You are on page 1of 72

ANALISIS PENENTUAN TAHANAN KRITIS

UNTUK PEMBANGKITAN TEGANGAN PADA GENERATOR


ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT
(Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT –USU)

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan


sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Oleh

EDY DARWINSON S
050402085

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011
ANALISIS PENENTUAN TAHANAN KRITIS
UNTUK PEMBANGKITAN TEGANGAN PADA GENERATOR
ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT
(Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT –USU)

Oleh :
EDY DARWINSON S
050402085
Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik

Disetujui oleh :
Pembimbing

Ir. Satria Ginting


NIP: 196005141989031002

Diketahui oleh:
Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU,

Ir.Surya Tarmizi Kasim,Msi.


NIP:1954053198611002

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
KATA PENGANTAR

Pujian dan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasihnya

yang menyertai penulis setiap saat selama perkuliahan., dalam pelaksanaan penelitian

tugas akhir ini, dan saat penyusunan laporan tugas akhir.

Tugas akhir ini merupakan bagian kurikulum yang harus di selesaikan untuk

memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di Departemen

Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, penulis berjudul :

ANALISIS PENENTUAN TAHANAN KRITIS UNTUK PEMBANGKITAN

TEGANGAN PADA GENERATOR ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT

(Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT –USU)

Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada orang tua saya, Ayahanda Halomoan Simbolon dan Ibunda Nurmina Silitonga

yang telah membesarkan, mendidik dan terus membimbing serta mendoakan saya.

Juga rasa sayang kepada saudara-saudara saya yaitu kakanda (Lina, Ida, Ira), adinda

(Darmanto dan Erna), Abang ipar (Doni Sinaga dan Jefry Siregar), dan my Poedan

(Veronika) yang selalu memberikan doa dan dukungan.

Dalam kesempatan ini, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir.Satria Ginting, selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir, atas segala

bimbingan, pengarahan dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

i
2. Bapak Arman Sani ,ST,MT selaku dosen Wali penulis, atas bimbingan dan

arahannya dalam menyelesaikan perkuliahan.

3. Bapak Ir.Surya Tarmizi Kasim,Msi, selaku Ketua Departemen Teknik Elektro

FT-USU dan Bapak Rahmat Fauzi, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik

Elektro FT-USU.

4. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Teknik Elektro USU dan Seluruh

Karyawan di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Elektro USU.

5. Teman-teman angkatan ’05 Teknik Elektro USU, Colin, Jonson, Ridwan,

Richard, Herman, Wosvi dan lain-lain yang tak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

6. Dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kesalahan

dan kekurangan, namun penulis tetap berharap semoga tugas akhir ini bisa

bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi pengembangan selanjutnya.

Medan, Maret 2011

Penulis

ii
ABSTRAK

Generator arus searah (DC) adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk

mengubah energi mekanis menjadi energi listrik yang berupa arus searah (DC).

Generator arus searah memiliki dua jenis penguatan secara umum yaitu penguatan

terpisah (bebas) dan penguatan sendiri antara lain penguatan seri, shunt dan kompon.

Studi ini akan membahas pada jenis generator arus searah penguatan shunt yaitu

dimana tahanan medannya itu dipasang pararel dengan tahanan jangkarnya.

Pada pembahasan mengenai generator arus searah ini akan dijelaskan

mengenai konstruksinya dan proses terjadinya aliran energi di dalam mesin hingga

menghasilkan output berupa arus searah (DC) yang diinginkan.

Tugas akhir ini membahas mengenai studi analisis penentuan besarnya

tahanan dan kecepatan kritis pada generator arus searah penguatan shunt. Dalam hal

ini menjelaskan bagaimana mengetahui dan menentukan nilai dari suatu tahanan

maksimum (kritis) yang diperlukan pada tahanan medan shunt untuk dapat

membangkitkan tegangan induksi yang akan dihasilkan. Serta dimana nantinya dari

tahanan kritis yang ditentukan tersebut didapatkan pula nilai kecepatan minimum

(kritis) yang diperlukan untuk dapat membangkitkan tegangan induksi pada

kumparan jangkarnya. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Konversi Energi

Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. i

ABSTRAK …………………………………………………………………… iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………. iv

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… vii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………… ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………. 1

1.2 Tujuan Dan Manfaat Penulisan …………………………………… 2

1.3 Batasan Masalah…………………………………………………… 2

1.4 Metode Penulisan …………………………………………………. 3

1.5 Sistematika Penulisan ……………………………………………... 3

BAB II GENERATOR ARUS SEARAH

2.1 Umum ……………………………………………………………. 5

2.2 Konstruksi Generator Arus Searah ………………………………. 5

2. 3 Prinsip Kerja Generator Arus Searah …………………………… 15

2.4 Gaya Gerak Listrik ( GGL ) …………………………………….. 18

2. 5 Prinsip Penyearahan …………………………………………… 21

2 .6 Jenis – Jenis Generator Arus Searah ………………………....... 24

2. 7 Rugi – Rugi Pada Generator Arus Searah …………………….. 25

2. 8 Tegangan Residu ………………………………………………. 30

iv
BAB III TAHANAN DAN KECEPATAN KRITIS PADA GENERATOR ARUS

SEARAH PENGUATAN SHUNT

3.1 Umum ………………………………..…………………………. 32

3. 2 Rangkaian Ekivalen Generator Arus Searah Penguatan Shunt ......... 33

3. 3 Karakteristik Beban Nol ( OCC ) ………………………...........…….. 34

3.4 Karakteristik Pembebanan …………………………........…………. 36

3 . 5 Karakteristik Luar ( External Characteristic ) …………..……. 38

3. 6 Tahanan Kritis Pada Generator Arus Searah Penguatan Shunt ............39

3. 7 Kecepatan Kritis Pada Generator Arus Searah Penguatan Shunt........ .43

BAB IV PENENTUAN NILAI TAHANAN DAN KECEPATAN KRITIS

PADA GENERATOR ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT

4. 1 Percobaan Untuk Menentukan Nilai Tahanan dan Kecepatan


Kritis Pada Generator Arus Searah Penguatan Shunt 48
4.1.1 Percobaan Karakteristik Beban Nol …………………… 49
4.1.2 Percobaan Pengukuran Tahanan Jangkar ……………… 50
4.1.3 Percobaan Pengukuran Tahanan Medan ………………. 50

4 . 2 Data Percobaan ………………………………………….....…….. 51


4 . 3 Analisa Data
4. 3. 1 Penentuan Tahanan Kritis ……………….........…………. 53
4. 3. 2 Penentuan Kecepatan Kritis ………………………........… 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan ……………………………………………………........... 61
5. 2 Saran ………………………………………………………........…… 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konstruksi generator Arus Searah ………………………………… 5

Gambar 2.2 Rangka generator Arus Searah …………………………………… 6

Gambar 2.3 Kutub Magnet Motor Arus Searah ……………………………….. 7

Gambar 2.4 Konstruksi Sikat……………………………………………………. 8

Gambar 2.5 Konstruksi komutator ……………………………………………... 9

Gambar 2.6 Konstruksi Jangkar Generator Arus Searah ……………………….. 10

Gambar 2.7 Bentuk Umum Kumparan Jangkar ………………………………... 10

Gambar 2.8 Kumparan Progresif dan Kumparan Retrogresif ………………….. 12

Gambar 2.9 Kumparan Jerat …………………………………………………… 12

Gambar 2.10 Kumparan Gelombang …………………………………………… 13

Gambar 2.11 Kumparan Kaki Katak atau Kumparan Penyama Mandiri ………. 14

Gambar 2.12 Suatu penghantar yang diputar dalam medan magnet …………… 15

Gambar 2.13 Ilustrasi Proses prinsip kerja generator arus searah ……………… 17

Gambar 2.14 Bentuk gelombang tegangan sinusoidal yang dihasilkan ……….. 18

Gambar 2.15 Ilustrasi proses Komutasi ………………….…………………… 22

Gambar 2.16 Bentuk gelombang tegangan hasil dari proses penyearahan …… 23

Gambar 2.17 Gambar rangkaian ekivalen jenis – jenis generator arus searah 25

Gambar 2.18 Perputaran jangkar di dalam medan magnet stator ……………. 27

Gambar 2.19 Kurva magnetisasi ……………………………………………… 31

Gambar 3.1 Rangkaian Ekivalen Generator Arus Searah Penguatan Shunt …... 33

Gambar 3.2 Rangkaian percobaan beban nol …………………………………. 35

vi
Gambar 3.3 Kurva OCC secara teoritis ……………………………………….. 35

Gambar 3.4 Kurva OCC sebenarnya …………………………………………... 36

Gambar 3.5 Kurva Karakteristik Vt terhadap If ……………………………….. 37

Gambar 3.6 Kurva Karakteristik Vt terhadap Ia ……………………………….. 39

Gambar 3.7 Generator Arus Searah Penguatan Shunt Tanpa Beban ………….. 40

Gambar 3.8 Karakteristik Beban Nol Generator Arus Searah Penguatan Shunt 40

Gambar 3.9. Tegangan yang dibangkitkan pada generator Arus Searah

penguatan shunt dengan harga tahanan yang bervariasi ………… 42

Gambar 3.10 Tegangan yang dibangkitkan Pada Generator Arus Searah

Penguatan Shunt kecepatan yang Bervariasi ……………………. 44

Gambar 3.11 Kurva OCC dengan kecepatan kritis dan kecepatan

pada saat tahanan kritis …………………………………………. 46

Gambar 4.1 Rangkaian Percobaan Beban Nol ……………………………….. 49


Gambar 4.2 Rangkaian Percobaan Pengukuran Tahanan Jangkar …………… 50

Gambar 4.3 Rangkaian Percobaan Pengukuran Tahanan Medan Shunt …….. 51

Gambar 4.4 Grafik Beban Nol Hasil Pengujian dan Penentuan Tahanan Kritis 53

Gambar 4.5 Kurva Beban Nol Dengan Beberapa Variasi Rfg ……………….. 55

Gambar 4.6 Grafik Beban Nol Hasil Pengujian dan Penentuan Kecepatan Kritis 56

vii
ABSTRAK

Generator arus searah (DC) adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk

mengubah energi mekanis menjadi energi listrik yang berupa arus searah (DC).

