You are on page 1of 17

MAKALAH

FASAKH NIKAH DISEBABKAN KECACATAN

‫إلبسي ثيابك وألحقي بأهلك وأمر لها بالصداق‬


D
I
S
U
S
U
N
OLEH
ALI MURTADHA
NIM: 5022022049

MATA KULIAH SEJARAH PEMIKIRAN HUKUM ISLAM


PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM LANGSA

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar belakang......................................................................................
B. Rumusan masalah.................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
A. Takhrij hadits-hadits tentang fasakh nikah...........................................
a. Matan hadits..............................................................................
b. Sanad hadits..............................................................................
c. Skema hadist.............................................................................
d. Status hadist..............................................................................
B. Syarah dan kandungan fikih dalam hadist fasakh nikah.......................
BAB III PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pernikahan merupakan suatu ikatan yang dapat menghubungkan antara

pria dan wanita dalam suatu jalinan kekeluargaan. Pernikahan dilakukan harus

sesuai dengan dasar-dasar hukum islam melalui beberapa rukun akad nikah, wali,

saksi, serta adanya mempelai pria dan wanita. Hubungan antar suami istri melalui

pernikahan yang sah itu sudah menjadi nilai spritual dalam agama islam.

Pernikahan kebiasaan nya didasari karena adanya rasa saling mencintai antara

laki-laki dan perempuan. Namun, dalam jalinan pernikahan pasti ada nya

keretakan dalam rumah tangga baik karena faktor ekonomi, finansial, bahkan

dikarenakan adanya kekurangan yang sangat fatal yang ada pada salah satu

mempelai pria atau wanita.

Faktanya, banyak terjadi nya kasus-kasus thalak, fasakh dan lain-lainnya

di daerah kita indonesia khusus nya. Ini semua terjadi karena adanya faktor-faktor

tertentu. Fasakh (membatalkan) pernikahan ini termasuk salah satu yang sering

terjadi dalam kekeluargaan atau dalam konteks pernikahan, oleh karena itu, islam

sendiri mengatur hal- hal apa saja yang membolehkan untuk fasakh nikah. Maka

berdasakan uraian diatas ada baiknya untuk lebih spesifik dan terarah maka

3
penulis mengajak kita untuk memahami fasakh nikah melalui takhrij hadist

tentang fasakh.

C. Rumusan masalah

1. Bagaimanakah takhrij hadist tentang fasakh nikah.?

2. Bagaimana nilai-nilai fikih dalam kandungan hadist fasakh nikah.?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Takhrij hadits tentang fasakh nikah

a. Matan hadits tentang fasakh nikah

Temasuk salah satu hadits yang menyatakan tentang fasakh nikah

ialah hadist yang diambil dari Zaid Bin Ka’ab melalui riwayat imam

Hakim yang berbunyi :

‫ح دثنا أب و بك ر حمم د بن أمحد بن بالوي ه ثن ا احلس ن بن على بن ش بيب املعم رى ثن ا حيىي بن‬
ِ ِ‫ عن َأب‬,‫ب ب ِن عج ر َة‬ ِ
‫يه‬ ْ َ َ ْ ُ ْ ِ ‫يوسوف الرقي أبو معاوية الضرير َع ْن مجيل بن زيد الطائى عن َزيْ د بْ ِن َك ْع‬
ِ ِ ِ ِ ِ ُ ‫قَال تَز َّوج رس‬
‫ت‬
ْ ‫ض َع‬ ْ َ‫ َفلَ َّما َد َخل‬, ‫ول اَللَّه ص لى اهلل علي ه وس لم اَلْ َعاليَةَ م ْن بَيِن غفَا ٍر‬
َ ‫ت َعلَْي ه َو َو‬ ََُ َ َ
ِ ِ‫َأهل‬
ِ َّ ِ‫ وَأمَر هَلَا ب‬, ‫ك‬ ِ ِ ‫اِلْب ِس ي ثِي‬: ‫َال‬
ْ ِ‫ َواحْلَقي ب‬, ‫ابَك‬
ِ ِ
ً َ‫ َرَأى بِ َك ْش ح َها َبي‬, ‫ثيَ َابهَا‬
ُ‫الص َداق ) َر َواه‬ َ َ َ َ َ ‫اض ا َفق‬
1
‫اَحْلَاكِ ُم‬

