Professional Documents
Culture Documents
Evaluasi Dokumen Perencanaan - Laporan Evaluasi Renstra Dinas Perakim Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018-2023
Evaluasi Dokumen Perencanaan - Laporan Evaluasi Renstra Dinas Perakim Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018-2023
Oleh:
Kelas A
FAKULTAS TEKNIK
2023 M / 1444H
KATA PENGANTAR
Rasa syukur dan terima kasih saya ucapkan kepada pihak – pihak yang
mendukung tim penyusun dan dosen mata kuliah terkait, yaitu Ibu Dr. Yulia Asyiawati,
S.T., M.Si dan Bapak Luthfi Ahmad Barwanto, S.T., M.PWK. Penulis menyadari bahwa
dalam menyusun tugas ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat
terbuka akan kritik dan saran yang membangun guna disempurnakannya tugas ini.
Oleh karena itu, kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan dalam tugas ini. Penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Team Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak adalah pelita zaman karena kehadiran anak merupakan pertanda bahwa
peradaban manusia akan tetap berlangsung terus menerus. Banyak ahli juga meyakini
bahwa “membangun anak adalah membangun peradaban bangsa”, maka tidak
berlebihan jika apa yang diberikan dan dilakukan untuk anak-anak pada hari ini
sesungguhnya merupakan cermin masa depan peradaban suatu bangsa. Siapapun
akan sepakat bahwa anak adalah masa depan kemanusiaan. Meski demikian anak
sebagai kelompok penduduk paling rentan sering kurang diperhatikan dan
diperhitungkan bahkan diabaikan dan dikorbankan dalam pembangunan bangsa.
Dunia meyakini dan telah bersepakat bahwa anak mempunyai hak hidup,
tumbuh kembang, berpartisipasi secara wajar sesuai harkat dan martabat kemanusiaan
serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Kesepakatan
tersebut telah dituangkan dalam Konvensi Hak Anak 1989 yang ditetapkan oleh Majelis
Umum PBB dengan Resolusi Nomor 44/25 tanggal 20 November 1989 merupakan
salah satu manifestasi kebijakan international tentang anak. Dalam KHA terdapat 5
kluster hak anak yakni Hak Sipil dan Kebebasan, Lingkungan Keluarga dan
Pengasuhan Alternatif, Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan, Pendidikan, Pemanfaatan
Waktu Luang dan Kegiatan Seni Budaya serta Perlindungan Khusus.
Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the
Child) dengan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990. Dengan diratifikasinya
Konvensi Hak Anak tersebut Negara berkewajiban untuk melakukan harmonisasi
terhadap segala peraturan perundang-undangan terkait dengan Anak guna menjamin
terpenuhinya hak-hak anak. Komitmen negara tersebut kemudian dikuatkan dalam
amandemen ke-4 UUD 1945 khususnya Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa
setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Konstitusi telah menegaskan bahwa
hak anak adalah hak asasi manusia, maka pemenuhan hak anak menjadi kewajiban
negara. Dalam UndangUndang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
dapat dijumpai adanya penegasan kembali bahwa Hak anak adalah Hak asasi
Manusia. Negara sebagai pemegang kewajiban (duty bearrer) sedangkan masyarakat
dalam hal ini anak adalah sebagai claim holder. Negara sebagai pemegang kewajiban
mempunyai kewajiban untuk menghormati (to respect), memenuhi (to fulfill) dan
melindungi (to protect) serta memajukan (to promote).
1. pertama, hak sipil dan kebebasan, berkaitan dengan jumlah dan prosentase
kepemilikan akta kelahiran, jumlah forum anak, Keberadaan Telepon Sahabat Anak di
DIY, Perpustakaan Ramah Anak/Pojok Baca Anak.
3. ketiga, kesehatan dan kesejahteraan anak, berkaitan dengan jumlah kematian Ibu,
kematian Bayi dan kematian Balita, prevalensi gizi buruk balita, balita dalam kondisi
stunting.
B. Rumusan Masalah
ISI PEMBAHASAN
A.Identifikasi Kebijakan
Konstitusi telah menegaskan bahwa hak anak adalah hak asasi manusia, maka
pemenuhan hak anak menjadi kewajiban negara. Dalam UndangUndang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dapat dijumpai adanya penegasan kembali
bahwa Hak anak adalah Hak asasi Manusia. Negara sebagai pemegang kewajiban
(duty bearrer) sedangkan masyarakat dalam hal ini anak adalah sebagai claim holder.
