Professional Documents
Culture Documents
Modul 7 Peranan Pemerintah Dalam Perekon
Modul 7 Peranan Pemerintah Dalam Perekon
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
Catatan:
Regulator yang memihak produsen atau konsumen bukan berarti
regulator bukan profit/utility maximizer. Regulator tetap memaksimumkan
keuntungannya dengan memihak produsen/konsumen. Mengapa regulator
memihak produsen? Simpel, regulator lebih untung memihak produsen.
EKMA4312/MODUL 7 7.5
Tentu saja regulator tidak akan memihak produsen apabila regulator menjadi
lebih susah.
E. EVALUASI INTERVENSI
1. Monopoli
Apabila ada monopoli (market power), pemerintah mendapatkan
pembenaran untuk melakukan intervensi. Dengan menghilangkan
(mengurangi) monopoli, struktur pasar menjadi lebih kompetitif. Pasar yang
EKMA4312/MODUL 7 7.7
a. Monopoli buatan
Seseorang bisa membuat monopoli pada suatu produk dengan
mendirikan entry barrier yang amat tinggi sehingga kompetitor tidak bisa
masuk ke pasar produk tersebut. Salah satu cara untuk mendirikan entry
barrier adalah dengan membelinya dari salah satu produsen entry barier,
yaitu regulator (pemerintah). A bisa membeli lisensi untuk mengimpor
sebuah produk, misalnya terigu. Misalnya, harga lisensi monopoli terigu
adalah 100 miliar.
Siapa yang dirugikan dengan adanya monopoli terigu? Tentu saja
konsumen. Misalnya, ada 100 juta konsumen terigu. Diasumsikan bahwa
setiap hari konsumen rugi sebesar 100 rupiah karena monopoli tersebut.
Setiap hari konsumen secara keseluruhan rugi sebesar 10 miliar. Kerugian
konsumen menjadi keuntungan monopoli. Dalam sepuluh hari, keuntungan
monopoli sudah menutupi ongkos untuk mendapatkan lisensi monopoli
tersebut.
Mengapa konsumen yang dirugikan tidak protes. Kerugian konsumen
individual hanya 100. Konsumen tidak mempunyai insentif untuk melakukan
protes. Apabila seorang konsumen melakukan protes terhadap monopoli
tersebut, kemungkinan besar konsumen lainnya hanya membantu dengan
doa. Mereka akan cenderung bertindak sebagai free rider. Permasalahan free
rider ini membuat protes tidak terealisasi. Jadi, pembelian lisensi monopoli
terigu merupakan sebuah proyek yang amat layak untuk direalisasikan.
7.8 Ekonomi Manajerial
2. Externalities
Eksternalitas adalah produk sampingan dari proses produksi atau
konsumsi. Asap pabrik dan limbah adalah eksternalitas negatif dari proses
produksi. Asap rokok adalah eksternalitas negatif dari proses konsumsi.
Dalam berproduksi, pabrik (A) bisa mengeluarkan eksternalitas negatif
berupa asap. Masyarakat sekitar pabrik (B) harus mengonsumsi asap tersebut.
Utility B turun, namun A tidak memberikan kompensasi kepada A. Dalam
hal ini, pasar bebas (tanpa intervensi) gagal membentuk harga eksternalitas
asap. Ingat prinsip dasar ilmu ekonomi there is no such a free lunch. A yang
membuat utility B menurun harus memberikan kompensasi tertentu kepada
B. Harga asap yang menyesakkan tidak nol.
Adanya eksternalitas memungkinkan pemerintah untuk melakukan
intervensi, yaitu dengan menetapkan harga eksternalitas tersebut. Setelah
harga asap terbentuk, A boleh mengasapi B dengan membayar kompensasi
sesuai dengan jumlah asapnya.