Artinya : Dari zaid bin Ka’ab bin U’jrah dari ayahnya (Ka’ab) berkata (Ka’ab) ;

Rasulullah menikahi A’liyah dari kelompok bani ghifari, disaat Aliyah

menghampiri nabi ia meletakkan pakaiannya, kemudian Nabi saw

melihat dipinggangnya terdapat putih (supak). maka, rasulullah berkata

“pakailah baju mu, bergabunglah dengan keluargamu serta ambilah

maharmu.(H.R Hakim).

1
Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah al-Hakim al-Naisaburi, Al-Mustadrak, jilid IV,
Cet ke I, (Haramain), h. 119.

5
Hadits ini merupakan hadist yang ke 6887 didalam kitab mustadrak imam

hakim pada masalah penyebutan A’liyah atau Asma’ binti Nu’man al-Ghifari.2

Ibnu Mu’ayyan menyatkan bahwa Zaid tergolong kepada tidak tsiqqah,

bahkan sebagian ada yang memvonis yakni Abu Abdurrahman menyatakan bahwa

Ibnu Mu’ayyan pernah mengatakan Jamil bin Zaid tidak termasuk orang yang

tsiqqah.3

b. Syarah hadits

‫ول اَللَّ ِه صلى اهلل عليه وسلم اَلْ َعالِيَةَ ِم ْن بَيِن‬ ِ ‫و َع ْن َزيْ ِد بْ ِن َك ْع‬
ُ ‫ َع ْن َأبِ ِيه قَ َال َتَز َّو َج َر ُس‬,‫ب بْ ِن عُ ْجَر َة‬ َ
ِ ‫اِلْب ِس ي ثِي‬: ‫َال‬
‫ َواحْلَِقي‬, ‫ابَك‬ ِ ِ ‫ َفلَ َّما دخلَت علَي ِه ووض ع‬, ‫ِغفَا ٍر‬
ً َ‫ َرَأى بِ َك ْش ح َها َبي‬, ‫ت ثيَ َابهَا‬
َ َ َ ‫اض ا َفق‬ ْ ََ ََ ْ َ ْ َ َ
‫الص َد ِاق ) َر َواهُ اَحْلَاكِ ُم‬ ِ ِ‫َأهل‬
َّ ِ‫ َو ََأمَر هَلَا ب‬, ‫ك‬ ْ ِ‫ب‬

Maksud dari hadist ialah peristiwa ketika rasul menikahi A’liyah (Asma’

binti Nu’man) dari kelompok Bani Ghifari, disaat itu aliyah menghampiri

rasulullah dan ia (a’liyah) meletakkan pakaiannya disaat itu rasulullah melihat ada

bercak putih (supak) pada bagian pinggang nya maka disaat itu rasulullah

memerintahkan A’liyah untuk mengenakan bajunya, dan kembali kepada

keluarganya serta membawa maharnya.

Adapun kandungan yang tertera dalam hadist ini ada beberapa poin :

1. Kebolehan untuk memfasakh nikah karena adanya kecacatan.

2
Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah al-Hakim al-Naisaburi, Al-Mustadrak, jilid IV,
cet ke I, (Haramain), h. 119.

3
Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah al-Hakim al-Naisaburi, Al-Mustadrak, jilid IV,
cet ke I, (Haramain), h. 119.

6
ِ
( ً َ‫َرَأى بِ َك ْشح َها َبي‬
( ‫اض‬

2. Kinayah terhadap talaqnya A’liyah sebagai talak satu.( ِ ِ‫َأهل‬


‫ك‬ ِ
ْ ِ‫)واحْلَقي ب‬
َ

3. Boleh bagi wanita untuk mengambil maharnya secara sempurna setelah

difasakh nikahnya.

Hadis ini merupakan suatu hadist yang ingin mendeskripsikan tentang

kebolehan fasakh nikah dikarenakan adanya kecacatan diantara salah satu dua

pihak, banyak juga hadist-hadits yang lain juga mendeskripsikan hal yang serupa.

