Teknis/Lapangan. Semua beton harus dicorkan pada siang hari,
pengocoran bagian manapun tidak boleh dimulai jika dapat
diselesaikan pada siang hari kecuali jika sudah diperoleh ijin dari
Direksi Teknis/Lapangan untuk pengerjaan malam hari, ijin
demikian tidak akan diberikan jika Penyedia tidak menyediakan
sistem penerimaan yang memadai, yang disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
(17) Penyedia harus membuat catatan lengkap mengenai tanggal,
waktu dan kondisi pengecoran beton pada tiap bagian
pekerjaan, catatan ini harus tersedia untuk diperiksa oleh
Direksi Teknis/Lapangan.
3.12. Pemadatan Beton
(1) Beton yang dicorkan harus dipadatkan secara sempurna
dengan memakai vibrator mekanis yang sesuai dan
dioperasikan oleh tenaga berpengalaman dan terlatih agar
dapat mengisi sepenuhnya daerah sekitar tulangan, alat
konstruksi dan alat instalasi yang akan tertanam dalam beton
dan daerah sudut acuan.
(2) Hasil pekerjaan beton berupa masa yang seragam, bebas dari
rongga dan segregasi serta memperlihatkan permukaan yang
merata ketika bekisting dibuka dan mempunyai kepadatan yang
mendekati kepadatan uji kubus.
(3) Harus diperhatikan agar semua bagian beton terkena vibrasi
tanpa timbul segregasi akibat vibrasi yang berlebihan.
(4) Lama penggetaran untuk setiap titik harus dilakukan sekurang-
kurangnya 5 detik dan maksimal 15 detik.
(5) Batang penggetar tidak boleh mengenai cetakan atau bagian
beton yang sudah mengeras dan tidak bole dipasang lebih
dekat 100 mm dari cetakan atau dari beton yang sudah
mengeras serta diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh
batang penggetar.
(6) Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang
batang penggetar dan tidak bole lebih tebal dari 500 mm. Untuk
bagian konstruksi yang sangat tebal harus dilakukan
lapis demi lapis.
(7) Jumlah vibrator yang dipakai didalam suatu pengecoran harus
sesuai dengan laju pengecoran. Penyedia harus juga
menyediakan sekurang-kurangnya 1 vibrator cadangan
untuk dipakai bila terjadi kerusakan.

3.13. Lantai Kerja


Beton bertulang tidak boleh diletakkan langsung di permukaan tanah,
kecuali jika ditetapkan lain, maka harus dibuat lantai kerja minimal
5 cm dengan mutu beton (K-175) di atas tanah sebelum tulangan
beton ditempatkan.
3.14. Spesi Semen
Spesi harus terdiri dari satu bagian semen sebanding sejumlah
bagian agregat halus yang ditetapkan dan ditambah air bersih
sedemikian sehingga dihasilkan campuran akhir yang konsistensi
plastisnya disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Spesi harus
diaduk pada satu landasan kayu atau logam dalam jumlah kecil
menurut keperluan dan setiap spesi yang sudah mulai mengeras
atau telah dicampur dalam waktu lebih dari 30 menit tidak boleh
dipakai dalam pekerjaan. Spesi yang sudah mengeras sebagian
tidak boleh diolah lagi untuk dipakai.
3.15. Perataan Permukaan Beton
Bila dilaksanakan perataan permukaan atas dari beton yang dicor
setempat, permukaan yang dihasilkan harus datar dengan nilai akhir
yang rata tetapi bertesktur kasar sebelum pengerasan pertama
dimulai, permukaan tersebut harus diratakan lagi dengan sendok
dimana perlu untuk menutupi keretakan dan mencegah timbulnya
lelehan yang berlebihan pada permukaan beton yang terbuka.

3.16. Siar-siar Konstruksi


(1) Semua siar kontruksi beton harus dibentuk rata horizontal
atau vertikal. Siar-siar tersebut harus berakhir pada bekisting
yang kokoh yang dipasang dengan baik, jika perlu dibor guna
melewati penulangan. Bila pengecoran ditunda sampai
pengecoran beton mulai mengeras, maka dianggap terdapat
siar konstruksi. Pengecoran beton harus dilaksanakan
menerus dari satu siar ke siar berikutnya, tanpa
memperhatikan jam-jam istirahat.
(2) Jika umur beton kurang dari 3 hari, permukaan tersebut harus
disiapkan dengan penyikatan seluruhnya, tetapi jika umurnya
sudah lebih dari 3 hari atau sudah terlalu keras, permukaan
tersebut harus dicetak secara ringan untuk memperlihatkan
agregat. Setelah permukaan tersebut dibersihkan dan disetujui
oleh Direksi Teknis/Lapangan bekisting akan diperiksa dan
dikencangkan. Siar-siar konstruksi harus dikerjakan
sebagaimana ditetapkan pada gambar atau spesifikasi.

3.17. Beton Kedap Air


(1) Beton untuk tangki air, dinding penahan tanah dan pekerjaan
beton lainnya yang berhubungan dengan air harus dibuat kedap
air, antara lain dengan menambahkan bahan aditive yang
sesuai dan atas persetujuan Direksi Teknis/Lapangan.
Penggunaan bahan aditive tersebut harus sesuai petunjuk dari
pabrik pembuat serta adanya jaminan bahwa bahan aditive
tersebut tidak akan mempengaruhi kekuatan maupun
ketahanan beton.
(2) Penyedia harus mendapatkan persetujuan Direksi
Teknis/Lapangan dalam hal cara pengadukan, campuran
beton, pengangkutan, pengecoran dan perawat beton untuk
mendapatkan sifat-sifat kedap air pada bagian pekerjaan itu.
(3) Nilai Slump beton yang diperlukan adalah minimum untuk
menjamin pengecoran dan pemadatan beton yang sesuai untuk
dilaksanakan.
(4) Penyedia bertanggung jawab atas pekerjaan beton tersebut
terhadap sifat kedap airnya. Apabila terjadi kebocoran atau
rembesan air maka semua biaya perbaikan untuk
mengembalikan sifat kedap air tersebut adalah menjadi
tanggung jawab Penyedia.
(5) Penyedia harus memberikan jaminan untuk jangka waktu 10
(sepuluh) tahun terhadap sifat kedap air hasil pekerjaannya
terhitung sejak selesainya masa pelaksanaan pekerjaan.
(6) Apabila terjadi kebocoran atau kerusakan-kerusakan lain
selama ja ngka waktu pemelihaan, Penyedia atas biaya sendiri
harus segera memperbaiki bagian yang mengalami kerusakan
tersebut.
3.18. Beton Massa
(1) Sebelum pekerjaan dilaksanakan Penyedia harus menentukan
metoda dari perbandingan adukan, cara pengadukan,
pengangkutan, pengecoran serta pengontrolan temperatur dan
cara perawatan, yang harus diserahkan kepada Direksi
Teknis/Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
(2) Setelah beton dicor, permukaan harus dibasahi serta
dilindungi terhadap pengaruh langsung dari sinar matahari,
pengeringan yang mendadak dan lain- lain.
(3) Untuk mengetahui kenaikan temperatur beton serta
pemeriksaan dalam proses perawatan beton maka temperatur
permukaan dan temperatur di dalam beton harus diukur
bilamana perlu setelah pengecoran beton dilaksanakan.
(4) Apabila temperatur di bagian dalam beton mulai meningkat,
maka perawatan beton harus sedemikian sehingga tidak
mempercepat kenaikan temperatur tersebut. Perhatian harus
dicurahkan agar temperatur pada permukaan beton menjadi
tidak terlalu rendah dibandingkan dengan temperatur di dalam
beton.
(5) Setelah temperatur didalam beton mencapai maksimum, maka
permukaan beton harus ditutupi dengan kanvas
atau bahan penyekat lainnya untuk mempertahankan
panas sedemikian rupa sehingga tidak timbul perbedaan
panas mencolok antara bagian dalam dan luar beton atau
penurunan temperatur yang mendadak di bagian dalam beton.
Selanjutnya sesudah bahan penutup tersebut diatas dibuka
permukaan beton tetap harus dilindungi terhadap pengeringan
yang mendadak.
(6) Campuran beton yang direncanakan untuk adukan beton
yang dibuat harus didasarkan pada kekuatan beton umur 28
hari.
(7) Bila campuran beton yang direncanakan tersebut sudah dibuat
maka perkiraan kekuatan tekan beton dalam struktur harus
dilaksanakan sesuai dengan persyaratan khusus. Untuk itu atau
sesuai instruksi Direksi Teknis/Lapangan.
(8) Cara perawatan dari benda uji untuk pengujian kekuatan tekan
beton guna dapat menentukan waktu yang sesuai untuk
pembongkaran cetakan beton harus sesuai dengan
persyaratan khusus untuk itu atau sesuai persetujuan Direksi
Teknis/Lapangan.
3.19. Waterproofing
(1) Bahan dan pengujian
a. Bahan harus sesuai dengan standard yang ditentukan oleh
pabrik dan standard- standard lainnya, seperti NI-3, ASTM-
828, ASTNLE, TAPP-I-083 dan 407. Penyedia tidak
dibenarkan merubah standard dengan cara apapun tanpa
ijin dari Direksi Teknis/Lapangan.
b. Apabila tidak ditentukan lain, jenis bahan yang digunakan
Waterproofing adalah tipe coating system atau setara
dengan ketebalan 4 mm.
c. Memiliki karakteristik fisik, kimiawi dan kepadatan yang
merata serta konstan. Kedap air dan uap termasuk pada
bagian yang overlap.
d. Perlindungan terhadap waterproofing menggunakan screed
dengan ketebalan 3 cm (perbandingan 1 PC : 3 PSR).
(2) Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Sebelum memulai pelaksanaan pemasangan, Penyedia
agar meneliti gambar- gambar dan kondisi di lapangan.
Dikoordinasikan dahulu pada Direksi Teknis/Lapangan.
b. Penyedia agar terlebih dahulu membuat shop drawing
lengkap dengan petunjuk dari Direksi Teknis/Lapangan
meliputi gambar-gambar denah lokasi, ukuran, bentuk dan
kualitas.
c. Persiapan pelaksanaan :
• Permukaan plat beton yang akan diberi lapisan
waterproofing harus benar-benar bersih, bebas dari
minyak, debu serta tonjolan-tonjolan tajam yang
permanen dari tumpahan atau cipratan aduk dan dalam
kondisi kering (baik dalam arti kata kering leveling screed
maupun kering permukaan).
• Semua pertemuan 90 atau sudut yang lebih tajam
harus dibuat tumpul, yaitu menutup sepanjang sudut
tersebut dengan aduk kedap air 1 PC : 3 PSR atau
seperti tercantum dalam gambar kerja.
• Dalam leveling screed digunakan campuran kedap air
1PC : 3PSR dibentuk menggunakan benang waterpass
arah kemiringan (arah kemiringan menuju ke lubang-
lubang pipa.
• Screed dipasang mengikuti pola-pola yang sudah
tertentu dan diratakan permukaannya (dihaluskan)
dengan menggunakan roskam, digosok sedemikian rupa
dengan roskam tadi sehingga gelembung-
gelembung udara yang
terperangkap dalam adukan screed dapat keluar.
• Dalam kondisi setengah kering, screed tadi langsung
ditaburi semen sambil digosok lagi dengan roskam best
sehingga merata, setelah lapisan screed kering tidak
boleh diaci.
• Setelah kering udara ± 24 jam, screed baru ini harus
dilindungi dari kemungkinan pecah-pecah rambut
dengan jalan menutupi permukaan atasnya dengan
goni-
goni rami yang sudah dibasahi air terlebih dahulu dan
dijaga kondisi basahnya.
• Waktu yang diperlukan untuk keringnya screed ini
minimal 7 (tujuh) hari dalam kondisi cuaca cerah (35º)
dan pengeringan maksimal 5 hari. Untuk cuaca buruk
(hujan tidak termasuk dalam perhitungan waktu
pengeringan screed).
d. Pekerjaan primer coating dilakukan dengan sistem kuas/Roll.
e. Pemasangan waterproofing dimulai dari titik terendah.
f. Pada pelaksanaan Waterproofing ini harus dilindungi dari
sengatan matahari dengan menggunakan tenda-tenda.
g. Waterproofing yang sudah terpasang tidak boleh terinjak-
injak apalagi oleh sepatu atau alas kaki yang tajam.
Penyedia harus melindungi dan melokalisir daerah yang
sudah terpasang waterproofing ini.
h. Penyedia harus menghentikan pekerjaan apabila terjadi
hujan dan melanjutkan kembali setelah lokasi benar-benar
kering.
i. Setelah waterproofing terpasang, maka di atas
permukaannya diberikan perlindungan screed
(perbandingan 1PC : 3 PSR) setebal 3cm dengan
menggunakan tulangan susut firemesh yang terletak di
tengah-tengah adukan screed.
j. Setelah semua pemasangan lapisan waterproofing dan
sebelum pelaksanaan lapisan pelindung, Penyedia harus
melakukan pengujian kebocoran.
k. Cara pengujian adalah dengan menuangkan air ke area
yang tertutup lapisan waterproofing hingga ketinggian air
minimum 50 mm dan dibiarkan selama 3x24 jam. l.
Penyedia wajib mengadakan pengamanan dan
perlindungan terhadap pemasangan yang telah dilakukan,
terhadap kemungkinan pergeseran, lecet permukaan atau
kerusakan lainnya.
m. Apabila terdapat kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian
Penyedia baik pada waktu pekerjaan ini
dilakukan/dilaksanakan maupun pada saat pekerjaan
telah selesai, maka Penyedia harus
memperbaiki/mengganti bagian yang rusak tersebut
sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi
Teknis/Lapangan. Biaya yang timbul untuk pekerjaan
perbaikan ini adalah tanggung jawab Penyedia.

3.20. Perawatan dan Perlindungan Beton


(1) Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses
pengeringan yang belum saatnya dengan cara
mempertahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban
adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu
yang diperlukan untuk proses hidrasi semen serta pengerasan
beton.
(2) Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton
selesai dilaksanakan dan harus berlangsung terus-menerus
selama paling sedikit dua minggu. Jika tidak ditentukan lain,
suhu beton pada awal pengecoran harus dipertahankan tidak
melebihi 32°C.
(3) Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan beton
harus tetap dalam keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan
beton dibuka sebelum selesai masa
perawatan maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan
perawatan beton tetap dilakukan dengan membasahi
permukaan beton terus menerus atau dengan menutupinya
dengan karung-karung basah atau dengan cara lain yang
disetujui Direksi Teknis/Lapangan.
(4) Penyedia harus menjaga agar pekerjaan beton yang baru
selesai tidak diberi beban yang intensitasnya dapat
menimbulkan kerusakan. Setiap kerusakan yang timbul akibat
pembebanan yang terlalu dini atau pembebanan berlebih harus
diperbaiki oleh Penyedia atas biaya sendiri.
3.21. Cacat Pada Beton
(1) Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, Direksi
Teknis/Lapangan mempunyai wewenang untuk menolak
konstruksi beton yang cacat seperti berikut :
a. Konstruksi beton yang keropos
b. Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang
direncanakan atau posisinya tidak sesuai dengan gambar.
c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang
direncanakan.
d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain.
(2) Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya
harus dibongkar dan diganti dengan yang baru, kecuali
Direksi Teknis/Lapangan menyetujui untuk diadakan
perbaikan atau perkuatan dari cacat yang ditimbulkan tersebut.
Untuk itu Penyedia harus mengajukan usulan-usulan
perbaikan yang kemudian akan diteliti/diperiksa dan disetujui
bila perbaikan tersebut dianggap memungkinkan.

PASAL - 4. WATER STOP


4.1. Bahan.
(1) Bahan harus dapat menahan rembesan air pada sambungan
pengecoran, baik berbentuk membrane atau pasta, yang
disesuaikan dengan ketebalan dinding yang akan dicor.
(2) Dilarang menggunakan bahan sisa yang tercecer (sweeping)
(3) Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi
Teknis/Lapangan laporan pengujian terakhir dan sertifikat
waterstop yang menerangkan bahwa barang- barang yang
akan dikirim ke tempat pekerjaan memenuhi ketentuan
standar yang berlaku di Indonesia.
4.2. Persyaratan Pelaksanaan.
(1) Sebelum bahan waterstop digunakan di lapangan, contoh dari
tiap ukuran dan bentuk bahan yang akan dipakai harus
diserahkan kepada Direksi Teknis/Lapangan untuk disertujui.
Contoh tersebut harus dibuat sedemikian rupa, sehingga
bahan dan pengerjaannya menyerupai bahan bantu (fitting)
yang harus disediakan sesuai dengan kontrak. Contoh dari
fitting yang dibuat di lapangan (crosses T-stuck dan lain-lain)
akan dipilih secara acak oleh Direksi Teknis/Lapangan untuk
dicek.
(2) Cara memadai harus dilakukan untuk pengangkeran waterstop
dan pengisian sambungan dalam beton. Cara pemasangan
waterstop yang berbentuk membran dalam cetakan harus
dilakukan sedemikian rupa, sehingga waterstop tidak terlipat
oleh beton pada waktu pengecoran. Penyedia harus
menyerahkan gambar detail pengangkeran waterstop dan “joint
filler” pada Direksi Teknis/Lapangan.

PASAL - 5. BETON READY MIX


(1) Beton Ready Mix harus berasal dari suatu sumber yang
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan dan harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan, Penyedia harus bertanggung jawab
untuk mengusahakan agar beton memenuhi persyaratan
dalam spesifikasi ini termasuk pengontrolan mutu, keteraturan
pengiriman serta pemasukan beton
secara berkesinambungan. Jika salah satu dari persyaratan dalam
spesifikasi ini tidak dipenuhi, Direksi Teknis/Lapangan akan menarik
kembali persetujuannya dan mengharuskan Penyedia mengganti
pemasok.
(2) Penyedia harus menyediakan di batchingplant 1 timbangan dan
saringan-saringan standard dengan penggetar (shaker) untuk
mengecek secara teratur campuran yang sudah direncanakan.
(3) Penyedia harus mengatur agar Direksi Teknis/Lapangan dapat
memeriksa alat pembuat beton ready mix bila mana diperlukan.
(4) Penyedia harus membuat catatan-catatan yang diperlukan,
catatan-catatan mengenai semen,
agaregat dan kadar air kedap tiap adukan harus diserahkan kepada
Direksi Teknis/Lapangan setiap hari. Berat semen dan agregat kasar
serta halus harus terus dicatat dalam dokumen pengiriman, serta
dilakukan pengujian secara periodik untuk menentukan kadar air
agregat dan jumlah air yang ditambahkan pada setiap adukan harus
disesuaikan menurut hasil tes tersebut.
(5) Penyedia atau pemasok readymix harus mengatur setting time
sedemikian rupa sehingga beton yang akan dicorkan tidak
mengalami setting (penggumpalan).
(6) Pada dokumen pengiriman harus dicantumkan catatan waktu
pengadukan dan penambahan air, dikirimkan bersama dengan
pengemudi truk diparaf oleh pencatat waktu yang
bertanggung jawab di tempat pengadukan.
(7) Di lapangan dibuat catatan yang meliputi hal-hal berikut ini :
a. Waktu kedatangan truk
b. Waktu registrasi truk dan nama depot
c. Waktu ketika beton telah dicorkan dan dibiarkan tanpa gangguan
d. Mutu beton atau kekuatan yang ditentukan oleh ukuran agregat
maksimum.
e. Posisi dimana beton dicorkan
f. Tanda-tanda referensi dari kubus uji yang diambil dari pengiriman
tersebut
g. Slump (atau faktur kompaksi)
(8) Beton harus ditempatkan dan dibiarkan tanpa gangguan, dalam
posisi akhirnya dalam waktu maksimal 2 jam, dengan menggunakan
truk mixer dan tidak menggunakan additive, dari saat semen
pertama kali bertemu dengan air pengaduk. Buku catatan harus
selalu tersedia untuk diperiksa oleh Direksi Teknis/Lapangan.
(9) Apabila menggunakan bahan additive waktu maksimal yang
diijinkan sesuai dengan spesifikasi additive yang digunakan.
(10) Jenis dan bahan
Pengambilan sampel untuk pembuatan kubus uji dilakukan oleh
penyedia di tempat pengecoran dengan disaksikan oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
PASAL - 6. PEKERJAAN BEKISTING
i. Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Teknis/Lapangan
semua perhitungan dan gambar rencana bekistingnya untuk
mendapat persetujuan bilamana diminta Direksi Teknis/Lapangan,
sebelum pekerjaan dilapangan dimulai. Dalam hal bekisting ini,
walaupun
Direksi Teknis/Lapangan telah menyetujui untuk digunakannya suatu
rencana bekisting dari penyedia, segala sesuatunya yang
diakibatkan oleh bekisting tadi tetap sepenuhnya menjadi tanggung
jawab penyedia.
ii. Bekisting harus direncanakan untuk dapat memikul beban-beban
konstruksi dan getaran- getaran yang ditimbulkan oleh peralatan
penggetar. Defleksi maksimum dari Cetakan dan Acuan antara
tumpuannya harus lebih kecil dari 1/400 bentang antara tumpuan
tersebut.
iii. Bekisting untuk pekerjaan kolom dan lain-lain pekerjaan beton harus
menggunakan multiplek
18 mm, papan tebal minimum 2,5 cm, balok 5/7, 6/10, 8/10 dolken 8
- 12 cm atau bahan lain yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
iv. Semua bekisting harus diperkuat dengan klem dari balok kecil dan
harus yang kuat serta cukup jumlahnya untuk menjaga agar tidak
terjadi distorsi ketika beton dicorkan, dipadatkan dan mengeras.
Bekisting dari kayu harus dibuat dari kayu yang sudah diolah dengan
baik, semua sambungan harus cukup kencang agar tidak terjadi
kebocoran.
v. Tiang penyangga baik yang vertikal/miring harus dibuat sebaik
mungkin untuk memberikan penunjang yang dibutuhkan tanpa
menimbulkan perpindahan tempat, kerusakan dan overstress pada
beberapa bagian konstruksi. Struktur dari tiang-tiang penyangga
harus ditempatkan pada posisi sedemikian rupa sehingga konstruksi
bekisting benar-benar kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri
dari beban-beban lain yang berada diatasnya selama pelaksanaan,
bila perlu Penyedia membuat perhitungan besar lendutan dan
kekuatan dari bekisting tersebut.
vi. Untuk bekisting dinding vertikal diharuskan menggunakan alat
(plastic cone) untuk memastikan bahwa bekisting tersebut tidak
mengalami lendutan.
vii. Pembongkaran cetakan dan acuan harus dilaksanakan sedemikian
rupa agar keamanan konstruksi tetap terjamin dan disesuaikan
dengan persyaratan P.B.I. 1971 NI-2.
viii. Semua permukaan beton yang terbuka harus licin dan halus, maka
bekisting harus dilapisi dengan triplek bermutu tinggi yang sudah
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
ix. Bekisting yang sudah selesai dibuat dan sudah disiapkan untuk
pengecoran beton, akan diperiksa oleh Direksi Teknis/Lapangan,
beton tidak boleh dicor sebelum bekisting disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan. Untuk menghindari kelambatan dalam
mendapatkan persetujuan, sekurang - kurangnya 24 jam
sebelumnya, penyedia harus memberitahukan Direksi
Teknis/Lapangan.

