You are on page 1of 13

MAKALAH STRUKTUR BETON

Oleh :

Nama : Muh Abduh Rahim Amin Ilyas

NIT. : C1022110365

Course : TBU X Alpha

POLITEKNIK PENERBANGAN MAKASSAR

D-III TEKNOLOGI BANDAR UDARA

TAHUN AJARAN 2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


1. Latar belakang penggunaan Bahan Tambah (admixture)  untuk Campuran Beton
Untuk keperluan tertentu terkadang campuran beton tersebut masih
ditambahkan bahan tambah berupa  zat-zat kimia tambahan (chemical additive)
dan mineral/material tambahan. Zat kimia tambahan tersebut biasanya berupa
serbuk atau cairan yang secara kimiawi langsung mempengaruhi kondisi
campuran beton. Sedangkan mineral/material tambahan berupa agregat yang
mempunyai karakteristik tertentu. Penambahan zat-zat kimia atau mineral
tambahan ini diharapkan dapat merubah performa dan sifat-sifat campuran beton
sesuai dengan kondisi dan tujuan yang diinginkan, serta dapat pula sebagai
bahan pengganti sebagian dari material utama penyusun beton.
Standar pemberian bahan tambahan beton ini pun sudah diatur dalam SNI S-
18-1990-03 tentang Spesifikasi Bahan Tambahan pada Beton. Bahan tambah
(admixture) adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan, yang ditambahkan ke
dalam campuran adukan beton selama pengadukan, dengan tujuan untuk
mengubah sifat adukan atau betonnya. (Spesifikasi Bahan Tambahan untuk
Beton, SK SNI S-18-1990-03).
Berdasarkan ACI (American Concrete Institute), bahan tambah adalah
material selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beton
atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan berlangsung.
Penggunaan bahan tambah dalam sebuah campuran beton harus
memperhatikan standar yang berlaku seperti SNI (Standar Nasional Indonesia),
ASTM (American Society for Testing and Materials) atau ACI (American
Concrete Institute) dan yang paling utama memperhatikan petunjuk dalam
manual produk dagang.
2. Tujuan pengguanaan bahan tambah (admixture)untuk campuran pada beton
Berdasarkan tujuan yang diharapkan terdapat beberapa tujuan penggunaan zat
kimia diantaranya yaitu:
a. Water reduction (Zat kimia untuk mengurangi penggunaan air pada beton)
Hal ini dimaksudkan  agar diperoleh adukan dengan nilai fas yang tetap
dengan kekentalan yang sama atau dengan fas tetap, tapi didapatkan adukan

2
beton yang lebih encer. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh kuat tekan yang
lebih tinggi, dengan tidak mengurangi kekentalannya, atau diperoleh beton
dengan kuat tekan yang sama, tapi adukan dibuat menjadi lebih encer agar
lebih memudahkan dalam penuangan.
b. Retarder (zat kima untuk memperlambat proses ikatan campuran beton)
Biasanya diperlukan untuk beton yang tidak dibuat dilokasi penuangan
beton. Proses pengikatan campuran beton sekitar 1 jam. Sehingga apabila
sejak beton dicampur sampai penuangan memerlukan waktu lebih dari 1
jam, maka perlu ditambahkan zat kimia ini. Zat tambahan ini diantarannya
berupa gula, sucrose, sodium gluconate, glucose, citric acid, dan tartaric
acid.
c. Accelerators (zat kimia untuk mempercepat ikatan dan pengerasan campuran
beton)
Diperlukan untuk mempercepat proses pekerjaan konstruksi beton,
pencampuran beton dilakukan di tempat atau dekat dengan penuangannya.
Zat tambahan yang digunakan adalah CaCl2, Ca(NO3)2 dan NaNO3.
Namun demikian, lebih dianjurkan menggunakan yang nitrat, karena
penggunaan khlorida dapat mempercepat terjadinya karat pada penulangan.
Pada kenyataan di lapangan terkadang diperlukan kondisi kombinasi dari
ketiga perilaku penambahan zat kimia tersebut yaitu untuk mengurangi
penggunaan air dan memperlambat proses ikatan campuran beton, atau untuk
mengurangi air dan mempercapat waktu pengikatan serta pengerasan
campuran beton.