Diantara hadist-hadist yang menerangkan hal yang serupa ialah

Hadist imam Malik

‫تزوج امرأة‬ ‫أميا رجل‬ ‫عمر بن اخلطاب‬ ‫ قال‬.‫; أنه قال‬ ‫سعيد بن املسيب‬ ‫ عن‬،‫حيىي بن سعيد‬ ‫عن‬
4
‫ وذلك لزوجها غرم على وليها‬،‫ فلها صداقها كامال‬،‫ فمسها‬،‫ أو برص‬،‫ أو جذام‬،‫وهبا جنون‬

Artinya: Dari yahya bin Sa’id dari Sa’id bin Musayyab bahwa beliau berkata

Umar pernah menyatakan bahwa laki-laki mana saja yang menikahi

perempuan, nyatanya pada perempuan terdapat penyakit gila, kusta,

supak, maka sisuami sudah menyentuhnya maka bagi perempuan

tersebut maharnya secara sempurna. Hal demikian merupakan suatu

kerugian bagi wali siperempuan.

hadist yang ke 1204 dalam kitab Al-Muwattha’ juga mendeskripsikan hal

yang sama boleh fasakh terhadap Wanita atau pria yang terdapat kecacatan dalam

4
Malik bin Anas, Al-Muwattha’, jilid III, (Majmu’ah Furqah Tijariyah, tt.h), h.189

7
dirinya baik berupa gila, kusta, serta penyakit supak dll. Maka dari itu bisa

dipahami secara khusus bahwa hadist Riwayat Zaid bin Ka’ab tersebut merupakan

hadist yang menerangkan perihal fasakh.

c. Sanad hadits

Berdasarkan penelusuran yang lebih lanjut bahwa hadits ini diriwayat oleh

imam Hakim beliau dari Abu Bakar Muhammad bin Ahmad bin Balawiyah

beliau dari Hasan bin a’li bin Syabib al-Mu’ammar beliau dari Yahya bin Yusuf

al-Raqi Abi Mu’awiyah al-Darari beliau dari Jamil bin zaid al-Tha’i beliau

mengambil dari Zaid bin Ka’ab sedangkan Zaid bin Ka’ab dari ayah nya sendiri

yakni Ka’ab.5

1. Hakim

2. Abu Bakar Muhammad bin Ahmad bin Balawiyah

3. Hasan bin a’li bin Syabib al-Mu’ammar

4. Yahya bin Yusuf al-Raqi

5. Abi Mu’awiyah al-Darari

Beliau adalah Muhammad bin Khazim al-tamimi al-Sa’di al

Kufi al-Darari, beliau juga seorang budak dari bani Sa’ad bin Zaid

Manah bin Tamim. Ada pendapat mengatakan bahwa sayyidnya

tersebut adalah paman nya sendiri, sedangkan usia abi Muawiyah

saat itu 8 tahun.6


5
Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah al-Hakim al-Naisaburi, Al-Mustadrak, jilid IV,
Cet ke I, (Haramain), h. 119

6
Jamaluddin abi Hajjaj yusuf al-muzzi, Tadrib al-Kamal fi asma’ al-Rijal, jilid 25, Cet I
(Dar ; Muassasah al-Risalah), h.123.

8
Adapun komentar para ulama terhadap beliau ada beberapa.

Termasuk diantaranya ialah :

 Abdullah bin ahmad bin hambal mengatakan “aku

mendengar ayahku berkata bahwa abi Mu’awiyah al-

Darari selain dari hadits A’masy Hadist nya tergolong

muttharib karena beliau tidak menghafal hadist dengan

begitu baik.”7

6. Jamil bin Zaid Al-Tha’i

7. Zaid bin Ka’ab

Dari seluruh perawi hadist salah satu perawi hadist saja yang terus terang

dikomentari para ulama bahwa perawi tersebut tidak tsiqqah yaitu Jamil bin Zaid

al-Thai. Ini sesuai seperti keterangan yang terdapat dalam ta’liq kitab al-

Mustadraq milik imam hakim.8 Adapun status hadist ini tergolong kepada hadist

Dhai’f memandang salah seroang perawinya jamil bin Zaid termasuk perawi

yang majhul bahkan germasuk perawi yang tidak tsiqqah menurut sebagian

ulama.

d. Skema hadis

7
Jamaluddin abi Hajjaj yusuf al-muzzi, Tadrib al-Kamal fi asma’ al-Rijal, jilid 25, Cet I
(Dar ; Muassasah al-Risalah), h.128.