PASAL - 7. BAJA TULANGAN


7.1. Kelas dan Mutu baja tulangan
(1) Sesuai dengan SNI 2847 2019 klasifikasi dan mutu baja
tulangan harus seperti yang ditunjukan pada tabel berikut :

Tabel Derajat-Kualitas Baja Tulangan dan Tegangan yang di


Izinkan

Tegangan Tegangan Tegangan


Luluh Izin Ijin
Karakteristik Permanen Sementara
Jenis Macam
(kg/cm2) (0,58 kg/cm2) (0,83 kg/cm2)
U22 Baja 2.200 1.20 1.800
U24 lem
Baja 2.400 01.40 2.000
ah
lem 01.85
U32 Baja 3.200 2.650
ah
sed 0
ang
U39 Baja 3.900 2.25 3.200
U48 kera
Baja 4.800 02.75 4.000
skera 0
s
(2) Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja
tulangan, maka pada saat pemesanan baja tulangan Penyedia
harus menyerahkan sertifikat resmi dari laboratorium resmi.
(3) Batang-batang baja yang digunakan untuk tulangan harus
bersih, bebas dari karat, kotoran, material lepas, gemuk, cat,
lumpur, kulit giling serta bahan lain yang melekat. Batang-
batang baja tulangan harus disimpan ditempat yang terlindung,
ditumpuk dan tidak bolehmenyentuh tanah dan dilindungi
terhadap karat atau rusak karena cuaca.
7.2. Pengujian
(1) Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus
diadakan pengujian periodik minimal 4 contoh yang terdiri dari
3 benda uji untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji lengkung
untuk setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan
contoh baja tulangan, akan ditentukan oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
(2) Semua pengujian tersebut di atas meliputi uji tarik dan lengkung,
harus dilakukan di laboratorium yang direkomendasi oleh
Direksi Teknis/Lapangan dan minimal sesuai dengan SII-0136-
84. Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh
Penyedia.

7.3. Penyimpanan
Bila baja tulangan harus disimpan, maka tempat penyimpanan yang
beratap tahan air dan diberi alas dari muka tanah atau air yang
tergenang serta harus dilindungi dari kemungkinan kerusakan dan
karat.
7.4. Penekukan
(1) Pada tahap awal pekerjaan, Penyedia harus mempersiapkan
daftar tekukan (Bending Schedule) untuk disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan. Semua baja tulangan harus ditekuk secara
tepat menurut bentuk dan dimensi yang memperlihatkan dalam
gambar dan sesuai peraturan yang berlaku. Baja harus ditekuk
dengan alat yang sudah disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
(2) Tulangan tidak boleh ditekuk atau diluruskan dengan
cara yang dapat menimbulkan kerusakan. Tulangan yang
mempunyai lengkungan atau tekukan yang tidak sesuai dengan
gambar tidak boleh dipakai.
(3) Bila diperlukan suatu radius untuk tekukan atau lengkungan
maka dikerjakan dengan sebuah per yang mempunyai
diameter 4 kali lebih besar dengan diameter batang yang
ditekuk.

7.5. Kawat Pengikat


Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter
minimun 1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak
tersepuh seng.

7.6. Pemasangan
(1) Tulangan harus dipasang dengan tepat sesuai posisi yang
diperlihatkan pada gambar dan harus ditahan jaraknya dari
bekisting dengan memakai dudukan beton atau gantungan
logam menurut kebutuhan. Pada persilangan diikat dengan
kawat baja pada pilar dinding dengan diameter tidak kurang dari
2.6 mm, ujung-ujung kawat harus diarahkan kebagian tubuh
utama beton.
(2) Tulangan yang untuk sementara dibiarkan menonjol keluar dari
beton pada siar kontruksi atau lainnya tidak boleh ditekuk
selama pengecoran ditunda kecuali
diperoleh persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan.
(3) Sebelum pengecoran, seluruh tulangan harus dibersihkan
dengan teliti dari beton yang sudah mengering atau mengering
sebagian yang mungkin menempel dari pengecoran
sebelumnya. Sebelum pengecoran tulangan yang sudah
dipasang pada tiap pekerjaan harus disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan. Pemberitahuan kepada Direksi
Teknis/Lapangan untuk melakukan pemeriksaan harus
disampaikan dalam tenggang waktu pekerjaan. Jarak minimal
dari permukaan suatu batang termasuk sengkang ke
permukaan beton terdekat dengan gambar untuk tiap bagian
pekerjaan.
(4) Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan
dengan persyaratan SNI 2847 2019

Toleransi Baja Tulangan

Diameter, ukuran sisi Variasi dalam Toleransi


atau jarak antara dua berat yang Diameter
permukaan yang diperbolehkan
berlawanan
< 10 mm 7% 0,4 mm
10 < d < 16 mm 5% 0,4 mm
16 – 28 mm 5% 0,5 %
29 – 32 mm 4% -

7.7. Penyambungan
(1) Batang-batang tulangan tidak boleh dipotong jika tidak perlu
dan harus ditempatkan pada seluruh panjangnya. Apabila ini
tidak memungkinkan maka potongan dapat diijinkan apabila
panjang batang yang disediakan melebihi panjang yang
ditunjukkan pada gambar-gambar.
(2) Sambungan-sambungan harus dibuat pada tempat-tempat
dan dengan cara-cara seperti ditunjukkan pada gambar-
gambar kecuali jika dengan cara lain yang disetujui oleh
Direksi Teknis/Lapangan. Sambungan-sambungan tidak
diijinkan pada tempat- tempat yang terdapat tegangan
maksimun dan harus ditempatkan berselang-seling sehingga
tidak lebih dari 1/3 dari batang-batang yang disambung pada
satu tempat.
(3) Pada tempat-tempat batang-batang tulangan saling melewati
(overlap) satu sama lain,
maka batang-batang harus didukung sehingga batang-batang
itu tidak berhubungan satu sama lain jika ruang mengijinkan.
Batang-batang itu hanya diikat dengan aman minimun pada dua
tempat persambungan.
(4) Panjang sambungan harus dibuat seperti yang ditunjukkan
pada Gambar Rencana.
PASAL - 8. PENGUJIAN STRUKTUR HIDROLIS
8.1. Umum
(1) Pada pengujian struktur hidrolis, semua dinding harus bersih
dari timbunan supaya kebocoran pada dinding dapat diketahui
dengan jelas.
(2) Setiap konstruksi harus diisi air bersih dalam pengujian ini dan
dibiarkan terisi sekurang- kurangnya 48 jam. Ketinggian air
selama waktu tersebut harus diamati dan tidak boleh terlihat
adanya penurunan muka air, penurunan maksimum yang
diijinkan selama 24 jam adalah 1 (satu) cm.
8.2. Perbaikan
(1) Setiap kebocoran yang diketahui harus diperbaiki sampai
tidak terlihat lagi adanya kebocoran.
(2) Bila kebocoran melebihi nilai penurunan maksimum yang
diijinkan, Penyedia harus mengadakan perbaikan secara
menyeluruh atas biaya sendiri, setelah perbaikan selesai,
metoda pengujian hidrolis harus diulangi sebagaimana
diuraikan pada ayat ini.
(3) Perbaikan tempat yang mengalami kebocoran harus
dikerjakan m isalnya dengan sumber air dari luar atau produk
lain yang disetujui Direksi Teknis/Lapangan.
(4) Semua bahan harus dipakai dan diterapkan tepat sesuai
dengan petunjuk pabrikan.
PASAL - 9. PEKERJAAN BAJA
9.1. Umum
Baja Profil maupun plat yang digunakan pada pekerjaan ini adalah
baja dari jenis Mild Steel - 400 yang dijamin oleh sertifikat. Baja
konstruksi harus memenuhi syarat-syarat pengujian, pemilihan,
pengukuran, penimbangan pengujian tarik dan pengujian lentur
dalam keadaan dingin. Jika dipandang

perlu Direksi Teknis/Lapangan dapat memerintahkan untuk


dilakukan pengujian terhadap baja konstruksi tersebut sesuai dengan
persyaratan pengujian yang berlaku.

9.2. Pabrikasi
Pekerja-pekerja yang digunakan adalah yang terlatih pada
bidangnya melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan
petunjuk Direksi Teknis/Lapangan. Direksi Teknis/Lapangan
mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk setiap waktu melakukan
pemeriksaan pekerjaan dan tidak satupun pekerjaan dibongkar atau
disiapkan untuk dikirim sebelum disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan. Setiap pekerjaan yang dianggap tidak memenuhi
syarat karena cacat atau tidak sesuai dengan gambar rencana,
harus segera diperbaiki dengan biaya sendiri. Penyedia harus
menyediakan sendiri semua alat-alat yang diperlukan serta perancah
agar dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
9.3. Pola (mal) pengukuran dan sebagainya
Semua pola (mal) dan semua peralatan yang dibutuhkan untuk
menjamin ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh Penyedia,
semua pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan pita-pita
baja yang telah disetujui. Ukuran dari pekerjaan baja yang tertera
pada gambar rencana dianggap kurang pada suhu 25˚ (normal)
9.4. Meluruskan
Plat harus diperiksa kerataannya, semua batang harus diperiksa
keseluruhannya sebelum dilakukan dan semua bagian tersebut
harus bebas dari puntiran dan kalau perlu diadakan tindakan-
tindakan perbaikan sehingga kalau plat itu tersusun akan terlihat
rapat seluruhnya.
9.5. Memotong
Kecuali diisyaratkan lain, pekerjaan baja dapat dipotong dengan cara
menggunting, menggergaji, atau dengan las pemotong.
Permukaan yang diperoleh dari pemotongan harus menyiku
pada bidang yang dipotong tepat dan rata menurut ukuran yang
diperlukan. Penyelesaian pada permukaan umumnya dilakukan oleh
mesin atau gerinda. Bila digunakan las pemotong, maka hanya
permukaan yang merata dapat digerinda seperlunya. Ujung dari plat
penguat harus dipotong dan diselesaikan agar rapat dengan flens
dari gambar ujung dan batang tekan, dan gelagar-gelagar batang lain
yang disambung dengan plat penyambung dengan memakai paku
keling atau baut harus diratakan setelah pabrikasi agar rapat
seluruhnya. Pada sambungan batang tekan maka toleransi
maksimum adalah 0.1 mm dan tidak untuk sambungan batang tarik
maksimum 0.2 mm untuk setiap titik sambungan.
9.6. Pekerjaan Mesin Perkakas dan Mesin Gerinda
Kalau plat digunting, digergaji atau dipotong dengan las
pemotong, maka pemotongan pada metal yang diperbolehkan
untuk dibuang maksimal 3 mm pada plat yang mempunyai tebal 12
mm, 6 mm untuk plat yang mempunyai tebal 12 mm dan 6 mm untuk
plat dengan tebal 24 mm.
9.7. Memotong dengan Las Pemotong
Las pemotong digerakkan secara mekanis dan diarahkan dengan
sebuah mal serta bergerak dengan kecepatan tetap. Pinggir yang
dihasilkan oleh las pemotong harus bersih serta lurus. Untuk
menghaluskan tepi yang telah dipotong tersebut tidak diperkenankan
menggunakan las pemotong. Bila dikehendaki oleh Direksi
Teknis/Lapangan, dapat digerinda yang bergerak searah dengan
arah las pemotong tapi harus diselesaikan sehingga bebas dari
seluruh bekas kotoran tadi.

9.8. Pekerjaan Las


(1) Seluruh pelaksanaan pekerjaan pengelasan hanya
diperkenankan dengan menggunakan las listrik.
(2) Pekerjaan las yang harus dikerjakan oleh tukang las bersertifikat
harus diawasi langsung oleh Direksi Teknis/Lapangan yang
mempunyai training dan pengalaman yang sesuai untuk
pekerjaan semacam itu. Penyedia harus menyerahkan kepada
Direksi Teknis/Lapangan dan mendapatkan persetujuandari
contoh lain yang hendak dipakai.
(3) Detil-detil khusus yang menyangkut cara persiapan
sambungan, cara pengolahan, jenis dan ukuran elektrode,
tebalnya bagian-bagian ukuran dari las serta kekuatan arus
listrik untuk las tersebut, harus diajukan oleh Penyedia untuk
mendapat persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan terlebih
dahulu sebelum pekerjaan dengan las listrik dapat dilakukan.
(4) Ukuran elektrode, arus dan tegangan listrik dan kecepatan
busur listrik yang digunakan pada las listrik harus yang seperti
yang disyaratkan dan tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan
tertulis dari Direksi Teknis/Lapangan.
(5) Plat dan potongan yang hendak dilas harus bebas dari kotoran
besi, minyak, gemuk cat dan lainnya yang dapat mempengaruhi
mutu pengelasan. Bila terjadi retak, susut, retak pada bahan
dasar , berlubang dan kurang tetap letaknya, harus disingkirkan.
(6) Untuk pengerjaan las harus dilaksanakan secara menerus tidak
boleh terputus
(7) Laju pengelasan harus diatur sedemikian sehingga tidak terjadi
peleburan tidak sempurna, penetrasi kampuh yang tidak
memadai dan peleburan berlebihan.
(8) Apabila diperlukan pengelasan dalam beberapa lintasan las
untuk memperoleh ukuran las yang dikehendaki terak-terak
yang ada harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum memulai
lintasan yang baru.
(9) Hasil pengelasan harus dibersihkan dari kerak-kerak dan
kotoran dengan menggunakan gerinda, agar dapat terlihat
kesempurnaan hasil las.
(10) Ditambahkan ukuran dan jenis kawat las
9.9. Mengebor
Semua lubang harus dibor untuk seluruh tebal dari material. Bila
memungkinkan semua plat potongan-potongan dan sebagainya
harus dijepit bersama-sama untuk membuat lubang dan dibor
menembus seluruh tebal sekaligus. Bila menggunakan baut-baut pas
pada salah satu lubang ini dibor lebih kecil dan baru kemudian
diperbesar untuk mencapai ukuran yang sebenarnya. Cara lain
adalah bahwa batang- batang dapat dilubangi tersendiri dengan
menggunakan mal. Setelah mengebor seluruh kotoran besi harus
disingkirkan, plat-plat dan sebagainya dapat dilepas bila perlu.
9.10. Menuang dan Menempa
(1) Semua tuangan harus baik dari lubang-lubang sumbatan
ataupun cacat-cacat lain. Segera setelah tuangan dikeluarkan
dari acuan maka Direksi Teknis/Lapangan harus diberi tahu
sehingga ia dapat melakukan pemeriksaan. Hasil tuangan yang
cacat tidak diperkenankan untuk diperbaiki dan hasil tuangan
tidak boleh cacat, bebas dari lubang sumbatan dan lainnya.
Tuangan dan tempaan harus disempurnakan dengan mesin
hubungan diselesaikan dan dicocokkan dengan
menggunakan mesin perkakas yang menghasilkan
pekerjaan dengan mutu tinggi.
(2) Tuangan dan tempaan yang terletak di atas beton bila menurut
pendapat Direksi Teknis/Lapangan dalam penyelesaian
permukaan bawah yang akan berhubungan dengan beton tidak
cukup baik, maka harus diolah mesin perkakas dan biaya-biaya
untuk pekerjaan tersebut dibebankan atas resiko Penyedia.

9.11. Penyediaan Untuk Pemasangan Akhir


(1) Penyedia harus menyediakan seluruh jumlah paku keling, mur,
baut cincin baut dan sebagainya yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan di lapangan sebanyak 10 % dari
setiap ukuran paku keling ataupun ukuran baut mur dan cincin
baut. pada saat pengiriman, kepada Direksi Teknis/Lapangan.
Penyedia menyerahkan montase (kalau diperlukan pihak ke
3) dua copy daftar paku keling dan bautnya yang menyatakan
jumlah, ukurang, kualitas serta letaknya dimana akan dipakai
pada pekerjaan.
(2) Ukuran paku keling yang tertera pada gambar rencana adalah
ukuran sebelum dipanaskan. Kepala paku keling haruslah
penuh, dibentuk dengan cermat, konsentris dengan batangnya
dan berhubungan langsung dengan permukaan batang. Setiap
paku keling harus cukup panjang membentuk kepala dengan
ukuran-ukuran standard serta cukup untuk lubang.
(3) Semua baut mur, hitam atau pas harus mempunyai kepala yang
ditempa tepat konsentris dan siku dengan batangnya dengan
kepala serta mur yang hexagonal (kecuali jika jenis kepala yang
lain diisyaratkan dalam gambar). Batang baut haruslah lurus dan
baik. Bila dipakai baut pas diameternya harus seperti diameter
yang tertera dalam gambar rencana haruslah dikelompokkan
dengan cermat sesuai dengan ukuran panjang batangnya yang
tak berulir.
Diameter lubang cincin baut adalah 1.50 mm lebih besar dari
diameter baut. Baut stall haruslah baut hitam yang 1,5 mm lebih
kecil dari diameter lubang dimana digunakan. Baut baja keras.
Mur dan cincin baut harus berukuran seperti yang tertera
pada gambar rencana dan harus memenuhi Acuan Normatif.
9.12. Pengangkutan dan Penanganan
Cara pengangkutan dan penanganan pekerjaan besi harus sesuai
dengan cara yang telah disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
Sebelum penyerahan untuk pekerjaan, kalau dipakai pihak ketiga
dalam pekerjaan pemasangan untuk semua penyerahan dan
bertanggung jawab untuk setiap kehilangan dan sewa gudang yang
dapat terjadi disebabkan oleh kelalaian dan kegagalan untuk
menerima pekerjaan baja. Segera setelah menerima penyerahan
pekerjaan baja, pihak ketiga akan segera menyampaikan secara
tertulis kepada Direksi Teknis/Lapangan setiap kerusakan atau
cacat tanpa ditunda-tunda atau kalau tidak demikian, dia harus
memperbaiki setiap kerusakan, kehilangan serta yang terjadi di luar
dan sesudah penyerahan atas biaya sendiri.
9.13. Pemasangan
(1) Umum
Penyedia harus menyediakan seluruh perancah dan alat-alat
yang diperlukan dan mendirikannya ditempat pekerjaan,
memasang dan mengelingkan baut atau las seluruh pekerjaan
baja. Pekerjaan baja tidak boleh dipasang sebelum cara, alat
dan sebagainya yang digunakan mendapat persetujuan dari
Direksi Teknis/Lapangan. Semua bagian harus dikerjakan
secara hati-hati dan dipasang dengan teliti, Drift yang dipakai
mempunyai diameter yang lebih kecil dari diameter lubang paku
keling atau baut, dan digunakan untuk membawa bagian pada
posisinya yang tepat seperti diisyaratkan di bawah ini.
Penggunaan martil yang berlebihan yang dapat merusak atau
menganggu material tidak diperkenankan. Setiap kesalahan
pada pekerjaan bengkel yang menyulitkan pekerjaan montase
serta menyulitkan pengepasan bagian-bagian pekerjaan
dengan menggunakan drift secara wajar harus dilaporkan
kepada Direksi Teknis/Lapangan.

Permukaan dengan mesin perkakas harus dibersihkan sebelum


dipasang. Kopel dan sambungan lapangan sebanyak 50 %
sebelum dikeling atau dibuat 2 lubang pada setiap diisi
kurangnya 40 % dari lubang diisi dengan baut. Selanjutnya
sekurang-kurangnya 10 % dari lubang pada suatu kelompok
dikeling atau dibaut dengan permanen sebelum baut montase
atau drift diangkat (disingkirkan).

(2) Drift, Paku Keling Baut Stel dan Sebagainya


Penyedia harus menyediakan untuk digunakan sendiri, semua
pararel drift untuk montase yang mungkin diperlukan dan akan
tetap menjadi miliknya bila dipindahkan dari tempat pekerjaan
atas biaya sendiri. Setelah selesai pekerjaan semua stel, setiap
paku keling dan baut yang berlebih akan diserahkan kepada
Direksi Teknis/Lapangan atau biaya Penyedia.
(3) Drift Paralel Untuk Montase
Batang tak berulir dari drift paralel yang digunakan pada
montase dibuat sesuai dengan diameter yang diperlukan, dan
panjangnya tidak kurang dari jumlah tebal minimal yang akan
dilalui oleh Drift itu ditambah satu kali drift itu.
(4) Pemasangan Paku Keling
Semua pekerjaan harus dibuat secara wajar sehingga
potongan-potongan dapat berhubungan dengan rapat
menyeluruh sebelum dimulainya pemasangan paku keling. Drift
dapat digunakan hanya untuk mendekatkan pekerjaan pada
posisinya dan tidak akan digunakan untuk menganggu lubang-
lubang. Menggunakan drift dengan ukuran yang lebih besar
dari diameter nominal lubang tidak diperkenankan.
Dianjurkan paku keling dipasang dengan menggunakan mesin
atau alat tekan dari tipe yang telah di setujui. Setiap paku keling
harus cukup panjang untuk membentuk kepala dengan
ukuran standar dan harus bebas dari kotoran besi dengan cara
menggosokkannya pada permukaan sepotong logam. Paku
keling tetap berada dalam keadaan panas, merah menyeluruh
pada saat dimasukkan dan dikerjakan serta mengisi seluruh
lubang selama masih panas. Semua paku keling yang longgar
serta paku keling yang retak terbentuk jelek atau dengan kepala
yang cacad atau dengan kepala yang sangat eksentris terhadap
batangnya harus dipotong dan diganti dengan paku keling yang
baik, membentuk kembali kepala paku keling tidak
diperkenankan. Kepal paku keling yang agak pipih dapat
digunakan pada tempat-tempat tertentu kalau ditentukan oleh
Direksi Teknis/Lapangan.
9.14. Penggunaan Baja Keras, Baut-baut untuk Pemasangan Akhir
(1) Pemasangan
a. Setiap sambungan dibuat bersama-sama dengan baut stel
sehingga setiap bagian serta plat berhubungan rapat
dengan baut menyeluruh sebanyak 50% dari lubang harus
diisi dengan baut stel dan minimal 10% atau pada setiap
potongan dan plat minimal 2 lubang diisi dengan drift paralel
sesuai dengan yang disyaratkan pada ”Paralel Drift untuk
Montase” baut baja kerja harus dipasang dengan cincin baut
yang diperlukan, sebuah di bawah kepala baut dan sebuah
lagi di mur.
b. Harus diperhatikan bahwa cincin baut itu terpasang dengan
cekungnya menghadap keluar.
c. Memasukan dan mengencangkan baut baja keras
dimulai sebelum sambungan diperiksa dan disetujui oleh
Direksi Teknis/Lapangan atau wakilnya. Bidang di bawah
kepala baut tidak boleh menyimpang dari bidang tegak lurus
terhadap as baut lebih dari 3,5 derajat, memakai cincin
baut miring (tarped) dapat dilakukan kalau dipandang perlu,
baut menonjol melalui
mur tidak kurang dari 1,5 mm tidak melebihi 4,5 mm.
d. Baut stel yang digunakan untuk membuat permulaan awal
pekerjaan dapat seterusnya digunakan pada sambungan.
(2) Mengencangkan Baut
a. Baut baja keras dapat dikencangkan dengan tangan atau
dengan kunci yang digerakan dengan mesin.
b. Kunci pas harus dari jenis yang telah disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan dan dapat menunjukan bila tercapai torque
yang disyaratkan telah tercapai.
(3) Galvanis
Bila ditentukan ada pekerjaan Galvanisasi maka yang
dikehendaki adalah
Galvanisasi celup panas.
(4) Plat Baja yang digalvanisir
a. Bahan
Untuk melapisi talang cucuran antara dua sudut atap, untuk
saluran air hujan, bubungan dan pinggul pada atap sirap dan
pada tempat lain yang ditunjukan pada gambar harus dipakai
baja yang digalvanisir celup panas dari ukuran yang telah
ditentukan, tebalnya lembaran plat baja banyak seng
pelindungnya, harus sesuai dengan tabel berikut :

Tabel Pelat Baja digalvanisir

Berat Seng
BWG No. Tebal Plat Baja
(gr/m2)

22 0,71 5
24 0,56 3
4
26 0,46
5
28 0,36
3
4
3
b. Pemasangan 8
• Semua pekerjaan dari plat baja yang digalvanisir 0
3
harus dibuat dan dipasang menurut standar yang paling
baik. Pinggiran dan gulungan harus lurus dan tidak8
0
boleh ada lekukan, kelim patriannya harus betul-betul
kedap air dan tidak ada patrian yang tercecer atau
berlimpah.
• Satuan yang dibuat dari galvanis harus dipasang
memakai paku sekrup galvani atau dengan memakai
lembaran penutup (holderbats) yang bentuk dan
ukurannya tertera dalam gambar.
c. Memateri Solder mematri dengan mutunya paling baik yaitu
terdiri dari ½ timah hitam dan ½ timah putih. Muriatic acid
harus dipergunakan sebagai peleburnya kedua zat.

