You are on page 1of 9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pajak Daerah


Untuk meningkatkan pembangunan nasional, tiap-tiap daerah berhak
untuk mengenakan pungutan biaya kepada masyarakat berupa pajak yang
diatur oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kenegaraan,
ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa diatur dengan undang-undang.
Peranan pajak sangatlah penting bagi penerimaan kas pemerintah pusat
maupun daerah. Oleh karena itu, pemerintah terus berusaha meningkatkan
dan menggali setiap potensi yang ada. Demikian juga potensi yang ada di
daerah khususnya Provinsi Jawa Tengah, dimana usaha tersebut tidak lepas
dari peran serta kontribusi pemerintah daerah yang lebih mengetahui akan
kebutuhan dan kondisi serta potensi yang ada di daerahnya untuk digali dan
dioptimalkan.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa pajak daerah merupakan salah
satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan
pemerintahan daerah dan pembangunan daerah untuk memantapkan
otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Pada Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah
kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Selain itu Pajak daerah juga dapat di artikan sebagai iuran wajib yang
dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang- undangan yang berlaku, yang di gunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Dengan
demikian, pajak daerah merupakan pajak yang di tetapkan oleh pemerintah
daerah dengan peraturan daerah (perda), yang berwenang pemungutan
dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya di gunakan untuk
membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan di daerah.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009, daerah
diberi kewenangan untuk memungut 16 (enam belas) jenis pajak, yaitu
Pajak Provinsi meliputi:
 Pajak Kendaraan Bermotor
 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
 Pajak Air Permukaan
 Pajak Rokok
Pajak Kabupaten/Kota meliputi:
 Pajak Hotel
 Pajak Restoran
 Pajak Reklame
 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
 Pajak Parkir
 Pajak Penerangan Jalan
 Pajak Air Tanah
 Pajak Sarang Burung Walet
 Pajak Hiburan
 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2)
 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
2.2 Pajak Provinsi
Pajak provinsi adalah kontribusi wajib rakyat suatu daerah (provinsi)
untuk kas pemerintah daerah yang merupakan bentuk terutang pribadi atau
badan berdasarkan peraturan undang-undang. Pajak daerah ini pun akan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan daerah masing-masing demi
tercapainya kemakmuran rakyat.

Pajak daerah untuk provinsi terdiri dari beberapa jenis yang meliputi
kendaraan bermotor, air, dan bea cukai rokok. Berikut penjelasannya:

a. Pajak Kendaraan Bermotor


Pajak kendaraan bermotor merupakan iuran pajak yang diwajibkan
atas setiap jenis kendaraan beroda, baik yang digunakan di darat
maupun di air. Pembayarannya dilakukan di awal dan selanjutnya
secara rutin setiap satu tahun sekali.
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Jenis pajak ini dikenakan kepada pihak yang ingin mengubah hak
milik atas kendaraan bermotor sebagai hasil dari kesepakatan yang
terjadi karena jual-beli, hibah, warisan, dan lainnya.
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak daerah ini ditujukan untuk semua jenis bahan bakar (gas dan
cair) yang digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk kendaraan
air.
d. Pajak Air Permukaan
Semua bentuk pengambilan dan pemanfaat air tanah yang dilakukan
melalui penggalian, pengeboran, atau pembangunan untuk
dimanfaatkan airnya akan dikenakan tarif pajak. Besaran pajak akan
ditentukan melalui alat pencatatan debit untuk mengetahui volume air
yang digunakan.
e. Pajak Rokok
Pajak provinsi ini merupakan iuran yang ditetapkan atas cukai rokok
yang dipungut oleh pemerintah pusat. Objek dari pajak rokok ini
sendiri meliputi, rokok yang dibungkus, sigaret, cerutu, dan rokok
daun. Konsumen rokok selaku subjek pajak, secara tidak langsung,
telah membayar pajak dengan membeli rokok yang memiliki pita
cukai. Tarif pajak rokok dikenakan sebesar 10% dari cukai rokok yang
dipungut oleh instansi berwenang dan hamper tiap tahun mengalami
kenaikan.
2.3 Pajak Kendaraan Bermotor

