Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Effervecent b1
Jurnal Effervecent b1
LABORATORIUM FARMASETIKA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SAMARINDA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan
deteriorasi kognisi dan fungsional sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktifitas
sehari-hari (Smeltzer, 2001). Obat yang berasal dari senyawa kimia seringkali menimbulkan efek samping yang
tidak di inginkan sehingga peneliti ingin mengembangkan antidemensia yang berasal dari bahan alam yaitu
brokoli dan pegagan yang dikombinasikan karena memiliki khasiat yang sama sehingga memberikan efek yang
sinergis dan meningkatkan aktivitas. Efek farmakologi pegagan sebagai suplemen otak diketahui berasal dari
kandungan senyawa triterpenoid khususnya Asiatic acid dan asiaticoside (Aprilianto, 2010). Royal
Pharmaceutical Society (2009) membuktikan bahwa brokoli mengandung senyawa yang mirip dengan obat-
obatan penyakit Alzheimer yaitu senyawa sulforafan. Vitamin C dapat mencegah terjadinya demensia atau
kepikunan (Riviere, 1998). Pada penelitian sebelumnya telah dibuktikan bahwa kombinasi dosis ekstrak kering
brokoli dan pegagan efektif meningkatkan daya ingat pada mencit jantan dengan dosis 0,069 g/kg BB dan
sebanding dengan kontrol positif prostigmin 0,1 mg/kg BB (Nihaya, 2016). Salah satu kendala obat
tradisionalyang diperoleh dari ekstrak tanaman adalah kelarutannya yang kecil dalam air, sehingga membatasi
absorpsi zat aktifnya. Masalah lainnya adalah bau dan rasa dari ekstrak tanaman brokoli dan pegagan yang
kurang enak. Salah satu upaya untuk memperbaiki bau dan rasa, yaitu dengan memformulasikan ekstrak
tanaman tersebut dalam bentuk sediaan tablet efervesen. Keuntungan yang dimiliki tablet efervesen, selain cara
penggunaannya yang menarik, Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol. 4 No.2 232 tablet tersebut dapat memberi
cita rasa menyenangkan dari reaksi karbonasi, tablet mudah digunakan setelah dilarutkan, nyaman, lebih mudah
diberikan kepada pasien yang sulit menelan kapsul atau tablet, serta lebih stabil untuk bahan aktif yang tidak
stabil dalam air (Siregar, 2010). Komponen utama dalam formula tablet efervesen adalah bagian asam dan
bagian basa, dimana bagian tersebut yang akan menghasilkan dan memberikan efek gelembung seperti soda
buih jika bercampur dengan air. Sumber asam yang digunakan antara lain asam sitrat dan asam tartrat.
Kombinasi asam tersebut dalam tablet efervesen dapat memperbaiki kecepatan alir dan porositas (Anam, 2013).
Sumber basa yang digunakan adalah natrium bikarbonat karena dapat mempercepat kelarutan, memberikan rasa
tablet yang enak, serta aroma pada sediaan (Murdianto, 2012).
III. Tujuan
1. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ekstrak brokoli dan pegagan menjadi sediaan tablet
efervesen sebagai antidemensia serta untuk menentukan formula terbaik tablet efervesen brokoli dan
pegagan berdasarkan variasi perbandingan konsentrasi asam yang berbeda.
BAB II
TEORI SINGKAT
I. Dasar Teori
Proporsi penduduk lanjut usia (65 tahun ke atas) pada tahun 2025 diperkirakan akan meningkat dari
5,0% menjadi 8,5% (BPS, 2012). Proses penuaan secara perlahan-lahan menyebabkan hilangnya
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya. Hal
tersebut dapat mengakibatkan kelemahan organ, kemunduran fisik dan timbulnya berbagai macam penyakit
degeneratif salah satunya adalah demensia (Arisman, 2013. Mahan, 2008). Di Indonesia, jumlah Orang
Dengan Demensia (ODD) diperkirakan akan makin meningkat dari 960.000 di tahun 2013, menjadi
1.890.000 di tahun 2030 dan 3.980.000 ODD di tahun 2050 (World Alzheimer’s Report, 2009) .
Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan
deteriorasi kognisi dan fungsional sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktifitas
sehari-hari (Smeltzer, 2001). Obat yang berasal dari senyawa kimia seringkali menimbulkan efek samping
yang tidak di inginkan sehingga peneliti ingin mengembangkan antidemensia yang berasal dari bahan alam
yaitu brokoli dan pegagan yang dikombinasikan karena memiliki khasiat yang sama sehingga memberikan
efek yang sinergis dan meningkatkan aktivitas. Efek farmakologi pegagan sebagai suplemen otak diketahui
berasal dari kandungan senyawa triterpenoid khususnya asiatic acid dan asiaticoside (Aprilianto, 2010).