3
BAB I

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian bahan tambah


Bahan tambah (admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan kedalam
campuran beton pada saat atau selama pecampuran beton belangsung untuk
mencapai tujuan tertentu dalam pembuatan beton.
Dalam praktek sering terjadi dikehendaki beton yang dikerjakan mempunyai
sifat tertentu sesuai dengan kebutuhan. Adanya keperluan membongkar/melepas
cetakan lebih awal akan membutuhkan beton yang mempunyai sifat lebih cepat
mengeras dan mencapai kekuatan awal lebih tinggi. Temperatur yang tinggi, atau
waktu pengangkutan adukan beton yang cukup lama harus didukung oleh adukan
beton yang waktu pengikatannya bisa diperlambat. Untuk memperoleh beton dengan
sifat-sifat tertentu diperlukan bahan yang dapat mengubah sifat alami beton.
Jenis bahan tambah dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture).
2. Bahan tambah yang bersifat mineral (additive).
Bahan tambah kimiawi (admixture) adalah bahan berupa bubukan atau cairan
selain air, agregat, dan semen yang ditambahkan ke dalam campuran beton pada saat
atau selama pencampuran berlangsung. Fungsi bahan tambah jenis ini adalah untuk
mengubah sifat-sifat beton agar menjadi lebih cocok untuk kondisi atau pekerjaan
tertentu.
Bahan tambah mineral (additive) merupakan bahan tambah yang dimaksudkan
untuk memperbaiki kinerja beton dan biasanya dapat digunakan untuk
menggantikan sebagian bahan semen, seperti pozzolan, fly ash, slag, dan silica
fume.
Akan tetapi harus menjadi perhatian bahwa kesalahan dalam dosis dan cara
pemakaian bahan tambah dapat merugikan terhadap kualitas beton. Untuk itu
diperlukan tindakan kehati-hatian dalam menggunakan bahan tambah dengan cara
mengikuti petunjuk pemakaiannya.

4
2.2 Beberapa Alasan Penggunaan Bahan Tambah
1. Memodifikasi Beton Segar, Mortar, dan Grouting
a. Menambah sifat kemudahan pekerjaan tanpa menambah air, atau
mengurangi kandungan air dengan kemudahan pengerjaan yang sama.
b. Menghambat atau mempercepat waktu pengikatan awal adukan beton.
c. Mengurangi atau mencegah secara preventif penurunan atau perubahan
volume beton.
d. Mengurangi segregasi.
e. Mengembangkan dan meningkatkan sifat penetrasi dan pemompaan
beton segar.
f. Mengurangi kehilangan konsistensi adukan.
2. Memodifikasi Beton Keras, Mortar, dan Grouting
a. Menghambat atau mengurangi panas selama pengerasan awal.
b. Mempercepat laju pengembangan kekuatan beton pada umur muda.
c. Menambah kekuatan beton.
d. Menambah sifat keawetan beton atau ketahanan terhadap serangan
garam-garam sulfat.
e. Mengurangi kapilaritas air.
f. Mengurangi sifat permeabilitas.
g. Mengontrol pengembangan yang disebabkan oleh reaksi alkali.
h. Menghasilkan struktur beton yang baik.
i. Menambah kekuatan ikatan beton bertulang.
j. Mengembangkan ketahanan gaya impact dan ketahanan abrasi.
k. Mencegah korosi yang terjadi pada baja.
l. Menghasilkan warna tertentu pada beton atau mortar.
2.3 Bahan Tambah Kimia

Terdapat tujuh tipe yang termasuk dalam bahan tambah kimia.

