You are on page 1of 194

STRATEGI PEMURIDAN TUHAN YESUS SEBAGAI MODEL

PELAYANAN GUNA MENINGKATKAN PERTUMBUHAN


DI GEREJA METHODIST INDONESIA JEMAAT
IMANUEL DENPASAR

DISERTASI
Diajukan Kepada
Sekolah Tinggi Theologi “IKAT”
Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Doktor Theologi (D.Th)

Disusun Oleh :
Nama : SURYANTO
Nim : S3.532
Program : Doktor
Konsentrasi : Theologi Sistematika

SEKOLAH TINGGI THEOLOGI “IKAT” (233.105)


JAKARTA 2023
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Suryanto

Tempat / Tanggal lahir : Kaliliak Lampung, 25 Desember 1976

NIM : S3.532

Prodi : Theologi

Judul Disertasi : STRATEGI PEMURIDAN TUHAN YESUS

SEBAGAI MODEL PELAYANAN GUNA MENINGKATKAN

PERTUMBUHAN DI GEREJA METHODIST INDONESIA JEMAAT

IMANUEL DENPASAR

Dengan ini menyatakan hasil penulisan Disertasi yang penulis buat ini

merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di

kemudian hari penulisan Disertasi ini merupakan hasil plagiat atau

penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia

mempertanggungjawabkan dan bersedia menerima sanksi berdasarkan

aturan tata tertib yang berlaku di Sekolah Tinggi Teologia “IKAT”.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak

dipaksakan.

Denpasar, 17 Maret 2023

Suryanto

i
PENGESAHAN PROMOTOR

Dosen pembimbing telah menerima Disertasi yang berjudul : STRATEGI

PEMURIDAN TUHAN YESUS SEBAGAI MODEL PELAYANAN GUNA

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DI GEREJA METHODIST

INDONESIA JEMAAT IMANUEL DENPASAR

Telah memenuhi tuntutan persyaratan Memperoleh Gelar Doktor Teologi

STT IKAT JAKARTA

Jakarta 2023

PROMOTOR KOPROMOTOR

Dr.Simon Stefanus Baitanu,M.Th Dr.Marcellius M. Lumintang, M.Th

ii
PENGESAHAN DIREKTUR

STRATEGI PEMURIDAN TUHAN YESUS SEBAGAI MODEL

PELAYANAN GUNA MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DI GEREJA

METHODIST INDONESIA JEMAAT IMANUEL DENPASAR

Telah memenuhi tuntutan peryaratan Memperoleh Gelar Doktor Teologi

STT IKAT

JAKARTA

Jakarta 2023

Direktur STT IKAT JAKARTA

( Dr. Abdon Arnolius, M.Th )

iii
PENGESAHAN KETUA SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA

STT “ IKAT “JAKARTA

Setelah memeriksa dan meneliti secara seksama serta mengetahui seluruh

proses penelitian dan cara penyusunan Disertasi yang dilakukan Suryanto

yang berjudul “STRATEGI PEMURIDAN TUHAN YESUS SEBAGAI

MODEL PELAYANAN GUNA MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DI

GEREJA METHODIST INDONESIA JEMAAT IMANUEL DENPASAR”

maka dengan ini dinyatakan bahwa Disertasi ini diterima dan disahkan

sebagai bagian dari persyaratan untuk mendapat gelar Doktor Teologi dari

Sekolah Tinggi Teologia “IKAT” JAKARTA

Jakarta 2023

Ketua Sekolah Tinggi Theologia “ IKAT JAKARTA”

( Dr. Jimmy M.R Lumintang ,MBA, M.Th )

iv
MOTTO

Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang

memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang

dikehendaki-Nya.

1 Korintus 12:11

v
ABSTRAKSI

Strategi pemuridan Tuhan Yesus sebagai model pelayanan guna

meningkatkan pertumbuhan di gereja Methodist Indonesia jemaat Imanuel

Denpasar. Tujuan penulisan adalah untuk memaparkan penerapan model

pemuridan Tuhan Yesus. Yang dimaksud pertumbuhan di gereja Methodist

Indonesia jemaat Imanuel Denpasar yakni pertambahan jumlah

pengunjung gereja secara tetap dari anggota jemaat yang sudah tidak

semangat untuk datang kegereja, orang-orang yang sebelumnya tidak

bergereja, atau setidaknya mereka yang sudah lama tidak mengunjungi

gereja karena tidak memiliki gereja yang dikunjungi setiap Minggunya, atau

mungkin mereka adalah seorang Atheis, mungkin juga mereka berasal dari

iman yang lain

Jenis penelitian yang digunakan yaitu berdasarkan metode kualitatif

yakni data yang dikumpulkan dengan observasi dan wawancara. Penelitian

ini merupakan penelitian yang menggunakan teknik “deskriptif-empiris”.

Yang dimaksudkan secara deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah

yang diteliti dengan memberikan gambaran mengenai keadaan

berdasarkan fakta. Metode “deskriptif-empiris”. membahas masalah yang

sebenarnya dengan data yang telah dikumpulkan, lalu menyusunnya,

menganalisa data dan kemudian melihat hasilnya di lapangan. Dengan

demikian metode ini dapat dipaparkan dengan jelas dan terperinci sehingga

vi
maksud dan arah kepada suatu fokus hal ini dapat terlaksana dengan tepat

dan benar.

Penelitian ditemukan bahwa, ada empat prinsip pemuridan Tuhan

Yesus. Pertama pemanggilan menjadi murid, kedua pondasi pelayanan,

ketiga pelatihan pelayanan dan keempat menjadikan orang lain murid.

Pemuridan sangat baik dan sangat diperlukan, yaitu agar jemaat bukan

saja menjadikan dirinya sebagai pendengar saja, melainkan juga disiapkan

jemaat untuk menjadi pelaku pelaku kebenaran yang ada di dalam Alkitab.

Melalui pemuridan Tuhan Yesus murid-murid semakin hari bertumbuh

kearah kedewasaan iman yang baik. Dengan diadakannya pemuridan bagi

jemaat maka hasil yang terlihat, yaitu terpancar dalam perilaku

kehidupannya sehari-hari. Seperti rajin beribadah, rajin membaca Alkitab,

berdoa, bertekun dalam pengharapan, dan peduli terhadap sesamanya.

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur karena kasih dan anugerah-Nya sehingga Tuhan

Yesus Kristus telah menolong dan memberikan kekuatan, ketekunan,

kesabaran, semangat sehingga dapat menyelesaikan Disertasi ini, yang

mana Disertasi ini tentunya menjadi salah satu persyaratan untuk

memenuhi tugas akhir dalam program Doktor Teologi di sekolah Tinggi

Teologi IKAT Jakarta. Pada kesempatan ini penulis, ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu,

memberi semangat dan nasehat kepada penulis sebagai berikut:

1. Dr. Jimmy MR Lumintang,M.BA.,M.Th sebagai Ketua STT IKAT

Jakarta yang dengan kebaikan, nasehat dan berbagai bimbingan

kepada penulis dalam pembuatan disertasi yang berjudul Strategi

pemuridan Tuhan Yesus sebagai model pelayanan guna

meningkatkan pertumbuhan di Gereja Methodist Indonesia jemaat

Imanuel Denpasar dapat diselesaikan dengan baik.

2. Dr.Abdon Amtiran, M.Th sebagai Direktur Pascasarjana STT IKAT

Jakarta, yang dalam kasih-Nya telah memberikan kekuatan dan

semangat bagi penulis dalam bentuk dukungan selama mengikuti

masa-masa pendidikan dan dalam penyelesaian Disertasi

3. Dr.Simon Baitanu, M.Th sebagai Promotor satu yang telah

membimbing dan memberikan arahan dan motivasi, yang penuh

kasih dan semangat untuk terus dapat menyelesaikan Disertasi


viii
4. Dr.Marcellius M. Lumintang, M.Th sebagai Promotor dua yang telah

membimbing serta memberikan arahan dan motivasi serta semangat

selama penyelesaian Disertasi

5. Orang tua terkasih, Isteri tercinta serta anak-anak tersayang yang

setia mendukung dalam doa setiap waktu, dukungan dan semangat

kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan Disertasi

6. Majelis dan jemaat Gereja Methodist Indonesia jemaat Imanuel

Denpasar yang telah membantu penulis untuk mendapatkan data

yang diperlukan selama penelitian ini.

Denpasar, 17 Maret 2023

Suryanto

ix
DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan ............................................................................... i

Pengesahan Promotor ........................................................................... ii

Pengesahan Direktur ............................................................................. iii

Pengesahan STT IKAT .......................................................................... iv

Motto ..................................................................................................... v

Abstraksi ................................................................................................ vi

Pengantar .............................................................................................. viii

Daftar Isi ................................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah .................................................... 1

B. Batasan masalah ............................................................... 10

C. Rumusan masalah ............................................................ 10

D. Hipotesa ............................................................................ 11

E. Tujuan penelitian ............................................................... 12

F. Metode penelitian .............................................................. 13

G. Sistematika penulisan ......................................................... 14

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Pemuridan ......................................................................... 18

B. Pentingnya Pemuridan bagi Gereja ................................... 24

x
C. Model pemuridan Tuhan Yesus .......................................... 27

a) Prinsip pertama pemanggilan menjadi murid .......... 27

b) Prinsip kedua pondasi pelayanan ........................... 38

c) Prinsip ketiga pelatihan pelayanan ......................... 66

d) Prinsip keempat menjadikan orang lain murid ........ 68

D. Pertumbuhan gereja ........................................................... 75

E. Model pemuridan Yesus dalam pertumbuhan gereja ......... 88

F. Indikator kualitas iman dewasa seorang murid ................... 92

BAB III AREA PENELITIAN

A. Tempat penelitian ............................................................... 95

B. Selayang pandang GMI jemaat Imanuel Denpasar ............ 95

C. Statistik jemaat ................................................................... 116

D. Struktur Organisasi GMI jemaat Imanuel Denpasar ........... 116

E. Peran dan tugas pemimpin jemaat ..................................... 117

F. Peran dan tugas majelis jemaat ......................................... 117

G. Konsentrasi pelayanan GMI jemaat Imanuel Denpasar ...... 118

H. Ciri dari GMI jemaat Imanuel Denpasar .............................. 119

I. Kegiatan di GMI jemaat Imanuel Denpasar ........................ 119

J. Sarpras (Sarana dan prasarana) ........................................ 121

K. Kendala yang dihadapi di GMI jemaat Imanuel denpasar ... 122

xi
BAB IV HASIL ANALISA

A. Observasi ........................................................................... 124

B. Pemaparan Data ................................................................ 126

C. Analisa data ....................................................................... 133

D. Kesimpulan singkat di hasil Analisa .................................... 137

E. Pembuktian hipotesa .......................................................... 138

F. Solusi-solusi terhadap kendala-kendala di Bab III ............... 139

a) Mencari murid ......................................................... 140

b) Pengajaran pondasi pemuridan .............................. 141

c) Pemuridan menjadi tempat pelatihan ..................... 154

d) Menjadikan orang lain murid ................................... 156

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 161

B. Saran-saran ....................................................................... 162

Daftar Pustaka ........................................................................................ 165

Lampiran – Lampiran .............................................................................. 170

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jemaat sering disinggung adalah proses yang terjadi dalam

kehidupan. Rick Warren berkata, "Jemaat adalah makhluk hidup dan semua

yang hidup biasanya berkembang."1 Ini menyiratkan bahwa manusia

sebagai makluk sosial yang hidup bagi Tuhan. Paulus mencatat tentang

jemaat tertuang di nats I korintus pasal 12. Jemaat juga hidup karena

kehadiran Roh Tuhan. Makhluk hidup yang telah selesai berkembang

menunjukkan bahwa akan menghadapi kematian jika tidak segera

ditangani.

"Aturan umum untuk semua makhluk hidup adalah harus mengalami

perkembangan."2 Sebagaimana makhluk hidup jemaat harus terus

berkembang tanpa batas dengan alasan bahwa jemaat hidup karena Roh

Tuhan, dan terus mengalami pertumbuhan sebab Tuhan tiada batas dalam

segala hal. C. Peter Wagner memberi definisi pertumbuhan gereja yaitu

semua yang mencakup membawa individu atau jiwa-jiwa yang belum

1
Rick Warren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini: Gereja yang mempunyai Visi-Tujuan.
(Malang: Gandum Mas), 2000, Hal 21-22.
2
Rom Jenson & Jim Stevens, Dinamika Pertumbuhan Gereja, (Malang; Gandum Mas)
2002 Hal 7.

1
2

percaya hidup sesuai dengan FirmanNya3 Pertumbuhan gereja berencana

untuk memenangkan berapa pun jumlah jiwa baru bagi Kristus

mengembangkan dan mempersiapkan para jemaat hidup sesuai kehendak

Allah.

Alasan pertumbuhan jemaat berasal dari Alkitab, bahwa “Tuhan

datang menyelamatkan dan mencari yang hilang”. Allah adalah

pengampun, "dengan alasan bahwa Ia tidak ingin ada yang mati tetapi

semua harus berbalik dan ditebus". Dalam Perjanjian Lama Tuhan

menyebut Adam di Taman Eden "di mana kamu?" (Kejadian 3:9). Tuhan

tidak main-main tentang mencari atau menyelamatkan "Allah rela

beringkarnasi menjadi Yesus supaya semua orang selamat (Yohanes 3:16).

Gereja tetap dan senantiasa diharapkan berkembang. Adapun ciri

gereja mengalami perberkembangan adalah dapat dilihat dari peningkatan

baik secara kualitas maupun jumlah. Dari segi kualitas perkembangan

gereja dapat dilihat dari peningkatan yang mendalam dari individu untuk

hidup seturut Firman Tuhan, berdoa, beribadah dan giat mendukung

pelayanan gereja. Sementara itu dari segi jumlah perkembangan gereja

dapat dilihat dari peningkatan jumlah anggota jemaat. Gereja yang kokoh

dimulai dengan pengembangan kualitas yang mendorong perkembangan

kuantitatif.

3
C. Peter Wagner, Strategi Perkembangan Gereja, (Malang: Gandum Mas) 1997 Hal
101.
3

Ada tiga pertumbuhan gereja. Pertumbuhan Biologis adalah

perkembangan yang terjadi karena adanya kelahiran atau pun

pengangkatan anggota keluarga (adopsi). Bertambahnya sanak saudara

secara alami menyebabkan berkembangnya kuantitas jemaat. Peningkatan

jumlah ini terjadi secara bertahap tapi pasti. Pertumbuhan Migrasi,

Pertumbuhan dalam jumlah jemaat yang disebabkan oleh perpindahan

karena harus pindah karena kerja sehingga menjadi jemaat di barunya. Hal

ini muncul dikarenakan perkawinan di mana orang-orang Kristen menikah

dan bergabung dengan jemaat barunya. Hal ini juga sudah menjadi hal

yang wajar. sebagian orang yang akhirnya beribadah di gereja lain di kota

yang sama karena faktor yang berbeda, seperti kebosanan karena gereja

asal memiliki persoalan yang tidak terselesaikan atau ingin suasana baru.

Perkembangan Migrasi di dalam kota membuat jemaat menjadi tidak sehat.

Pertumbuhan Alami. tujuan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah

Pertumbuhan Alami yaitu pertumbuhan gereja dalam jumlah anggota gereja

yang berasal dari orang-orang belum mengenal Kristus untuk datang

menjadi pengikut Kristus, orang-orang Kristen yang tidak tertarik dengan

khotbah yang melelahkan dan nyanyian yang membosankan. Atau di sisi

lain mungkin mereka tidak bertuhan (Ateis) dan mereka mungkin juga

berasal dari keyakinan yang berbeda. Perkembangan gereja yang alamiah

adalah kapasitas gereja sebagai sebagai mahluk hidup untuk berkembang.

Tugas pemimpin gereja adalah menjadikan gereja sehat dengan

menemukan strategi untuk menghilangkan masalah-masalah yang


4

menghambat pertumbuhan jemaat. Jika jemaatnya sehat, otomatis jamaat

akan berkembang secara sendirinya. Pertumbuhan gereja yang sehat

hanya karena mengenal Tuhan yang sejati bukan karena fasilitas, musik

atau gedung. Tidak jarang juga pemimpin gereja, pendeta dan aktivis gereja

“terjebak” oleh kesibukan yang luar biasa dalam berbagai kegiatan,

program, rapat-rapat atau berorganisasi, kebaktian atau persekutuan,

acara, dan berbagai-bagai macam kegiatan rutin gereja. Akibatnya, para

pemimpin gereja sering lupa bahwa yang terpenting dari gereja adalah

orang-orangnya! Gereja adalah orangnya! Gereja ada untuk melayani

orang! Demi pertumbuhan orangnya! Jadi sebagai pemimpin gereja, harus

memikirkan

Untuk mewujudkan perkembangan gereja diperlukan suatu

strategi dan strategi itu harus tepat agar tujuan tersebut dapat tercapai.

Dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, strategi bermakna, secara

khusus: “keahlian memanfaatkan kemampuan negara untuk

memenangkan peperangan. Hati-hati mengatur latihan untuk mencapai

tujuan atau sasaran tertentu”.

Ada beberapa sistem yang dapat digunakan untuk mencapai

perkembangan gereja sehingga jemaat dapat berkembang secara

maksimal. Alkitab adalah setandar utama prinsip dari perkembangan

jemaat tersebut. Rom Jenson dan Jim Stevens mengatakan ada 15 cara

pertumbuhan gereja dari ke-15 satunya adalah pemuridan. Nats dalam

Matius pasal 28 ayat 19-20 menekankan bahwa menjadikan semua bangsa


5

murid-Ku. Pemahaman sederhana dari murid adalah: orang yang

menyerahkan segalanya untuk mengikuti Yesus. "Mereka dipanggil oleh

Yesus, serta mengikut Tuhan dan meninggalkan perahunya" (Mat. 4:22).

Itu adalah gambar murid yang digambarkan dalam Alkitab.

Kekristenan tidak berhenti pada saat orang sudah mulai menerima

Yesus dan bertobat, tetapi dari sinilah melalui pemuridan setiap jemaat

Tuhan diajarkan kebenaran firman Tuhan secara terus menerus, sehingga

Jemaat semakin kokoh keyakinannya di dalam Tuhan Yesus. Jika tidak

demikian, tidak heran bahwa ada gereja yang Jemaatnya undur dari Tuhan,

seperti pindah keyakinan, menikah beda agama, karakter yang kurang baik,

dan kehidupan yang masih terus menerus jatuh dalam dosa. Perilaku

orang-orang percaya itu pasti berubah ketika di muridkan dari kehidupan

yang lama kepada cara hidup yang baru. Karena diperlengkapi dengan

pengetahuan firman Tuhan yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh

oleh Gereja. Hidup jemaat menjadi dewasa dalam iman, berarti bagi banyak

orang. Hidup memiliki defenisi menjadi berkat bagi banyak orang dan

berdampak bagi yang lain. Pasti dalam hidup kita ada sesuatu yang

dibutuhkan oleh orang lain! Mempraktikkan kasih Kristus mengalir bahkan

keluar menggetarkan dunia sekitarnya

Jemaat Tuhan perlu dibekali dengan nilai-nilai spiritualitas yang kuat.

Itu bisa didapat hanya di dalam gereja. Jemaat yang bergumul dengan

permasalahan hidup, kesulitan, penderitaan akan diuji lewat ini semua. Jika

mereka sudah kuat imannya, atau dewasa rohani, Jemaat akan bisa
6

menghadapi setiap pergumulan yang mereka hadapi bahkan tidak goyah.

Tetapi sebaliknya jemaat akan bertumbuh menjadi kuat dalam

kerohaniannya, jika tidak dewasa dalam Tuhan, maka Jemaat bisa

melakukan tindakan yang mungkin diluar kehendak Tuhan, bahkan tidak

berkenan. Tidak sedikit yang putus pengharapan, akhirnya undur dari

ibadah, jarang berdoa, sehingga rapuh, dan sangat mudah mendapat

tekanan dunia ini.

Pemuridan membutuhkan proses. Siklus ini sengaja rencanakan

dan dilaksanakan pemimpin gereja bersama anggota jemaat sepanjang

rentang waktu yang yang dijadwalkan. Pengajaran dimungkinkan dengan

berbagi pengalaman dari kisah-kisah yang pernah dialami. Pemuridan juga

merupakan pelatihan bagi anggota jemaat untuk menjadi mengerti iman di

dalam Kristus. Tujuan utama dari pemuridan menjadi dewasa di dalam

Kristus pada akhirnya adalah untuk memperkenalkan Kristus kepada orang

lain. Seorang siswa yang diajar dengan benar dan tepat akan benar-benar

ingin memiliki pengaruh besar pada lingkungan. Menurut Dietrich Bonhofer

Seorang murid yang ada di penjara dan mempengaruhi orang-orang dalam

penjara lainya. Orang pada dasarnya bisa bertahan dalam keadaan yang

berbeda dari keadaan yang tidak menyenangkan ataupun keadaan yang

mengerikan. Orang yang menjadi murid akan memiliki reaksi yang tepat

dalam menghadapi berbagai kesulitan yang terjadi. Keberanian,

kepercayaan, kerendahan hati, kepatuhan, keteguhan adalah komponen

mendasar yang dapat memperluas kebaikan bagi sesama. Pemuridan pada


7

akhirnya memiliki tujuan anggota jemaat berkarakter Kristus4. Pengajaran

sangat penting bagi kepercayaan Kristen saat ini. Keyakinan Kristen dapat

bertahan mengingat fakta bahwa itu dipegang oleh setiap penganut yang

setia dan melakukan hal-hal ini sehingga dapat bertahan melawan

kepentingan bersama.

Penulis melihat untuk menaklukkan dunia Tuhan Yesus

mengunakan pemuridan hal ini dapat dilihat dengan pemanggilan dua belas

murid. Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya adalah contoh jelas pemuridan

pada awalnya. Jika di perhatikan dengan seksama maka akan di temukan

prinsip-prinsip pemuridan. Melalui pemuridan Tuhan Yesus murid-murid

semakin hari bertumbuh kearah kedewasaan iman yang baik. Dimulai dari

Dengan berlandaskan Injil Matius pasal 28 ayat 18-20 menjelelaskan

bahwa diberikannya Dia kuasa disorga dan dibumi sehingga sebagai murid

memiliki tugas menjadikan semua bangsa murid Yesus dan membaptis

umat dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan mengajari umat

melakukan segala sesuatu yang diperintahkanNya. Tuhan menyertai

senantiasa sampai kepada akhir zaman”, Ketika kepemimpinan gereja

sudah menjalankan pemuridan ini sesuai dengan teladan Tuhan Yesus,

maka dengan demikian pelipat gandaan pasti akan terjadi.

Prinsip ini layak dipertimbangkan dengan baik-baik. Akan sangat

membuka wawasan ketika kita mempelajarinya. Refleksi yang sungguh-

sungguh akan menuntun kita yang mempelajari Kristus untuk menemukan

4
Bill Hull, Panduan Lengkap Pemuridan (Yogyakarta: Yayasan Gloria) 2014 Hal 132.
8

kesimpulan-kesimpulan yang mengejutkan dan mendalam, meskipun

realisasinya mungkin lambat dan tidak mudah. Pada kenyataan, sekilas

sepertinya Yesus tidak memiliki prinsip sama sekali. Inilah salah satu sisi

yang menakjubkan dari prinsip-Nya. Seperti yang dikatakan Robert

Coleman prinsip ini begitu sederhana dan tenang tetapi ketika seorang

murid menyadari dahsyatnya metode yang diberikan Yesus, ia akan

terpesona dengan kesederhanaan dan heran bagaimana ia tidak melihat

metode ini sebelumnya. Namun, ketika rencana ini direfleksikan, filosofinya

sangat berbeda dari filosofi gereja modern sehingga implikasinya sudah

pasti mendatangkan perubahan yang revolusioner 5

Pemuridan dalam satu gereja itu sangat penting. Orang-orang yang

mengikuti pengajaran dan praktek untuk bertumbuh dalam Kristus dan

menunjukkan suatu gaya hidup yang sesuai dengan firman Tuhan. Dari

sinilah gereja dipanggil untuk melakukan hal yang sama kepada semua

orang yang datang ke gereja. Selain bertindak untuk membuat orang

percaya dan dibaptis, gereja bertugas untuk mengajar mereka menjadi

murid yang dewasa secara rohani. Bukan tidak mungkin, seseorang yang

sudah dimuridkan itu, kedepannya kembali bisa memuridkan orang lain dan

seterusnya. Sehingga dari waktu ke waktu, jemaat itu diajar kebenaran

firman Tuhan sehingga iman bertumbuh semakin dewasa secara rohani,

5
Buku panduan Strategi Jesus, Menjadikan murid (Jakarta: GMI Wilayah II), 7.
9

bisa menghadapi segala tantangan, karena percaya bahwa selalu ada

pengharapan di dalam Tuhan.

Saat ini penulis di beri kesempatan oleh Tuhan untuk melayani di

Gereja Methodist Indonesia Jemaat Imanuel Denpasar mulai tahun 2017

dan pada bulan Februari 2022. Gereja Methodist Indonesia Jemaat Imanuel

Denpasar memasuki usia 26 tahun dengan jumlah jemaat total 180 jiwa

dengan pembagian; jemaat dewasa 120 jiwa dan jemaat persiapan 60 jiwa 6.

Dimana menurut pengamatan penulis dengan usia 25 tahun dan jumlah

jemaat 115 jiwa belum bertumbuh secara maksimal. Melalui penelitian ini

penulis ingin mencari dan meneliti strategi yang sesuai untuk meningkatkan

pertumbuhan gereja.

Dari uraian di atas dan berdasarkan hasil observasi pada kegiatan

pra penelitian ini, maka penulis tertarik untuk menulis Disertasi dengan judul

“Strategi pemuridan Tuhan Yesus sebagai model pelayanan guna

meningkatkan pertumbuhan di Gereja Methodist Indonesia jemaat

Imanuel Denpasar”.

6
Buku liturgi ulang tahun keduapuluh empat tahun GMI Imanuel Denpasar September 2019
10

B. Batasan Masalah

Seperti sudah dikemukakan peneliti diatas, maka peneliti

memberikan batasan masalah dalam penelitiannya yaitu hanya strategi

pemuridan Tuhan yaitu prinsip-prinsip yang Yesus pergunakan pada para

murid-Nya sebagai hal yang terpenting dijadikan model pelayanan sehingga

dengan Pendalaman Alkitab model pelayanan tersebut membawa dampak

dalam pertumbuhan gereja. Yang dimaksud dengan pertumbuhan gereja

adalah pertumbuhan Alami yaitu pertumbuhan gereja dalam jumlah

anggota gereja yang berasal dari orang-orang belum mengenal Kristus

untuk datang menjadi pengikut Kristus, orang-orang Kristen yang tidak

tertarik dengan khotbah yang melelahkan dan nyanyian yang

membosankan. Atau di sisi lain mungkin mereka tidak bertuhan (Ateis) dan

mereka mungkin juga berasal dari keyakinan yang berbeda

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan di atas. Maka

yang menjadi rumusan dalam disertasi ini adalah: “apakah prinsip-prinsip

pemuridan Tuhan Yesus dan dan dampak bagi pertumbuhan gereja serta

bagaimana menerapkannya di Gereja Methodist Indonesia jemaat Imanuel

Denpasar”
11

D. Hipotesa

Hipotesa yang dipaparkan oleh penulis. Dalam pemuridan Tuhan

Yesus dapat ditemukan prinsip-prinsip yang dapat dijadikan model

pelayanan. Pemuridan inilah yang sebenarnya sangat dibutuhkan bagi

jemaat untuk memperlengkapi, mendidik, mendewasakan iman, dalam

perbuatan dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan diadakannya

pemuridan bagi jemaat maka hasil yang terlihat, yaitu terpancar dalam

perilaku kehidupannya sehari-hari. Seperti rajin beribadah, rajin membaca

Alkitab, berdoa, bertekun dalam pengharapan, dan peduli terhadap

sesamanya. Gereja perlu memfokuskan pemuridan ini dengan baik, benar,

berkesinambungan. Ibarat membangun sebuah gedung bertingkat yang

dimulai dari dasarnya, lalu dibangun lantai demi lantai naik ke atas,

demikian juga jemaat Tuhan yang sudah memiliki dasar yaitu percaya

kepada Yesus Kristus sebagai kebenaran dan satu-satunya Juru selamat

mereka, maka jemaat Tuhan harus diperlengkapi dengan pemuridan ini

secara konsisten. Jemaat terus dibangun ke atas artinya semakin

mengarah kepada satu tujuan yaitu kedewasaan iman. Dalam

penerapannya, pemuridan harus memiliki metode yang baik agar jemaat

yang diajar atau mengikuti dapat memahami sehingga itu mengakar dalam

dirinya, dan hasil dari semua ini adalah proses kedewasaan iman jemaat itu

bertumbuh.
12

Jika pemuridan Tuhan Yesus diterapkan di GMI jemaat Imanuel

Denpasar sebagai model pelayanan maka akan meningkatkan

pertumbuhan di GMI jemaat Imanuel Denpasar

E. Tujuan Penelitian

1. Diajukan untuk Melengkapi Tugas Tugas dan Untuk Memenuhi Salah

satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Doktor Theologi (D.Th)

2. Menemukan prinsip-prinsip pemuridan Tuhan Yesus dan mengambarkan

mengenai langkah-langkah menerapkannya di Gereja Methodist Indonesia

Jemaat Imanuel Denpasar.

3. Dari hasil penelitian ini kiranya dapat membantu agar jemaat dapat

mengalami kedewasaan iman lewat pemuridan yang terlihat dari kehidupan

perilaku mereka, dan akhirnya buah-buah dari kedewasaan iman tersebut

terlihat atau berdampak terhadap sesama manusia. Bila diperhatikan kata

“mengajar”, saat dibaca dalam Injil Matius 28:19-20, adalah sebuah

perintah atau sebuah amanat Tuhan Yesus sebelum Ia terangkat ke Sorga

kepada murid-murid-Nya saat itu. Bila ditarik pada keadaan sekarang,

perintah ini juga menjadi tanggung-jawabnya gereja dalam hal

mengajarkan kebenaran firman Tuhan kepada jemaatnya. Jelas bahwa

gereja yang bertumbuh tidak hanya dalam persekutuan dengan Tuhan,

tetapi juga dalam hal mendidik dan mengajari umat Tuhan. Gereja memiliki

beberapa panggilannya atau panggilan gereja yang terdiri atas persekutuan

(koinonia), pelayanan (diakonia), proklamasi (kerygma), nubuat


13

(propheteia), ibadah (leitourgia), dan mengajar (didache), semua ini

menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan 7.

4. Hasil penelitian ini semoga dapat bermanfaat untuk referensi gereja

setempat dalam memperlengkapi dalam bidang pendalaman Alkitab

khususnya jemaat yang ada gereja setempat, yang akan berdampak dan

terlihat dalam perilaku jemaat itu sendiri.

5. Penelitian ini berguna untuk referensi mahasiswa di STT Ikat Jakarta

dalam memperlengkapi mahasiswa dalam bidang pertumbuhan gereja

F. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu berdasarkan metode kualitatif

yakni data yang dikumpulkan dengan observasi dan wawancara. Penelitian

ini merupakan penelitian yang menggunakan teknik “deskriptif-empiris”.

Yang dimaksudkan secara deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah

yang diteliti dengan memberikan gambaran mengenai keadaan

berdasarkan fakta. Metode “deskriptif-empiris”. membahas masalah yang

sebenarnya dengan data yang telah dikumpulkan, lalu menyusunnya,

menganalisa data dan kemudian melihat hasilnya di lapangan. Dengan

demikian metode ini dapat dipaparkan dengan jelas dan terperinci sehingga

7
Purim Marbun, “Strategi Dan Model Pembinaan Rohani Untuk Pendewasaan Iman Jemaat,”
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) 2, no. 2 (2020): 151–169.
14

maksud dan arah kepada suatu fokus hal ini dapat terlaksana dengan tepat

dan benar.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan adalah sebuah urutan dari awal

penelitian ini, dilihat dari suatu fenomena yang terjadi, dilanjutkan

dengan melakukan riset (langsung ke lapangan) dan

meneruskannya dengan metode dan berakhir dengan hasil

kesimpulannya. Peneliti menulis sistematika penulisan diuraikan

dibawah ini :

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar belakang masalah

b. Batasan masalah

c. Rumusan masalah

d. Tujuan penelitian

e. Kerangka teori

f. Metode penelitian

g. Sistematika penulisan
15

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Pemuridan

B. Pentingnya Pemuridan bagi Gereja

C. Model pemuridan Tuhan Yesus

a) Prinsip pertama pemanggilan menjadi murid

b) Prinsip kedua pondasi pelayanan

c) Prinsip ketiga pelatihan pelayanan

d) Prinsip keempat menjadikan orang lain murid

D. Pertumbuhan gereja

E. Model pemuridan Yesus dalam pertumbuhan gereja

F. Hipotesa

G. Indikator kualitas iman dewasa seorang murid

BAB III DESKRIPSI AREA PENELITIAN

A. Selayang pandang GMI jemaat Imanuel Denpasar

B. Tempat penelitian

C. Statistik jemaat
16

D. Struktur Organisasi GMI jemaat Imanuel Denpasar

E. Peran dan tugas pemimpin jemaat

F. Peran dan tugas majelis jemaat

G. Konsentrasi pelayanan

H. Ciri dari GMI jemaat Imanuel Denpasar

I. Kegiatan di GMI jemaat Imanuel Denpasa

J. Sarpras (Sarana dan prasarana)

K. Kendala yang dihadapi di GMI jemaat Imanuel denpasar

BAB IV HASIL ANALISA

A. Observasi

B. Pemaparan Data

C. Analisa data

D. Kesimpulan singkat di hasil Analisa

E. Pembuktian hipotesa

F. Solusi-solusi terhadap kendala-kendala di Bab III

a) Mencari murid
17

b) Pengajaran pondasi pemuridan

c) Pemuridan menjadi tempat pelatihan

d) Menjadikan orang lain murid

G. Indikator kedewasaan iman dan perilaku yang berdampak

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran-saran
BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Pemuridan

Pemuridan berasal dari kata murid. Murid Menurut kamus umum

bahasa Indonesia berarti orang atau anak yang sedang belajar atau

bersekolah).8 Murid disebut “limmud” di bahasa Ibrani dan “matetes” di

bahasa Yunani. Dari bahasa Latin “discupulus”, yang berarti "pelajar".