9.15. Pengecatan Baja


(1) Umum
a. Semua kontruksi baja yang akan dipasang perlu di cat di
pabrik dengan cat dasar yang telah disetujui kecuali pada
bidang-bidang yang dikerjakan dengan mesin perkakas
misalnya pada perletakan cat lapangan terdiri dari:
b. Pembersihan seluruh sambungan lapangan dan bidang-
bidang yang telah dicat di bengkel, seperti yang telah
diperintahkan oleh Direksi Teknis/Llapangan, karena telah
rusak pada saat pengangkutan dan pemasangan serta
bidang-bidang lain yang diperintahkan oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
c. Pengecatan dari bahan yang sejenis dengan bahan yang
di cat di semua bagian yang disebutkan pekerjaan besi itu.
d. Pemakaian cat akhir seperti yang disyaratkan pada
pekerjaan tertentu, untuk seluruh bidang terbuka pekerjaan
besi itu.

(2) Pembersihan dan pelapisan epoxy


a. Semua permukaan dari pekerjaan baja harus bersih dan
dikupas dengan sand blasting atau cara lain yang disetujui
oleh Direksi Teknis/Lapangan agar menjadi logam yang
bersih dengan menghilangkan seluruh gemuk, olie, karatan,
lumpur atau lainnya yang melengket padanya.
Proses pelaksanaan pembersihan dengan sand blasting
harus disaksikan langsung oleh wakil Direksi
Teknis/Lapangan.
b. Permukaan yang telah dibersihkan harus segera ditutup
dengan epoxy dengan ketebalan sesuai dengan yang
disyaratkan
c. Ketebalan epoxy diukur dengan menggunakan alat ukur
Coating Thickness Gauge atau alat sejenis lainnya.

(3) Penggunaan Cat


a. Cat dapat digunakan dengan kuas tangan yang halus
yang disetujui oleh
Direksi Teknis/Lapangan. Pengecatan tak dapat
dilakukan pada cuaca berkabut, lembab, berdebu, atau
pada cuaca lain yang jelek.
b. Permukaan yang akan dicat harus kering dan tidak berdebu.
Lapisan berikutnya tidak boleh dikerjakan di atas cat dasar
dalam tempo kurang dari 6 bulan tetapi tidak boleh lebih
cepat dari 48 jam setelah pengecatan dasar. Bila terjadi
demikian maka permukaan baja perlu dibersihkan kembali
atau dicat lagi seperti yang diuraikan di atas. Cat
(termasuk penyemprotan bila diperintahkan oleh Direksi
Teknis/Lapangan) harus disapu dengan kuat pada
permukaan baja, sekitar paku keling pada setiap sudut,
sambungan pada setiap bagian yang dapat menampung
air, atau dapat dirembesi air, bahan lain yang disetujui oleh
Direksi Teknis/Lapangan.

PASAL - 10. PEKERJAAN PASANGAN


10.1. Bahan-bahan
(1) Semen Portland
Semen yang dipakai disini adalah dari jenis kualitas seperti yang
dipakai pada beton dan secara umum harus memenuhi syarat-
syarat yang tertera pada Peraturan Semen Portland Indonesia
NI-8.
(2) Pasir
Pasir untuk adukan pasangan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Butir-butir pasir harus tajam dan keras dan tidak dapat
dihancurkan dengan tangan
b. Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %
c. Warna larutan pada pengujian dengan 3 % natrium
hidroksida, akibat adanya zat-zat organik tidak boleh lebih
tua dari larutan normal atau lariutan teh yang sedang
kepekatannya.
d. Bagian yang hancur pada penggergajian dengan larutan
jernih natrium sulfat tidak boleh lebih dari 10 %
e. Jika dipergunakan untuk adukan dengan semen yang
mengandung lebih dari 0,6 % alkali, dihitung sebagai
natrium oksida pada pengujian tidak boleh menunjukan
sifat reaktif terhadap alkali.
f. Keteguhan adukan percobaan dibandingkan dengn adukan
pembanding yaitu yang menggunakan semen sama
dengan pasir normal tidak boleh kurang dari 65 % pada
pengujian 7 hari.
g. Pasir laut untuk adukan tidak diperkenankan
h. Butir-butirnya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm.

(3) Batu Alam


Pada umumnya untuk pasangan batu bisa dipakai batu bulat
(dari gunung), batu belah atau batu karang asalkan harus
memenuhi syarat-syarat sebagi berikut:
a. Harus cukup keras, bersih, dan sesuai besarnya serta
bentuknya
b. Batu, bulat ataupun belah, tidak boleh memperlihatkan
tanda-tanda lapuk
c. Batu karang harus sebagian besar berwarna putih atau
kuning muda dan tidak hitam, biru atau kecoklat-coklatan
tanpa garis-garis kelapukan, mempunyai keteguhan yang
tinggi serta bidang patahnya harus mempunyai kepadatan
dan warna putih yang merata.
(4) Bata Merah
a. Bata merah harus batu biasa dari tanah liat melalui proses
pembakaran, dapat digunakan produksi lokal dengan ukuran
normal 6 cm x 12 cm x 24 cm dan ukuran diusahakan tidak
jauh menyimpang.
b. Bata merah yang dipakai harus bata kualitas nomor 1
berwarna merah tua yang merata tanpa cacat atau
mengandung kotoran. Bata merah minimum harus
mempunyai daya tekan ultimate 30 kg/cm²
c. Apabila blok-blok tersebut dibuat sendiri maka
campurannya harus terdiri dari 1 bagian Portland Cemen
dan 5 bagian pasir dan batuan yang dihaluskan.
d. Blok-blok semen yang baru dicetak harus dilindungi dari
panas matahari dan dirawat selama tidak kurang dari 10 hari
dengan jalan membasahi atau menutupi dengan memakai
karung basah.

5) Air
Untuk keperluan membuat adukan maka air yang disyaratkan
dan boleh dipakai semua seperti yang dipakai untuk pekerjaan
beton
(6) Kapur
Kapur yang dipakai harus kapur aduk yang bermutu tinggi
yang telah disetujui
Direksi Teknis/Lapangan

(7) Lain-lain
Bahan-bahan lain yang dipakai untuk pelaksanaan seperti tegel-
tegel teraso, keramik dan lain-lain harus sesuai dengan yang
disyaratkan oleh Direksi Teknis/Lapangan atau seperti yang
disyaratkan pada saat rapat penjelasan.

10.2. Adukan
(1) Mencampur
a. Adukan dicampur di tempat tertentu yang bersih dari
kotoran, mempunyai alas yang rata dan keras, tidak
menyerap air yang sebelumnya harus ada persetujuan dari
Direksi Teknis/Lapangan.
b. Apabila tidak ditentukan lain, mencampur dan mengaduk
boleh dilakukan dengan tangan (dengan memakai cangkul
dan sebagainya) sampai diperlihatkan warna adukan yang
merata.
(2) Komposisi
Jenis adukan berikut harus dipakai dengan yang disebutkan
dalam gambar atau dalam uraian dan syarat-syarat ini.

Tabel Komposisi Adukan

Jenis Spesi

M1 1 pc : 1 kpr : 6 psr
atau 1 pc : 3 psr
M2 1 pc : 2 psr
M3 1 pc : 4 psr

10.3. Blok-blok Beton


(1) Tipe dari blok-blok
Karena tidak adanya kesamarataan produksi daerah yang satu
dengan daerah lainnya maka tidak diadakan penentuan
mengenai ukuran asalkan tidak melampaui batas dan disetujui
oleh Direksi Teknis/Lapangan. Blok-blok beton tersebut harus
bersih, tidak menunjukan tanda-tanda retak ataupun cacat lain
yang dapat mengurangi mutu dari blok-blok tersebut.
(2) Campuran adukan
a. Apabila blok-blok tersebut dibuat sendiri maka campurannya
harus terdiri dari 1 bagian portland cement dan 5 bagian pasir
dan batuan yang dihaluskan.
b. Tegangan tekan minimum dari blok beton tidak boleh
lebih kecil dari 30 kg/cm² pada umur 40 hari.
(3) Perawatan blok-blok beton
Blok-blok beton yang baru saja dibuat harus dilindungi dari
matahari dan dirawat untuk jangka waktu paling tidak 10 hari
dengan jalan membasahi atau menutupi dengan memakai
karung basah.
(4) Tembok-tembok ventilasi
a. Blok-blok yang khusus ventilasi dapat dibuat dari campuran
M1. Pasangan ventilasi tersebut harus cukup baik dan
antara satu dengan yang lain harus lurus, seragam dengan
menarik garis lurus di antara kedua ujungnya.
b. Ventilasi tersebut nantinya harus dicat dengan cat tembok
sesuai dengan yang ditetapkan oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
10.4. Pasangan Batu Bata
(1) Bahan
(a) Persyaratan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Batu bata/hollowbrick harus memenuhi NI-10
b. Semen portland harus memenuhi NI-8
c. Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2
d. Air harus memenuhi PUBBI-1982 pasal 9 Pemasangan
(2) Syarat-syarat pelaksanaan
a. Batu bata/hollowbrick yang digunakan adalah batu bata
setempat dengan kualitas terbaik yang disetujui Direksi
Teknis/Lapangan, yaitu siku dan sama ukurannya.
b. Sebelum digunakan batu bata/hollowbbrick harus
direndam dalam bak air atau drum hingga jenuh.
c. Setelah bata terpasang dengan adukan, naad/siar-siar harus
dikerok sedalam 1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan
kemudian disiram air.
d. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap
tahap terdiri dari (maksimal) 24 lapis setiap hari, diikuti
dengan cor kolom praktis.
e. Bidang dinding bata 1/2 (setengah) batu yang luasnya lebih
besar dari 12 m3 harus ditambah kolom dan balok penguat
(kolom praktis) dengan ukuran 15 x 15 cm, dengan 4 buah
tulangan pokok berdiameter 12 mm, beugel diameter 8-20
cm, jarak antara kolom maksimal 4 m.
f. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap
bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguatan
stek-stek besi beton diameter 8 mm. jarak 40 cm, yang
terlebih dahulu ditanam dalam pasangan bata minimal 30
cm, kecuali ditentukan lain.
g. Pasangan batu bata merah untuk dinding 1/2 (setengah)
batu harus menghasilkan dinding finish setebal 15 cm dan
untuk dinding 1 (satu) batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan
pasangan harus cermat, rapi dan benar- benar tegak lurus.
h. Lubang untuk alat-alat listrik dan pipa yang ditanam di dalam
dinding, harus dibuat pahatan yang secukupnya pada
pasangan bata (sebelum diplester).
Pahatan tersebut setelah dipasang pipa/alat, harus
ditutup dengan adukan
plesteran yang dilaksanakan secara sempurna,
dikerjakan bersama-sama dengan plesteran seluruh
bidang tembok.
10.5. Plesteran
(1) Bahan
a. Pasir
Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas
dari tanah liat, lumpur atau campuran-campuran lain.
b. Semen Portland
Semen portland yang dipakai harus baru, tidak ada
bagian-bagian yang membatu dan dalam sak yang tertutup
seperti disyaratkan dalam NI-8.
c. Air
Air harus bersih, jernih dan bebas dari bahan-bahan yang
merusak seperti minyak, asam atau unsur-unsur organik
lainnya.
(2) Perbandingan campuran plesteran
a. Plesteran dengan campuran 1 Pc : 4 Ps digunakan pada
dinding, sedangkan untuk daerah basah digunakan
plesteran dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.
b. Apabila diperlukan, acian dibuat dengan bahan PC dicampur
air sampai mencapai hasil kekentalan yang sempurna.
(3) Pelaksanaan
a. Permukaan dinding batu bata atau permukaan beton harus
dibersihkan dari noda debu, minyak cat, bahan-bahan lain
yang dapat mengurangi daya ikat plesteran.
b. Untuk mendapatkan permukaan yang rata dan ketebalan
sesuai dengan yang diisyaratkan, maka dalam memulai
pekerjaan plesteran harus dibuat terlebih dahulu "kepala
plesteran" untuk dipergunakan sebagai acuan.
c. Pasangkan lapisan plesteran setebal yang disyaratkan (ñ
20 mm) dan diratakan dengan roskam kayu/besi dari kayu
halus tersebut dan rata permukaannya ataupun dengan profil
aluminium dengan panjang minimal 1,5, kemudian
basahkan terus selama 3 (tiga) hari untuk
menghindarkan terjadinya retak akibat penyusutan yang
mendadak.
d. Untuk plesteran pada permukaan beton, mula-mula
permukaan beton harus dikasarkan dengan pahat besi untuk
mendapatkan daya ikat yang kuat antara permukaan beton
dengan plesteran. Bilamana perlu permukaan beton yang
telah dikasarkan diberi bahan additive, misalnya "Calbon".
e. Permukaan beton harus dibasahi air hingga jenuh.
f. Dalam pelaksanaan plesteran permukaan beton dengan
ketebalan minimal 2 cm, tidak diperbolehkan melakukan
plesteran sekaligus, tetapi harus dilakukan secara
bertahap yaitu dengan cara menempelkan adukan semen
pada bagian yang akan diplester, kemudian setelah
mengering, dilakukan plesteran berikutnya dengan adukan
semen pasir hingga mencapai ketebalan yang dikehendaki.
g. Apabila terdapat bagian plesteran pada permukaan beton
dengan ketebalan lebih dari 3 cm, sebagai akibat dari
kesalahan pada waktu pengecoran atau yang lainnya, maka
plesteran tersebut harus dilapis dengan kawat ayam yang
ditempelkan pada permukaan beton yang akan diplester.
Biaya penambahan kawat ayam tersebut menjadi
tanggungan Penyedia.
h. Apabila ada pekerjaan plesteran yang harus dibongkar atau
diperbaiki, maka hasil akhir (finishing) dari pekerjaan
tersebut harus dapat menyamai pekerjaan yang telah
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
10.6. Pasangan Batu
(1) Bahan
a. Batu harus terdiri dari batu alam atau batu dari sumber
bahan yang tidak terbelah, yang utuh (sound), keras, awet,
padat, tahan terhadap udara dan air, dan cocok dalam
segala hal untuk fungsi yang dimaksud.
b. Mutu dan ukuran batu harus disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan Pekerjaan sebelum digunakan. Batu untuk
pelapisan selokan dan saluran air sedapat mungkin harus
berbentuk persegi.
c. Kecuali ditentukan lain oleh Gambar atau Spesifikasi, maka
semua batu yang digunakan untuk pasangan batu
dengan mortar harus tertahan ayakan 10 cm.
(2) Adukan
Bila tidak ditentukan lain, adukan yang dipakai adalah 1 PC : 4
Pasir
(3) Syarat pelaksanaan
a. Pekerjaan pemasangan batu kali dilaksanakan sesuai
dengan ukuran dan bentuk-bentuk yang ditunjuk dalam
gambar.
b. Tiap-tiap batu harus dipasang penuh dengan adukan
sehingga hubungan semua batu melekat satu sama lain
dengan sempurna. Setiap batu harus dipasang di atas
lapisan adukan dan diketok ke tempatnya hingga teguh.
Adukan harus mengisi penuh rongga

PASAL - 14. TRIAL RUN DAN COMIMISIONING


(1) Penyedia diharuskan untuk menawarkan biaya untuk trial run
termasuk training untuk operator, supervisor dan bahan kimia yang
digunakan untuk masa Commisioning.
(2) Persyaratan-persyaratan:
Sebelum dilakukan trial run dan commisioning unit paket IPA harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Unit IPA sesuai dengan perencanaan
b. Dilengkapi dengan spesifikasi teknis dan gambar terbangun.
c. Disiapkan format-format yang akan dijadikan acuan untuk buku
harian.
d. Tersedia air baku yang memenuhi ketentuan kuantitas dan kualitas
e. Adanya penanggung jawab pengoperasian unit IPA
f. Penyedia menyiapkan kebutuhan bahan kimia dan produksi
selama pelaksanaan commisioning selama 5 hari kalender
(3) Pengoperasian
Pengoperasian unit IPA harus memenuhi ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
a. Unit IPA telah mendapat sertifikat
b. Tersedia hasil pemeriksaan air baku secara lengkap dalam
kurun waktu 7 hari sebelum pelaksanaan trial run dan
commisioning.
c. Apabila kekeruhan air baku melebihi 400 NTU, maka air baku
dialirkan terlebih dahulu ke bak pengendap pendahuluan.
d. Apabila terjadi penyimpangan pada kualitas air baku,
pengoperasian dihentikan.
(4) Teknisi Pengoperasian
Teknisi pengoperasian memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Jumlah operator setiap shift minimal 1 orang yaitu operator
pengolahan dan operator mekanik listrik dengan kualifikasi
STM/SLTA
b. Tenaga laboratorium minimal 1 orang dengan kualifikasi analis/SLTA
(5) Teknisi Pemeliharaan
a. Teknisi pemeliharaan paket unit IPA minimal 1 orang dengan
kualifikasi STM/SLTA
b. Teknisi dari penyedia dibiayai oleh penyedia
(6) Waktu Kerja
Apabila pengoperasian paket unit IPA selama 24 jam, waktu kerja
teknisi dibagi dalam 3 shift.
(7) Pengawas
Pengawas lapangan akan disediakan dari Departemen Pekerjaan
Umum untuk mengawasi selama 3 hari terakhir dari proses
commisioning.
(8) Peralatan dan Perlengkapan
Peralatan yang diminta sesuai dengan kapasitas IPA yang dioperasikan
dan harus disediakan oleh penyedia.
(9) Peralatan Laboratorium Untuk Pemeriksaan Kekeruhan; pH; sisa
chlor; warna; jar test; tabung imhoff; kepekatan larutan;
timbangan; peralatan gelas; Peralatan Bengkel; kunci pas; ring; tang;
obeng; sney; dan tracker
(10) Peralatan Mekanik Listrik
Phase meter; tang; ampere; avometer; toolkit listrik; meger;
tachometer; tang clamp;tang long nose; dan tang pemotong
(11) Perlengkapan Untuk Pembersihan dan Pencucian Kain lap; ember;
sabun; sapu; dan sikat

(12) Alat Keselamatan Kerja


Masker; sarung tangan plastik; dan sepatu boot
(13) Bahan
Bahan kimia koagulan; netralisasi; desinfektan; bahan kimia untuk
pemeriksaan kualitas air; bahan bakar; pelumas; dan suku cadang.
Bahan tersebut harus memenuhi ketentuan yang berlaku.

PASAL - 15. UJI COBA KINERJA MASING-MASING PERALATAN (TRIAL TEST)


(1) Pompa Air Baku, Pompa Backwash dan Pompa Distribusi
a. Siapkan brosur kurva pompa sesuai penawaran
b. Lakukan tahapan pada pasal. 20.
c. Setelah beroperasi catat dalam Tabe
d. Buat kurva sesuai brosur pompa, analisis kesesuaian
spesifikasinya.
(2) Pompa Dosing
a. Siapkan brosur kurva pompa sesuai penawaran
b. Lakukan tahapan pada pasal 20.
c. Setelah beroperasi catat dalam Tabel masing-masing untuk
koagulan, kapur tohor dan kaporit.
d. Buat kurva sesuai brosur pompa, analisis kesesuaian spesifikasinya
(3) Motor Pengaduk
a. Siapkan brosur Motor Pengaduk sesuai penawaran
b. Lakukan tahapan pada Pasal 20.
c. Setelah beroperasi catat dalam Tabel
d. Buat kurva sesuai brosur pompa, analisis kesesuaian spesifikasinya

PASAL - 16. UJI COBA OPERASIONAL IPA (TRIAL RUN)


Persiapan Pengoperasian dilakukan sebagai berikut :
(1) Pemeriksaan Penyadap Air Baku
a. periksa skala penunjuk tinggi muka air baku dan catat dalam buku
harian
b. periksa saringan penyadap
c. periksa pompa air baku
(2) Tenaga Pembangkit
a. Menggunakan diesel generator periksa dan pastikan hal-hal
sebagai berikut:
• kencangkan semua sekrup dan baut
• jumlah bahan bakar solar tangki harian
• jumlah minyak pelumas cukup setiap kali akan menjalanken
mesin, dan setiap 10 jam operasi apabila kurang tambahkan
dan catat penambahannya dan jam operasinya
• oli dalam governor dan dalam saringan udara cukup sesuai
dengan ketentuanuntuk mesin yang menggunakan oli dalam
governor dan saringan udara
• Air radiator penuh
• tidak ada benda-benda yang merintangi aliran udara,
untuk mesin dengan pendingin udara
• baterai kondisinya baik
• hubungan listrik dari baterai ke motor stater dalam kondisi baik
• mesin tidak dibebani
• V-belt tegangannya cukup.
b. Menggunakan sumber listrik dari PLN periksa dan pastikan hal-hal
sebagai berikut:
• tegangan listrik sesuai ketentuan yang berlaku
• arus listrik sesuai dengan keperluan
• kedudukan sakelar utamanya pada posisi ”off”
c. Periksa dan Pastikan Panel Listrik Sebagai Berikut
• kedudukan dari sakelar, semuanya harus pada posisi ”off”
• sambungan kabel dalam kondisi baik
• pembumian yang baik
d. Pompa Air Baku
Periksa dan pastikan pompa sentrifugal sebagai berikut:
• kebersihan saringan pipa hisap dan katup
• pipa hisap selalu berisi air dan tidak ada udara
• poros pompa dapat berputar bebas
• dudukan pompa harus datar
• keadaan tumpuan putar pompa harus bersih dan dilumasi
• penekan paking tidak terlalu kencang
• sakelar otomatis harus bekerja baiik
e. Periksa dan pastikan pompa submerbsibel sebagai berikut:
• keberihan saringan pompa
• tinggi muka air di atas pompa minimal 1,0 meter
• sakelar otomati masih bekerja baik
f. Penentuan dan pembubuhan dosis bahan kimia sebagai berikut:
• tentukan dosis koagulan dengan percobaan jar test
• tentukan dosis penggunaan kapur atau soda ash
• tentukan dosis penggunaan desinfektan
• Hitung kebutuhan masing-masing larutan
• periksa tangki pengaduk bahan kimia, pompa pembubuh dan
perlengkapannya
• Cara-cara penentuan dosis bahan kimia sesuai dengan
ketentuan SKSNI No T-16-1993-03 tentang Tata Cara
Perencanaan Unit Paket IPA.

