Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Kelas X MPLB 1
2022
Berkunjung ke Rumah Nenek dan Kakek
Di suatu hari, sekitar 10 tahun yang lalu, aku bersama kedua orang tua ku,
berkunjung ke rumah kakek dan nenek yang berada di Sumedang. Kami berniat
ke sana untuk menjenguknya dan bersilaturahmi, sebab kami datang kesana hanya
1 tahun dua kali. Sebelum berangkat kami berdoa terlebih dahulu supaya selamat
sampai tujuan.
Setelah itu, kami berangkat pukul 08.00 pagi, supaya terhindar dari panas
dan macet. Kami menaiki kendaraan beroda dua yaitu sepeda motor. Ayah
mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, supaya terhindar dari
kecelakaan yang tidak di inginkan. Okeh lanjut, kami sampai tepat pukul 09.00
pagi, tepatnya hanya kisaran 1 jam waktu yang di tempuh dari rumah kami ke
rumah kakek dan nenek.
Aku pun mengangguk sambil menjawab," Iya mah paham." Saat itu aku
masih kecil sekitar 6 tahunnan masih sekolah di taman kanak-kanak dan masih
punya pikiran agak labil. Setelah mamah berbicara, aku langsung berenang. Nih,
di sungai tersebut ada air terjun dari batu, tapi pendek banget,jadi seolah olah air
terjun itu perosotan.
Aku pun langsung selonjoran di atas batu itu dan langsung meluncur ke
bawah. Tapi, tiba-tiba batu yang kaya air terjun itu ternyata licin, aku pun
meluncur dengan sangat cepat dan terpental jauh dari tempat tersebut. Aku
tenggelam dan hanya kelihatan dua telapak tangan yang mengangkat, supaya
memberi celah bahwa aku membutuh bantuan. Karena, air tersebut di kedalaman
120 cm, sedangkan aku tinggi nya belum seberapa.
Beberapa menit kemudian, mamah pun menyadari tenyata anak nya tidak
ada di samping nya. Ia pun panik dan langsung mencarinya. Ketika ia menoleh ke
samping bawah batu yang kaya air terjun, ternyata ia melihat ada sebuah tangan
yang melambai-lambai. Mamah pun berlari menuju kesana sambil berkata " Nak,
tunggu sebentar mamah akan segera menolongmu." Di angkatlah aku dari
kedalaman air itu. Lega sekali karena mamah segera menolong ku. Beliau sedih
ketika melihat aku tenggelam.
Aku pun tidak berhenti menangis dan trauma tidak mau lagi mandi di
sungai. Aku kehilangan semua perhiasanku tidak termasuk anting. Mamah segera
menyelesaikan pekerjaan nya, dan langsung membawa ku ke rumah nenek lagi.
Akhirnya, cerita singkat aku berakhir juga. Aku selamat dan trauma tidak mau
mandi di air sungai lagi.
Struktur
Orientasi
Di suatu hari, sekitar 10 tahun yang lalu, aku bersama kedua orang tua ku,
berkunjung ke rumah kakek nenek yang berada di Sumedang. Kami berniat ke
sana untuk menjenguknya dan bersilaturahmi, sebab kami datang kesana hanya 1
tahun dua kali. Sebelum berangkat kami berdoa terlebih dahulu supaya selamat
sampai tujuan. Setelah itu kami berangkat pukul 08.00 pagi, supaya terhindar dari
panas dan macet. Kami menaiki kendaraan beroda dua yaitu sepeda motor. Ayah
mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, supaya terhindar dari
kecelakaan yang tidak di inginkan. Okeh lanjut, kami sampai tepat pukul 09.00
pagi, tepatnya hanya kisaran 1 jam waktu yang di tempuh dari rumah kami ke
rumah kakek nenek. Aku super excited, pokonya senang banget ketika
mengunjungi rumah mereka. Rumah nenek aku sangat sederhana,apa adanya.
Karena, suasana yang selain sejuk juga nyaman. Mereka juga mempunyai kebun
di belakang rumah dan sungai yang sangat bersih tidak jauh dari rumah. Adat
istiadat disana masih kokoh, yaitu ketika memandikan jenazah harus memakai
pohon pisang atau pelepah pisang.
