You are on page 1of 6

.

PENATALAKSAAN
ASFIKSIA BAYI BARU
LAHIR
No. Dokumen : 069

SOP No. Revisi :


Tanggal Terbit :
Halaman : 5
PUSKESMAS dr. BAYU MURDALIN
NGULAK NIP. 19830308 201412 2 001

1. Pengertian Suatu intervensi tindakan yang dilakukanuntuk memabntu bayi baru lahir
yang tidak bernafas spontan dan teratur.
2. Tujuan Sebagai intervensi tindakan yang dilakukan untuk membantu bayi baru lahir
yang tidak bernafas spontan dan teratur.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 004/2014 tentang jenis – jenis
pelayana klinis
4. Referensi 1. Direktorat Kesga, Dirjen Kesmas, Kemenkes RI, 2018, Modul Pelatihan
Bagi Pelatih (TOT) Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal Bagi Dokler Umum, Bidan dan Perawat, Kemenkes RI, Jakarta.
2. Kementerian Kesehatan RI, WHO (2013), Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan Untuk Tenaga
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

5. Prosedur A. Persiapan Resusitasi

1. Informed Consent dan kornunikasi


2. Menyusun tim
3. Pengenalan faktor risiko ibu dan bayi baru lahir
4. Menyiapkan alat dan memastikan berfungsi
5. Mengetahui indikasi melakukan resusitasi (langkah awal).

B. Resusitasi Pada Bayi Baru Lahir

6. Penilaian awal (bernapas, menangis, tonus otot) jika salah satu


jawaban tidak maka bayi perlu tindakan resusitasi
7. Melakukan langkah awal
a. Memastikan bayi tetap hangat (meletakkan bayi baru lahir di
bawah penghangat dengan pemancar panas) dan melakukan
pemasangan plastic dan topi bayi sebagai metode kehangatan.
b. Atur posisi dari bersihkan jalan nafas
c. Membersihkan jalan napas
d. Mengeringkan, mengganti kain basah
e. Melakukan stimulasi
f. Reposisi kepala (memposisikan kembali)

8. Melakukan evaluasi (usaha nafas, laju denyut jantung dan tonus otot)
9. Membuat keputusan untuk langkah selanjutnya
10. Mengetahul indikasi melakuan Ventilasi Tekanan Positif
a. Jika bayi baru lahir tidak bernafas/ megap-megap atau laju
denyut jantung < 100 x/menit maka lakukan VTP dan Pasang
sensor pulseoxymetri di tangan kanan (saturasi oksigen).
b. Jika bayi baru lahir bernafas spontan dan denyut jantung 100 x
menit tetapi ada distress respirasi (takipnea, tarikan dinding
dada, merintih) mak lakukan pemasangan CPAP dan pasang
pulse oxymeter ditangan kanan.

11. Melakukan ventilasi Tekanan Positif dengan Balon sungkup + katup


PEEP
12. Menentukan ukuran sungkup yang sesuai
13. Memastikan jalan nafas terbuka
14. Melekatkan sungkup dengan benar
15. Melakukan VTP
16. Melakukan koreksi jika dada tidak mengembang
17. Melakukan VTP dengan frekuensi 20-30 x per 30 detik
18. Melakukan evaluasi setelah VTP selama 30 detik
19. Setelah VTP 30 detik, evaluasi usaha napas, denyut jantung dan
saturasi oksigen.
20. Membuat keputusan untuk melakukan langkah berikutnya.
a. Bila nafas spontan denyut jantung > 100 x/menit dan tidak ada
tanda-tanda doistres respirasi, lakukan perawatan pasca
resusitasi
b. Bila nafas spontan denyut jantung > 100 x/menit dan ada tanda-
tanda distress respirasi, berikan CPAP
c. Bila belum ada nafas spontan, denyut jantung > 60 x/ menit
lanjutkan VTP.
d. Bila bayi belum bernafas dan denyut jantung < 60 kali /menit
lakukan VTP dan kompresi dada. e. Jika sudah kompeten
lanjutkan ke VTP berkelanjutan dengan t-piece resuscitator, jika
tidak kompeten dalam melakukan kompresi dada maupun VTP
dengan t-piece lakukan rujukan dengan tetap melakukan VTP
sampai ketempat rujukan.

21. Melakukan persiapan alat untuk melakukan VTP lanjutan dengan t-


piece dengan mengatur tekanan positif akhir respirasi (end-expiratory
pressure/ PEEP yang akan diberikan antara 5-8 cm H2O (umumnya
dimulai dengan 7, hingga manometer menunjukkan PEEP yang
diinginkan.
22. Melekatkan sunokup dengan ukuran yang sesuai pada wajah bayi.
23. Melakukan pengamatan saturasi oksigen pada puise oxymetri.
24. Melakukan evaluasi saturasi oksigen
a. Jika setelah pemberian PEEP, saturasi oksigen masih belum
naik, maka pemberian FIO2 dinaikan bertahap.
b. Pada bayi cukup bulan pemberian oksigen dimulai dari
konsentrasi 21% dan pada bayi kurang bulan pemberian oksigen
dimulai dari konsentrasi 30% kemudian bias dinaikan bertahap
sesuai dengan tabel yang telah ditentukan.
c. Pikirkan pemasangan LMA bila VTP dengan t-piece resuscitator
tidak efektif.