PASAL - 17. PELAKSANAAN PENGOPERASIAN


Pelaksanaan pengoperasian dilakukan sebagai berikut::
(1) Hidupkan mesin diesel sesuai petunjuk kerja yang berlaku atau
kontakan handle sakelar utama apabila menggunakan tenaga PLN.
a. pastikan tegangan , frekuensi, arus listrik, sesuaikan ketentuan
b. geser sakelar utama pada posisi ”ON”
c. hidupkan pompa air baku satu per satu
d. hidupkan pompa pembubuh bahan kimia satu per satu e. atur
debit air baku
f. periksa pembubuhan dengan mengukur pH air dan amati flok yang
terbentuk pada unit pengaduk lambat, bila pH air tidak sesuai
dengan hasil dari Jar test dan pembentukan flok tidak optimal
sesuaikan kembali dosis pembubuhan.
g. apabila terjadi pengendapan pada unit pengaduk lambat maka
buang lumpur yang dilakukan melalui pipa penguras.
h. lakukan pencucian media saringan antara 18-24 jam operasi i.
apabila terjadi busa pada unit IPA lakukan pembuangan.

PASAL - 18. PENCATATAN DATA MONITORING


(1) Selama pengoperasian IPA dilakukan pencatatan kualitas air
meliputi kekeruhan, warna dan pH serta tambahan sisa khlor pada
reservoir. Selama pengoperasian juga dicatat dosis pembubuhan
sesuai kualitas air yang terjadi setiap satu jam.
(2) Data pengamatan dicatat dalam format tabel dan dibuat grafiknya .

PASAL - 19. COMMISIONING TEST DAN BERITA ACARA UJI COBA


Pada hari terakhir dari masa uji coba, dihadirkan semua pihak terkait untuk
mengawasi operasional dari IPA. Hasil pengamatan dibuatkan berita
acaranya.

PASAL - 20. CARA PEMELIHARAAN


(1) Pemeliharaan Fasilitas Penyadap
Pemeliharaan fasilitas penyadap dilakukan selama masa
commisioning disesuaikan dengan SOP yang berlaku terkait IPA
terpasang, baik kegiatan-kegiatan yang berjangka waktu harian,
mingguan, bulanan, dan tahunan terhadap fasilitas sarana penyadap,
pompa submersibel, pompa sentrifugal, panel pompa dan pipa serta
perlengkapannya.
(2) Pemeliharaan Tenaga Pembangkit
Pemeliharaan tenaga pembangkit dan perlengkapannya dilakukan
selama masa commisioning disesuaikan dengan SOP yang berlaku
terkait IPA terpasang, baik kegiatan-kegiatan yan berjangka waktu
harian, mingguan, bulanan, dan tahunan terhadap fasilitas genset
(mesin diesel dan alternator), panel, tangki bahan bakar, pompa
bahan bakar, dan saluran.
(3) Pemeliharaan Unit Paket IPA Pemeliharaan fasilitas penyadap
dilakukan selama masa commisioning disesuaikan dengan SOP yang
berlaku terkait IPA terpasang, baik kegiatan-kegiatan yan berjangka
waktu harian, mingguan, bulanan , dan tahunan terhadap fasilitas
sarana pencampur kimia, pompa pembubuh kimia, pipa pengaduk,
pengaduk lambat, pengendapan, penyaringan, bak penampung air
minum dan pompa back wash.
(4) Pelatihan Operator
Selama masa uji coba dan commisioning, dilakukan pelatihan kepada
operator.
(5) Pelayanan Purna Jual
Pelayanan purna jual dilakukan oleh penyedia selama minimal 1( satu)
tahun.

PASAL - 21. MASA PEMELIHARAAN


Masa pemeliharaan dihitung untuk masa 180 hari kalender setelah
penyerahan pertama, dimana penawar diharuskan untuk memperbaiki
kerusakan-kerusakan yang terjadi pada waktu masa pemeliharaan atas
beban sendiri terkecuali kalau kerusakan tersebut disebabkan oleh salah
operator dalam pengolahannya.
PASAL - 22. GARANSI (JAMINAN)
(1) Penawaran harus dapat memberikan jaminan sekurang-kurangnya
2 (dua) tahun kepada Direksi Teknis/Lapangan bahwa Instalasi yang
ditawarkan mampu mengolah air baku menjadi air bersih seperti
syarat yang diketuarkan oleh Kementrian Kesehatan RI (Permenkes
RI No 492/MENKES/SK/VII/2010 Tentang Kualitas Air Minum), dengan
kapasitas produksi dibuktikan dengan performance test pada trial run
(pemeriksaan di laboratorium).
(2) Selain itu harus dilakukan mutu kualitas air bersih yang dihasilkan
oleh pihak ketiga yang ditunjuk atas nama bersama. Pada
Performance test trial run, semua hasil harus disaksikan oleh Direksi
Teknis/Lapangan dan harus ada persetujuan tertulis atas performance
test tersebut.

PASAL - 23. PETUNJUK OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN


Petunjuk operasional untuk menjalankan instalasi pengolahan air ini harus
dibuat oleh Penyedia dengan rincian, jelas dan dilengkapi dengan
skematik/gambar-gambar yang mudah dipahami. Buku ini terdiri dari:
a. Buku manual masing-masing peralatan (dari pabrikan)
b. Buku Manual Sistem IPA
c. Buku Petunjuk Mengatasi Masalah (Trouble Shooting)
d. Buku Petunjuk Perawatan

D. RESERVOIR ( BETON DAN GLASS STEEL TANK)


1.1 Reservoir Beton
(1) Fungsi
Untuk menampung air bersih hasil pengolahan dari unit IPA sebelum di
distribusikan ke wilayah pelayanan. Selain sebagai penampung air bersih
fungsi lain reservoir adalah sebagai;
− Equalizing Flows yaitu untuk menyeimbangkan aliran-aliran,
sedangkan debit yang keluar bervariasi atau berfluktuasi, unsur ini
diperlukan suatu penyeimbangan aliran yang selain melayani fluktuasi
juga dapat digunakan untuk menyimpan cadangan air untuk keadaan
darurat.
− Equalizing pressure atau menyeimbangkan tekanan, pemerataan
tekanan diperlukan akibat bervariasinya pemakaian air di daerah
distribusi.
− Sebagai distributor, pusat atau sumber pelayanan
(2) Tipe
− Reservoir tinggi, yaitu pengaliran distribusi dilakukan secara gravitasi,
reservoir ini bisa berupa ground tank (reservoir), atau berupa reservoir
menara (roof tank) yang ketinggiannya harus diperhitungkan agar pada
titik kritis masih ada sisa tekan.
− Reservoir rendah yaitu pengaliran distribusi dilakukan dengan
pemompaan, reservoirnya berupa ground tank.
− Reservoir pembantu (booster reservoir), misalkan karena adanya
batasan konstruksi, sehingga volume yang keluar dari reservoir tidak
mencukupi.
(3) Ukuran
Untuk menghitung kapasitas reservoir ini, maka reservoir ditinjau dari
fungsinya sebagai equalizing flow. Reservoir diperlukan untuk
menyeimbangkan fluktuasi permukaan air harian, sehingga kebutuhan
maksimum per jam dapat terpenuhi. Kapasitas reservoir ini dapat
ditentukan bila diketahui fluktuasi pemakaian air harian. Berikut ini adalah
contoh perhitungan fluktuasi pemakaian air
Keterangan :
Kolom 1 (Waktu) Waktu pemakaian air
Kolom 2 (Jumlah Jam) Jumlah jam pada waktu pemakaian
air 24.00 – 05.00 = 5 jam
Kolom 3 (Suplai Air per Jam) Supply air per jam dalam % dari
sistem transmisi
100% / 24 jam = 4.17%
Kolom 4 (Pemakaian per Jam) Diketahui dari survey/penelitian
terhadap fluktuasi pemakaian air Kolom 5 (Total Suplai) jumlah jam x
supply air per jam
5 jam x 4.17 % = 20.85 %
Kolom 6 (Total Pemakaian) jumlah jam x pemakain per jam (%)
5 jam x 0.75 % = 3,75%
Kolom 7 (Surplus) Supply total (%) – Pemakaian total
(%) 20,85% - 3,75% = (+) 17,1%
(jika nilai positif)
Kolom 8 (Defisit) Supply total (%) – pemakaian total
(%) 4,17% - 6 % = (-) 1,83 % (jika
nilai negatif)
Untuk menghitung volume reservoir, maka digunakan nilai rata-rata dari
jumlah seperti pada table di atas karena perbedaan diantara kedua jumlah
tersebut sebenarnya hanya untuk menghitung kapasitas reservoir dan
perbedaan diantara kedua jumlah tersebut sebenarnya hanya merupakan
pembulatan. Dengan demikian maka diperoleh harga rata- rata kapasitas
reservoir adalah sebesar :

Z = (27,70 + 27,62) / 2
= 27,66 %
Volume Reservoir = Z x Debit Rata-rata (Qr) Perencanaan
Dimensi reservoir ditentukan dengan melihat kondisi lahan yang tersedia,
idealnya kedalaman reservoir tidak lebih dari 4,0 m dengan perbandingan
panjang : lebar minimal adalah 2 : 1
(4) Kinerja
− Bangunan reservoir adalah bangunan kedap air
− Bila reservoir dilengkapi pompa distribusi, posisi pompa distribusi
direkomendasikan pompa dalam posisi positive suction (level air
berada diatas level pompa)
(5) Bentuk dan Material
Reservoir bisa berbentuk persegi panjang, bukur sangkar atau lingkaran.
Material kontruksi bisa menggunakan beton bertulang dengan finishing
water proffing, material metal (baja, alum, steel).

Saat ini pada tahap aplikasi di lapangan selain konstruksi beton bertulang
terdapat beberapa jenis material yang mulai dipakai untuk pembangunan
reservoir. 2 (dua) material yang umum digunakan selain beton bertulang
adalah Epoxi Coated Tank dan Glass Fused to Steel (GFS) Tank.
Perbedaan utama dari kedua material ini adalah bahan material
konstruksinya. Epoxi Coated umumnya berbahan material baja/zinc alum
yang dilapis dengan material pelindung (epoxy coated) sehingga
diperlukan perawatan berkala bila lapisan pelindung sudah mulai terlihat
pudar, sedangkan Glass Fused to Steel adalah material 2 (dua) lapis
gabungan antara baja dengan material kaca, kekuatan dan fleksibilitas
baja yang dikombinasikan dengan ketahanan terhadap korosi dari material
kaca. Glass Fused to Steel (GFS) reservoir tidak memerlukan perawatan
untuk menghindari korosi karena adanya lapisan kaca.
Perbandingan konstruksi reservoir beton bertulang, epoxy coated dan
Glass Fused to Steel tersaji pada Tabel dibawah ini. Pemberian skor
antara 1 sampai dengan 3, nilai 1 menunjukan nilai terendah sedangkan
nilai 3 menunjukan nilai tertinggi dari setiap parameter.

Perbandingan Konstruksi Reservoir


Parameter Beton Epoxi Coated Glass Fused to Steel
Bertulang (GFS)
Biaya 2 2 2
Konstruksi
Waktu 1 3 3
Konstruksi
Operasional 1 1 2
Pemeliharaan
Umur Reservoir 3 2 2
Total Skor 7 8 9

(6) Perlengkapan
− Pipa overflow
− Pipa Vent
− Pipa Penguras
− Sekat Baffle (pengarah aliran)
− Rumah/Ruang Pompa/Ruang Valve

E. PEKERJAAN PENGADAAN PIPA

PASAL - 1. PIPA HDPE


Jenis pipa yang akan disuply dan dipasang adalah HDPE PE-100 deangan masa jenis
minimum 955 kg/cm dan berwarna hitam. Didefinisikan dalam spesifikasi ini adalah untuk
mendistribusikan air minum. Pipa PE adalah pipa yang dibuat secara extrusi dari bahan
polyethylene yang terdiri dari antioksidan, stabilitas UV dan pigmen. Temperatur air dan
temperatur dalam tanah pada kedalaman pipa akan berkisar 20˚C-30˚C pada sebagian
besar lokasi. Semua pipa dan alat penyambung harus didesain untuk menerima tekanan
kerja minimum sebesar 0.98 Mpa (10.0 kg/cm2). Pipa yang akan digunakan pada pekerjaan
ini adalah (HDPE PE-100 SDR 17 PN 10).
1. High Density Polyethiline (HDPE) yang lebih dikenal dengan pipa plastis berisi PE
merupakan plastis yang dibuat melalui temperature tingggi, artinya pembuatan pipa
baik bentuk maupun dimensi dilakukan selama tahap pelelehan metarial resin.
2. Bahan utama pipa ini terbuat dari HDPE resin minimal 92,5 % (SII) ditambah bahan
pembantu.
3. Penyedia barang/ jasa harus menyediakan perpipaan dari semua material
sebagaimana dirinci dan ditunjukkan dalam daftar kuantitas bahan. Semua pipa, fitting,
valve dan perlengkapan lainnya harus sesuai dengan pemakaian di daerah tropis,
beriklim lembab dan bersuhu udara 32°C.
4. Penyedia barang/jasa harus menyediakan Sertifikat Jaminan Barang dari pabrik
pembuat yang menyatakan bahwa barang tersebut sesuai dengan kebutuhan yang
dirinci dalam spesifikasi teknis. Penyedia barang/ jasa juga harus menyampaikan
tentang laporan hasil uji kimiawi dan fisik yang telah dilakukan di pabrik, serta
melakukan pengujian setelah pipa dikirim dan sampai di lokasi.
5. Standar
a. Semua material yang ditawarkan harus produksi dalam negeri dengan standar SNI
06-4829-2015. Bila ternyata belum ada SNI atau SII untuk produk tertentu atau
belum dibuat di dalam negeri, maka yang ditawarkan dapat menggunakan standard
lain, dengan syarat bahwa kualitas keseluruhan sekurang-kurangnya sama dengan
apa yang ditetapkan dalam dokumen lelang ini.
b. Semua material yang dikirim harus seratus persen baru (bukan material bekas),
dalam keadaan baik dan memenuhi syarat spesifikasi teknis yang ditentukan.
c. Penyedia barang/ jasa harus menyediakan dan menyertakan semua pipa dan
fitting, valve, coupling, meter, mur, baut, gasket, material penyambung dan bahan
pelengkap sebagaimana dirinci dalam Daftar Kualitas dan Bahan atau dalam
gambar/ drawing.
6. Untuk menjaga kualitas dan keseragaman produk, Pipa HDPE harus disuplai oleh satu
pabrikan. Original Enggineering Manufacturing (OEM) dapat dilakukan pada satu
pabrikan dan dalam produksinya diawasi oleh Original Manufacture. Kecuali dinyatakan
berbeda dalam spesifikasi ini, spesifikasi dan standar pipa HDPE harus mengacu pada:
a. SNI 06-4829-2005 : Pipa Polyetylene untuk air minum
b. SNI 19-6779-2002 : Metode pengujian perubahan dimensi pipa PE untuk
airminum
c. SNI 06-4821-1988 : Pipa PE untuk spesifikasi SPAM
d. ISO 4427 : Polyethylene pipes for water supply-spesifications
e. ISO 1872 : Density (Mean Value)
f. ISO 1183 : Polyethylene-Measurement of density
g. ISO R527 : Tensile strength at yield and flexural modules
h. ISO 527 : Elongation at break
i. ASTM D696 : Liner Thermal Expansion
j. DIN 52612 : Thermal Conductivity
k. ISO 161-1 : Thermoplastic pipes for the transport of fluids
nominaloutside diameter and nominal pressure
l. ISO 3126 : Measurement of dimension
m. ISO 3607 : PE- toleransi on outside diameter and wall thickness
n. ISO 3636 : PE pressure pipe and fitting-dimension of flanges
o. ISO 9784 : Brittleness temperatur

7. Sertifikat Analisys Pipa


Pastikan pipa sudah sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan, yaitu dengan cara
memeriksa sertifikat analisis pipa yang antara lain meliputi :
a. Sertifikat Food Gradedari lembaga independen yang diakui kredibilitasnya untuk
produk pipa terbebas dari toxicology (tidak beracun) untuk mengalirkan air minum
yang meliputi:
• Material, bahan dan compound
• Sistem produksi
• Peralatan produksi
• Produk (Pipa HDPE)
b. Sertifikat of Analysis yang dikeluarkan oleh produsen polymer (produsen bahan
baku PE 100) yang mencantumkan :
• Tanggal produksi
• Jumlah raw material dalam kg/ton
• Melt flow rate (190˚C/5 kg) dengan rentang ukur 0,2-1,7 g/10 min (SNI 06-4829-
2005 5.2 d)
• Polyetylene berdensitas tinggi (HDPE) dengan tingkat kepadatan 0,95-0,96
g/m3 (SNI 06-4829-2005 5.2 c)
• Bahan baku sudah tercampur karbon hitam sesuai B 184 (ASTM D 1603) dan
SNI 5.1.2 sebesar 2,3%
• Mengandung antioksidan sesuai B 162 (ASTM D 3895) nilai 38 min dan sesuai
cara prosedur pengujian SNI 06-4829-3005 9.9.1.4.2 pengukuran waktu
induksi oksidasi.
c. Produsen juga melampirkan bill of loading dan packing list bahan baku PE. 100
sesuai dengan yang tertera pada sertifikat of analysis
d. Dari data tersebut maka ada jaminan bahwa nilai kekuatan/tegangan minimum
yang diizinkan (MRS = minimum required strength) untuk PE 100 pada temperatus
20˚C selama 50 tahun sebesar ± 10 Mpa (N/m2) sesuai ISO 9080:2003 (E),
didukung dengan lampiran Bodycole certificate dengan metode pengelasan sesuai
ISO 12162 : 1995 (E)
e. Produsen pipa harus melampirkan mill certificate hasil hydrostatic test long term,
yaitu pengelasan pipa pada temperatu 20˚C serta ditahan sampai 100 Jam,
tegangan induksi/hoopstress mencapai 12,4 Mpa dengan hasil bocor/tidak pecah.

8. Diameter Pipa.
a. Diameter pipa yang dipakai sesuai dengan yang dirinci dan ditunjukkan dalam
daftar kuantitas bahan.
b. Ovalitas pipa di pabrik setelah ekstrusi namun sebelum digulung harus sesuai
dengan kelas N.
c. Untuk diameter luar nominal ≤ 75, toleransi sama dengan (0,008dn + 1) mm,
dibulatkan menjadi 0,1 mm, dengan angka minimum 1,2 mm.
d. Untuk diameter luar nominal > 75 tetapi ≤ 250, toleransi sama dengan 0,02dn,
dibulatkan menjadi 0,1 mm.
e. Untuk diameter luar nominal > 250, toleransi sama dengan 0,035dn, dibulatkan
menjadi 0,1 mm.
f. Garis tengah minimum sebuah drum bagi pipa yang digulung harus 18 dn dan pipa
jangan sampai menjadi kaku. Bagi pipa yang digulung, diperlukan peralatan untuk
penggulungan ulang
9. Tekanan Kerja
Pipa PE 100 PN 10 Bar SDR-17 harus dilakukan pengetesan dilapangan dengan cara
memberikan tekanan hidrostatik 1,5 kali dari tekanan rencana (Pressure Design) yang
diijinkan. Tekanan kerja yang terjadi pada pipa min. 7,5 bar.
10. Kelas Pipa.
a. Panjang pipa bentuk batangan lurus atau gulungan tidak boleh kurang dari
persetujuan antara pemasok dan pengguna barang dengan toleransi ± 0,05 m.
Diameter drum gulungan minimum harus 18 x dn.
b. Ketebalan diameter luar pipa harus mengacu kepada SNI 06- 4829-2005 tentang
pipa PE untuk air minum.
c. Pipa harus memenuhi persyaratan uji hidrostatik yang diberikan sebagaimana tabel
dibawah ini.

• Ketahanan Hidrostatik
Pipa harus memenuhi persyaratan uji hidrostatik yang diberikan sebagai disajikan
dibawah ini :
Tegangan Uji (Mpa)
Jenis Bahan 100 jam pada 165 jam pada 1000 jam pada
suhu 20˚C suhu 80˚C suhu 80˚C
PE 100 12,4 5,5 5,0
PE 80 9,0 4,6 4,0
Catatan: Hanya kegagalan rapuh yang diperhitungkan.
Pecah karena rapuh (britle failure) pada kurang dari 165 jam adalah merupakan
kegagalan. Jika pengujian dilaksanakan pada 165 jam ternyata gagal dalam bentuk
kenyal (ductile), uji ulang supaya dilaksanakan pada tegangan yang lebih rendah.
Tegangan uji yang baru, dan waktu kegagalan minimum yang baru supaya dipilih
sebagaimana terlihat di bawah ini :
PE 80 PE 100
Waktu kegagalan Waktu kegagalan
Tegangan Mpa Tegangan Mpa
minimum (jam) minimum (jam)
4,6 165 5,5 165
4,5 219 5,4 233
4,4 283 5,3 332
4,3 394 5,2 476
4,2 533 5,1 866
4,1 727 5,0 1.000
4,0 1.000

• Kuat Tarik
Nilai kuat Tarik minimum harus 20 Mpa dan perpanjang minimum harus 400%, bila di
uji pada suhu 20˚C.