Generator arus searah memiliki dua jenis penguatan secara umum yaitu penguatan

terpisah (bebas) dan penguatan sendiri antara lain penguatan seri, shunt dan kompon.

Studi ini akan membahas pada jenis generator arus searah penguatan shunt yaitu

dimana tahanan medannya itu dipasang pararel dengan tahanan jangkarnya.

Pada pembahasan mengenai generator arus searah ini akan dijelaskan

mengenai konstruksinya dan proses terjadinya aliran energi di dalam mesin hingga

menghasilkan output berupa arus searah (DC) yang diinginkan.

Tugas akhir ini membahas mengenai studi analisis penentuan besarnya

tahanan dan kecepatan kritis pada generator arus searah penguatan shunt. Dalam hal

ini menjelaskan bagaimana mengetahui dan menentukan nilai dari suatu tahanan

maksimum (kritis) yang diperlukan pada tahanan medan shunt untuk dapat

membangkitkan tegangan induksi yang akan dihasilkan. Serta dimana nantinya dari

tahanan kritis yang ditentukan tersebut didapatkan pula nilai kecepatan minimum

(kritis) yang diperlukan untuk dapat membangkitkan tegangan induksi pada

kumparan jangkarnya. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Konversi Energi

Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Mesin arus searah merupakan suatu mesin listrik yang dapat digunakan baik

sebagai generator maupun motor. Baik generator maupun motor keduanya memiliki

dua jenis penguatan yaitu penguatan terpisah dan penguatan sendiri (seri, shunt dan

kompon).

Sebagai penguatan sendiri generator arus searah penguatan shunt,

mendapatkan arus penguat tidak dari sumber tegangan yang berbeda dari jangkar

akan tetapi dari generator itu sendiri. Sehingga untuk mendapatkan besar arus

penguat (medan) yang diinginkan maka pada tahanan shuntnya tersebut diserikan

dengan tahanan yang dapat diatur-atur besarnya (Rheostat). Tahanan tersebut

berbanding terbalik dengan arus medan yang dihasilkan, sehingga dengan begitu

dapatlah diketahui berapa besar tahanan maksimum yang digunakan agar dapat

dihasilkan arus medan minimum yang dapat membangkitkan tegangan pada

kumparan jangkarnya.

Apabila tahanan tersebut terlalu besar maka arus medannya tidak akan timbul,

sehingga tahanan Rf harus diatur pada harga tertentu dimana arus medan masih

dihasilkan. Batas tahanan yang tidak menghasilkan arus medan dinamakan tahanan

kritis. Setelah mendapatkan besar tahanan tersebut maka nantinya pula didapatkan

berapa besar kecepatan minimum yang diperlukan untuk dapat membangkitkan

tegangan.

1
Atas dasar inilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

penentuan besarnya tahanan kritis untuk pembangkitan tegangan pada generator arus

searah penguatan shunt.

I.2 Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mendapatkan berapa

besarnya tahanan kritis dari suatu generator arus searah penguatan shunt serta

besarnya kecepatan kritis yang dihasilkan tersebut.

Manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memberitahukan kepada

pembaca bagaimana menjalankan generator arus searah penguatan shunt. Selain itu

dapat pula digunakan sebagai bahan acuan guna pengembangan praktikum Mesin-

mesin Elektrik dan Konversi Energi Listrik di Laboratorium Konversi Energi Listrik

FT – USU.

I.3 Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu meluas serta untuk mendapatkan

hasil yang maksimal, maka penulis akan membatasi pembahasan Tugas Akhir ini.

Adapun batasan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah :

1. Tidak menghitung besar efisiensi dan rugi - rugi pada generator arus searah

penguatan Shunt

2. Analisis menggunakan karakteristik beban nol pada generator arus searah

penguatan shunt.

2
I.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Studi literatur, berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku teks

pendukung

2. Studi bimbingan, berkonsultasi dengan dosen pembimbing, dosen-dosen

bidang konversi energi listrik, asisten Laboratorium Mesin-mesin Listrik serta

teman-teman sesama mahasiswa yang memegang peranan penting dalam

penulisan tugas akhir ini.

3. Studi laboratorium, berupa pengujian kebenaran teoritis yang diperoleh pada

studi literatur dengan cara penerapan langsung pada peralatan laboratorium.

I.5 Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran mengenai tugas akhir ini, maka secara singkat

dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,

tujuan dan manfaat penulisan, batasan masalah, metode dan sistematika penulisan.

BAB II. GENERATOR ARUS SEARAH

Bab ini menjelaskan tentang generator arus searah secara umum, konstruksi,

prinsip kerja, tegangan induksi, prinsip penyearahan, jenis-jenis generator Arus

Searah, rugi – rugi pada generator arus searah, tegangan residu..

3
BAB III. TAHANAN DAN KECEPATAN KRITIS PADA GENERATOR ARUS

SEARAH PENGUATAN SHUNT

Pada bab ini menjelaskan tentang tahanan kritis, kecepatan kritis, kurva

karakteristik beban nol, dan berbeban. Perhitungan nilai tahanan dan kecepatan kritis

dengan kurva karakteristik beban nol (OCC)

BAB IV. ANALISIS PENENTUAN NILAI TAHANAN DAN KECEPATAN

KRITIS PADA GENERATOR ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT

Bab ini menunjukkan hasil-hasil studi laboratorium yang berkenaan dengan

penentuan nilai tahanan dan kecepatan kritis pada generator arus searah penguatan

shunt di laboratorium mesin-mesin listrik.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil percobaan .

4
BAB II

GENERATOR ARUS SEARAH

II.1 Umum

Generator arus searah adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengubah

energi mekanis menjadi energi listrik berupa arus searah (DC). Dimana energi listrik

yang digunakan berasal dari suatu penggerak mula (prime mover) yang memutar

poros rotor dari generator tersebut. Dimana dalam memperoleh tegangan yang searah

diperlukan alat penyearah yang disebut dengan komutator.

II.2 Konstruksi Generator Arus Searah

Secara umum generator arus searah memiliki konstruksi yang terdiri atas dua

bagian yaitu bagian yang berputar ( rotor ) dan bagian yang diam ( stator ). Yang

termasuk stator adalah rangka, komponen magnet dan komponen sikat. Sedangkan

yang termasuk rotor adalah jangkar, kumparan jangkar dan komutator.

Secara umum konstruksi generator arus searah adalah seperti gambar berikut :

rangka

Gambar 2.1 Konstruksi generator Arus Searah

5
1. Badan Generator ( Rangka )

Rangka motor arus searah secara umum memiliki dua fungsi, yaitu :

a. Merupakan sarana pendukung mekanis untuk mesin secara keseluruhan,

seperti meletakkan alat – alat tertentu dan melindungi bagian – bagian mesin

lainnya.

b. Sebagai bagian dari tempat mengalirnya fluks magnetik yang dihasilkan oleh

kutub-kutub mesin.

Untuk mesin kecil, dimana pertimbangan harga lebih dominan daripada

beratnya, biasanya rangka terbuat dari besi tuang, tetapi untuk mesin-mesin besar

pada umumnya terbuat dari baja tuang atau baja lembaran. Pada badan generator

juga terdapat name plate yang berisi informasi spesifikasi secara umum atau data –

data teknik dari generator, serta kotak tempat terminal dari kumparan medan maupun

jangkar.

Gambar 2.2 Rangka generator Arus Searah

6
Rangka ini pada bagian dalamnya dilaminasi untuk mengurangi rugi-rugi inti,

selain itu rangka juga harus memiliki permeabilitas yang tinggi untuk memperkecil

rugi – rugi histeresis, disamping kuat secara mekanis.

2. Magnet penguat dan kumparan penguat medan

Sebagaimana diketahui bahwa fluks magnet yang terdapat pada generator arus

searah dihasilkan oleh kutub magnet buatan yang dihasilkan dengan prinsip

elektromagnetik. Magnet penguat terdiri dari inti kutub dan sepatu kutub (lihat

Gambar 3).

Adapun fungsi dari sepatu kutub adalah :

a. Menyebarkan fluks pada celah udara dan juga karena merupakan bidang

lebar, maka akan mengurangi reluktansi jalur magnet.

b. Sebagai pendukung secara mekanis untuk kumparan penguat atau kumparan

medan.

Inti kutub terbuat dari lembaran-lembaran besi tuang atau baja tuang. Sepatu

kutub dilaminasi dan di baut ke inti kutub. Sedangkan kutub (inti kutub dan sepatu

kutub) dibaut atau dikeling ke rangka mesin.


Inti Kutub Yang
Dilaminasi

Kumparan Penguat
(Kumparan Medan)

Sepatu Kutub
Yang Dilaminasi

Gambar 2.3 Kutub Magnet Motor Arus Searah

7
Kumparan penguat atau kumparan kutub terbuat dari kawat tembaga

(berbentuk bulat atau strip/persegi), yang dililitkan sedemikian rupa dengan ukuran

tertentu (lihat Gambar 3). Lilitan penguat magnet berfungsi untuk mengalirkan arus

listrik untuk terjadinya proses elektromagnetik.