Definisi yang menarik dari seorang murid dalam alkitab adalah seseorang

yang meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus. Murid adalah kata

favorit Tuhan Yesus Kristus dan dia menggunakannya untuk mereka yang

tinggal sangat dekat dengannya. Matetes kata Yunani untuk murid, muncul

269 kali dalam Injil dan Kisah Para Rasul. Kata itu berarti orang yang

"terpelajar" atau "terlatih". Perjanjian Baru menggambarkan reaksi para

murid ketika Yesus memanggil mereka, mereka meninggalkan segalanya

dan mengikuti Dia. Beginilah gambaran para murid di dalam Alkitab9

Dalam kitab Matius 28:18-20 ada kata murid dan dalam pasal ini

murid yang dimaksudkan adalah murid yang tidak hanya sekedar orang

yang belajar atau berguru dan bersekolah, melainkan seorang yang

melakukan tindakan yang aktif dengan belajar dan melakukan instrusksi

dari gurunya. Dalam 1 Petrus. 2:21 dijelaskan bahwa semua murid adalah

8
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1976.
9
B. Moore Waylon, Penggandaan Murid-Murid (Malang: Gandum Mas, 1981), 19.

18
19

orang yang mengikuti jejak atau teladan dari gurunya. Pemuridan adalah

salah satu asas dasar Gereja dan pemuridan adalah inti dari tujuan Gereja.

Gereja adalah alat Tuhan dalam menjalankan amanat agung dengan

memuridkan yang merupakan suatu perintah yang diberikan Tuhan

kepadanya sebelum dia naik ke surga. Dapat ditemukan pemuridan

bukanlah suatu program gereja atau kegiatan kekristenan yang merupakan

hasil inisiatif dari gembala ataupun majelis jemaat melainkan pemuridan

adalah Amanat Agung dari Yesus Kristus.

Pemuridan dapat berjalan melalui hubungan orang perorang atau

bisa juga dalam kelompok kecil dimana mereka yang dimuridkan dan

mereka memuridkan yang lain lagi. Yang menjadi focus dari pemuridan ini

adalah mengembangkan generasi pertama dalam kelompok pemuridan

dan akan berkelanjutan sampai kegenerasi selanjutnya. Pemuridan juga

dapat berjalan dengan cara bersama program gereja dimana proses

pemuridan ini harus menjadi focus khusus di suatu gereja. Apabila

pemuridan dilaksanakan di di gereja, gereja perlu memusatkan perhatian

khusus pada kepemimpinan di gereja sebagai generasi pertama. Dari

penjelasan di atas, pemuridan dapat diartikan sebagai suatu proses yang

dengan sengaja dilaksanakan dalam jangka waktu yang lama. Pemuridan

juga merupakan persekutuan yang terus mengemban misi besar. Murid

selalu membantu kehidupan orang percaya bertumbuh di dalam Tuhan.

Pemuridan adalah sebuah proses. Proses ini dilakukan secara

sadar oleh orang percaya dalam jangka waktu yang lama. Pemuridan dapat
20

dilakukan secara individu dengan berbagi pengalaman spiritual yang telah

dimiliki individu10. Pemuridan juga merupakan proses melatih orang

percaya untuk percaya kepada Kristus. Pada akhirnya, tujuan akhir dari

orang yang dewasa di dalam Kristus adalah untuk memperkenalkan Kristus

kepada orang lain11. Murid adalah persekutuan di mana Tuhan Yesus dapat

terus-menerus melaksanakan amanat yang telah Tuhan Yesus siapkan

bagi dunia.

Pemuridan mendukung kehidupan orang percaya saat mereka

terus bertumbuh di dalam Yesus. Seorang murid yang dimuridkan harus

dapat bertumbuh dalam segala lingkungan yang ada ataupun waktu yang

sedang berjalan. Seorang murid yang dimuridkan dengan baik dan benar

akan dapat memberikan dampak yang signifikan bagi lingkungan

sekitarnya. Pengaruh-pengaruh dapat diberikan oleh seorang murid yang

sungguh-sungguh dimuridkan. Menurut Dietrich Bonhofer Seorang murid

yang bertumbuh dalam penjara dan mempengaruhi teman-teman

sepenjaranya. Manusia pada dasarnya dapat memiliki kemampuan untuk

bertahan dalam berbagai situasi. Situasi-situasi yang tidak bersahabat,

situasi-situasi yang mengerikan dapat diatasi oleh manusia. Manusia yang

menjadi murid akan memiliki respon yang tepat dalam menghadapi

berbagai tantangan-tantangan yang terjadi tersebut. Kasih karunia,

kepercayaan, kerendahan hati, ketaatan, peneguhan, merupakan dasar

10
Ronald W. Leigh, Melayani Dengan Efektif (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2007), 128.
11
Herdy N. Hatabarat, MENTORING & PEMURIDAN (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2011), 76.
21

unsur yang dapat untuk meningkatkan kebaikan dalam suatu komunitas.

Pemuridan pada akhirnya menghasilkan komunitas yang mencitrakan

karya Kristus.12

Pemuridan merupakan suatu yang sangat krusial bagi iman

Kristen di masa kini. Iman Kristen dapat bertahan karena dipegang oleh

setiap orang percaya yang setia dan melakukan hal-hal tersebut sehingga

dapat bertahan mengalahkan kepentingan duniawi\

Pemuridan menurut Ronal W. Leigh adalah suatu proses yang

sengaja dimana seorang Kristen yang telah dewasa rohani membina orang

Kristen lain baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu

periode waktu tertentu sehingga bertumbuh menjadi orang Kristen yang

dewasa.13 Menurut Le Roy Eims, pemuridan merupakan suatu proses yang

bertujuan untuk memenangkan orang kepada Kristus dan kemudian

membimbing mereka dari saat pertobatan sampai menjadi seorang murid

yang dewasa.14

Pemuridan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan suatu

gereja. Tujuan dari dilaksanakannya pemuridan adalah untuk menuntun

jemaat untuk mengerti rencana Allah yang kekal dalam kehidupannya yaitu

tentang rencana penyelamatan Allah bagi orang percaya yang mengasihi-

Nya (1 Kor. 2:9-10). Pemuridan yang dilakukan oleh gereja juga bertujuan

untuk mengajar doktrin kekristenan, sehingga anggota jemaat tidak mudah

12
Bill Hull, Panduan Lengkap Pemuridan (Yogyakarta: Yayasan Gloria, 2014), 132.
13
Ronal W Leigh, Melayani Dengan Efektif (Jakarta: BPK GUNUNG MULIA, 1988), 128.
14
Le Roy Eims, Pemuridan Seni Yang Hilang (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1978), 19.
22

terpengaruh dengan ajaran-ajaran yang sesat. Selain itu, tujuannya juga

untuk membimbing jemaat semakin mengenal Allah sehingga mereka

bertumbuh dalam pengenalan akan Allah, memotivasi jemaat untuk terlibat

di dalam pelayanan, memberikan latihan-latihan kepada jemaat yang

sedang dimuridkan, dan membina kehidupan kerohanian jemaat sehingga

menjadi seorang yang dewasa dalam Kristus.

Menurut Edmund Chan, “pemuridan merupakan suatu proses

membawa orang ke dalam hubungan yang dipulihkan dengan Allah dan

membina mereka menuju kedewasaan penuh di dalam Kritus melalui

rencana pertumbuhan yang intensional, sehingga mereka juga mampu

melipatgandakan keseluruhan proses ini kepada orang lain.” 15 Pemulihan

hubungan tersebut diperoleh dari karya Yesus Kristus di kayu salib. Salib

Kristus merupakan berita yang paling inti dari pewartaan kabar baik.

Bahkan bagi Rasul Paulus, salib merupakan titik peralihan bagi situasi

manusia. Ketika manusia jatuh dalam dosa, maka sejatinya manusia telah

kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23), dan upah dari dosa itu adalah

maut (Roma 6:23). Keberdosaan manusia ini, membuat hubungan manusia

dengan Allah menjadi rusak, dan manusia pun akhirnya mengalami

penurunan karakter. Untuk inilah Yesus memberikan nyawa-Nya di atas

kayu salib agar manusia mengalami pendamaian atau pemulihan hubungan

dengan Allah.

15
Edmund. A Certain Kind Chan, Pemuridan Intensional Yang Mengubah Definisi Sukses Dalam
Pelayanan. (Singapore: Covenant Evangelical Free Church, 2014).
23

Dari pengertian tersebut, pemuridan dapat diartikan sebagai suatu

proses untuk mendewasakan kehidupan rohani orang percaya untuk

menjadi serupa dengan Kristus. Ketika orang percaya telah mengalami

kedewasaan rohani, maka orang tersebut dapat membantu orang-orang

percaya lain yang masih tergolong dalam bayi rohani untuk menjadi dewasa

rohani dengan cara memuridkan mereka. Proses ini tidak dapat berjalan

dengan waktu yang singkat. Sebab selama proses memuridkan ini

dilakukan, maka akan banyak kendala yang akan dihadapi, seperti waktu

sang mentor ataupun menteenya atau kendala lainnya yang bisa saja

menghambat berjalannya proses pemuridan dengan baik.

Setiap orang percaya memiliki tanggung jawab untuk terus

mengembangkan karakternya agar menjadi seperti Kristus. Proses

pemuridan akan membantu atau menolong orang-orang percaya bersama-

sama dengan orang percaya lainnya untuk saling melengkapi dan

mengembangkan karakter Kristus di dalam kehidupannya sehingga

kehidupan orang- orang percaya dapat menjadi terang dan garam bagi

orang-orang disekitarnya. Orang percaya yang telah mengalami

pertumbuhan rohani melalui pemuridan juga akan mengalami kesetiaan

dalam pelayanannya.16

Untuk mencapai keserupaan dengan Kristus, maka gereja perlu

memiliki komitmen untuk terus konsisten dalam membawa anggota jemaat

untuk bertumbuh di dalam Kristus. Dalam hal ini juga diperlukan peran aktif

16
Agung Gunawan, “Pemuridan Dan Kedewasaan Rohani,” jurnal Theologia Aletheia 19 (2017): 6.
24

dari seluruh anggota gereja termasuk majelis jemaat. Dalam proses

pemuridan ini juga diperlukan tempat yang ideal untuk melaksanakannya.

Dan tempat yang paling efektif untuk melakukan proses pemuridan ini

adalah gereja local. Namun pada kenyataannya tidaklah demikian, proses

pemuridan ini mulai hilang dari dalam gereja local, dimana proses

pemuridan hanya sekedar event atau acara dan hanya terjadi satu kali

seminggu saja.17

B. Pentingnya Pemuridan bagi Gereja

Setelah gereja dan orang percaya melakukan Amanat Agung yang

terdapat dalam Injil Matius 28:18-20 tentang pemuridan, maka ada dampak

yang akan diperoleh baik bagi orang percaya maupun bagi gereja.

Di dalam suatu gereja tentunya banyak terdapat kemajemukan.

Kemajemukan itu dapat berupa beragamnya tingkah laku jemaat ataupun

seluruh anggota gereja. Banyaknya kemajemukan ini, tentunya tidak akan

terlepas dari yang namanya konflik dan sebagainya.

Krisis karakter yang semakin hari semakin berkembang dalam

kehidupan manusia membuat suatu harapan besar untuk munculnya orang-

orang yang berkarakter ungul. 18 Ketika gereja mulai kehilangan konsentrasi

dalam hal ini, maka akan timbul ketidakharmonisan di dalamnya. Untuk

17
Jonianus, “IMPLEMENTASI PEMURIDAN KONTEKSTUAL KEPADA JEMAAT GLORIA AMPERA
SEBAGAI PENDEWASAAN ROHANI JEMAAT” (n.d.): 1–3.
18
Setiawan David Eko, “Kelahiran Baru Dalam Kristus Sebagai Tittik Awal Pendidikan Unggul,”
Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat Vol. 3 (2019): 155.
25

itulah gereja perlu menyadari dan memberikan perhatian terhadap

pelayanan pemuridan. Pemuridan yang dilakukan gereja, haruslah

berpatokan pada kebenaran firman Tuhan. Dimana gereja membawa

anggota-anggota atau jemaat-jemaat untuk bertumbuh bersama di dalam

Tuhan sehingga akan mencapai keserupaan dengan Kristus. Ada banyak

dampak positif dari dilaksanakannya pelayanan pemuridan, seperti :

1) Pertumbuhan Rohani

Sebelum mengalami pertumbuhan rohani, yang dilakukan melalui

proses pemuridan, setiap anggota jemaat haruslah terlebih dahulu

mengalami kelahiran baru. Kelahiran baru merupakan karya Roh Kudus

dan merupakan proses rohani yang dilakukan Allah pada diri seseorang di

dalam Kristus yang berdampak pada hubungannya dengan Allah, sesame

manusia, dunia dan kehidupan sehari-hari. Dalam (1 Yoh. 2`;29; 3:9).

Seorang yang telah mengalami kelahiran baru, akan mengalami

transformasi dalam kehidupannya. Yaitu menghasilkan kehidupan baru

yang dinyatakan dengan perubahan karakter, perilaku di kesehariannya. 19

Gereja yang melakukan pelayanan pemuridan, akan menghasilkan

anggota atau jemaat yang memiliki kedewasaan dalam rohani. Jemaat akan

terbangun dan semakin bertumbuh. Jemaat akan memperlihatkan atau

mempertunjukkan karakter Kristus di dalam kehidupannya. Sehingga,

jemaat dari gereja yang melakukan pelayanan pemuridan tidak menjadi

19
Ibid.
26

batu sandungan bagi orang disekitarnya. Jemaat yang sudah bertumbuh

dewasa dalam rohani cenderung akan memberikan perhatian bahkan ikut

berpartisipasi dalam membantu pertumbuhan gereja. Sedangkan jemaat

yang belum bertumbuh secara rohani cenderung akan menjadi pribadi yang

akan menciptakan masalah di dalam gereja. Ia tidak akan mau

berpartisipasi untuk membantu pertumbuhan gereja. Dengan adanya

jemaat yang matang secara rohani, maka beban digereja semakin

berkurang, dimana setiap anggota jemat dapat terlibat dalam pelayanan

pemuridan. Anggota jemaat yang sudah dewasa rohani, membantu

anggota jemaat yang belum bertumbuh untuk menjadi serupa dengan

Kristus. Sehingga dengan demikian, di dalam gereja akan tercipta

keharmonisan baik antara jemaat dengan gembala ataupun antara jemaat

yang satu dengan yang lainnya.

2) Pertumbuhan Terlibat dan Setia dalam Pelayanan

Orang yang sudah komitmen dan mengalami Tuhan dalam

kehidupannya, maka imannya akan mengalami pertumbuhan serta

mengambil inisiatif dalam sebuah kerinduan untuk melayani Tuhan. Dengan

segenap hati menyerahkan kehidupannya dan melakukan segala sesuatu

dengan optimal dan maksimal , begitu pun dengan pelayanan yang

dilakukannya tidak dengan paksaan. Mengingat bahwa setia akan segala

hal untuk Tuhan. Ketika sudah mengenal Tuhan dengan mengambil

tindakan lahir baru, maka akan memiliki kerinduan dan praktik dalam

mengasihi Tuhan yang pada kahirnya adalah melayani Tuhan. Pelayanan


27

akan berdampak dimanapun berada, karena motivasi dan tujuan dalam

hidup sudah cukup jelas. Dengan demikian Tuhan berikan kapasitas

kekuatan dalam hal yang akan dicapai, dengan tujuan melakukan segala

yang Tuhan kehendaki, yang pastinya makanan yang dicerna adalah bukan

makanan bayi lagi melainkan makanan keras yang menopang setiap

pertumbuhan iman jemaat. Jemaat yang sudah dewasa tentu dilahirkan dari

proses pemuridan yang ia peroleh baik dari mentor di dalam gereja, belajar

Alkitab, melakukan komsel dari Gereja yang akan mendukung proses

pertumbuhannya, sehingga dampak yang dihasilkan luar biasa untuk

kemuliaanNya. Dengan tantangan, bahkan goncangan hidup yang datang

tidak membuat takut dan kwatir, namun semakin kuat dalam Tuhan.

C. Model pemuridan Tuhan Yesus

a) Prinsip pertama pemanggilan menjadi murid

Pengikut atau murid Tuhan Yesus dimulai dengan memanggil

orang untuk menjadi murid-Nya. Penggunaan istilah murid terutama dalam

pengertian umum. (Lukas 6:17. Yohanes 6:66). Ini secara khusus

digunakan untuk menggambarkan pengikut Tuhan Yesus, (Matius 10:1,

11:1), yang meninggalkan semua untuk mengikuti Dia. Ini digunakan untuk

merujuk pada orang percaya yang telah meninggalkan apa yang dimiliki

untuk menjadi murid Yesus, (Kisah Para Rasul 6:1, 2, 7, 9 :36, 11:26).20

20
J.D Dauglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini II M-Z, (Jakarta: OMF, 2002) 100
28

Panggilan pemuridan pertamanya melibatkan empat nelayan dari

Laut Galilea. Tiga Injil yang menggambarkan peristiwa ini dalam Matius

4:18-22, Markus 1:16-20, dan Lukas 5:1-11 memberikan catatan yang sama

tentang empat murid pertama Yesus. Mereka adalah Simon Petrus,

Andreas, Yakobus dan Yohanes. Dari panggilan empat murid pertama,

Matius menekankan panggilan Yesus kepada murid-muridnya untuk

meninggalkan segalanya dan mengikuti. Menurut catatan Matius, Petrus

dan Andreas segera "meninggalkan jala mereka" dan Yakub dan Yohanes

"meninggalkan kapal dan ayah mereka" dan mengikuti Yesus. Jadi setelah

murid-murid mula-mula meninggalkan rumah dan aktivitas mereka, tinggal

bersama Yesus dan pergi bersama-Nya ke mana pun Dia pergi. Mereka

mendengarkan ajarannya dan memperhatikan tindakannya. Dalam Injil

Matius, Markus, dan Lukas, kita menemukan kata kunci murid Yesus

kepada empat orang yang ingin mengikut Dia. Kalimat ini berarti: orang

yang mengikuti, menemani atau mengikuti seseorang sebagai murid21.

Selain panggilan keempat murid pertama, ketiga Injil Sinoptik

juga mencatat panggilan salah satu murid lainnya, yaitu Matius atau Lewi.

Markus 2:13-17. Lukas 5:27-32. Matius adalah seorang pemungut cukai.

Dia dijauhi oleh orang-orang karena dia bekerja sama dengan penguasa

Romawi. Tetapi ketika Yesus memanggil matius mengikuti dan taat. Pada

abad pertama Yudaisme, status "orang berdosa" dan "pemungut pajak"

21
Sari Saptorini, Pemanggilan Murid Secara Sengaja Berdasarkan Teladan Tuhan
Yesus.urnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Volume 15, Nomor 1, April 2019
29

sangat rendah. "Orang berdosa" mengacu pada mereka yang gagal

menjunjung tinggi standar tinggi orang Farisi dalam pelaksanaan upacara

keagamaan. Di sisi lain, "pemungut cukai" adalah orang-orang yang dibenci

dan dikucilkan oleh semua orang. Pemungut pajak tidak hanya dilarang

menjadi pejabat publik atau bersaksi di pengadilan dalam kasus perdata

atau pidana. Apalagi uang dari pundi-pundi pemungut cukai dianggap najis,

sehingga tidak bisa diterima di tempat suci dibagikan kepada orang miskin

atau bahkan ditukar. Ketika orang-orang Farisi memprotes bahwa Yesus

bersama dengan "orang-orang berdosa", dia berkata, "Bukan orang sehat

yang membutuhkan dokter, tetapi orang sakit. Pergi dan pelajari arti kata

ini. Aku mencari belas kasihan, bukan persembahn karena aku datang

bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa ”(Matius 9:12-

13). Ia menjelaskan bahwa perintah untuk mengikut Yesus bukan sekadar

ajakan untuk menjadi murid jasmani atau ajakan untuk belajar lebih banyak

tentang Dia agar menjadi murid-Nya, tetapi untuk disembuhkan oleh Tuhan

menuju keselamatan.

Panggilan Yesus kepada Matius secara langsung memintanya

untuk menjadi murid. Kata-kata ini berbeda dari ajakan Yesus kepada

keempat murid pertama, seperti yang dijelaskan di atas, tetapi mereka

dipanggil untuk menjadi murid, seperti yang dibuktikan Petrus dan Andreas

ketika mereka meninggalkan jala. Yakobus dan Yohanes yang

meninggalkan perahu dan ayah mereka dan mengikuti Yesus, karena

maksud Yesus untuk membuat keempat orang itu dapat dimengerti dengan
30

jelas oleh mereka. Panggilan Yesus untuk pertobatan ditujukan tidak hanya

kepada pemungut cukai Matius, tetapi juga kepada empat murid pertama.

Baik Matius maupun Lukas mencatat khotbah pertama Kristus, yang

berfokus pada kata "pertobatan," sebelum panggilan pertama kepada para

murid (Matius 4:7). Lukas memberikan catatan serupa tentang campur

tangan ajaib Yesus ketika para murid sedang memancing. Mereka

menangkap begitu banyak ikan sehingga jala mulai robek. Cerita berakhir

dengan Petrus yang mengagumi kekudusan Kristus dan berseru: Karena

aku ini orang berdosa” (Lukas 5:8). Jawaban Yesus kepada Petrus adalah,

"Jangan takut." berarti bahwa Yesus memerintahkan mereka untuk menjadi

murid-Nya, bertobat dari dosa-dosa mereka, dan meminta pengampunan

dari Allah yang hidup atas dosa-dosa mereka. Panggilan untuk menjadi

murid adalah undangan bagi seseorang untuk bertobat, meninggalkan

dosa-dosa mereka, dan mengikuti Yesus. Undangan untuk mengikuti saya

akan diterima atau ditolak oleh orang yang dia undang.

Lukas 9:57-62 berbicara tentang mengikuti Yesus. Berdasarkan

tanggapan orang panggilan Yesus, ia tampaknya mencari jaminan bahwa

Yesus akan menyediakan tempat tinggal dan makanan. Orang kedua

menolak undangan Yesus dan berkata bahwa dia ingin menguburkan

ayahnya. Yang ketiga tampaknya ingin mengikuti, tetapi meminta izin untuk

berpamitan dengan keluarganya terlebih dahulu. Yesus mengerti bahwa

ada alasan bagus untuk ini, tetapi ada juga alasan mengapa dia tidak bisa

mengatakan ya. Namun, Yesus tidak membenci mereka yang menolaknya


31

dan Dia sepenuhnya focus pada mereka yang mau mengikutinya. Harga

mengikuti Yesus tinggi, sama seperti Yesus membayar harga yang mahal

bagi mereka yang mengikuti-Nya. “Ikutlah Aku,” yaitu, sebagai murid

Kristus, kita harus hidup dalam ketaatan, pertobatan, ketaatan, dan

pengabdian. Undangan Yesus untuk mengikuti-Nya bersifat pribadi, dan

hidup bersama melibatkan hubungan, persekutuan, dan persahabatan.

Kekuatan persahabatan adalah motivasi utama untuk bergabung dengan

pelayanan. Mengikuti Yesus adalah pribadi. Tuhan merancang murid-murid

untuk membantu orang-orang mengikuti Yesus bersama-sama. Eddie

Gibbs mengatakan bahwa untuk menjadi murid Anda harus secara pribadi

menanggapi panggilan untuk mengikuti Yesus22.

Pemuridan tidak terbatas pada pilihan kelompok orang-orang

kudus. Pemuridan adalah panggilan yang bertujuan untuk semua orang

percaya. Tanggapannya terhadap ajakan Yesus tidak hanya untuk bertemu

dengan-Nya di akhir perjalanan seseorang, tetapi untuk bersama-Nya

sepanjang perjalanan hidup, termasuk tanggapan dari mereka yang

menerima. Saat memanggil para murid, Lukas 6:12-16 berisi referensi yang

menarik. Dengan kata lain, Yesus secara khusus dan sadar memilih dua

belas murid-Nya yang disebut rasul. Jadi tampaknya ada lebih dari selusin

orang yang telah menerima undangan Yesus untuk dipanggil menjadi

murid-Nya.

22
Eddie Gibbs, Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 85.
32

Sebelum memilih 12 muridnya, Yesus berdoa setiap malam.

Lukas pasal 6 ayat 12 jelas menjelaskan keberadaan Yesus dalam

menaikkan doa kepada Allah pada malam hari waktu itu. Dua belas murid

dipanggil secara khusus. Mereka memang dipanggil atas undangan Yesus,

tetapi pilihan untuk menjadi kelompok atau komunitas lain yang disebut

rasul (rasul atau utusan) adalah pilihan yang dibuat oleh Yesus.

Catatan dari Injil mencantumkan nama-nama 12 orang yang

dipilih. Mereka adalah Simon disebut Petrus, dan Andreas saudaranya,

Yakobus anak Zebedeus, saudaranya Yohanes, Filipus dan Bartolomeus,

Tomas dan Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon

orang Zelot, Yudas Iskariot, yang mengkhianati dia. Tampaknya tidak

mudah bagi Yesus untuk memilih dua belas murid istimewa ini. Pemilihan

orang-orang yang akan menjadi teman terdekatnya merupakan peristiwa

penting. Karena panggilan Petrus untuk menjadi pemimpin. Nama Simon

Petrus selalu berada di urutan pertama dalam daftar kedua belas murid

serta Yudas Iskariot yang mengkhianatinya. Melihat Lukas menyebutkan

dua kali bahwa Yesus berdoa sepanjang malam sebelum membuat

keputusan terakhirnya, kita dapat menyimpulkan bahwa doa, adalah

langkah pertama sebelum memilih murid, doa adalah tindakan yang tidak

dapat diabaikan. Dapat dikatakan bahwa berdoa sebelum memilih para

murid adalah hal yang penting. Hal ini dinyatakan dalam Yohanes 17:6-7

ketika Yesus berdoa untuk murid-murid-Nya pada malam sebelum Ia

disalibkan. “Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang


33

Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau

telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-

Mu. Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-

Ku itu berasal dari pada-Mu.” Dengan mengetahui bahwa langkah pertama

Yesus adalah berdoa, kita melihat bahwa Dia sesuai dengan kehendak

Bapa, karena Yesus menyatakan bahwa Dia datang untuk melakukan

kehendak Bapa yang mengutus Dia (Yohanes 6:38-39). Setelah berdoa,

pada waktu yang ditentukan, dipilih dari antara mereka yang akan menjadi

murid khusus, atau disebut rasul. Lukas meyebutkan: Memiliki kuasa untuk

mengusir setan dan menyembuhkan penyakit dan diutus untuk

memberitakan Injil (Matius 10:1; Markus 3:13-14). Hanya karena dia

memilih 12 murid bukan berarti dia mengabaikan murid lainnya. Bahkan,

dalam kelompok murid tertentu ini, Petrus, Yakobus, dan Yohanes

tampaknya memiliki hubungan yang lebih istimewa daripada sembilan

murid lainnya. Mereka memasuki kamar Yairus bersama Yesus (Markus

5:37; Lukas 8:51), mendaki gunung, dan melihat Yesus berubah rupa di

depan mata mereka (Markus 9:2; Matius 17:1; Lukas 9:28) dan

menemaninya berdoa di Taman Getsemani pada malam penangkapannya

(Markus 14:33; Matius 26:37). Ada kemungkinan bahwa murid-murid lain

tersinggung oleh superioritas ketiga murid, tetapi tidak ada referensi

alkitabiah untuk protes mereka. Malphus mengatakan bahwa para murid

adalah orang-orang yang mengikuti Yesus dan mengikuti panggilannya

untuk percaya. Murid dibagi menjadi dua kelompok, lingkaran kecil dan
34

lingkaran lebar. Lingkaran kecil terdiri dari 12 murid, sedangkan lingkaran

luas terdiri dari Lazarus, Maria dan Marta, Zakheus dan lain-lain23.

Yesus tidak menginginkan kuantitas tanpa kualitas. Tuhan

memilih mereka yang benar-benar ingin menjadi murid-Nya dan menyadari

visi yang telah Dia berikan kepada mereka. Yesus tahu bahwa jika dia

berinvestasi besar-besaran dalam beberapa orang yang menerima

penglihatannya itu akan memiliki implikasi yang luas bagi banyak orang di

masa depan. Coleman berkata “Menunjukkan bahwa Yesus memulai

proses pemuridan pada tingkat pribadi. Semuanya sama, semakin

terkonsentrasi ukuran kelompok yang diajarkan, semakin besar

kesempatan untuk pemuridan yang efektif,''24. Ketika Yesus memanggil

murid-muridnya, dia memiliki visi yang ingin dia berikan kepada mereka:

"Dan aku akan menjadikan kamu penjala manusia" dengan sengaja

memanggil murid-muridnya. Ungkapan "penjala manusia" adalah

penglihatan yang Yesus berikan kepada murid-murid-Nya. Yesus

memberikan penglihatan dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh

keempat nelayan itu. Dengan gambaran para murid sebagai nelayan

menangkap ikan di laut, Yesus membawa mereka ke dalam pandangan

yang lebih luas tentang bagaimana pelayanan mereka dapat menjangkau

dan mengubah ladang dunia. Dibandingkan dengan panggilan Yesus

23
Aubrey Malphurs, Strategic Disciple Making: A Practical Tool for Succesful Ministry, (Grand
Rapids,Michigan: Baker Book, 2009) 49
24
Robert E. Coleman, The Master Plan of Evangelism, (Grand Rapids, Michigan: Revell,2010) 26
35

kepada Matius, Yesus tidak mengatakan “penjala manusia” karena tugas

Matius adalah memungut pajak. Yesus mengungkapkan penglihatan yang

diberikan kepada murid-muridnya dengan kata-kata yang dapat mereka

pahami. Dapat disimpulkan bahwa tanggapan Yesus terhadap orang-orang

Farisi dan ahli-ahli Taurat yang menegurnya sehubungan dengan penyajian

visi panggilan Lewi atau Matius adalah visi yang diberikan Yesus kepada

Matius, yang dengan sukarela mengikutinya (Matius 9, 12-13); Markus 2:17;

Lukas 3:1). Visinya adalah agar para pendosa bertobat dari dosa-dosa

mereka dan berbalik kepada Allah yang hidup. Dengan panggilan para

murid, Yesus tidak hanya memanggil mereka yang rela menjadi murid-Nya,

tetapi Ia memiliki visi tentang panggilan-Nya. Yesus tahu bagaimana

mengomunikasikan visinya. Mengkomunikasikan visi yang penting untuk

masa depan pelayanan melibatkan pengirim, pesan, dan penerima.

Ketiganya merupakan landasan dari proses komunikasi dan sangat penting

untuk terwujudnya suatu tujuan visi atau misi. Segera setelah Yesus

memanggil mereka, dia menyampaikan pandanganNya. Selanjutnya,

Yesus mengkomunikasikan pandangan-Nya kepada para pengikut-Nya,

terutama dalam peristiwa-peristiwa menjelang kenaikan-Nya. Visi

pelayanan Yesus yang dikomunikasikan kepada murid-murid-Nya berlanjut

sejak Yesus meninggalkan dunia ini hingga saat ini dan akan terus berlanjut

sepanjang keberadaan-Nya, hingga akhir zaman.

Dalam panggilan menjadi murid, memuridkan itu penting, seperti

yang Yesus contohkan. Yesus memanggil murid-muridnya dengan sengaja.


36

Dia mengambil inisiatif dalam mencari murid dan tidak menunggu orang

untuk mencari Dia. Dia berjalan di sepanjang Laut Galilea dan menawarkan

undangan kepada mereka yang telah dia pilih sebagai target untuk menjadi

murid. Panggilan murid-murid Yesus adalah panggilan untuk bertobat dan

mengikuti Yesus. Panggilan bukanlah perintah, melainkan ajakan untuk

menerima atau menolak. Yesus tahu siapa yang akan menerima

undangannya. Diketahui bahwa Yesus hanya memanggil orang berdosa

dari kata-kata: "Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi

orang berdosa" (Matius 9:13). Roma 3:23 mengatakan, "Semua orang telah

berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah." Kata "orang benar"

yang dimaksud Yesus berasal dari kata dikaioji (dikaios). Ini berarti

seseorang yang merasa dirinya benar, yang membanggakan dirinya

sebagai orang benar dengan mengikuti hukum-hukum kebajikan, nyata

atau imajiner. Dia mencari orang berdosa, mengkhotbahkan pesan

pertobatan dan pengampunan di dalam Kristus, dan mendorong mereka

untuk percaya dan mengikuti Kristus. Dia menawarkan untuk membantu

mereka mengembangkan hubungan pribadi dengan Tuhan dan hidup

dalam ketaatan, pertobatan, ketaatan, dan pengabdian kepada Tuhan.

Mereka yang ingin memuridkan harus dengan sengaja

menjadikan murid bagi Kristus, seperti yang dilakukan Yesus. Pertama-

tama, kita harus berdoa dengan sungguh-sungguh tentang orang seperti

apa yang kita coba jadikan murid. Dia memilihnya bukan atas kehendaknya

sendiri, tetapi sesuai dengan kehendak Bapa, yang dia ketahui melalui doa.
37

Untuk orang-orang ini ia menghabiskan seluruh hidupnya membuat murid

bagi mereka. Juga, seperti yang Yesus contohkan, para murid harus

memiliki visi yang jelas dan mampu mengkomunikasikan visi itu kepada

mereka. Visinya adalah membuat orang lain menjadi murid Yesus. Mereka

yang siap memuridkan harus segera mengkomunikasikan visi pemuridan

mereka kepada calon murid. Kita harus memampukan murid-murid kita

untuk memahami visi dan memberi mereka tanggung jawab untuk

melaksanakan visi itu dan membagikannya dengan orang lain yang akan

menjadi murid masa depan mereka.

“ikutlah aku” Ini mengandung makna yang menyertai saya.