11. Sifat Fisik


Sifat fisik pipa PE perlu diperhatikan yaitu :
a. Stabilitas Panas
Waktu induksi untuk pengujian contoh yang diambil dari pipa PE minimum harus
20 menit jika diuji pada suhu 200˚C. Contoh yang diuji supaya diambil dari
permukaan sebelah dalam pipa.
b. Nilai perubahan arah penjang
Nilai perubahan arah panjang minimum 3%.
12. Jenis dan Macam Sambungan
a. Sambungan mekanis Mechanical-joint:sambungan plastik, injection( 20 mm-63
mm) imulded, tipe push-in dengan O-ring dan ulir.
b. Welding (heat fusion)
• Butt welding ( 63 mm – 250 mm)
• Socket welding (20 mm – 125 m)
• Saddle welding
• Electro welding (25 mm – 125 mm)
Las otomatis dari fitting PE yang sudah ada kumparan pemanas.
13. Fitting
a. Fitting sambungan harus sesuai dengan pipa yang akan dipasang seperti yang
tercantum dalam Bill of Quantity.
b. Semua fitting harus dari jenis injection molded atau heat process (pencetakan atau
proses panas) dan didesain dengan karakteristik dan kekuatan yang sama dengan
pipa yang disambung.
Semua fitting yang dapat digunakan harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
pipa yang digunakan

PASAL - 2. PIPA STEEL / GALVANIS


3.1. Penyedia barang/jasa harus menyediakan perpipaan dari semua
material sebagaimana dirinci disini dan ditunjukkan dalam daftar kuantitas
bahan. Semua pipa, fitting, valve dan perlengkapan lainnya harus sesuai
untuk pemakaian di daerah tropis, beriklim lembab dan bersuhu udara 32oC.
3.2. Penyedia barang/jasa harus menyediakan Sertifikat Jaminan Barang dari pabrik
pembuat yang menyatakan bahwa barang tersebut sesuai dengan kebutuhan
yang dirinci dalam spesifikasi teknis. Penyedia barang/jasa juga harus
menyampaikan tentang laporan hasil uji kimiawi dan fisik yang telah dilakukan
di pabrik, serta melakukan pengujian setelah pipa dikirim dan sampai di lokasi.
3.3. Standar
a. Semua material yang ditawarkan harus produksi dalam negeri dengan
standar SNI 07-2255-1991. Bila ternyata belum ada SNI atau SII untuk
produk tertentu atau belum dibuat di dalam negeri, maka yang
ditawarkan dapat menggunakan standard lain, dengan syarat bahwa
kualitas keseluruhan sekurang-kurangnya sama dengan apa yang
ditetapkan dalam dokumen lelang ini.
b. Semua material yang dikirim harus seratus persen baru (bukan material
bekas), dalam keadaan baik dan memenuhi syarat spesifikasi teknis yang
ditentukan.
c. Penyedia barang/jasa harus menyediakan dan menyertakan semua
pipa dan fitting, valve, coupling, meter, mur, baut, gasket, material
penyambung dan bahan pelengkap sebagaimana dirinci dalam Daftar
Kualitas dan Bahan atau dalam gambar / drawing.
3.4. Standard yang dapat diterima adalah :
SNI 07-0242-1989 Pipa Baja tanpa kampuh, mutu dan cara uji.
SNI 07-0242-2000 Spesifikasi pipa baja yang dilas dan tanpa
sambungan dengan lapis hitam dan galvanis panas
SNI 07-0822-1989 Baja Karbon strip canai panas untuk pipa.
SNI 07-1338-1989 Baja karbon tempa.
SNI 07-1769-1990 Penyambung pipa air minum bertekanan dari
besi yang kelabu.
SNI 07-3080-1992 Penyambung pipa baja tahan karat dengan las
tumpu
SNI 07-3025-1992 Persyaratan las Ketentuan Umum, Persyaratan
servis untuk sambungan berlas.
SNI 07-3026-1992 Las, untuk pertimbangan untuk menjamin mutu
struktur las.
SNI 07-3027-1992 Faktor-faktor yang harus di pertimbangkan dalam
penilaian perusahaan yang menggunakan las
sebagai cara utama pabrikasi.
SNI 13-4184-1996 Kontrol korosi eksternal pada sistem perpipaan
metalik bawah tanah atau terendam
SNI 13-4185-1996 Kontrol korosi internal saluran pipa baja dan
sistem perpipaan
SNI 19-6783-2002 Spesifikasi desinfeksi perpipaan air bersih

3.5. Standar lain yang digunakan adalah :


SII 2527-90 Water Supply Steel Pipe
ISO 7/1 Pipe Threads Where Pressuretight Joins are
Made on The Threads
ISO 1459 Metalic croating – Protection Against Corrosion by
Hot DipGalvanzing Guilding Principles
ISO 1461 Metalic Coating Hot-Dip Galvanized Coating on
Fabricated Ferrous Products Requirments
ASTM A 283F Flow and Intermediate tensile Strenght Carbon
Steel Plates, Shapes and Bars
ASTM A 570 Steel, Sheet and Strip, Carbon, Hot Rolled
Structural Quality
AWWA C 200 Steel Water Pipi 6 Inches and Larger
AWWA C 203 Coal-Tar Protective Coatings and Linings for
Steel Water Pipelines Enamel and Tape Hot
Applied
AWWA C 205 Cement Mortar Protective Lining and Coating
for Steel Water Pipe 4 Inches and Larger Shop
Applied.

AWWA C 208 Dimensions for Steel Water Pipe Fitting


AWWA Manual M11 Steel Pipe Design and Installation.
AWWA C 210 Liquid Epoxy Coating System for t he Interior and
Exterior Steel Water Pipe.
JIS G 3101 Rolled Steel for General Structure.
JIS G 3452 Carbon Steel Pipes for Ordinary Piping.
JIS G 3457 Arc Welded Carbon Steel Pipe.
JIS B 2311 Steel Butt-Welding Pipe Fitting for Ordinary Use.
JIS G 3451 Fitting of Coating Steel Pipes for Water Service.
JIS G 550 Spheroidal Graphite Iron Castings
JIS G 5702 Blackheart Malleable Iron Castings
JIS G 3445 Carbon Steel Tubes for Machine Structures
Purposes
JIS G 3454 Carbon Steel Pipes for Pressure Service
JIS K 6353 Rubber Goods Pipes for Water Works.

3.6. Diameter Pipa


Pipa dengan ukuran diameter nominal berikut ini harus mempunyai ukuran
diameter luar dan ketebalan dinding minimum sebelum dilapisi pelindung
dalam dan luar sebagai berikut :

Diameter Luar dan Ketebalan Dinding Pipa Baja

Diameter Diameter Luar Ketebalan Dinding


Nominal (mm) Minimum
(mm) (mm)
100 114.3 4.5
150 168.3 5.0
200 219.1 5.8
250 273.0 6.6
300 323.8 6.9
350 355.6 6,0
400 406.4 6.0

3.7. Tekanan Kerja


Semua pipa dan alat penyambung harus didisain untuk menerima
tekanan kerja minimum sebesar 0.98 Mpa (10.0 kg/cm2).

3.8. Kelas Pipa


a. Lembaran atau pelat-pelat baja harus mempunyai batas keruntuhan
minimum tidak kurang dari 226 N/mmz (2300 kg/cm2) dan harus
memenuhi standard berikut:
SNI 07-0949-1989 Pelat baja carbon untuk uap dan bejana
tekan.
SNI 07-0822-1989 Baja karbon strip canai panas untuk pipa.
SNI 07-1338-1989 Baja karbon tempa.
ASTM A 283 Grade D
ASTM A 570 Grade 33
JIS G 3101 Class 2
JIS G 3452 SGP
JIS G 3457 STPY
b. Pabrikasi pipa baja harus sesuai dengan AWWA C 200 atau SNI-07-
0822-1989 atau SII 2527-90 atau JIS G 3452 dan JIS G 3457.
Ketebalan dan lebar pengelasan harus cukup merata pada seluruh
panjang pipa dan dibuat secara otomatis. pengelasan harus dilakukan
dengan menggunakan las listrik yang sesuai dengan prosedur dan
dilaksanakan oleh tukang las bersertifikat.
c. Semua sambungan memanjang atau spiral dan sambungan las
keliling yang dibuat dipabrik harus dengan pengelasan sudut (butt
welded). Banyaknya pengelasan pabrik maksimum yang diizinkan adalah
satu pengelasan memanjang dan tiga pengelasan keliling untuk setiap
batang pipa. Panjang setiap batang pipa adalah 6 (enam) meter atau
kurang, kecuali ditentukan lain.
d. Pengelasan memanjang harus dipasang berselang-seling pada sisi
yang berlawanan untuk bagian yang berurutan. Tidak diizinkan adanya
ring, pelat ataupun pelana (saddle) penguat baik pada bagian luar
maupun pada bagian dalam pipa.
3.9. Fitting
a. Semua fitting baja/steel harus dari bahan yang sama dan difabrikasi
sesuai dengan spesifikasi dan harus didisain dengan kekuatan yang
sama dengan pipanya. Ring penguat atau saddle penguat dapat
dipasang pada bagian luar bilamana perlu, sesuai dengan AWWA Manual
M11 atau standar pembuatan yang dapat disetujui. Ketebalan dinding
minimum dan diameter luar dinding fitting harus sesuai dengan
persyaratan yang dispesifikasikan dalam Bagian 3.2 dan standar berikut
ini :

• Fitting dengan diameter 125 mm atau lebih kecil : JIS B 2311


• Fitting dengan diameter 150 mm atau lebih besar : JIS B 2311 (sampai
dengan 500 mm) dan JIS G 3451. atau AWWA C 208.
b. "Bend" yang mempunyai sudut defleksi sebesar 22.5 derajat dan lebih
kecil harus terdiri dari dua potongan bend. Bend yang mempunyai sudut
defleksi lebih besar dari 22.5 derajat sampai dengan 45 derajat
harus difabrikasi dengan menggunakan tiga potongan bend. Bend yang
mempunyai sudut defleksi lebih besar dari 45 derajat harus terdiri dari
empat potongan bend.

Sambungan Flange
Alat-alat bantu flange dan peralatan-peralatan rakit harus dihubungkan
kepada pipa-pipa dengan mempergunakan adaptor- adaptor flange dan flange
bebas kecuali bila ada petunjuk dengan cara lain yang tertera pada gambar-
gambar rencana bersangkutan.

Semua sambungan-sambungan flange harus dibuat dengan mempergunakan


paking-paking karet dan mur baut yang digalvansir secara celup panas (hot
dippend). Cincin yang diganvilsir secara celup panas harus dipasang diantara
kepala baut dan mur serta mur baut harus dikencangkan secara bersilang.

Selama pelaksanaannya harus diperhatikan, agar tidak merusak lapisan


pelindung pada alat-alat bantu dan peralatan-peralatan rakit. Setelah selesai,
setiap kerusakan pada lapisan pelindung harus diperbaiki oleh Kontraktor.

Sambungan Pipa Galvanis


Sambungan-sambungan antara pipa-pipa baja yang digalvinsir dan
peralatan-peralatan rakit dari baja yang digalvinsir terhadap pipa-pipa lain, harus
dilaksanakan dengan sistem penyekrupan.
Sebelum disambung, maka bagian ulir dari soket atau ujung-ujung pipa
harus dibersihkan dari kotoran-kotoran. Setelah itu pada ulir pipa dipasang
serat nenas dan baru dimasukan secara hati-hati pada soket dan diputar
sampai kencang betul.

Sambungan Las
Sambungan-sambungan las harus sesuai dengan aturan, yang diberikan
dalam persyaratan norma modern (persyaratan AWS atau AISC). Pengelasan
harus dilakukan oleh seorang tukang las yang memiliki ijasahatau sertifikat
pengelasan pipa.

Penyambungan las Argon harus dilaksanakan oleh kontraktor, khususnya


pada pipa baja yang bertekanan nominal 40 bar dengan demikian diperlukan
tenaga ahli pengelasan pipa yang telah mempunyai sertifikat. Penelitian
dapat dilakukan apabila direksi memerlukannya.

Permukaan-permukaan yang akan dilas harus bebas dari sisik-sisik lepas,


kerak logam, karat, gemuk dan cat.

Apabila pengelasan ganda diperlukan maka permukaan pengelasan pertama


harus bersih dan bebas dari kerak logam.

Apabila diperlukan, lapisan-lapisan antara pada pengelasan- pengelasan


ganda harus dibersihkan dengan pukulan-pukulan ringan oleh palu bertenaga
mesin dengan mempergunakan suatu alat nerujung bulat. Semua kerak
logam dan pengelasan yang berlubang- lubang dan tidak sempurna harus
dibersihkan dan dihilangkan, sebelum pengelasan dilakukan.

Stelah pengelasan, lapisan pelindung pipa dan peralatannya yang dikupas atau
rusak selama pengelasan harus diperbaiki/dilapisi kembali oleh Kontraktor,
termasuk bagian yang dilas.

Tempat kerja harus terlindungi terhadap angin dan hujan lebat. Bilamana
diminta Direksi/Tenaga Ahli, Kontraktor harus memberi penjelasan mengenai
cara kerja yang digunakan.

Penyambungan Pipa pada Jaringan Pipa Lama


Perincian mengenai penyambungan-penyambungan yang harus dikerjakan,
tertera pada gambar-gambar, untuk memperpendek gangguan pada pengadaan
air, maka Kontraktor harus menyelesaikan penyambungan secepat mungkin.
Kontraktor harus memberitahu Direksi/Tenaga Ahli mengenai maksudnya, untuk
mengerjakan penyambungan dan harus membuat rencana kerja, termasuk
jadwal waktu, bahan-bahan perlengkapan dan tenaga kerja, paling lambat 3
hari sebelumnya. Bilamana menurut pandangan Direksi Persiapan Pekerjaan
oleh Kontraktor tidak mencukupi, maka Direksi/Tenaga Ahli tidak akan
mengizinkan pekerjaan itu dimulai.

Kontraktor harus menyediakan perlengkapan-perlengkapan untuk


memperoleh penyambungan-penyambungan yang layak ke pipa-pipa yang
telah ada, biaya ini dianggap sudah termasuk dalam harga Kontrak.

Gangguan pelayanan untuk pekerjaan sambungan dari pipa baru ke pipa


yang telah ada, harus dikerjakan sedemikian rupa, sehingga tidak banyak
mengganggu langganan dan tidak terlalu lama menghentikan aliran. Daerah
yang terganggu diusahakan sekecil mungkin. Tidak ada stupun katup (valve)
yang dari sistem yang telah ada, yang diubah-ubah oleh Kontraktor untuk
tujuan apapun juga. PAM setempat akan mengatur semua valve jika diperlukan.

Apabila diperlukan, penyambungan dapat dilakukan tanpa menghentikan


aliran pipa lama dengan menggunakan clamp saddle beserta katup,
kemudian dibor dengan lapping bor khusus.

Perlengkapan Sambungan dan Alat-alat Pengatur


Pemasangan katup-katup, perlengkapan-perlengkapan sambungan dan
sebagainya harus mendapatkan pengawasan dan perhatian yang sama
terhadap kebersihan, penopang-penopang dan sambungan seperti tersebut
diatas mengenai perpipaan. Katup- katup masuk bawah tanah yang terbuat
dari besi yang dapat ditempa, harus cocok terhadap pipa-pipa pada posisi
mendatar, sedangkan porosnya ditempatkan secara tegak lurus, kecuali
bila arah pipa tidak mendatar. Setelah diadakan penyetelan, kerusakan pada
lapisan pelindung harus diperbaiki.

Katup-katup harus tersedia lengkap dengan susunan katup, yang terdiri dari
poros, pembungkus, dan kotak luar. Mur dari katup harus dapat dioperasikan
dengan mudah melalui lubang pembukaan atau lubang kontrol.

E. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA


PASAL - 1. PEMASANGAN PIPA HDPE
1. Pelaksana pekerjaan harus mempekerjakan beberapa pekerja gali urug yang memiliki
keahlian melakukan pekerjaan boring (pengeboran) secara manual disamping pekerja gali
urug biasa. Semua pemasangan pipa dan accessories dan bangunan pelengkap termasuk
dalam pekerjaan. Ukuran-ukuran pokok dan pembagian-pembagian seluruhnya telah
dinyatakan dalam gambar pelaksanaan.
Tinggi Peil pada setiap unit pekerjaan yang memerlukan bowplank ditentukan terhadap tinggi
peil setempat yang disetujui oleh PPK.
2. Arah, ukuran dan letak/posisi galian parit-parit pipa harus sesuai dengan gambar-gambar
rencana. Untuk itu patok-patok (Signt Rails) yang kuat harus dipasang dan dipelihara oleh
Kontraktor yang setiap percobaan arah dan kelandaian atau dimana saja yang dianggap perlu
dengan jarak satu dengan lainnya setiap 200 m disesuaiakan dengan kondisi tanah yang ada.
Pada setiap patok-patok (Rails) harus diberi tanda diameter dan kedalaman penggalian yang
harus dipakai sebagai patokan. Untuk mengurangi resiko kerusakan, penggalian parit-parit
dekat instalasi yang telah ada harus dikerjakan dengan tangan. Dalam hal pada parit terdapat
pasangan batu, bongkah-bongkah atau rintangan lain, maka Kontraktor harus menggali
rintangan tersebut sampai 20 cm dibawah dasar parit serta disetiap sisi pipa dan
perlengkapannya, kemudian mengisi kembali dengan pasir dan memadatkannya sampai
ketinggian yang telah ditentukan.
Penggalian pitdenganukuran 6 x 2 mdankedalamandisesuaikan dengankedalamanpipa.
Untuk mencegahkelongsoran, biasadipasangturapbaja/plat atau papankayuyangdiperkuat
dengan shoringI-beam/kanalU.Lantaikerjadipasangplat bordes.
Lebar galian harus cukup untuk dapat meletakkan pipa dan menyambungkannya dengan
baik, dan timbunan harus ditempatkan dan dimanfaatkan seperti yang diisyaratkan.
Galian/pit harus dibuat dengan lebar ekstra bila diperlukan, seperti untuk memasukkan
penyangga-penyangga, penguatan-penguatan galian dan peralatan-peralatan pipa. Ruang
penyambungan harus dibuat pada setiap sambungan, agar sambungan dapat dikerjakan
dengan baik.
3. Bilamana perlu Kontraktor harus memperkuat dinding parit-parit untuk mencegah kelongsoran
tanah diluar galian dan yang akan merusak bangunan didekatnya. Harga kontrak dianggap
telah mencakup biaya untuk keperluan tersebut.
4. Dimana penggalian-penggalian parit/pit dilaksanakan berdekatan atau melewati saluran
buangan, pipa-pipa, kabel-kabel dan lain sebagainya maka Kontraktor bilamana perlu harus
mempergunakan penguat sementara atau gantungan, sedangkan dalam hal saluran-saluran
buangan, pipa-pipa, kabel-kabel dan lain sebagainya. Tergantung untuk sementara waktu,
harus diganti/diperbaiki, seperti semula.
Sedangkan untuk pengeboran HDD sedapat mungkin harus terbebas dari utilitas-utilitas yang
ada, bila tidak memungkinkan dengan persetujuan Direksi atau pemberi Tugas posisi
pengeboran berada dibawah autilitas yang ada berdasarkan posisi utilitas hasil uji Georadar.