3. Sikat

Sikat terbuat dari karbon, grafit , logam grafit, atau campuran karbon-grafit,

yang dilengkapi dengan pegas penekan dan kotak sikat. Besarnya tekanan pegas

dapat diatur sesuai dengan keinginan. Permukaan sikat ditekan ke permukaan segmen

komutator untuk menyalurkan arus listrik. Karbon yang ada diusahakan memiliki

konduktivitas yang tinggi untuk mengurangi rugi-rugi listrik, dan koefisien gesekan

yang rendah untuk mengurangi keausan. Agar gesekan antara komutator dan sikat

tidak mengakibatkan ausnya komutator, maka sikat harus lebih lunak daripada

komutator. Sikat ini berfungsi untuk sebagai jembatan bagi aliran arus ke kumparan

jangkar, selain itu memegang peranan penting untuk terjadinya komutasi.

Gambar 2.4 Konstruksi Sikat

8
1. Komutator

Komutator terbuat dari batangan tembaga yang dikeraskan, yang diisolasi

dengan bahan sejenis mika. Adapun fungsi komutator ini adalah untuk

mengumpulkan arus listrik induksi dari konduktor jangkar dan mengkonversikannya

menjadi arus searah melalui sikat yang disebut komutasi.

Commutator Lugs
Segmen Tembaga
Yang Diisolasi

Ujung
Kelem

Gambar 2.5 Konstruksi komutator

2. Inti Jangkar

Inti jangkar motor arus searah berbentuk silinder yang diberi alur-alur pada

permukaannya untuk tempat melilitkan kumparan-kumparan tempat terbentuknya

GGL induksi. Inti jangkar dibuat dari bahan ferromagnetik, dengan maksud agar

kumparan-kumparan (lilitan jangkar) terletak dalam daerah yang induksi magnetnya

besar, supaya GGL induksi yang terbentuk dapat bertambah besar.

9
Gambar 2.6 Konstruksi Jangkar Generator Arus Searah

Seperti halnya inti kutub magnet, maka jangkar dibuat dari bahan berlapis-

lapis tipis untuk mengurangi panas yang terbentuk karena adanya arus pusar (eddy

current). Bahan yang digunakan untuk jangkar ini sejenis campuran baja silicon dan

pada umumnya alur tidak hanya diisi satu kumparan yang tersusun secara berlapis.

3. Kumparan Jangkar

Pada generator arus searah, kumparan jangkar berfungsi sebagai tempat

terbentuknya ggl induksi. Umumnya kumparan jangkar (rotor) berbentuk seperti

permata, seperti pada gambar berikut :

Gambar 2.7 Bentuk Umum Kumparan Jangkar

Adapun jumlah konduktor dalam kumparan jangkar tersebut :

Z = 2CN……...………..….…………. ………......( 2.1 )

Di mana : C = jumlah kumparan pada rotor atau segmen komutator pada rotor

N = jumlah lilitan setiap kumparan.

10
Normalnya bentangan kumparan adalah 1800 listrik, yang berarti ketika sisi

kumparan yang satu berada di tengah suatu kutub, sisi lainnya berada di tengah kutub

yang berbeda polaritasnya. Sedangkan secara fisik kutub yang ada tidak saling

terletak 1800 mekanis. Adapun untuk menentukan hubungan sudut dalam derajat

mekanis dan derajat listrik, dapat digunakan formula berikut :

θlistrik =
p
θmekanis …………………………………..……( 2.2 )
2

Di mana : θlistrik = sudut dalam derajat listrik

P = jumlah kutub

θmekanis = sudut dalam derajat mekanis

Kumparan yang membentang 1800 listrik memiliki tegangan yang sama antar

sisi-sisinya dan berlawanan arah setiap waktu. Kumparan ini disebut sebagai

kumparan kisar penuh (full-pitch coil).

Sedangkan kumparan yang bentangannya kurang dari kisaran kutubnya (1800

listrik) disebut sebagai kumparan kisar fraksi (fractional-pitch coil) atau kumparan

tali busur (chorded winding).

Adapun hubungan antara kumparan rotor dengan segmen komutatornya

terbagi atas 2 macam :

1. Kumparan Progresif (Progressive winding). Adalah kumparan yang sisi

belakangnya dihubungkan ke sebuah segmen komutator mendahului

kumparan sebelumnya.

2. Kumparan Retrogresif (Retrogressive winding). Adalah kumparan yang sisi

belakangnya dihubungkan ke sebuah segmen komutator membelakangi

kumparan sebelumnya.

11
Gambar 2.8 Kumparan Progresif dan Kumparan Retrogresif

Sedangkan macam konstruksi kumparan rotor ada 3 macam :

1. Kumparan jerat (lap winding)

2. Kumparan gelombang (wave winding)

3. Kumparan kaki katak (frog-leg winding)

1. Kumparan Jerat

Konstruksi kumparan jerat/gelung dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.9 Kumparan Jerat

Dimana :

YK = ± m

(tanda + untuk hubungan kumparan progressif dan tanda – untuk kumparan

retrogressif)

m = kelipatan kumparannya simpleks m= 1, dupleks m = 2, tripleks m = 3, dan

seterusnya.

12
YJ = YD – YB.............................................................( 2.3 )

Dimana :

YK = kisar komutator (commutator pitch)

YJ = kisar resultan/kisar jumlah (resultant pitch)

Y = kisar kumparan (pitch of winding)

YB = kisar belakang (back pitch)

YD = kisar depan (front pitch)

Pada kumparan jerat, banyaknya jalur arus pararel adalah sebanyak :

a = m.p……………………………….…………( 2.4 )

Dengan banyaknya jalur arus pada kumparan jerat ini, maka pilihan yang

tepat adalah diaplikasikan pada tegangan rendah dan arus tinggi, karena arusnya

dapat dibagikan oleh banyaknya jalur arus pararel tersebut.

2. Kumparan Gelombang

Kumparan gelombang ini disebut juga sebagai kumparan seri, dan

konstruksinya dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.10 Kumparan Gelombang

13
Di mana :

YJ = YD + YB ………...…….…………….………( 2.5 )

2(C ± 1)
YK = ……………………………….……( 2.6 )
p

Pada kumparan gelombang, banyaknya jalur arus pararel adalah sebanyak :

a = 2m .……………………………………...…..( 2.7 )

Pada kumparan jenis ini, karena jalur arusnya lebih sedikit daripada kumparan

jerat, maka sikatnya pun lebih sedikit, namun untuk mengurangi besarnya arus yang

mengalir pada sikat-sikat yang ada, biasanya ditmbahkan sikat-sikat ekstra.

Kumparan gelombang ini sangat cocok untuk mesin arus searah bertegangan

tinggi, karena jumlah kumparan yang terhubung seri antar segmen komutator

memungkinkan tegangan tinggi lebih mudah dibangkitkan daripada jenis kumparan

jerat.

3. Kumparan Kaki Katak

Kumparan jenis ini pada dasarnya merupakan perpaduan jenis kumparan jerat

dan kumparan gelombang. Kumparan gelombang pada jenis kumparan ini berfungsi

sebagai penyama (equalizers) kumparan jeratnya.

Gambar 2.11 Kumparan Kaki Katak atau Kumparan Penyama Mandiri

14
Adapun banyaknya jalur arus dinyatakan sebagai :

a = 2p.mlap ...……………………...…...…………( 2.8 )

Di mana : p = jumlah kutub

mlap = kelipatan kumparan jeratnya.

II. 3 Prinsip Kerja Generator Arus Searah

Suatu generator arus searah bekerja berdasarkan prinsip induksi magnetis

sesuai dengan Hukum Faraday, yaitu :

“Bila sebatang konduktor digerakkan dalam suatu medan magnet maka pada ujung –

ujung konduktor akan timbul tegangan listrik yang besarnya dinyatakan oleh :

e = B.L.V …………………………….………. ( 2.9 )

Dimana :

E = tegangan induksi (Wb/s)

B = kerapatan medan magnet (Wb/m2)

L = panjang konduktor (meter)

V = Kecepatan konduktor (m/s)

Gambar berikut ini memperlihatkan pinsip dari suatu generator arus searah :

9
A O
8 2

B
D 3
7
U S
6 C
4
+ 5
-

Gambar 2.12 Suatu penghantar yang diputar dalam medan magnet

15
Anggap bahwa arah gerak dari konduktor, membentuk sudut α dengan arah

medan magnet, sehingga persamaan 2.2 menjadi :

e = B.L.V sin α

e = em sin α ……………………….…………….( 2.10 )

Konduktor tersebut diputar dengan suatu penggerak mula (prime mover) di

dalam suatu medan magnet pada porosnya dengan arah yang searah dengan jarum

jam (gambar 1). Bila posisi awal dari rotor sebagai berikut :

U S

(a)

A
U S
C

(b)

U S

(c)

16
A
U S
C

(d)

Gambar 2.13 Ilustrasi Proses prinsip kerja generator arus searah

Bila konduktor diputar searah jarum jam maka pada gambar a kecepatan

konduktor sama arahnya dengan arah medan magnet sehingga membentuk sudut α =

0o. Dalam keadaan ini maka menurut persamaan di atas tegangan yang dihasilkan

pada ujung – ujung konduktor seperti persamaan e = em sin 0 = 0

Setelah konduktor bergerak 90o maka arah kecepatan konduktor akan

membentuk sudut 90o dengan arah medan magnet seperti gambar b. Untuk keadaan

ini didapatkan e = em sin 90o = em. Kemudian dari gambar c kecepatan konduktor

menjadi berlawanan dengan arah medan magnet sehingga membentuk sudut 180o dan

ggl yang ditimbulkan menjadi e = em sin 180 = 0. selanjutnya pada saat konduktor

berada pada posisi d, dimana arah kecepatan konduktornya membentuk sudut 270o

dengan arah medan magnet dan didapatkan persamaan e = em sin 270 = - em.