5
1. Tipe Normal Water-Reducing
Bahan tambah water-reducing disebut juga bahan tambah pengurang air.
Bahan tambah tipe ini bisa digunakan untuk mencapai kemudahan
pengerjaan yang dikehendaki tanpa memberi tambahan air, atau bila
diperlukan menurunkan nilai faktor-air semen dengan cara mengurangi air,
tapi dengan sifat kemudahan yang tidak berubah. Dari pencapaian tingkat
pemadatan yang lebih baik, dapat juga memberi pengaruh positif terhadap
kemungkinan untuk mengurangi kadar semen.
Sampai seberapa jauh pengurangan kadar air dengan penggunaan bahan
tambah ini bergantung pada karakteristik campurannya. Tetapi, umumnya air
bisa dikurangi 5 – 10% dengan pencapaian kenaikan kekuatan hingga 10%.
2. Tipe Retarding
Bahan tambah retarding admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi
untuk menghambat waktu pengikatan. Dalam praktek, kegunaannya untuk
menunda waktu pengikatan misalnya karena kondisi cuaca yang panas, atau
mengatasi waktu pengangkutan adukan beton yang cukup lama, atau untuk
pekerjaan beton dalam jumlah besar, atau menyediakan waktu yang cukup
untuk pemadatan.
3. Tipe Acceleratin
Bahan tambah accelerating admixtures adalah bahan tambah yang
berfungsi untuk mempercepat pengikatan dan pencapaian kekuatan awal
beton yang lebih tinggi. Bahan kimia yang paling terkenal untuk bahan
tambah ini adalah kalsium klorida. Bahan kimia lainnya adalah senyawa
garam seperti klorida, bromide, karbonat, silikat, dan terkadang tri-
etanolamin.
Tetapi perlu diingat bahwa kalsium klorida dapat beresiko terhadap
korosi baja tulangan, dan mengurangi ketahanan beton terhadap agresi sulfat.
Oleh karena itu penggunaan bahan tambah tipe accelerating yang
mengandung kalsium klorida lebih cocok untuk beton yang tanpa tulangan
dan untuk kondisi yang tidak beresiko karena sulfat, sedangkan untuk beton
bertulang sebaiknya dipilih bahan tambah yang non-kalsium klorida.

Akan tetapi apakah korosi akan terjadi atau tidak, sangat bergantung
pada kualitas beton yang dihasilkan dan lingkungan yang mempengaruhinya.

6
Dapat dikatakan bahwa korosi tidak akan berlangsung bila tidak dibantu oleh
oksigen. Untuk menghindari terjadinya korosi, maka disarankan :

a. Kandungan kalsium klorida < 1,5%.


b. Buatlah beton yang dipadatkan dengan sempurna.
c. Jangan gunakan kalsium klorida untuk pekerjaan beton prategang.

4. Tipe Retarding Water-Reducing


Bahan tambah retarding water-reducing adalah bahan tambah yang
berfungsi ganda, yaitu mengurangi jumlah air pencampur dengan konsistensi
adukan tertentu serta menghambat pengikatan awal.
5. Tipe Accelerating Water-Reducing
Bahan tambah accelerating water-reducing adalah bahan tambah yang
berfungsi ganda, yaitu mengurangi jumlah air pencampur dengan konsistensi
adukan tertentu serta mempercepat pengikatan awal.
6. Tipe High Range Water-Reducin
Penggunaan bahan tambah tipe high range water-reducing atau disebut
juga superplasticizer bisa mengurangi air pencampur 25 – 35%. Konsistensi
adukan beton yang dihasilkan bisa berbentuk flowing concrete (beton yang
mengalir). Beton dengan bahan tambah tipe ini biasa digunakan untuk
pekerjaan-pekerjaan dimana akses lokasi pengecoran sulit, pekerjaan lantai
atau perkerasan yang memerlukan pembetonan cepat, pekerjaan beton mutu
tinggi yang memerlukan workabilitas normal tapi faktor air-semen sangat
rendah.
7. Tipe Retarding High Range Water Reducing
Dalam hal pengurangan air dan workabilitas, bahan tambah tipe ini sama
dengan bahan tambah tipe high range water-reducing, tetapi dengan
tambahan sifat mampu menunda waktu pengikatan.
2.4 Bahan Tambah Mineral
1. Abu Terbang Batubara (fly ash)

Fly ash didefinisikan sebagai butiran halus hasil residu pembakaran


batubara atau bubuk batubara. Menurut ASTM C.618 fly ash dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu abu terbang kelas F yang dihasilkan dari pembakaran

7
batubara antrasit atau batubara bitumeus dan abu terbang kelas C yang
dihasilkan dari batubara jenis lignite atau subbitumeus. Fly ash kelas F bisa
menggantikan bahan semen sampai 15 - 25% dan 15 – 35% untuk fly ash kelas
C.