Selain itu Royal Pharmaceutical Society (2009) membuktikan bahwa brokoli mengandung senyawa yang
mirip dengan obat-obatan penyakit Alzheimer yaitu senyawa sulforafan. Menurut hasil penelitian Profesor
Gabriele Nagel dan Profesor Christine von Arnim dari Universitas Ulm, penderita Alzheimer memiliki
kadar vitamin C yang rendah dalam plasma. Berdasarkan penelitian tersebut vitamin C dapat mencegah
terjadinya demensia atau kepikunan (Riviere, 1998).
Pada penelitian sebelumnya telah dibuktikan bahwa kombinasi dosis ekstrak kering brokoli dan
pegagan efektif meningkatkan daya ingat pada mencit jantan dengan dosis 0,069 g/kg BB dan sebanding
dengan kontrol positif prostigmin 0,1 mg/kg BB (Nihaya, 2016). Salah satu kendala obat tradisional yang
diperoleh dari ekstrak tanaman adalah kelarutannya yang kecil dalam air, sehingga membatasi absorpsi zat
aktifnya. Masalah lainnya adalah bau dan rasa dari ekstrak tanaman brokoli dan pegagan yang kurang enak.
Salah satu upaya untuk memperbaiki bau dan rasa, yaitu dengan memformulasikan ekstrak tanaman
tersebut dalam bentuk sediaan tablet efervesen.
Tablet efervesen mulai banyak diformulasikan karena lebih menarik dibandingkan tablet konvensional.
Tablet efervesen dalam penggunaannya akan menimbulkan gelembung gas CO2 dari reaksi antara asam
basa yang bercampur dengan air. Keuntungan yang dimiliki tablet efervesen, selain cara penggunaannya
yang menarik. tablet tersebut dapat memberi cita rasa menyenangkan dari reaksi karbonasi, tablet mudah
digunakan setelah dilarutkan, nyaman, lebih mudah diberikan kepada pasien yang sulit menelan kapsul atau
tablet, serta lebih stabil untuk bahan aktif yang tidak stabil dalam air (Siregar, 2010). Tablet efervesen
berbeda dengan tablet konvensional, selain pada penggunaannya juga pada komposisi bahan yang
digunakan. Komponen utama dalam formula tablet efervesen adalah bagian asam dan bagian basa, dimana
bagian tersebut yang akan menghasilkan dan memberikan efek gelembung seperti soda buih jika bercampur
dengan air. Sumber asam yang digunakan antara lain asam sitrat dan asam tartrat. Kombinasi asam tersebut
dalam tablet efervesen dapat memperbaiki kecepatan alir dan porositas (Anam, 2013). Sumber basa yang
digunakan adalah natrium bikarbonat karena dapat mempercepat kelarutan, memberikan rasa tablet yang
enak, serta aroma pada sediaan (Murdianto, 2012).
Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ekstrak brokoli dan pegagan menjadi sediaan tablet
efervesen sebagai antidemensia serta untuk menentukan formula terbaik tablet efervesen brokoli dan
pegagan berdasarkan variasi perbandingan konsentrasi asam yang berbeda.
II. Persyaratan
1. Persyaratan kadar air granul efervesen yaitu tidak lebih dari 5 % (BPOM, 2014).
2. Persyaratan Farmakope Indonesia edisi III yaitu tidak ada tablet yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata-ratanya ≥ 5 % dan tidak ada 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari
10%. ( Untuk keseragaman bobot )
STUDI PREFORMULASI
A. Formula Acuan
No Bahan Jumlah (%)
1. Ekstrak Kering Brokoli dan pegagan 9,5
2. asam sitrat 12,56
3. Asam tartarat 25,1
4. Natrium bikarbonat 38,20
5. PVP k30 3
6. Stevia powder 3,5
7. Beta siklodekstrin 5`
8. Laktosa 100
B. Formula modifikasi
No Bahan Jumlah (%)
1. Vitamin C 250
2. asam sitrat 12,56
3. Asam tartarat 25,1
4. Natrium bikarbonat 38,20
5. PVP k30 3
6. Aspartame 3,5
7. Talk 2
8. Sun flower 2
9. Laktosa 100
C. Rancangan Formula
Nama rancangan : Tablet effervescent Vitamin C
Jumlah produk : 25 sachet @10g
Tanggal formulasi :
Tanggal produksi :
No. produksi :
No. batch :
D. Master Formula
Produksi : Tablet effervescent vitamin C
PT. STIKSAM
Samarinda- Tanggal Tanggal Dibuat Oleh Disetujui Oleh:
Indonesia Formula produksi
Kelas S1-2019
kelompok B1
Kode bahan Nama bahan Fungsi bahan Per dosis(%) Per batch(g)
Vitamin C Bahan aktif 250 6.25g
asam sitrat Asam 1,25 31,4g
Asam tartarat Asam 2,51 62,75g