8
Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah al-Hakim al-Naisaburi, Al-Mustadrak, jilid IV,
Cet ke I, (Haramain), h. 119

9
Bedasarkan referensi yang diambil melalui kitab Al-Mustadarak Milik

imam Abu Abdullah al-Hakim bahwa skema hadist ini seluruhnya menggunakan

‫ حدثنا‬ada diantaranya menggunakan kata ‫عن‬.

Abu Abdullah al-Hakim

‫حدثنا‬
Abu Bakar Muhammad bin Ahmad bin Balawiyah

‫حدثنا‬
Hasan bin a’li bin Syabib al-Mu’ammar

‫حدثنا‬
Yahya bin Yusuf al-Raqi

‫حدثنا‬
Abi Mu’awiyah al-Darari

‫عن‬
Jamil bin Zaid al-Tha’i

‫عن‬
Zaid bin Ka’ab

‫عن‬
Ayahnya.

B. Nilai-nilai fikih dalam kandungan hadist fasakh nikah

10
a. Pengertian fasakh

Sebelum dijelaskan secara rinci apa pengertian dari fasakh nikah perlu diketahui

bahwa metode dalam perpisahan dalam hubungan pernikahan ada beberapa

macam termasuk diantaranya ialah thalaq, fasakh, ditinggal mati dll sebagaimana

dijelaskan dalam kitab al-mantsur fi al-Qawa’id.

9
‫فرق النكاح كثرية وأجناسها ثالثة موت وطالق وفسخ‬
Artinya: pisah dalam nikah mempunyai banyak metode, diantaranya kematian,
thalaq, fasakh.

Adapun pengertian fasakh secara bahasa ialah :

10
‫ هو النقص أو التفريق‬:‫املراد بالفسخ هنا لغة‬
Artinya; penghilangan, pemutusan, atau pengapusan.

Sedangkan fasakh secara istilah ialah :

‫ أو هو ارتفاع حكم العقد من األصل كأن مل يكن‬،‫حل ارتباط العقد‬


Artinya: melepaskan ikatan akad atau menghilangkan hukum akad secara asal
seolah-olah tidak ada.11

Maka dapat disimpulkan bahwa fasakh ialah pembatalan pernikahan


karena sebab yang tidak memungkinkan perkawinan diteruskan, atau karena cacat
atau penyakit yang terjadi pasca akad nikah dan mengakibatkan tujuan pernikahan
tidak tercapai.
9
Badruddin al-Zarkasyi, al-Mantsur fi al-Qawaid Fiqhiyyah, jilid 3, (Dar al-kutub al-
Ilmiah, 2000), h. 24.

10
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, jilid IV (Dar al-fikr), h. 3149.

11
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, jilid IV (Dar al-fikr), h. 3149.

11
b. Hukum fasakh nikah

Fasakh nikah merupakan suatu hal yang sudah dilegalisai dalam agama

bila terdapata sebab-sebab tertentu seperti halnya cacat, penyakit, atau sebab

lainnya setelah menikah baik pada istri atau pada suami, baik setelah berhubungan

badan maupun belum, baik cacat yang menghalangi hubungan badan maupun

tidak, maka ada hak fasakh terhadap keduanya, dengan catatan fasakh dilakukan

dihadapan hakim atau diputuskan oleh hakim.

Bila pasangan sepakat untuk fasakh tanpa adanya hakim maka fasakhnya

tidak tercapai (tidak sah) terutama fasakh yang disebabkan oleh cacat, penyakit,

atau sebab yang membutuhkan pertimbangan hakim dan juga tenaga medis.