5. Pengeboran Pipa system HDD (Horizontal Directional Drilling)


a. Pit Hole
Melakukan penegboran awal untuk memberikan mata bor dan kepala bor ke permukaan
titik keluar tertentu. Kontraktor harus memulai kepala bor pada posisi miring, kemudian
jalur bor secara bertahap di bawa ke posisi horizontal, diikuti oleh tekukan lain sebelum
mengarah ke titik keluar yang ditunjukan.
b. Pre-Reaming
Selanjutnya Kontraktor harus melakukan pembesaran lubang mata bor sesuai dengan
diameter pipa yang akan dilewatkan misalkan pipa yang akan dipasang adalah diameter
500 mm, maka sebaiknya diameter lubang sebesar 600 mm, hal ini untuk memudahkan
dalam pemasangan pipa.
c. Pull Back
Tahap akhir dari pekerjaan pengeboran adalah Pull Back, Kontraktor harus memulai
operasi pull back setelah lubang bor selesai dan diperbesar dengan diameter yang
diperlukan sesuai dengan ukuran diameter pipa yang akan dipasang. Pada proses ini
Kontraktor harus teliti dan berhati-hati karena proses ini adalah proses yang paling kritis
dalam pemasangan pipa sistem HDD.
d. Selama proses pengeboran, operator selalu memonitor dengan bantuan asisten dan
helper yang mengawasi proses pemboran. Air dalam bak sirkulasi jug aperlu dikuras dan
diganti bila material hasil pengeboran sudah memenuhi bak.
e. Setelah lubang bor menembus hingga ujung mata bor terlihat pada lubang pit kedua,
dilakukan penarikan kembali rod/stangbor dengan tetap rod/stangbor berputar dan mata
bor terpasang seling atau tali penarik pipa.
6. Galian harus dibuat sampai kedalaman yang ditentukan untuk membuat dasar pipa yang
rata dan seragam pada tanah yang padat pada setiap tempat, diantara ruang
penyambungan.
7. Kontraktor harus membuat persiapan-persiapan sendiri untuk menampung sementara
bahan-bahan galian dan hasil pengeboran, yang diperlukan untuk menimbun kembali galian
parit-parit, termasuk pekerjaan-pekerjaan dua kali. Penimbunan sementara bahan-bahan
galian tidak boleh menggangu lalu lintas umum, kecuali kalau Direksi/Tenaga Ahli memberi
keputusan lain, bahan galian yang tidak diperlukan lagi atau tidak dapat digunakan sebagai
bahan timbunan atau keperluan lain di pekerjaan, menjadi milik Kontraktor yang
berkewajiban penuh atas pengangkutan dari lapangan ketempat pembuangan akhir. Setiap
bagian dari dasar galian yang dibuat tidak sesuai dengan yang diisyaratkan harus
mengganti dengan bahan yang disetujui, seperti yang diisyaratkan oleh Direksi/Tenaga Ahli.
8. Pipa yang sudah dipasang harus dicegah jangan sampai kemasukan segala macam jenis
kotoran umpamanya bekas puing-puing/ batu, alat-alat, bekas pakaian dan lain-lain kotoran
yang dapat mengganggu kebersihan dan kelancaran aliran air didalam pipa.
9. Setiap pipa yang sudah dimasukan kedalam galian harus langsung dipasang dan distel
sambungannya dan kemudian diurug dengan bahan-bahan yang disetujui Direksi
Lapangan/ Teknis serta dipadatkan dengan sempurna kecuali pengurugan pada tempat-
tempat sambungan pipa harus diperiksa terlebih dahulu dan disetujui oleh Direksi
Lapangan/ Teknis. Setelah diperiksa dan disetujui oleh Direksi Lapangan/ Teknis baru
diperbolehkan untuk diurug.
10. Semua ujung pipa yang terakhir yang pada saat pemasangannya berhenti, harus ditutup
sehingga kotoran maupun air buangan tidak masuk kedalam pipa. Cara-cara penutupan
pada ujung pipa tersebut harus disetujui oleh Direksi Lapangan/ Teknis.
11. Perubahan arah perletakan pipa (belokan/ tikungan) harus dilaksanakan dengan
penyambung bend/ elbow yang sesuai. Begitu pula untuk percabangan harus dengan tee
cross (sesuai dengan kebutuhan).
12. Membengkokkan atau merubah bentuk pipa dengan cara apapun tidak diperbolehkan
(secara mekanis maupun dengan cara pemanasan) tanpa persetujuan Direksi Lapangan/
Teknis.
13. Peil dari perletakan pipa serta dalamnya terhadap muka jalan/ tanah asal harus diperiksa
dengan teliti dan disaksikan dan mendapat persetujuan oleh Direksi Lapangan/ Teknis.
14. Pada waktu pemasangan pipa harus diperhatikan benar-benar mengenai kedudukan pipa
agar yang dipasang betul-betul lurus serta pada peil yang benar dan dasar pipa harus
terletak rata, tidak boleh ada benda keras yang memungkinkan rusaknya pipa dikemudian
hari.
15. Pada waktu pemasangan pipa, galian untuk perletakan pipa harus kering, tidak boleh ada
air sama sekali dan bagian dalam pipa harus bersih. Penyambungan pipa hanya dilakukan
dalam keadaan kering.
16. Semua pemasangan fitting penyambungan pipa seperti tee, elbow/bend dan sebagainya
harus diberi blok-blok penahan dari beton (beton K-175).
17. Setiap pekerjaan pemasangan pipa yang dihentikan pada waktu diluar jam-jam kerja, ujung-
ujung pipa yang terakhir harus ditutup rapat air untuk mencegah masuknya kotoran/benda-
benda asing/ air kotor kedalam pipa. Material yang digunakan untuk tutup ujung pipa
tersebut harus bersih dan bebas dari minyak/ oli, aspal atau bahan-bahan minyak pelumas
lainnya.
18. Semua ujung pipa yang terakhir dan tidak dilanjutkan lagi harus ditutup (didop/plug) dan
diberi beton penahan (beton K-175).
19. Setiap pekerjaan pemasangan pipa yang dihentikan pada waktu diluar jam-jam kerja, ujung-
ujung pipa yang terakhir harus ditutup rapat air untuk mencegah masuknya kotoran/benda-
benda asing/ air kotor kedalam pipa. Material yang digunakan untuk tutup ujung pipa
tersebut harus bersih dan bebas dari minyak/ oli, aspal atau bahan-bahan minyak pelumas
lainnya.
20. Semua ujung pipa yang terakhir dan tidak dilanjutkan lagi harus ditutup (didop/plug) dan
diberi beton penahan (beton K-175).
21. Penyedia jasa harus melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan pemasangan pipa sesuai
dengan dokumen pelelangan dan syarat-syarat yang tercantum dalam syarat-syarat teknis
pekerjaan ini.
a. Pemeriksaan Sebelum Pemasangan
- Semua pipa dan sambungan-sambungan harus diperiksa dengan teliti terhadap
retak-retak dan kerusakan-kerusakan lainnya ketika pipa berada di atas galian,
segera sebelum pemasangannya pada posisi terakhir.
- Ujung pipa harus diperiksa secara seksama karena bagian ini yang paling mudah
rusak pada waktu pengangkutan. Pipa atau peralatan yang rusak harus diletakkan
dekat galian untuk diperiksa oleh Direksi Lapangan/Teknis, yang akan menentukan
perbaikan atau dibuang.
b. Pembersihan Pipa
- Semua kotoran, gumpalan dan bahan lain yang tak berguna harus disingkirkan dari
”bell”, ujung spigot setiap pipa dan bagian luar ujung spigot, dan sebelum pipa
dipasang bagian dalam ”bell” harus diseka sampai bersih, kering dan bebas dari
lemak.
- Semua bagian dalam semua pipa yang terpasang, valve dan fitting yang telah
terpasang harus dijaga agar tetap bersih dan bebas dari benda asing dan kotoran.
Tindakan pencegahan harus berupa pengguna kain pembersih selama
pemasangan dan penyumbatan kedap air semua bukaan/ celah di setiap akhir
pekerjaan setiap hari.
- Seluruh kotoran dan sisa lapisan (coating) harus dihilangkan dari akhiranakhiran
bell dan spigot. Tiap pipa, bagian luar, akhiran spigot dan bagian dalam dari bell
harus dibersihkan, kering dan bebas dari lemak dan minyak sebelum pipa dipasang.
c. Penurunan Pipa Kedalam Galian
- Peralatan seperti Crane 20-30 ton digunakan untuk memindahkan pipa dari truk.
- Semua pipa, ”Fitting, dan Valve” harus diturunkan kedalam galian satu persatu
dengan menggunakan tripod/tackle, handle crane & hoist atau dengan perkakas
atau peralatan lainnya yang sesuai, sedemikian rupa untuk mencegah kerusakan
pada bahan tersebut maupun lapisan pelindung luar dan dalamnya.
- Bahan tersebut dengan alasan apapun tidak boleh dijatuhkan atau dilemparkan
kedalam galian.
- Jika terjadi kerusakan pada pipa, fitting, valve, atau perlengkapan lain dalam
penanganannya, kerusakan tersebut harus segera diberitahukan kepada Direksi
Lapangan/Teknis. Direksi Lapangan/Teknis akan menetapkan perbaikan atau
penolakan bahan yang rusak tersebut.
- Pipa PE diameter kecil diproduksi dalam bentuk roll. Penurunan kedalam galiannya
dapat dengan 2 cara : baik dilepas dulu dari gulungannya baru diturunkan atau
diturunkan dulu kedalam galian dalam bentuk roll baru dilepas. Pipa PE diameter
besar diproduksi dalam bentuk batang.
- Semua pipa, ”Fitting” dan ”Valve” harus diturunkan kedalam galian satu persatu,
dengan menggunakan derek, tali/tambang, atau dengan perkakas atau peralatan
lainnya yang sesuai sedemikian rupa untuk mencegah kerusakan pada bahan
tersebut maupun lapisan pelindung luar dan dalamnnya. Bahan tersebut dengan
alasan apapun tidak boleh dijatuhkan atau dilemparkan ke dalam galian.

d. Pemotongan Pipa
- Pemotongan pipa diusahakan seminimum mungkin. Bila perlu pemotongan harus
dilakukan tegak lurus terhadap sumbu pipa dan rata. Pemotongan harus dilakukan
dengan peralatan yang sesuai dengan rekomendasi pabrik.
- Ujung potongan dan tepian yang kasar harus diperhalus dan dipotong dengan alat
yang khusus dibuat untuk keperluan tersebut. Ujung potongan serong harus sama
degnan yang dibuat dipabrik.
- Perkakas bagi keperluan pemotongan pipa dan membuat ujung potongan serong
harus sesuai denga rekomendasi pabrik. Tanda kedalaman (garis melingkar yang
jelas) harus dibuat diujung spigot pipa yang dipotong dilapangan untuk menandakan
kedalaman penetrasi spigot yang benar kedalam sambungan pipa.

e. Penyambungan Pipa
1. Persiapan alat kerja
• Kain majun untuk membersihkan bagian yang akan disambung setelah diserut
(facing).
• Alat-alat keselamatan kerja sepatu boat, helm, sarung tangan dan lain-lain.
Pada saat pekerjaan sebaiknya menggunakan baju lengan panjang.
2. Kontraktor harus memperhatikan jenis pipa atau fitting yang akan disambung, SDR
dan diameter luar pipa.
3. Semua mesin dan perlengkapannya dalam kondisi siap bekerja seperti: Kabel-
kabel, fungsi heater plate (pemanas), fungsi alat serut (facer/milling cutter), Oli
Hidrolik (untuk mesin yang menggunakan penggerak hidrolik.
4. Sumber daya listrik harus sesuai dengan kebutuhan mesin seperti yang tercantum
pada mesin seperti (kW, kVA).
Jenis penyambungan pipa yaitu :
• Sambungan sistem Butt Fusion
Pipa atau fitting yang akan disambung dipasang pada badan mesin butt fusion
pada posisi yang lurus searah posisi dudukan mesin.

Tentukan besarnya drag pressure dengan menjalankan bagian yang bergerak


pada badan mesin. Kontraktor herus menentukan besarnya tekanan yang
diperlukan untuk mengerakan mesin dengan beban pipa yang ada.
Kedua sisi pipa harus tegak lurus terhadap sumbu untuk memudahkan proses
penyerutan. Setelah kedua sisi tegak lurus terhadap sumbu, kedua sisi pipa
yang akan disambung harus dirapatkan sejajar pada satu sumbu. Toleransi
kesejajaran adalah 0,1 x tebal rata-rata.

Bila kedua sisi pipa tidak sejajar, maka dilakukan penyerutan untuk merapikan
kedua sisi. Besarnya tekanan saat penyerutan tidak melebihi 10 bar diatas
drag pressure.

Jika Proses penyerutan selesai dilakukan bersihkan sisa-sia seriutan material


yang menempel pada pemanas menggunakan bahan lunak. Jangan
membersihkan dengan menggunakan benda-benda tajam seperti pisau, cutter
atau obeng.

Sebelum dilakukan penyambungan atau pemanasan awal (preheating),


bersihkan bagian yang akan disambung dan sekitarnya dengan menggunakan
majun atau bahan lain dengan persetujuan direksi atau pemberi tugas dari sisa
air, debu, pasir, tanah, dan kotoran lainnya, termasuk sisa milling cutter/facer.
Penyambungan atau pemanasan pipa harus disesuaikan dengan parameter-
parameter penyambungan yang sudah ditentukan sperti penyambungan butt
fusion mengacu pada standar DVS 2207-1 (08/95)

Tabel Parameter Pengelasan Sistem But Fussion Pipa Ø. 500 mm.


OD
t Fase 1 Fase 2 T3 T4 Fase 3
PIPA
P5 P5
(mm) (˚C) P1 a P2 P2 (det) (det) (bar) (mnt)
500 200 28 3.0 4 296 13 16 28 36

• Fase 1 Pemanasan awal


Kedua sisi pipa yang akan dipanaskan dengan pemanas dan ditekan sebesar
P1, dan besarnya tekanan harus di tambah drag pressure, dengan suhu t.
Pemanasan dilakukan hingga muncul bead a.
• Bila tebal/tinggi bead (bibir) sudah tercapai penyambungan memasuki fase 2,
tekanan harus diturunkan menjadi p2 selama waktu t2.
• Jika bead sudah terbentuk keluarkan pemanas dan rapatkan kedua sisi yang
akan disambung dengan tekanan. Pastikan tidak terjadi sambungan dingin
(cooled joint) dimana suhu kedua sisi turun diluar toleransi, maka waktu
pemindahan pemanas hingga kedua sisi yang disambung bertemu T3. Proses
cange over harus dilakukan secepat mungkin.
• Pada saat proses pengelasan (dwell) kedua ujung pipa dirapatkan dan ditekan
sehingga penyambungan akan memasuki fase 3 pendinginan. Waktu proses
ini sebesar T4.
• Proses pendinginan pipa pada fase 3 (cooling), besarnya tekanan berada pada
P5 dan waktu yang dibutuhkan pada fase ini adalah T5.
Sebelum membuka insert clamp terlebih dahulu tekanan dibuang atau di nol
kan.
• Daerah penyambungan harus selalu terlindungi dari kondisi udara yang tidak
kondusif seperti lembab, terlalu panas dan dingin, angina kencang atau
tekanan matahari langsung.
• Daerah pengelasan tidak boleh mengalami bending stress, lekukan atau
sejenisnya.
• Setiap mesin merekomendasikan prosedur dan standar masing-masing
sedapat mungkin mengikuti rekomendasinya.
• Peralatan yang harus disediakan unutk penyambungan ini adalah:
✓ Generator, digunakan untuk memberikan daya listrik kepada plat pemanas,
pemotong dan pompa hidrolik.
✓ Mesin butt fusion dilengkapi dengan pengencang pipa, pemotong ,plat
pemanas, pompa hidrolik dan plat pengatur waktu.
✓ Roda penyangga pipa.
✓ Tenda pengelasan.
✓ Alat pembersih, katun atau handuk, kertas (tissue).
✓ Alat ukur sambungan.
✓ Thermometer digital untuk memeriksa suhu plat pemanas.
✓ Pipa dan penutupnya.
✓ Papan landasan.
✓ Pemotong pipa.
✓ Thermometer temperatur udara.
✓ Spidol,
✓ Alat ukur waktu, Materan.
• Sebelum dimulai pengelasan, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
✓ Adanya bahan bakar yang cukup digenerator dan dalam keandalan benar-
benar berfungsi sebelum dihubungkan kemesin.
✓ Pemakaian generator harus disesuaikan dengan kapasitas mesin welding.
✓ Perlengkapan mesin dan pompa hidrolik berfungsi dengan baik
✓ Heatplate (plat pemanas) dalam keadaan bersih dan lakukan pembersihan
apabila sebelumnya sudah digunakan.
✓ Siapkan tenda untuk memberikan perlindungan selama pekerjaan
dilakukan.
✓ Perlengkapan mesin harus lengkap dan tidak rusak.
✓ Plat pemanas harus pada temperatur yang benar (sambungan plat pada
sumber listrik dan dibiarkan selama 20 menit pada kondisi temperatur yang
disarankan.
• Prosedur Penyambungan.
✓ Tempatkan pipa pada (clamp) penjepit dimana ujung pipa berhadapan
dengan pemotong dalam posisi lurus.
✓ Luruskan dan ratakan posisi seluruh komponen dengan roller.
✓ Kencangkan clamp (penjepit) untuk memegang dan membulatkankembali
pipa.
✓ Tentukan besarnya drag pressure dengan menjalankan bagian yang
bergerak pada badan mesin. Kontraktor herus menentukan besarnya
tekanan yang diperlukan untuk mengerakan mesin dengan beban pipa
yang ada.
✓ Kedua sisi pipa harus tegak lurus terhadap sumbu untuk memudahkan
proses penyerutan. Setelah kedua sisi tegak lurus terhadap sumbu, kedua
sisi pipa yang akan disambung harus dirapatkan sejajar pada satu sumbu.
Toleransi kesejajaran adalah 0,1 x tebal rata-rata.
✓ Bila kedua sisi pipa tidak sejajar, maka dilakukan penyerutan untuk
merapikan kedua sisi. Besarnya tekanan saat penyerutan tidak melebihi 10
bar diatas drag pressure.
✓ Jika Proses penyerutan selesai dilakukan bersihkan sisa-sia seriutan
material yang menempel pada pemanas menggunakan bahan lunak.
Jangan membersihkan dengan menggunakan benda-benda tajam seperti
pisau, cutter atau obeng.
✓ Sebelum dilakukan penyambungan atau pemanasan awal (preheating),
bersihkan bagian yang akan disambung dan sekitarnya dengan
menggunakan majun atau bahan lain dengan persetujuan direksi atau
pemberi tugas dari sisa air, debu, pasir, tanah, dan kotoran lainnya,
termasuk sisa milling cutter/facer.
Penyambungan atau pemanasan pipa harus disesuaikan dengan
parameter-parameter penyambungan yang sudah ditentukan sperti
penyambungan butt fusion mengacu pada standar DVS 2207-1 (08/95)
Tabel Parameter Pengelasan Sistem But Fussion Pipa Ø. 500 mm.
OD
t Fase 1 Fase 2 T3 T4 Fase 3
PIPA
P5 P5
(mm) (˚C) P1 a P2 P2 (det) (det) (bar) (mnt)
500 200 28 3.0 4 296 13 16 28 36

• Fase 1 Pemanasan awal


Kedua sisi pipa yang akan dipanaskan dengan pemanas dan ditekan
sebesar P1, dan besarnya tekanan harus di tambah drag pressure,
dengan suhu t. Pemanasan dilakukan hingga muncul bead a.
• Bila tebal/tinggi bead (bibir) sudah tercapai penyambungan memasuki
fase 2, tekanan harus diturunkan menjadi p2 selama waktu t2.
• Jika bead sudah terbentuk keluarkan pemanas dan rapatkan kedua sisi
yang akan disambung dengan tekanan. Pastikan tidak terjadi
sambungan dingin (cooled joint) dimana suhu kedua sisi turun diluar
toleransi, maka waktu pemindahan pemanas hingga kedua sisi yang
disambung bertemu T3. Proses cange over harus dilakukan secepat
mungkin.
• Pada saat proses pengelasan (dwell) kedua ujung pipa dirapatkan dan
ditekan sehingga penyambungan akan memasuki fase 3 pendinginan.
Waktu proses ini sebesar T4.
• Proses pendinginan pipa pada fase 3 (cooling), besarnya tekanan
berada pada P5 dan waktu yang dibutuhkan pada fase ini adalah T5.
Sebelum membuka insert clamp terlebih dahulu tekanan dibuang atau
di nol kan.
• Daerah penyambungan harus selalu terlindungi dari kondisi udara
yang tidak kondusif seperti lembab, terlalu panas dan dingin, angina
kencang atau tekanan matahari langsung.
• Daerah pengelasan tidak boleh mengalami bending stress, lekukan
atau sejenisnya.
• Setiap mesin merekomendasikan prosedur dan standar masing-
masing sedapat mungkin mengikuti rekomendasinya.

✓ Tutup ujung pipa yang terbuka untuk mencegah pendinginan plat oleh
masuknya udara kebagian dalm pipa.
✓ Nyalakan alat pemotong dan geserkan klem pipa perlahan sehingga ujung
pipa tepat berhadapan dengannya sampai terjadinya pemotongan
permukaan pipa yang kontinyu.Jaga alat pemotong tetap nyala sementara
klem (penjepit) dibuka untuk menghindari permukaan yang tidak rata.
✓ Angkat alat pemotong perlahan dan hindarkan persinggungan dengan
permukaan pipa.
✓ Bersihkan sisa potongan dari mesin dan pipa.
✓ Periksa bahwa kedua permukaan sudah rata, jika tidak, ulangi proses
pemotongan.
✓ Dekatkan kedua pipa dan periksa tidak adanya celah antara permukaan
potongan.
✓ Buka kemudian tutup clamp dan perhatikan tekanan tarik yang
dibutuhkan untuk menggerakan pipa bersama-sama secara hidrolik.
✓ Pindahkan lempengan panas dari tempat pelindungnya. Periksa bahwa
plat tersebut bersih dan baik suhunya.
✓ Tempatkan plat pemanas pada mesin dan tutup clamp supaya bagian
permukaan yang akan disambung menyentuh lempengan. Gunakan
sistem hidrolik dengan menggunakan tekanan yang ditentukan
sebelumnya.
✓ Jaga tekanan yang dipakai sampai pipa mulai meleleh dan lelehannya
merata 1-6 mm terbentuk tiap ujungnya.
✓ Setelah lelehan awal muncul, tekananan sistem hidrolik harus dilepas
supaya pencatat tekanan tercatat nol dan tekanan tarik sedemikian sampai
pertumbuhan lelehan terkontrol selama waktu pemanasan.
✓ Periksa bahwa pipa tidak bergeser posisinya di clamp dan ujung pipa harus
terus dijaga agar tetap kontak dengan plat pemanasan.
✓ Setelah pemanasan selesai, buka clamp dan pindahkan pemanas pastikan
bahwa tidak menyentuh permukaan yang meleleh.
✓ Segera tutup clamp (mengacu kepada perhitungan-perhitungan yang ada)
dan ratakan permukaan yang sudah meleleh bersama pada tekanan yang
sudah ditentukan sebelumnya.
✓ Jaga tekanan yang dibutuhkan untuk waktu pendinginan minimal sesuai
yang diindikasikan pada table.
✓ Setelah itu pipa yang sambung bisa dipindahkan dari mesin tapi tidak boleh
dipindahkan untuk periode berikutnya sama pada waktu pendinginan
diatas.
✓ Periksa sambungan untuk kebersihan dan keseragaman dan cek bahwa
lelehan sesuai dengan batasan yang ditentukan. Data semua sambungan
dengan mengisi Butt Welding QA Sheet.
f. Socket Welding
• Pipa yang dipasang untuk sambungan jenis ini umumnya mempunyai diameter
20 mm -125 mm
• Pipa dipotong tegak lurus sumbunya;
- Permukaan luar pipa dan bagian dalam socket harus dibersihkan dengan
cairan pembersih khusus;
- Jepit bagian ujung pipa yang sebelumnya telah diukur dengan mal yang
sudah ditetapkan;
- Masukkan ujung pipa dalam socket pemanas dan socket sambungan ke
dalam spigot pemanas untuk beberapa detik;
- Keluarkan alat pemanas dan bagian pipa harus segera dimasukkan ke
dalam socket sambungan;
- Biarkan beberapa saat sampai dingin
g. Electro welding
• Pipa yang dipasang untuk sambungan jenis ini umumnya mempunyai diameter
20 mm -125 mm.
• Las las otomatis dari fitting PE yang sudah ada kumparan pemanasnya.
• Cairan pembersih serta peralatan penyambungan harus disediakan.
• Kontrol box khusus dengan tegangan yang harus sama dengan tegangan dari
spesifikasi sambungan yang ditetapkan oleh produsen sambungan harus
sudah disediakan.
• Mula-mula kedua permukaan yang akan disambung harus dibersihkan dengan
cairan pembersih.
• Sambung pipa dengan sambungan yang akan dilas;
• Kemudian kabel dari Kontrol box disambung ke dalam sambungan yang
tersedia.
• Hidupkan Kontrol box dan secara otomatis akan berhenti sendiri bila proses
penyambungan selesai;
• Sebagai kontrol material dari dalam akan ke luar dari lubang indikator pada
sambungan.
h. Fitting
Semua jenis fitting dipasang sesuai dengan fungsi dan jenisnya seperti yang
tercantum dalam Bill of Quantity dan gambar,sesuai dengan jenis pipanya.
i. Thrust Blok
• Thrust block berfungsi untuk meningkatkan kemampuan fitting dan aksesoris
dalam menahan pergerakan dan terbuat dari beton fc 20 MPa (≈ 200 kg/cm2)
dan diletakkan langsung pada tanah stabil dengan pondasi agregat dengan
ketebalan minimum 200 mm.
• Bila daya dukung tanah pada lokasi blok penahan tidak sesuai dengan
rencana, maka perkuatan daya dukung dilakukan dengan menggunakan
cerucuk bambu atau dengan cara lain yang disetujui Direksi Lapangan/ Teknis.
• Bila terjadi celah antara dinding tanah galian dan lengkung luar dinding blok
penahan sebagai akibat penggalian yang melampaui ukuran yang ditetapkan,
maka celah tersebut harus diisi dengan kerikil yang dipadatkan dengan merata.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam butt fusion pada pipa HDPE
meliputi:
- Menyambung pipa dengan diameter dan tebal pipa yang sama.
- Peralatan harus dalam keadan bersih dan juga ujung pipa yang akan
disambung tidak boleh tersentuh benda asing dan juga sisa potongan
tidak boleh tertinggal dalam pipa.
- Menggunakan mesin mesin/peralatan untuk butt fusion yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat pipa, dalam hal ini pabrik yang
mensuplai pipa HDPE harus menyediakan peralat butt fusion secara
lengkap termasuk operatornya yang berpengalaman dalam butt fusion pipa
HDPE.
- Ikuti prosedur pemasangan pipa HDPE dan tidak diperkenankan
memindahkan pipa yang telah disambung sebelum waktu pendinginan
selesai.
- Parameter butt fusion HDPE – PE 100 yang digunaka yaitu: temperature
plat 220 s/d 235 derajat Celsius, tekanan mesin hydrolik 175 kpa, waktu
pendinginan setelah pengelasan selesai yaitu untuk tebal pipa kurang
dari 15 mm,maka waktu pendinginan (dalam menit) dihitung berdasarkan
formula 10 +0,5 x T dan untuk tebal dinding pipa lebih besar /sama
dengani 15 mm maka waktu pendinginan( dlm menit ) dihitung berdasarkan
formula 1,5 x T, dimana Tadalah tebal dinding rata rata pipa dlm mm.
- Waktu pendinginan perlu ditambah 1 menit tiap kenaikan temperatur udara
ambient 1 derajat Celsius dimulai dari temperature udara ambient 25
derajat Celsius.