Pertama, panggilan itu diprakarsai oleh Tuhan. Jelas kita tidak mencari

Tuhan, kita tidak datang kepada-Nya, tetapi Yesus mencari kita. Kedua, dia

membuat panggilan sederhana yang bahkan bisa dipahami oleh seorang

nelayan Galilea. Panggilan ilahi ini sederhana dan ditujukan kepada orang-

orang dari semua latar belakang, tua dan muda, besar dan kecil. Ketiga,

ikuti saya berarti upaya untuk mengikuti Yesus. Keempat, menaati Tuhan

berarti ada perubahan. Petrus dan Andreas secara alami meninggalkan

jaring dan perahu di belakang. Inilah perubahannya. Menaati Tuhan berarti

mengambil langkah, melakukan sesuatu. Menanggapi panggilan Tuhan

dengan sikap dan tindakan ini membuat kita menjadi murid.


38

b) Prinsip kedua pondasi pelayanan

Ketika mengawali pelayananNya Yesus banyak menghabiskan

waktu bersama murid-muridNya untuk mengembangkan suatu hubungan

yang dekat. Setelah pemanggilan murid-murid Yesus menanamkan

pondasi pelayanan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pelayanan

berasal dari kata layan menjadi melayani. Artinya pembantu, orang yang

mempunyai tugas melayani. Oleh karena itu, pelayanan berarti berusaha

memenuhi kebutuhan orang lain25. Secara etimologis, kata “pelayanan”

memiliki arti yang sangat kompleks. Beberapa istilah digunakan dalam

bahasa Yunani yaitu doulos bertindak sebagai pelayan (Matius 10:24).

Yesus Kristus menampilkan diri-Nya sebagai Doulos. Ketika Dia

membasuh kaki murid-murid-Nya, Dia menunjukkan bahwa itu adalah

perannya. Tugas Berat (Yoh. 13:1, dst.) tetapi melayani sebagai pelayan

tidak membuat seseorang minder. Ketika Yesus membasuh kaki para

murid, Dia tidak menghilangkan siapa Dia.26 Seorang budak adalah

seseorang yang tidak memiliki kepentingan pribadi. Dalam ketundukan

yang rendah hati, dia hanya dapat berbicara dan bertindak atas nama

tuannya. Dalam hal ini, tuannya berbicara dan bertindak melalui dia. Hamba

tidak pernah mendapatkan pujian, apalagi imbalan yang terpuji. Kata

Yunani “dihkonei” gambaran budak, bekerja sebagai pelayan dapur dan

menunggu pesanan di meja makan (Mat. 8:15). Sering mendengar kata-

25
Ernawati Waridah, S.S, Kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta: media 2017)
26
Anthony D’Souza, Proactive Visionary Leadership. (terjemahan), (Jakarta: Trisewu leadership
institute, 2007) 178
39

kata kasar dari orang-orang yang tidak puas dengan layanan pelanggan,

dan saya tidak bisa mengatakan itu pekerjaan yang menyenangkan. Dalam

arti luas, istilah tersebut berarti seseorang yang memperhatikan kebutuhan

orang lain dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Orang dapat

bekerja sebagai budak (daulos) dan tidak membantu siapa pun. Tapi jika

dia adalah “diakonos’ Dikatakan erat kaitannya dengan mencoba

membantu orang lain (Yoh. 12:26).27

Kata pelayanan dalam kehidupan Kristen berarti pelayanan

kepada Tuhan. Pelayanan spiritual seperti ibadah, ibadah dan doa.

Pelayanan terbatas pada ritual atau spiritual28. Melayani orang lain adalah

kewajiban seorang hamba. "...untuk saling melayani dengan kasih". Mereka

yang lebih mencintai berbuat lebih banyak. Semua pola perspektif harus

didasarkan pada kehendak Tuhan yang tujuannya adalah untuk

memuliakan nama-Nya. Kriteria dasar untuk pola Hamba yang berinkarnasi

adalah beberapa beban yang harus ditanggung oleh sikap individu. Model

pengembangan diri menawarkan prinsip memberi dan menerima. Pada

dasarnya pelayanan dapat digambarkan sebagai upaya untuk membantu

orang lain memenuhi kebutuhannya. Pelayanan dan kebutuhan dikaitkan

dengan menghubungkannya ketingkat hierarki kebutuhan. Pelayanan

muncul dari kebutuhan yang terus bertambah dan kebutuhan terus

27
Petrus F. Setiadarma, “Motivasi Pelayanan”, diakses tanggal 16 Oktober 2012, tersedia di
http://motivasi-pelayanan.html,
28
Emanuel Gerrit Singgih, Reformasi dan Transformasi Pelayanan Gereja Menyongsong Abad 21,
(Yogyakarta: Kanisius, 1997) 16.
40

bertambah dengan proses pelayanan yang terus menerus dalam arti

setelah satu jenis kebutuhan terlayani timbul lagi kebutuhan baru.

Secara umum, ada dua arah yang terkait dengan pelaksanaan

pelayanan (kegiatan sosial) seperti: Pertama, rasionalitas nilai. Artinya

kegiatan ini secara sadar ditentukan oleh nilai-nilai individu untuk

kepentingan masyarakat. Rumusan Nilai-Nilai Inti sangat membantu dalam

menjalankan aktivitas apapun konsekuensinya. Kedua, rasionalitas

instrumental. Artinya kegiatan yang dilakukan mempertimbangkan tujuan,

sasaran dan hasil. Kedua konsep tersebut berdampak signifikan terhadap

birokrasi yang mengemban tugas melayani masyarakat. Namun, tindakan

mereka tidak selalu efektif dan tradisional. Dengan berbicara kebenaran,

Yesus menjalani hidup dan pelayanan-Nya. Kedekatan Yesus dengan Bapa

menimbulkan keprihatinan dan kritik terhadap kehidupan manusia dan

makhluk lainnya. Gereja dapat mengadopsi pola basuh kaki Yesus dalam

kehidupan pelayanan. Mendekatkan diri kepada Tuhan memberikan

keberanian kepada orang percaya untuk berjalan sebagai saksi hidup baik

di masyarakat maupun di dunia pada umumnya. Pengabdian penuh kepada

Yesus adalah syarat untuk menaati kehendak Tuhan agar hamba dapat

melayani tanpa pamrih (Markus 10:45)

Dalam pelayanannya Yesus mengajar dan menyembuhkan dari

kota ke kota. Tuhan Yesus tahu bagaimana menghadapi setiap orang

secara berbeda. Pelayanan Yesus menerapkan metode sesuai dengan

situasi yang dihadapi orang. Ketundukan total Yesus kepada Tuhan


41

membuatnya menjadi seorang eksistensialis, seorang yang sepenuhnya

peduli pada umat manusia dan semua ciptaan, membuatnya jelas bagi kita.

Jalan menuju Dia sendiri merupakan pola dasar dan bentuk pelayanan (lihat

Lukas 4:17-20). Allah mengurapi Yesus sebagai bagian dari kesaksian janji-

Nya bahwa Ia datang untuk membawa perubahan29. Yesus dengan setia

melaksanakan panggilan Bapa-Nya, meskipun panggilan itu berakhir

dengan kesakitan dan kematian. Tuhan Yesus ketika tahu bahwa

kematiannya sudah dekat, tetapi dia masih aktif dalam pelayanannya. Dia

melakukan perjalanan melalui kota-kota dan desa-desa, mengajarkan Injil

Kerajaan Allah. Panggilan untuk melayani bukanlah pengalaman satu kali,

tetapi tanggapan berkelanjutan dari murid30.

Yesus juga tidak menunjukkan diskriminasi dalam pelayanannya.

Dia pergi ke kota, ke orang lumpuh dan lemah. Teladan Yesus dalam

Markus 10:13-16 dikenal baik dan terbuka kepada anak-anak (ayat 13).

Kemudian orang-orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus agar Ia

dapat menjamah mereka. Tetapi para murid menegur orang-orang itu.

Pelayan harus memiliki sikap seperti anak kecil selalu terbuka dan tidak

mudah tersinggung. Orang tua akan membuat anak-anak mereka dan

merasa aman. Seorang pengasuh yang dengan senang hati menyambut

anak. Jangan biarkan anak-anak Anda dekat dengan Tuhan (ay. 14).

"Ketika Yesus melihat ini, dia marah dan berkata kepada mereka, 'Biarkan

29
Sostenis Nggebu, Nampak Tilas Jejak-Jejak Yesus, (Bandung: Kalam hidup, 2004) 238.
30
Eddy Gibbs, Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010) 144.
42

anak-anak datang kepada-Ku. Jangan menghalangi mereka, karena ini

adalah kerajaan Allah. Panggilan untuk melayani adalah respons bebas

terhadap panggilan tugas dengan cinta melayani semua orang.31 Yesus

menegur murid-murid-Nya karena mencegah anak-anak datang kepada-

Nya. Anak-anak mungkin masih muda dan mungkin belum mengerti apa

artinya bagi orang tua mereka untuk membawa mereka kepada Yesus.

Yesus masih menghargai jiwa setiap anak ini. Anak-anak memiliki

kesempatan yang sama untuk datang kepadanya, seperti halnya orang

dewasa yang mengelilinginya saat itu. Bahkan, ia menunjukkan bahwa

hanya dengan menjadi seperti anak kecil seseorang dapat masuk ke dalam

kerajaan Allah. Melalui Kedaulatan-Nya, Allah menugaskan dan memanggil

setiap murid dengan tugas dan tanggung jawab pelayanan (Mat 20:23b;

Mat 10:40). Pelayanan dibangun di atas hubungan sebagai landasan kerja

dan kesuksesan. Yesus membangun pelayanan-Nya di atas hubungan

yang direncanakan. Dia memanggil murid-muridnya dan melibatkan mereka

dalam "kehidupan bersama". sehingga mereka dapat diajar dengan

kendaraan kelompok kecil dan dipersiapkan untuk pelayanan (Mat 20:20-

23; Mat 10:35-40; lih. Matius 10:1-15; Markus 3:13-19. Lukas 6:12-16).

Pelayanan Kristen didasarkan pada model "hamba-hamba", yang

merupakan dasar etika dan moral dan pola manajemen pelayanan. Sebagai

model dasar pengabdian, murid harus mengembangkan sikap etis dan

moral “pelayan” yang melandasi etos kerja tersebut. Sebagai pola dasar

31
David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006) 53
43

kepemimpinan, model pelayan-pelayan ini menekankan pekerjaan yang

berorientasi pada keberhasilan (Mat. 20:24-28; Mat. 10:42-45; Luk. 17:10).

Panggilan pemuridan berfokus pada 'melayani' (service) dengan

melakukan yang terbaik. Fokus pada pelayanan ini menyoroti perlunya

komitmen dan tindakan untuk melakukan yang terbaik dalam harga dan

hasil. Agar lebih banyak orang menikmati hasil/efek dari pelayanan

pemuridan (Matius 20:28; Markus 10:45; Yohanes 21:15-19; Lukas

17:10)32. Kepekaan Yesus diarahkan pada kebutuhan manusia daripada

keinginan manusia. Sebagai manusia, pelayan memiliki citra diri yang positif

dan harga diri dasar yang membuat pelayanan menjadi sehat dan baik.

Walter Wiest dan Erwin Smith berkata: “Prinsip umum pelayanan adalah

menjaga kesehatan agar dapat menjalani hidup dengan sukacita33. Hamba

adalah orang yang melayani, mereka adalah peziarah iman, dan kunci

pelayanan yang efektif adalah pertumbuhan pelayanan yang berkelanjutan.

Menurut Maggay, Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk melayani.

Proporsi Pertama: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Allah telah datang.”

Kemudian mengalami penyembuhan orang sakit, membangkitkan orang

mati, membersihkan penderita kusta, dan mengusir setan. Klaim itu tidak

sendirian, tetapi didukung oleh kenyataan34.

32
Yakob Tomatala, kepemimpinan Kristen: mencari Format kepemimpinan gereja yang
kontekstual di Indonesia, (Jakarta: YT leadership Foundation, 2003) 42-46.
33
Joe E. Trull dan James E Carter, Etika Pelayanan Gereja, (Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2012) 85.
34
Melda Padilla Maggay, Transformasi Masyarakat, (Jakarta: Cultivate Publishing, 2004) 16
44

Yesus datang dengan rendah hati untuk memberikan teladan

bagi murid-murid-Nya dan semua orang yang percaya kepada-Nya. Selama

pelayanannya dengan murid-muridnya. Yesus menggunakan metafora

yang kontras untuk mengajar mereka tentang kepemimpinan. Pertama,

Yesus menunjukkan bagaimana para pemimpin dunia pada zamannya.

Sama seperti hari ini, status, sekte, dan kekuasaan diutamakan. Yesus

dilahirkan kembali sebagai hamba umat manusia untuk keselamatan kekal

yang telah diberikan oleh Allah Bapa melalui dia. Firman Tuhan

menjelaskan, "Seperti Anak Manusia datang melayani dan rela menebus

nyawa-Nya bagi umat manusia" yang tertuang dalam Matius pasal 20 ayat

28. Yesus mengajarkan bagaimana dalam hal melayani melalui Dia sebagai

teladan. Yesus memberi murid-muridnya hal untuk yang melayani. Yesus

berharap bahwa suatu hari, ketika dia meninggalkan murid-muridnya

sendirian, mereka akan berlatih dan mengajar dan melayani untuk

menyenangkan hati Allah. Yesus sebagai role model untuk menjalankan

misinya di bumi sebagai hamba Tuhan sangat nyata. hamba” (Filipi 2:5-7).

Jelas dalam ayat ini bahwa Yesus menolak kesetaraan dengan Allah

sebagai milik yang harus dirampas (Filipi 2:6), tetapi ia melakukan tugas

utamanya sebagai hamba Bapa yang setia dan taat, siap untuk

dilaksanakan. Dengan demikian, Yesus menjadi manusia sejati yang dapat

mengalami, merasakan, dan mengamati kondisi orang-orang di sekitarnya

untuk keselamatannya sendiri.


45

Dalam Yohanes 3 pasal 1-20 menggambarkan bagaimana

kehambaan Yesus dan kesetiaanNya dalam membasuh kaki murid. Yesus

ingin mengajar mereka kebenaran ini. Tuhan dan Guru mereka Yesus

melakukannya, jadi mereka juga harus melakukannya. Pelayanan sejati

membutuhkan kerendahan hati dan pengorbanan diri dalam pelayanan

Yesus Kristus memberikan teladan bagi hamba-hamba dan

pelayan-pelayan Allah untuk diikuti. Dalam pelayanan, orang percaya

diharapkan menjadi seperti Kristus, kepala dan gembala. Orang percaya

harus berusaha untuk menyerupai Kristus sebagai pelayan utama dan

gembala yang baik. Kristus, sebagai kepala gereja, dipahami dalam arti

seorang hamba, menurut apa yang dikatakannya tentang dirinya sendiri

(Mat 20:28) Pelayanannya sebagai hamba sejati yang berbakti dengan

mempersembahkan dirinya, bahkan nyawanya, di kayu salib. Seorang

hamba dalam arti pengabdian penuh pada cinta dan kerendahan hati. Dia

merendahkan dirinya sebagai seorang hamba dan taat bahkan sampai mati

di kayu salib. “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran

dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun

dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai

milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya

sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan

manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-

Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Filipi 2:5-8).

Seorang pelayan hampir sepenuhnya bergantung pada tuan yang dia


46

layani. Sikap pelayan digambarkan sebagai sikap yang ditunjukkan dalam

pelayanan ditandai dengan melihat melampaui mendengarkan, empati,

penyembuhan, kesadaran, persuasi, konseptualisasi dan pelayanan,

terlibat dalam pertumbuhan masyarakat dan membangun komunitas.

Yesus juga memberi mereka wewenang untuk mengusir setan dan

melenyapkan semua penyakit. Dia menentukan sifat pelayanan mereka:

pelayanan bersama dan pekerjaan bersama. Tujuan yang dimaksud

ditentukan oleh pengutus. Tugasnya dirinci dan kekuatan Surga

diungkapkan secara realistis.

1) Menjadi gembala

Secara umum istilah penggembala mengacu pada orang yang

bertanggung jawab dan bertanggung jawab untuk memelihara ternak.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan gembala sebagai

pemimpin dan pengelola kawanan35. Douglas mencoba mengartikan kata

gembala secara harfiah, mengacu pada masa lalu dan masa kini, pekerjaan

dengan panggilan yang menuntut, panggilan setia seperti Habel (Kejadian

4:2)36. Orang yang bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas-tugas

gembala adalah orang yang menduduki posisi kepemimpinan. Wonso

mengatakan teologi pastoral disebut juga sebagai ilmu kepemimpinan

pastoral. Secara teologis, istilah gembala menggambarkan pekerjaan

merawat dan merawat seseorang yang tidak mengenal waktu maupun

35
Suharso dan Ana Retnoningsih , Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya Karya,
2011), 153.
36
D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I, (Jakarta: OMF, 2002), 330.
47

keadaan dan tidak dapat diwakili oleh orang lain37. Kamus Alkitab

menjelaskan bahwa penggembalaan adalah penghidupan yang sangat

penting di Israel, dan ini bergantung pada domba (sapi).38 Penjelasan di

atas ingin menegaskan bahwa istilah “gembala” dapat dipahami dengan

dua cara. Yang pertama mengacu pada tugas untuk merawat dan merawat

ternak dan hewan peliharaan. Kedua, dalam arti spiritual, mengacu pada

tugas yang dipercayakan Tuhan kepada manusia untuk menjadi perawat

atau penjaga jiwa umat manusia (umat Tuhan). Gembala (Inggris

shepherd) berarti gembala domba dan kata Ibrani kuno “raah” berarti

memberi makan, oleh karena itu gembala dikenal sebagai pemberi makan

dan berpaling kepada orang yang membutuhkan atau peduli pada orang

lain. Seseorang yang menunjukkan perhatian penuh kasih. Kata perawatan

mengacu pada peran gembala dalam menyediakan makanan bagi domba-

dombanya. Implikasi dari pelayanan pastoral adalah bahwa setiap langkah

dan pola pelayanan pemimpin Kristen mengikuti model kepemimpinan yang

Yesus lakukan selama Dia hidup di dunia.

PelayananNya telah dilanjutkan oleh murid-muridnya dalam

semua Injil yang tercatat secara lengkap. Pelayanan adalah prinsip dasar

pemuridan Yesus dan karena itu prinsip penting dalam pelayanan Kristen.

Dengan berkorban dalam konteks pelayanan, Yesus menunjukkan diri-Nya

sebagai gembala yang rela berkorban. Dalam Pelayanan Yesus tiga tahun

37
Peter Wongso, Theologia Pengembalaan, (Malang: Literatur SAAT, 2009), 1
38
W. R. F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 116.
48

kita dapat melihat bahwa Ia memiliki rencana yang ingin kita ikuti.

Pengorbanan Yesus adalah pengorbanan yang sangat mahal yang berarti

nyawanya sendiri. Hidupnya dalam bahaya demi kebaikan umat manusia.

Yesus adalah satu-satunya pemimpin sempurna yang melayani dengan

sempurna. Oleh karena itu, Yesus adalah pemimpin yang sangat layak,

ideal, pemimpin tertinggi untuk diikuti, dan memimpin sebagai hamba Bapa

Surgawi yang menjelaskan misi-Nya.

Dalam pelayanan Tuhan Yesus sebagai gembala, Yesus memiliki

persekutuan pribadi dengan orang-orang yang Ia temui. Baginya, setiap

orang berbeda dan setiap orang memiliki kehidupannya sendiri. Gembala

tidak hanya secara visual mengetahui atau memahami makhluk fisik, tetapi

pada kenyataannya faktor lain yang bersembunyi di balik fisik, seperti naluri,

kepribadian, dan kepribadian, adalah aspek yang lebih penting.

Pengetahuan fisik hanyalah sebagian dari keberadaan seluruh ternak.

Gembala yang baik adalah gembala yang tahu semua tentang ternaknya.

Tetapi agar seorang penggembala mengetahui seluruh ternaknya, ia harus

memiliki hubungan emosional yang intim dengan kawanannya. Melihat

lebih dekat kehidupan Yesus mengungkapkan bahwa semua yang dia

lakukan terkait dengan pelayanannya dalam misi ini. Misi pribadinya bukan

untuk memuaskan keinginannya sendiri, tetapi untuk memenuhi kehendak

Bapanya, turun dari surga," katanya (Yohanes 6:38). Dia menyembuhkan

orang sakit, seperti orang buta dan lumpuh, dan memberi makan orang
49

banyak, mereka yang tidak memiliki cukup persediaan dan berkumpul untuk

mendengarkan ajarannya.

Ajaran Yesus Kristus sendiri mendukung rakyat jelata.

Persyaratan paling penting untuk menjadi Gembala yang sukses adalah

tidak bersalah. Kreteria ini memancar seperti radiator panas. Seseorang

dapat memberitakan Injil sepanjang hidupnya. Watak seseorang dapat

mempengaruhi orang-orang di sekitarnya dan dengan demikian membawa

perubahan hidup dalam kenyataan, meninggalkan jejak spiritual dengan

karakteristiknya sendiri.

Tugas menjadi gembala adalah, pertama-tama, menjaga kawanan

domba Allah. Masalah yang muncul adalah bahwa beberapa pemimpin

lebih peduli pada diri mereka sendiri daripada melindungi kawanan domba

Tuhan. Ketika binatang buas itu datang, ia melarikan diri, menyebabkan

binatang buas itu mencabik-cabik dan mencabik-cabik domba (lih. Yoh

10:13). Kedua, gembala bertanggung jawab untuk memberi makan dan

melindungi domba mereka. Masalah utamanya adalah para gembala

mencari makanan hanya untuk diri mereka sendiri dan membuat domba

mereka kelaparan, membantu mempertahankan iman mereka dari segala

bentuk ancaman terhadap iman mereka. Ketiga, sebagai pemimpin,

gembala memiliki kewajiban untuk memberikan contoh bagi orang-orang

yang dipimpinnya. Karena teladan kepemimpinan ini, mereka yang tidak

dapat memimpin keluarga mereka sendiri tidak layak menjadi pemimpin di

gereja. Tanggung jawab manajemen kurang lebih berkaitan dengan


50

kepribadian kepemimpinan karena artinya memimpin dengan memberi

contoh, memberi informasi, memotivasi, mendorong, menasihati. 39

Gembala yang Baik adalah seorang pemimpin dengan tanggung

jawab yang besar dan ditantang dalam banyak hal, tetapi tuntutan tersebut

bukanlah beban, melainkan tugas yang harus dipenuhi dengan keikhlasan,

terutama dalam pelayanan Gereja Tuhan. Seorang gembala harus

menghayati kebenaran Firman Tuhan sambil memelihara hubungan yang

intim dengan Tuhan, sumber segala sesuatu. Tanpa meminta upah atau

imbalan untuk melakukan tugas-tugas ini, mereka memiliki motivasi yang

tepat untuk melakukan tugas-tugas pelayanan gereja mereka, menuntun

mereka kepada kebenaran, memperhatikan, dan membantu umat Tuhan

untuk terus bergerak maju di dalam Tuhan. Seorang gembala harus mampu

memberikan contoh kerendahan hati dan pengorbanan diri. Ini adalah

beberapa yang harus dimiliki untuk seorang gembala

Gambaran diatas bisa dikatakan juga tindakan gembala sidang atau

pemimpin gereja yang diberi jiwa-jiwa yang harus dipelihara dengan baik.

“Ini sebuah panggilan Allah bagi seseorang yang mengembalakan umat

yang dipercayakan. Panggilan tersebut datangnya dari Allah sendiri. Jelas

bahwa hamba Tuhan atau pemimpin gereja yang terpanggil melayani

dalam sebuah gereja dinamakan seorang gembala sidang. Dan gembala

sidang atau pemimpin gereja tentunya adalah orang yang mendapatkan

39
James E. Means, Leadership in Christian Ministry, (Grand Rapids Michigan: Beker Book House,
1989) 51-53
51

tugas dan tanggungjawab bagi sidang jemaat-Nya. Seorang gembala

sidang atau pemimpin gereja ialah yang memiliki hati sungguh-sungguh

untuk memelihara domba-dombanya (jemaatnya) dengan baik. Ketika

jemaat yang sudah percaya ini, maka dibutuhkan sebuah penataan ulang

secara menyeluruh, bahwa tujuan hidupnya hanya ingin atau selalu mau

menyenangkan Sang Teladan Agung yaitu Yesus Kristus dan mau terus

menerus mengalami perubahan dalam hidupnya. Cara untuk bisa

mengalami kedewasaan rohani adalah konsisten dan terus menerus

mendekat hanya kepada Tuhan. Bila sebagai umat Tuhan memperhatikan

dengan baik dari Sang Teladan Agung yaitu Tuhan Yesus muncul dari

relasi-Nya dengan Bapa yang mengasihi-Nya. Hal ini menjadi benang

merah dari sebuah kasih yang dimulai dari Bapa kepada Anak dan dari

Anak kepada gembalaan-Nya. Bagaimana seorang gembala sidang itu juga

harus berinteraksi dengan jemaat-Nya. Gembala sidang yang dipilih dan

ditetapkan Allah mempunyai identitas yang menyerupai Kristus, dalam hal

penggembalaan.

Selain adanya domba-domba gembalaan yang memang sudah ada

dalam satu kelompok dengan gembalanya, Tuhan Yesus juga menyebut

ada juga domba-domba lain yang berasal dari luar kandang gembalaan-

Nya yang juga harus dituntun-Nya sehingga domba-domba itu akan

menjadi satu sebagai kawanan dalam gembalaan-Nya. Pelajaran ini

membuka mata hati umat Tuhan sebagai domba-domba atau umat Allah

yang memang sudah ada di dalam penggembalaan-Nya, maka umat Tuhan


52

juga melihat doma-domba lain (orang lain) yang terhilang agar berada

dalam satu kawanan dibawah satu pimpinan gembala. Semua ini

menjadikan berita sukacita, karena umat Tuhan berdaya untuk

mengusahakan hidup dalam kehidupan sehari-hari sesuai keadaan

sekarang, bahkan daya yang yang miliki itu dapat memampukan untuk

berbuat sesuatu yang unggul melebihi ukuran-ukuran yang ada. Menjadi

perhatian penting bagi umat Tuhan bahwa, Juruselamat dunia Yesus

Kristus juga mengatakan bahwa domba-domba atau jiwa-jiwa yang

terpanggil itu juga milik kepunyaan-Nya. Jika begitu, apakah umat Tuhan

masih beralasan untuk tidak bersemangat hidup dan memelihara kehidupan

bersama yang lain? Tuhan Gembala yang baik itu akan menolong umat-

Nya untuk meyakini hidup yang berikan-Nya tidak lepas dari pemeliharaan-

Nya.

2) Menjadi Pengajar/Guru

Yesus berurusan dengan murid-murid dari berbagai latar

belakang Yesus juga adalah seorang guru yang terbuka dan memiliki

tujuan. Tujuan Yesus mengajar adalah untuk membentuk murid-murid-Nya

dengan cita-cita yang luhur, keyakinan yang teguh, dan hubungan dengan

Tuhan dan sesama. Yesus mendorong murid-muridnya untuk kreatif dalam

menghadapi masalah kehidupan sehari-hari dan memiliki karakter yang

baik dalam pelayanan mereka. Ajaran Yesus berhasil mengilhami murid-

muridnya dan mengubah hidup mereka untuk percaya kepada Yesus.

Yesus terus-menerus menyesuaikan ajaran-ajarannya, memanfaatkan


53

suara hati mereka dan mendorong mereka untuk mengambil tindakan. Dia

menggunakan peribahasa, ilustrasi, dan perumpamaan untuk memulai dan

melaksanakan ajarannya.

Ajaran Yesus sangat menarik, mulai dari pendahuluan, isi dan

penutup. Ketergantungan total kepada Yesus Bapa kita mewarnai pola pikir

dan sikap kita jika kita ingin berhasil dalam mengajar dan mengasuh anak.

Lebih jauh lagi, keteladanan Yesus sebagai pribadi yang mau belajar harus

mendorong orang percaya untuk mau mengamalkan, belajar, dan

mengembangkan karunia yang Tuhan berikan kepada mereka untuk

mengajar orang lain. Yesus bekerja dengan tujuan yang jelas. Itu untuk

mendidik para murid untuk memahami dan mengalami kekudusan Tuhan.

Dia mengajar murid-muridnya untuk mengerti bahwa mereka adalah

hamba. Murid juga belajar untuk hidup dalam hubungan mengasihi satu

sama lain. Sebagai seorang hamba, ia memerintahkan orang lain untuk

melayani dan berdamai dengan Tuhan. Pelayanan Yesus sebagai guru

sangat mengagumkan. Yesus itu unik, tetapi dia menjadi seperti murid-

muridnya dan orang lain yang dia layani. Dia membaca kebutuhan mereka,

perjuangan mereka, dan pemahaman mereka. Dia adalah "satu dengan"

Pesan. Tidak heran Yesus adalah seorang tegas, seperti yang ditunjukkan

oleh kesaksiannya: "Aku berkata kepadamu..." atau " Aku adalah..." Apa

yang terjadi dengan teladan Yesus yang ingin bersama dengan orang-

orang yang Ia layani dan hati guru yang berusaha membawa pembaruan?

Yesus memerintahkan murid-muridnya untuk mencapai tujuan dari apa


54

yang mereka lakukan. Namun, hubungan tidak terbatas hanya pada kata-

kata, bahasa, dan peristiwa sesekali. Ketika mengajar, Yesus membuat

murid-muridnya aktif, selalu aktif dalam berpikir, merasakan, bereaksi dan

bertindak. Dia juga mengajar melalui tindakan praktis seperti mukjizat,

diskusi, dan sesi tanya jawab. Dia selalu memberikan dorongan untuk

bertindak. Teladan Yesus mendasari nilai kehidupan dan pikiran seorang

hamba. Tindakan mendidik dan mendidik pelayan menekankan kesatuan,

aktivitas yang bertujuan.

Sebuah peringatan untuk gereja disampaikan oleh Donald

McGavlan, mengatakan, "Tuhan ingin menemukan domba yang hilang dan

mengembalikan mereka ke kandang mereka.”40 Untuk memberitakan Injil di

antara orang-orang Yahudi dan keseluruh dunia. Setiap kesempatan untuk

berinteraksi dengan orang, baik individu, kelompok, maupun publik, harus

digunakan secara tepat dan tepat. Yesus juga membantu murid-muridnya

bertumbuh dari hari ke hari. Perumpamaan dan ajarannya, seperti Khotbah

di Bukit, juga menggunakan analogi sederhana penciptaan yang ditemui

murid-muridnya saat berjalan sepanjang hari. Contoh dari kehidupan

sehari-hari digunakan: duri, burung, serigala, biji sawi, ranting, mutiara, api,

ikan, pohon ara, uang, lampu, roti, batu. Yesus benar-benar membantu

murid-muridnya bertumbuh. Dia menjadikannya bagian dari kehidupan

40
Donald McGavran dalam C. Peter Wagner, Strategi Perkembangan Gereja, (Malang: Gandum
Mas, 1996) 24
55

sehari-hari mereka untuk membantu mereka tumbuh dan berkembang

secara rohani. Roh Tuhan Meliputi Perkataan, Sikap, dan Tindakan-Nya.

3) Memberi Makanan Rohani

Tuhan Yesus mengingatkan para murid-Nya setiap orang tidak

hidup hanya makanan atau roti saja. Manusia hidup dari setiap firman yang

berasal dari wahyu Allah (Matius. 4:4; Luk. 4:4). Makanan merupakan

sesuatu yang penting bagi pertumbuhan. Seperti sebuah pohon yang akan

terus bertumbuh dengan baik ketika memperoleh asupan makanan yang

cukup.

Schnemann mengatakan bahwa seorang pemimpin gembala

harus menjadi pemimpin yang baik yang memelihara semangat,

mendukung dan membangun mereka yang lelah secara mental atau yang

telah kehilangan semangat mereka untuk kebenaran41. Gembala adalah

pemimpin dengan tanggung jawab besar dan memiliki tantangan dalam

banyak hal, tetapi persyaratan ini bukan beban tetapi tugas yang harus

dipenuhi dengan setia, terutama dalam pelayanan Gereja Tuhan.

Makanan rohani penting bagi kehidupan Kristen dan bagi para

murid. Murid yang masih baru bisa diberi susu tetapi seorang murid yang

dewasa harus dapat makan “makanan keras”. Tuhan Yesus memberi

makanan keras kepada para murid, karena Ia tahu para murid-Nya telah

dewasa, begitu pula dengan perjumpaan Tuhan Yesus dengan para ahli

Taurat, Yesus memberi makan keras kepada mereka. Peranan pemurid

41
D. Schuneman, Pemimpin Yang Baik , (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982) 86
56

dalam hal ini adalah melakukan pelayanan pengajaran kepada setiap

murid. Yesus Kristus dalam pelayanan-Nya memulai dengan menjawab

pertanyaan para murid yang banyak bertanya. Komunitas menjadi ruang

untuk menikmati makanan rohani sehingga terjadi pertumbuhan dalam

pengenalan akan Kristus serta hidup memberi buah. Dalam komunitas

dapat terjadi diskusi yang saling membangun dan mendalam terutama

mendiskusikan firman Tuhan.

4) Menjadi Mentor

“.... Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia

menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi terkemuka di antara

kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;” (Matius 20: 26-27) "Tetapi kamu

tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah

menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan." (Lukas

22:26). Siapa pun yang ingin menjadi pemimpin harus menjadi pelayan, dan

siapa pun yang ingin menjadi besar di antara Anda harus menjadi pelayan

Anda. Jelas dari ayat ini bahwa Yesus membuat murid-murid yang ingin

menjadi pemimpin atau terbesar mengerti bahwa Dia harus terlebih dahulu

menjadi pelayan orang lain. Yesus mengajar mereka. Dia sendiri memberi

contoh ketika dia membasuh kaki murid-muridnya (Yohanes 13:1-17) dan

mengajar mereka menjadi pelayan setelah melayani Perjamuan Terakhir.