EKMA4312/MODUL 7 7.9
3. Asymmetric Information
Dalam sebuah transaksi, sering kali terdapat kesenjangan informasi
(asymmetric information). Secara umum, pihak yang mempunyai informasi
terhadap sebuah produk akan mengambil keuntungan dari informasi lebih
tersebut. George Akerloff (1970) memodelkan asymmetric information ini
dengan kasus market for lemon. Gambar 7.1 mengilustrasikan model market
for lemon.
Lemon
80
1/2
Used cars 90: Lemon is over price, non lemon is under price
Non lemon
100
1/2
No transaction
Gambar 7.1
Market for Lemon
ini adalah perilaku yang rasional. Oleh karena lemon mirip non-lemon,
mereka tercampur di pasar, pasar mobil bekas.
Misalnya, di pasar mobil bekas ada lemon 50 persen dan non-lemon juga
ada 50 persen. Harga lemon dan non-lemon yang sebenarnya masing-masing
adalah 80 dan 100. Harga mobil bekas adalah 90. Akibatnya, lemon dihargai
lebih tinggi dari harga yang sebenarnya (over price) dan non-lemon dihargai
lebih rendah dari harga yang sebenarnya (under price). Oleh karena non-
lemon dihargai lebih rendah dari yang seharusnya, non-lemon keluar dari
pasar. Bad cars drive out good cars from the market. Di pasar mobil bekas
yang ada adalah lemon yang over price. Pembeli tidak bersedia membeli
lemon dengan harga tinggi. Akibatnya, transaksi tidak terjadi.
Dalam kasus ini, biasanya akan muncul institusi (pihak ketiga, misalnya
C) yang mampu membedakan non-lemon dari lemon. Untuk jasanya ini, C
mendapatkan kompensasi. Untuk kasus mobil bekas, C ini adalah penjual
mobil bekas. Misalnya, pembeli mobil bekas akan membeli non-lemon dari C
dengan harga 103. Orang yang tidak bisa membedakan lemon dan non-lemon
akan cenderung membeli mobil bekas di mobil 88 (penjual mobil bekas),
misalnya. Dalam kasus ini, pemerintah tidak perlu mengintervensi pasar
mobil bekas. Pasar secara alami akan memunculkan institusi C tersebut.
Principal
Agent
(Kepentingan agen vs. kepentingan prinsipal)
Moral hazard
Gambar 7.2
Principal Agent Problem
w w q
w : upah
w : komponen upah tetap, misalnya 1 juta
: konstanta, misalnya 100
q : jumlah output, misalnya 1.000
G. PUBLIC GOODS
jalan umum yang terlalu sedikit (under provision). Oleh karena itu,
pemerintah mendapatkan pembenaran untuk melakukan intervensi pada
barang publik.
A dan B tentu saja amat mendukung terhadap penyediaan jalan umum,
namun apabila ditanya berapa A dan B bersedia membayar untuk jalan umum
tersebut, mereka akan “lari.” A dan B lari karena mereka hanya ingin
menggunakan jalan tersebut tanpa ingin membayarnya. Mereka berharap
orang lain yang mengongkosi penyediaan jalan tersebut. Perilaku A dan B
yang rasional ini disebut free rider (nebeng gratis).
Meskipun ongkos penyediaan barang publik adalah mahal, namun
ongkos untuk mengonsumsi (harga) barang publik adalah nol. Oleh karena
harganya nol, orang akan cenderung mengonsumsi secara berlebihan (over-
consumption). Seperti orang makan kambing guling di pesta. Kasus harga nol
atau konsumsi yang berlebihan ini dalam banyak kasus menimbulkan apa
yang disebut tragedy of the commons. Misalnya, dalam sebuah universitas
tersedia sebuah mesin fotokopi, siapa pun boleh menggunakannya dengan
gratis. Barangkali kurang dari seminggu, mesin fotokopi tersebut sudah
rusak.
Tragedy of the commons menunjukkan pentingnya hak kepemilikan
terhadap sebuah barang (property rights). Penjarahan adalah fenomena
barang privat yang dianggap sebagai barang publik. Property rights yang
kredibel akan membentuk keteraturan. Kepemilikan bersama cenderung
mengakibatkan disaster. Keteraturan bisa muncul karena adanya property
rights. Property rights membuat orang menghargai hak-hak orang lain.