Salah satu pajak yang dipungut oleh Provinsi khususnya Provinsi Jawa
Tengah yaitu Pajak Kendaraan Bermotor. Menurut Peraturan Gubernur Nomor 19
Tahun 2022 Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta
gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh
peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk
mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan
bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang
dalam operasinya menggunakan roda dan motor tidak melekat secara permanen
serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air. Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor, yaitu
kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan di semua
jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan
lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu
menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat
besar yang bergerak

Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 19 tahun


2022 disebutkan tarif kendaraan bermotor yaitu, Penghitungan dasar pengenaan
PKB ditetapkan berdasarkan perkalian dari 2 (dua) unsur pokok : NJKB (Nilai
Jual Kendaraan Bermotor) adalah Harga Pasaran Umum atas suatu kendaraan
bermotor; dan bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan
dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor. Pajak
kendaraan bermotor merupakan iuran pajak yang diwajibkan atas setiap jenis
kendaraan beroda, baik yang digunakan di darat maupun di air. Pembayarannya
dilakukan di awal dan selanjutnya secara rutin setiap satu tahun sekali.

Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan menguasai
kendaraan bermotor. Sedangkan wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang
memiliki kendaraan bermotor. Jika wajib pajak berupa berupa badan, kewajiban
perpajakannya diwakilkan oleh pengurus atau kuasa badan tersebut. Maka dari itu
pada PKB (pajak kendaraan bermotor) subjek pajak sama dengan wajib
pajak,yaitu orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai
kendaraan bermotor. Ketika wajib pajak menjalakan kewajiban perpajakannya
dapat diwakili oleh pihak tertentu yang di perkenankan oleh undang-undang dan
peraturan daerah tentang pajak kendaraan bermontor.

Objek pajak kendaraan bermotor adlaah kepemilikan penguasaan kendaraan


bermotor. Kendaraan bermotor menurut Pasal 1 angka 8 Undang - undang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh
peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel.
Kemudian dikenal pula kendaraan bermotor umum. Termasuk dalam pengertian
kendaraan bermotor adalah kendaraan bermotor beroda beserta gandengannya,
yang dioperasikan di semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang
dioperasikan di semua jenis jalan darat dan di operasikan di air dengan ukuran isi
kotor GT 5 (lima gross tonnage) sampai GT 7 (tujuh gross tonnage).

Berdasarakan Undang – undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 6 ayat ,


besaran tarif pajak kendaraan bermotor pribadi ditetapkan sebagai berikut :

a. untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah sebesar 1%


(satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen);

b. untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat


ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling
tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

Kemudian pada Pasal 6 ayat 2 sampai ayat 4 ditentukan bahwa tarif pajak
kendaraan bermotor Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans,
pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan,
Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan
dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima
persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen). Tarif Pajak Kendaraan
Bermotor alat-alat berat dan alatalat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1%
(nol koma satu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen).

Di Jawa Tengah tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan dalam


Peraturan Gubernur Nomor 19 Tahun 2022 adalah sebagai berikut :

 Pengenaan PKB KBL Berbasis Baterai dan BBNKB KBL Berbasis Baterai
untuk angkutan orang dan barang kepemilikan pribadi sebesar 10% (sepuluh
persen) dari dasar pengenaan PKB dan BBNKB.
 Pengenaan PKB KBL Berbasis Baterai dan BBNKB KBL Berbasis Baterai
untuk angkutan umum barang dan angkutan umum orang sebesar 10% (sepuluh
persen) dari dasar pengenaan PKB dan BBNKB.
 Pengenaan PKB ambulans, pemadam kebakaran, dan pelayanan kebersihan
milik Pemerintah Pusat, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan Pemerintah Daerah ditetapkan sebesar 0% (nol persen)
dari dasar pengenaan PKB.
 Pengenaan BBNKB ambulans, pemadam kebakaran, dan pelayanan kebersihan
milik Pemerintah Pusat, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan Pemerintah Daerah ditetapkan sebesar 0% (nol persen)
dari dasar pengenaan BBNKB.
 Pengenaan PKB untuk kendaraan bermotor angkutan umum orang ditetapkan
sebesar 30% (tiga puluh persen) dari dasar pengenaan PKB.
 Pengenaan PKB untuk kendaraan bermotor angkutan umum barang ditetapkan
sebesar 60% (tiga puluh persen) dari dasar pengenaan PKB.
 PKB untuk kereta gandeng/tempel ditetapkan sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta
rupiah) tanpa dikenai subsidi.
2.4 Pertumbuhan Pajak

Pertumbuhan pajak merupakan indikasi untuk mengukur seberapa besar


kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan
pertumbuhan pajak di tahun berikutnya.