Mentoring asal kata dari mentor dan kata ini telah menjadi kata baku

dalam bahasa Indonesia. Arti dari kata mentor adalah pembimbing. Dapat
57

juga mentor berarti kata "penasihat" jika diterjemahkan42. Mentoring adalah

pengembangan potensi dan kompetensi individu dalam pelayanan sebagai

pembelajaran untuk mengoordinasikan hubungan antara individu yang

peduli yang berbagi pengetahuan, nilai, sikap, pengalaman, dan

kebijaksanaan dengan individu lain. Mentoring menekankan hubungan

dekat di mana orang yang berpengalaman bekerja dengan orang yang

kurang berpengalaman untuk membantu atau memelihara orang yang

kurang berpengalaman dalam pengembangan profesional atau pribadi

mereka. Dengan kata lain, mentoring adalah tentang membantu seseorang

mempelajari sesuatu, membuka kehidupan seseorang kepada orang lain,

berbagi kehidupan dengan orang lain sehingga proses kehidupan yang

diwariskan kepada generasi mendatang, baik di lingkungan gereja, di dunia

bisnis, maupun di organisasi masyarakat.

Dalam artikel “The Role of Mentors in Empowering Servants”

Majalah Generasi, Amos Hosea menyatakan bahwa mentoring adalah

hubungan di mana satu orang memberdayakan orang lain dengan

menggunakan sumber daya yang diberikan Tuhan, katanya itu adalah

sebuah pengalaman. 43 Mentoring bukan tentang mengumpulkan pengikut,

ini tentang menciptakan mentor (pemimpin) baru. Mentoring bukan tentang

menciptakan generasi pengikut yang selalu berada di bawah kendali

42
John M. Echols, Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1981) “mentor”
43
Amos Hosea, Peranan mentor dalam pemberdayaan pelayanan, (Majalah Generasi DPA GBI
Edisi September-Desember 2007), 8.
58

mentor. Tetapi mentoring dapat membantu mengembangkan mentor baru

yang lebih baik dari mentor mereka. Pendampingan juga berjalan dengan

baik ketika pemimpin kaum muda memberikan contoh, pemahaman,

pelatihan, bimbingan, dan mengevaluasi semua tugas yang diberikan

kepada kaum muda. Para pemimpin muda tidak hanya memiliki

pengetahuan dan kemampuan untuk dibimbing oleh mentor, tetapi mereka

juga memahami pendampingan ketika mereka menjalani proses

pendampingan. Menurut Paul Stanley dan Robert Clinton, "Mentoring

adalah pengalaman rasional seseorang memberdayakan yang lain dengan

berbagi sumber daya yang diberikan Tuhan.44" Tujuan dari mentoring

adalah membantu murid memahami kekuatan dan kelemahan mereka

sendiri melalui komunikasi terbuka dengan mentor .

5) Menjadi Teladan Doa Dan Kasih

Teladan berasal dari kata keteladanan, yang memiliki defenisi

'meniru, mencontoh', keteladanan adalah sesuatu yang dapat


45.
ditiru/diteladani (KBBI) Sebagai murid Tuhan, Yesus tinggal bersama

murid-murid-Nya. Markus 3:14 memberi tahu kita bahwa Tuhan Yesus

menunjuk 12 orang untuk bersama-Nya mengabarkan Injil. Setelah memilih

murid-murid, Tuhan Yesus memimpin mereka ke dalam semua pelayanan

dan mereka tinggal bersama Tuhan Yesus. Yesus bersama murid-

muridnya. Hamba Tuhan hidup seperti dalam sebuah aquarium yang dapat

44
Tim Elmore, Mentoring, (Jakarta: Metanoia, 2003), 2.
45
https://kbbi.web.id/teladan
59

di lihat dari segala aspek kehidupan. Begitu pula dengan Yesus hidup

bersama-sama dengan para murid, sehingga para murid dapat melihat dan

belajar dari segala aspek kehidupan Yesus. Ia memberikan segenap waktu

yang dimiliki-Nya guna memperlengkapi dan membentuk para murid

menjadi pelayan. Ia pula meggunakan waktu-Nya guna melatih setiap murid

untuk menjadi pelayan dan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan

pelayanan para murid. Yesus Kristus tidak hanya mengevaluasi bagaimana

mereka melakukan, melainkan apa yang menjadi motif mereka melakukan

sebagaimana yang terkandung dalam Matius 26:6-13. Kepada para murid,

Ia memberikan contoh dan ilustrasi dari diriNya sendiri. Tuhan Yesus

mengajar para murid dengan mendemonstrasikan pelayanan. Dalam Injil

Yohanes 13:2-15 dicatat bahwa Tuhan Yesus memberi contoh menjadi

seorang pelayan atau hamba yang bersikap rendah hati. Peristiwa

pembasuhan kaki menjadi peristiwa dimana Yesus mendemonstrasikan

pelayanannya, hal ini dijelaskan oleh pernyataan Yesus sendiri yang

terdapat di dalam Yohanes 13:13-15. Dalam ayat tersebut Tuhan Yesus

mengungkapkan bahwa, Tuhan adalah guru, dengan membasuh kaki

muridNya, Yesus menunjukkan bahwa keteladanannya boleh dilakukan

oleh murid Yesus (Yohanes pasal 13:13 dan 15). Tuhan Yesus mengajar

para murid dengan berbagai cara dan yang paling menarik adalah Ia

memberikan contoh dan ilustrasi dari diri-Nya.Tuhan Yesus selalu

mengingatkan setiap murid di mulai dari diri-Nya. Sebagai contoh, Ia

mengajar para murid tentang bedoa dengan cara Ia sendiri berdoa (Mat.
60

5:15). Demikian pula dalam peristiwa sebelum masa penderitaan salib,

Yesus Kristus mengajak para murid ke taman Getsemani. Sementara Ia

berdoa, Yesus Kristus meminta pada Petrus dan kedua anak Zebedeus

untuk ikut beserta-Nya (Mat. 26:36- 46). Contoh lain ialah Yesus Kristus

juga mengajar para murid untuk memberitakan Injil kerajaan Allah dengan

berkeliling untuk memberitakan Injil (Mat. 4:23; 9:35; Luk. 8:1). Ia membawa

para murid untuk ikut beserta-Nya melayani berbagai macam orang mulai

dari orang miskin, sakit, hingga orang kaya seperti Zakeus, para pemungut

cukai dan lain sebagainya. Ia membawa para murid ikut beserta-Nya untuk

mendemonstrasikan contoh pelayanan kepada para murid. Contoh

merupakan sebuah cara untuk mengajar orang lain bagaimana melayani

dan Yesus Kristus melakukan hal itu. Ia memberikan contoh bagaimana

melayani kepada para murid sehingga mereka dapat memahami rencana

dan kuasa Allah serta dapat melihat bagaimana Kristus Sang Guru

melayani manusia.

6) Berdoa

Doa adalah teladan yang dilakukan Yesus, dan doa menjadi hal

yang pokok atau kebutuhan di dalam hidup. Berdoalah kapan saja, di mana

saja, pada setiap tahap kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus. Tuhan

Yesus biasa berdoa di tempat yang sunyi nats Lukas pasal 5 ayat 11).

Tuhan melakukannya secara nyata yang dapat diteruskan dan dilakukan

oleh murid-murid bagaimana seharusnya mereka berperilaku dalam doa

yang baik dan betapa pentingnya doa dalam kehidupan dan pelayanan
61

mereka ketika mereka kelak menjadi pemimpin umat. Doa menempati

tempat yang sangat penting dalam kehidupan dan pekerjaan Tuhan Yesus.

J.L.Ch. Abineno, dalam bukunya Prayer in New Testament Testimony,

mengatakan bahwa Tuhan dengan penuh doa menerima panggilan dan

tugas yang dipercayakan Tuhan kepadanya sebagai utusan. Dia melakukan

pekerjaannya dalam persekutuan dan percakapan dengannya. Lebih lanjut,

Abineno mengatakan bahwa keputusan penting mengenai panggilannya

dibuat hanya setelah berdoa dan meminta kehendak Bapa46, dan bahwa

akhirnya penderitaannya untuk penebusan umat manusia juga dibuat dalam

persekutuan dengan Bapanya, dia hidup dalam doa. Tuhan Yesus adalah

contoh doa yang luar biasa. Ketika Tuhan akan melakukan tugas dalam

melayani bersama murid-muridNya, maka disampaikan: Sebelum

memanggil dan memilih murid untuk tanggung jawab besar di masa depan,

dia terlebih dahulu dipilih untuk melawan Tuhan demi kehendak Bapa

dalam pelayanan. Tuhan Yesus berdoa di Taman Getsemani ketika

menghadapi saat-saat kritis dalam hidupnya (Matius pasal 26 ayat 26-46;

Markus pasal 14:32-42; Lukas pasal 22:29-46). Saat dia melayani murid-

muridnya dan memelihara kehidupan mereka, dia mengajar mereka untuk

berdoa terus-menerus dan menyerahkan perjuangan hidup mereka

sepenuhnya kepada Tuhan, Bapa Surgawi mereka (Matius 6:9-13; 7:7).-11;

Lukas 11:1- 13)

46
J.L. Ch Abineno, Doa menurut Kesaksian Perjanjian Baru, (Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 1998) 4
62

7) Kasih

Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:8 dan16). Tuhan Yesus adalah

manusia ingkarnasi Tuhan. Teladan kasih Allah kepada manusia

ditunjukkan ketika Ia menjadi Yesus Kristus untuk menyelamatkan umat

manusia dari belenggu dosa (Yohanes 3:16). Dalam kehidupannya di bumi

dan dalam pelayanannya, ia praktek kasih. Kasih yang dilakukannya tidak

setara dengan kasih yang manusia lakukan, Kasih menjadi pondasi Yesus

dalam pelayanannya tercantum dalam Matius pasal 9:10; Lukas pasal

15:1,2). Kasih yesus murni, sempurna dalam segala hal

Injil Sinoptik mencatat bahwa dia menyembuhkan orang sakit dan

membangkitkan orang mati. kasih membutuhkan pengorbanan yang nyata.

J. Oswald Sanders mengatakan, “Ciri kepemimpinan yang sejati dapat

ditemukan dalam orang-orang yang rela berkorban demi tujuan-tujuan yang

sukup luhur, sehingga menuntut ketaatan sepenuh hati dari pihak

mereka.”47 Tuhan Yesus sangat mengasihi orang-orang, sebagaimana

dibuktikan ketika Ia berkorban untuk umat berdosa. Teladan dalam

pelayanan-Nya, Tuhan Yesus memberikan banyak prinsip keteladanan

untuk diikuti, ditiru, dan dalam hal kepemiumpinannya adalah evaluator

dalam segala pelayanan sehingga efektif. Banyak hal yang sudah Tuhan

lakukan dalam pelayanannnya yang tidak menunjukkan karena

kekuatannya sendiri, tetap menjadi hamba yang setia dan rendah hati

dalam segala hal di kehidupan pelayanannya. Sehingga di dalam

47
J. Oswald Sander, Kepemimpinan Rohani, (Bandung Kalam Hidup: 1979) 18
63

kehidupan manusia yesus adalah prototype yang tiada bandingannya

dengan hal apapun. Sehingga menjadi pelajaran dan motivasi bagi setiap

orang yang memimpin baik di dalam gereja dan pelayanan apapun.

Tuhan Yesus adalah guru yang memberikan pelayanan bagi para

pemimpin gereja khususnya untuk menghasilkan perubahan di dalam

gereja. Dengan kepemimpinan Yesus, pemimpin Gereja diberikan Tuhan

kuasa untuk melakukan mujizat seperti yang diperintahkanNya tertuang

dalam Markus 16:17-18. Dan yang menjadi pokok adalah bagaimana Yesus

melayani jiwa dan membawanya ke jalan keselamatan. Pelayanannya

meliputi publik dan pelayanan interpersonal. Tuhan Yesus melakukan misi

massal dengan banyak orang. Dalam pelayanannya ia melakukan banyak

mujizat, dan semakin banyak orang mengikutinya (Matius 14:13). Untuk

memenuhi misinya, terutama untuk melanjutkan pekerjaannya dengan baik

di masa depan, Tuhan Yesus membutuhkan orang untuk dipercayakan

tanggung jawab ini. Pertama, Tuhan Yesus memilih murid-murid-Nya

(Lukas 6:12), memilih mereka sesuai kebutuhan (Matius 10:1-4; Markus

3:3-19; Lukas 6:12-16), kemudian Yesus mengajar, berdoa agar dibuat.

Murid-murid-Nya Para murid mengikuti pola hidup dan pelayanan-Nya,

setelah itu Tuhan Yesus mengutus mereka ke dalam pelayanan (Matius

10:5; Markus 6:7). Akhirnya, Yesus mengevaluasi hasil pelayanan murid-

muridnya. Yesus adalah model pelayanan yang efektif.


64

8) Menjadi Pembimbing

Dalam Markus 1:17 Yesus berkata kepada mereka, "Ikutlah Aku,

dan Aku akan menjadikan kamu penjala manusia." "Ikutlah Aku."

menunjukkan bagaimana Tuhan Yesus ingin memimpin murid-murid-Nya.

Seolah-olah Tuhan Yesus berkata, "Aku akan melakukannya dan kamu

bersama-Ku." Tuhan Yesus tidak hanya memberikan instruksi, tetapi juga

memberikan petunjuk dan tuntunan tentang apa yang harus dilakukan para

murid tetapi juga menunjukan apa yang dia lakukan. Dalam bukunya

Fathers and Sons, Jarot Wijanarko menulis bahwa seorang pembimbing

merupakan orang yang lebih dewasa yang benar-benar memberikan

bimbingan dalam segala aspek kehidupan. 48 Membimbing adalah

merupakan tugas yang penting agar dapat menghasilkan penerus yang

lebih baik.

Yesus dalam membimbing ia juga melakukan supervisi. Supervisi

merupakan hal yang penting dalam pelayanan. Tidak hanya dalam

pelayanan, supervisi telah lama digunakan dalam dunia bisnis maupun

pendidikan. Supervisi merupakan sebuah usaha pengawasan,

pengontrolan maupun pendampingan dengan tujuan meningkatnya kinerja

yang disupervisi. Secara umum supervisi berfungsi untuk mengembangkan

kompetensi orang yang disupervisi. Dalam pelayanan pemuridan, dengan

supervisi ada berbagai pelayanan yang telah dan sedang dilakukan dapat

diawasi dengan baik sehingga pelayanan dilaksanakan dengan baik. Dalam

48
Jarot Wijanarko, dkk., Father and Son, (Jakarta: Keluarga Indonesia Bahagia, 2016), 35.
65

pemuridan yang Yesus Kristus lakukan Ia melakukan supervisi terhadap

para murid yang telah kembali dan melaporkan pelayanan mereka (Luk.

10:17-20). Dalam laporan mereka, para murid bersukacita karena apa yang

terjadi dalam pelayanan mereka. Hal tersebut dapat membuat para murid

menjadi sombong sehingga Tuhan Yesus mengingatkan bahwa sukacita

mereka seharusnya didasarkan pada fakta bahwa Allah memilih mereka

untuk menjadi milik-Nya. Dalam hal tersebut, Tuhan Yesus mensupervisi

para murid agar mereka tidak menyimpang dan mereka dapat melakukan

pekerjaan pelayanan dengan lebih baik. Yesus melakukan koreksi dan

evaluasi agar para murid melakukan pelayanan dengan baik. Oleh sebab

itu, dalam pemuridan supervisi merupakan komponen penting untuk

tercapainya apa yang diharapkan. Pemurid melakukan supervisi kepada

para murid, sehingga terjadi peningkatan kompetensi untuk melayani.

Dapat dirangkumkan bahwa pondasi pelayanan murid Tuhan

Yesus adalah sebagai berikut; murid adalah seorang hamba. Hidupnya

hanya untuk Allah. Ketaatan dan kerendahan hati ditunjukkan dalam doa

Yesus di Taman Getsemani: "Bapa, biarkan cawan ini berlalu dariku.

Semoga itu dilakukan oleh-Mu, bukan atas kehendak-Ku." Ini menunjukkan

kerendahan hatinya. Hamba Tuhan, yang mewakili diri mereka sebagai

Doulos, memiliki penyerahan penuh kepada Tuhan. Hakikat ketaatan

kepada Tuhan adalah ketaatan melakukan firman Tuhan.


66

c) Prinsip ketiga pelatihan pelayanan

Ketika Tuhan Yesus datang ke bumi, Dia mengabdikan dirinya

untuk mengajar dan melatih 12 murid untuk melanjutkan pelayanan-Nya.

Tuhan Yesus tidak hanya mengajar murid-muridnya, tetapi juga memberi

mereka pelatihan penginjilan, menyembuhkan orang sakit, mengusir setan,

dan melakukan mukjizat. Tujuan dari pelatihan ini adalah agar para murid

mengalami dan merasakan secara langsung apa yang terjadi dalam

pelayanan Tuhan Yesus. (Matius 9:18-24; Lukas 8:1-3; Matius. 17:14-21;

Markus 6:30-44. tanda. 10:46-52; Uh 9:1-7; Lukas 8:22-25). Lukas 5:1-11

menceritakan bagaimana Yesus pertama kali memanggil murid-murid-Nya.

Kemudian Yesus mengajar Simon untuk memancing di air yang dalam.

Hasilnya, mereka mendapat banyak ikan. Di sini Yesus mengajar Simon

tentang ketaatan dan kepercayaan kepada Allah. "Pergilah ke laut dalam

dan tebarkan jalamu dan tangkaplah ikan" (ayat 5).

Mengingat dalam Yohanes 21:6, Yesus mengajar murid-murid-

Nya bagaimana mereka harus percaya iman. Saya ingat bahwa saya dapat

mempraktikkannya. Menjadi nelayan yang berbicara dan menangkap

orang. Dalam bukunya Yes on Leadership, C. Gene Wilkes menulis bahwa

tidak cukup mendorong seseorang untuk terlibat dalam pelayanan.

Mendorong tanpa pelatihan sama seperti mendorong tanpa arah. Ada

banyak hal yang dilakukan, tetapi sangat sedikit yang dihasilkan49.

49
Gene C. Wilkes, Jesus on Leadership (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2005) 221
67

Pelatihan adalah dimana pemimpin mewariskan pengetahuan

dan keterampilannya kepada anggotanya sehingga memiliki pengetahuan

dan keterampilan yang cukup untuk menjadi pemimpin yang nantinya dapat

melatih orang lain. Kegiatan pelatihan adalah komponen terpenting dari

kepemimpinan yang melayani dalam membantu orang mencapai tujuan

pekerjaan mereka.

Ada tiga cara untuk menjadi pelatih kinerja: perencanaan kinerja,

pelatihan harian, dan evaluasi kinerja. Perencanaan kinerja adalah tentang

memberikan arahan dan menetapkan tujuan. Melakukan pelatihan harian

melibatkan membantu orang mencapai tujuan mereka dengan mengamati

kinerja, merayakan kemajuan, dan mengarahkan upaya dari rel (jalur yang

ditentukan

Proses pelatihan yang Yesus lakukan untuk murid-muridnya.

Dimanapun Tuhan Yesus melayani. Salah satu contoh pelatihan yang

Yesus berikan adalah doa. Selama krisis yang dialami Yesus di Taman

Getsemani, Ia berpisah dari murid-murid-Nya dan berdoa tiga kali, merasa

dirinya diserahkan kepada orang-orang berdosa (Mat. 26:36-46). Dalam

doa, Yesus mengutamakan pengungkapan kehendak Bapa (Lukas 22:42).

Yesus berdoa dengan sungguh-sungguh sampai keringat-Nya jatuh ke

tanah seperti titik-titik darah (Lukas 22:44). Dan pada kesempatan yang

sama, Yesus meminta murid-murid-Nya untuk berdoa agar mereka tidak

jatuh ke dalam pencobaan (Matius. 26:41; Lukas 22:40, 46). Saat bersama

murid-murid-Nya, doa adalah sarana yang digunakan Yesus untuk


68

mendoakan para murid yang melanjutkan pelayanan agar tetap bersatu

dalam pelayanan di dunia yang membenci mereka (Yohanes 17:6-19).

Yesus juga berdoa bagi orang-orang percaya, yang merupakan hasil karya

para murid, agar mereka juga dipersatukan. Kesatuan akan lahir di antara

orang-orang percaya sehingga dunia akan tahu bahwa Bapa-lah yang

mengutus Anak, dan Bapa juga mengutus para pekerja, dan persatuan

menjadi tanda kehidupan umat Allah (Yohanes 17). :20- 26). Pelatihan

adalah proses dimana setiap peserta pelatihan akhirnya tumbuh menjadi

orang Kristen yang matang dan mampu melakukan hal yang sama50.

d) Prinsip keempat menjadikan orang lain murid

Yesus memberi murid-murid-Nya sebuah perintah. Perintah

universal Allah menuntun pada misi universal Gereja untuk menyebarkan

Injil51. Amanat Agung dalam Matius 28:19-20 menunjukkan bahwa Tuhan

Yesus ingin agar murid-murid-Nya terus bertumbuh dan menjadi lebih

banyak murid. Markus 3:14-15 mengatakan, "Dia menunjuk dua belas

orang untuk bersama-sama dengan dia untuk memberitakan Injil dan

memberinya kuasa untuk mengusir setan." Bahkan sebelumnya, dia

mengingatkan murid-muridnya: memberitakan Injil. Markus 16:15

mengatakan, "Lalu dia berkata, 'Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah

50
Ronald W. Leigh, Melayani Dengan Efektif, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012) 128.
51
Donald Guthrie, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,
2006) 122.
69

Injil kepada semua makhluk.'" Saya pergi keluar untuk melakukan apa yang

dia ajarkan kepada saya.

Yesus berkata, "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa

murid-Ku, baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,

ajar mereka untuk melakukan semua yang Aku perintahkan kepada mereka

di akhir zaman.” (Matius 28:19 &20). Kata kerja utama dari Amanat Agung

adalah "menjadikan Murid (poreuthentes)". Pendapat di atas didukung oleh

Peters yang mengatakan bahwa dari keempat verba tersebut, hanya verba

“Poreuthentes” yang merupakan imperatif (langsung)52. Kata ini

mengungkapkan esensi dari Amanat Agung. Tiga kata kerja lainnya adalah

participle yang merujuk pada pesan utama sebagai bagaimana dan

bagaimana melaksanakan pesan tersebut. Poreuthentes adalah maskulin

plural participle yang bertindak sebagai subjek, aorist pertama dari kata

poreumai, dan kata kerja (verba pasif). Kata ini berubah bentuk sesuai

dengan subjek imperatif yang mengikutinya (dalam hal ini matheteusate).

Kata-kata (poreuthentes), kata kerja participle dengan makna imperatif,

``pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk menyelesaikan tugas''. Arti

yang lebih tepat, oleh karena itu, adalah "Karena itu jadikanlah kamu murid."

Yesus ingin agar mereka yang mau mengikuti-Nya tidak hanya menjadi

orang percaya, tetapi benar-benar mau menjadi pengikut-Nya.

52
George W. Peters, A Biblical Theology of Missions, (Malang: Gandum Mas, 2006) 222
70

Pemuridan adalah memenuhi amanat Agung53. Proses dan

metode untuk pemuridan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti

kelompok dan relasi pribadi, sehingga dapat menghasilkan murid yang

sesungguhnya.

Berdasarkan analisis maka pemuridan memiliki arti sebagai berikut ;

1) Penjangkauan

Tuhan Yesus tidak datang ke dunia ini untuk melihat orang atau

hanya berjalan-jalan. Tuhan Yesus memiliki tujuan yang jelas untuk

menyelamatkan jiwa-jiwa. Hatinya penuh dengan belas kasihan bagi jiwa-

jiwa yang terhilang. Setiap kali kita melihat orang berdosa, orang yang

menderita, orang sakit, orang lumpuh, orang yang membutuhkan, orang

yang sulit, hati Tuhan Yesus tergerak oleh belas kasihan. Tuhan Yesus

terus memberitakan Injil sehingga banyak orang dapat mendengar tentang

keselamatan dan pengampunan dosa. Dia mengorbankan banyak

waktunya, rela mengorbankan banyak hal emosi dan kehidupan untuk

melatih murid-muridnya dengan tujuan tunggal untuk menyelamatkan jiwa.

Karena keselamatan jiwa-jiwa adalah tujuan utama kedatangan Tuhan

Yesus ke dunia, maka bagi umat Tuhan, upaya pemberitaan Injil demi

keselamatan jiwa-jiwa merupakan kelanjutan dari pekerjaan Tuhan Yesus.

Penginjilan bukanlah karunia khusus Roh Kudus yang diberikan hanya

kepada sebagian atau sekelpompok orang. Ini adalah perintah Tuhan kita

dan hak istimewa dan tanggung jawab setiap orang percaya.

53
Rom Jenson & Jim Stevens, Dinamika Pertumbuhan Gereja, (Malang; Gandum Mas, 2002) 211.
71

2) Penggabungan

Baptisan adalah tata cara menjadi anggota gereja Allah. Semua

yang dibaptis dalam Kristus memakai Kristus, dan semua yang dibaptis

dalam Kristus adalah satu di dalam Kristus. Ayat alkitabi menunjukkan

penerimaan seseorang ke dalam tubuh Kristus melalui baptisan. Tindakan

baptisan tidak boleh diakhiri dengan pembasuhan, tetapi juga harus

melibatkan upaya untuk mengintegrasikan orang tersebut ke dalam

komunitas orang percaya. Ia harus menjadi anggota keluarga rohani.

Setelah Tuhan Yesus memberitakan Injil dan banyak orang menerimanya,

dia tidak berhenti di situ. Dia memilih dua belas orang untuk berkumpul

dalam kelompok kecil agar Tuhan Yesus dapat menggembalakan,

mengajar, dan melindungi mereka sehingga iman mereka dapat bertahan

dan bertumbuh. Seseorang yang telah menerima Yesus dapat kehilangan

iman dan tersesat jika dibiarkan tanpa pengawasan dan ditinggalkan

sendirian. Siapa pun yang telah menerima Yesus perlu dirawat dengan

baik, dirawat dan dilindungi dengan baik. Setelah seseorang diselamatkan,

mereka perlu bergabung dengan gereja lokal atau kelompok kecil untuk

membimbing, memelihara, dan merawat mereka sehingga mereka dapat

tumbuh lebih baik secara rohani, mereka akan hilang lagi, kecuali ada

gerakan untuk menarik mereka lebih jauh ke dalam komunitas orang

percaya.
72

3) Pengajaran

Karena Tuhan Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk

memberitakan Injil, banyak orang menjadi percaya bahwa mereka hanya

menjadi orang percaya atau anggota gereja, tetapi Tuhan Yesus memiliki

tujuan yang jelas. Apa yang Dia lakukan dan apa yang Dia memerintahkan.

Demikian pula, setelah gereja menjangkau orang-orang untuk menerima

keselamatan dan bersatu, tidak cukup hanya dibaptis, menjadi anggota

gereja, atau menghadiri kebaktian. Langkah-langkah lainnya: mengajar dan

belajar, dan melatih mereka untuk melakukan semua yang Tuhan Yesus

perintahkan untuk mereka lakukan. Tuhan Yesus mengajar murid-murid-

Nya banyak hal selama pelayanan di bumi. Ajarannya terkadang disajikan

dalam bentuk perumpamaan dan terkadang dengan cara yang sederhana.

Ajaran yang disampaikan Yesus adalah kelegaan dan sukacita, bukan

hukum yang semakin menambah beban hidup para pendengarnya. Alkitab

bersaksi bahwa ajaran Yesus disampaikan secara wibawa, tidak seperti

ahli-ahli Taurat Israel. Apa yang diajarkan dapat dipahami sebagai semua

yang diperintahkan Yesus. Dengan kata lain, isi ajaran itu adalah perintah

Yesus. Ini adalah duplikat atau persiapan untuk penggandaan.

Sebagaimana Yesus selalu mengajar murid-murid-Nya, para murid, yang

disebut rasul, selalu mengajar dalam pertemuan umat Allah. Gereja

Yerusalem adalah gereja yang kuat dalam ajaran para Rasul. Alkitab

bersaksi bahwa mereka bertemu secara teratur dan mengikuti ajaran para

rasul.
73

4) Pelipatgandaan

Misi memuridkan adalah untuk menjadikan murid. Dalam Matius

28 dinyatakan dengan jelas bahwa 11 murid berbicara kepada Yesus dan

perintah untuk menjadikan murid ditujukan kepada mereka. Saya tidak

mengatakan bahwa Yesus sedang berbicara kepada siapa pun selain 11

murid pada saat itu. Ini menunjukkan bahwa adalah kehendak Tuhan Yesus

bahwa murid-murid membuat murid. Dari yang lebih muda kepada yang

lebih muda. Ini adalah dimensi penggandaan atau penggandaan murid.

Para murid menjadi duplikat dari Guru, dan para murid harus mampu

menduplikasi diri mereka sendiri untuk murid-murid mereka. Yesus

mengambil langkah lain dalam kepemimpinan dalam misi duniawi-Nya Dia

menunjukkan bahwa seorang pemimpin bukan hanya seseorang yang

merekrut orang lain untuk mengikutinya, yang mengikuti teladannya, dan

siapa yang memimpin mereka di sepanjang jalannya. Tetapi seorang

pemimpin harus mereproduksi dirinya dalam orang-orang yang dipimpinnya

dengan melatih mereka untuk melakukan apa yang dilakukan pemimpin.

Artinya pemimpin menggandakan keterampilan, pengetahuan, dan prinsip

hidupnya kepada bawahannya. Markus 6 ayat 7 bahwa dua belas murid

dipanggil Tuhan Yesus dan mengutus mereka berdua-dua. Ayat ini

menunjukkan bahwa Tuhan Yesus membuat lebih banyak murid untuk

melayani jiwa-jiwa. Peran murid bukan hanya untuk memuridkan tetapi

untuk melahirkan murid.


74

Lukas mengatakan bahwa Tuhan Yesus mengutus tujuh puluh

murid. Tuhan Yesus mengutus mereka berdua demi dua untuk

menuntunnya ke semua kota dan tempat yang ingin dia kunjungi. Dalam hal

ini, Tuhan Yesus mendelegasikan pelayanan kepada murid-murid-Nya.

Selama pendelegasian, Tuhan Yesus mengingatkan murid-murid-Nya

bahwa mereka diutus seperti domba di tengah serigala. (Luk. 10:1-3).

Tuhan Yesus juga memberikan instruksi tentang bagaimana mereka harus

melakukan tugas mereka (Lukas 10:4-7). Ayat tersebut mengatakan:

Jangan membawa kantong, keperluan, sepatu, atau menyapa siapa pun

saat bepergian. Saat memasuki sebuah rumah, pertama-tama ucapkan,

"salam atas rumah ini." Dan jika ada seorang laki-laki yang membutuhkan

kedamaian, salammu akan tetap padanya, tetapi jika tidak maka akan

kembali kepadamu. Tinggallah di rumah ini dan makan dan minumlah apa

yang diberikan orang kepadamu. Tinggalah tetep di rumah itu.

Yesus berani memberi perintah kepada para murid tanpa

memberi bekal, tetapi selalu di sertai oleh kuasa. Para murid pergi tanpa

membawa bekal jasmani, tetapi Yesus Kristus membekali mereka dengan

perlengkapan pengetahuan bagaimana melayani. Dalam ayat tersebut

paling tidak dapat dilihat bahwa Yesus Kristus membekali mereka dengan

strategi pelayanan.

Pendelegasian pelayanan memerlukan cara pikiran dan cara

pandang yang positif sehingga ada sikap percaya untuk melakukan

pendelegasian pelayanan. Pendelegasian pelayanan juga dilakukan secara


75

bertahap sesuai dengan kemampuan para murid. Yesus Kristus

mendelegasikan pelayanan kepada para murid dengan melihat

kemampuan para murid dan melakukan evaluasi sesudahnya.

Yesus menghabiskan banyak waktu dengan murid-muridnya,

mengidentifikasi diri dengan mereka, dan membangun dasar persahabatan

yang sama. Kami makan bersama, berjalan bersama, memancing bersama,

menangis bersama, dan berdoa bersama. Setelah Yesus kembali ke Surga,

bahkan jika mereka tidak mengingat semua yang Dia ajarkan, mereka

setidaknya mengingat kasih-Nya kepada mereka. Menariknya, Yesus hidup

di bumi selama 30 tahun sebelum memulai pelayanan publiknya. Anda

dapat membayangkan bahwa pada waktu itu, Yesus dengan hati-hati

meletakkan dasar untuk membangun hubungan. Yesus mengidentifikasi

dirinya dengan orang-orang. Itulah sebabnya dia memerintahkan kita untuk

mengikuti jejaknya.

D. Pertumbuhan gereja

Membahas pertumbuhan gereja dimulai dengan pemahaman

mengenai gereja. Kata bahasa Inggris "gereja" juga merupakan terjemahan

dari kata Yunani "ekklesia". Ini terdiri dari kata ``ek'' untuk ``keluar'' dan

``kaleo'' untuk ``panggilan''. Tokoh Herman Soekahar menjelskan cara

memotivasi anggota Gereja dalam melayani tertuang dalam buku yang

diterbitkannya memberikan pandangan bahwa latar belakang Ekklesia:

Ecclesia dalam kehidupan Yunani kuno berarti berkumpulnya orang-orang


76

yang dipanggil ke sebuah pertemuan54. Yang dipanggil terdiri dari penduduk

kota yang haknya sebagai warga negara. perkumpulan yang diadakan itu

biasanya untuk menyatakan perang, membuat perjanjian perdamaian,

mengadakan persekutuan dengan bangsa-bangsa lain, memilih jenderal

atau pejabat-pejabat militer yang baru. Pertemuan besar seperti itu

biasanya didahului dengan doa dan persembahan, diikuti dengan diskusi

demokratis. latar belakang Ibrani kata ecclesia yang digunakan dalam

Septuaginta sebenarnya adalah terjemahan dari kata Ibrani kahal, dari akar

kata yang berarti "mengundang, memanggil." Dalam Septuaginta, Ecclesia

biasanya dikaitkan dengan "pertemuan atau pertemuan" orang Israel

(Ulangan 18:16; Hakim-hakim 20:2; Bilangan 1:16).