Akhirnya konduktor akan kembali ke posisi semula dimana konduktor telah

berputar selama satu periode. Dengan demikian bentuk gelombang yang dihasilkan

pada ujung konduktor merupakan gelombang sinusoidal. Tegangan sinusoidal yang

dihasilkan oleh ujung – ujung konduktor ini disearahkan oleh komutator sehingga

tegangan terminal generator diperoleh tegangan arus searah. Tegangan sinusoidal

yang dihasilkan dapat terlihat pada gambar berikut ini :

17
+

6 7 8 9
1 2 3 4 5

-
1 CYCLE

Gambar 2.14 Bentuk gelombang tegangan sinusoidal yang dihasilkan

II.4 Gaya Gerak Listrik ( GGL )

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa terbentuknya GGL pada generator arus

searah berdasarkan hukum Faraday. Dimana dikatakan bahwa suatu kumparan yang

digerakkan dalam medan magnet, di dalam kumparan tersebut akan terbentuk GGL.

Pada generator, untuk menentukan arah – arah GGL induksi, medan dan gerak dapat

diingat dengan kaidah tangan kanan. Dimana ibu jari menunjukkan arah gerakan, jari

telunjuk menunjukkan arah fluksi dan jari tengah menunjukkan arah GGL.

Dari gambar 2.12, menurut hukum Faraday GGL induksi yang terbentuk pada

sisi AB dan CD besarnya sesuai dengan perubahan fluksi yang dipotong kumparan

ABCD tiap detiknya yaitu sesuai dengan persamaan :


e(t ) = − …………………………………….. ( 2.11 )
dt

Dimana : e(t) = GGL induksi sesaat yang terbentuk

dφ = perubahan fluksi ( Weber )

dt = Perubahan Waktu (detik)

18
Bila kumparan berputar dengan kecepatan sudut yang tetap dalam medan

magnet serba sama, maka besarnya fluks magnet yang dipotong setiap saat adalah :

φ (t ) = φ max cos ωt ………………………………………….(2.12)

Bila disubstitusikan persamaan dengan maka didapatkanlah besarnya GGL

induksi sesaat menjadi :

d (φ max Cosωt )
e(t ) = −
dt

e(t ) = ωφ max Sinωt

e(t ) = E max Sinωt ……………………………………………..(2.13)

Dimana :

Emax = GGL induksi maksimum yang terbentuk ( Volt )

φ(t) = Fluks magnet yang dipotong pada saat tertentu ( Weber )

φmax = Fluks magnet maksimum yang terpotong ( Weber )

ω = Kecepatan sudut Berputarnya kumparan ( rad/detik )

t = Waktu tertentu ( detik )

Menurut persamaan 2.13, maka besarnya GGL induksi maksimum dalam satu

belitan adalah :

E m = ω.φ m ( Volt )

Harga rata – ratanya adalah :

er =
π
2
Em

19
er = ω.φ m …………………………………………………….(2.14)
π
2

Pada satu putaran jangkar berkutub 2, GGL melalui satu periode jika jangkar

itu mengadakan n putaran / menit atau n putaran/60 detik, maka bagi satu periode :

T=
60
detik, sedangkan untuk jangkar berkutub P, maka :
n

T=
60
detik ……………………………………………….(2.15)
P
n
2

Dalam satu periode dilalui sudut yang besarnya 2π radial, sehingga :


ω= …………………………………………………….. (2.16)
T

Dari persamaan 2.15 dan 2.16 diperoleh :

2 2π
E= φm
π T

E= φm
4
T

p
E=4 φm
n
2
60

Jangkar memuat N belitan yang terdiri dari a cabang pararel (cabang jangkar),

sehingga tiap cabang jangkar akan mempunyai N/a buah sehingga :

p
E = 4. . .φ m
n
N 2
a 60

Seperti telah diketahui bahwa setiap belitan mempunyai 2 batang penghantar.

Z
Jika jumlah batang penghantar = Z, maka N =
2

20
Diperoleh persamaan :

p
E = 4. . .φ m
n
Z 2
2a 60

= . .n.φ m ………………………………………………….(2.17)
P Z
a 60

P Z
Oleh karena . . , merupakan harga yang konstan, maka besarnya tegangan
a 60

yang diinduksikan adalah :

E = c n φm ( Volt ) …………………………………………….(2.18)

Dimana :

P Z
c = Konstanta = . . p = Jumlah Kutub
a 60

n = Putaran ( rpm ) Z = Jumlah Konduktor

φm = Fluksi maksimum per kutub

II. 5 Prinsip Penyearahan

Pada dasarnya tegangan dan arus yang dihasilkan oleh generator adalah

bolak–balik, maka untuk menjadi generator arus searah perlu dilakukan penyearahan

melalui proses komutasi, penyearahan ini dilakukan dengan komutator yang

bentuknya sama dengan cincin seret tapi dibelah dua dan disatukan kembali dengan

isolator.

Komutasi adalah saat dimana terjadi pergantian arah arus pada harga negatif

ke positif pada suatu kumparan yang menghasilkannya. Peristiwa ini akan terjadi bila

kumparan melewati garis netral pada waktu kumparan – kumparan tersebut bergerak

21
dari daerah antara permukaan kutub utara ke selatan atau sebaliknya. Hal ini dapat

dijelaskan menurut gambar berikut ini :

Ic Ic Ic
Ic = I L

2Ic I2 I 2Ic - I

3 2 1 3 2 1

2Ic - IL 2Ic - I
2Ic 2Ic

(a) (b)

Ic Ic Ic Ic Ic Ic

Ic Ic Ic

3 2 1 3 2 1

2I1 - Ic I1
2Ic 2Ic

(c) (d)

Ic Ic Ic Ic

2Ic

3 2 1

2Ic

(e)

Gambar 2.15 Ilustrasi proses Komutasi

Gambar (a) sikat tepat pada cincin komutator 1, kumparan 1 melalukan arus Ic

dari kiri ke kanan. Sikat melalukan arus 2Ic. arah rotasi jangkar ditentukan dari kiri ke

kanan.Gambar (b) begitu sikat menyentuh segmen 2, kumparan 1 menjadi short

circuit dan arus yang dilalukannya mulai berkurang dari arus segmen ke sikat. Misal :

22
I2, maka arus kumparan 1 adalah Ic – I2 dari kiri ke kanan. Segmen 1 melalukan arus

(2Ic – I2) ke sikat sehingga arus keluar kembali dari 2 Ic

Gambar (c) jika daerah kontak pada sikat karbon membagi arus sehingga I2

naik, dan 2Ic – I2 turun secara linear, maka bila sikat membagi daerah kontak sama

besar pada segmen 1 dan 2 sehingga setiap segmen melalukan arus Ic ke sikat dan

kumparan 1 tidak melakukan arus.

Gambar (d) kemudian daerah kontak antara segmen 1 dan sikat semakin kecil,

sehingga arus yang dilalukan segmen 1 dai Ic berkurang menjadi I1 (dimisalkan).

Sekarang kumparan 1 melalukan arus Ic – I1 dari kanan ke kiri

Gambar (e) jika sikat melepaskan kontaknya pada segmen 1 dan tepat berada pada

segmen 2 kumparan 1 tidak terhubung singkat lagi dan kembali melalukan arus dari

kanan ke kiri.

Dari keterangan – keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

walaupun letak posisi sikat mengalami perubahan pada waktu tertentu akan tetapi

besarnya arus yang melalui sikat tidak akan mengalami perubahan, sehinnga

dihasilkanlah bentuk gelombang seperti berikut ini :

E
Emax

wt

Gambar 2.16 Bentuk gelombang tegangan hasil dari proses penyearahan

23
II . 6 Jenis – Jenis Generator Arus Searah

Berdasarkan sumber arus penguat magnetnya generator Arus Searah dapat

dibedakan atas :

a. Generator Arus Searah penguat terpisah, yaitu bila arus penguat magnet diperoleh

dari sumber Arus Searah di luar motor

a. Generator Arus Searah dengan penguat sendiri, yaitu bila arus penguat magnet

berasal dari generator itu sendiri.

Berdasarkan hubungan lilitan penguat magnet terhadap lilitan jangkar,

generator Arus Searah dengan penguat sendiri dapat dibedakan atas :

1. Generator Arus Searah penguatan shunt

2. Generator Arus Searah penguatan seri

3. Generator Arus Searah penguatan kompon, terbagi atas kompon panjang dan

kompon pendek

Rangkaian ekivalen dari setiap jenis generator Arus Searah tersebut seperti

ditunjukkan pada gambar 2.19.

If IL

If IL
+
+
+
-
Rf
G R
Rf
G R

- -

(a). Rangkaian Ekivalen Generator (b). Rangkaian Ekivalen Generator


Arus Searah Penguat Terpisah Arus Searah Shunt

24
IL Rs

G R

(c). Rangkaian Ekivalen Generator


Arus Searah Seri

If IL Rs If IL

Rs
+

R
Rf
G R
Rf +

-
G
-

(d). Rangkaian Ekivalen Generator (e). Rangkaian Ekivalen Generator


Arus Searah Kompon Pendek Arus Searah Kompon Panjang

Gambar 2.17 Gambar rangkaian ekivalen jenis – jenis generator arus searah

II. 7 Rugi – Rugi ( Losses ) Dalam Generator Arus Searah

Pada pengoperasiannya, rugi-rugi sangat tidak diharapkan karena dapat

meningkatkan temperature serta dapat mengurangi efisiensi generator apabila nilai

dan rugi – rugi ini terlalu besar. Rugi – rugi yang terjadi pada generator arus searah

dapat dikategorikan secara umum menjadi 5 kategori antara lain :

1. Rugi-Rugi Tembaga (Rugi I2R)

2. Rugi-Rugi Sikat

3. Rugi-Rugi Inti

4. Rugi-Rugi Mekanis

5. Rugi-Rugi Beban Stray

25
1) Rugi-Rugi Tembaga

Rugi-rugi tembaga adalah rugi-rugi daya yang terjadi di dalam

kumparan medan dan kumparan jangkar generator pada saat dibebani. Karena

kawat tembaga kedua kumparan tersebut memiliki nilai resistansi Rf dan Ra,

maka jika mengalir arus DC sebesar If dan Ia akan menyebabkan kerugian

berupa panas, yang dapat dihitung dengan persamaan :