Untuk menyediakan barang publik, pemerintah menarik pajak dari A dan
B. Idealnya, pajak terhadap A dan B berbeda sesuai dengan willingness to
pay mereka masing-masing terhadap barang publik tersebut. apabila A lebih
sering menggunakan jalan umum tersebut dan mempunyai pendapatan yang
relatif besar, A akan cenderung bersedia membayar pajak lebih besar.
1. Price Floor
Misalkan, regulator memihak produsen, misalnya produsen beras.
Regulator menganggap bahwa harga produk di pasar (10) terlalu rendah, lihat
Gambar 7.3. Regulator menetapkan harga dasar (price floor) sebesar 15.
(Perhatikan harga dasar di atas harga pasar). Pada harga 15, produsen
memproduksi 120 dan konsumen hanya membeli 80. Ada kelebihan produk
EKMA4312/MODUL 7 7.15
(excess supply) sebesar 40. Regulator harus menyediakan dana sebesar 600
15 40 untuk menyerap kelebihan produksi tersebut.
Perhatikan bahwa kelebihan produksi ini adalah produksi dari produsen
yang tidak efisien. Munculnya produsen yang tidak efisien ini tentu saja
mengurangi sumber daya produk lainnya, misalnya lahan untuk tanaman
jagung.
p
S
Excess supply: 40
15
10
0 80 100 120 q
Gambar 7.3
Analisis Price Floor
2. Price Ceiling
Misalnya, konsumen berhasil melobi regulator. Regulator memihak
konsumen dengan menetapkan price ceiling (harga maksimum) untuk suatu
produk yang lebih rendah (5) dibanding harga pasar (10), lihat Gambar 7.4.
p
S
10
Excess demand: 40
5
0 80 100 120 q
Gambar 7.4
Analisis Price Ceiling
3. Tarif
p
D S
10
7.5
212.5 25 25
12.5 12.5
5
Gambar 7.5
Analisis Tarif
4. Pajak
a. Pajak konsumen
Pemerintah sering kali mengenakan pajak tinggi untuk pembelian barang
luks. Artinya, pemerintah bertujuan memajak orang kaya yang membeli
barang luks. Pertanyaannya adalah: siapa yang menanggung beban pajak?
Gambar 7.6 menggambarkan pajak konsumen.
p
15
560
S
70
8
30
240
5 D
0 80 100 q
Gambar 7.6
Pajak konsumen
EKMA4312/MODUL 7 7.19
Sebelum ada pajak, harga mobil adalah 8 dan jumlah transaksi adalah
100. Pemerintah mengenakan pajak sebesar 10 pada konsumen. Perhatikan
bahwa harga mobil tidak menjadi 18, melainkan 15 karena konsumen
mengurangi permintaannya dan produsen mengurangi penyediaannya
(supply-nya). Oleh karena pajak sebesar 10, konsumen mengurangi
permintaannya dari seratus menjadi 80 dan pada tingkat produksi 80 kurva
penawaran (supply) ada pada harga 5. Jadi, harga mobil menjadi 15,
sedangkan pendapatan produsen adalah 5 per mobil.
Analisis ini menunjukkan meskipun pemerintah memajak konsumen,
produsen juga menanggung akibatnya, yaitu jumlah produksi menurun dari
20. Penurunan produksi ini berarti penutupan sebagian produsen atau
perumahan sebagian karyawan. Penurunan produksi ini merupakan ongkos
dari upaya pemerintah untuk mendapatkan penerimaan pajak mobil sebesar
800 (80 10).
Gambar 7.6 menunjukkan bahwa kurva permintaan amat inelastis. Ini
menunjukkan bahwa pemerintah cenderung memajak produk yang inelastis.
Ingat, bahwa meskipun harga produk inelastis naik, konsumen tetap
membelinya. Akibatnya, semakin inelastis kurva permintaan, semakin besar
pengurangan surplus konsumen dan semakin besar beban pajak yang
ditanggung konsumen.