Demikian yang dijelaskan oleh Syeikh Abu Bakar bin Muhammad Syattha dalam

kitab I’anah al-Thalibin.

‫ وذلك ألن الفسخ‬،‫إمنا يصح اخليار فورا يف فسخ النكاح إن كان حاصال حبضور احلاكم‬
‫ وهو ال‬،‫بالعيوب املذكورة أمر جمتهد فيه كالفسخ بإعسار فتوقف ثبوهتا على مزيد نظر واجتهاد‬
12
‫يكون إال من احلاكم فلو تراضيا بالفسخ هبا من غري حاكم مل ينفذ‬

Artinya : “Khiyar dalam fasakh nikah hanya sah jika dihadiri oleh penguasa

(hakim). Pasalnya, fasakh karena cacat-cacat tersebut di atas

merupakan perkara ijtihadi. Begitu pula fasakh yang terjadi karena

kesulitan memberi nafkah. Maka penetapannya membutuhkan

pandangan dan ijtihad lebih jauh. Walhasil, tidak sah fasakh kecuali

12
Abu Bakar bin Muhammad al-Syattha, I’anah al-Thalibin, jilid III, cet ke I, (Dar al-
Fikr 1997), h. 383.

12
atas putusan hakim. Sehingga seandainya suami-istri sepakat untuk

fasakh karena suatu cacat tanpa hakim maka tetap tidak terlaksana,”

Lain halnya fasakh yang diakibatkan dengan sebab yang jelas. Ia dapat

dialkukan tanpa melalui keputusan hakim. Contohnya fasakh karena ada

hubungan mahram antara kedua mempelai.

Demikian, halnya fasakh yang dilakukan tanpa hakim ketika syarat fasakh

diajukan sewaktu akad. Namun, bila disyaratkan sebelum akad, fasakh harus

dihadapanhakim.

‫وجيوز لكل من الزوجني خيار خبلف شرط وقع يف العقد ال قبله كأن شرط يف أحد الزوجني‬
‫حرية أو نسب أو مجال أو يسار أو بكارة أو شباب أو سالمة من عيوب كزوجتك بشرط أهنا‬
13
‫ فإن بان أدىن مما شرط فله فسخ ولو بال قاض‬،‫بكر أو حرة مثال‬
Artinya, “Diperbolehkan bagi suami atau istri mengambil hak khiyar (fasakh)
yang diikuti dengan syarat sewaktu akad, bukan sebelum akad. Seperti
halnya disyaratkan pada salah seorang suami atau istri harus merdeka,
berketurunan terpandang, berparas cantik atau tampan, berasal dari
kalangan berada, masih perawan atau masih perjaka, atau selamat dari
cacat. Saat akad, si wali mengatakan, ‘Aku nikahkan engkau dengan
syarat dia masih perawan atau merdeka,’misalnya. maka jika terbukti si
perempuan tidak memenuhi syarat, maka suami boleh memfasakh
nikahnya walaupun tanpa hakim.

c. Perbedaan fasakh dengan thalaq.

Adapun perbedaan antara fasakh dengan thalaq ada beberapa seperti yang

disebutkan dalam kitab Hasyiah I’anah al-Thalibin.


13
Zainuddin al-Malibari, Fath al-Mu’in, Jilid III, cet ke I (Dar al-Fikr, 1997), h.384.

13
‫( اعلم ) أن الفسخ يفارق الطالق يف أربعة أمور األول أنه ال ينقص عدد الطالق فلو فسخ مرة‬
‫مث جدد العقد مث فسخ ثانيا وهكذا مل حترم عليه احلرمة الكربى خبالف ما إذا طلق ثالثا فإهنا حترم‬
‫عليه احلرمة املذكورة وال حتل له إال مبحلل الثاين إذا فسخ قبل الدخول فال شيء عليه خبالف ما‬
‫إذا طلق فإن عليه نصف املهر الثالث إذا فسخ لتبني العيب بعد الوطء لزمه مهر املثل خبالف ما‬
‫إذا طل ق حينئ ذ ف إن علي ه املس مى الراب ع إذا فس خ مبق ارن للعق د فال نفق ه هلا وإن ك انت ح امال‬
‫خبالف م ا إذا طل ق يف احلال ة املذكورة فتجب النفق ة وأم ا الس كىن فتجب يف ك ل من الفس خ‬
14
‫والطالق حيث كان بعد الدخول‬
Artinya: “Ketahuilah bahwa fasakh nikah berbeda dengan thalaq dalam empat
hal :
1. Fasakh tidak mengurangi jatah jumlah thalaq, seandainya fasakh satu kali

