You are on page 1of 7

Menemukan Makna Hidup Menurut Pengkhotbah 2:1-26

Oleh
Nama : Ayub B Siburian
Tingkat : II (dua)
Mata Kuliah : Pengantar PL II
Pengampu : Sri Wahyuningsih Tein, M.Th

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BINA MUDA WIRAWAN MEDAN

Tahun Ajaran 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena tetap
diberi kesehatan hingga saat ini dan bisa menyelesaikan makalah ini,Adapun judul
yang saya berikan yaitu “menemukan makna hidup”. Dan dapat terselesaikan tepat
waktu.

Saya mengucap terima kasih kepada semua pihak yang terlibat. Saya ucapkan
terima kasih kepada dosen pengampu saya, yang telah memberikan tugas ini dan
mengingatkan kembali untuk pengerjaan makalah ini. Mungkin jikalau beliau
tidak mengingatkan kembali akan tugas ini, mungkin tugas ini akan dikerjakan
dengan tergesa-gesa.

Selain itu saya berterima kasih kepada beberapa teman saya yang mengingatkan
dan mempertanyakan akan tugas ini, serta memberi penjelasan akan hal-hal yang
tidak saya mengerti dalam pengerjaan makalah ini.

Saya menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, sebagai penulis saya akan
siap menerima segala kritik dan saran dari si pembaca, dan saya berharap ada
manfaat yang diperoleh ketika membaca makalah ini. Demikian sepatah dua patah
kata dari saya.

Terima Kasih.

Namomirik, Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................4
A. LATAR BELAKANG...........................................................................4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................5
A. PENGKHOTBAH MENGUJI HIDUP..............................................5
B. MAKNA HIDUP...................................................................................6
BAB III PENUTUP....................................................................................6
KESIMPULAN...........................................................................................6

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam penulisan memiliki Argumentasi secara kanonik dimana secara tradisional pengarang
kitab Pengkhotbah diyakni adalah Salomo, anak Daud, yang memiliki hikmat Ilahi. Para penafsir
Yahudi tradisional membaca secara harafiahnya 1:1 dan menerjemahkan sebagai hasil karangan
Salomo. Penafsiran tradisional ini bertahan hingga munculnya metode-metode yang bersifat
kritis, baik historis maupun literer, yang melihat inkonsistensi pada beberapa bagian. Ada
beberapa alasan yang mengarah kepada dugaan bahwa penulis kitab ini bukanlah Salomo.

Dalam pasal-pasal pertama dalam kitab Pengkhotbah, pembaca memang dibuat kebingungan
dengan pernyataan demi pernyataan dari Pengkhotbah yang tidak biasa. Setelah
memperkenalkan dirinya sebagai anak Daud, raja di Yerusalem (Pkh. 1:1), pengkhotbah memulai
kitab ini dengan mengatakan bahwa ―segala sesuatu adalah sia-sia (Pkh. 1:2). Di dalam Alkitab
Bahasa Indonesia Terjemahan Baru yang diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (ITB-LAI),
kata ―sia-sia muncul sebanyak 86 kali dan dalam kitab pengkhotbah saja, kata tersebut muncul
sebanyak 15 kali. Dengan demikian, ungkapan ―kesia-siaan mendominasi dan dapat ditemukan
hampir di seluruh bagian pasal dalam kitab tersebut. Dan segala sesuatu bagi Pengkhotbah
adalah kesia-siaan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

Hikmat manusia dalam mencari makna hidup dimulai dengan kegembiraan, kesenangan, anggur,
kebodohan.