Dalam pengertian Yunani, Ekklesia berarti umat Allah yang

dikumpulkan oleh Allah untuk mendengar atau melakukan sesuatu bagi-

Nya. Penggunaan kata ecclesia dalam Perjanjian Baru sebenarnya

menekankan pekerjaan Tuhan. Beberapa istilah yang digunakan adalah:

Kata Yunani ekklesia berarti gereja, yang merupakan perkumpulan atau

kelompok. Qahal (Ibrani) berarti perkumpulan, dan ekkaleo (kata kerja)

berarti dipanggil untuk membawa Injil. Dalam bukunya Serving Effectsly,

Ronald W. Leight menjelaskan arti sebenarnya dari gereja: Dalam

Perjanjian Baru, "gereja" selalu berarti seseorang. Kata Yunani ekklesia

(secara harfiah berarti "dipanggil") hampir identik dalam arti dan

penggunaan dengan kata "kelompok". Konteks di mana kata itu digunakan

54
Herman Soekahar, Bagaimana Memotivasi Jemaat Melayani, (Malang: Gandum Mas, 1987) 11.
77

dalam Perjanjian Baru biasanya membedakan kelompok ini dari yang lain

untuk menunjukkan hubungan yang positif dengan Yesus atau Allah.

Mungkin definisi terpendek dan paling sederhana dari gereja adalah

sekelompok orang yang diselamatkan55. Menurut G. W. Schweer, gereja

adalah sekelompok orang percaya yang dibaptis dan dipersatukan oleh

iman dan persekutuan dengan Kristus. Gereja mengikuti perintah-perintah

Kristus dan dihukum oleh hukum-hukum-Nya. Gereja menggunakan

karunia Allah dan gereja menggunakan kesempatan untuk memberitakan

Injil. Keberadaan gereja adalah untuk mendidik, mendorong, memuliakan,

memperlengkapi dan menginjili56. Persekutuan orang-orang yang ditebus

oleh Kristus dan dipersatukan dalam keluarga Allah. Gereja Perjanjian Baru

adalah komunitas yang ditebus atau komunitas spiritual. Gereja bukanlah

sebuah bangunan atau hierarki, tetapi sebuah ecclesia adalah kumpulan

orang yang dipanggil oleh Allah ke dalam komunitas jenis baru. Kristus

adalah kepala. Gereja memiliki orang-orang yang menjadi pemimpin, tetapi

kehidupan dan kepemimpinan sejatinya datang dari atas. Dari uraian

tersebut kita dapat melihat bahwa gereja sebagai gereja adalah sebuah

komunitas daripada sebuah bangunan.

Gereja yang sehat adalah gereja yang bertumbuh dengan baik.

Tanda yang sehat itu terlihat ketika berfungsi dengan baik: Pertama

mengabdi. Sebuah pengalaman spiritual ketika orang mengenali kehadiran

55
Ronald W. Leight, Melayani Dengan Efektif, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996) 185.
56
G. W. Schweer, Langkah-Langkah Menuju Kedewasaan Rohani, (Bandung: lembaga Literatur
Baptis, 2000) 51-52.
78

Roh Allah, mengenali kekudusan dan keagungan-Nya, dan berserah pada

tuntunan-Nya dalam ketaatan yang penuh kasih (Matius 6:10; Yohanes

4:23-24; Yohanes 4:23-24 ; Roma 15:6). Pengabdian bukan hanya tentang

ibadah sehari-hari tetapi tentang hubungan intim kita dengan Tuhan. Kedua

bersaksi: sampaikan apa yang Allah lakukan melalui Yesus Kristus untuk

keselamatan umat manusia (Matius 28:18-19; Kisah Para Rasul 1:8). Ketiga

bersekutu: Membangun hubungan dengan anggota lain. Mendorong dan

mengasihi satu sama lain sebagai anggota keluarga Allah (Kisah Para

Rasul 2:42-47; 1 Tesalonika 5:11; Ibrani 10:24-25) dan berpartisipasi dalam

perjanjian iman dan persekutuan Injil. Kristus mempraktikkan ajaran-ajaran-

Nya dan menjalankan karunia-karunia, hak-hak dan kesempatan-

kesempatan rohani-Nya. Mereka diberi kesempatan oleh kata-katanya

untuk menyebarkan pesan Injil ke ujung bumi. Keempat, memuridkan:

membawa orang kepada pengetahuan dan penerimaan iman dan

kehidupan Kristen, melatih anggota gereja untuk melakukan tugas dan

pelayanan mereka di gereja, dan menjadikan mereka pekerja Kristen yang

kaya (Matius 28:19)-20 ; Yohanes 8:32; Kisah Para Rasul 2:42; Kolose 2:7;

2 Timotius 2:2; 3:10). Pelayanan Kelima: Pelayanan berarti berjuang untuk

memenuhi kebutuhan manusia, baik secara rohani maupun jasmani (Matius

30:26-28; 25:42-46; Kisah Para Rasul 2:42-44; 6:7).

Gereja yang bertumbuh adalah gereja yang mengalami

pertumbuhan atau peningkatan baik kualitas maupun kuantitas.

Pertumbuhan gereja dapat diukur secara kualitatif dengan pertumbuhan


79

rohani para anggotanya. Secara kuantitatif, pertumbuhan gereja dapat

dilihat dari peningkatan jumlah anggota gereja. Gereja yang sehat dimulai

dengan pertumbuhan kualitatif yang mengarah pada pertumbuhan

kuantitatif. Gereja yang sehat adalah gereja yang bertumbuh. Mereka

menghasilkan murid yang lebih banyak dan lebih baik. Menurut Peter

Wagner, pertumbuhan gereja adalah tentang membawa orang-orang yang

tidak memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus ke dalam

persekutuan dengan Dia dan menjadikan mereka anggota gereja yang

bertanggung jawab. Dalam pernyataannya, Peter Wagner menekankan

bahwa pertumbuhan gereja mencakup penjangkauan dan pendewasaan

jiwa, pertumbuhan dan menjadi murid Kristus yang sejati57. Wagner

menjelaskan bahwa tanda-tanda gereja yang sehat dan bertumbuh adalah:

Tanda terpenting dari gereja yang sehat dan berkembang adalah seorang

pendeta yang menganut pola pikir inklusif dan menggunakan

kepemimpinan dinamis mereka untuk memengaruhi dan menumbuhkan

seluruh gereja. Kedua, membebaskan umat awam. Tanda penting kedua

adalah orang awam yang dipekerjakan dengan baik. Jemaat merekrut

anggota baru dengan tiga cara. Pertumbuhan gereja dapat dilakukan

secara biologis melalui migrasi anggota gereja atau pertobatan jiwa-jiwa

baru. Pertumbuhan biologis terjadi ketika anak-anak dalam keluarga Kristen

dibesarkan, dirawat oleh gereja, dipimpin oleh Kristus, dan siap menjadi

anggota gereja yang bertanggung jawab. pertumbuhan migrasi terjadi

57
C. Peter Wagner, Gereja saudara dapat bertumbuh, (Malang: Gandum Mas, 2000) 11
80

ketika seseorang yang telah menjadi anggota gereja meninggalkan

keanggotaannya di satu gereja dan pindah ke gereja lain. Pertumbuhan

melalui pertobatan jiwa yang baru adalah hasil dari pemberitaan Injil kepada

“mereka yang belum berada di dalam gereja” sehingga mereka dapat

dibawa kepada Kristus dan menjadi anggota gereja. Ketiga gereja

menawarkan berbagai layanan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan

para anggotanya. Keempat. Ini memiliki keseimbangan yang tepat dari

hubungan dinamis antara perayaan, komunitas dan kelompok kecil. Kelima

keanggotaan diambil terutama dari orang yang berpikiran sama tetapi

terbuka untuk semua. Keenam menjadikan murid menggunakan metode

penginjilan yang sudah terbukti.

Atur prioritas pelayanan menurut urutan alkitabiah: tanggung

jawab kepada Kristus (penginjilan), tanggung jawab kepada tubuh Kristus

(keterlibatan sosial), dan tanggung jawab terhadap pekerjaan Kristus di

dunia (pelayanan dan tindakan masyarakat). Rom Jenson dan Jim Stevens

berpendapat bahwa pertumbuhan gereja adalah peningkatan yang

seimbang dalam kualitas, kuantitas, dan kompleksitas organisasi gereja

lokal dan, seperti yang dikatakan McGavran, tujuan pertumbuhan gereja

adalah untuk menyebarkan Injil dan menambah jumlah gereja lokal58.

Dengan Pertumbuhan Gereja, penulis membawa mereka yang tidak

memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus ke dalam persekutuan

dengan-Nya, mengubah mereka menjadi anggota gereja yang bertanggung

58
Rom Jenson & Jim Stevens, Dinamika Pertumbuhan Gereja, (Malang; Gandum Mas, 2002) 8.
81

jawab yang harus menyeimbangkan pertumbuhan kualitatif dan kuantitatif

mereka. Setiap hari Tuhan menambah jumlah mereka yang diselamatkan”

(Kisah Para Rasul 2:47). Ayat-ayat ini dengan jelas menjelaskan bahwa

mereka yang diselamatkan memiliki sifat yang tidak terlihat dan bahwa

Tuhan menambah jumlah mereka setiap hari. Itu berarti pertumbuhan

gereja. Tuhan Yesus juga memerintahkan murid-murid-Nya: Ide

pertumbuhan gereja berasal dari kehendak Tuhan. Pertumbuhan gereja

sangat mendesak karena Tuhan tidak ingin manusia binasa tetapi ingin

semua orang diselamatkan dengan percaya bahwa Tuhan Yesus adalah

Juruselamat pribadi mereka dan memiliki hidup yang kekal (2 Petrus 3:9;

Yohanes 3:16).

Pertumbuhan gereja dapat dilihat dalam dua cara: kualitatif dan

kuantitatif. Kualitas mengacu pada perkembangan bertahap dengan Yesus

Kristus sebagai kepala kehidupan. Secara kuantitatif, berdasarkan Matius

16:18, "...Aku akan membangun gereja-Ku...". Dalam Matius 13:31-32,

surga disamakan dengan biji sesawi. Spesies ini adalah yang terkecil dari

yang lain, tetapi tumbuh menjadi pohon yang cabangnya memungkinkan

burung untuk bersarang. Kisah Para Rasul juga menyebutkan pertumbuhan

gereja mula-mula. Pada hari Pentakosta, setelah 120 orang berkumpul dan

berdoa bersama, mereka dipenuhi dengan Roh Kudus. Setelah itu, jumlah

mereka bertambah atau berlipat ganda (Kisah Para Rasul 2:41; 27; 4:4; 6:7;

8:12; 9:31, 35; 11:21; 21:20).


82

Agar gereja dapat tumbuh dengan sehat, ia harus mampu

mengatasi hambatan pertumbuhan. Ada beberapa hal yang dapat

dilakukan gereja untuk mengatasi hambatan tersebut. Pertama Doa. Doa

adalah hal terpenting yang harus dilakukan gereja untuk memecahkan

masalah yang tak terpecahkan. Karena Tuhan bekerja melalui doa untuk

menghilangkan semua masalah yang muncul di gereja. David Mays

menyarankan bahwa pendeta adalah pendoa. Seorang pendeta harus

melakukan itu. Karena pertumbuhan gereja tergantung pada apakah itu

berasal dari para pemimpin59. Doa memungkinkan pendeta untuk

memahami kehendak Tuhan. Doa juga merupakan senjata ampuh yang

membuka pintu tertutup bagi keberadaan Kristen. Kedua belajar Firman

Tuhan atau mengajarkan firman Tuhan. Gereja mula-mula diperintahkan

untuk mengikuti ajaran para rasul dengan setia setiap hari (Kisah Para

Rasul 2:42-46). Mereka mengabdikan diri hanya untuk mempelajari firman

Allah dari para pemimpin mereka, para rasul. Mereka pun bergiliran

mengadakan pertemuan di rumah masing-masing. Tentu saja, selain

memecahkan roti dan makan bersama, penjelasan firman Tuhan juga

sudah terdengar sebelumnya. Pelayanan Firman Tuhan tidak boleh

terhambat oleh "pelayanan meja". Para rasul segera meminta jemaat untuk

memilih tujuh orang yang penuh Roh Kudus dan hikmat untuk melayani di

meja. Para rasul percaya bahwa pekerjaan firman Allah di dalam gereja

59
David Mays, Bagaimana Menjalankan Tim Kepemimpinan Misi yang Efektif di Gereja Anda,
(Peachtree City: ACMC, 1996) 63-68
83

penting bagi pertumbuhan rohani gereja. Mereka mempelajari Firman

Tuhan tidak hanya secara teoritis, tetapi juga pada tingkat praktis atau

pengalaman. Mereka secara pengalaman mempelajari kebenaran firman

Tuhan tentang Tuhan Yang Mahakuasa melalui mukjizat dan tanda-tanda

supernatural yang terjadi di depan mata mereka. Dalam persekutuan gereja

yang hangat mereka mengenal kasih Allah. Mereka belajar banyak

kebenaran Firman Tuhan dari teladan kehidupan para rasul. Mereka

mempelajari kebenaran firman Tuhan tentang doa melalui pengalaman

melalui menjawab doa-doa dalam kehidupan gereja mereka. Pemimpin

jemaat harus dipenuhi Roh, benar-benar dipanggil Allah, dan setia pada

panggilannya. Tiga persekutuan. Gereja Kisah Para Rasul dicirikan oleh

"persekutuan". Mereka selalu bertemu untuk memecahkan roti dan berdoa.”

Komunitas berarti berbagi satu sama lain. Dalam persekutuan ini, umat

Allah pertama-tama saling memberi. Dalam sebuah persekutuan semua

memberi sampai tidak ada kekurangan. persekutuan mereka saling

menguatkan dan menghibur satu sama lain. Dalam persekutuan atau

kelompok umat bukan hanya sekedar berkumpul tetapi dalam kelompok

ibadah semua orang saling menasihati, menguatkan, menghibur, dan saling

mendoakan. Tugas memberitakan Injil dapat dilaksanakan secara

bertanggung jawab dalam persekutuan umat Allah. Persekutuan umat Allah

yang menyembah, berdoa, dan mengajarkan Firman-Nya membangun

integritas dalam kemuliaan-Nya. Berdoa tanpa henti.


84

Dalam Kisah Para Rasul 2:41-47 orang-orang percaya mula-mula

terus bersekutu dan berdoa tentang ajaran para rasul. Mereka hidup dalam

persatuan dan cinta, memecahkan roti bersama, berbagi semua yang

mereka miliki, dan saling membantu pada saat dibutuhkan. Orang-orang

yang tidak percaya menjadi percaya pun bertambah jumlahnya setiap hari.

Yang artinya bahwa Gereja akan terus mengarah pada peningkatan

kuantitatif. Tuhan menginginkan kita di kesempatan dalam bertumbuh.

Orang percaya tetap berdoa. Melalui doa bersama para rasul diberi

keberanian dan kekuatan untuk melakukan mujizat sehingga firman Tuhan

akan diberitakan meskipun dalam kesulitan. Kekuatan itu akan menjadi

lebih nyata ketika orang-orang menjadi percaya berdoa. Jemaat berdoa

untuk Petrus yang telah dipenjarakan dan dibebaskan oleh seorang

malaikat. Paulus dan Silas berdoa sampai gempa bumi membebaskan

mereka dari penjara agar mereka dapat terus memberitakan Injil. Melalui

doa Petrus dan Yohanes, orang Samaria menerima Roh Kudus.

Kisah Para Rasul menjelaskan bahwa dengan bertambahnya

jumlah orang percaya demikian pula jumlah murid Kristus. Kisah Para Rasul

11:26 "Mereka tinggal di bait Allah selama satu tahun dan mengajar banyak

orang. Di Antiokhia para murid pertama kali disebut orang Kristen. Sebagai

gereja, kita dipanggil tidak hanya untuk menjangkau tetapi juga untuk

mengikuti Kristus. Mereka harus menjadi murid. Tanggung jawab gereja

adalah mendidik orang menuju kedewasaan rohani. Ini adalah kehendak

Tuhan bagi semua orang percaya. Rasul Paulus menulis: Efesus 4:12b13).
85

Yesus ingin setiap orang percaya, setiap gereja Allah, untuk berpartisipasi

dalam penginjilan. Ini menjadi jelas ketika Yesus memanggil murid-murid-

Nya untuk pertama kalinya. Melalui amanat agung Yesus Kristus, sesaat

sebelum Ia naik ke surga, Yesus memanggil murid-murid-Nya untuk

"menjadikan Kristus semua bangsa murid-Nya" (Matius 28:19-20). "Para

murid akan menjadi saksi Kristus di Yerusalem, Yudea, Samaria, dan

sampai ke ujung bumi." Surat Petrus juga menyatakan bahwa orang-orang

percaya (gereja Allah) "dipanggil keluar dari kegelapan menuju terang

Kristus, untuk mewartakan kepada dunia 'pekerjaan-pekerjaan besar Allah'"

(1 Petrus 2:9). Ini berarti bahwa gereja adalah satu tubuh di bawah

kepemimpinan Kristus yang membagikan Injil ke seluruh dunia. Kita adalah

gereja yang secara pribadi dan memberikan kesaksian tentang Yesus

Kristus.

Keterlibatan kaum awam dan gereja dalam penginjilan

merupakan faktor dalam pertumbuhan. Untuk menemukan model

penginjilan yang efektif, kita dapat melihat pola pelayanan Yesus. Yesus

melayani orang-orang sesuai dengan kebutuhan mereka. “Setiap kali Yesus

bertemu seseorang, Ia mulai berbicara tentang penderitaan mereka,

kebutuhan mereka, minat mereka.” Dan metode ini juga diajarkan kepada

murid-murid-Nya. Bangkitkan orang mati. menembuhkan penderita kusta

dan mengusir roh jahat. Anda menerimanya dengan cuma-cuma, jadi

berikanlah dengan cuma-cuma (Matius 10:8). Penginjilan yang efektif

adalah penginjilan berdasarkan kebutuhan. Kami menanggapi Injil ketika


86

kami merasa perlu.” Demikian pula Paulus sebagai rasul dan pelayan

Tuhan yang tercatat dalam Kisah Para Rasul. Panggilan pengalaman

Paulus memberdayakannya untuk menyaksikan Injil baik kepada orang

Yahudi maupun non-Yahudi. Melalui Kristus pengampunan dosa

diberitakan kepada Anda. Dengan semangat dan keyakinan yang kuat,

serta tuntunan dan tuntunan Roh Kudus, Paulus memberitakan Injil Kristus

kepada individu, rakyat jelata, orang Yahudi, Yunani, dan semua bangsa

dalam hidupnya ketika dia bertemu Kristus. Tentang hubungan Tuhan

dengan Dia memberitakan Yesus Kristus di sinagoga mengatakan bahwa

Yesus Kristus adalah Anak Allah (Kisah Para Rasul 9:20). Karena

penginjilan atau khotbah Petrus tiga ribu warga yang bertobat (Kisah Para

Rasul:41). Demikian pula lima ribu warga bertobat setelah menyadari

Alkitab yang diberitakan Petrus di Serambi Salomo. Sejumlah pemimpin

warga Yahudi bertobat karena Firman Allah yang semakin tersebar (Kisah

Para Rasul 6:7). Karena khotbah Firman Allah oleh Filipus di Samaria,

banyak orang bertobat (Kisah Para Rasul 8:6).

Kisah Para Rasul 6 di mana secara jelas dinyatakan bahwa para

rasul tidak ingin mengabaikan firman Tuhan untuk melayani di meja. Ini

berarti, sebagai seorang pemimpin, kita harus memiliki persekutuan pribadi

dengan Tuhan sendiri untuk dapat direnungkan dan diajar oleh Roh Kudus.

Oleh karena itu memilih kaum awam (Kisah Para Rasul 6:2-5). Usulan ini

diterima dengan baik oleh seluruh jemaat, sehingga mereka memilih

Stefanus, yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhor, Nikanor,
87

Timon, Parmenas, dan Nikolas, orang Yahudi dari Antiokhia. Beberapa

karakteristik utama dari seorang hamba Tuhan adalah bahwa Tuhan dapat

menggunakan hidupnya untuk membawa pertumbuhan gerejanya: Dia

menerima panggilan Tuhan Yesus Kristus dan menerima kelemahan dan

kelemahannya.Tetap setia kepada Tuhan dalam segala keadaan. Dia akan

setia, seperti yang Petrus katakan, "Tuhan, kepada siapa kami akan pergi?"

(Yohanes 6:68). Ia adalah seorang hamba yang secara sukarela masuk ke

dalam pelayanan Kristus dan gereja-Nya tanpa ambisi, kekayaan materi,

atau keuntungan pribadi (Matius 26:57-62; 14:25-33). Karena ia adalah

seorang hamba yang mengalami persekutuan yang lebih dalam dengan

Tuhan, dia tidak hanya dapat membagikan kata-katanya, tetapi juga

menjelaskan prinsip-prinsip yang dia ajarkan dan Tuhan memancar darinya

(1 Petrus 2:9). Dia adalah hamba Allah, hidup dan berjalan oleh Roh Allah

(Galatia 5:25; Efesus 4:30). Dia adalah seorang hamba yang

mengutamakan kehidupan pribadi dan pelayanan (Matius 6:33). Kita

melihat tiga hal penting dalam kehidupan para rasul yang dengan jelas

menunjukkan hal ini. Seperti terlihat dalam Kisah Para Rasul 6:1-4, mereka

juga terlibat dalam pelayanan sosial dan fisik, tetapi mereka

memprioritaskan pelayanan rohani di atas segalanya. Mereka berbagi

kehidupan doa dan khotbah yang seimbang (Kisah 6:2, 4). Mereka

menempatkan pelayanan penginjilan di atas semua pelayanan lainnya

(Kisah Para Rasul 12:2,24). Dia adalah seorang hamba yang menerima dan

melaksanakan pelayanan sebagai sebuah tim (Kisah Para Rasul 3:1,4;


88

4:23-31). Berdoa bersama, bekerja bersama, menghasilkan uang bersama.

Dia adalah hamba yang pesan Injil keselamatannya menyala atas desakan

Tuhan, mengalir di pangkuan hamba Tuhan, yang tidak tahan lagi untuk

memberitakan Injil keselamatan (Kisah Para Rasul 14:19-20). Dia adalah

seorang hamba yang rela berkorban, rela menderita, dan rela

melakukannya, bahkan ketika dia mati untuk memberitakan Injil yang ada

di dalam Tuhan kita Yesus Kristus, yang mati dan bangkit kembali untuk

dunia ini (Filipi). 4: 4-9) ). Dia adalah hamba Tuhan, memberitakan firman

Tuhan, bukan dari dongeng atau pengalaman pribadi (1 Timotius 4:2a). Ini

berarti bahwa itu diucapkan oleh Firman Tuhan itu sendiri, bukan oleh

Isegesis, yang Itu adalah hasil pemikiran yang didukung oleh firman Tuhan.

Pertumbuhan gereja adalah kehendak Allah, rencana kekal-Nya,

dan misi Tuhan Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya. Gereja dipanggil

untuk memuliakan Allah dalam segala cara, untuk "mewartakan karya-

karya besar Allah" atau untuk memberikan segala jenis hikmat Allah kepada

semua bangsa. Dia ingin "tidak seorang pun binasa, tetapi semua orang

kembali dan bertobat" (2 Petrus 3:9).

E. Model pemuridan Yesus dalam pertumbuhan gereja

Pertumbuhan gereja melibatkan masalah membawa mereka

yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus ke dalam

persekutuan dengan-Nya dan menjadikan mereka anggota gereja yang

bertanggung jawab yang pertumbuhannya harus menyeimbangkan kualitas


89

dan kuantitas. Dr. Mc Gavran mengatakan "pertumbuhan gereja bukanlah

suatu hal yang tiba-tiba terjadi di suatu tempat. Juga bukanlah mencari

tenaga yang berbakat yang cocok untuk menuai dengan suka cita di suatu

ladang yang menguning. “Gembala sidang dari suatu gereja lokal harus

memikirkan pertumbuhan kedewasaan iman umat-Nya. Hal ini sejalan

dengan Amanat Agung Tuhan Yesus, agar mengajar mereka (Mat. 28:20).

Oleh karena itu gembala sidang harus berpikir ke arah ini dan berpikir

strategis untuk mengajar umat yang dipercayakan Tuhan” 60.

Injil tetap disampaikan kepada setiap orang namun, setiap orang

yang akan mendengar dan menerima Injil itu memiliki keberagaman dasar

baik ras, kebudayaan. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi penginjilan untuk

menjangkau mereka. Dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia ”, kata

strategi memiliki beberapa pengertian, yaitu: 1) Ilmu dan seni

menggunakan sumberdaya bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu

di perang dan damai. 2) Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk

menghadapi musuh di perang, dalam kondisi yang menguntungkan. 3)

Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai suatu

target atau sasaran khusus.61 Menurut Barclay M. Newman Jr. dalam

“Kamus Yunani-Indonesia”, ada dua kata Yunani yang menjadi akar

kata strategi, yaitu “strategos”dan “stratopedarkes” atau

60
Gulo, “Strategi Pelayanan Gembala Sidang Dalam Pembinaan Warga Gereja Bagi Kedewasaan
Rohani Jemaat.”17-28
61
Peter & Yenny Salim, Kamus bahasa Indonesia kontemporer, (Jakarta: Modern English
Press.1991) 1463.
90

“stratopedarkos”.62 Strategos artinya hakim kepala (pejabat tertinggi sipil

di Filipi). Makna dari kata tersebut adalah bahwa hakim kepala

menunjuk suatu jabatan penting dalam pengadilan dimana hakim kepala

memiliki kuasa dan wewenang untuk mengambil keputusan penting

dalam memutuskan perkara. Sedangkan stratopedarkes atau

stratopedarkos artinya adalah perwira, komandan perkemahan

tentara. Makna dari kata ini adalah bahwa dalam kemiliteran seorang

perwira atau komandan merupakan seorang yang memiliki jabatan

penting dengan keahlian maupun taktik untuk mencapai sasaran dalam

satu peperangan yaitu kemenangan. Jadi, dua pengertian kata Yunani

tersebut dapat disimpulkan bahwa hakim kepala adalah suatu jabatan

yang ditunjang oleh keahlian taktik dan siasat untuk memenangkan

dan memutuskan suatu perkara di pengadilan, sedangkan perwira atau

komandan adalah orang yang memiliki jabatan dalam kemiliteran yang

di dukung oleh keahlian, taktik, dan siasat untuk memenangkan suatu

peperangan. Menurut C. Peter Wagner dalam bukunya “Strategi

Perkembangan Gereja”, yang dimaksud dengan strategi merupakan hal

yang digunakan dalam mewujudkan tercapainya tujuan yang akan dicapai

dengan berbagai perencanaan sebelumnya. 63. Dengan demikian istilah

strategi ini antara lain menunjuk pada upaya pencapaian tujuan secara

efektif dan efisien. Penulis mengambil suatu pengertian untuk strategi

62
Barclay M. Newman Jr., Kamus Yunani-Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001) “strategi”.
63
C. Peter Wagner, Strategi Perkembangan Gereja (Malang: Gandum Mas, 1996) 14.
91

dalam hal ini adalah langkah-langkah rencana yang cermat mengenai

kegiatan yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan atau sasaran.

Pertumbuhan gereja adalah segala sesuatu yang mencakup soal

membawa orang orang yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan Yesus

Kristus ke dalam persekutuan dengan Dia dan membawa mereka menjadi

anggota gereja yang bertanggung jawab dimana pertumbuhan kualitas dan

kuantitas harus seimbang. Dr. Mc Gavran mengatakan "pertumbuhan

gereja bukanlah suatu hal yang tiba-tiba terjadi di suatu tempat. Juga

bukanlah mencari tenaga yang berbakat yang cocok untuk menuai dengan

suka cita di suatu ladang yang menguning. Pertumbuhan gereja adalah

suatu hal yang dilakukan dengan segenap hati oleh sekelompok jemaat” 64.

Dapat disimpulkan bahwa strategi pertumbuhan gereja adalah langkah-

langkah atau perencanaan yang ditetapkan sehingga tepat sasaran dan

tujuan pertumbuhan Gereja dapat mencapai.

Pengertian model menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah“

adalah pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat

atau dihasilkan65. Model pemuridan adalah gambaran atau cara kerja pemuridan

yang dilakukan. Model pemuridan Tuhan Yesus merupakan sebuah proses

pendewasaan jemaat gereja supaya dalam kehidupan umat Allah menjadi

kehidupan yang menuju kepada kesempurnaan, dengan demikian gereja atau

64
Joel Comiskey Prinsip G 12 (Jakarta: Metanoia, 2002) 100
65
Kamus Besar Bahasa Indonesia, “model ”
92

umat menjadi milik Allah semakin bertumbuh. Karena seluruh umat manusia

mendapat karya penyelamatan Allah bagi yang menerima karya-Nya tersebut dan

akhirnya mengambil bagian dalam keselamatan yang besar bagi dunia. (Kis.13:2,

17:18; Mat.4:18-22; 2 Tim.1:7-9, 2:3).

Umat percaya datang ke gereja harus melalui proses pembinaan

agar mengalami hidup baru untuk mempersiapkan diri memasuki hidup

kekal. Jadi jelas tujuan utamanya adalah untuk membawa semua manusia

menuju kedewasaan iman di dalam Tuhan Yesus Kristus. Bila diperhatikan

dengan baik bahwa sebuah bangunan yang tinggi itu bisa berdiri kokoh

karena dasar atau pondasi bangunan tersebut yang kuat. Kekristenan juga

demikian, bila ingin kuat bertambah dewasa keimanannya bahkan hidupnya

bisa menjadi berkat dan kesaksian, ini semua diperlukan dasar yang kuat

yaitu Kristus

Dengan demikian penulis mendapatkan pengertian bahwa Model

pemuridan Yesus dalam pertumbuhan gereja merupakan gambaran atau

pola kerja yang dilakukan Tuhan Yesus dalam memuridkan yang ditetapkan

sebagai strategi sehingga tepat sasaran dan tujuan pertumbuhan Gereja

dapat mencapai.

F. Indikator kualitas iman dewasa seorang murid

Kualitas iman dewasa seorang murid memang tidak bisa diukur atau

dihitung lewat angka matematika. Peneliti meyakini bahwa hasil dari

pemuridan yang dilakukan oleh gereja ini akan berproses dalam setiap
93

jemaat. Pembaharuan akan terus terjadi dalam setiap pribadi anak-anak

Tuhan, lewat banyak hal. Seperti hidup dalam ketaatan, berpengharapan

kuat di dalam Tuhan, memegang setiap janji-janji firman Tuhan, ketekunan

orang-orang kudus, setia dalam pembacaan Alkitab, rajin berdoa, dan lain-

lain.

Peneliti membagi dalam dua indikator yang bisa menjadi acuan

bahwa jemaat itu berproses kedewasaan imannya sehingga hidup akan

menjadi berkat yaitu :

Ekternal

Kerohanian jemaat yang bertumbuh melewati sebuah proses,

karena hidup adalah sebuah proses. Yang bisa terlihat adalah dengan

setianya jemaat beribadah di setiap hari Minggu, ada ibadah tengah

Minggu, ibadah lainnya seperti ibadah rumah tangga. Pemuridan

merupakan proses melatih orang percaya untuk percaya kepada Kristus.

Pada akhirnya, tujuan akhir dari orang yang dewasa di dalam Kristus adalah

untuk memperkenalkan Kristus kepada orang lain.

Internal

Umat Tuhan yang hidup di dalam ketaatan dan ketekunan tersebut

juga mengalami apa yang disebut pembaharuan dalam hidupnya. Sifat-sifat

lamanya akhirnya dengan proses waktu berjalan pasti akan ditinggalkan.

Pemuridan mendukung kehidupan orang percaya saat mereka terus


94

bertumbuh di dalam Yesus. Seorang murid yang dimuridkan harus dapat

bertumbuh dalam segala lingkungan yang ada ataupun waktu yang sedang

berjalan. Seorang murid yang dimuridkan dengan baik dan benar akan

dapat memberikan dampak yang signifikan bagi lingkungan sekitarnya.

Peneliti meyakini bila umat Tuhan atau jemaat hidup di dalam Kristus maka

hidupnya akan berbuah sehingga secara alamiah gereja akan bertumbuh.


BAB III

AREA PENELITIAN

A. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di GMI Jemaat Imanuel Denpasar dan fokus

penelitian menyoroti bidang pemuridan yang dilakukan oleh GMI Jemaat

Imanuel Denpasar . Dibagian ini peneliti akan membahas sekitar area

penelitian yaitu Selayang pandang GMI jemaat Imanuel Denpasar, Statistik

jemaat, Struktur Organisasi GMI jemaat Imanuel Denpasar, Peran dan

tugas pemimpin jemaat, Peran dan tugas majelis jemaat, Konsentrasi

pelayanan, Ciri dari GMI jemaat Imanuel Denpasar, Kegiatan di GMI jemaat

Imanuel Denpasar, Sarpras (Sarana dan prasarana), dan Problematika

pemuridan di GMI jemaat Imanuel Denpasar

B. Selayang pandang GMI Jemaat Imanuel Denpasar

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilaksanakan di Gereja

Methodist Indonesia Jemaat Imanuel Denpasar (selanjutnya disebut GMI

Jemaat Imanuel Denpasar) kecamatan Denpasar Barat, kotamadya

Denpasar provinsi Bali.

Sejarah gereja Methodist tidak terlepas dari seorang tokoh yang

bernama John Wesley. John Wesley lahir di Epworth, Inggris, pada tanggal

28 Juni 1703. Ia merupakan anak ke lima belas dari sembilan belas

bersaudara. Ayahnya adalah seorang pendeta dari gereja Anglikan

bernama Samuel Wesley, dan ibunya, Susanna Annesley, merupakan putri

95
96

dari seorang pendeta. Pada tahun 1714, John masuk ke sekolah

Chartehouse di London. Ia belajar di sekolah tersebut hingga tahun 1720

kemudian pindah ke universitas Oxford. Pada tahun 1724, ia mendapat

gelar sarjana muda dan menerima jabatan diaken pada tahun 1725.