2. Slag

Slag merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi. Slag adalah produk
non-metal yang merupakan material berbentuk halus, granular hasil pembakaran
yang kemudian didinginkan. Keuntungan penggunaan slag dalam campuran
beton adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan kekuatan tekan beton karena kecenderungan perkembangan


kekuatan beton yang diperlambat.
b. Meningkatkan rasio kelenturan-kekuatan tekan beton.
c. Mengurangi variasi kekuatan tekan beton.
d. Meningkatkan ketahanan terhadap sulfat dalam air laut.
e. Mengurangi serangan alkali-silika.
f. Mengurangi panas hidrasi.
g. Memudahkan penyelesaian akhir.
h. Meningkatkan keawetan beton.
i. Mengurangi porositas dan pengaruh klorida.
3. Silica fume

Silica fume adalah material pozolan yang halus dengan komposisi silika
lebih banyak yang dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa silikon. Penggunaan
silica fume dalam campuran beton biasa dimaksudkan untuk menghasilkan
beton dengan kekuatan tekan tinggi (fc’ 50 – 70 MPa pada 28 hari). Penggunaan
silica fume bisa sampai 30% dengan faktor air-semen 0,34 – 0,28 dengan atau
tanpa superplasticiser.

8
2.5 Bahan tambah lainnya
Ada pun berbagai macam bahan tambah lain yaitu :
1. Air Entraining
Additif jenis ini akan memberikan kadar udara yang lebih banyak daripada
beton normal. Pada beton konvensional, jumlah kandungan udara justru malah
dibatasi karena semakin banyak kandungan udara di dalam beton maka strength
nya akan semakin turun. Namun, dalam kasus tertentu, beton justru harus
memiliki kandungan udara yang cukup agar dapat memuai dan menyusut
dengan baik. Salah satu contoh penggunaan additif ini adalah untuk pengecoran
pada negara yang memiliki 4 musim dan pada pengecoran landasan pesawat
terbang.

2. Superplasticizer dan Hyperplasticizer


Additif jenis ini akan menurunkan konsumsi air dan tetap mendapatkan
slump yang sama atau bahkan lebih bagus. Workability merupakan masalah
utama dalam industri beton. Beton yang memiliki work ability yang bagus,
biasanya ditandai dengan nilai slump yang tinggi. Secara singkat workability
bisa dijelaskan dengan kemampuan beton untuk mengalir dan memenuhi bentuk
bekisting tanpa adanya segregasi ataupun rongga didalamnya. Biasanya, beton
yang mampu mengalir adalah beton yang memiliki slump tinggi.
3. Hidration control
Additif jenis ini mengendalikan panas hidrasi sehingga mortar tidak
kehilangan workability nya selama proses transportasi. Additif jenis ini sangat
dibutuhkan untuk pengecoran pada cuaca yang sangat panas.
4. Foaming agent
Foaming agent adalah additif pembuat busa yang banyak digunakan dalam
industri beton ringan atau bata ringan. Penggunaan additif jenis ini biasa
dicampurkan dengan air dengan perbandingan 1 banding 40. Foam yang baik
adalah foam yang tidak mudah pecah dan bentuk bulatannya seragam.
5. Mold Release Agent
Bahan Additif jenis ini membantu beton untuk terlepas dari bekisting dan
tetap memiliki permukaan yang halus dan rata tanpa merusak bekisting.