PASAL -2. PEMASANGAN PIPA GALVANIS

1. Pipa baja harus dibuat dari pelat atau lembaran baja dan sambungannya menggunakan
pengelasan tumpul (arc-welded) atau pengelasan listrik, dikerjakan di pabrik, dites dan
dibersihkan.
2. Mutu pelat-pelat baja
Lembaran atau pelat-pelat baja harus mempunyai batas keruntuhan minimum tidak
kurang dari 226 N/mmz (2300kg/cm² ).
3. Penyedia jasa harus melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan pemasangan pipa
sesuai dengan dokumen pelelangan dan syarat-syarat yang tercantum dalam syarat-
syarat teknis pekerjaan ini.
a. Pemeriksaan Sebelum Pemasangan
- Semua pipa dan sambungan-sambungan harus diperiksa dengan teliti
terhadap retak-retak dan kerusakan-kerusakan lainnya ketika pipa berada di
atas galian, segera sebelum pemasangannya pada posisi terakhir.
- Ujung pipa harus diperiksa secara seksama karena bagian ini yang paling
mudah rusak pada waktu pengangkutan. Pipa atau peralatan yang rusak harus
diletakkan dekat galian untuk diperiksa oleh Direksi Lapangan/Teknis, yang
akan menentukan perbaikan atau dibuang.
b. Pembersihan Pipa
- Semua lepuhan, gumpalan dan bahan lain yang tak berguna harus disingkirkan
dari spigot setiap pipa dan bagian luar ujung spigot, dan sebelum pipa dipasang
bagian dalam harus diseka sampai bersih, kering dan bebas dari lemak.
- Semua bagian dalam semua pipa yang terpasang, valve dan fitting yang telah
terpasang harus dijaga agar tetap bersih dan bebas dari benda asing dan
kotoran.
Tindakan pencegahan harus berupa pengguna kain pembersih selama
pemasangan dan penyumbatan kedap air semua bukaan/celah di setiap akhir
pekerjaan setiap hari.
c. Penurunan Pipa Kedalam Galian
- Peralatan seperti Crane 20-30 ton digunakan untuk memindahkan pipa dari
truk.
- Semua pipa, ”Fitting, dan Valve” harus diturunkan kedalam galian satu persatu
dengan menggunakan tripod/tackle, handle crane & hoist atau dengan
perkakas atau peralatan lainnya yang sesuai, sedemikian rupa untuk
mencegah kerusakan pada bahan tersebut maupun lapisan pelindung luar dan
dalamnya.
- Bahan tersebut sama sekali tidak diperkenankan dijatuhkan atau dilemparkan
kedalam galian.
- Bahan tersebut dengan alasan apapun tidak boleh dijatuhkan atau dilemparkan
kedalam galian.
- Jika terjadi kerusakan pada pipa, fitting, valve, atau perlengkapan lain dalam
penanganannya, kerusakan tersebut harus segera diberitahukan kepada
Direksi Lapangan/Teknis. Direksi Lapangan/Teknis harus menetapkan
perbaikan atau penolakan bahan yang rusak tersebut.
d. Pemotongan Pipa
- Pemotongan pipa untuk menyisipkan ”Tee”, ”Bend” atau ”Valve” atau tujuan
lainnya, harus dilakukan dengan mesin potong yang sesuai dengan cara yang
rapih dan baik, tanpa menyebabkan kerusakan pada pipa maupun lapisan
pelindung dalamnya dan menghasilkan ujung yang halus pada sudut yang
tepat terhadap sumbu pipa.
- Pemotongan pipa baja harus dikerjakan dengan mesin pemotong yang sesuai
menghasilkan potongan yang halus pada sudut yang benar atau sudut yang
diminta terhadap sumbu pipa.
- Pemotongan perlu dijaga agar jangan sampai merusak lapisan pelindung luar
maupun lapisan pelindung pipa dalam. Ujung potongan pipa yang dipotong
tersebut, harus dipotong serong (Beveled) dengan ukuran yang sama
sebagaimana yang ditentukan dalam spesifikasi.
- Tidak boleh ada ”fitting” seperti ”Bend”, ”Tee”, dan ”flange dan spigot” dipotong
untuk pekerjaan pemasangan pipa, sejauh tidak ada instruksi tertulis yang
diberikan kepada penyedia barang/jasa dari Direksi Lapangan/Teknis.

4. Pemasangan Pipa
a. Harus dijaga agar bahan-bahan lain tidak masuk ke dalam pipa ketika pipa
diletakkan. Selama pekerjaan berlangsung tidak boleh ada bahan-bahan,
peralatan, pakaian atau barang-barang lain yang diletakkan di dalam pipa.
b. Pada waktu peralatan pipa dalam galian, letak akhiran spigot harus tepat dengan
bell dan dipasang dengan sudut yang benar. Pipa harus terletak dengan betul dan
timbunan harus dipadatkan kecuali pada bagian bell. Harus dijaga agar kotoran
tidak masuk ke dalam ruang antara sambungan.
c. Jika pasangan pipa berhenti pada suatu saat, ujung pipa harus ditutup dengan
bahan yang disetujui oleh Direksi Lapangan/Teknis.
5. Jenis dan Macam Sambungan.
Penyambungan pipa baja dan aksesoris untuk sambungan secara mekanis
dilaksanakan sesuai dengan SNI 19-6782-2002, dan penyambungan dengan cara
sambungan las dilaksanakan sesuai dengan SNI 03-6405-2000;
a. Flange
• Sebelum dipasang flange pipa dibersihkan permukaannya, kemudian dipasang
dan dibaut dengan putaran secukupnya.
• Sebelum pekerjaan pembautan, semua baut dan mur harus diberi gemuk
dengan sempurna.
• Baut-baut harus dikunci dengan kunci-kunci khusus sehingga dapat menjamin
Baut-baut harus dikunci dengan kunci-kunci khusus sehingga dapat menjamin
kesamarataan baut-baut pipa dengan kedudukan flens pipa, sehingga terdapat
tekanan yang sama pada seluruh permukaan dari flens
b. Pengelasan
• Sebelum pengerjaan pengelasan, permukaan alur harus dibersihkan dari debu,
tanah dan karat dengan menyikat dan mengasah (grinding).
• Bilaa pipa akan dipotong di lapangan, lapisan pelindung dalam maupun lapisan
pelindung luar pada kedua ujung pipa, harus dikupas minimum 10 cm,
kemudian ujung pipa dibuat alur sebagaimana yang ditentukan.
• Fitting tidak boleh dipotong di lapangan.
• Alas pengelasan dan kecepatan harus dijaga selama pekerjaan pengelasan,
harus terus menerus (berlanjut) dari bagian dasar ke bagian atas pinggiran
pipa.
• Bila pengelasan dilakukan di lapangan, Penyedia barang/ jasa harus
memperhatikan keadaan cuaca seperti hujan, temperatur, kelembaban dan
angin.
• Pekerjaan tidak boleh dilakukan dalam kondisi hujan tanpa perlindungan atau
persetujuan dari Direksi Lapangan/ Teknis.
• Permukaan hasil pengelasan harus seragam tanpa ada sempalan yang
berlebihan, tumpang tindih dan ketidak rataan
• Pengelasan pipa baja di lapangan harus disesuai dengan persyaratan yang
ditentukan berikut ini. Hal-hal yang tidak dijelaskan dalam spesifikasi ini,
mengacu pada standar ataupun pedoman (code) berikut ini.
✓ Codes of Japanese Waterworks Steel Pipes Manufactures Association
(WSP)
✓ Codes of Welding Engineering Standard (WES), Japan
• Bila pengelasan dilakukan dalam galian, galian harus dilebarkan dan dibuat
lebih dalam agar memungkinkan pengelasan sebagaimana diminta.
• Pengelasan yang diminta oleh pengguna barang/ jasa harus diuji dengan cara
pengujian hasi pengelasan yang umum dipakai.
• Untuk jembatan pipa, harus diuji sepanjang seluruh pinggiran setiap
sambungan, dengan cara pengujian radiografi kecuali ditentukan lain.
• Penyambungan dengan pengelasan harus dilakukan baik dengan sambungan
dengan las tumpul tunggal (singgle-welded butt joint) atau las-tumpul ganda
(double-welded butt joint) sesuai yang ditentukan.
• Penyedia Jasa harus memasukkan pengalaman dan kualifikasi juru las yang
diusulkan untuk persetujuan pengguna barang/ jasa atau konsultan pengawas.
• Juru las tersebut harus memiliki pengalaman dan kualifikasi yang cukup bagi
pekerjaan pengelasan, dan memegang sertifikat atau ijazah yang dikeluarkan
oleh badan berwenang.
• Batang las harus sesuai persyaratan yang ditentukan dalam JIS Z 3211 dan
3212 atau yang memiliki kuat tarik yang setara atau lebih baik dari logam dasar
bahan pipa.
• Batang las yang menyerap lengas (moisture) tidak boleh digunakan dan tingkat
lengas harus lebih kecil dari 2,5 % untuk batang yang diiluminasi (illuminated
rod) dan 0,5 % untuk batang yang hydrogennya rendah (low hydrogenous rod).
• Mesin las, harus mesin pengelasan busur nyala (Arc Welding Machine) dengan
arus AC atau pengelasan busur nyala DC, sebagaimana yang ditentukan
dalamJIS C 9301 atau pada standar yang lain yang ditentukan oleh pengguna
barang/jasa atau konsultan pengawas.
• Ujung pipa seluruhnya harus mempunyai alur menyudut/ serong (bewel) yang
sesuai sebelum pengelasan. Kecuali ditentukan lain atau disetujui oleh
pengguna barang/ jasa atau konsultan pengawas, alur tersebut harus dibuat
pada bagian permukaan luar (exterior) untuk pipa dengan diameter 700 mm
dan yang lebih kecil dan pada permukaan dalam (interior) untuk pipa dengan
diameter 800 mm dan yang lebih besar.
c. Fitting
Semua jenis fitting dipasang sesuai dengan fungsi dan jenisnya seperti yang
tercantum dalam Bill of Quantity dan gambar,sesuai dengan jenis pipanya.
d. Thrust Blok
• Thrust block berfungsi untuk meningkatkan kemampuan fitting dan aksesoris
dalam menahan pergerakan dan terbuat dari beton fc = 20 MPa (≈ 200
kg/bcm2) dan diletakkan langsung pada tanah stabil dengan pondasi agregat
dengan ketebalan minimum 200 mm.
• Bila daya dukung tanah pada lokasi blok penahan tidak sesuai dengan
rencana, maka perkuatan daya dukung dilakukan dengan menggunakan
cerucuk bambu atau dengan cara lain yang disetujui Direksi Lapangan/ Teknis.
• Bila terjadi celah antara dinding tanah galian dan lengkung luar dinding blok
penahan sebagai akibat penggalian yang melampaui ukuran yang ditetapkan,
maka celah tersebut harus diisi dengan kerikil yang dipadatkan dengan merata.

e. Penyambungan Pipa pada Jaringan Pipa Lama

Perincian mengenai penyambungan-penyambungan yang harus dikerjakan,


tertera pada gambar-gambar, untuk memperpendek gangguan pada pengadaan
air, maka Kontraktor harus menyelesaikan penyambungan secepat mungkin.
Kontraktor harus memberitahu Direksi/Tenaga Ahli mengenai maksudnya, untuk
mengerjakan penyambungan dan harus membuat rencana kerja, termasuk
jadwal waktu, bahan-bahan perlengkapan dan tenaga kerja, paling lambat 3
hari sebelumnya. Bilamana menurut pandangan Direksi Persiapan Pekerjaan
oleh Kontraktor tidak mencukupi, maka Direksi/Tenaga Ahli tidak akan
mengizinkan pekerjaan itu dimulai.

Kontraktor harus menyediakan perlengkapan-perlengkapan untuk


memperoleh penyambungan-penyambungan yang layak ke pipa-pipa yang
telah ada, biaya ini dianggap sudah termasuk dalam harga Kontrak.

Gangguan pelayanan untuk pekerjaan sambungan dari pipa baru ke pipa


yang telah ada, harus dikerjakan sedemikian rupa, sehingga tidak banyak
mengganggu langganan dan tidak terlalu lama menghentikan aliran. Daerah
yang terganggu diusahakan sekecil mungkin. Tidak ada stupun katup (valve)
yang dari sistem yang telah ada, yang diubah-ubah oleh Kontraktor untuk
tujuan apapun juga. PAM setempat akan mengatur semua valve jika diperlukan.
Apabila diperlukan, penyambungan dapat dilakukan tanpa menghentikan
aliran pipa lama dengan menggunakan clamp saddle beserta katup,
kemudian dibor dengan lapping bor khusus.

Perlengkapan Sambungan dan Alat-alat Pengatur


Pemasangan katup-katup, perlengkapan-perlengkapan sambungan dan
sebagainya harus mendapatkan pengawasan dan perhatian yang sama
terhadap kebersihan, penopang-penopang dan sambungan seperti tersebut
diatas mengenai perpipaan. Katup- katup masuk bawah tanah yang terbuat
dari besi yang dapat ditempa, harus cocok terhadap pipa-pipa pada posisi
mendatar, sedangkan porosnya ditempatkan secara tegak lurus, kecuali
bila arah pipa tidak mendatar. Setelah diadakan penyetelan, kerusakan pada
lapisan pelindung harus diperbaiki.

Katup-katup harus tersedia lengkap dengan susunan katup, yang terdiri dari
poros, pembungkus, dan kotak luar. Mur dari katup harus dapat dioperasikan
dengan mudah melalui lubang pembukaan atau lubang kontrol.

Pemasangan Pipa di dalam Tanah


Pipa-pipa harus dipasang dengan lurus dan pada kedalaman yang tepat,
sesuai dengan gambar rencana. Dasar parit harus dibentuk sedemikian
rupa agar memberi penopangan keliling yang merata dan kuat bagi bagian
bawah dari setiap pipa. Pipa-pipa tidak boleh dipasang bila menurut
anggapan Direksi/Tenaga Ahli keadaan parit tidak memenuhi syarat.

Tiap-tiap pipa harus dipasang dengan tepat menurut garis dan derajat dan
sedemikian rupa, sehingga dengan pipa yang berbatasan merupakan suatu
sambungan konsentris yang tertutup dan tidak merupakan ketidak lurusan
mendadak terhadap garis jalur.

Kontraktor harus menyediakan fasilitas-fasilitas yang memadai dan layak


untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.
Semua pipa dan alat bantu harus diperiksa dengan teliti untuk mengetahui bila
ada keretakan sesaat sebelum dipasang pada posisi akhir. Semua pipa, alat
bantu dan katup harus diturunkan kedalam saluran secara hati-hati, batang
demi batang, dengan memakai derek, tambang atau peralatan lain yang
sesuai, sedemikian sehingga tidak timbul kerusakan pada cat atau lapisan
pelindung. Material sama sekali tidak boleh dijatuhkan atau dihempaskan
kedalam saluran.

Jika terjadi kerusakan pada pipa, alat bantu, katup atau aksesoris lain pada
pemasangan, maka tenaga ahli harus segera diberi tahu. Tenaga ahli harus
menentukan perbaikan yang diperlukan atau menolak bagian yang rusak.

Bila pipa diangkat/diturunkan dengan mempergunakan suatu katrol/derek,


maka bagian jerat baja yang melingkari pipa harus terbungkus (dengan karet
dan sebagainya).

Pemasangan pipa harus menurut penggalian saluran. Kontraktor tidak boleh


membiarkan saluran yang sudah digali tetap terbuka untuk jangka waktu lama
ketika menunggu pengujiaan pipa. Kontraktor harus mengambil tindakan-
tindakan pencegahan agar pipa tidak terapung pada lokasi dimana saluran
yang sudah digali dan masih terbuka digenangi air, pencegahan ini dapat
meliputi pengurugan sebagian saluran dengan sambungan-sambungan pipa
tetap terbuka sambil menunggu pengujian tekanan hidrolis.

Kontraktor harus memperbaiki semua kerusakan yang timbul pada spesi


semen atau lapisan epoxy pada pipa baja dan besi kenyal akibat pemotongan
atau pengelasan.
Selanjutnya, Kontraktor harus mengisi kekosongan lapisan yang timbul
setelah penyambungan pipa. Lapisan spesi harus diperbaiki atau diisi
kembali dengan suatu adukan dari 4 semen : 3 Pasir : 2 kerikil atau adukan
pengisi.

Sesudah pengelasan pipa baja, permukaan luar (Selongsong/sleeve) dan


bagian-bagian pipa yang berdekatan harus diratakan dan dibungkus dengan
satu lapisan pita (inner Wrapp) dengan 55% tumpukan (Overlap) dan diakhiri
dengan satu lapis pita (outer wrapp), Overlap 55%, dengan tepi P.E dengan
yang hitam diatas atau dilapisi dengan coal tar enamel sesuai dengan
spesifikasi pipa yang disupply. Pembungkusan harus dikerjakan dalam kondisi
kering dan bersih dan bila diperlukan Kontraktor harus menyediakan
atap/Tudung.

Pipa-pipa besi kenyal harus dibungkus dengan lembar polyethylene atau


coal tar enamel. Lembar tersebut harus dipotong hingga panjangnya ± 600
mm lebih dari bagian pipa. Panjang potongan tersebut harus diatur hingga
terdapat overlap 300 mm pada masing-masing bagian pipa yang berdekatan,
terus sehingga mencapai ujung pipa.

Lembar tersebut harus dibungkuskan sekeliling pipa supaya secara


melingkar menghasilkan overlap diatas kwadran puncak pipa.
Tepi potongan lembar polyethlene harus diamankan pada jarak-jarak lebih
kurang satu meter dengan pita perekat dari tali plastik. Untuk menahan lembar
atau pipa tidak boleh dipakai alat logam apapun.

Baut, mur pelat antara, klem pipa, sengkang dan sebagainya yang dipakai
untuk sambungan flange harus dicelupkan dalam larutan aspal panas sebelum
dipasang.

Pemasangan Pipa di Atas Tanah


Pipa harus dipasang menurut garis dan ketinggian yang ditentukan dan
harus sedekat mungkin dengan pada dinding, atap, kolom atau setraus pile
konstruksi beton bertulang , dan bagian struktural lainnya supaya hanya
mengambil tempat seminimal mungkin dan semua ordinat dan fitting yang
diperlukan harus disiapkan.

Semua pipa dan alat bantu (fitting) harus dipasangkan sedemikian sehingga
tidak menimbulkan tegangan atau regangan dalam pipa maupun peralatan
yang berhubungan karena adanya bagian-bagian yang ditempatkan secara
paksa.

Perubahan arah harus dikerjakan dengan memakai alat-alat bantu yang


sesuai. Pipa harus sejajar atau tegak lurus dinding, kecuali jika ditetapkan lain.

Sengkang atau tumpuan sementara harus disediakan untuk menunjang pipa


pada saat dipasang dan pemasangan pekerjaan pipa harus dilaksanakan
dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya kerusakan pada pipa atau
lapisan pipa ataupun struktur dan perlengkapan yang berdekatan. Sebelum
penunjang dan sengkang sementara diangkat maka pir dan penunjang tetap
harus sudah terpasang.
Perpipaan harus mempunyai sambungan dalam jumlah cukup untuk
memudahkan pengangkatan.

Semua perpipaan harus didukung kokoh dengan penggantung, sisipan


atau tumpuan yang disetujui dan kemungkinan pengembangan atau
penyusutan sudah diperhitungkan. Pipa tidak boleh ditumpukan pada pipa
lain, tanggan, anak tangga atau trotoir kecuali jika disetujui oleh Yenaga Ahli.

Semua pipa vertikal harus didukung pada tiap lantai atau pada interval-interval
yang tidak lebih dari 2 m dengan kerah pipa, klem, sengkang atau penahan
pada dinding, serta pada titik yang lain agar menjamin terciptanya konstruksi
yang kaku.

Tiap bagian pipa harus diletakan dan semua sambungan (disemen, dilas,
diskrup) dikerjakan ketika pipa ditumpu oleh penunjang sementara. Setelah
sambungan selesai dikerjakan, pipa diklem pada posisi akhirnya. Pengecatan
dan pelapisan luar/dalam harus dikerjakan sebagaimana ditentukan dalam
ayat-ayat yang sesuai dengan spesifikasi ini.

Penyebrangan-penyebrangan Pipa
Penyebrangan-penyebrangan pipa pada sungai dan urug-urug, harus
dilaksanakan sesuai dengan gambar-gambar rencana (Standar/Khusus). Bagi
penyebrangan-penyebrangan sungai dan urug-urug biaya-biaya pemasangan
pipa-pipa selubung (bila diperlukan), pelat-pelat pelindung dari beton,
perbaikan-perbaikan dan penyesuaian terhadap dinding-dinding topang dan
pangkal- pangkal jembatan, penggalian-penggalian tambahan dan
sebagainya dianggap telah termasuk dalam harga Kontrak.

Bagi penyebrangan-penyebrangan sungai dan urug-urug perbaikan-


perbaikan dan penyesuaian terhadap dinding-dinding topang dan pangkal-
pangkal jembatan, gambar-gambar kerja harus diberikan/dilaporkan oleh
Kontraktor.

Semua pipa-pipa pada penyebrangan-penyebrangan sungai dan bangunan-


bangunan lain harus dipasang dengan peralatan-peralatan yang layak, seperti
penjepit-penjepit, penggantung-penggantung dan penopang-penopang dan
sebagainya sedemikian rupa, sehingga pemuaian dan penciutan, getran-
getaran kecil pada perpipaan harus didalam batas-batas yang diijinkan dan
tidak mengakibatkan kebocoran-kebocoran. Tetapi menopang pipa-pipa itu
dengan mempergunakan pipa lain dan alat-alat bantu lain yang tidak disebut
dalam gambar rencana tidak diperkenankan tanpa persetujuan Tenaga Ahli
terlebih dahulu.

Dalam hal tidak adanya ketidak cocokan dalam rangkaian antara pekerjaan
pipa dan pekerjaan lain, maka Direksi/Tenaga Ahli akan memutuskan
pekerjaan mana yang akan dipertimbangkan untuk didahulukan.
Penyebrangan-penyebrangan pipa melalui fasilitas umum harus dilaksanakan
sesuai gambar-gambar rencana dan instruksi-instruksi yang diberikan oleh
Direksi/Tenaga Ahli dan/atau oleh Departemen yang berkompeten.

Jembatan-jembatan Pipa
Pada saat pemasangan jembatan pipa harus dijaga kelancaran lalu lintas
sekitarnya, kecuali bila ditentukan lain, pemasangan katup udara sesuai dengan
gambar- gambar rencana.

Lokasi pemasangan katup-katup dan pipa penguras harus sesuai dengan


situasi setempat sehingga memudahkan pengoperasiannya atau dengan
petunjuk Direksi/ Tenaga Ahli.

Syarat-syarat pelaksanaan harus sesuai dengan spesifikasi teknis untuk


pekerjaan sipil (Spesifikasi Teknik Khusus).

