Professional Documents
Culture Documents
LANDASAN TEORI
Pajak daerah untuk provinsi terdiri dari beberapa jenis yang meliputi
kendaraan bermotor, air, dan bea cukai rokok. Berikut penjelasannya:
Salah satu pajak yang dipungut oleh Provinsi khususnya Provinsi Jawa
Tengah yaitu Pajak Kendaraan Bermotor. Menurut Peraturan Gubernur Nomor 19
Tahun 2022 Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta
gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh
peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk
mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan
bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang
dalam operasinya menggunakan roda dan motor tidak melekat secara permanen
serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air. Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor, yaitu
kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan di semua
jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan
lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu
menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat
besar yang bergerak
Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan menguasai
kendaraan bermotor. Sedangkan wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang
memiliki kendaraan bermotor. Jika wajib pajak berupa berupa badan, kewajiban
perpajakannya diwakilkan oleh pengurus atau kuasa badan tersebut. Maka dari itu
pada PKB (pajak kendaraan bermotor) subjek pajak sama dengan wajib
pajak,yaitu orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai
kendaraan bermotor. Ketika wajib pajak menjalakan kewajiban perpajakannya
dapat diwakili oleh pihak tertentu yang di perkenankan oleh undang-undang dan
peraturan daerah tentang pajak kendaraan bermontor.
Kemudian pada Pasal 6 ayat 2 sampai ayat 4 ditentukan bahwa tarif pajak
kendaraan bermotor Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans,
pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan,
Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan
dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima
persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen). Tarif Pajak Kendaraan
Bermotor alat-alat berat dan alatalat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1%
(nol koma satu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen).
Pengenaan PKB KBL Berbasis Baterai dan BBNKB KBL Berbasis Baterai
untuk angkutan orang dan barang kepemilikan pribadi sebesar 10% (sepuluh
persen) dari dasar pengenaan PKB dan BBNKB.
Pengenaan PKB KBL Berbasis Baterai dan BBNKB KBL Berbasis Baterai
untuk angkutan umum barang dan angkutan umum orang sebesar 10% (sepuluh
persen) dari dasar pengenaan PKB dan BBNKB.
Pengenaan PKB ambulans, pemadam kebakaran, dan pelayanan kebersihan
milik Pemerintah Pusat, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan Pemerintah Daerah ditetapkan sebesar 0% (nol persen)
dari dasar pengenaan PKB.
Pengenaan BBNKB ambulans, pemadam kebakaran, dan pelayanan kebersihan
milik Pemerintah Pusat, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan Pemerintah Daerah ditetapkan sebesar 0% (nol persen)
dari dasar pengenaan BBNKB.
Pengenaan PKB untuk kendaraan bermotor angkutan umum orang ditetapkan
sebesar 30% (tiga puluh persen) dari dasar pengenaan PKB.
Pengenaan PKB untuk kendaraan bermotor angkutan umum barang ditetapkan
sebesar 60% (tiga puluh persen) dari dasar pengenaan PKB.
PKB untuk kereta gandeng/tempel ditetapkan sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta
rupiah) tanpa dikenai subsidi.
2.4 Pertumbuhan Pajak
Sumber : Herjanti, S., & Teg, I. W. T. (2020). Analisis Efektivitas dan Laju
Pertumbuhan Pajak Daerah serta Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Di Kota Bogor Periode 2013-2017. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, 8(1), 37-
48.
Keterangan :
Gx : Pertumbuhan pajak kendaraan bermotor
Xt : Realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor periode saat ini
X(t-1) : Realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor periode sebelumnya
Tabel 2. 1
Kriteria Laju Pertumbuhan Pajak
Kriteria Laju
Presentase
Pertumbuhan Pajak
Lebih dari 85% Sangat Berhasil
70%-85% Berhasil
55%-70% Cukup berhasil
30%-55% Kurang Berhasil
Kurang dari 30% Tidak Berhasil
Sumber: Idirwan dalam Halim (2007:291)
2.5 Realisasi Pajak
Realisasi Penerimaan Pajak adalah jumlah penerimaan pajak yang nyata
(bukan fiktif) yaitu pajak yang benar-benar diterima yang dicapai pada periode
tertentu yang kemudian dibandingkan dengan target penerimaan pajak atau
definisi lain yaitu realisasi penerimaan pajak adalah sejumlah penerimaan
pajak pada periode tertentu. Realisasi penerimaan pajak masih rendah
tampaknya juga sejalan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi nasional.
Bagaimanapun terdapat hubungan positif antara pertumbuhan ekonomi dan
penerimaan pajak. Pertumbuhan ekonomi meningkat, akan mendorong
kenaikan penerimaan pajak, demikian juga sebaliknya.
2.6 Kontribusi Pajak
Kontribusi pajak adalah iuran wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa dan tidak ada pengecualian
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Kontribusi pajak daerah adalah sejauh mana hasil /
jumlah dana yang terkumpul dari sektor pajak di suatu daerah dibandingkan
dengan jumlah total pendapatan daerah.
Untuk menghitung besarnya kontribusi pajak terhadap penerimaan pajak
daerah yaitu :
Sumber: Bakhtiar, B., Khaerana, K., & Yunus, M. H. (2023). Analisis Kontribusi
Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palopo.
JEMMA (Journal of Economic, Management and Accounting), 6(1), 52-61.
Tabel 2. 2
Klasifikasi Kriteria Nilai Kontribusi Pajak Daerah
Sumber: Bakhtiar, B., Khaerana, K., & Yunus, M. H. (2023). Analisis Kontribusi
Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palopo.
JEMMA (Journal of Economic, Management and Accounting), 6(1), 52-61.
Tabel 2. 3
Kriteria Capaian Target Pajak