9
2.6 Keuntungan penggunaan additive
Adapun keuntungan penggunaan zat additive adalah (Mulyono T, 2003)
1. Memperbaiki workability beton 
2. Mengurangi panas hidrasi 
3. Mengurangi biaya pekerjaan beton 
4. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat 
5. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika 
6. Menambah keawetan (durabilitas) beton 
7. Meningkatkan kuat tekan beton 
8. Meningkatkan usia pakai beton  
9. Mengurangi penyusutan 
10. Membuat beton lebih kedap air(porositas dan daya serap  air pada beton
rendah)

Berdasarkan tujuan yang diharapkan terdapat beberapa tujuan penggunaan zat


kimia diantaranya yaitu  :
 Zat kimia untuk mengurangi penggunaan air pada beton (water reduction). Hal
ini dimaksudkan agar diperoleh adukan dengan nilai fas yang tetap dengan
kekentalan yang sama atau dengan fas tetap, tapi didapatkan adukan beton
yang lebih encer. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh kuat tekan yang lebih
tinggi, dengan tidak mengurangi kekentalannya, atau diperoleh beton dengan
kuat tekan yang sama, tapi adukan dibuat menjadi lebih encer agar lebih
memudahkan dalam penuangan.
  zat kima untuk memperlambat proses ikatan campuran beton (retarder).
Biasanya diperlukan untuk beton yang tidak dibuat dilokasi penuangan beton.
Proses pengikatan campuran beton sekitar 1 jam. Sehingga apabila sejak beton
dicampur sampai penuangan memerlukan waktu lebih dari 1 jam, maka perlu
ditambahkan zat kimia ini. Zat tambahan ini diantarannya berupa
gula, sucrose, sodium gluconate, glucose, citric acid, dan tartaric acid.

10
  Zat kimia untuk mempercepat ikatan dan pengerasan campuran beton
(accelerators). Diperlukan untuk mempercepat proses pekerjaan konstruksi
beton, pencampuran beton dilakukan di tempat atau dekat dengan
penuangannya.Zat tambahan yang digunakan adalah
CaCl2,Ca(NO3)2 dan NaNO3. Namun demikian, lebih dianjurkan
menggunakan yang nitrat, karena penggunaan khlorida dapat mempercepat
terjadinya karat pada penulangan.

Pada kenyataan di lapangan terkadang diperlukan kondisi kombinasi dari


ketiga perilaku penambahan zat kimia tersebut yaitu untuk mengurangi penggunaan
air dan memperlambat proses ikatan campuran beton, atau untuk mengurangi air dan
mempercapat waktu pengikatan serta pengerasan campuran beton.
Penambahan gelembung udara pada kadar tertentu juga dapat meningkatkan
performa beton pada saat proses pengerasan dari cair ke plastis. Tapi, pada setiap
penambahan gelembung 1% dapat mengurangi kekuatan beton 5%, sehingga jarang
disarankan penggunaannya. Zat kimia lain yang terkadang ditambahkan juga pada
beton adalah pigmen, untuk memberikan warna pada beton, penghambat korosi, lem
untuk ikatan dengan beton lama dan pengurang segregasi danbleeding pada proses
pengerasan beton.
Sedangkan mineral pada campuran beton biasanya berupa pozzolan dan
material lain pengganti agregat, seperti agregat ringa dan berat, serat. Pozzolan
merupakan bahan alami atau buatan yang mempunyai sifat pozzolanik dengan unsure
silika dan aluminat yang aktif.  Silika dan aluminat aktif ini akan bereaksi dengan
kapur bebas, yang merupakan sisa reaksi hidrasi air dengan semen, untuk
menjadi tubermorite lagi yang sama dengan hasil hidrasi air dengan semen
sebelumnya, sehingga akan meningkatkan kuat tekan beton. Jenis pozzolan
diantaranya adalah fly ash (abu terbang) yang berasal dari produk sampingan
pembangkit listrik tenaga batu bara, tras alam, gilingan terak dapur tinggi pada
pembakaran dan peleburan biji besi, abu sekam padi (hulk ash), abu ampas tebu,
bubuk bata merah, metakaolin dan silica fume.
Material tambahan yang digunakan disamping sebagai bahan tambah,
terkadang sebagai pengganti sebaian atau seluruh agregat. Agar diperoleh beton
ringan biasanya digunakan agregat ringan seperti batu apung, alwa (artificial light
weigth aggregate), serbuk/potongan  kayu, serbuk stereofoam, dan sebagainya.
Untuk memperoleh beton dengan performa tarik yang meningkat ditambahkan serat-
serat, seperti serat baja,serat aluminium, serat ban atau beberapa serat alami. Dan
beton berat diperoleh dengan menambahkan agregat dengan berat jenis yang lebih
besar dari agregat kerikil dan pasir.