Komplikasi
Aku pun mengangguk sambil menjawab," Iya mah paham." Saat itu aku
masih kecil sekitar 6 tahunnan masih sekolah di taman kanak-kanak dan masih
punya pikiran agak labil. Setelah mamah berbicara, aku langsung berenang. Nih,
di sungai tersebut ada air terjun dari batu, tapi pendek banget,jadi seolah olah air
terjun itu perosotan. Aku pun langsung selonjoran di atas batu itu dan langsung
meluncur ke bawah. Tapi, tiba-tiba batu yang kaya air terjun itu ternyata licin, aku
pun meluncur dengan sangat cepat dan terpental jauh dari tempat tersebut. Aku
tenggelam dan hanya kelihatan dua telapak tangan yang mengangkat, supaya
memberi celah bahwa aku membutuh bantuan. Karena, air tersebut di kedalaman
120 cm, sedangkan aku tinggi nya belum seberapa.
Solusi
Beberapa menit kemudian, mamah pun menyadari tenyata anak nya tidak
ada di samping nya. Ia pun panik dan langsung mencarinya. Ketika ia menoleh ke
samping bawah batu yang kaya air terjun, ternyata ia melihat ada sebuah tangan
yang melambai-lambai. Mamah pun berlari menuju kesana sambil berkata " Nak,
tunggu sebentar mamah akan segera menolongmu." Di angkatlah aku dari
kedalaman air itu. Lega sekali karena mamah segera menolong ku. Beliau sedih
ketika melihat aku tenggelam. Aku pun tidak berhenti menangis dan trauma tidak
mau lagi mandi di sungai. Aku kehilangan semua perhiasanku tidak termasuk
anting. Mamah segera menyelesaikan pekerjaan nya, dan langsung membawa ku
ke rumah nenek lagi. Akhirnya, cerita singkat aku berakhir juga. Aku selamat dan
trauma tidak mau mandi di air sungai lagi.
Reorientasi
Di suatu hari, sekitar 10 tahun yang lalu, aku bersama kedua orang tua ku,
berkunjung ke rumah kakek dan nenek yang berada di Sumedang.
Setelah itu, tiba-tiba ayah aku di ajak oleh kakek untuk melihat kebun yang ada di
pasir, tempat nya agak jauh dari rumah.
Kata kerja:
Sesampainya di sana mamah segera mencuci baju nya dan aku ikut masuk ke
sungai lalu berenang.
Aku pun langsung selonjoran di atas air terjun dan langsung meluncur ke bawah.
Kata sifat:
Mereka juga mempunyai kebun di belakang rumah dan sungai yang sangat bersih
tidak jauh dari rumah.
Tapi, tiba-tiba batu yang kaya air terjun itu ternyata licin, aku pun meluncur
dengan sangat cepat dan terpental jauh dari tempat tersebut.
Kalimat langsung:
" Kalau mau berenang atau mandi di sungai harus hati hati, soal nya licin dan
ingat jangan jauh jauh dari mamah paham?"
Tema : Tenggelam
Tokoh :
Alur : Maju
Latar
Tempat :
Waktu :
Sesampainya di sana tepatnya pukul 09.30 pagi, mamah segera mencuci baju
nya dan aku ikut masuk ke sungai lalu berenang.
Suasana :
Amanat :
Dengarkanlah ucapan seorang ibu jangan sampai kita menghiraukannya dan juga
kita harus berhati hati dalam mengambil suatu tindakan.
Majas : Pleonasme
(Ayah mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, supaya terhindar dari
kecelakaan yang tidak di inginkan)
Nilai-Nilai Teladan
Nilai Keagamaan :
Sebelum berangkat kami berdoa terlebih dahulu supaya selamat sampai tujuan.
Nilai Pendidikan :
Saat itu aku masih kecil sekitar 6 tahunnan masih sekolah di taman kanak-kanak
dan masih punya pikiran agak labil.
Nilai Moral :
Nilai Sosial :
Lega sekali karena mamah segera menolong ku.Nenek aku pun tiba-tiba pamit
mau pergi ke warung, dan bantu-bantu di tetangga.
Nilai budaya :
Adat istiadat disana masih kokoh, yaitu ketika memandikan jenazah harus
memakai pohon pisang atau pelepah pisang.