1.21 Valve
a. Penyedia barang/jasa harus melengkapi valve sesuai dengan yang
dibutuhkan dan menurut standar yang disetujui. Seluruh valve sesuai
dengan ukuran yang disebutkan dan bila mungkin dari jenis atau model
yang sama dan dikeluarkan oleh satu pabrik.
b. Seluruh valve pada badan bagian luar harus tercetak asli dari pabrik dan
dicor dengan huruf timbul yang dapat menunjukkan :
• Nama pemilik proyek
• Nama atau Merk Dagang Pembuatnya
• Tahun pembuatan (97 berarti 1997)
• Tekanan kerja
• Diameter nominal
• Arah panah aliran bila valve tersebut digunakan satu aliran
c. Valve dengan diameter lebih kecil 50 mm tersebut dari brass/kuningan,
kecuali untuk handwheel terbuat dari besi tuang atau besi tempa atau jenis
sambungan dari sambungan ulir.
d. Ulir valve harus sesuai dengan ISO 7/1 “Pipa threads where pressure
tight joint are made in the thread”.
e. Valve dengan diameter 50 mm keatas menggunakan sambungan sistem
dengan flange dan terbuat dari cast iron/besi tuang.
f. Ketebalan flange harus ditentukan berdasarkan tekanan kerja seperti yang
dispesifikasikan dan sesuai dengan standard internasional yang diakui.
g. Bila tidak disebutkan dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) maka
seluruh Valve harus dibuat khusus untuk menerima tekanan kerja
minimal 10 bar dan untuk flange harus mempunyai dimensi sesuai dengan
standard ISO 2531.
h. Seluruh unit yang beroperasi harus didesain untuk pembukaan
berlawanan arah jarum jam dan searah jarum jam untuk penutupan.
Tanda panah harus tertera
untuk menunjukkan arah rotasi untuk membuka atau menutup valve.
i. Semua lubang/bukaan sambungan pipa harus ditutup untuk mencegah
masuknya benda-benda asing.
j. Harga penawaran valve sudah termasuk perlengkapan untuk
penyambungan seperti gasket, mur, baut dan ring untuk satu sisi flange
dengan tambahan 10%.
k. Besar dan ukuran perlengkapan tersebut disesuaikan dengan spesifikasi
teknis dari flange valve, mur, baut dan ring dikirim dalam keadaan bukan
material bekas dan sudah tergalvanis dengan merata dan baik. Ketebalan
gasket minimal 3 mm terbuat dari karet sintetis.
l. Petunjuk pengoperasian valve harus disertakan seperti maksimum force
pada hardwheel, engkol (crank), T-bar dan perlengkapan lain sehingga
tidak menimbulkan kesulitan pada operator. Penyedia Jasa harus
menyertakan
besarnya maksimum torque yang dibutuhkan untuk setiap valve yang
dikirim.
m. Valve harus bersih, kering dan bebas dari kotoran sebelum digunakan.
Coating dengan cara penyemprotan harus dilakukan di pabrik. Ketebalan
minimum coating setelah kering + 400 microns (16 mils). Material yang
berkontak dengan air harus harus dari jenis non toxic sedangkan bahan
yang dapat larut tidak boleh digunakan.
n. Petunjuk operasi (operating manual) harus disediakan untuk setiap jenis
valve dan perlengkapannya.
o. Penyedia barang/jasa harus menyertakan sertifikat dari pabrik yang
menerangkan bahwa setiap valve telah memenuhi persyaratan yang
diminta dalam spesifikasi ini.

1.22. Gate Valve


a. Pabrikan Gate Valve harus memberikan jaminan produk berupa garansi
berupa penggantian baru dan garansi ketersediaan suku cadang dari Gate
Valve yang ditawarkan sekurang-kurangnya selama 10 tahun untuk gate
valve dengan nominal diameter 50 mm (2 inch) ke atas. Untuk gate valve
dengan nominal diameter di bawah 50 mm dianjurkan juga untuk memiliki
jaminan purna jual yang serupa.
b. Kontraktor bersama pihak pabrikan harus dapat menunjukan sertifikat
keaslian (Certificate Of Origin/COO) atau sertifikat asal barang (Certificate
Of Confirmity /COC) yang asli untuk produk Gate Valve yang ditawarkan
kepada pihak pengguna jasa.
c. Bila tidak disebut dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity), maka gate valve
yang ditawarkan adalah gate valve dari jenis “Non Rising Stem”.
d. Valve harus memenuhi standar “Gate Valve for Water and Other Liquids”
(AWWA C 500) atau standar internasional lain yang sama atau yang
lebih tinggi kualitasnya dan didesain khusus untuk tekanan kerja.
e. Penawaran gate valve adalah berikut hand wheel harus dilengkapi dengan
kunci T (Tee Key) minimal satu buah.Tee key tersebut dilengkapi
dengan pendongkel tutup surface box street cover dan terbuat dari baja ST
40 yang telah digalvanis.
f. Bila dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) diperlukan extension spindle
maka material tersebut terbuat dari baja ST 40 yang telah digalvanis. Harga
penawaran extension spindle sudah termasuk potongan pipa PVC untuk
melindungi extension spindle tersebut dari urugan tanah.
g. Badan dari gate valve, hand wheel/cap terbuat dari besi tuang kelabu atau
bahan dengan kualitas lebih tinggi.
h. Badan gate valve harus terbuat dari besi (iron body) dengan dudukan dari
logam perunggu, tangkai valve jenis non-rising dan dengan katup yang
solid (solid wedge gate). Valve harus cocok untuk pemasangan dengan
posisi tegak (vertikal mounting). Valve harus dirancang untuk saluran air
yang bebas hambatan yang mempunyai diameter tidak kurang dari
diameter nominal valve apabila dalam posisi terbuka.
i. Stuffing box harus terbuat dari bahan yang sama dengan badan valve
seperti telah dispesifikasikan diatas dan harus dalam posisi terbuka.
Tinggi dari stuffing box tidak boleh kurang dari diameter valve. Packing
pada stuffing box harus terbuat dari asbes atau bahan lain yang sesuai
dan disetujui engineer. Packing dari hemp atau jute (rami) tidak boleh
digunakan. O-ring stem seal dapat digunakan atas persetujuan engineer
dan seal ini harus terdiri dari 2 (dua) buah O-ring seal dan paling sedikit
1(satu) buah ditempatkan di atas stem-collar dan dapat dilakukan
penggantian dalam keadaan tekanan kerja penuh dimana valvenya dalam
posisi terbuka penuh.
j. Stem terbuat dari perunggu atau stainless steel.
k. Body seat ring dan disk seat ring terbuat dari kuningan atau perunggu.
l. Surface box untuk valve yang ditanam terbuat dari grey cast iron, rata dan
tahan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh beban lalu lintas yang
padat. Tutup harus disertakan pada surface box tersebut.
m. Joint antara tutup dengan badan bisa berupa engsel atau dihubungkan
dengan baut. Ukuran surface box disesuaikan dengan masing-masing
dimensi valve dan sudah dicoating dengan anti karat.
n. Gate Valve dengan ukuran 80 mm atau lebih kecil mempunyai badan yang
terbuat dari perunggu, skrup bonnet (topi sekrup), gate valve memiliki solid
wedge (baji), skrup dalam dan tangkai pengungkit.
o. Gate valve perunggu harus didesain dan dibuat sesuai dengan JIS B 2011
atau ketentuan lain yang disetujui. Tekanan kerja besamya 0.98 Mpa (10
kglcm²). Valve harus dilengkapi dengan roda pemutar dan ujung berulir
(sekrup).
p. Badan Valve harus merupakan cetakan perunggu yang mengacu pada
JIS H 5111, kelas 6 atau cetakan perunggu dengan daya rentang tidak
kurang dari 196 N/mm2 (20 kg/m2). Piringan terbuat dari perunggu
cetakan sesuai spesifikasi di atas atau dari kuningan yang mengacu pada
AS H 3250, kelas C 3711 atau dari tembaga yang mempunyai daya rentang
tidak kurang dari 314 N/mm2 (32 kg/m2). Stem/tangkai harus terbuat dari
tembaga sesuai spesiflkasi di atas.
q. Semua valve, kecuali yang ditentukan lain, harus dilengkapi dengan mur
(wrench nuts)
1.23. Check Valve
a. Pabrikan Check Valve harus memberikan jaminan produk berupa garansi
berupa penggantian baru dan garansi ketersediaan suku cadang dari Check
Valve yang ditawarkan sekurang-kurangnya selama 10 tahun untuk Check
Valve dengan nominal diameter 50 mm (2 inch) ke atas. Untuk check valve
dengan nominal diameter dibawah 50 mm dianjurkan juga untuk memiliki
jaminan purna jual yang serupa.
b. Kontraktor bersama pihak pabrikan harus dapat menunjukan sertifikat
keaslian (Certificate Of Origin/COO) atau sertifikat asal barang (Certifikat
Of Confirmity /COC) yang asli untuk produk Check Valve yang ditawarkan
kepada pihak pengguna jasa.Penyedia jasa harus menyediakan check
valve jenis Swing Check VaIve/KIep Tabok dengan sambungan flange.
c. Penyedia jasa harus menyediakan check valve jenis Swing Check
VaIve/KIepTabok dengan sambungan flange.
d. Bagian atasnya tertutup dengan flange buta (blank-flange) yang dapat
dibuka sewaktu-waktu bila diperlukan.
e. Pada bagian luar badan check valve harus terdapat cap (tercetak) yang
dapat menunjukkan merk, atau dari pabrik mana yang membuatnya,
besamya diameter, tekanan kerja, dan arah aliran air.
f. Badan tutup atas dan cakram dari badan check valve terbuat dari besi
tuang.
g. Kedudukan untuk cakram terbuat dari Neophrene Synthetic Rubber
yang berkualitas baik.
h. Tekanan kerja dari check valve mampu menahan 10 kg/cm2.
i. Check Valve harus didesain sedemikian rupa sehingga piringan,
dudukan cincin dan bagian-bagian dalam lainnya yang mungkin perlu untuk
perbaikan harus mudah diambil, mudah dipindahkan dan mudah diganti
tanpa menggunakan peralatan khusus atau harus memindahkan valve dari
jalumya.
j. Check Valve harus cocok untuk pengoperasian dalam posisi horizontal atau
vertikal dengan aliran keatas dan ketika terbuka penuh valve harus
mempunyai daerah aliran bersih (a net-flow area) tidak kurang dari luas
diameter nominal pipa dan ujung flange.
k. Semua valve, kecuali yang ditentukan lain, harus dilengkapi dengan mur
(wrench nuts)

1.24. Air Realese Valve


a. Pabrikan Air Realease Valve harus memberikan jaminan produk berupa
garansi berupa penggantian baru dan garansi ketersediaan suku cadang
dari Air Release Valve yang ditawarkan sekurang-kurangnya selama 10
tahun untuk Air Release Valve dengan nominal diameter 25 mm (1 inch) ke
atas. Untuk air release valve dengan nominal diameter dibawah 25 mm
dianjurkan juga untuk memiliki jaminan purna jual yang serupa.
b. Kontraktor bersama pihak pabrikan harus dapat menunjukan sertifikat
keaslian (Certificate Of Origin/COO) atau sertifikat asal barang (Certifikat Of
Confirmity /COC) yang asli untuk produk Air Release Valve yang ditawarkan
kepada pihak pengguna jasa.
c. Katup udara harus dapat beroperasi secara otomatis dan mengikuti
hal-hal sebagai berikut :
Dapat melepaskan udara selama pengaliran air dalam pipa.
Dapat memasukkan udara selama penggelontoran.
Dapat melepaskan udara bila ada udara yang terjebak dalam pipa.
Dapat mencegah penutupan yang dini bila udara sedang dilepaskan.
Aman terhadap vakum.
d. Seluruh air valve dengan standard flange JIS-B2213. Setiap valve
lengkap dengan mur, baut, ring dan dudukan (stool). Ukuran sesuai dengan
yang diberikan pada uraian pekerjaan.
e. Badan valve terbuat dart cast iron atau ductile iron dan pelampung dari
ebonit,stainlees steel atau Acrynolitrie Butediene Steel.
f. Seluruh bagian yang bergerak terbuat dari stainlees steel, bronze atau ABS.
g. Valve harus diuji dengan tekanan sebesar 1 bar diatas tekanan kerja dan
tidak menunjukkan gejala kebocoran.
h. Juga tidak terjadi kebocoran bila tekanan minimum 0,5 bar.
i. Penyedia Jasa harus menyediakan katup penutup (isolating valve)
secara terpisah untuk setiap katup udara dengan jenis kupu-kupu
(butterfly valve) dengan spesifikasi sbb:
Setiap badan valve terbuat dari cast iron atau ductile iron dengan
rubber seal, disc, valve shaft dan peralatan mekanisme
operasional yang mengikuti 'Standards for Rubber Seated Butterfly
Valves' (AWWA Designation C 504) atau standard Internasional lain
yang disetujui yang sama atau lebih tinggi kualitasnya dari yang
disebutkan.
Setiap piringan (valve disc) harus dapat berputar dengan sudut 90o
dari posisi terbuka penuh sampai tertutup. Sumbu perputaran valve
harus horizontal.
Mekanisme operasional harus terkait pada badan valve dan sesuai
dengan standard AWWA C 504,
Setiap mekanisme operasional harus dapat dilepas untuk
pengawasan dan perbaikan,
Mekanisme operasional untuk pengoperasian valve secara manual
harus dapat mengunci sendiri sehingga tangga aliran air atau vibrasi
tidak mengakibalkan piringan berpindah dari lempatnya semula.
Setiap valve didesain untuk tekanan melintang pada piringan (bila
tertutup rapat) sama dengan rate lekanan pada pipa.
Seluruh valve harus mengikuti Spesifikasi dan harus dapat membuka
atau menutup bila tidak dioperasikan dalam periode yang lama.
Badan valve dan flange terbual dari cast iron dan mengikuti
"Specification for Grey Iron Casting for Valves, Flanges and Pipe
Fittings kelas B(ASTM Designation A 126) alau ductile iron (ASTM
536). Flange harus mengikuti standard JIS-8 2213.
j. Dudukan valve harus dapat menjaga valve pada posisi yang seharusnya.
k. Tipe air valve harus sesuai dengan spesifikasi di bawah ini yang
tergantung pada ukuran pipa yang dipasang.
Ukuran Pipa Diameter Nominal
Tipe Air Valve
(mm) Air
Tipe dengan orifice Valve
300 dan lebih kecil kecil/tunggal 25 mm dan lebih kecil

350 dan lebih besar Tipe dengan dua orifice 75 mm dan lebih besar
atau

l. Tipe air valve dengan lubang/orifice kecil


Air valve dengan lubang kecil didesain untuk pengoperasian secara
otomatis yang akan mengeluarkan udara yang terakumulasi bertekanan
pada saat aliran air dalam penuh.
m. Tipe air valve dengan dua lubang atau kombinasi
Air valve dengan dua lubang atau kombinasi didesain untuk dioperasikan
secara otomatis, sehingga akan :
Terbuka pada kondisi bertekanan kurang dari tekanan atmosfer,
dan menampung banyak udara selama operasi pengurasan saluran
pipa.
Mengeluarkan banyak udara dan menutup, pada saat air dalarn
kondisi tekanan rendah, mengisi badan valve selama operasi
pengisian.
Tidak menutup aliran pada kondisi kecepatan pembuangan udara tinggi,
dan
Mengeluarkan akumulasi udara bertekanan pada kondisi aliran air
penuh dalam pipa.
n. Pada jarak datar dipasang setiap jarak 500 m – 750 m, dipasang 1 buah
air valve assembly dan 1 buah blow off assembly.
o. Untuk permukaan tanah naik turun atau terdapat jembatan-jembatan
pipa dimana perletakan pipa terpaksa harus dinaikkan maka pemasangan
pipa mengikuti naik turunnya tanah dengan memasang air valve assembly
pada puncak tanjakan dan blow off pada penurunan (titik terendah).
p. Tiap blow off harus dibuat drain chamber seperti gambar standard
terlampir, tiap air valve di dalam tanah harus terlindung dalam air valve
chamber.
1.25. Perlintasan Pipa
a. Perlintasan pipa meliputi perlintasan pipa dengan jalan raya, kereta
api dan sungai, seperti yang telihat dalam gambar. Penyedia Jasa
hendaknya mendapatkan izin-izin yang diperlukan untuk membuat
bangunan perlintasan dan biaya yang timbul untuk itu menjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa.
b. Untuk pipa-pipa yang melintasi badan air / sungai, bila diijinkan pipa-pipa
dapat digantungkan pada jembatan yang ada setelah gambar perencanaan
mendapat persetujuan dari instansi yang berwenang. Pipa yang digunakan
untuk perlintasan ini adalah pipa baja. Apabila tidak memungkinkan
digantung pada jembatan yang ada maka harus diadakan jembatan pipa
tersendiri.
c. Jembatan pipa direncanakan mengunakan pipa baja seperti terlihat pada
gambar rencana. Penyedia Jasa harus mempersiapkan semua tenaga,
alat-alat, dan perlengkapan-perlengkapan lainnya yang diperlukan unutk
melaksanakan pekerjaan ini.
d. Pemasangan jembatan-jembatan pipa tidak hanya melaksankan pekerjaan
ini pembuatan pondasi saja, akan tetapi sekaligus melaksanakan
pemasangan pipanya dan penyambungan didalam tanah dengan dengan
pipa yang berdekatan dengan jembatan.
e. Penyedia Jasa harus memeriksa kembali semua ukuran-ukuran yang ada
didalam gambar sesuai dengan hasil survey yang dilakukan sendiri
dilapangan. Segala biaya yang timbul akibat kesalahan menghitung dari
pekerjaan ini menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
f. Pada setiap bentang jembatan pipa, pipa harus dipasang di atas
bekisting berbentuk melengkung. Besarnya chambering harus
direncanakan sesuai dengan jenis pipa, ketebalan dan diameter pipa yang
digunakan, serta apabila perancah dilepas maka bentang pipa menjadi
lurus;
g. Gambar kerja yang memperlihatkan susunan rinci bahan pipa dan juga
garis pemotongan dan sudut masing-masing pipa untuk lawan lendut harus
disiapkan. Sebelum melaksanakan pemasangan jembatan pipa, gambar
yang menunjukan
semua ukuran-ukuran, detail pipa, pondasi abutment, tiang pancang
dan perhitungan-perhitungan yang diperlukan harus diserahkan kepada
Direksi Lapangan/Teknis untuk terlebih dahulu diperiksa dan disetujui.
Penyedia jasa tidak dibenarkan melaksanakan pemasangan jembatan pipa
sebelum gambar kerja disetujui Direksi Lapangan/Teknis.
h. Ring support harus betul-betul dipasang pada setiap bantalan per bagian
sebagaimana terlihat pada gambar. Ring support harus dibuat dari satu
jenis baja sesuai dengan standar yang ditentukan. Setelah semua clamp
pengaman pipa dipasang pada posisi yang dikehendaki dilas pada
sekeliling pipa dan dicat.
i. Semua pipa baja yang terekspos, fitting, sambungan dan pipa yang akan
ditanam dalam tanah harus dilindungi sesuai dengan SNI yang berlaku
untuk pelapisan pipa baja mengenai lapisan pelindung luar dan lapisan
pelindungan dalam.
j. Konstruksi perlintasan pipa melalui rel kereta api harus memakai pelindung
pipa dengan bahan dari kontruksi beton atau kontruksi lainnya yang dapat
menahan beban dari kereta yang lewat, dan mendapat persetujuan dari PT.
Kereta Api Indonesia (PT. KAI)
k. Pelaksanakan pekerjaan perlintasan rel kereta api dibawah pengawasan
oleh PT.Kereta Api Indonesia (PT. KAI).
1.26. Pengujian
a. Pengujian pada jalur pipa harus dilakukan setelah pemasangan pipa katup,
bangunan khusus jembatan pipa, penembusan pipa (pipe driving),
perlintasan pipa dan perlengkapan lainnya, sesuai dengan standar ini.
b. Pengujian tekanan air (hydrostatic-pressure test) pada jalur pipa harus
dilakukan untuk menjamin bahwa sambungan pipa dan perlengkapannya
dalam keadaan baik, kuat dan tidak bocor serta blok-blok penahan (thrust
block permanen) sanggup menahan tekanan sesuai dengan tekanan kerja
pipa.
c. Tenaga kerja, peralatan dan bahan untuk pengujian tekanan air dan
pengujian kebocoran, serta peralatan meter yang diperlukan untuk
penguatan tekanan dan kebocoran harus disediakan.
d. Bagian jaringan pipa yang diuji harus diisi penuh dengan air. Pengisian
air dilakukan dengan pemompaan (an electric piston type test pump) yang
dilengkapi meteran air dan harus dicegah terjadinya gelombang-
gelombang tekanan, semua udara didalam pipa dilepas, serta sebuah
manometer dengan kran penutupnya harus dihubungkan pada cabang
jaringan pipa yang diuji. Apabila bagian dari pipa yang diuji tidak terdapat
katup udara, Penyedia barang/jasa harus menyediakan dan mengusulkan
cara pengeluaran udara.
1.27. Pengujian Tekanan Air
a. Sebelum pengujian tekanan air dimulai, blok-blok bantalan penahan dan
semua konstruksi pengaman dari beton harus sudah berumur Iebih dari 7
hari.
b. Untuk pipa diameter 600 mm dan yang Iebih kecil, setiap bidang jalur
pipa harus diisi dengan air bersih dan diuji dengan tekanan 0,75 MPa (≈
7,5 kg/cm2).
c. Untuk pipa diameter 700 mm dan yang lebih besar, pengujian dilakukan
dengan tekanan yang sama dengan memakai test band.
d. Penimbunan kembali harus diselesaikan kecuali pada bagian-bagian
sambungan dimana peralatan ini harus terlihat dan diamati pada
waktu penguatan berlangsung.
e. Jika penimbunan sebagian harus dilakukan karena masalah gangguan lalu
lintas atau keperluan lainnya, maka harus sesuai dengan petunjuk tenaga
ahli.
f. Jaringan perpipaan yang telah terpasang sepanjang lebih dari 500 m, dapat
langsung diisolasi untuk diuji secara hidrostatis dengan tekanan uji
disesuaikan dengan jenis dan kelas pipa, kecuali bila ditetapkan lain.
g. Semua peralatan yang diperlukan untuk pengujian tekanan hidrostatis harus
disediakan dan terlebih dahulu harus diperiksa serta disetujui oleh
tenaga ahli. Jika hasil pengujian tekanan hidrostatis dinyatakan gagal
maka harus dicari sumber kebocoran dan lalu diperbaiki, serta lakukan uji
ulang hingga memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
h. Pada waktu dilakukan peningkatan tekanan hidrostatis pada pipa,
instrumen- instrumen harus dapat menahan tekanan uji tanpa menimbulkan
kerusakan pada elemen-elemennya, kalau tidak, atau instrumen tersebut
harus diangkat selama pengujian dan diganti sementara dengan
pasak/sumbat pipa dengan persetujuan Direksi Lapangan/Teknis.

You might also like