11
2.7 Standard Yang Mencakup Bahan Tambahan
Beberapa negara seperti Amerika, Inggris, dan Indonesia telah mengatur
persyaratan dan petunjuk penggunaannya. Misalnya Inggris dengan BS 5075 part
1:1985, mengatur persyaratan dari beberapa tipe admxture (tabel 1) Amerika C494-
82 mengaturmasalah tersebut sesuai dengan ASTM C494-82 (tabel 2). Secara
umum juga ditampilkan tabel mengenai standard-standart di Amerika,Inggris,
Jerman, yang menyangkut masalah admixture ini . Dengan mengetahui standar dan
petunjuk tersebut diharapkan memudahkan para engineer untuk memahami
bagaimana penggunaan admixture yang tepat dan efisien.

2.8 Penggunaan Bahan Tambahan


Dalam kenyataannya penggunaan bahan tambahan secara luas dipergunakan
untuk membuat sifat beton pada kondisi tertentu . penggunaan admixture harus
didasarkanalasan-alasan yang tepat misalnya untuk memperbaiki kelecehan beton,
penampilan betonbila mengeras, menghemat harga beton, dan memperpanjang
waktu pengerasan danpengikatan dan lain sebagainya. Tetapi yang penting harus
dipahami bahwa “bahantambahan bukan merupakan obat mujarab untuk
memperbaiki beton yang jelek danpembuatan beton yang acak-acakan.

2.9 Hal-hal yang harus dihindari dalam penggunaan bahan tambahan


Semua para engineer yang secara rutin bekerja dalam pembuatan beton
mempunyai cerita yang menarik mengenai admixture dalam peranannya
menghambat waktu pengikatan dan pengerasan atau masalah-masalah yang sulit
diduga yang tidak menguntungkan, lagi pula kurangnya pengertian bagaimana
interaksi antara admixture dan beton. Untuk mengurangi dan mencegah sesuatu hal
yang tidak terduga dalam penggunaan admixture, maka perlu pertimbangan
mengenai hal-hal seperti dibawah ini :
 Gunakan bahan tambahan (admixture) sesuai dengan spesifikasi dan ASTM
(American Society for Testing and Material).
 Mengikuti petunjuk yang berhubungan dengan dosis, dan melakukan pengetesan
untuk mengontrol pengaruh yang telah didapat. Khususnya penggunaan bahan
yangakan dipakai di lapangan untuk pengetesan adalah sangat penting.
 Yakinkan ketelitian prosedur yang ditetapkan untuk ketelitian pencampuran
admixture.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahan tambah (admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan kedalam


campuran beton pada saat atau selama pecampuran beton belangsung untuk
mencapai tujuan tertentu dalam pembuatan beton.

Jenis bahan tambah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Bahan tambah yang
bersifat kimiawi (chemical admixture),Bahan tambah yang bersifat mineral
(additive).

Bahan tambah kimiawi (admixture) adalah bahan berupa bubukan atau cairan
selain air, agregat, dan semen yang ditambahkan ke dalam campuran beton pada
saat atau selama pencampuran berlangsung.

Bahan tambah mineral (additive) merupakan bahan tambah yang dimaksudkan


untuk memperbaiki kinerja beton dan biasanya dapat digunakan untuk
menggantikan sebagian bahan semen, seperti pozzolan, fly ash, slag, dan silica
fume.

3.2 Daftar Pustaka


Sumber internet

13

You might also like