You are on page 1of 5

Teori Konsitusi dan Hukum (Perubahan Konstitusi dalam Keterlibatan Mental)

Oleh

Maulid Khilmaturangga Adnan Syarif

Dalam pimpinan H. Moh. Soeharto yang mana dalam pasca jatuhnya rezim orde baru
melalui reformasi di tahun 1998, yang mana berakibat pada konstalasi, termasuk Undang-
Undang Dasar 1945 (untuk selanjutnya saya sebut sebagai UUD 1945) yang mana pada waktu
dulu sangat sulit dan belum pernah diamandemen. Pada waktu itu sebelumnya presiden
Abdurrahman Wahid pernah membentuk sepert komisi konstitusi yang diberi nama “Panitian
Penyelidik Perubahan UUD 1945” yang mana diketuai oleh Harun Alrasyid melalui Keputusan
Presiden Nomor 47 Tahun 2000 tanggal 18 Januari 2000. Para panitia tersebut akan
menyelesaikan rancangan konstitusi yang mana hasilnya akan diserahkan kepada majelis. Lalu
setelahnya Presiden megawati Soekarno Putri juga pernah mengusulkan terkait pembentukan
Komisi Nasional Konstitusi. Jimly Asshiddqie menanggapi pembentukan komisi konstitusi
tersebut dengan mengjukan konsep jalan tengah. Yang mana jalan tenagh tersebut berisikan tiga
hal. Pertama, dalam perubahan UUD 1945 haruslah disahkan terlebih dahulu. Kedua, untuk
mengkonsolidasikan naskah perubahan pertama hingga keempat harus ada kesepakatan. Ketiga,
pembentukan panitia penyelaras atau komisi konstitusi yang mana tugasnya ialah untuk
menyerasikan konsolidasi naskah.

Dalam fakta sejarah tersebut, bisa dikatakan bahwa upaya dalam perubahan UUD 1945
yang dilakukan oleh lembaga independen, profesional di luar dari cakupan lembaga konvesional
(MPR), ini selalu mengalami kondisi yang digagalkan. Fakta sejarah yang kedua juga dibuktikan
dengan ditolaknya gagasan komisi konstitusi pada saat Indonesia melakukan perubahan UUD
1945 periode 1999.

Kita tahu bahwa pengertian dari konstitusi ialah resultan dalam keadaan ekonomi, politik,
sosial dan budaya. Ketika konstitusi tersebut telah dbuat atau juga bisa disebut hukum dasar dan
dapat dijadikan pegangan dalam kegiatan penyelenggaraan suatu negara dapat berupa hukum
dasar tertulis atau juga bisa kita sebut sebagai UUD, maupun tidak tertulis. Selain itu, dalam
perubahan suatu konstitusi atau UUD dapat kita amati dari dua sisi, yang pertama perubahan
secara materil dan yang kedua yaitu perubahan secara formil. Yang dimaksud perubahan materil
disini ialah perubahan yang dapat berlangsung dari berbagai bentuk, diantaranya yakni
perkembangan tingkat fluktuasi kekuasaan lengkap negara. Sedangkan perubahan formil yang
dimaksud biasanya ditentukan terhadap konstitusi itu sendiri.

Firmansyah Arifin menyimpulkan bahwa dalam banyaknya pembentukan lembaga-


lembaga independen selain berpengaruhi oleh perkembangan dunia internasional, ternyata juga
dikarenakan adanya persoalan kompleks dinegara tersebutyang mana memerlukan pembentukan
lembaga independen untuk menyelesaikan persoalan-persoalan negara, sebab tidak dapatnya
berbuat banyak oleh lembaga yang telah ada dalam pencapaian tujun negara, dikarenakan
terjadinya persoalan yang problematik di lembaga tersebut, seperti halnya korupsi yang
sistemik,nepotisme dan kolusi.

Soekarno menyatakan tentang UUD 1945 yang memiliki sifat sementara tidak hanya
diumumkan pada pembukaan sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 saja, namun juga kembali
disampaikan pada saat melantik Dewan Konstituante tanggal 10 November 1956. Bisa kita lihat
dari pernyataan Soekarno tersebut tergambar sangat jelas bahwa UUD 1945 ini bersifat
sementara belaka, digunakan pada masa darurat perang, yang mana ditetapkan dalam posisi
tergesa-gesa yakni dalam tempo waktu satu hari. Pada dasar itulah maka UUD 1945 disadari
merupakan hasil yang masih belum sempurna dan belum lengkap, dan dikemudian hari akan
digantikan dengan UUD baru yang lebih sempurna dan lebih lengkap apabila keadaan sudah
kembali lebih tenang dan tentram.

Ketika telah terlantiknya Dewan Konstituante oleh Presiden pada tanggal 10 November
1956 ternyata lembaga tersebut tidak memiliki rancangan undang-undang yang dapat dijadikan
sebagai bahan yang dijadikan pembahasan pada sidang-sidang Konstituante. Yang dimana
diartikan ialah Dewan Konstituante setelah itu bekerja dari dini, ialah merumuskan rancangan
UUD dan setelah itu melaksanakan ulasan terkait dengan rancangan UUD yang hendak dijadikan
sebagai UUD permanen. Akan tetapi disini butuh diketahui, saat sebelum Konstituante
merampungkan tugas untuk membuat UUD dimaksud, Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden
bertepatan pada 5 Juli 1959 yang isinya pembubaran Konstituante serta kembalinya Indonesia
kepada UUD 1945 yang telah dibentuk oleh PPKI. Kemudian perlu diketahui bahwa MPR
bukanlah Konstituante, akan tetapi ialah suatu lembaga yang dibentuk secara khusus untuk
melakukan tugas-tugasnya dalam membuat UUD baru yang mana diharapkan dapat mengakhiri
masa peralihan UUDS ynag telah dibentuk oleh PPKI kepada UUD permanen. Dan oleh sebab
itu, upaya untuk mengubah UUDS dengan membentuk lembaga khusus untuk melakukan kerja
tersebut pernah dilakukan oleh Indonesia, namun sebelum lembaga khusus ini menyelesaikan
tugasnya, lembaga ini dibubarkan dengan adanya dekrit Presiden 5 Juli 1959. Perubahan naskah
dan pengesahan pertama dilakukan pada tanggal 19 Oktober 1999 menjadi catatan kesejarahan
karena berhasil dilakukan perubahan UUD 1945, meskipun dengan adanya kalangan konservatif
yang mempertahankan UUD 1945 tidak berubah atau menjadikan UUD 1945 sebagai sesuatu
yang berharga dan tidak boleh disentuh oleh ide perubahan sama sekali.