Gambar 7.6 menunjukkan bahwa pajak sebesar 10. Konsumen
menanggung beban pajak sebesar 7 dan produsen menanggung 3. Secara
umum, pajak mendistorsi (mengurangi) konsumsi dan produksi.
Apabila kurva D pada Gambar 7.6 lebih miring, pengurangan surplus
konsumen karena pajak akan lebih besar. Seandainya pajak konsumen tidak
ada barangkali jumlah mobil Mercedes yang ada di Indonesia akan lebih
banyak lagi. (Pemerintah bisa menaikkan pajak tahunannya).
7.20 Ekonomi Manajerial
15
80 10
14
90
720
0 80 100 q
Gambar 7.7
Pajak untuk Konsumen Kurva Supply lebih Inelastis
Gambar 7.7 menunjukkan bahwa sebelum pajak, harga mobil adalah 14.
Perhatikan bahwa kurva penawaran (S) lebih inelastis dibanding dengan
kurva permintaan (D). Kurva penawaran yang inelastis adalah dengan
perubahan harga tertentu mengakibatkan perubahan output kecil. Kurva
penawaran yang semakin inelastis, kemiringan kurva tersebut semakin mahal.
Pajak produsen sebesar 10. Beban pajak yang ditanggung produsen
adalah 9. Beban pajak yang ditanggung konsumen sebesar 1. Semakin
inelastis kurva penawaran, semakin besar beban pajak yang ditanggung
perusahaan.
15
10
7
S
5 D
0 100 q
Gambar 7.8
Pajak produsen
kurva penawaran tanah adalah nol. Pajak atas tanah disebut juga pajak Henry
George.
p
S
15
t = 10
0 q
Gambar 7.9
Pajak Atas Tanah
Kegiatan Belajar 2
A. EXPORT SUBSIDY
1
Perdagangan riil biasanya disertai dengan transaksi finansial (kecuali barter).
Regulator bisa menghambat perdagangan internasional dengan memajak transaksi
internasional (taxes on international transaction) melalui bagian finansial, misalnya
dengan memperbesar spread dari jual beli mata uang asing.
2
Seperti tarif, subsidi ekspor bisa dalam bentuk spesifik atau ad valorem.
EKMA4312/MODUL 7 7.27
Kondisi ini terjadi jika suatu negara mengadopsi strategi export promotion
atau leap-frogging.3
C. IMPORT QUOTA
Kuota impor adalah batasan jumlah impor barang. Batasan impor ini
membatasi jumlah batasan persediaan produk di pasar domestik. Gambar 8
menggambarkan kuota impor sebesar 40.
p
D S
10
7.5 Kuota = 40
212.5 25 25
12.5 12.5
5
Gambar 7.10
Kuota Impor
3
Untuk konsep EP dan leap-frogging lihat catatan kuliah saya: Kebijakan
perdagangan internasioanl di LDCs: Quo vadis.
EKMA4312/MODUL 7 7.29
terpaksa membuang susu tersebut dan membeli susu impor yang memenuhi
syarat sebagai input.4
F. NATIONAL PROCUREMENT
G. RED-TAPE BARRIERS
Sering kali pemerintah suatu negara mengadopsi rezim nilai tukar tetap.
Misalnya, nilai tukar USD dalam rupiah adalah 8.000 rupiah per satu USD.
apabila inflasi Indonesia lebih tinggi dibanding inflasi AS, rupiah harus
terdepresiasi, misalnya menjadi Rp8.500,00/USD. Apabila harga USD tetap
4
Cerita ini datang dari rekan penulis yang profesinya sebagai market researcher.