Pa= Ia2Ra……………………...………...….……(2.19)

Pf = If2Rf………………..…..……………...……(2.20)

Di mana : Pa = rugi tembaga kumparan jangkar

Pf = rugi tembaga kumparan medan

Ia = arus jangkar Ra = resistansi jangkar

If = arus medan Rf = resistansi medan

2) Rugi – Rugi Sikat

Jika kumparan jangkar generator arus searah dibebani maka akan

mengalirlah arus pada kumparan jangkar tersebut maka sikat-sikatnya juga

akan dialiri arus yang sama. Karena sikat memiliki nilai resistansi dan juga

tahanan kontak antara permukaan sikat dengan komutator maka terdapat rugi

jatuh tegangan pada sikat yang dinyatakan dengan Vbd. Jatuh tegangan sikat

ini menyebabkan timbulmya rugi-rugi daya sebesar :

Pbd = Vbd.Ia……………...………………………….(2.21)

Dimana : Pbd = rugi daya akibat jatuh tegangan sikat

Vbd = jatuh tegangan sikat

Ia = arus jangkar

26
3) Rugi – rugi Inti

Rugi-rugi inti terjadi di dalam jangkar generator arus searah yang

disebabkan oleh perputaran jangkar di dalam medan magnet kutub-kutub dari

kumparan medan. Rugi – rugi ini terbagi menjadi dua bagian antara lain :

a. Rugi Hysteresis

Rugi hysteresis terjadi di dalam jangkar generator arus searah karena

setiap bagian jangkar dipengaruhi oleh pembalikan medan magnetik

sebagaimana bagian tersebut lewat di bawah kutub-kutub yang berurut.

Gambar 2.18 Perputaran jangkar di dalam medan magnet stator

Dari gambar 2.18 dengan menganggap ab sebagai potongan kecil dari

jangkar. Ketika potongan ab berada di bawah kutub N, garis-garis

magnetik lewat dari a ke b. Setengah perputaran selanjutnya, dari

potongan besi yang sama berada di bawah kutub S dan garis-garis

magnetik lewat dari b ke a sehingga sifat magnet di dalam besi dibalik.

Untuk dapat membalik molekul-molekul magnet secara terus menerus di

dalam inti jangkar, sejumlah daya diserap sehingga menyebabkan

pemanasan pada inti jangkar. Daya yang diserap dan berubah menjadi

27
panas tersebut dianggap sebagai rugi-rugi di dalam inti jangkar serta

menyebabkan terjadinya fluksi sisa pada kumparan jangkar dan hal ini

disebut sebagai rugi hysteresis.

Untuk menentukan besarnya rugi hysteresis di dalam inti jangkar

digunakan persamaan Steinmentz yaitu :

Ph = ηB 1max
,6
fV Watt………………………….……….(2.22)

Dimana :

Ph = rugi hysteresis

B max = rapat fluks maksimum di dalam jangkar

f = frekuensi pembalikan magnetik

nP
= dimana n dalam rpm dan P = jumlah kutub
120

V = volume jangkar (m3)

η = koefisien hysteresis Steinmentz

b. Rugi Arus Pusar (Eddy current)

Rugi arus rugi merupakan rugi yang disebabkan oleh arus yang

mengalir pada inti yang menyebabkan terjadinya panas yang dapat

menaikkan temperatur generator dan menurunkan efisiensinya. Jika suatu

inti besi padat digunakan sebagai inti jangkar, resistansi terhadap arus

pusar ini akan menjadi kecil karena lebarnya luas penampang inti.

Akibatnya, nilai arus pusar dan juga rugi arus pusarnya akan menjadi

besar. Besarnya nilai arus pusar dapat dikurangi dengan membuat

28
resistansi inti sebesar mungkin dengan merancang suatu inti yang tipis,

berupa lembaran-lembaran besi bulat yang disebut laminasi-laminasi

Besarnya rugi arus pusar dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan :

Pe = KeB 2max f2t2V Watt………..……………..…..….(2.23)

Dimana :

Pe = Rugi arus pusar t = ketebalan laminasi (m)

Ke = konstanta arus pusar V = volume inti (m3)

Bmax = rapat fluks maksimum (Wb/m2)

F = frekuensi pembalikan magnetik (Hz)

4) Rugi – rugi Mekanis

Rugi-rugi mekanis di dalam generator arus searah merupakan rugi-rugi

yang berhubungan dengan efek-efek mekanis. Ada dua bentuk dasar rugi-rugi

mekanis di dalam generator arus searah yaitu gesekan dan angin.

Rugi-rugi gesekan adalah rugi-rugi yang disebabkan oleh pergesekan

antara permukaan bagian-bagian yang berputar dengan bagian-bagian yang

diam dari motor, diantaranya gesekan bearing atau bantalan peluru dengan

rumah bearing atau dengan as rotor.

Sedangkan rugi-rugi angin adalah rugi-rugi yang disebabkan oleh

pergesekan antara bagian-bagian generator yang berputar dengan udara di

dalam rumah (casing) generator. Rugi-rugi angin ini bervariasi tergantung

pada kecepatan rotor generator tersebut.

29
5) Rugi – rugi Beban Stray (Stray Load )

Rugi-rugi beban stray merupakan rugi-rugi yang disebabkan oleh arus

pusar di dalam tembaga dan rugi-rugi inti tambahan di dalam besi, yang

timbul karena pendistorsian fluks magnetik oleh arus beban (tidak termasuk

yang disebabkan oleh jatuh tegangan IR) dan rugi-rugi hubung singkat

komutasi. Besarnya rugi – rugi ini dinyatakan sebesar + 1 % dari beban

penuhnya.

II. 8 Tegangan Residu

Pada jenis generator arus searah penguatan terpisah dan sendiri memiliki

perbedaan dari segi pemberian suplai arus medan untuk menghasilkan fluksi awal.

Penguatan terpisah mendapatkan mendapatkan suplai arus medan yang berasal bukan

dari generator itu sendiri yang berarti dari suatu sumber arus searah. Sedangkan pada

penguatan sendiri berasal dari generator itu sendiri yang berasal dari tegangan residu

yang dihasilkan dari fluksi sisa yang ada akibat adanya rugi Hysteresis.

Apabila suatu generator ingin digunakan sebagai penguatan sendiri hendaknya

memiliki tegangan residu, namun apabila tidak ada hendaknya generator tersebut

digunakan terlebih dahulu misalnya sebagai motor arus searah. Hal ini terjadi apabila

generator tersebut baru dipesan dari pabrik pembuatannya dan belum pernah

digunakan.

Fluksi sisa tersebut dihasilkan oleh adanya rugi histeesis yang terjadi pada inti,

dan hal ini dapat terlihat pada kurva magnetisasi berikut ini yang diambil dari

persamaan :

30
B = µ .H …………………………………………….( 2.24 )

Dimana : B = kerapatan medan magnet (weber / m2 )

µ = permebilitas bahan (Konstanta)

H = Kuat Medan (Ampere turn)

Fluksi
sisa
0 H

Gambar 2.19 Kurva magnetisasi

Pada dasarnya kurva di atas seharusnya berbentuk linear dikarenakan µ

merupakan suatu konstanta yang nilainya tetap. Ini berarti secara teori pada saat H

dinaikkan maka B akan ikut naik, dan pada saat H diturunkan seharusnya B juga ikut

turun nilainya seperti pada saat sebelumnya.Akan tetapi pada kenyataannya pada saat

H diturunkan hingga mencapai 0, nilai B tidak ikut nol melainkan sebesar B1, yang

menunjukkan bahwa besarnya B1 tersebut mewakili masih adanya fluksi yang

tertinggal pada inti yang disebut dengan fluksi sisa. Hal ini menyebabkan adanya

tegangan yang dihasilkan meskipun nantinya suplai media (If) belum diberikan yang

disebut tegangan residu. Namun tegangan residu diperlukan untuk generator arus

searah penguatan sendiri sebagai suplai yang berasal dari generator itu sendiri.

31
BAB III

TAHANAN DAN KECEPATAN KRITIS

PADA GENERATOR ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT

III.1 Umum

Generator arus searah sebagai salah satu pembangkit listrik arus searah

banyak kegunaannya di bengkel – bengkel, pabrik – pabrik maupun dalam kehidupan

sehari – hari. Dalam penggunaannya generator arus searah dapat ditempatkan tetap

(Stationary) maupun bergerak dalam hal ini untuk yang ditempatkan tetap misalnya

generator yang dipergunakan untuk mengisi accu pada perusahaan pengisi accu

mobil, sedangkan untuk yang bergerak misalnya pada pengisi accu mobil.

Di pusat – pusat tenaga listrik, generator arus searah berfungsi sebagai sumber

penguat magnet ( Exciter ) pada generator utama. Di pabrik kita banyak menemui

misalnya pada pabrik penyepuhan dan pabrik – pabrik yang banyak memakai motor –

motor arus searah. Untuk las listrik dan masih banyak lagi kegunaan yang dijumpai

dalam kehidupan sehari – hari.

Untuk generator arus searah penguatan sendiri, magnetisasi awal berasal dari

generator itu sendiri yang didapatkan dari fluksi sisa dari pemakaian mesin

sebelumnya. Untuk mengatur arus magnetisasi pada kumparan medan ( If ) kita

membutuhkan rheostat yang dipasang seri pada kumparan medan.

32
III. 2 Rangkaian Ekivalen Generator Arus Searah Penguatan Shunt

Generator arus searah penguatan sendiri memperoleh arus magnetisasi dari

dalam generator itu sendiri, oleh karena itu arus magnetisasi terpengaruh oleh nilai –

nilai tegangan dan arus yang terdapat pada generator. Dalam hal ini medan magnet

yang dapat menimbulkan GGL mula – mula ditimbulkan oleh adanya remanensi

magnet pada kutub – kutubnya.