Tabel 1.
Undang-Undang Dasar Sebelum dan Sesudah Perubahan

Undang-Undang Dasar 1945



No Bab Pasal Ayat Aturan Aturan
Peralihan Tambahan
1 Sebelum Perubahan 16 37 49 4 Pasal 2 Ayat
2 Sesudah Perubahan 21 73 170 3 Pasal 2 Pasal

Dari tabel tersebut bisa disimpulkan bahwa sebenarnya UUD 1945 telah mengalami
empat kali perubahan, dan semua itu telah menjadi konstituti yang baru. Hanya saja namanya
tetap dipertahankan sebagai UUD 1945, sedangkan sebagian besar isinya tealh berubah.
Pernyataan Jimly, dalam pokok-pokok pikiran yang telah terkandung dalam rumusan pasal-pasal
UUD 1945 yang telah mengalami perubahan itu sangat berbeda dari pokok pikiran yang
terkandung dalam naskah aslinya, ketika UUD 1945 pertama kali di sahkan pada tanggal 18
Agustus 1945. Pentingnya untuk membentuk komisi konstitusi yang bertugas melakukan
perubahan UUD 1945, keberhasilan reformasi di sebuah negara salah satunya ditentukan oleh
keberhasilan reformasi konstitusi yang dilakukan di negara tersebut.

Kemudian perlu kita tahu bahwa tidak adanya naskah akademik dalam melakukan
perubahan UUD 1945, hal ni pula lah yang akan berlaku terhadap prosedur perubahan UUD
yang tidak melibatkan rakyat. Kebanyakan negara-negara modern menggunakan metode
participatory yang mana digunakan dalam perubahan UUD 1945. Dimana para anggota komisi
konstitusi terdiri dari para ahli hukum tata negara, ahli politik, ahli konstitusi dan ahli ekonomi
yang mana orang-orang ini memiliki otoritas ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan.
Dengan ini pembentukan komisi konstitusi dalam perubahan UUD 1945 dimasa yang lalu
merupakan sejarah yang terus berulang harus diakhiri dengan dbentuknya komisi konstitusi
independen, profesional dan non partisipan dalam amandemen kelima nantinya.

Hal ini guna meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap proses perubahan. Semakin
tinggi partisipasi publik maka semakin kuat pula legitimasi terhadap hasil kerja dari komisi
konstitusi. Dengan tingginya partisipasi publik dalam prose perubahan UUD nantinya, makan
akan mengecilkan kempungkinan akan terjadinya deadblok di MPR apabila MPR menolak atau
tidak menerima hasil kerja komisi konstitusi tersebut. Selain tugas dari komisi konstitusi,
alangkah baiknya jika dilakukan seperti ketentuan yang menjadi kewenangan dari komisi
konstitusi yakni untuk hal yang positif. Dalam kewenangan komisi konstitusi tersebut
setidaknya didalamnya terdapat kewenangan untuk mendapatkan seluruh dokumen pendukung
dalam kaitannya dengan perubahan undang-undang dasar dan juga berhak untuk kejelasan dari
MPR terkait latar belakang dari keputusan perubahan pasal-pasal yang akan diubah. Dan juga
menyusun pedoman dan mekanisme kerja komisi konstitusi serta komisi konstitusi berwenang
memilih pimipinan beserta anggota komisi konstitusi.

Adapun beberapa rekomendasi dari saya mengenai penjelasan diatas yakni dalam
pembentukan komisi konstitusi seharusnya dibentuk sebelum perubahan UUD 1945 dilakukan.
Perihal ini tentu akan menjadi konsekuensi logis dari urgensi dalam pembentukan mengenai
perubahan kelima atas UUD 1945. Dalam pembentukan komisi konstitusi tidak mutlak harus
dilakukan oleh MPR. Akan tetapi dalam pembentukan ini bisa diserahkan kepada presiden
karena akan lebih memudahkan komisi konstitusi dalam melaksanakan tugasnya. Lalu pengisian
anggota komisi konstitusi haruslah dibebaskan dari afiliasi dan juga kepentingan politisi, sebab
hal ini akan berdampak pada komisi konstitusi yang bertugas melakukan perubahan terhadap
UUD. Kemudian untuk melaksanakan tugas menyusun draft Undang-Undang Dasar lebih
baiknya jika ditentukan tenggat waktu tugas tersebut harus dilakukan, karena menurut saya
dengan adanya batas waktu tersebut maka hal ini bisa berdampak pada kefokusan bekerja secara
serius dan yang paling penting ialah agar tidak menunda-nunda pekerjaan yang mana hal ini
terjadi akan dapat membahayakan komisi konstitusi. Oleh karena itu menurut saya panitia seleksi
yang akan melakukan penyeleksian calon anggota komisi konstitusi haruslah bebas dari afiliasi
politik atau bukan anggota partisipan partai politik.

You might also like