Natrium Basa 3,82 95,5g
bikarbonat
PVP 25 Pengikat 0,25 6,28g
Aspartame Pemanis 0,35 8,75g
Talk Pelincir 0,2 5g
Sun flower Perasa 0,2 5g
Laktosa Pengisi Ad 10 2.50g
E. Perhitungan bahan
1. Vitamin C = 250 𝑚𝑔 𝑥 25 𝑠𝑎𝑐ℎ𝑒𝑡 = 6.250𝑚𝑔 = 6,25g
12,56
2. Asam sitrat = 𝑥 10𝑔 = 1,256𝑔 x 25 sachet = 31,4g
100
25,1
3. Asam tartarat = 𝑥 10𝑔 = 2,51𝑔 x 25 sachet = 62,75g
100
38,20
4. Natrium bikarbonat = 𝑥 10𝑔 = 3,82𝑔 x 25 sachet = 95,5g
100
3
5. PVP3% = 100 𝑥 10𝑔 = 0,3𝑔 x 25 sachet = 7,5g
Pvp fase asam = (6,25g +31,25g + 62,25g + 8,72g ) = 109 g
3
3% =100 𝑥 109 𝑔 = 327𝑔
Pvp fase basa = (95,5 g +5 g) = 100,5 g
3
3%=100 𝑥100,5𝑔 = 3,01 𝑔
3,5
6. Aspartame = 100 𝑥 10𝑔 = 0,35𝑔 x 25 sachet = 8,75g
2
7. Talk 2% = 100 𝑥 10𝑔 = 0,2𝑔 x 25 sachet = 5 g
2
8. Citrus orange 2% = 100 𝑥 10𝑔 = 0,2g x 25 sachet = 5g
9. Laktosa = 250 g – (6,25g+ 31,4g +62,75g + 95,5g + 7,5g + 8,75g +5g +5g+6,28g)
250g - 220,78g = 29,22 g
BAB V
METODE PEMBUATAN
A. METODE PEMBUATAN
Dibuat granulasi basah PVP dilarutkan dengan alkohol 70% secukupnya sampai larut dan
ditambahkan perasa
Dibuat komponen asam dengan mencampurkan vit c, asam sitrat,asam tartrat, aspartam
dan laktosa di gerus hingga homogen (mortir A)
Dibuat komponen basa dengan mencampurkan natrium bikarbonat ,talk, dan laktosa
digerus hingga homogen(mortir B)
Kemudian diayak dengan ayakan mesh 14 dan dikeringkan pada suhu 40-50 C
B. EVALUASI GRANUL
Kadar Lembab
Kadar lembab yang terlalu rendah meningkatkan terjadinya capping dan laminasi, sedangkan
kandungan lembab yang terlalu tinggi meningkatkan terjadinya penempelan pada dinding die
sehingga tablet menjadi gumpil.
Alat :
Cawan / Kaca Arloji
Oven / lemari Pengering
Cara :
Timbang seksama 5,0 g granul, panaskan dalam lemari pengering sampai bobot konstan (105 C)
selama 2 jam
Perhitungan :
W0 W1
% MC
100 % W0
Persyaratan : 2 - 4%
Untuk granul effervescent, kadar lembab yang baik memiliki kandungan lembab 0,4-0,7%
Sifat Alir
Untuk mendapatkan sifat alir yang baik maka bahan harus mempunyai bentuk yang sama dan
memiliki kontak antar partikel yang kecil. Pengukuran sifat alir dapat dengan metode langsung,
yaitu mengukur kecepatan alir granul dan metode sudut diam/ sudut Baring. Kecepatan alir
merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap keseragaman bobot tablet yang dihasilkan.
Alat :
Corong alat uji waktu alir (metode langsung)
Stopwatch
Cara :
Timbang 25,0 g granul tempatkan pada corong alat uji waktu alir dalam keadaan tertutup. Buka
penutupnya biarkan granul mengalir, catat waktunya, lakukan 3 kali
Persyaratan :
100 g granul waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik
Kompresibilitas
Kompresibilitas merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kemampuan granulat
untuk menjadi bentuk yang lebih stabil jika mendapat tekanan, dan akhirnya menjadi massa yang
kompak dan stabil. Kompresibilitas juga berhubungan dengan sifat alir granul.
Alat :
Jouling Volumeter
Cara :
Timbang seksama 20,0 g granul
Masukkan ke dalam gelas ukur dari alat Jouling Volumeter.
Catat volume awal ( ml)
Hitung 100 ketukan. Catat Volumenya sampai volume konstan
Perhitungan :
V0 Vn
Kp 100 %
V0
Kp = % Pemampatan / Kompresibilitasbobot granul awal
V0 = Volume Awal
Vn = Volume pada jumlah tiap
ketukan Persyaratan :
Jika Kp ( % Pemampatan ) kurang dari 20% keteraturan fabrikasi akan tercapai
Depkes RI., (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Depkes RI.,1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Depkes RI.,1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Rina Catur Romantika, Susinggih Wijana, Claudia Gadizza Perdani,.Formulasi dan Karakteristik Tablet
Effervescent Jeruk Baby Java (Cytrus sinensis L. Osbeck) Kajian Proporsi Asam Sitrat.Volume 6 Nomor 1:
15-21
Kusumawati Yuliana, Erni Rustiani, Almasyuhuri.,Pengembangan Tablet Efervesen Kombinasi Brokoli dan
Pegagan Dengan Kombinasi Asam dan Basa.,Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan Bogor.