25. Petugas mampu mengetahui indikasi dilakukannya pemasangan


Laryngeal Mask Airway (LMA)
26. Melakukan persiapan alat
27. Kempiskan cuff dan jaga agar tidak terlipat
28. Mengolesi bagian belakang dan samping LMA dengan air liur bayi
29. Peganglah LMA seperti memegang pensil dengan bagian sungkup
menghadap ke depan
30. Masukan LMA menyusuri bagian tengah langir-langit mulut.
31. Dorong sungkup dengan jari telunjuk menyusuri langit- langit mulut
kea rah faring sampai terasa ada tahanan.
32. Pegang pipa LMA agar tidak berubah posisi dengan tangan kiri, jari
telunjuk kanan ditarik dari mulut bayi
33. Kembangkan cuff dengan memasukkan 4 ml udara dengan spuit,
pada waktu tersebut tampak LMA sedikit terdorong ke luar 34.
34. Hubungkan dengan alat resusitasi ventilasi.
35. Peserta mengetahui indikasi dilakukannya kompresi dada
36. Kompresi dada dilakukan terkoordinasi dengan VTP satu orang
melakukan kompresi dada dan satu orang melakukan VTP
37. Posisi penolong dalam melakukan kompresi dada menghadap ke
kepala dengan kedua tanggannya dalam posisi yang benar
38. Tempat melakukan kompresi dada di sepertiga distal sternum tepat di
kaudal linea intermamiliaria dengan kedalaman diameter penekanan
sepertiga anteroposterior rongga dada.
39. Bisa menggunakan dua teknik yaitu teknik ibu jari dengan
menggunakan ujung ibu jari, jari jari yang lain melingkari dada, dan
teknik dua jari dengan menggunakan ujung dua jari (jari tengah dan
telunjuk) sedangkan tangan yang satunya menopang di punggung
bayi.
40. Rasio kompresi dada 3:1 dengan total 90 kali kompresi dan 30 nafas
setiap menitnya.
41. Konsentrasi Oksigen dinaikan 100%, perhatikan efektifitas ventilasi..
42. Melakukan kompresi dada dan VTP selama 1 menit dan menjaga
konsistensi
43. Melakukan evaluasi (laju denyut jantung, usaha napas) setiap 60
detik
44. Petugas mampu memutuskan dan melakukan:
a. Menghentikan VTP - kompresi dada Jika laju denyut jantung
100 x/menit bayi bernapas spontan.
b. Menghentikan kompresi dada dan melanjutkan VTP jika laju
denyut jantung> 60 x/ menit dan bayi belum bernapas spontan.
c. Opsi hanya perlu diketahui; Memberikan larutan adrenalin
1:10.000 dengan dosis 0,1 0,3 mL KgBB melalui vena
umbilikal, melanjutkan kompresi dada dan VTP jika laju denyut
jantung< 60 x menit dan bayi belum bernapas spontan:
1) Melakukan pemasangan kateter vena umbilikal
2) Mengidentifikasi kebutuhan pemberian volume
3) Melakukan stabilisasi pada bayi baru lahir pasca resusitasi
4) Melakukan transportasi pada bayi baru lahir pasca resusitasi

45. Mengetahui indikasi dilakukannya kateterisasi umbilical.


46. Petugas melakukan katetirisasi umbilical
a. Persiapan Alat
b. Cuci tangan dengan antiseptic
c. Memakai sarung tangan steril
d. Isi lebih dahulu kateter ukuran 3.5 F atau 5 F yang telah
disambung dengan semprit dan stopcock dengan garam
fisiologis.
e. Pasang sebuah keran 3 arah (3 way stopper) steril dan semprit
pada kateter 5 FG dan isi dengan saline normal, lalu tutup keran.
f. Bersihkan umbilicus dan kulit sekelilingnya dengan larutan
antiseptic, lalu Ikat longgar dengan benang mengelilingi dasar
umbilicus.
g. Potong umbilicus 1-2 cm dari batas kulit dan Wharton jelly
dengan pisau steril. Tentukan vena umbilicus (pembuluh darah
yang menganga lebar) dan arten umbilicus (dua pembuluh darah
berdinding tebal)
h. Pegang umbilicus (yang dekat dengan pembuluh vena dengan
forsep steril
i. Tekan ringan bila ada perdarahan, bersihkan dan asepsis
kembali.
j. Pegang bagian dekat ujung kateter dengan forceps steril dan
masukkan kateter ke dalam vena (kateter harus dapat menembus
dengan mudah tanpa ada tahanan) sedalam 4-6 cm. ALur vena
akan menuju kea rah jantung. Tarik darah sehingga mengalir
dengan mudah ketika membuka threeway stopcock kea rah
semprit dan menghisap secara perlahan.
k. Periksa kateter tidak menekuk dan darah tidak mengalir balik
dengan mudah, bila ada sumbatan tarik pelan-pelan umbilicus,
tarik ke belakang sebagian kateter dan masukan kembali.
l. Kaji jangan sampai ada udara di selang infuse dan tutup ujung
set, masukkan obat-obatan atau cairan fisiologis sesuai indikasi.
m. Bila sudah didapatkan perbaikan denyut jantung. kateter segera
dilepas.
n. Asepsis kembali area pemasangan kateter umbilical.

47. Mengidentifikasi kebutuhan pemberian volume.


48. Melakukan stabilisasi pada bayi baru lahir pasca resusitasi.
49. Melakukan transportasi pada bayi baru lahir pasca resusitasi.
a. Bagan Alir

b. Hal-hal yang Observasi pasien antara 5 sampai dengan 15 menit terhadap reaksi obat
perlu
diperhatikan
c. Unit Terkait 1. Poli / BP KIA
2. Rawat Inap
3. Immunisasi
4. Ruang KI. KB
5. Puskesmas Pembantu

d. Dokumen 1. Rekam Medis


terkait 2. Catatan Tindakan
e. Rekaman
Historis Tanggal Mulai
Perubahan No Yang dirubah Isi Perubahan
Diberlakukan

You might also like