Selanjutnya pada tahun 1726, ia menjadi asisten dosen di Lincoln College,

Oxford sambil menyelesaikan gelar sarjananya. Pada tahun 1727, ia

berhasil mendapat gelar sarjana kemudian diangkat menjadi imam

pembantu ayahnya di Epworth. Pada tahun 1735, John mendapatkan

undangan dari Georgia, Amerika Serikat. untuk melayani Tuhan di koloni

baru bersama dengan saudara laki-lakinya, Charles Wesley. Kedua

bersaudara itu berangkat dengan idealisme yang menggebu. Di Georgia,

John mendapati bahwa kehidupan orang-orang Amerika begitu buas. Di

samping itu, penghuni di koloni tersebut membenci cara hidupnya yang

sangat rohani. John tidak berhasil melakukan penginjilan di Georgia. John

mendarat di Inggris pada tanggal 1 Februari 1738 dalam keadaan terpukul

dan tidak yakin akan imannya sendiri dan masa depannya. Adanya gerakan

kebangunan rohani di Jalan Aldersgate yaitu London pada tanggal 24 Mei

1738. John Wesley meraskan iman yang hangat ketika seseorang

membacakan pendahuluan tafsiran surat Roma yang di tulis Luther “I Felt

my hart strangly warmed”. 66 Dengan kejadian atau peristiwa tersebut, maka

mengingat Paulus yang sadar bahwa dengan percaya kepada Yesus,

bukan dengan aturan baku agama atau pun pembenahan diri. Maka setiap

66
-------Permulaan Gerakan Methodist ( Bandar Baru: STT GMI . 2001) hlm 13
97

orang mendapatkan kehidupan damai. Dan ini yang menjadi kesaksian bagi

orang disekelilingnya khususnya saudaranya pada wkatu Charles Wesley

dan akhirnya tersebar di wilayah kepulauan Inggris. Dalam pengabaran ijil

tersebut, dalam kehidupan Metodist memegang dua unsur hingga saat ini

masih berlaku yaitu sebagai berikut.

A. Pertama: Menyampaikan firman tanpa memandang status

apapun, yaitu jemaat yang tidak memiliki bahkan yang tidak memiliki

ketetapan tempat dalam beribadah baik dari Gereja dan rohaniawan

waktu itu

B. Kedua: Tetap memiliki perhatian khusus kepada mereka yang

sudah percaya Yesus, membuat sekumpulan orang dan

menentukan pemimpin disetiap kelompok, dan membuka diri

terhadap orang yang mau melayani dan menyampaikan firman

kepada semua orang.

Firman tetap disampaikan dimana pun berada, dan menjadi pekabar

injil yang antusias. Tokoh John Wesley juga mengkondisiikan dan

memberikan tempat bagi mereka yang melayani, mengajari, serta

mengawas. Dalam waktu secara periodic akan dilakukan suatu pertemuan

atau rapat. Dengan menggabungkan beberapa kegiatan menjadi satu

kesatuan yaitu pendidiikan, oragnisasi dan evangelisasi. Dan akhirnya

tersebar ke Irlandia bahkan ke Amerika yang pada awal hanya membentuk

sekelompok kecil dalam mempelajari firman secara mendalam, dan bahkan

secara administrasi pelayan firman pekabar-pekabar injil tidak ditahbiskan


98

secara kependetaan namun mereka anggota tetap satu kesatuan dan tetap

menerima sakramen dari Gereja Aglikan.

Gereja Aglikan tergolong masih dalam jumlah kecil di masa tersebut,

dan memiliki jarak yang cukup panjang dan jauh. Ketika Amerika merdeka

gereja juga terpisah dari Inggris , maka muncullah Gereja Metodist yang

otonom di Amerika. Maka ditahbiskan pengkotbah melalui John Wesley

memohon kepada Bishop Gereja Anglikan dan mengirimkannya ke

Amerika. Kemudian dengan adanya penahbisan maka gereja semakin

berkembang dan muncul pengorganisasian untuk hal tersebut lebih komplit.

Gereja Metodist semakin berkembang dan tetap memiliki visi dalam

menyelamatkan banyak jiwa dan memanggil jiwa yang terhilang dan tentu

memperbaharui setiap umat, jemaat dengan kebenaran firman yang

dipraktekkan dalam kehidupan kesehariannya umat.

Wesley mulai mengerti bahwa iman bukan hanya sekadar sebuah

doktrin, melainkan suatu pengalaman memperoleh pengampunan dari

Allah. Ia belajar banyak, terutama akan hal pembenaran oleh iman dan

sistem kelompok kecil dalam gereja untuk membangun pertumbuhan

rohani. John mulai menyadari bahwa ia dipanggil untuk memberitakan Injil

kepada seluruh bangsa Inggris. Tetapi yang menjadi keraguannya ialah

karena sebelumnya ia tidak pernah membayangkan bahwa ia harus

berkhotbah di tempat terbuka. Mengenai hal itu ia menulis, "Karena

sepanjang hidup saya begitu keras kepala menghubungkan segala sesuatu

dengan kesopanan dan aturan, saya hampir-hampir berpikir bahwa


99

menyelamatkan jiwa seseorang di luar gereja merupakan suatu dosa."

Sejak itu ia rajin mengadakan kebangunan rohani di mana-mana.

Sepanjang sisa hidupnya ia berkhotbah kepada lebih dari 3.000 orang di

tempat terbuka dan pertobatan selalu terjadi. Kebangunan rohani telah

dimulai. Wesley memberitakan kabar Injil kepada orang miskin di mana pun

orang mau menerimanya. Ia menulis, "Saya memandang seluruh dunia

sebagai jemaat; beban saya ialah memberitakan kabar kesukaan dan

keselamatan kepada setiap orang yang mau mendengarkannya."

Ia berkhotbah di penjara, di pemondokan kecil, dan di atas kapal. Di

sebuah amfiteater di Cornwall ia berkhotbah kepada 30.000 orang. Ketika

ia tidak diizinkan masuk dan berkhotbah dalam gereja Epsworth, ia

berkhotbah kepada ratusan orang di halaman gereja sambil berdiri di atas

makam ayahnya.

Dalam catatan hariannya tertanggal 28 Juni 1774, Wesley

mengklaim bahwa sedikitnya ia telah mengadakan perjalanan sejauh 7.250

km setahun. Itu berarti sepanjang hidupnya ia telah mengadakan perjalanan

sejauh 400.000 km, atau 10 kali keliling dunia. Sebagian besar

perjalanannya dilakukan dengan naik kuda.Dalam perjalanannya di

sekeliling Inggris, ia berhasil memikat banyak orang, khususnya kaum

buruh, untuk percaya kepada Injil. Wesley meninggal di London pada

tanggal 2 Maret 1791. Usianya mendekati 88 tahun dan meninggalkan

79.000 pengikut di Inggris dan 40.000 di Amerika Utara. Setelah

kematiannya, golongan Metodis di Inggris memisahkan diri dari gereja


100

Anglikan. Pengaruh Wesley dan kebangunan rohani yang diadakannya

berdampak luas. Wesley telah membawa pembaruan dalam kehidupan

beragama di Inggris dan koloni-koloninya.

1) Berbagai methode

Jhon Wesley dalam gerakannya mengunakan berbagai methode

sehinga gerakan yang banyak mengunakan methode ini di kenal dengan

gerakan Methodist. Satu langkah penting dalam pengembangan karya

pelayanan Wesley adalah melakukan perjalanan keliling dan berkhotbah di

tempat terbuka, sama seperti yang dilakukan Whitefield. Berbeda dengan

Whitefield yang berhaluan Calvinisme, Wesley merangkul doktrin-

doktrin Arminian yang mendominasi Gereja Inggris kala itu. Wesley

menempuh perjalanan menyusuri Britania Raya dan Irlandia, membantu

pembentukan dan pengorganisasian kelompok-kelompok Kristen kecil yang

mengembangkan akuntabilitas personal dan intensif, pemuridan, juga

pengajaran religi. Langkahnya yang dianggap paling penting adalah

penunjukan para penginjil keliling yang tidak ditahbiskan untuk melakukan

perjalanan keliling dan berkhotbah sebagaimana yang ia lakukan serta

untuk membantu perkembangan kelompok-kelompok tersebut. Di bawah

arahan Wesley, kaum Metodist menjadi para pemuka dalam banyak isu

sosial masa itu, seperti reformasi penjara dan penghapusan perbudakan.

Dalam karya pelayanan awalnya, Wesley dilarang berkhotbah di banyak

paroki dalam Gereja Inggris dan kaum Metodist mengalami penganiayaan;

ia menjadi figur yang sangat dihormati, dan pada akhir hidupnya ia telah
101

dideskripsikan sebagai "orang yang paling dicintai di Inggris". Pada 2002,

ia ditempatkan pada nomor 50 dalam 100 Greatest Britons, berdasarkan

suatu jajak pendapat yang dilangsungkan BBC67

2) Menjadi saleh secara sosial

John Wesley hidup di tengah-tengah masyarakat Inggris yang

sedang terbagi dalam kelas-kelas sosial, yaitu kelas bangsawan, kelas

menengah dan kelas bawah. Pada saat itu juga, terjadi kesenjangan sosial

antara kelas bawah dan kelas mengengah ke atas. Kesenjangan sosial ini

dipengaruhi oleh sistem ekonomi industri hasil dari Revolusi Industri.

Wesley melihat ketimpangan antara si kaya dan si miskin. Sekelompok

orang yang berkuasa terus memperkaya diri mereka, sementara itu

sebagian besar rakyat kelas bawah menderita kelaparan dan terjangkit

penyakit. Melihat situasi ini Jhon Wesley tergerak untuk dapat melayani

yang tidak terlayani. Gerakan Methodist ini pada hakekatnya adalah

kebangunan rohani dengan penekanan pada pengalaman keagamaan

pribadi. Implikasi pertobatan terhadap perubahan sosial menjadi perhatian

serius, karena tujuan gerakan Methodist ini adalah pembaharuan bangsa

selain menyebarkan kesalehan Alkitab keseluruh negri. Hasil nyata dalam

transformasi sosial di Inggris karena orang-orang Methodist mempraktekan


68
kesucian dan kesalehan hidup mereka. Jhon Wesley mengartikan

keselamatan bukan sekedar pembebasan dosa, tetapi kepada pemulihan

67
sumber Internet. https://id.wikipedia.org/wiki/John_Wesley
68
Pdt Sih Budidoyo, M. Div., M. Th. Kesalehan Sosial, (Yogyakarta: Kanisius. 2015) hlm 26
102

“Imago Dei” penemuan kembali hakikat Ilahi, pembaharuan jiwa manusia

menurut gambar Allah didalam keluhuran, kesucian, kebenaran dan

keadilan. Dampak paling menonjol dari gerakan Methodist adalah hal-hal

berikut.

1. The Great Awaking (kebangkitan Gereja). Banyak orang di Inggris

dan Amerika yang beragama Kristen tetapi tidak menjalankan hidup

secara kristiani kembali rajin mengikuti ajaran agamanya, baik yang

berasal dari Gereja Methodist maupun Gereja-gereja lain

2. The Abolitionist Movement (gerakan penghapusan perbudakan).

Gerakan ini, yang dipelopori oleh Michael Wilberforce di Inggris dan

Gereja-gereja di Amerika, akhirnya berhasil melarang perbudakan.

Pada umumnya orang-orang kaya memiliki budak dan para budak ini

dipekerjakan untuk mendapatkan harta kekayaan bagi tuannya.

Wesley sangat menentang perbudakan karena menurutnya

perbudakan merupakan penghinaan terhadap Allah yang

menciptakan manusia amat baik adanya. Wesley berpendapat, lebih

baik kemiskinan yang jujur daripada kekayaan yang didapat melalui

tangisan keringat, dan darah sesama manusia. Wesley berusaha

keras agar para budak diperhatikan dan dihargai haknya dan agar

tidak dipekerjakan dengan kasar dan keras.

3. Normalization of the tax system (sistem pajak diatur kembali,

dibiasakan, dan ditegaskan). Pada zaman Wesley, secara umum


103

pajak tidak dihormati dan sering dilanggar. Wesley mendukung

reformasi pajak supaya dananya digunakan untuk kebaikan sosial.

4. Social Security System (kepedulian sosial, khususnya terhadap

orang miskin dan pengangguran). Kesenjangan sosial ekonomi

sangat parah pada zaman revolusi industri. Hal inilah yang

mendorong baik Inggris maupun Amerika membangun sistem sosial

masyarakat yang mencoba menolong korban kapitalisme, seperti

sistem unemployment benefits, social safety net, dan welfare

mewujudkan kepedulian sosial Methodist. Wesley menyamakan

dirinya dengan kehidupan orang miskin. Dia rela mengumpulkan

dana untuk bantuan sosial dan berjalan di atas salju guna

memberikan bantuan, menyelimuti orang-orang yang sangat

membutuhkan la juga mendirikan sekolah untuk orang miskin yang

melayani selama sebelas jam dalam satu hari. la juga mengadakan

klinik dan apotek untuk memenuhi kebutuhan kesehatan bagi orang

miskin dan menyediakan kamar bagi janda-janda miskin, yatim piatu,

dan tuna netra, mendorong dan mengembangkan industri ke- rajinan

tangan, industri rakyat, dan koperasi. Menurut Wesley, kemiskinan

adalah akibat penyalahgunaan sumber-sumber masyarakat.

Pemborosan dalam pembelanjaan uang, baik yang dilakukan oleh

masyarakat maupun pemerintah maka hal itu akan mengakibatkan

kemiskinan yang berlarut-larut.


104

5. Christian Temperance Movement (gerakan antiminuman

beralkohol). Gerakan ini berhasil mengurangi kema- bukan,

khususnya dalam golongan orang miskin. Di Amerika selama

beberapa tahun, minuman beralkohol dilarang secara hukum.

Namun larangan itu akhirnya dicabut karena hukum tidak berhasil

mencegah kemabukan, melainkan secara tidak langsung

mendukung jaringan penjahat yang menjadi kaya dengan menjual

minuman keras yang dilarang. John Wesley sangat menentang

perdagangan minuman keras karena minuman keras yang diminum

tanpa aturan sama artinya dengan merusak gandum yang dapat

diberikan kepada orang- orang miskin. Selain itu, minuman keras

juga dapat merusak pikiran dan tubuh manusia. Dengan demikian,

minuman keras dapat membawa manusia kepada hidup dalam dosa

dan menentang Allah.

6. Sabbath Laws (hukum-hukum yang melarang bisnis, olahraga,

dan hiburan pada hari Minggu). Sampai sekarang, hukum-hukum

seperti itu masih berlaku di negara-negara tertentu di Barat. Namun

sekarang, sudah banyak yang dihapus atau tidak dipedulikan karena

sekularisasi dan kepentingan lainnya.

7. Jail Service (pelayanan di penjara). Panggilan pelayanan John

Wesley terhadap para narapidana dilatarbelakangi pengalaman

hidup dan pelayanannya. Suatu kali, John Wesley berkhotbah dan

mendoakan Clifford, narapidana yang dijatuhi hukuman mati.


105

Dengan nas khotbah Ibrani 9:27 "Manusia ditetapkan untuk mati

hanya satu kali saja dan sesudah itu dihakimi" dan Mazmur 38:4

"Karena tidak ada yang selamat dari tulang-tulangmu karena dosa-

dosanya. Kemudian John Wesley berdoa agar Allah mengasihi

Clifford, memberi pengampunan, dan menyelamatkannya. Selesai

berdoa John Wesley sangat tersentak karena melihat Clifford berdiri

dengan muka berseri-seri dan berteriak, "Aku sudah siap mati karena

aku tahu Kristus mengampuni dan mengasihi diriku! John Wesley

terharu ketika melihat Clifford masuk ke ruang eksekusi dengan

sangat tenang dan damai. Karena Clifford percaya Yesus Kristus

menanti untuk menerima dia. Selain itu, Wesley juga melihat para

narapidana di penjara di Bristol tidur dengan beralaskan jerami,

dalam ruangan sempit dan kotor. Melihat kondisi penjara seperti itu,

Wesley berusaha mengumpulkan uang untuk membeli pakaian dan

selimut untuk diberikan kepada para narapidana.

Jhon Wesley mempunyai pendirian yang jelas terhadap kesatuan

iman dan perbuatan. Karakter teologi Wesley yang tidak berubah pastilah

komitmen etika kekudusan hidup yang membawa, mengakibatkan,

menimbulkan tanggung jawab moral. John Wesley mewujudkannya dalam

pemuridan. Dalam suratnya kepada Alexander Mather tahun 1777 dia

menulis, "Berikan kepadaku seratus orang pengkhotbah yang tidak takut

apa-apa, kecuali takut untuk berbuat dosa yang tidak ada kerinduannya

yang lain selain Allah. Aku tidak peduli apakah mereka itu pendeta atau
106

kaum awam. Karena orang-oang yang demikianlah yang akan

menggetarkan pintu neraka dan mencapai dunia serta membangun


69.
kerajaan Allah di tengah-tengah dunia ini." Gerakan Methodist dapat

menyentuh dan mempengaruhi kalangan akar rumput, dan berhasil

menyelamatkan Inggris dari banjir darah sehingga revolusi terjadi, tetapi

bukan revolusi berdarah seperti di Prancis, melainkan revolusi tingkah laku

dan moral yang baik.

3) Menjadi Gereja Methodist Indonesia

Kendatipun gerakan Methodist lahir di negeri Inggris namun gerakan

ini berkembang pesat di Amerika Utara. Mulai 1760 orang-orang Methodist

dari Irlandia dan Skotlandia ikut bermigrasi ke Amerika. Mereka inilah

perintis persekutuan Methodist di sana. Perlu dicatat bahwa kelahiran

Methodist mula-mula di Amerika Utara dirintis secara spontan oleh kaum

awam - bukan oleh pendeta, apalagi misionaris. yakni para pengkhotbah

awam Methodist yang ikut bermigrasi. Ada tiga orang tokoh yang dianggap

menjadi pelopor permulaan Methodist di Amerika Pertama, Robert

Strawbridge, seorang pengkhotbah awam yang berasal dari Irlandia yang

datang ke Amcrika kira-kira tahun 1760, dan berdomisili di Maryland

sebagai petani. Mula-mula sebuah kelas (kelompok kecil) tcrdini dari tujuh

orang anggota diorganisasi untuk mengadakan pertemuan di rumahnya

sendiri. Strawbridge juga berkhotbah di rumah John Maynard dan

69
Ibid. hlm 33
107

membaptis Henry Maynard (anak John) pada tahun 1762. Tak lama setelah

terbentuknya kelas di rumahnya, Strawbridge membuka kelas yang kedua

di rumah Andrew Paulson. Kemudian kclompok kedua kelas ini dijadikan

persekutuan (sociery). Pada tahun 1764 sebuah kapel didirikan di

Maryland, dan kapel inilah yang dianggap sebagai gedung Gercja Mcthodist

pertama Amerika. Tanggal 24 Desember 1784 – 1 Januari 1785 bertempat

di Baltimore, Maryland diadakan konfrensi pengkhotbah Methodist seluruh

Amerika yang dipimpin Thomas Coke Dari 81 orang pengkhotbah Methodist

di Amerika, 61 orang hadir dalam Konferensi itu. Konferensi yang lazim

disebut Christmas Conference ini (karcna berlangsung pada suasana Natal)

mengambil sejumlah keputusan penting yang mendasari Gereja Methodist

di Amerika antara lain: menetapkan lahirnya Gereja Methodist yang mandiri

di Amerika dengan nama The Methodist Episcopal Church (MEC) 70

Wawasan misi yang di wariskan John Wesley menjadi semangat

gerakan Methodist. Pada tahun 1897, Badan Misi Methodist Amerika

mengutus Rev. John Russel Denyes ke Singapura, menjadi guru di Anglo-

Chinese School sekaligus menjadi misionaris bagi masyarakat Tionghoa

berbahasa Melayu yang biasa disebut "Cina-Baba". Posisinya sebagai guru

memungkinkan dia untuk bertemu dengan banyak orang yang ingin belajar

di Anglo-Chines School Singapura. Murid-murid Tionghoa dari P. Jawa

memiliki kerinduan yang amat besar, supaya Misi Methodist membuka misi

70
Pdt. Dr. Richard M.Daulay, Kekeristenan dan kesukubangsaan (Yogyakarta: Taman Pustaka
Kristen. 1996) hlm 71
108

di Jawa dengan mendirikan sekolah yang setaraf dengan sekolah di

Singapura sehingga meraka tidak perlu lagi bersekolah di Singapura Ibarat

pepatah pucuk dicinta ulam tiba", Rev. Denys memberikan tanggapan yang

serius. Sebab Denys punya kerinduan untuk memberitakan Injil

keselamatan kepada orang-orang di Bumi Nusantara. Maka pada tanggal

12 Maret 1905, Rev. John Russel berrsama dengan Rev. BF. West,

Pimpinan Distrik Singapura, berlayar menuju Batavia. Tanggal 14 Maret

1905, keduanya menginjakkan kaki di Batavia (sekarang dikenal sebagai

Kota Jakarta). Selama seminggu mereka melakukan perjalanan orientasi

ke tempat-tempat kegiatan Pekabaran Injil, seperti Surabaya, Mojowarno,

Semarang, dan Yogyakarta. Sebagai kesimpulan, mereka memutuskan

untuk menjadikan Batavia sebagai pusat misi Methodist, tempat yang

strategis dengan sasaran utama masyarakat keturunan Tionghoa.

Alasannya, Batavia merupakan pusat pemerintahan Hindia Belanda serta

secara geografis tidak terlalu jauh dari Singapura.

Surat Izin Misi Methodist dikeluarkan pemerintahan Hindia Belanda

pada Agustus 1905. Sejak itu Rev. Denys mulai mengorganisir dan

membentuk jemaat baru di Bogor. Maka pada tanggal 5 November 1905

jemaat dihimpunkan dengan 7 anggota, terdiri satu anggota penuh dan

enam anggota percobaan. Selain melayani jemaat baru, Rev Denys juga

diminta melayani jemaat berbahasa Inggris di Batavia secara sukarela.

Setiap Minggu pagi Rev Denys harus pergi ke Batavia dengan kereta api.

Pada tanggal 12 November 1905, Rev. Denys mengambil alih sebuah


109

jemaat di Karet, di pinggir Kota Batavia, hasil penginjilan Balok Arpasad.

Melalui penginjilan Arpasad, lahirlah pos-pos pekabaran Injil, seperti di

Jakarta Pusat bahkan jawa yang pada umumnya terdiri dari warga

keturunan Tionghoa dengan kebaktian berbahasa Melayu. Selain itu ada

beberapa orang Ambon Kristen yang bergabung. Khusus di Tanah Abang,

anggota jemaat yang terdiri dari orang Tionghoa Hokkian yang tidak bisa

berbahasa Melayu. Maka untuk melayani dan menginjili mereka, Rev.

Denys menempatkan Choo Chiang Bie, yang tiba di P. Jawa pada Mei 1906

Pada akhir tahun 1906, Rev. Denys melakukan terobosan baru, yaitu

membuka pelayanan untuk penduduk pribumí. Jemaat- jemaat baru pun

muncul dan bergabung ke dalam Misi Methodist, salah satu di antaranya

ialah Jemaat Sunda di Kampung Sawah yang memiliki anggota sekitar 70

orang. Mereka menggabungkan diri ke dalam asuhan Misi Methodist atas

permintaan sendiri. Mereka adalah kelompok orang-orang Kristen hasil

penginjilan Mr. Anthing, seorang pejabat pemerintah Belanda yang

mengadakan penginjilan di Batavia sekitar tahun 1860-1870-an. 1907

Denys membuka pos pekabaran injil di Cisarua.

Selain membuka jemaat-jemaat misi Methodist juga membuka

sekolah dan rumah sakit; sekolah di Karet 12 November 1905, sekolah

kedua di Pasar Senen April 1906, kemudian di Cisarua Februari 1906, dan

sekolah ke empat di Bogor 1 Juli 1906. Sebagai sarana Kepedulian Sosial

Sekaligus Sarana Pemberitaan Injil dibuka pelayanan Medis. Pelayanan

medis dimulai oleh Rev. Charles Buchanan yang ditempatkan di Indonesia


110

pada tahun 1907. Kemudian Dr. R.G. Parkins diutus sebagai dokter Misi

Methodist pertama pada tahun 1917. Rabu, 19 Februari 1919 dibuka dan di

resmikan Rumah Sakit Cisarua.

Pasang surut pelayanan terjadi. Terjadi pukulan ekonomi di Amerika

1920-1921 dan kemajuan ilmu pengetahuan mengakibatkan dukungan misi

menurun maka tahun 1924 badan misi Amerika mengevaluasi pelayanan di

Hindia belanda secara khusus Batavia. Badan misi Methodist membentuk

komisi yang dinamai The Commission of Ten71 yang bertugas meninjau dan

mempelajari kondisi dan situasi daerah pekabaran injil di seluruh dunia.

Dengan corresponding secretary Dr Ralph E Diffendorfer. Setelah

mengadakan kunjungan dan mempelajari secara obyektif kondisi Misi

Methodist di Hindia Belanda, maka secara pribadi Dr Diffendorfer

menyimpulkan bahwa strategi Misi Methodist di Hindia Belanda harus

ditinjau kembali. Hal ini didasarkan pada daerah misi yang sangat luas tidak

sebanding dengan tenaga misionaris yang hanya terdiri 8 keluarga

ditambah 4 orang misionaris wanita dan dibantu oleh tenaga pribumi dan

Tionghoa. Luasnya daerah misi, membuat para misionaris terpencar-

pencar oleh karena daerah kepulauan dan membuat para misionaris

terasing satu dengan lainnya. Sehingga misi Methodist tidak memberi

sumbangan yang berarti dalam usaha mengkristenkan negeri ini. Belum lagi

ditambah faktor biaya administrasi dan transportasi yang sangat besar

Selain itu alasan politis yang mendukung penutupan Misi Methodist di Pulau

71
Bishop Bahtiar Kwee. Sejarah GMI, (Jakarta.2005) hlm 26
111

Jawa adalah karena ketidakharmonisan antara Zendingconsulaat (belanda)

dengan Misi Methodist. Artinya menurut Zendingconsulaat, Misi Methodist

tidak bisa diajak bekerjasama, sehingga ada kemungkinan ada tekanan. Dr.

Diffendorfer mengajukan proposalnya kepada rapat badan Misi Methodist

pada Desember 1927 dan diterima. Selanjutnya rekomendasi tersebut

dibawakan dalam General Conference yang berlangsung 29 Mei 1928 di

Kansas City Sidang tersebut akhirnya menyetujui penutupan misi di Pulau

Jawa dan Kalimantan Barat. Bulan 29 Mei 1928 di Kansas City maka

resmilah misi Methodist menarik diri dari Jawa dan Kalimantan Barat. 72

Maka sejak Mei 1928, secara resmi Misi Methodist di Pulau Jawa dan

Kalimantan Barat yang sudah bekerja selama dua puluh tiga tahun ditarik

dan digabungkan ke Sumatera. Sebagai realisasi penutupan Misi Methodist

di Jawa dan Kalimantan Barat, maka sebagian anggota jemaat dialihkan ke

dalam asuhan badan Zending NZV di Jawa Barat dan NZG di Jawa Timur.

Ada juga jemaat yang tidak mau dialihkan, melainkan membentuk gereja

sendiri yaitu Jemaat Mangga Besar dan Bogor. Alasan tidak mau

bergabung dengan NZV adalah karena penutupan misi Methodist adalah

juga karena kesan negatif dari NZV. Kedua perbedaan tata gereja dan

teologi, antara jemaat-jemaat latar belakang Eropa dan Amerika.

Sesudah pekerjaan Methodist di Jawa dan Kalimantan secara resmi

ditutup pada tahun 1928 dan dipusatkan di Sumatera, Misi Methodist

disibukkan oleh upaya pembenahan diri. Menurut laporan Dr. Diffendorfer

72
Ibid. hlm 197
112

ada sembilan alasan pemusatan misi Methodist ke Sumatera. Pertama,

Pemerintah Hindia Belanda telah memberikan izin kepada Misi Methodist

untuk bekerja di Sumatera. Kedua, Sumatera Timur memiliki prospek

ekonomi karena pengembangan perkebunan yang luas dan subur. Ketiga,

iklimnya cocok bagi pengembangan perkebunan untuk berbagai jenis

tanaman. Keempat, Sumatera Utara masih baru mengalami

pengembangan oleh Belanda dibandingkan dengan Jawa. Kelima,

Sumatera Timur adalah sasaran imigran orang-orang Batak, Jawa dan etnis

lainnya. Keenam, penduduk asli Sumatera Timur (Pardembanan) yang

masih beragama suku perlu secepatnya digarap, sebelum agama Islam

masuk. Ketujuh, adanya tekanan dari pihak Islam terhadap orang-orang

Kristen Batak dari Tapanuli untuk beralih menjadi Islam. Delapan,

kesempatan untuk mengembangkan sekolah sangat terbuka, sebab

pemerintah belum banyak melakukan pengembangan sekolah di tempat ini

Sembilan, ada keyakinan bahwa misi Amerika lebih disambut daripada misi

dari Eropa, yang didasarkan Amerika tidak terkait langsung dengan

Kolonialisme di Hindia Belanda. Pada tangal 25 Januari 1929

berkedudukan di Medan misi Methodist menjadi Konperensi Mission

Sumatera. Pada tahun 1940 Konperensi Mission Sumatera menjadi

Konperensi Tahunan Sementara Sumatera. Tanggal 11 Januari 1963

Konperensi itu menjadi Konperensi Tahunan Sumatera. Maka sejak saat itu

Konperensi ini berhak mengirimkan utusannya menghadiri Konperensi

Agung (General Conference) di Amerika Serikat. Pada bulan April 1964


113

dikirimkan dua orang utusan menghadiri Konperensi Agung Gereja

Methodist di Amerika untuk meminta izin (enabling act) supaya Gereja

Methodist Sumatera Indonesia dapat mendirikan Gereja Methodist

Indonesia yang otonom di Indonesia. Utusan tersebut seorang awam dan

seorang Pendeta. Tanggal 9 Agustus 1964 pada Konperensi Tahunan

Istimewa ditetapkan Gereja Methodist yang Otonom di Indonesia dengan

nama: GEREJA METHODIST INDONESIA.

4) Gereja Methodist Indonesia Jemaat Imanuel Denpasar

Berdirinya Pos PI - GMI di Pulau Bali tak lepas dari semagat

megabarkan injil John Wesley. Bermula dari kunjungan Gembala Sidang

dan beberapa orang majelis GMI Imanuel Jakarta, yaitu : Pdt. Bachtiar

Kwe, M.Div. (Gembala Sidang), Bpk. Dr. Hosea Kurniadi (Ketua Majelis),

dan Bpk. Drs. Freddie Chandra (Ketua Komisi Misi). Pada saat itu mereka

datang ke Bali, untuk menghadiri acara Ulang Tahun bapak Haryanto

Kurniadi (alm), pada tanggal 24 Nopember 1995. Pada saat itulah muncul

inisiatif untuk mendirikan Pos PI di Pulau Bali. Inisiatif tersebut, digumuli

dalam doa, dan kemudian dimasukkan ke dalam agenda rapat Majelis GMI

Imanuel Jakarta, dan dalam rapat tersebut, disepakati bersama untuk

membuka / mendirikan Pos PI di Pulau Bali.

Ibadah perdana, dilaksanakan pada bulan Desember tahun 1995,

bertempat di rumah keluarga Bpk. Haryanto, yang sekaligus merayakan

Natal, di mana Firman Tuhan disampaikan oleh Bpk. Pdt. Chaidy Yunus
114

dari GMI Semarang. Kegiatan selanjutnya, (dimulai pada bulan Januari

sampai bulan Mei 1996), dengan mengadakan Persekutuan Doa satu kali

dalam satu bulan, dengan waktu yang tidak tetap. Hamba Tuhan yang

ditunjuk untuk melayani pada waktu itu adalah, Ev. Simon Yang (alm).

Setelah beberapa bulan kegiatan berjalan (bertempat di rumah Bpk.

Haryanto, Jl. Maluku No. 7 Denpasar), maka pada bulan Juni 1996, setelah

GMI Imanuel Jakarta mengontrak sebuah tempat yang cukup setrategis,

kegiatan dan sekretariat gereja dipindahkan ke tempat yang baru dikonrak

tersebut, yaitu di Jl. Patih Jelantik No. 9 Denpasar. Kegiatan ibadah di

tempat yang baru ini, pada awalnya diadakan setiap hari Senin malam,

pukul 19.30 WITA. Selain itu, diadakan juga Persekutuan Doa Malam pada

hari Rabu, pukul 19.30 wita.

Pada tanggal 27 Juni 1996, melalui KONTA (Konferensi Tahunan)

GMI - Wilayah II, ditempatkanlah hamba Tuhan Full Time, yaitu Ev. L.

Situmorang, M.Div., bersama istri GI. Lim Po Suan. Pelayanan tidak ada

kendala dan terus berjalan dengan baik. Maka sejak tanggal 1 September

1996, kebaktian dialihkan waktunya menjadi hari Minggu, pukul 09.00 wita.

Atas pimpinan / kemurahan Tuhan, dan melalui proses yang cukup

panjang, Pos PI Denpasar akhirnya terdaftar di Pembimas Kristen Provinsi

Bali. Dan puji Tuhan, pada tanggal 08 September 1996, Pos PI ini

diresmikan menjadi Pos PI GMI “Imanuel”, yang ber-resort ke GMI Imanuel

Jakarta sebagai Gereja Induk yang membuka Pos ini. Hadir dalam acara

peresmian tersebut, antara lain : Ketua Pembimas Kristen (Bpk. David


115

Soeleman, SE.), Ketua MPAG Kota Denpasar, Pimpinan Jemaat dan

Majelis GMI Imanuel Jakrta, dan beberapa Hamba Tuhan Gereja-Gereja di

Denpasar, serta undangan lainnya.

Pada tahun 2003, tempat kegiatan gereja berpinah ke komplek Ruko

Genteng Biru, Jalan Diponegoro Denpasar. Dan pada tahun 2005, tepatnya

tanggal 1 September, berpindah tempat lagi, yaitu di Jl. Cenigan Sari No.

2A Sesetan Denpasar (dikontrak selama 5 tahun).

