You are on page 1of 2

Penerapan Simulation Based Learning Dalam Pendidikan Keperawatan

Oleh:
Agnes Putri S. Marbun, Esra Simamora, Moris Hutahaean
(Mahasiswa Magister Ilmu Keperawatan USU)

Keperawatan adalah disiplin praktik yang kompleks yang membutuhkan metodologi


pendidikan inovatif. Sumber daya manusia dalam pelayanan keperawatan yang berkualitas
tidak terlepas dari kemampuan individu tersebut dalam menguasai kompetensi klinis
sebagai seorang perawat.
Usaha untuk peningkatan mutu pendidikan keperawatan terutama untuk
mendukung mahasiswa menjadi perawat professional memerlukan proses pembelajaran
dengan memanfaatkan fasilitas keterampilan klinis. Penguasaan pada kemampuan skill klinis
merupakan suatu hal penting bagi kualitas lulusan pendidikan tinggi keperawatan yang
profesional.
Proses pembelajaran melibatkan aktivitas yang kompleks, Dalam setiap
pembelajaran, harus diupayakan untuk dapat mengantarkan peserta didik pada pengusaan
kompetensi yang dicanangkan, termasuk nilai-nilai dan sikap yang melandasinya. Oleh
karena itu pembelajaran tidak harus selalu dilaksanankan di kelas. Adakalanya
pembelajaran harus dilaksanakan di
laboratorium atau di lapangan. Dalam hal ini tentu diperlukan Metode berbasis praktik simulasi.
Metode Practice Based Simulation adalah sebuah model pembelajaran yang berfokus
pada peserta didik yang dikembangkan untuk mencapai integritas simulasi yang efektif dan
inovatif, Mahasiswa diharapkan mampu terlibat langsung dalam proses pembelajaran yang
didasarkan pada teori belajar konstruktif yang menegaskan bahwa pengetahuan tidak pasif
ditransfer dari Mahasiswa, tetapi dibangun oleh Mahasiswa melalui pengolahan pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan mereka (Parker et al 2009).
Beberapa Tehnik dalam penerapan Simulation Based Learning dalam Pendidikan
Keperawatan adalah:
1. Practice situation
Menyediakan kasus berupa skenario yang menggambarkan situasi yang real atau nyata
dengan menambahkan aspek psikologi, sosial, dan emosional.
2. Simulation
Mahasiswa diminta untuk menganalisis situasi klinis, untuk merumuskan perawatan yang
tepat, untuk memprioritaskan dan untuk memberikan tindakan asuhan keperawatan.
3. Structured Learning
Pendidik bertindak sebagai fasilitator untuk menjelaskan atau mengidentifikasi batas-
batas pengetahuan dan keterampilan yang seharusnya dilakukan.
4. Process inquiry
Mahasiswa diharapkan berfokus pada pemikiran critical thinking untuk menemukan
penemuan baru yang bertujuan untuk proses kognitif seperti mengatur, mengkategorikan,
menganalisis, mengevaluasi, penalaran kritis, dan dapat merefleksi dengan meninjau
kembali hasil analisisnya.
5. Assessment
Penilaian dari model simulasi ini mencakup tiga ranah domain yaitu kognitif, psikomotor
dan afektif.

You might also like