Pengaruh nilai – nilai tegangan dan arus generator terhadap arus penguat

tergantung bagaimana kumparan medan dengan kumparan jangkar. Generator arus

searah penguatan shunt adalah generator penguatan sendiri dimana kumparan

medannya dihubungkan pararel dengan kumparan jangkarnya, seperti terlihat pada

gambar berikut :

Ia IL

If
+

Ra Vt
Ea Rf

Gambar 3.1 Rangkaian Ekivalen Generator Arus Searah Penguatan Shunt

Persamaan arus :

I a = I f + I L ………………………………… ( 3.1 )

Dimana :

Ia = Arus jangkar ( Ampere )

If = Arus medan ( Ampere )

33
IL = Arus yang mengalir ke beban ( Ampere )

Persamaan tegangan :

E a = Vt + I a Ra ……………………………… ( 3.2 )

Vt = I f R f ……………………………… ( 3.3 )

Dimana :

Ea = Tegangan Induksi ( Volt )

Vt = Tegangan Terminal ( Volt )

Ra = Kumparan jangkar ( Ohm )

Rf = Kumparan Medan ( Ohm )

III. 3 Karakteristik Beban Nol ( OCC )

Kurva ini menunjukkan hubungan antara kenaikan ataupun perubahan nilai

pada arus medan shunt ( If ) dengan tegangan induksi yang dihasilkan ( Ea ). Pada

generator penguatan sendiri seperti pada penguatan shunt If nilainya diatur dengan

bantuan rheostat dan nilainya dapat dilihat pada amperemeter. Generator nantinya

diputar dengan kecepatan yang konstan sehingga hanya terdapat variasi nilai antara If

dan Ea nya saja.

Ea = Ea ( If ) dimana n = konstan dan IL = 0

Ia = If

Vo = Ea – If Ra

Arus medan yang mengalir pada generator arus searah penguatan shunt sangat

kecil, sehingga besarnya drop tegangan If Ra dapat diabaikan sehingga :

V0 ≈ Ea( If ) ( Kurva magnetisasi )

34
Vo = If Rf

Ea = c n φ φ ~ If

Ea ≈ Vo = K1 If ……………………………………… ( 3.4 )

Ia IL = 0

If
+

Ra Vo
Ea Rf

Gambar 3.2 Rangkaian percobaan beban nol

Dari persamaan 3.4 terlihat bahwa antara Ea dan If membentuk hubungan

linear hal ini dikarenakan K1 merupakan suatu konstanta, sehingga didapatkanlah

kurva sebagai berikut :

Ea

Teoritis
If

Gambar 3.3 Kurva OCC secara teoritis

Karena penguatan shunt ( Sumber dari generator itu sendiri), maka pada saat

putaran nominal dan belum diberikan arus medan, telah ada tegangan remanensi

(Tegangan sisa) akibat adanya fluksi sisa. Akibatnya pada kumparan shunt timbul

35
arus medan If, mengalirnya arus If akan memperkuat fluksi sisa tadi sehingga E0

nominal.

Pada saat harga If tertentu mendekati nominal, akan timbul reaksi jangkar

yang melemahkan fluksi medan, sehingga Ea yang dibangkitkan tidak lagi berbanding

lurus dengan If, hal tersebut menyebabkan kurvanya menjadi :

Ea

Praktek

If

Gambar 3.4 Kurva OCC sebenarnya

III.4 Karakteristik Pembebanan

Pada karakteristik pembebanan ini akan menunjukkan kurva hubungan antara

tegangan jepit ( Vt ) dengan arus penguat ( If ) dimana arus jangkar dan putaran

generator dijaga konstan.

Vt = f ( If )

Dari persamaan 3.2 didapatkan :

E a = Vt + I a Ra

c.n.φ = Vt + I a Ra ……………. φ ~ If

c.n.I f = Vt + I a Ra …………… n, Ia, dan Ra konstan, maka :

K 1 .I f = Vt + K 2

36
Vt = K1 I f − K 2 ………………………………………………. (3.5)

Sehingga didapatkan untuk :

If = 0 ⇒ Vt = - K2 ………………………………………. (3.6)

Vt = 0 ⇒
K2
If = ………………………………………. (3.7)
K1

Dimana :

K1 = Konstanta ( c n )

K2 = Konstanta ( IaRa )

Dari persamaan 3.6 dan 3.7 dapat digambarkanlah kurva karakteristik

tegangan terminal ( Vt ) terhadap arus medan penguat ( If ) seperti gambar di bawah

ini :

Vt Teori

sebenarnya

If

Gambar 3.5 Kurva Karakteristik Vt terhadap If

37
III . 5 Karakteristik Luar ( External Characteristic )

Kurva karakteristik luar merupakan kurva pada saat generator arus searah

penguatan shunt dalam keadaan berbeban. Dimana kurva ini menunjukkan hubungan

antara tegangan jepit ( Vt ) sebagai fungsi dari arus jangkar ( Ia ) pada putaran dan

arus medan yang konstan.

Vt = f ( Ia ) ………… dimana n dan If konstan

Dari persamaan 3.2 didapatkan :

E a = Vt + I a Ra

c.n.φ = Vt + I a Ra ……………. φ ~ If

c.n.I f = Vt + I a Ra …………… n, If, dan Ra konstan, maka :

K 1 = Vt + K 2 I a

Vt = K 1 − K 2 I a ………………………………………………… ( 3.8 )

Sehingga didapatkan untuk :

Ia = 0 ⇒ Vt = K1 …………………………………………. ( 3.9 )

Vt = 0 ⇒
K1
If = ………………………………………… (3.10)
K2

Dimana :

K1 = Konstanta ( cnIf )

K2 = Konstanta ( Ra )

Dari persamaan 3.9 dan 3.10 dapat digambarkanlah kurva karakteristik

tegangan terminal ( Vt ) terhadap arus jangkar ( Ia ) seperti gambar berikut ini :

38
Vt

Teori
sebenarnya Ia

Gambar 3.6 Kurva Karakteristik Vt terhadap Ia

III. 6 Tahanan Kritis Pada Generator Arus Searah Penguatan Shunt

Pada generator Arus Searah penguatan shunt tahanan medan dihubungkan

secara pararel dengan kumparan jangkarnya dan biasanya tegangan yang dihasilkan

sangat tinggi, dimana tahanan pada kumparan medan shunt harus menghasilkan arus

yang lebih tinggi daripada batas minimum arus yang dihasilkan. Total dari besar

tahanan pada kumparan shunt harus lebih rendah daripada tahanan kritis ( critical

resistance ).

Tahanan kritis didefenisikan sebagai besarnya tahanan pada kumparan shunt

dimana generator dapat membangkitkan tegangan, dimana dapat diartikan sebagai

batas maksimum tahanan pada kumparan shunt yang dapat digunakan pada generator

tersebut. Besar dari nilai tahanan tersebut dapat ditentukan dengan kurva magnetisasi

yang didapatkan dari kurva beban nol (OCC).

39
Ia IL = 0

+ Rf

Ra Vo
Ea
- Rfg
If

Gambar 3.7 Generator Arus Searah Penguatan Shunt Tanpa Beban

Vo
t . .p

s.
r.
0
.a .b If

Gambar 3.8 Karakteristik Beban Nol Generator Arus Searah Penguatan Shunt

Dengan memakai hukum Ohm, diperoleh bahwa untuk harga tahanan lilitan

penguat magnit yang konstan maka arus penguat magnet akan selalu sebanding

dengan tegangan, jadi bila tegangan dilukiskan sebagai fungsi arus penguat magnet

maka grafik tahanan lilitan penguat magnet Rf akan berbentuk garis lurus.

Menurut hukum Ohm maka tahanan lilitan penguat magnet adalah :

R=
Vo
……………………………………………… ( 3.11 )
If

40
R = Rf + Rfg

Dimana :

Rfg = Tahanan yang dipasang seri dengan kumparan medan generator ( Ohm )

R = Tahanan total yang dipasang pararel dengan kumparan jangkar (Ohm)

Vo = Tegangan yang dibangkitkan pada saat beban nol ( Volt )

Perbandingan ini bagi R konstan merupakan sebuah garis lurus melalui 0.

untuk tahanan R yang sudah diketahui garis 0P merupakan fungsi tersebut, pada saat

If = 0 magnet sisa sudah membangkitkan GGL ( E ) = 0r. GGL ini mengadakan arus

penguat magnet ) yang menyebabkan GGL ini naik lagi sampai 0a. Hal ini terus

begitu sampai tercapai titik P pada karakteristik beban nol ( OCC ). Untuk

membangkitkan GGL 0t pada titik ini diperlukan arus penguat magnet 0b. jadi

generator itu akan memperkuat sendiri sampai tegangan 0t.

Perpotongan pada kurva magnetisasi yang membentuk suatu fungsi linear

adalah tahanan kritis. Untuk besarnya tahanan kumparan medan yang ingin diberikan,

dapat dilihat pada garis tahanan (resistance line) yang ditunjukkan pada kurva

magnetisasi suatu generator yang ditunjukkan pada gambar berikut ini :

41
Eg
Rx R c ( Tahanan Kritis )

R f1 R f2
R

R c > Rf1 > R f2


P X

0 A B C If

Gambar 3.9. Tegangan yang dibangkitkan pada generator Arus Searah

penguatan shunt dengan harga tahanan yang bervariasi

Dari gambar 3.9 terlihat bahwa pada saat generator diputar mencapai n

nominal maka terlihat kurva yang dihasilkan dengan beberapa variasi tahanan medan

totalnya. Terlihat pula bahwa garis Rc merupakan batas daerah untuk tahanan total

yang dipakai dapat membangkitkan tegangan. Garis Rx yang terbentuk merupakan

salah satu tahanan total yang dipakai yang menyebabkan tegangan gagal di

bangkitkan, hal ini dikarenakan terlihat garis tersebut tidak bersinggungan dengan

kurva OCC yang dihasilkan.