lalu akad lagi, fasakh lagi kedua kalinya dan seterusnya maka ia tidak akan

mendapati haram kubra. Berbeda jika ia menthalaq sampai tiga kali maka

ia akan mendapati haram kubra dan tidak bisa halal kecuali dengan

perantaraan muhallil.”

2. Fasakh ketika dilakukan sebelum disetubuhi tidak berdampak apapun.

Berbeda dengan thalaq yang berakibat hukum separuh mahar.

3. Fasakh ketika dilakukan setelah disetubuhi dikarenakan dijumpainya aib

akan berdampak kewajiban mahar mitsli. Berbeda dengan thalaq yang

berakibat mahar musamma.

4. Fasakh ketika dilakukan bersamaan dengan akad maka tidak ada hak

nafkah untuk pihak wanita meskipun sedang hamil. Berbeda dengan thalaq

yang mewajibkan nafkah. Adapun hak tempat tinggal maka wajib adanya

14
Abu Bakar bin Muhammad syattha, I’anah al-Thalibin, Jilid III, Cet Ke I, (Dar al-Fikr),
h.336.

14
entah pada fasakh maupun thalaq ketika dilakukan setelah disetubuhi.

Wallahu a’lam.

Maka dapat disimpulkan bahwa antara fasakh dan thalaq jauh sangat berbeda

baik seperti yang sudah tertera dalam kitab Hasyiah I’anah al-Thalibin.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

15
Berdasarkan uraian dalam bab 1 maka dapat disimpulkan bahwa

status hadits tentang masalah fasakh nikah setelah ditakhrij melihat kepada

seluruh perawi tergolong kedalam hadist dha’if karena salah satu

perawinya majhul yaitu Jamil bin Zaid.

Sedangkan nilai-nilai fiqh yang tertera dalam hadist tersebut ialah

kebolehan fasakh nikah disebabkan karena adanya cacat baik berupa

penyakit, ataupun hal-hal yang memperbolehkan untuk fasakh. Serta

membutuhkan ketentuan-ketentuan yang sudah diterapkan seperti yang

tertera dalam nash-nash kitab yang sudah diterapkan oleh penulis dalam

matan ini.

Fasakh dan thalaq sudah lumrah sama-sama mempunyai makna

menghilangkan ikatan antara suami istri. Namun, keduanya mempunyai

perbedaan yang sangat efektif serta mempunyai urgensi yang sangat

mendalam sebagaimana yang adslah nash-nash kitab yang sudah

disebutkan.

B. Saran

Penulis mengakui dalam tulisan ini tentunya masih banyak letak

kesalahan serta kekurangan dengan keterbatasan keilmuan yang penulis

miliki maka penulis berharap kritikan serta saran dari pembaca sekalian.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah al-Hakim al-Naisaburi, Al-

Mustadrak, jilid IV, Cet ke I, (Haramain)

16
Jamaluddin abi Hajjaj yusuf al-muzzi, Tadrib al-Kamal fi asma’ al-Rijal,

jilid 25, Cet I (Dar ; Muassasah al-Risalah).

Badruddin al-Zarkasyi, al-Mantsur fi al-Qawaid Fiqhiyyah, jilid 3, (Dar

al-kutub al-Ilmiah, 2000),

Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, jilid IV (Dar al-fikr)

Abu Bakar bin Muhammad al-Syattha, I’anah al-Thalibin, jilid III, cet ke

I, (Dar al-Fikr 1997).

Zainuddin al-Malibari, Fath al-Mu’in, Jilid III, cet ke I (Dar al-Fikr,


1997).

17

You might also like