Kegiatan / pelayanan Pos PI ini terus berjalan, walau sering

berpindah tempat ibadah (kontrakan). Dari Jl. Maluku pindah ke Patih

Jelantik, dari Jl. Patih Jelantik pindah ke Diponegoro (Ruko Genteng Biru),

dan dari Jl. Diponegoro pindah ke tempat ini (Jl. Cenigan Sari No. 2A

Sesetan). Puji Tuhan, setelah dalam pergumulan yang cukup panjang, pada

tahun 2007 GMI Pos PI Denpasar (didukung oleh Gereja Induk GMI

Imanuel Jakarta), telah membeli sebidang tanah seluas 5 are / 500 m2. Dan

pada tanggal 4 Maret 2010, dilaksanakan Ibadadah Peletakan Batu Penjuru

Gereja oleh Bishob Bahctiar Kwee, dan dimulailah pembangunan Gedung

Gereja tahap yang pertama. Pembangunan selesai dan di resmikan 27

February 2011 oleh Bishop Amat Tumino. 73

73
Buku liturgi ulang tahun keduapuluh empat tahun GMI Imanuel Denpasar
September 2019.
116

C. Statistik Jemaat

● Tahun 2018 anggota jemaat penuh 108 orang jemaat persiapan 33

orang

● Tahun 2019 anggota jemaat penuh 115 orang jemaat persiapan 41

orang

● Tahun 2020 anggota jemaat penuh 120 orang jemaat persiapan 46

orang

● Tahun 2021 anggota jemaat penuh 122 orang jemaat persiapan 58

orang

● Tahun 2022 anggota jemaat penuh 103 orang jemaat persiapan 84

orang

D. Struktur Organisasi GMI Jemaat Imanuel Denpasar

PIMPINAN JEMAAT

PENATALAYANAN
KETUA MAJELIS SEKRETARIS BENDAHARA KEUANGAN

KOMIISI KOMIISI KOMISI KOMISI KOMISI KOMISI PRIA KOMISI WANITA KOMISI PEMUDA KOMISI SEKOLAH
KEANGGOTAAN IBADAH MISI HARTA BENDA SOSIAL (P2MI) (PWMI) (P3MI0 MINGGU

MUSIK POS
DUKACITA REMAJA
PELAYANAN

IBADAH PERSEKUTUAN
117

E. Peran dan Tugas Pimpinan Jemaat

1. setiap umat yaitu anggota jemaat berada dalam sebuah Gereja

yang dimbimbing oleh gembala siding yang tentunya ditetapkan dari

pimpinan wilayah (Bishop).

2. Anggota jemaat Jemaat yang didalam Gereja belum memiliki

gembala sidang, Distrik Superintendent memiliki tanggung jawab

dalam menetapkan pemimpin dibawah pengawasan dan pendeta

terdekat.

3. Cabang khusus pelayanan yang sama sekali belum memiliki

Pendeta, maka akan diwakilkan oleh calon pekerja dalam

mengkordinasi seluruh anggota jemaat tentunya ditetapkan oleh

pimpinan Bishop.

4. Lay leader adalah orang yang memimpin setiap pemimpin anggota

jemaat.

F. Peran dan tugas majelis jemaat

1. Setiap jemaat mempunyai badan pekerja yang disebut Majelis

Jemaat.

2. Majelis Jemaat bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan

penyelenggaraan kehidupan jemaat.

3. Majelis jemaat dilantik oleh Distrik Superintendent atau Pendeta

yang ditugaskan oleh Distrik Superintendent.


118

4. Memiliki tanggungjawab dalam segala administrasi yang berlaku

baik secara rohani dan materi tetap di dalam pengawasan Pusat.

5. Melakukan segala hal yang tercantum dalam rapat pertemuan

kerja yang disahkan oleh Pusat.

6. Sebelum adanya pengesahan maka diperlukan pertemuan

setempat untuk mendukung hal yang dibicarakan dalam pertemuan..

7. Ada laporan bulan yang diterima rutin dari setiap panitia, pengurus

yang berperan di dalamnya sesuai dengan ADRT

8. Rakernas tetap diadakan sebelum masa kepemimpinan pimpinan

berakhir.

9. Majelis Jemaat memperhatikan komperensi Resort dan tidak

menghilangkan setiap hak-hak yang terkandung di di dalamnya.

10. Majelis melakukan pertemuan pertemuan rutin 1x sebulan

11. Adanya pertemuan oleh panggilan Ketua (Pendeta) atau oleh

lebih dari setengah anggota

G. Konsentrasi pelayanan GMI Jemaat Imanuel Denpasar

a. Pelayanan kebaktian, pengajaran iman, pemberdayaan

jemaat.

b. Pelayanan pedekatan sosial dalam masyarakat.


119

H. Ciri dari GMI Jemaat Imanuel Denpasar

Memberdayakan dan mengikut-sertakan semua jemaat, berperan

dalam pelayanan gereja baik anak-anak, remaja, pemuda, keluarga muda,

dan lansia untuk kemuliaan Tuhan.

Sebagai jemaat yang sudah memiliki komitmen sebagai anggota

jemaat, maka tentunya anggota jemaat melakukan banyak hal dalam

pertumbuhan rohani jemaat:

1. Membaca Alkitab sebagai penuntun rutin.

2. Menyadari Doa adalah nafas orang kristen

3. Bergabung dalam setiap perkumpulan ibadah yang direkomendasikan

maupun tidak dari Gereja

4. Memberikan persembahan rutin.

5. Setia memberikan persembahan lainnya.

6. Ikut aktif dalam pelayananan jemaat Gereja Metodist Indonesia

I. Kegiatan di GMI Jemaat Imanuel Denpasar

a. Pelayanan Kebaktian Umum atau ibadah raya dilaksanakan hari

Minggu Pukul 09.00 WITA

b. Pelayanan Sekolah Minggu dilaksanakan Minggu Pukul 09.00

WITA

c. Pelayanan pastoral Kunjungan jemaat Selasa Pukul 19.00 WITA

d. Pelayanan kaum wanita (PWMI) Kamis Pukul 19.30 WITA

e. Pelayanan kaum pria (P2MI) Kamis Pukul 19.30 WITA


120

f. Pelayanan pemuda (P3MI) Sabtu Pukul 19.30 WITA

g. Persekutuan Doa Rabu Pukul 20.00 WITA

h. Sermon dan Latatihan Musik Jumat Pukul 19.30 WITA

i. Kebaktian rumah tangga atau kelompok kecil

j. Pelayanan Kebaktian dan Doa pergantian tahun, malam

menyambut tahun baru

k. Pelayanan Kebaktian Tahun Baru

l. Pelayanan Kebaktian Peringatan Paskah

m. Perayaan Paskah

n. Pelayanan kebaktian peringatan Pentakosta

o. Pelayanan perkunjungan orang sakit

p. Pelayanan penguatan iman jemaat

q. Pelayanan perkunjungan sosial ke panti-panti asuhan dan panti

jompo

r. Pelayanan dan perayaan Natal

s. Pelayanan kematian, pelayanan menyiapkan, memandikan dan

mendandani hingga pelayanan kebaktian/upacara

pemberangkatan jenazah dan kebaktian/upacara di tempat

pemakaman

t. Pelayanan Kebaktian Doa Penghiburan

u. Pertemuan evaluasi pelayanan oleh gembala bersama semua

pelayan dalam pelayanan gereja


121

Gereja juga mengadakan kegiatan terhadap jemaat dan lingkungan

sekitar gereja sebagai berikut :

A. Seminar rohani sesuai kebutuhan pada hari besar keagamaan;

paskah dan kenaikan Yesus

B. Seminar kesehatan

C. Workshop pelayanan musik

D. Workshop keterampilan

E. Pelayanan sosial di area gereja, bazar murah bagi jemaat dan

masyarakat umum

F. Ikut serta dalam kegiatan desa dan Kecamatan dalam acara

kebersihan lingkungan

G. Kegiatan kerja-bakti bersama di gereja

J. Sarpras (Sarana dan prasarana)

a) Gedung gereja dan kelengkapan pelayanan kebaktian

b) Halaman gereja dan pastori

c) Gedung pastori atau rumah Pendeta, terdiri dari ruang, tamu,

kamar tidur, perpustakaan pribadi, kamar mandi dan WC, ruang

tidur AR, ruang tidur pengerja full timer

d) Ruang kantor Pendeta

e) Ruang Rapat/pertemuan

f) Ruang Makan

g) Ruang Dapur
122

h) Ruang Perpustakaan

i) Ruang Musik

j) Ruang Sound System

k) Kamar Mandi dan WC Pria dan Wanita (terpisah)

l) Ruang Garasi Kendaraan

m) Ruang Gudang

n) Ruang Genset listrik

o) Ruang Terbuka Hijau

p) Taman Bunga

q) Kolam Ikan hias

r) Area Parkir

s) Taman Bermain Anak

t) Halaman Olah-raga

u) Pintu Gerbang masuk area gereja

K. Kendala yang dihadapi di GMI jemaat Imanuel denpasar

a) Dalam mencapai tujuan gereja untuk mendewasakan

kerohanian jemaat diadakanlah kegiatan ibadah dan

pelayanan rutin. Kegiatan semacam ini hanya memiliki

dampak atas mereka yang pergi beribadah di gereja. Bukan

berarti kegiatan-kegiatan rutin tersebut tidak penting; tetapi itu

hanya mengekspresikan sedikit dari apa yang Allah

kehendaki
123

b) Dalam pelaksanaan pemuridan yang digunakan berupa

pengajaran atau seminar ini bersifat sesuai kebutuhan tidak

cecara intensif. Pekerjaan Yesus selama tiga setengah tahun

adalah mengajar dan melatih murid. Yesus menjalin

hubungan pribadi yang akrab dengan murid-murid yang

dipilih-Nya dari berbagai latar belakang. Hubungan yang

terjalin antara diri-Nya dengan murid-murid sangat kuat,

Yesus meluangkan banyak waktu untuk mengadakan

pembinaan. Dengan demikian murid-murid dapat

memperhatikan dedikasi dan gaya hidup Yesus; cara berpikir,

cara berbicara dan cara Yesus menyikapi permasalahan

sehari-hari dan lain-lain secara intensif. Kedekatan hubungan

ini juga menjadi moment dimana Yesus, Sang Guru, dapat

menanamkan pola pikir, kasih dan kuasa-Nya kepada murid-

murid itu. Tidak hanya itu, lewat kedekatan dengan murid-

murid Yesus sedang memberikan model atau teladan untuk

diikuti.

c) Dapat penulis simpulkan kendala dalam mencapai

pertumbuhan di GMI Jemaat Imanuel Denpasar adalah belum

dilaksanakan pemuridan secara intensif dan belum adanya

model yang dapat dijadikan landasan pelaksanaan pemuridan


BAB IV

HASIL ANALISA

Data dan hasil analisa data pada bab ini disajikan analisa data, hasil

analisa data serta adanya korelasi yang erat dan berbanding lurus antara

model pemuridan Tuhan Yesus bagi jemaat yang bukan hanya gereja bisa

bertumbuh, dewasa dalam iman tetapi juga terlihat dalam sikap hidup

mereka sehari-hari berdasarkan kepemahaman Alkitab yang baik dan

benar, yang telah mereka peroleh.

A. Observasi

Dalam sebuah penelitian, berkorelasi dengan ilmu pengetahuan. Dari

sinilah diketahui observasi itu adalah suatu cara untuk mengetahui

fenomena yang terjadi dan diteliti sebelum mendapatkan kesimpulan dari

penelitian tersebut. Dari penemuan dan pengamaan itulah peneliti dapat

menyajikan sebuah informasi yang real sehingga bisa dilanjutkan dalam

sebuah penelitian.

Peneliti harus memiliki opini dengan berdasarkan data yang kuat dan

benar. Bila diperhatikan, kata observasi ini memiliki arti melihat dan

memperhatikan dengan jelas. Dalam penelitian di lapangan, observasi ini

sangat berkaitan dengan masalah yang terjadi (fenoma) yang dari awalnya

sudah dijumpai. Peneliti lalu mengamatinya. Maka dari pengamatan inilah

disebut pengertian observasi. Peneliti harus melakukan pengamatan

secara langsung dan jelas terkait objek tersebut. Dari hasil pengamatan

124
125

menghasilkan data-data dan penilaian tersendiri. Pengamatan yang

dilakukan oleh peneliti tidak bisa dilakukan dengan sendiri, tetapi bisa

melibatkan beberapa orang di lapangan. Maka peneliti sudah harus

memiliki perencanaan matang jauh-jauh hari terkait penelitian yang diawali

tadi dengan sebuah fenomena yang ada.

Peneliti yang melakukan pengamatan di lapangan mencatat secara

sistematis supaya data yang dihasilkan bisa dikendalikan realibilitas dan

validitasnya. Jadi jelas bahwa fungsi dari sebuah observasi ini adalah

memperoleh informasi dari objek yang diamati data-data yang terkumpul.

Peneliti yang melakukan observasi ini harus mempunyai tujuan dari

observasi yang diteliti lewat fenomena yang ada, sebagai berikut : a.

Menggunakan panca indera untuk melihat objek yang diteliti yang tentunya

berhubungan dengan pengamatannya. Dari pengamatan inilah di dapat

data valid dari lapangan secara langsung, b. Fenomena yang telah

dipelajari ini oleh peneliti telah diamati, maka lahirlah sebuah kesimpulan

dari penelitian tersebut. Oleh peneliti kesimpulan ini akhirnya ditampilkan

dalam bentuk laporan yang memberikan informasi, c. Pengamatan

dilaksanakan untuk memperoleh data yang berhubungan langsung dengan

fenomena.
126

B. Pemaparan Data

Peneliti telah membuat kuesioner dari jemaat GMI jemaat imanuel

Denpasar sebanyak 100 orang untuk mengetahui bahwa seberapa jauh

bagi jemaat Tuhan tentang pemuridan ini terhadap kedewasaan iman

jemaat.

Adapun pertanyaan yang peneliti ajukan untuk dijawab para

kuesioner adalah sebagai berikut :

No Pertanyaan kepada jemaat GMI Jemaat

Imanuel Denpasar

1 Apakah Bpk/Ibu sependapat, seiring lamanya menjadi orang

percaya (Kristen), kedewasaan iman juga harus bertumbuh?

2 Apakah pemahaman dasar firman Tuhan yang sekarang ada dan

sudah berjalan “sudah cukup” bagi pertumbuhan iman jemaat

sehingga menjadi dewasa dalam Tuhan?

3 Apakah Bpk/Ibu setuju, “pemuridan” diperdalam lagi, bagi jemaat

awam itu sangat diperlukan karena akan

mendewasakan kerohanian jemaat?

4 Bila gereja akan membentuk dan melakukan pemuridan apakah

Bpk/Ibu setuju dan mau ambil bagian

(mengikutinya)?
127

Kuesioner ini dilakukan tepatnya di bulan Januari 2022, yang mana

kuesioner tersebut diberikan kepada 100 jemaat di GMI Jemaat Imanuel

Denpasar. Dan ini hasil kuesioner tersebut ialah :

Responden Setuju Tidak Setuju Presentase

Jemaat 95 95%

Jemaat 5 5%

Total 100%

Bila dibuat dalam bentuk diagram hasilnya sebagai berikut:

Kuesioner jemaat

setuju pemuridan tidak setuju pemuridan


128

Peneliti juga melakukan kuesioner terhadap para majelis

dan pengurus komisi di GMI Jemaat Imanuel Denpasar yang

berjumlah 32 orang keseluruhan, dengan pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan sebagai berikut :

No Pertanyaan kepada majelis dan pengurus komisi di

GMI Jemaat Imanuel Denpasar

1 Apakah Bapak/Ibu sependapat, seiring lamanya menjadi

orang percaya (Kristen), kedewasaan iman juga harus

semakin bertumbuh?

2 Apakah pemahaman dasar firman Tuhan yang sekarang ada

dan sudah berjalan,”sudah cukup” bagi pertumbuhan iman

jemaat sehingga menjadi dewasa dalam Tuhan?

3 Apakah Bapak/Ibu setuju, ”pemuridan”

diperdalam lagi, karena bagi jemaat sangat diperlukan?

4 Bila gereja membentuk dan mengadakan kelas pemuridan,

apakah Bapak/Ibu setuju dan mau ambil bagian

dalam pelayanan ini?


129

Dari hasil kuesioner ini maka didapat hasilnya sebagai

berikut :

Responden Setuju Tidak Setuju Presentase

Jumlah

Responden 25 7

Majelis dan orang orang 100%

pengurus

komisi 78% 22%

32

Kuesioner terhadap para majelis dan pengurus komisi

Bila dibuat dalam bentuk diagram maka hasilnya sebagai

berikut

setuju pemuridan tidak setuju pemuridan


130

Disamping peneliti juga mengajukan kuesioner, peneliti juga

melakukan wawancara dengan beberapa jemaat mula-mula. Ini

beberapa hasil wawancaranya yaitu :

1. Ibu Sorta Uly Aritonang

Ibu Sorta Aritonang senantiasa bersukacita ketika

berbicara mengenai pelayanan di GMI Jemaat imanuel

Denpasar. Ibu Aritonang menceritakan bahwa di kampung

Rajamaligas Sumatra Utara adalah jemaat gereja Methodist

dari muda beliau aktif dalam pelayanan dan merasakan damai

ketika bisa melayani. Bicara mengenai pemuridan sangat

penting dilakukan karena melalui pemuridan mendapat

pemahaman yang benar tentang iman kristen

1a. Pemuridan sejak gembala perintis yaitu Pdt Linduara

Sitomurang sudah dilaksanakan. Pemuridan yang disampaikan

berupa dalam persiapan baptis bagi jemaat, dan pernikahan.

1b. Pemuridan yang diadakan setiap hari besar keagamaan

seperti Paskah dan kenaikan Tuhan Yesus sebagian jemaat

yang biasa mengikuti pemuridan ini

1c. Jemaat yang datang rata-rata 50 orang jemaat

1d. Model Pemuridan ini seperti pengajaran

1e. Dilakukan setelah ibadah hari besar

keagamaan Pukul 10.30-13.00 WITA


131

1f. Pemuridan diakui sangat mempengaruhi

kedewasaan kerohanian jemaat.

2. Ibu Linda Setiawati

Pada saat diwawancarai ibu Linda ini sangat serius dan begitu

gembira saat menceritakan pengalamannya ketika pertama kali

bergabung di gereja ini. Ibu ini berkata pada awalnya kegereja

karena suaminya sakit dan pihak gereja senantiasa mendoakan.

Ibu Linda senantiasa senang mengikuti pemuridan yang

dilakukan dengan seminar karena dapat menambah pemahaman

iman.

1a. Pemuridan setiap hari besar keagamaan seperti paskah dan

kenaikan Tuhan Yesus

1b. Yang mengajar Pemuridan, mengundang

pembicara

1c. Jemaat yang datang sekitar 40 orang jemaat

1d. Jemaat perlu untuk mengikuti Pemuridan agar lebih

mendalam, menggali, meneliti sehingga bisa

menemukan kebenaran, tidak bisa dengan

khotbah Mingguan saja. Karena selama ini

yang jemaat terima dari Pemuridan belum

mendalam.

1e. Diperlukan pembekalan pengajaran bagi hamba-


132

hamba Tuhan agar lebih banyak mendapat

pengertian-pengertian yang benar.

1f. Diperlukan modul, karena selama Pemuridan

belum ada model atau bahan ajaran selama

ini.

3. Bpk Jeremiah Jhonson

Bapak Jeremia Jhonson berusia 44 tahun adalah jemaat

baru. Menjadi jemaat GMI imanuel Denpasar karena pernikahan

ketika berusia 37 tahun. Bapak Jeremia Jhonson dapat lebih

mengerti iman kristen ketika mengikuti seminar-seminar yang

dilakukan karena semakin mendewasakan iman.

1a. Pemuridan yang dimaksud adalah seminar

1b. Hanya berlangsung 1-2 jam untuk Pemuridan ini.

1c. Lebih bersifat satu arah, seperti khotbah hari Minggu.

1d. Yang menyampaikan Pemuridan adalah

pembicara dari luar

1e. Pemuridan sangat diperlukan bagi jemaat agar

lebih mendalam lagi.

1f. Pemuridan pasti mempengaruhi kedewasaan iman

jemaat.

1g. Hamba-hamba Tuhan dibekali lagi agar lebih

banyak mengetahui kebenaran.


133

1h. Diharapkan ada kelas Pemuridan

tetapi juga dibuka ruang diskusi atau tanya jawab.

C. Analisa Data

Peneliti memulai dari kerinduan jemaat yang besar, dari

hasil kuesoner yang dikumpulkan beberapa bulan lalu. Maka

pemuridan sudah seharusnya menjadi program yang tidak bisa

diabaikan. Dengan kata lain harus dijalankan, untuk

memperlengkapi jemaat GMI jemaat Imanuel Denpasar sehingga

kedewasaan iman jemaat itu semakin dewasa. Ini menjadi tugas

dan tanggung-jawab gereja yang sudah dipercayakan Tuhan untuk

membina jemaat yang sudah dipercayakan Tuhan.

Tantangan bagi jemaat kedepan semakin besar sehingga

peneliti meyakini, dengan tantangan yang sebesar apapun, jika

kedewasaan jemaat itu kuat, seperti tetap berpengharapan kepada

Tuhan, setia, taat beribadah, maka Tuhan pasti menolong umat-

Nya di tengah sesulit apapun keadaan yang terjadi. Modal ini sudah

ada, artinya jemaat yang rindu dibekali firman Tuhan lewat

pemuridan yang akan diadakan Gereja.

Peneliti harus membekali majelis dan jemaat dasar

Kekristenan terlebih dahulu sebelum mereka memimpin atau

masuk mengajar dalam pemuridan yang dibuat atau melibatkan

jemaat nantinya.
134

Peneliti juga mulai mempersiapkan model atau bahan

ajaran Pemuridan yang akan digunakan bagi jemaat nantinya.

Peneliti juga menggunakan dengan Analisa SWOT (Strength,

Weakness, Opportunities and Threat) untu melihat lebih jelas

sehingga bisa diambil kesimpulan akhirnya nanti. Berikut

adalah bagian dari analisis SWOT tersebut sebagai berikut :

Kondisi (Fakta Internal)

STRENGTH (kekuatan) WEAKNESS (kelemahan)

1. Gembala sidang 1. Pengajar untuk

mendukung sepenuhnya Pemuridan yang terbatas.

Pendalaman Alkitab ini. 2. Pemuridan harus konsisten

2. SDM untuk mengajar jemaat terus berjalan.

dari internal Gereja sudah 3. Harus sering

ada. ditanamkan kepada jemaat

3. Antusias jemaat sangat pentingnya Pemuridan

besar untuk mengikuti 4. Jumlah peserta jemaat yang

Pemuridan ini. ikut Pemuridan terbatas

4. Pembekalan bagi 5. Jemaat belum terbiasa atau

majelis dan jemaat berani untuk bertanya

5. Tempat tentang materi yang

Pemuridan diadakan dipelajari.

di Gereja
135

Situasi (Fakta Eksternal

OPPORTUNITY (Peluang) THREAT (Kendala)

1. Pemuridan ini juga 1. Sulitnya mengikuti pemuridan

diperuntukkan bagi seluruh dengan berkumpul digereja

jemaat 2. Waktu diadakannya

2. Tingkat kerinduan jemaat Pemuridan terbatas 10.30-

untuk kelas Pemuridan ini 13.00 WITA

cukup besar. 3. Pemuridan hanya diadakan

3. Gereja siap hari besar keagamaan.

memfasilitasi hal ini dengan 4. Belum adanya model bahan

menyediakan ruang bagi pengajaran khusus

kelas-kelas Pemuridan ini. Pemuridan ini bagi jemaat.

Setelah melihat menganalisanya dengan analisis SWOT ini, maka di

dapatkanlah hasil analisisnya sebagai berikut :

Berdasarkan GMI Berdasarkan Praktik Berdasarkan Hasil


jemaat imanuel Pemuridan Analisis S-W-O-T
Denpasar yang sebelumnya

1. Pembinaan 1. SDM dan 1. Menjadi salah


Iman satuan satu program
pendukungnya Gereja GMI
2. Persekutuan
sudah ada jemaat imanuel
136

2. Pemuridan Denpasar
menjadi sumber
3. Kesaksian 2. Diadakan
utama secara rutin.
kebutuhan
3. Melihat waktu
umat.
pelaksanaannya
yang
disesuaikan
dengan jam
fleksibel

4. Adanya

Pemimpin atau
pengajar yang
sudah dibekali
untuk mengajar.

5. Jumlah dibatasi
agar lebih
efektif.

6. Model

pemuridan
sudah
dipersiapkan

dalam bentuk

buku.
137

D. Kesimpulan singkat di hasil analisa

Dari hasil pengamatan inilah peneliti mendapatkan

kesimpulan singkatnya sebagai berikut:

1. Pemuridan sebagai alat pendewasaan iman jemaat

itu harus diutamakan.

2. Pemuridan jemaat diperlengkapi, diisi oleh

kebenaran firman Tuhan sehingga menguatkan iman

jemaat.

3. Pemuridan pasti berdampak kepada kedewasaan

iman jemaat.

4. Pemuridan harus diadakan rutin, dengan model

materi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan

jemaat.

5. Kedewasaan rohani jemaat pasti berdampak juga

kepada perilaku jemaat tersebut.

Peneliti dalam penelitian yang masih berjalan ini, tetap berkunjung

untuk membekali para majelis dan jemaat, peneliti memutuskan mengajar

setiap bulan. Adapun Pemuridan ini, nantinya akan diterapkan kepada GMI

jemaat imanuel Denpasar dalam bentuk kelompok. Bahan atau materi

Pemuridan yang ditampilkan berkaitan dengan pemahaman dasar

kekristenan dan yang mencakup kebutuhan mereka seperti, rajin baca


138

Alkitab, berdoa, rajin beribadah dan akhirnya hidup mereka sendiri yang

berdampak dalam perilaku mereka kepada orang lain.

Peneliti mulai melakukan kelas pemuridan yang dimulai dari 24

September 2021 hingga sekarang, dengan langsung mengajar tatap muka

datang ke GMI jemaat Imanuel Denpasar. Para majelis dan jemaat tidak

hanya diajarkan Pemuridan, tetapi memotivasi mereka untuk mau memiliki

hati semangat melayani Tuhan. Bila berkaca dari jumlah jemaat yang

terdaftar di gereja ini, ada berjumlah kurang lebih 180 jemaat (kaum

dewasa, pemuda, remaja dan sekolah Minggu), maka diperlukan tim yang

siap untuk mengajar dalam kelas pemuridan kepada jemaat nantinya.

Dengan memberikan motivasi majelis dan jemaat maka

semangat melayani mereka semakin bertambah. Dari hasil presensi para

majelis dan jemaat dalam mengikuti pemuridan hampir semua mengikuti

kelas pemuridan ini dengan baik dan bersemangat. Pemuridan yang masih

majelis dan jemaat ini, masih berjalan sampai sekarang.

E. Pembuktian Hipotesa

Jawaban dari pembuktian hipotesa dari peneliti adalah pemuridan

sangat berpengaruh besar terhadap semangat jemaat. Jemaat yang dulu

sudah pernah mengikuti, tidak merasa cukup dan terus mau belajar. Disini

peneliti meyakini bahwa ada sesuatu yang mengubahkan kehidupan

perilaku jemaat yang mengikuti pemuridan ini. Jemaat jadi semakin kuat di

dalam imannya, diisi oleh kebenaran firman Tuhan yang cukup tetapi rutin
139

dilaksanakan oleh Gereja. Jemaat akan terus berakar dan bertumbuh di

dalam Yesus Kristus Tuhan. Jemaat lebih kuat dalam menghadapi

tantangan kehidupan, terutama pada saat-saat pandemi terjadi.

Pengharapan yang ada di dalam hati merekalah yang membuat umat

Tuhan bertahan dan tetap setia menantikan pertolongan Tuhan tepat pada

waktunya.

Pemuridan ini membuka mata banyak orang bahwa begitu penting

bagi kehidupan kedewasaan iman jemaat. Pemuridan memainkan

peranan yang tidak bisa disangkal bahwa dapat mempengaruhi kehidupan

kedewaan rohani jemaat di GMI jemaat imanuel Denpasar. Peneliti saat

melakukan wawancara dengan Para majelis dan jemaat, mereka semua

merasakan hal yang sama, kegunaan atau arti pentingnya dari Pemuridan

ini. Yang sudah mengikuti kelas Pemuridan sudah merasakan akan

pentingnya pemuridan.

F. Solusi terhadap kendala-kendala di Bab III

Untuk mencapai suatu tujuan, maka diperlukan suatu perencanaan

yang baik dan terarah, sehingga tujuan tersebut dapat tercapai sesuai

dengan keinginan dan tidak lari dari ketentuan-ketentuan yang sudah

ditetapkan. Perencanaan tersebut bisa berisikan langkah-langkah atau

strategi apa yang harus dilaksanakan.Melihat dari bab-bab pembahasan

sebelumnya, maka penulis menyoroti pentingnya membuat suatu


140

penerapan praktis tentang pemuridan yang dapat diterapkan dalam konteks

GMI Jemaat Imanuel Denpasar.

Beberapa hal dibahas sebagai aplikasi praktis terhadap karya tulis

ini adalah, penerapan dari prinsip-prinsip model Pemuridan Yesus.

a) Mencari murid

Keberadaan murid perdana ini sangat penting untuk memulai

kelompok pemuridan karena anggota kelompok pemuridan perdana ini

akan menjadi pemimpin murid selanjutnya. Sebagai permulaan gembala

sidang, mencari 2-12 orang yang anggap memenuhi kreteria satukan dalam

suatu kelompok. Siapkan mereka untuk memimpin orang lain.

Kriteria jemaat yang dapat dijadikan anggota pemuridan

1. Seorang Kristen yang mau sudah lahir baru. Orang yang sudah mau

lahir baru akan memiliki beban kepada jiwa-jiwa yang sesat dan

memperhatikan pertumbuhan rohani sesamanya. pemuridan ini

sangat erat kaitannya dengan kehidupan rohani, oleh sebab itu

pengalaman akan hidup baru harus menjadi syarat utama.

2. Menerima beban dari Tuhan untuk melayani, membimbing,

peduli sehingga memiliki gairah, antusias dan siap memikul segala

tantangan untuk mengembangkan pemuridan.

3. Bersedia dan setia mengikuti pembekalan pemuridan, agar

senantiasa diperbarui dan diberdayakan untuk giat melayani.


141

b) Pengajaran pondasi pemuridan

Satukan mereka dalam satu kelompok dan muridkan. Anggota

kelompok pemuridan harus diajar memahami Pondasi panggilan pelayanan

pemuridan adalah “doulos, melayani sebagai hamba. Segala sesuatu yang

dilakukan dalam pemuridan diarahkan untuk melayani orang lain.

Mengajarkan bahwa anggota kelompok harus memandang dirinya sebagai

hamba dan rindu untuk memenuhi kebutuhan orang lain dan perlunya

komitmen dan tindakan untuk mewujudkan.

Anggota pemuridan harus mempunyai sikap yang rendah hati dan

mau menjadi serupa dengan Allah dengan membandingkan status

kesetaraan dengan Allah, sehingga anggota pemuridan tersebut tidak

punya alasan untuk memuji diri.

1) Menjadi Gembala

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan dalam pemuridan.

a. Mengenal domba-dombanya

Seorang anggota pemuridan yang baik harus sadar bahwa orang

lebih penting daripada angka. Itu sebabnya seorang anggota mengenal

anggota lainnya dan mempunyai hubungan dengan mereka. Dia harus tahu

apa yang terjadi dengan kehidupan mereka, sehingga dia tahu apa yang

harus dilakukan untuk membawa mereka kepada pertumbuhan rohani.

Selain mengenal domba-dombanya, seperti seorang gembala harus

memberikan diri untuk dikenal oleh domba-dombanya, karena domba-

domba tidak akan mengikuti seorang asing (Yohanes 10:5). Seorang


142

gembala harus membangun kepercayaan dari anggotanya. Kepercayaan

tidak bisa didapatkan dari jabatan, kepandaian, maupun keterampilan;

kepercayaan dibangun dengan kasih dalam kehidupan sehari-hari.

Mengingat hukum “berilah dan kamu akan diberi”, maka untuk mendapat

kepercayaan seorang gembala harus lebih dahulu member kepercayaan.

Itu sebabnya seorang gembala akan selalu bisa terluka. Jangan berpikir,

karena seorang melayani dan melakukan yang benar, maka orang-orang

akan mengasihinya selalu. Seorang pemimpin pasti akan terluka. Namun

demikan, sebagai gembala yang baik dia harus tetap berani mengambil

resiko untuk dilukai. Ada orang yang berprinsip: “Saya tidak mau dekat

dengan orang lain supaya mereka tidak menyakiti saya.” Ini adalah sikap

dari gembala yang buruk. Anggota kelompok pemuridan semacam ini ibarat

orang yang memagari dirinya dengan kaca. Dia cocok sebagai pajangan

yang bagus untuk dilihat tapi bukan sebagai gembala yang baik.

b. Gembala memimpin dengan memberi teladan

Seorang gembala tidak bisa hanya menghimbau kepada para

anggotanya untuk melakukan Firman Tuhan. Dia sendiri harus

melakukannya. Seorang gembala harus berjalan di depan domba-

dombanya. Anggota berani melakukan sesuatu karena melihat

pemimpinnya sudah pernah melakukannya dan berhasil.

c. Bersedia menyerahkan hidupnya untuk domba-domba

(Yohanes 10:15-18)
143

Seorang gembala harus menghindarkan pendekatan

profesionalisme kepada para anggotanya. Seorang gembala harus mau

membagikan hidupnya bersama domba-dombanya. Menjalani waktu

bersama-sama dengan para dombanya, itulah kehidupan dia. Dan domba-

domba harus bisa melihat hal ini. Kalau tidak mereka akan merasa tidak

aman, mereka merasa hanya sebagai obyek pekerjaan saja.

d. Memberi makan kepada domba-domba

Umat Tuhan harus diberikan makan dengan menu yang tepat

supaya bertumbuh & menjadi dewasa. Gembala harus tahu bahwa

mengubah pengajaran dan pelayanan terlalu cepat dapat membingungkan

banyak umat Tuhan. Kebanyakan orang menghendaki perubahan dengan

perlahan-lahan. Terlalu banyak makanan atau pun terlalu sedikit akan

mengganggu kesehatan para domba. Terlalu banyak makanan membuat

mereka terlalu gemuk dan menjadi malas. Seorang gembala perlu

mengetahui taraf pertumbuhan para anggotanya dan memberikan makan

yang sesuai. Gembala harus member keseimbangan antara Firman Tuhan

yang praktis, bersifat pendalaman Alkitab, inspirasional, teguran,

penghiburan, dan lain-lain.

e. Menjaga, melindungi dan berjuang bagi domba-

dombanya

Gembala harus mengerti tanda-tanda jaman dan selalu waspada

terhadap musuh yang mau menyerang. Musuh akan mencari celah,

memukul domba yang lemah dan menakut-nakuti yang sisanya. Itu


144

sebabnya, gembala harus mengerti peperangan rohani & melakukannya

demi domba-dombanya. Gembala harus melindungi domba-dombanya

karena domba adalah binatang yang tidak memiliki senjata alami untuk

menyerang, seperti cakar atau taring. Gembala harus menjadi tudung

rohani bagi kawanan domba, melindungi mereka yang tidak tahu

bagaimana melindungi diri dan membantu para domba untuk belajar hidup

berkemenangan. Gembala harus memberikan tempat dimana mereka bisa

merasa aman, dikasihi, dilindungi; dan tempat dimana mereka bisa

mendapatkan pertolongan yang mereka butuhkan saat mereka

membutuhkannya.

f. Memberikan petunjuk jalan bagi domba-domba

Salah satu tugas utama dari seorang gembala yaitu mencegah

domba-domba tersesat. Seekor domba yang terhilang, biasanya sulit untuk

bergabung lagi dengan kawanan domba. Domba tersebut akan pergi tanpa

arah dan makan apa saja yang ada. Gembala harus menarik kembali

domba yang mau tersesat supaya tidak jatuh ke dalam dosa atau

menyeleweng dari kehendak Tuhan. Dan kalau pun ada yang sudah jatuh

ke dalam dosa, seorang gembala harus merangkul kembali orang tersebut

supaya bertobat dan kembali bergabung dengan jemaat. Orang yang

berdosa biasanya malu untuk bergabung kembali, kecuali ada gembala

yang dengan tangan terbuka mau menerima dia dan percaya bahwa dia

bisa dipulihkan.
145

2) Menjadi Pengajar/Guru

Dalam mengajar, Yesus membuat murid-murid aktif dan senantiasa

di dalam keaktifan, apakah berpikir, merasa dan memberi respons serta

berbuat. Dia mengajar sambil berjalan dan berbuat. Dia pun mengajar

melalui perbuatan nyata seperti mujizat, diskusi dan tanya jawab. Dia

senantiasa memberi dorongan untuk bertindak. Teladan ini harus

mendasari nilai hidup dan pemikiran guru. Artinya, dalam perbuatan

mendidik maupun mengajar, guru harus menekankan kebersamaan,

keaktifan dengan tujuan jelas. Mengajar merupakan yaitu proses menolong

orang menjadi lebih seperti kristus dalam pikiran, perasaan dan tindakan.