Oleh karena itu dari persamaan 3.11, untuk menentukan berapa besar tahanan

kritis ( Critical Resistance) yang dihasilkan terlebih dahulu harus kita ketahui berapa

arus medan di A dan tegangan di P . Maka dapat ditentukan persamaannya adalah :

42
Rc =
0P
……………………………………….. ( 3.12 )
0A

Dimana :

Rc = Tahanan Kritis ( Ohm )

0P = Tegangan pada saat tahanan kritis ( Volt )

0A = Arus medan pada saat tahanan kritis ( Amp)

Pada dasarnya tahanan kritis ( Rc ) merupakan tahanan total maksimum yang

dapat dipasang agar suatu generator arus searah penguatan shunt tidak mengalami

kegagalan dalam membangkitkan tegangan. Oleh karena kumparan medan shunt pada

generator ( Rf ) merupakan suatu tahanan yang konstan maka besarnya tahanan (Rfg)

maksimum yang harus dipasang seri pada tahanan medannya adalah :

R fg . max = Rc − R f ……………………………………………….. (3.13)

Dimana :

Rfg max = Tahanan maksimum yang diserikan dengan kumparan medan generator

( Ohm )

III. 7 Kecepatan Kritis Pada Generator Arus Searah Penguatan Shunt

Begitu pula dengan tahanan kritis, kecepatan kritis juga dapat dicari dengan

menggunakan kurva karakteristik beban nol ( OCC ). Kecepatan kritis merupakan

batas minimum kecepatan yang harus digunakan agar suatu generator arus searah

penguatan shunt tidak gagal dalam pembangkitan tegangan. Dalam hal ini kecepatan

kritis dapat diartikkan sebagai batas kecepatan terendah yang dapat digunakan pada

43
saat tahanan yang dipasang pararel dengan kumparan jangkar hanya kumparan medan

( Rf ) saja tanpa menggunakan tahanan Rfg.

Vo
n1
Vo1 .E
n2

V02 .D
n1 > n 2

0 C If

Gambar 3.10 Tegangan yang dibangkitkan Pada Generator Arus Searah Penguatan

Shunt kecepatan yang Bervariasi

Dari gambar 3.10 terlihat suatu generator diputar dengan kecepatan yang

berbeda yaitu sebesar n1 dan n2. Dengan n1 > n2 maka tegangan induksi yang

dibangkitkan pada kecepatan 1 lebih besar dari kecepatan 2 (Vo1>V02) sesuai dengan

persamaan berikut ini :

E a = cnφ , dimana c = konstanta dan V0 ≈ Ea (beban nol)

φ= , dimana φ ~ If sehingga :
Vo
cn

If =
Vo
…………………………………….. ( 3.6 )
cn

44
Maka dengan arus medan ( If ) yang sama pada titik C didapatkan :

I f1 = I f 2

= 02
V01 V
, dimana c1 = c2 = konstanta
c1 n1 c 2 n2

=
V01 V02
n1 n2

n2 = n1
V02
…………………………………………. ( 3.14 )
V01

Pada gambar 3.6 terlihat, If = OC , Vo1 = CD dan Vo2 = CE, maka harga

didapatkanlah persamaan :

n2 = n1 x
CE
……………………………………….. ( 3.15 )
CD

Dimana :

n1 = kecepatan generator pertama ( rpm )

n2 = kecepatan generator kedua ( rpm )

CD = tegangan yang dibangkitkan pada kecepatan n1 ( Volt )

CE = tegangan yang dibangkitkan pada kecepatan n2 ( Volt )

Kecepatan kritis dari suatu generator arus searah penguatan shunt dapat

ditentukan dari kurva beban nol (OCC) yang didapatkan pada saat mencari tahanan

kritis. Hal ini terlihat pada gambar berikut ini :

45
Vo Rc

Vo1 A
. Rf
n

nc

Vo2 .B nx

n > nc > n x

0 C If

Gambar 3.11 Kurva OCC dengan kecepatan kritis dan kecepatan

pada saat tahanan kritis

Pada gambar 3.9 terlihat bahwa nc adalah kecepatan pada saat generator hanya

menggunakan tahanan medan generator saja (Rf) dan kecepatan tersebut merupakan

kecepatan kritis ( Critical Speed ). nx merupakan kecepatan yang membuat generator

gagal untuk membangkitkan tegangan, hal ini terlihat pada kurva yang dibentuk

kecepatan nx tidak bersinggungan dengan garis yang dibentuk Rf. oleh karena itu dari

persamaan 3.7 dapat kita tentukan besarnya kecepatan kritis dengan persamaan

berikut ini :

nc = n.
V02
………………………………………………… ( 3.16 )
V01

Dengan Vo1 = AC dan Vo2 = BC

46
Maka persamaannya menjadi :

nc = n.
BC
…………………………………………………….. ( 3.17 )
AC

Dimana :

nc = Kecepatan kritis generator ( rpm )

n = Kecepatan generator pada saat tahanan kritis ( rpm )

BC = Tegangan beban nol pada saat kecepatan kritis ( Volt )

AC = Tegangan beban nol pada saat kecepatan sebesar n ( Volt )

47
BAB IV

PENENTUAN NILAI TAHANAN DAN KECEPATAN KRITIS

PADA GENERATOR ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT

IV. 1 Percobaan Untuk Menentukan Nilai Tahanan dan Kecepatan Kritis Pada
Generator Arus Searah Penguatan Shunt
Rangkaian ekivalen dari generator arus searah penguatan shunt ini terdiri dari
kumparan medan yang dipasang pararel dengan kumparan jangkarnya. Akan tetapai
pda kumparan medannya tersebut membutuhkan rheostat yang dipasang seri untuk
memvariasikan besarnya arus medan yang dihasilkan. Percobaan harus dilakukan
sampai generator mencapai tegangan nominalnya.
Percobaan ini dilakukan di laboratorium konversi energi listrik FT – USU
dengan spesifikasi generator sebagai berikut :
Name Plate Mesin / GI – 003
P = 1.2 kW V = 220 Volt
Ia = 7.1 A n = 1400 rpm
If = 0.177 A Kelas Isolasi = B
Untuk menentukan nilai tahanan dan kecepatan kritis dapat kita lakukan dengan
percobaan beban nol disamping itu untuk menentukan parameter pada generator arus
searah penguatan shunt dilakukan percobaan pengukuran tahanan jangkar dan
medan..
Selama melakukan percobaan ini peralatan yang digunakan antara lain :
 Power supply
 Dioda penyearah
 Tahanan yang dapat diatur (Rheostat)
 Voltmeter
 Amperemeter
 Tachometer
 Prime mover ( Motor Arus Searah)

48
Adapun prosedur percobaan yang dilakukan antara lain :
a. Percobaan Karakteristik Beban Nol
1. Rangkaian Percobaan disusun seperti gambar berikut ini, dimana semua
switch dalam keadaan terbuka.
S1
R +
P A1
T S3
S A Rf
V1 M G V2
A3
C R fg
T 1
-

A2
+ -

S2

PTAC2

R S T

Gambar 4.1 Rangkaian Percobaan Beban Nol

2. Switch S2 ditutup, dengan mengatur PTAC2 maka arus penguat motor diatur
sampai dicapai harga nominal.
3. Switch S1 ditutup dan PTAC1 dinaikkan sampai tegangan pada V1 nominal
4. Dengan mengatur arus penguat motor A2, putaran motor diatur hingga sama
dengan kecepatan nominal generator dan dicatat penunjukkan V2 yang
berasal dari magnet sisa generator.
5. Pada keadaan tahanan penguat generator ( Rfg ) maksimum, switch S2
ditutup
6. Setelah Rfg diberikan, putaran diatur kembali agar tetap konstan, lalu
diturunkan Rfg secara bertahap sampai dicapai tegangan nominal generator
dan setiap penurunan tahanan putaran dijaga konstan.
7. Pada setiap tahapan penurunan ini dicatat penunjukkan pada arus medan
(A3) dan tegangan generator (V2)

49
b. Percobaan Pengukuran Tahanan Jangkar
1. Rangkaian percobaan disusun seperti Gambar

Gambar 4.2 Rangkaian Percobaan Pengukuran Tahanan Jangkar

2. Power Supply dalam posisi minimum.

3. Saklar S ditutup, lalu tegangan PTAC dinaikkan sampai pembacaan

amperemeter menunjukkan arus nominal jangkar.

4. Kemudian pembacaan voltmeter dan amperemeter dicatat. Lalu nilai


tahanan jangkar dihitung dengan membagi nilai tegangan dengan arus dari
hasil percobaan

c. Percobaan Pengukuran Tahanan Medan


1. Rangkaian percobaan disusun seperti Gambar 4.3

Gambar 4.3 Rangkaian Percobaan Pengukuran Tahanan Medan Shunt

50
2. Power Supply dalam posisi minimum
3. Saklar S ditutup, lalu tegangan dinaikkan dengan PTAC sampai pembacaan
amperemeter menunjukkan arus nominal medan
4. Kemudian pembacaan voltmeter dan amperemeter dicatat. Lalu nilai

tahanan medan dihitung dengan membagi nilai tegangan dengan arus dari

hasil percobaan.