Negara sebagai pemegang kewajiban mempunyai kewajiban untuk menghormati (to
respect), memenuhi (to fulfill) dan melindungi (to protect) serta memajukan (to
promote).
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa
Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 3)
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4235)
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1950 tentang Berlakunya
Undang-Undang No 2, 3, 10 dan 11 Tahun 1950 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 1950 Nomor 58)
6. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Pelindungan Anak (Lembaran Daerah Nomor 2 Tahun 2018,
Tambahan Lembaran Daerah Nomor 2)
Adapun teknik evaluasi yang digunakan dalam pendekatan evaluasi semu meliputi
tampilan grafik, tampilan tabel,dan narasi. Dengan menggunakan teknik-teknik ini, data
dan hasil evaluasi dapat disajikan secara visual dan analisis dapat dilakukan untuk
memahami dampak kebijakan yang sedang dievaluasi.Berikut penjelasan beberapa
teknik evalusi yang diambil diantaranya :
a. Grafik digunakan untuk mewakili data secara visual. Jenis grafik yang sering
digunakan meliputi diagram batang, diagram garis, diagram lingkaran, atau
diagram sebar. Grafik membantu untuk memvisualisasikan pola, tren,
perbandingan, atau distribusi data dengan cara yang lebih mudah dipahami dan
menarik perhatian.(Tufte, E. R. (2001). The Visual Display of Quantitative
Information. Graphics Press).
b. Tabel adalah cara yang efektif untuk menyajikan data secara terstruktur dan
ringkas. Dalam tabel, data diorganisir dalam kolom dan baris yang
memungkinkan perbandingan, perhitungan, dan analisis lebih mudah dilakukan.
Tabel sering digunakan untuk menyajikan data kuantitatif seperti angka,
persentase, atau hasil pengukuran.(Weiss, C. H. (1998). Evaluation: Methods for
Studying Programs and Policies. Prentice Hall.)
c. Narasi atau teks ditulis dalam bentuk penjelasan atau laporan yang mendetail
tentang temuan evaluasi. Narasi digunakan untuk memberikan interpretasi,
analisis, dan konteks yang mendalam terkait dengan data evaluasi. Melalui
narasi, penulis dapat menggambarkan temuan, mengidentifikasi kesimpulan, dan
memberikan rekomendasi.(Shadish, W. R., Cook, T. D., & Leviton, L. C. (1991).
Foundations of Program Evaluation: Theories of Practice. Sage Publications).
Penting juga untuk diingat bahwa metode deskriptif dengan pendekatan evaluasi
semu ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang kebijakan dan
efeknya, namun tidak dapat memberikan kesimpulan sebab-akibat 10 yang pasti.
Evaluasi semu lebih fokus pada menjelaskan hubungan dan variasi, daripada
mengevaluasi dampak langsung kebijakan pada manfaat atau nilai yang lebih luas.
C. Data Terkait
Dalam pengumpulan dan analisis data yang berkaitan dengan perlindungan anak
penting untuk merumuskan kebijakan yang berbasis bukti dan program yang tepat
sasaran. Data dapat digunakan untuk memonitor perubahan dalam situasi anak-anak
seiring waktu, mengidentifikasi kelompok anak yang rentan, dan melacak kemajuan
dalam mencapai tujuan perlindungan anak yang ditetapkan oleh pemerintah dan
lembaga internasional United Nations Children's Fund (UNICEF).Data tentang
perlindungan anak dapat mencakup berbagai aspek, termasuk kekerasan terhadap
anak, pekerjaan anak, pendidikan, kesehatan, perawatan anak yang terlantar,
eksploitasi seksual anak, dan masalah lain yang mempengaruhi anak-anak secara
langsung.