3) Memberi Makanan Rohani

Dilakukan Melalui pemahaman Alkitab dalam kelompok pemuridan

anggota dapat melihat bagian Alkitab itu dari sudut pandang yang berlainan,

yaitu hasil pemikiran lebih dari satu orang. Dalam belajar bersama dapat

dilakukan diskusi, terdapat prinsip yang perlu diperhatikan yaitu, dalam

diskusi setiap anggota di harapkan tidak ada yang memborong atau

mendominasi seluruh percakapan Jika ada yang berbicara, tunjukkanlah

kepada seluruh anggota. Jangan membagi gagasan hanya kepada satu

atau dua orang yang ada dalam kelompok. Diskusi bukan hanya acara

tanya jawab antara dua orang anggota melainkan seluruh anggota. Dalam

diskusi pasti akan terjadi perbedaan pendapat Jika hal ini terjadi Sebagai

catatan dalam diskusi bukan mencari menang dan kalah, setiap hasil
146

diskusi adalah untuk peningkatan iman anggota. Tujuan dari Pemahaman

alkitab ini adalah;

a) Menolong setiap anggota mengerti apa yang dikatakan

Alkitab, kemudian menerapkan ajarannya dalam kehidupan

sehari-hari.

b) Memberi keterangan dan latar belakang yang cukup jelas

supaya orang dapat mengerti apa arti menyerahkan hidup

mereka kepada Yesus Kristus dan mentaati Dia sebagai

Tuhan dan Juru Selamat mereka

c) Memperluas pengetahuan orang Kristen tentang isi Alkitab,

dan menolong supaya dapat menerangkan isi Alkitab

kepada orang-orang yang belum menyadari bahwa alkitab

sangat berharga untuk diselidiki

d) Melatih anggota supaya mereka dapat mengatasi segala

kesulitan yang sedang menekan dengan Firman Tuhan

Keuntungan )

1) Dalam PA setiap anggota tidak menceritakan apa yang

dikatakan Alkitab, melainkan bertanya kepada teman-

teman tentang apa yng dikatakan Alkitab itu, supaya

mereka sendiri yang menemukan ajaran Alkitab itu.

2) PA memberi kesempatan belajar dalam suasana santai

sehingga terjalin persahabatan erat dan terdapat


147

keterbukaan antar anggota untuk saling membagi

gagasan dan masalah

3) Orang-orang dapat mengajukan pertanyaan pada waktu

PA berlangsung

Dalam Pemahaman alkitab ada beberapa metode yang dapat

di gunakan Berikut ini salah satu contoh metode PA dengan sistem

8 pertanyaan. Metode ini sangat cocok digunakan oleh kelompok

pemuridan yang belum berpengalaman. Kelompok akan

menemukan suatu metode yang sederhana dengan harapan

anggota kelompok dapat menerima dengan jelas dan singkat.

Pertama-tama berilah kesempatan bagi semua anggota untuk

membaca Alkitab secara bergilir, serta memberi waktu yang cukup

untuk menerangkan ayat Alkitab, kemudian dengan cara tertulis atau

diskusi menjawab 8 pertanyaan di bawah ini;

1. Kejadian ini terjadi dimana? Bilamana? Bila ayat-ayat yang

terpilih diambil dari surat rasul-rasul maka perlu diselidiki,

siapakah pengarangnya dan penerima suratnya?

2. Siapakah pelaku-pelaku utama dalam ayat-ayat ini?

Apakah ciri-ciri dari masing-masing pelaku?

3. Kalimat manakah dari ayat-ayat tersebut dianggap sulit

dimengerti?

4. Bagaimana latar belakang sejarahnya? Mengapa?

5. Apakah pokok-pokok pikiran dari ayat-ayat tersebut?


148

6. Apakah maknanya ayat-ayat tersebut terhadap pembaca

masa itu? usahakanlah melibatkan diri pada situasi yang

diceritakan oleh ayat tersebut, apakah ayat-ayat tersebut

telah mencapai sasaran?

7. Apakah maknanya terhadap pembaca masa kini? Apakah

persamaanya antara antara keadaan masa itu dan masa

kini?

8. Apakah arti khusus?

Contoh diskusi dengan metode PA dengan sistem 8

pertanyaan Pertama-tama tentukan bahan alkitab (Markus 2).

Mintalah seseorang untuk membacakan dengan suara keras Injil

Markus 2.1-12. Kemudian diskusikan alinea itu dengan menjawab

pertanyaan-pertanyaan berikut

1. a. dimana dan mengapa orang banyak itu berkumpul?

(ayat 1)

b. apa yang baru saja dilakukan Yesus di Kapernaum

2. bagaimana kita tahu bahwa Yesus sangat disukai orang

pada waktu itu? (ayat 2)

3. a. mengapa dan bagaimana khotbah Yesus terganggu?

(ayat3)

b. bagaimana reaksi-Nya terhadap ganguan itu? (ayat 5)


149

4. menurut Anda apa yang sedang dipikirkan oleh teman-

teman orang lumpuh itu? bandingkan sikap mereka

dengan perkataan Yesus dalam ayat 5.

5. a. dalam ayat 6, siapa yang bereaksi terhadap perkataan

Yesus?

b bagaimana reaksi mereka?

c mengapa demikian?

6. a jawablah dengan kata-kata Anda sendiri, apa yang

sedang dipikirkan para ahli Taurat itu dalam hati mereka?

(ayat 7)

b bagaimana Yesus menjawab mereka? (Ayat 8)

c. apa maksud pertanyaan Yesus dalam ayat 97

7. dengan menyembuhkan orang lumpuh itu, apa yang

ingin dibuktikan oleh Yesus kepada para Ahli Taurat itu?

(ayat 10)

8. a. bagaimana orang lumpuh itu menunjukkan imannya?

(ayat 12)

b apa reaksi orang-orang terhadap kesembuhannya?

(ayat 12)

c. siapa yang dimuliakan oleh orang-orang itu melalui

muzizat kesembuhannya? (ayat 12)


150

Setelah itu, kemukakanlah secara singkat apa yang telah di

peroleh dari pelajaran ini Akhirilah pelajaran Markus 21-12 dengan

menerapkannya dalam kehidupan kita pada saat ini.

4) Menjadi mentor

Kegiatan mentor dalam pemuridan.

1) pengenalan dasar Termasuk pengenalan yang paling

awal. Mengenal keluarganya, keselamatannya,

kehidupannya, hobinya dan karakter-karakter dasar

2) pengenalan mendalam Termasuk komunikasi karakteristik

yang lebih mendalam, mengerti konsep hidupnya, reaksi

emosionalnya, tekanan-tekanan pribadinya, pandangan

manusiawinya dan cita-cita yang akan datang

3) persekutuan dengan lebih mendalam, mengenal jatuh-

bangun rohaninya, memahami doa-doanya,

perubahannya dan penuntutan akan kebenaran.

4) saling menguatkan

Dalam bagian ini anggota kelompok kecil dapat saling

meneguhkan, menasihati dan mengkritik. Namun jika

anggota belum sampai pada tarap kedewasaan, harus

diingatkan jangan sekali-kali terjadi saling melukai satu

dengan yang lain.


151

5) Teladan Doa Dan Kasih

Tidak ada satu cara yang "tepat" untuk berdoa sehingga

dibutuhkan fleksibilitas dalam doa.

Berdoa dalam kelompok pemuridan dapat beraneka cara dan

ragam Berikut ini cara-cara berdoa yang dapat di gunakan dalam

pemuridan,

(a) Doa bersama-sama dengan membuka suara Pemimpin

menyebutkan beberapa pokok doa, lalu anggota kelompok

bersama-sama membuka suara untuk mendoakan pokok-

pokok doa, terakhir doa penutup dipimpin oleh pemimpin

acara.

(b) Doa berpasangan Pemimpin acara mempersilahkan

anggota mencari pasangan, bisa dua orang atau lebih.

Setiap pasangan mengungkapkan permasalahan

hidupnya kemudian berdoa secara bergantian

(c) Doa samping kiri dan kanan Masing-masing berdoa untuk

orang yang disamping kanan dan kirinya Pertama-tama

menggunakan sedikit waktu untuk mengutarakan keadaan

pribadi dan perihal apakah yang perlu didoakan, kemudian

memanjatkan doa dan syukur bagi orang di kanan dan di

kiri menurut kebutuhan masing-masing


152

(d) Konser doa Dalam doa ini seluruh anggota yang hadir

berdoa bersama-sama dengan mengeluarkan

suara.Beberapa hal praktis yang bisa dilakukan :

1. Menanyakan tentang pokok-pokok doa pribadi

anggota.

2. Mengingat sesama anggota dalam doa syafaat.

3. Mengikuti perkembangan pergumulan pribadi

anggota.

4. Menganjurkan sesama anggota untuk berani

menyaksikan kuasa doa yang mereka alami

kepada yang lain.

Tindakan kasih yang dapat dipraktekkan dalam kelompok pemuridan

antara lain:

1) Meluangkan waktu untuk mendengar keluhan-

keluhan, isi hati dan hal-hal yang mengganggu pikiran

dari sesama anggota.

2) Memberi saran, nasihat, teguran, dorongan dan

bimbingan kepada mereka yang membutuhkannya.

3) Melawat/mengunjungi anggota yang sakit dengan

berbagai penghiburan atau anjuran yang berguna.

4) Menemani sesama anggota dalam menghadapi

pergumulan-pergumulan berat.
153

5) Memberi penghiburan kepada sesama anggota yang

dalam kedukaan.

6) Membantu memikirkan dan mencari jalan keluar bagi

yang tertekan dalam problematika hidup.

7) Memberi bantuan konkrit untuk menolong sesama

anggota yang dalam kesulitan

6) Menjadi Pembimbing

Beberapa hal yang dapat dilakukan Menjadi Pembimbing:

A. Memberikan perhatian pada sesama anggota Kelompok

pemuridan sehubungan dengan kehadirannya dalam

kebaktian umum, kebaktian doa, dan persekutuan-

persekutuan komisi, serta aktivitas yang ada dalam gereja.

Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara:

a. Mendorong dan menyambut kehadirannya dalam

kebaktian-ke-baktian tersebut.

b. Berusaha mengetahui hambatan-hambatan yang

dihadapinya untuk hadir dalam kebaktian dan

mencarikan jalan keluarnya.

c. Menjemput atau menemaninya datang beribadah ke

gereja.

B. Mengadakan perkunjungan sesama anggota baik secara

pribadi atau bersama anggota Kelompok pemuridan yang lain.


154

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam perkunjungan adalah:

(a) Membuat janji untuk perkunjungan.

(b) Membuat catatan singkat tentang keadaan anggota

untuk mendapat perhatian lebih lanjut.

(c) Bila tidak berjumpa, meninggalkan/menitipkan kartu

visitasi ke rumah yang bersangkutan (kartu visitasi sesuai

kebijaksanaan gereja lokal masing-masing).

3) Mengingat atau mencatat hari-hari khusus sesama anggota

(ulang tahun, ulang tahun pernikahan, dan lain-lain).

c) Pemuridan Sebagai Tempat Pelatihan

Anggota kelompok pemuridan dilatih dalam berdoa,

pertobatan, dan penginjilan sehingga mereka dapat belajar

bagaimana hidup sebagai murid. Mereka akan mempelajari

bagaimana patuh terhadap pemimpin. Taat pada Tuhan dan yang

lain merupakan prasyarat bagi kepemimpinan dalam tubuh Kristus.

Pelatihan anggota pemuridan antara lain bidang pembentukan

karakter; Mengadakan lokakarya, ini akan meningkatkan daya serap

yang lebih mendalam menggali kebenaran firman Tuhan yang akan

sangat berguna dalam menyusun pertanyaaan simulasi. Seorang

hamba Tuhan yang mampu dalam analisis firman Tuhan dapat

diundang. Mengadakan seminar tentang peranan pujian dan

penyembahan. Mengadakan seminar doa atau mendorong


155

mengikuti seminar doa oleh badan inter denominasi seperti jaringan

doa. Jenis pelatihan lain yang dapat meningkatkan karakter sesuai

kebutuhan, terutama dalam meningkatkan pengetahuan Alkitab para

pemimpin. Dan pelatihan dibidang penginjilan; Pelatihan penginjilan

pribadi. Seminar tentang penginjilan kontekstual, Pelatihan yang

lebih mendalam tentang piramida penginjilan.

Empat metode latihan proses pelatihan;

Pertama, instruksi dalam latihan perlu petunjuk dan metode-

metode yang jelas dam efektif sehingga dapat dilakukan. Kedua,

demonstasi dalam latihan perlu contoh-contoh atau model sehingga

mudah dalam pelaksanaanya. Ketiga, keterlibatan dalam latihan

perlu melibatkan orang-orang dalam pelayanan. Dan keempat,

evaluasi untuk melihat apakah Firman Tuhan di aplikasikan dalam

kehidupan

Beberapa hal praktis yang dapat dilakukan :

1. Melakukan pembekalan dan pengarahan mengenai bahan

renungan bagi anggota Kelompok pemuridan yang untuk

memimpin pertemuan kelompok.

2. Didorong kreatif dalam diskusi kelompok dan

pembahasan bahan persekutuan Kelompok pemuridan.

3. Latihan sharing tentang kebenaran firman Tuhan yang

diperoleh dalam saat teduh, bacaan rohani dan pemberitaan

firman Tuhan melalui mimbar.


156

4. Memperkenalkan kaset-kaset, video, buku-buku rohani yang

bermutu (yang sudah dikonsultasikan) kepada sesama

anggota.

5. Berusaha membimbing dan mengangkat kondisi kehidupan

rohani anggota yang lemah.

6. Berkonsultasi dengan Rohaniwan untuk memberi penjelasan

atau penerangan bagian-bagian firman Tuhan tertentu.

7. Memberi dorongan terhadap sesama anggota untuk

melayani Tuhan.

8. Membuat proyek ketaatan atas firman Tuhan dengan target

untuk dapat saling mengingatkan satu sama lainnya.

d) Menjadikan Orang Lain murid

Proses menjadikan orang lain murid dapat dilakukan melalui hal-

hal sebagai berikut;

1) Pemuridan melalui saling membangun

Kristus memberi tahu murid-muridNya bahwa kasih mereka

seharusnya dapat menarik dunia kepada-Nya. Lebih sekedar doa

untuk persatuan, doa Kristus bagi para murid-murid-Nya di dalam

Yohahes 17 adalah suatu panggilan untuk menjadi berkat dalam

kelompok. Yesus berkata: "Bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa,

tetapi juga untuk orang-orang yang percaya kepada-Ku melalui

pemberitaan mereka, supaya mereka menjadi satu, sama seperti


157

Engkau ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar

mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya Engkau di dalam

Aku supaya mereka menjadi satu dengan sempurna, agar dunia tahu

bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau

mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku" (ayat 20-

21,23). Sasaran dari kelompok pemuridan adalah menunjukkan

kasih Kristus kepada orang yang belum mengenal-Nya. Ketika

anggota kelompok pemuridan membagikan kasih, penerimaan, dan

pengampunan mereka kepada orang lain, dunia akan melihat dan

kemudian percaya bahwa Yesus Kristus hidup.

2) Pemuridan Melalui Persahabatan

Gereja pentakosta Methodist Jotabeche mengalami

pertumbuhan pesat di tahun 1974, karena mereka menekankan

pergi yang berlawanan dengan kebanyakan orang lain yang

mengharapkan orang yang belum percaya datang. Mereka berusaha

mengajak sahabat-sahabat mereka yang belum percaya

menyerahkan hidup mereka kepada Kristus dan menjadi anggota

gereja yang bertanggung jawab". Studi-studi pertumbuhan gereja

mengungkapkan bahwa persahabatan salah satu hubungan kunci

mempertahankan pertumbuhan gereja. Banyak orang non-Kristen

yang enggan masuk ke dalam persekutuan Kristen dan gereja,

namun setelah mereka menjadi sahabat dan merasakan kasih

kekristenan mereka akan datang dan percaya


158

Dengan memanfaatkan hubungan yang sudah ada ini kita

tidak perlu lagi mencari domba di tempat lain karena mereka sudah

diberikan Tuhan di sekitar kita. Tempat yang paling baik untuk

melayani ialah di mana kita berada sekarang ini karena di situ sudah

ada orang-orang yang diberikan Tuhan untuk dilayani yaitu sahabat-

sahabat kita

3) Pemuridan melalui keterbukaan yang jujur

Penyampaian kabar baik di dalam kelompok pemuridan

adalah suatu proses alamiah. Orang-orang non-Kristen dapat

bertanya, membagikan keraguannya, dan menceritakan tentang

perjalanan rohani mereka Sementara anggota kelompok pemuridan

yang telah percaya kepada Yesus Kristus membagikan kesaksian

mereka bersamaan dengan pesan Injil yang jelas dan tidak

kompromi.

Sharing yang terbuka, kasih dan penerimaan

mengungkapkan kepada non Kristen bahwa orang percaya memang

belum sempurna namun sudah diampuni. Pertemuan ini disi dengan

membagikan pengalaman pribadi yang telah dialami. Setiap orang

diharapkan untuk dapat berbicara dengan bebas dan sederhana

tentang suatu topik, mulai dari pencobaan yang dialami sampai

bagaimana mengatasinya. Hati orang-orang berdosa akan

dilembutkan saat mereka berinteraksi dengan 'orang- orang berdosa

yang telah diselamatkan'. Orang kristen perlu memiliki kesungguhan


159

dalam memperdulikan sesama sebagaimana pribadi yang dikasihi

dan di pedulikan Allah

Ibadah Pertemuan Kelompok Pemuridan

Ada banyak variasi pertemuannya kelompok Pemuridan.

Berikut adalah contoh yang dapat dilakukan;

1. Suasana (Pencair Suasana) Dinamika rohani: manusia

kepada manusia. Dapat berupa permainan yang mendobrak

kekakuan di awal pertemuan. Supaya dapat saling

mengetahui nama-nama orang-orang yang hadir di dalam

kelompok Pemuridan

2. Sembah (Pujian dan Penyembahan) Dinamika rohani:

manusia kepada Allah. Pujian yang bersifat horizontal yaitu

pujian yang merasakan kesatuan Tubuh Kristus.

Penyembahan yang bersifat vertikal yaitu penyembahan yang

menyenangkan hati Tuhan.

3. Sharing (Membagi Firman Tuhan) Dinamika rohani: Allah

kepada manusia. Setiap orang membagikan dan mempunyai

komitmen untuk menerapkan firman Tuhan di dalam hidupnya.

Dapat berupa bahan pelajaran yang sudah ditentukan dari

gereja. Dapat berupa bahan khotbah hari Minggu yang

diaplikasikan di dalam hidup sehari-hari. Aplikasi firman

Tuhan: Dicatat, Direnung-kan, Dilakukan, Diceritakan (4D).


160

4. Sasaran (Pelayanan dan Pengutusan) Dinamika rohani:

manusia kepada manusia yang lainnya. Menerap-kan fungsi

Kelompok pemuridan (4M) yaitu Memelihara, Membangun,

Menyatukan, dan Menyelamatkan jiwa-jiwa bagi Kristus.


BAB V

PENUTUP

Bab V atau bab penutup ini peneliti akan memberikan kesimpulan dan

saran dari Disertasi yang penulis persembahkan dalam apa yang peneliti

buat di atas dari bab I hingga Bab IV dan kesimpulan serta saran yang kami

paparkan adalah:

A. Kesimpulan

Semua yang hidup pasti bertumbuh karena gereja adalah organisme

yang hidup sudah sewajarnya gereja tetap bertumbuh. Pemuridan

merupakan bagian terpenting di dalam pertumbuhan suatu gereja. Tuhan

Yesus mengunakan pemuridan yang terdiri dari dua belas orang murid

sebagai strategi untuk meneruskan tugas-Nya. Dalam pemuridan Tuhan

Yesus ini prinsip-prinsip penting dari pertumbuhan gereja terakumulasi di

dalamya. Sebuah proses dimana setiap murid dipanggil, diajar, dilatih dan

diutus memiliki citra Allah. Proses berputar mereproduksi orang yang juga

mampu mereproduksi orang lain juga.

Model pemuridan Tuhan Yesus terhadap dapat digambarkan sebagai

berikut; Prinsip pertama pemanggilan menjadi murid. Ia mencari orang yang

mau merespon panggilan menjadi muridNya. Pemanggilan untuk menjadi

murid dan bertobat. Kedua Prinsip kedua pondasi pelayanan. Setelah

161
162

dipanggil, Yesus mengajarkan Firman Tuhan, menerangkan murid adalah

hamba dan menolong untuk mengerti kehendakNya. Prinsip ketiga

pelatihan pelayanan. Ia melatih, Yesus tidak hanya mengajar para muridnya

tetapi Ia juga memberikan pelatihan. Yesus sendiri melakukan-Nya dan

melatih murid-murid berdoa. Dan Prinsip keempat menjadikan orang lain

murid dengan penuh keyakinan “Mengutus, pergilah, jadikanlah semua

bangsa murid-Ku!”.

Aplikasinya prinsip-prinsip pemuridan dalam gereja dapat dilakukan

sebagai berikut; Pertama, mencari dua sampai dua belas orang yang siap

menjadi anggota pemuridan satukan mereka dalam satu kelompok. Kedua,

ajarkan bahwa anggota kelompok harus memandang dirinya sebagai

hamba dan rindu untuk memenuhi kebutuhan orang lain dan perlunya

komitmen dan tindakan untuk mewujudkan. Ketiga, melatih para

anggotanya untuk bertumbuh nyata menjadi para pelaku setiap kebenaran

Firman yang sudah mereka dengar. Dan keempat, pemahaman bawa

tujuan pemuridan adalah untuk “memuridkan murid-murid yang lain” yaitu

mencari orang yang siap menjadi anggota pemuridan selanjutnya

B. Saran-saran

Pemuridan adalah salah satu strategi gereja yang efektif dan sangat

memberi kontribusi dan pengaruh dalam pertumbuhan gereja. Bagaikan

seorang jendral yang merumuskan rencana perang, Yesus

memperhitungkan untuk menang. Tidak ada istilah coba-coba. Ia

merumuskan strategi yang tidak akan gagal.


163

Pemuridan berdasarkan prinsip-prinsip pemuridan Yesus terhadap

dua belas muridnya merupakan strategi pertumbuhan gereja sesuai

dengan prinsip pertumbuhan gereja yang sehat atau yang disebut sebagai

pertumbuhan yang alamiah, yaitu pertumbuhan yang yang didasarkan pada

konsep Allah sendiri dan tentunya prinsip-prinsip ini masih relevan untuk

diterapkan dalam pemuridan gereja masa kini.

Tugas pemimpin gereja adalah memikirkan dan mencari

starategi bagaimana pertumbuhan dapat terjadi. Penulis menyampaikan

beberapa saran;

1. Pemuridan harus menjadi program gereja yang terutama untuk

menumbukan kedewasaan jemaat Tuhan dan harus dilakukan

secara konsisten, dan peneliti meyakini akan berdampak kepada

perilaku jemaat Tuhan sehingga gereja bertumbuh.

2. Peneliti menekankan pentingnya pembekalan pemuridan kepada

jemaat, dengan pembekalan ini artinya mempersiapkan sumber

daya manusianya terlebih dahulu, agar siap untuk mengajar jemaat

yang lain.

3. Dengan Pemuridan yang pesertanya atau jemaat yang mengikuti

hanya dibatasi maksimal 2-10 orang akan lebih efektif.

4. Peneliti mendorong gereja atau gembala untuk setiap jemaatnya

bersedia mengikuti pemuridan.


164

5. Kepada pemimpin-pemimpin gereja untuk memulai pemuridan dan

menerapkan prinsip-prinsip pemuridan Yesus terhadap dua belas

muridnya ini menjadi program utama dalam gereja.

6. Kepada setiap jemaat bersedia menerima undangan untuk masuk

menjadi bagian pemuridan

7. Kepada Gereja Methodist Indonesia dimana penulis melayani mulai

membentuk pemuridan dan mempraktekan prinsip-prinsip

pemuridan Yesus terhadap dua belas muridnya

8. Demikian kiranya yang peneliti lakukan dengan harapan hasil

disertasi ini dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam pemuridan

ke pada semua jemaat gereja dan dapat membantu

mengembangkan gereja dengan demikian Kristus dimuliakan.


DAFTAR PUSTAKA

Agung Gunawan, “Pemuridan Dan Kedewasaan Rohani,” jurnal Theologia

Aletheia 19 (2017) GUNAWAN, AGUNG. “Pemuridan Dan

Kedewasaan Rohani.” SOLA GRATIA: Jurnal

Teologi Biblika dan Praktika 5, no. 1 (2020).

Jonianus, “IMPLEMENTASI PEMURIDAN KONTEKSTUAL KEPADA

JEMAAT

GLORIA AMPERA SEBAGAI PENDEWASAAN ROHANI JEMAAT”

(n.d.)

Purim Marbun, “Strategi Dan Model Pembinaan Rohani Untuk

Pendewasaan Iman

Jemaat,” Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) 2, no. 2

(2020)

Setiawan David Eko, “Kelahiran Baru Dalam Kristus Sebagai Tittik Awal

Pendidikan

Unggul,” Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat Vol. 3

(2019)

Sari Saptorini, Pemanggilan Murid Secara Sengaja Berdasarkan Teladan

Tuhan

Yesus.urnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen

Volume 15, Nomor 1, April 2019

165
166

Petrus F. Setiadarma, “Motivasi Pelayanan”, diakses tanggal 16 Oktober

2012,

tersedia di http://motivasi-pelayanan.html

Nggebu, Sostenis. “Pemuridan Model Epafras Sebagai Upaya

Pendewasaan Iman Kristen The Model of Epaphras

Discipleship as an Effort of Maturing of Church Members

Faith.” Pengarah: Jurnal Teologi Kristen 3, no. 1 (2021).

1. Alkitab Terjemahan Baru ( Lembaga Alkitab Indonesia, 2017).

2. Anthony D’Souza, Proactive Visionary Leadership. (terjemahan),

(Jakarta: Trisewu leadership institute, 2007)

3. Aubrey Malphurs, Strategic Disciple Making: A Practical Tool

for Succesful Ministry, (Grand Rapids,Michigan: Baker Book, 2009)

4. Buku panduan Strategi Jesus, Menjadikan murid (Jakarta: GMI

Wilayah II, 2000)

5. Buku liturgi ulang tahun keduapuluh empat tahun GMI Imanuel

Denpasar (September 2019)

6. Bill Hull, Panduan Lengkap Pemuridan (Yogyakarta: Yayasan Gloria,

2014)

7. B. Moore Waylon, Penggandaan Murid-Murid (Malang: Gandum

Mas, 1981)
167

8. C. Peter Wagner, Strategi Perkembangan Gereja, (Malang: Gandum

Mas, 1997)

9. David J. Bosch, Transformasi Misi Kristen, (Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2006)

10. D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I, (Jakarta: OMF,

2002)

11. Edmund. A Certain Kind Chan, Pemuridan Intensional Yang

Mengubah Definisi Sukses Dalam Pelayanan. (Singapore: Covenant

Evangelical Free Church, 2014).

12. Eddie Gibbs, Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang, (Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 2010)

13. Ernawati Waridah, S.S, Kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta:

media, 2017)

14. Emanuel Gerrit Singgih, Reformasi dan Transformasi Pelayanan

Gereja Menyongsong Abad 21, (Yogyakarta: Kanisius, 1997)

15. Frank Damazio. Strategic Church (Yogyakarta, ANDI Offset, 2020).

16. Herdy N. Hatabarat, Mentoring & pemuridan (Bandung: Yayasan

Kalam Hidup, 2011)

17. James E. Means, Leadership in Christian Ministry, (Grand Rapids

Michigan: Beker Book House, 1989)

18. Joe E. Trull dan James E Carter, Etika Pelayanan Gereja, (Jakarta:

Bpk Gunung Mulia, 2012)

19. Juan Carlos Ortiz. Murid Sejati (Yogyakarta, ANDI Offset, 2010).
168

20. J.D Dauglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini II M-Z, (Jakarta: OMF,

2002)

21. Le Roy Eims, Pemuridan Seni Yang Hilang (Bandung: Lembaga

Literatur Baptis, 1978)

22. Mark Dever. 9 Tanda Gereja yang Sehat (Momentum, 2014).

23. Melda Padilla Maggay, Transformasi Masyarakat, (Jakarta: Cultivate

Publishing, 2004)

24. Peter Wongso, Theologia Pengembalaan, (Malang: Literatur SAAT,

2009),

25. Rick Warren, Pertumbuhan Gereja Masa Kini: Gereja yang

mempunyai Visi-Tujuan. (Malang: Gandum Mas, 2000)

26. Rom Jenson & Jim Stevens, Dinamika Pertumbuhan Gereja,

(Malang; Gandum Mas, 2002)

27. Ronald W. Leigh, Melayani Dengan Efektif (Jakarta: BPK. Gunung

Mulia, 2007)

28. Robert E. Coleman, The Master Plan of Evangelism, (Grand Rapids,

Michigan: Revell, 2010)

29. W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

BPK Gunung Mulia,1976.)

30. W. R. F. Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2011),

31. Witness Lee. Visi Sentral Pelayanan Gereja. (Yayasan

Perpustakaan Injil, 2018).


169

32. Scott Morton. Pemuridan Untuk Semua Orang (Yayasan Gloria,

2011).

33. Sostenis Nggebu, Nampak Tilas Jejak-Jejak Yesus, (Bandung:

Kalam hidup, 2004)

34. Suharso dan Ana Retnoningsih , Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Semarang: Widya Karya, 2011),

35. Yakob Tomatala, kepemimpinan Kristen: mencari Format

kepemimpinan gereja yang kontekstual di Indonesia, (Jakarta: YT

leadership Foundation, 2003)


170

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Di depan GMI Jemaat Imanuel denpasar


171

Foto bersama dengan majelis dan pengurus komisi.

Foto bersama pengurus komisi pria (P2MI)


172

Foto bersama pengurus komisi pemuda (P3MI)

Foto bersama pengurus komisi sekolah Minggu


173

Foto bersama pengurus komisi wanita (PWMI)

bersama team ibadah pelayan


174

Pelayanan ibadah

Kelas pemuridan pemuda


175

Kelas pemuridan guru sekolah Minggu

Saat mengajar kelas pemuridan jemaat di gereja


176

Kelas pemuridan jemaat di gereja

Kelas pemuridan jemaat Online


177

Surat Keterangan Penelitian Dari GMI Jemaat Imanuel

Denpasar
178
179
Suryanto Disertasi
ORIGINALITY REPORT

12 %
SIMILARITY INDEX
12%
INTERNET SOURCES
1%
PUBLICATIONS
4%
STUDENT PAPERS

PRIMARY SOURCES

1
stt-gke.ac.id
Internet Source 2%
2
www.jawaban.com
Internet Source 2%
3
repository.uin-suska.ac.id
Internet Source 1%
4
core.ac.uk
Internet Source 1%
5
digilib.uin-suka.ac.id
Internet Source 1%
6
repositori.uin-alauddin.ac.id
Internet Source 1%
7
www.researchgate.net
Internet Source 1%
8
Submitted to Konsorsium Turnitin Relawan
Jurnal Indonesia
1%
Student Paper

9
repository.trisakti.ac.id
Internet Source <1 %
<1 %
10
idoc.pub
Internet Source

11
docplayer.info
Internet Source <1 %
12
contoh-laporan-kpm-oleh-
wenkisanusi.blogspot.com
<1 %
Internet Source

13
sttsoteriapwt.wordpress.com
Internet Source <1 %
14
dspace.uii.ac.id
Internet Source <1 %
15
eprint.unipma.ac.id
Internet Source <1 %
16
eprints.stainkudus.ac.id
Internet Source <1 %
17
repository.its.ac.id
Internet Source <1 %
18
stt-tawangmangu.ac.id
Internet Source <1 %

Exclude quotes On Exclude matches < 4 words


Exclude bibliography On

You might also like