IV . 2 Data Percobaan

a. Karakteristik Beban Nol (OCC)

n = 1650 rpm ( Konstan )

IL = 0

Tabel IV.1 Data Hasil Percobaan Beban Nol

If ( mA ) Ea ( Volt )
0 10
10 22
20 36
22.5 42
35 63
40 73
60 105
80 130
100 153
120 170
140 189
160 203
180 217
185 220

51
b. Pengukuran Tahanan Jangkar

Tabel IV.2 Data Hasil Pengukuran Tahanan Jangkar

VDC ( Volt ) IDC ( Amp ) V R Avg ( Ohm )


R= ( Ohm )
I

13,1 4,06 3.23

13,6 4,17 3.26 3.26

13,7 4,16 3.29

c. Pengukuran Tahanan Medan

Tabel IV.3 Data Hasil Pengkuran Tahanan Medan

VDC ( Volt ) IDC ( mA ) V R Avg ( Ohm )


R= ( Ohm )
I

62,2 50 1244

61,6 50 1232 1244.67

62,9 50 1258

52
IV . 3 Analisa Data

IV . 3. 1 Penentuan Tahanan Kritis

Dari data pengujian beban nol didapatkanlah kurva karakteristik beban nol

seperti gambar berikut ini :

Gambar 4.4 Grafik Beban Nol Hasil Pengujian dan Penentuan Tahanan Kritis

Dari gambar 4.4 di atas terlihat bahwa tahanan kritis ( Rc ) berada pada titik

pertemuan antara If = 60 mA dan Ea pada 2/7 bagian dari antara nilai 100 dan 125,

maka :

Ea = 100 + [
2
x (125 - 100)]
7

= 100 + [ x 25 ]
2
7

53
50
= 100 +
7

= 750/7 Volt

= 107,14 Volt

Sehingga didapatkanlah tahanan kritisnya :

107,14
60 x10 − 3
Rc ( Kritis ) = = 1785.71 ohm

Seperti pada tabel pengukuran tahanan kumparan medan didapatkan tahanan

medan pada generator arus searah ini adalah :

Rf = 1244.67 ohm

Sehingga besarnya tahanan maksimum yang harus diserikan dengan tahanan

medannya ( Rf ) adalah :

Rfgmax = Rf ( kritis) – Rf ( gen )

= ( 1785.71 – 1244.67 ) ohm

= 541.04 Ohm

Dari perhitungan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk dapat

membangkitkan tegangan pada generator ini, besarnya tahanan maksimum yang

harus diserikan dengan tahanan medan generator itu adalah 541.04 Ohm. Untuk

membuktikannya maka dilakukan kembali pengujian beban nol dengan tahanan Rfg

yang kita pasang seri dengan tahanan Rf lebih besar dari 541.04 Ohm ( Rfg > Rfgmax ).

Maka didapatkanlah hasil pengujian kembali dengan mengatur terlebih dahulu besar

tahanan Rfg yang diinginkan seperti tabel berikut ini :

54
n = 1650 rpm ( konstan )

Tabel IV.4 Data Hasil Percobaan Beban Nol Dengan Variasi Tahanan Rfg

No Rfg ( Ohm ) If ( mA ) Ea ( Volt )

1 700 15 18

2 800 10 16.5

3 1000 7.5 15.5

Bila tabel tersebut digabungkan dengan tabel data pengujian beban nol untuk

mencari tahanan kritisnya maka didapatkanlah kurva beban nol sebagai berikut :

Gambar 4.5 Kurva Beban Nol Dengan Beberapa Variasi Rfg

55
Dari gambar 4.5 terlihat bahwa pada saat menggunakan variasi Rfg > Rfg kritis,

sebesar 700, 800 dan 1000 ohm titik pertemuan pada kurva dengan Ea yang relatif

rendah hingga mendekati nilai tegangan sisanya ( residu ). Maka terbuktilah apabila

tahanan ( Rfg ) yang dipasang seri dengan tahanan medan ( Rf ) lebih besar dari Rfg

kritisnya maka nilai tegangan yang dibangkitkan ( Ea ) akan mendekati nilai tegangan

residunya sehingga dapat dikatakan gagal dalam membangkitkan tegangan. Pada

generator ini didapatkan Rfg kritisnya sebesar 541.04 ohm, sehingga Rfg yang harus

dipasang harus lebih kecil dari 541.04 ohm.

IV. 3. 2 Penentuan Kecepatan Kritis

Seperti telah dijelaskan pada bab III, untuk menentukan besarnya kecepatan

kritis dapat dilakukan dengan pengujian beban nol yang didapatkan untuk mencari

tahanan kritis pada pembahasan sebelumnya. Hal ini terlihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4.6 Grafik Beban Nol Hasil Pengujian dan Penentuan Kecepatan Kritis

56
Pada gambar 4.5 menunjukkan pada titik C saat n = 1650 rpm dan Rc =

1785.71 ohm didapatkan Ea = 750/7 volt, sedangkan didapatkan pada titik D saat

kecepatan kritis ( nc ) dan Rf ( gen ) = 1244.67 ohm, didapatkan Ea berada pada nilai

antara 50 dan 75 volt, maka Ea pada titik D adalah :

ED = 50 + [
6
x (75-50)]
7

= 50 + [
6
x 25]
7

150
= 50 +
7

= 500/7 ohm

= 71,42 ohm

Sehingga didapatkanlah kecepatan kritisnya sebesar :

E a (kec.kritis )
nc ( kritis ) = nx
E a (tahanan.kritis )

= 1650x 71,42
107,14

= 1100 rpm

Dari analisa yang didapatkan di atas, dapat diindikasikan bahwa generator ini

memiliki batas minimum kecepatan yang digunakan sebesar 1100 rpm. Apabila

generator ini diputar pada keceapatan di bawahnya maka dapat dikatakan bahwa

generator tersebut gagal untuk membangkitkan tegangan. Untuk membuktikan hal

57
tersebut dapat kita lakukan dengan melakukan pengujian kembali dengan beberapa

variasi kecepatan yang digunakan seperti berikut ini :

1. Kecepatan di atas nc

• n = 1450 rpm ( konstan )

Tabel IV.5 Data Hasil Percobaan Beban Nol Dengan kecepatan di atas

kecepatan kritis sebesar 1450 rpm

No If ( mA ) Ea ( Volt )

1 0 7.2

2 7.5 13

3 20 26

4 30 38

5 40 52.3

6 50 64.2

7 60 80.4

8 70 89.2

9 80 98.7

10 97.5 115.4

58
2. Kecepatan di bawah nc

• n = 1000 rpm ( konstan )

Tabel IV.6 Tabel Hasil Percobaan Beban Nol dengan Kecepatan di Bawah

Kecepatn kritis sebesar 1000 rpm

No If ( mA ) Ea ( Volt )

1 0 5.1

2 2.5 8.4

3 4 8.7

4 5 9.1

5 6 10.4

6 7.5 10.9

• n = 950 rpm ( konstan )

Tabel IV.7 Tabel Hasil Pengukuran Dengan Kecepatan Di Bawah

Kecepatan Kritis Sebesar 950 rpm

No If ( mA ) Ea ( Volt )

1 0 4.7

2 2.5 7.7

3 4 8.1

4 5 8.5

5 6 9.8

59
Dari ketiga tabel variasi kecepatan tersebut terlihat bahwa besarnya nilai

tegangan yang dibangkitkan pada saat kecepatan di bawah nc hanya berkisar di bawah

10 volt yang merupakan tegangan residu sehingga dalam hal ini dapat dikatakan

bahwa generator gagal dalam membangkitkan tegangan. Namun terlihat pada saat

menggunakan kecepatan di atas nc terlihat bahwa tegangan yang dibangkitkan terus

meningkat sampai mencapai maksimum sebesar 115,4 volt, dalam hal ini dapat

dikatakan bahwa generator tidak gagal dalam mebangkitkan tegangan. Sehingga

terbuktilah bahwa nc = 1100 rpm merupakan batas dari kecepatan minimum yang

dapat digunakan.

60
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V. 1 Kesimpulan

Dari data dan analisa yang didapatkan, dapat ditarik kesimpulan antara lain :

1. Pada generator arus searah penguatan shunt medan magnet pada tahanan

medan berasal dari tegangan sisa ( residu ) generator tersebut.

2. Pada generator arus searah penguatan shunt ini didapatkan tahanan kritis (Rc )

sebesar 1785.71 ohm, dengan tahanan generator (Rf) sebesar 1244.67 ohm

maka tahanan maksimum yang dipasang seri dengan tahanan medan generator

sebesar 541.04 ohm.

3. Pada generator arus searah penguatan shunt ini memiliki kecepatan kritis (nc)

besarnya 1100 rpm.

V. 2 Saran

Pada generator arus searah penguatan sendiri medan magnet untuk

pembangkitan tegangan berasal dari tegangan sisa ( residu ), namun apabila tidak ada

tegangan sisa seperti mesin baru (dari pabrik) maka mesin tersebut harus kita aktifkan

terlebihkan seperti dijalankan menjadi motor. Selain itu agar pembangkitan tegangan

tidak gagal tahanan yang diserikan dengan tahanan medan juga tidak boleh melebihi

dari tahanan yang diizinkan ( Rc ).

61
DAFTAR PUSTAKA

1. Chapman S J. 1985. “Electric Machinery Fundamental”, Mc Graw-Hill Book

Company

2. Eugene C. Lister. 1993. “Mesin dan Rangkaian Listrik”, Edisi Keenam.Jakarta :

Penerbit Erlangga

3. Thearaja B. L. 1989. “A Teks-Book of Electrical Technology”, Nurja Construction

& Development, New Delhi.

4. Wijaya, Mochtar. 2001 . ”Dasar-Dasar Mesin Listrik”. Jakarta : Penerbit Djambatan.

5. Kumar, K. Murugesh, 1982. ”DC Machines & Transformer”, Vikas Publishing House

PVT LTD, New Delhi.

6. Zuhal. 1995. ”Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya”, Edisi Kelima

Jakarta : Penerbit Gramedia,

7. Sumanto, DRS, MA. 1996. ”Mesin Arus Searah”, Yogyakarta.

62

You might also like