A. Pengkhotbah menguji hidup


 Kegembiraan dan kesenangan adalah Kesia-siaan. “Aku berkata dalam hati: “Mari,
aku hendak menguji kegirangan! Nikmatilah kesenangan! Tetapi lihat, juga itu pun
sia-sia.” Pkh 2:1
 Tertawa adalah kebodohan, kegembiran hanya menghasilkan swdikit kegunaan,
itupun jika ada. “Tentang tertawa aku berkata: “Itu bodoh!”, dan mengenai
kegirangan: “Apa gunanya?” Pkh 2:2 (Tertawa dan kegembiraan diluar Tuhan sia-
sia.)
 Salomo menggunakan kebijaksanaanya sendiri, untuk menemukan apa yang benar-
benar baik untuk dilakukan orang-orang “di bawah langit” (ayat 3)
 Dia memperoleh apapun yang dia inginkan, seperti pelayan, ternak, perak, emas,
harta, penyanyi, dan kesenangan anak-anak manusia, gundik…(ayat 4-6)
 Dia menjadi orang hebat dan tampak bahagia (ayat 7-8)
 Dia lebih besar dari sebelumnya, sambil mempertahankan kebijaksanaanya (ayat 9-
10).

Tetapi pada akhirnya dia mengatakan, semua sia-sia seperti menjaring angin.. maka
dia melakukan beberapa hal:
1. Refleksi diri: Setelah semua yang telah dia lakukan dan dia capai, lalu dia
melakukan refleksi, dia melihat kembali apa yang dia lakukan di masa lalu. (Ayat
11).
2. Evaluasi hidup: Dia melihat bahwa hikmat lebih baik daripada kebodohan (ayat
13), namun pada akhirnya kelebihan hikmat manusia adalah Kesia-siaan !(ayat
14-16). Salomo menyadari hal tersebut. Pengkhotbah membenci kehidupan,
karena semua pekerjaan yang dilakukan dibawah matahari, sangat menyedihkan
baginya. Semua sia-sia dan usaha menjaring angin (ayat 17).
3. Dia mulai membenci segala usaha yang dilakukannya (ayat 18&19). Karena
semua itu akan ditinggalkan dan diserahkan kepada orang-orang sesudah dia.

5
4. Karena itu. Dia menjadi putus asa dari semua pekerjaannya “dibawah matahari”
seluruh hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaan penuh kesusahan hati, bahkan
pada malam hari hatinya tidak tentram. Ini pun sia-sia (ayat 22-23).
5. “Tak ada yang lebih baik bagi manusia daripada makan dan minum dan
bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa ini pun tangan
Allah. Karena siapa dapat makan dan merasakan kenikmatan di luar Dia? ’’ (ayat
24-25).

B. Makna Hidup
 Nikmatilah hidup sepanjang anda bisa. Allah berkehendak agar manusia
mendapatkan kesenangan dari makan, minum dan bekerja. Karena merasa bahwa
dalam pemeliharaan Allah. Hal ini merupakan hal tertinggi yang manusia dapat
nikmati, harapannya dimana agar orang menikmati hidup ini sepanjang orang bisa
menemukannya (ayat 24).
 Merasakan kenikmatan di luar Dia. (AV, more than I [lebih dari aku]). Teks AV
menyiratkan pengertian, “Siapa dapat membuktikan ini dengan mengalami yang lebih
baik dari aku?” Tetapi, barangkali cara terbaik membaca ayat ini, dari segi konteks,
adalah dari versi bahasa Yunaninya, di luar Dia (yaitu: Allah) (ayat 25).
 Mendapatkan kesenangan Allah. Karena kata dikenan sekadar berarti “orang yang
disenangi oleh Allah,” sementara orang berdosa adalah orang yang tidak dikenan
Allah. Tidak ada konsistensi yang dapat dilihat dengan tindakan Allah (ayat 26).

BAB III
Kesimpulan
Sekarang, kita dapat menemukan yang tidak sia-sia, yaitu Allah itu sendiri, ketika kita menjadi
milik-Nya, ketika kita melakukan kehendak-Nya. Ketika kita hidup bagi Dia dan mati atas semua
keinginan kita. Yesus merelakan nyawa-Nya untuk manusia. Jadi cara dalam menemukan makna
hidup jikalau dihubungkan dengan kitab Pengkhotbah diantaranya dengan refleksi diri/ evaluasi
diri akan apa yang telah dilakukan dimasa lalu. Menikmati hasil dari kerja kerasnya sepanjang
dia bisa.

6
7

You might also like