EKMA4312/MODUL 7 7.31
I. PICKING WINNER
J. EMBARGO
L. MERCANTILISM
O. ENGEL’S LAW
5
Ingat teori collective action dari Mancur Olson, pelaku ekonomi yang
berpenghasilan rendah dan berjumlah banyak ongkos untuk mengorganisasikannya
mahal; sedangkan pelaku ekonomi yang berpenghasilan tinggi ongkos untuk
mengorganisasikannya murah. Ongkos untuk mengorganisasi konsumen yang banyak
dan berpendapatan relatif kecil jauh lebih mahal dibanding ongkos untuk
mengorganisasi produsen atau pelobi yang berjumlah sedikit dan berpendapatan
tinggi, Olson (1965). Selain mahalnya ongkos organisasi, untuk mencapai suatu
tujuan, konsumen menghadapi derajat free-rider problem yang lebih tinggi dibanding
produsen atau pelobi. Oleh karena itu, hambatan perdagangan lebih mudah muncul
dari pada menghilangkannya.
EKMA4312/MODUL 7 7.35
will come down to $ 7.5 an hour.” Oleh karena itu, kelompok yang merasa
berpotensi dirugikan akan berusaha untuk mendapatkan proteksi berdasarkan
argumen tersebut.
Ada beberapa kesalahan dalam argumen tersebut. Pertama, tenaga kerja
AS mempunyai tingkat gaji yang lebih tinggi karena produktivitasnya tinggi.
Kedua, yang harus ditekankan adalah pola perdagangan disebabkan oleh
keunggulan komparatif, bukan karena tingkat gaji ataupun keunggulan
absolut, dan tingkat upah ditentukan oleh efisiensi atau produktivitas pekerja,
bukan karena hambatan perdagangan.
2. Retaliasi
Hambatan perdagangan, misalnya tarif, bisa muncul karena alasan
retaliasi (balasan). Negara A mengenakan tarif terhadap produk tertentu dari
negara B karena B mengenakan tarif terhadap produk dari A.
Tarif war ini selain bisa memunculkan tarif, juga memberikan insentif
bagi suatu negara untuk tidak memulai mengenakan tarif terhadap produk
dari negara lain. Oleh karena itu, rule of the game dalam perdagangan
internasional yang berpola tit-for-tat ini justru mampu mengeliminasi tarif. 6
Dalam picking winner, pemerintah menentukan produk unggulan (the
winner) dalam perekonomian, misalnya tekstil. Namun, yang menentukan the
winner adalah pasar (harga), bukan pemerintah. Harga (pasar) akan
mengarahkan sumber daya secara benar. Ingat bahwa harga mempunyai
kemampuan untuk mengalokasikan sumber daya yang paling efisien.
6
Argumen ini adalah argumen game theory. Game theory digunakan secara intensif
dalam mempelajari berbagai kebijakan yang bersifat strategis dan proses kompetisi.
Untuk aplikasi game theory untuk kebijakan moneter lihat Sunaryo (1996).
7.36 Ekonomi Manajerial
yang terbatas. Oleh karena itu, tarif dan nontarif akan membuat pertumbuhan
perekonomian menjadi timpang.
Biasanya, untuk perekonomian sebuah negara agraris yang sedang
berkembang akan cenderung mengandalkan sektor non-agraria sebagai
lokomotif pertumbuhan karena permintaan akan komoditi agraria tidak elastis
(Engel’s law). Hal ini akan memunculkan dilema, di negara agraris tersebut
sektor agraria menjadi terbelakang. (Negara agraris adalah negara yang
sebagian besar penduduknya bekerja di sektor agraria).
Tarif untuk suatu barang biasanya mempunyai dampak negatif terhadap
barang lainnya. Tarif untuk memberikan proteksi industri yang sedang turun
kinerjanya karena adanya inefisiensi dari kompetisi internasional akan
menolong mengurangi pengangguran di industri tersebut. Akan tetapi, di lain
pihak, konsumen harus menanggung beban harga yang lebih tinggi.
menjahit lebih bagus dibanding tenaga kerja Cina. Namun, perusahaan lebih
menguntungkan merelokasi aktivitas penjahitan ke Cina. Cina mempunyai
keunggulan komparatif dalam menjahit terhadap Amerika Serikat.