Pertumbuhan pajak kendaraan provinsi Jawa Tengah dihitung dari rumus


berikut :
Xt− X (t−1)
Gx= x 100 %
X (t−1)

Sumber : Herjanti, S., & Teg, I. W. T. (2020). Analisis Efektivitas dan Laju
Pertumbuhan Pajak Daerah serta Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Di Kota Bogor Periode 2013-2017. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, 8(1), 37-
48.

Keterangan :
Gx : Pertumbuhan pajak kendaraan bermotor
Xt : Realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor periode saat ini
X(t-1) : Realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor periode sebelumnya
Tabel 2. 1
Kriteria Laju Pertumbuhan Pajak

Kriteria Laju
Presentase
Pertumbuhan Pajak
Lebih dari 85% Sangat Berhasil
70%-85% Berhasil
55%-70% Cukup berhasil
30%-55% Kurang Berhasil
Kurang dari 30% Tidak Berhasil
Sumber: Idirwan dalam Halim (2007:291)
2.5 Realisasi Pajak
Realisasi Penerimaan Pajak adalah jumlah penerimaan pajak yang nyata
(bukan fiktif) yaitu pajak yang benar-benar diterima yang dicapai pada periode
tertentu yang kemudian dibandingkan dengan target penerimaan pajak atau
definisi lain yaitu realisasi penerimaan pajak adalah sejumlah penerimaan
pajak pada periode tertentu. Realisasi penerimaan pajak masih rendah
tampaknya juga sejalan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi nasional.
Bagaimanapun terdapat hubungan positif antara pertumbuhan ekonomi dan
penerimaan pajak. Pertumbuhan ekonomi meningkat, akan mendorong
kenaikan penerimaan pajak, demikian juga sebaliknya.
2.6 Kontribusi Pajak
Kontribusi pajak adalah iuran wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa dan tidak ada pengecualian
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Kontribusi pajak daerah adalah sejauh mana hasil /
jumlah dana yang terkumpul dari sektor pajak di suatu daerah dibandingkan
dengan jumlah total pendapatan daerah.
Untuk menghitung besarnya kontribusi pajak terhadap penerimaan pajak
daerah yaitu :

PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR ,


X 100 %
PENERIMAAN PAJAK DAERAH

Sumber: Bakhtiar, B., Khaerana, K., & Yunus, M. H. (2023). Analisis Kontribusi
Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palopo.
JEMMA (Journal of Economic, Management and Accounting), 6(1), 52-61.

Tabel 2. 2
Klasifikasi Kriteria Nilai Kontribusi Pajak Daerah

No Presentase Nilai Keterangan


. Kontribusi
1 0,00%-10% Sangat kurang
2 10,10%-20% Kurang
3 20,10%-30% Sedang
4 30,10%-40% Cukup Baik
5 40,10%-50% Baik
6 Diatas 50% Sangat Baik
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327 (Rima Adelina) Tahun 2020

2.7 Target Pajak


Target pajak didefinisikan sebagai sasaran penerimaan pajak yang telah
ditetapkan untuk dicapai oleh instansi pemungut pajak pada periode
tertentu.

Capaian target penerimaan pajak kendaraan bermotor. Rumusnya yaitu :


PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR ,
X 100 %
TARGET PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

Sumber: Bakhtiar, B., Khaerana, K., & Yunus, M. H. (2023). Analisis Kontribusi
Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palopo.
JEMMA (Journal of Economic, Management and Accounting), 6(1), 52-61.

Kriteria Nilai Efektivitas untuk Capaian Target dapat diklasifikasikan dengan


presentase berikut:

Tabel 2. 3
Kriteria Capaian Target Pajak

Efektivitas Capaian Target Kriteria

>100% Sangat Efektif

90% - 100% Efektif

80% - 90% Cukup Efektif

60% - 80% Kurang Efektif

<60% Tidak Efektif

Sumber: Kemendagri No. 690.900.327

You might also like