Kepemilikan Akta Kelahiran Anak di DIY pada bulan Juni tahun 2019 mengalami
peningkatan menjadi 94,46 %, dengan total jumlah anak 906.734 sedangkan jumlah
anak yang belum memiliki akta kelahiran sebesar 50.207 (5,54 %). Total
Kabupaten/Kota di DIY ada 4 (empat) Kabupaten dan 1 Kota, dengan perolehan
tertinggi jumlah anak yang belum memiliki akta kelahiran terdapat di Kabupaten Sleman
mencapai 249,581, sedangkan pencapaian tertinggi di Kota Yogyakarta sebesar
98,48%.
b). Anak Korban Kekerasan
Tabel 1.2 Anak Korban Kekerasan
Alternatif perlindungan anak dapat mencakup berbagai aspek dan metode yang
berbeda untuk melindungi anak-anak dari berbagai risiko dan bahaya. Berikut adalah
beberapa contoh cakupan dan perkiraan hasil yang dapat diperoleh ketika menerapkan
alternatif perlindungan anak:
1. Pendidikan dan Kesadaran: Salah satu aspek penting dari perlindungan anak
adalah meningkatkan pendidikan dan kesadaran tentang hak-hak anak, kekerasan
anak, pelecehan, dan risiko lainnya. Dengan meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang isu-isu ini, diharapkan dapat terjadi perubahan perilaku yang lebih baik dan
peningkatan kesadaran untuk melaporkan situasi yang mencurigakan.Hasil yang
diharapkan:
● Anak-anak yang lebih terampil dalam melindungi diri dari risiko kekerasan dan
pelecehan.
● Penurunan angka kekerasan dan pelecehan anak.
● Peningkatan kesadaran gender dan penghormatan terhadap perbedaan.
● Penting untuk dicatat bahwa hasil yang diharapkan dapat berbeda-beda
tergantung pada konteks, upaya yang dilakukan, dan faktor-faktor lain yang
memengaruhi implementasi alternatif perlindungan anak.
1. Efektivitas:
2. Efisiensi:
● Penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien dalam implementasi alternatif.
● Pengurangan biaya administratif dan birokrasi yang tidak perlu.
● Pemanfaatan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan efisiensi operasional.
● Ketersediaan laporan dan pemantauan yang memadai untuk mengukur efisiensi.
3. Kecukupan:
4.Pemerataan:
5.Responsivitas:
6.Ketepatan:
Cakupan dan hasil yang dapat diperoleh ketika menerapkan alternatif positif
dalam perlindungan anak akan bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk
konteks lokal, tingkat penerapan, dan komitmen yang ada.
Tabel 2.1 Evaluasi Kebijakan Rencana Aksi Daerah Perlindungan Anak Povinsi Jogjakarta
Tahun 2020 - 2022
Berikut ini adalah perkiraan umum mengenai cakupan dan hasil yang dapat
diharapkan:
G.Trade-Off
Adapun strategi maupun keputusan yang diambil untuk beberapa alternatif yang
dilakukan guna untuk meningkatkan efektivitas dengan cara merumuskan stategi yang
tepat dan mengoptimalkan serta memastikan konsistensi pemangku kepentingan
secara terkoordinasi dan konsisten.Berikut adalah beberapa strategi dan keputusan
yang dapat dilakukan terkait dengan alternatif perlindungan anak:
Selain itu, penting juga untuk melibatkan partisipasi masyarakat dan pemangku
kepentingan terkait, serta melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala
terhadap implementasi strategi dan keputusan yang diambil untuk memastikan
efektivitas dan perbaikan yang berkelanjutan.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Implementasi kebijakan ini belum diketahui apakah efisien atau efektif, namun
cukup memadai dengan dokumen dan peraturan terkait pelaksanaannya, namun cukup
merata, belum menunjukkan hasil yang signifikan, respon yang cukup dan dapat
disimpulkan bahwa kebijakan ini dapat dilanjutkan. namun diperlukan beberapa
perbaikan yang relatif mengarah ke tujuan kebijakan, pemangku kepentingan, kinerja
dan koordinasi dalam pelaksanaannya.
Astuti, Made Sadhi, 1997, Selayang pandang Anak Sebagai Korban dan Pelaku Tindak
Pidana, Malang: Arena Hukum.
Dellyana, Shanty, 2004, Wanita dan Anak di Mata Hukum, Yogyakarta: Liberty.
Gultom, Maidin, 2010, Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Sistem Peradilan
Pidana Anak di Indonesia, Bandung : Refika Aditama.
Hidayat, Bunadi, 2010, Pemidanaan Anak Dibawah Umur, Bandung: PT. Alumni.
Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Muladi, 1995, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Sudaryono & Natangsa Surbakti 2005, Hukum Pidana (Buku Pegangan Kuliah),
Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ranter, E.Y. & Sianturi S.R, 1982, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan
Penerapannya, Jakarta: Alumni AHM-PTHM.
Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child) yang telah diratifikasi
berdasarkan Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990.