You are on page 1of 20

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA BAHAN ALAM I


“SKRINING FITOKIMIA”

Disusun Oleh Kelompok 3 S1-4A:


Bunga Dinda Raputri 2101009
Fadya Khairunisa 2101015
Fikri Alfarabi 2101016
Laura Chania 2101021
M. Sofyan 2101022
Meisy Imelda 2101025
Nita Rahmadani 2101030
Nuraini 2101031
Siti Aulia Wulyadi 2101048
Wan Nasywa Amanda 2101052

Dosen Pengampu : apt. Enda Mora, M.Si


Asisten Dosen : 1. Dyan Febrian
2. Lusyyani Lisda Putri
3. Putri Aulia
4. Senti Dwi Suryani, S.Farm
5. Wewi Alfarezi Nasution

PRODI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat serta karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum kimia bahan dengan baik. Laporan ini
disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah Kimia Bahan Alam Sekolah
Tinggi Ilmu Farmasi Riau.
Diharapkan dengan disusunnya laporan hasil praktikum ini dapat menjadi media
pembelajaran bagi mahasiswa sekaligus menjadi acuan untuk menambah informasi dalam
bidang kajian ilmu kimia. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah memberi dukungan serta bantuan, baik secara moril dan materi sejak
dimulai praktikum hingga tersusunnya laporan, yaitu antara lain:
1. Allah SWT atas segala nikmat, karunia serta kemudahan yang diberikan sehingga
laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya.
2. Kedua orang tua atas segala kasih sayang serta dukungannya.
3. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia Bahan Alam terkhususnya Bapak apt. Enda Mora,
M.Si yang telah memberikan ilmu serta bimbingan selama Praktikum Kimia Bahan Alam I.
4. Asisten praktikum Kimia Bahan Alam yang telah mendampingi dan membimbing
selama praktikum. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam
penyusunan laporan ini.
Oleh karena itu kritik serta saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan
penulisan maupun kajian ilmiah di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis dalam menambah ilmu pengetahuan.

Pekanbaru, Mei 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada kali ini kegiatan KBA yang kami laksanakan yaitu di Taman Hutan Raya
Sultan Syarif Hasyim (Tahura SSH). Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim (Tahura
SSH) merupakan kawasan pelestarian alam yang ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 348/Kpts-II/1999 tanggal 26 Mei
1999 seluas 6.172 Ha. Kawasan Tahura SSH meliputi 3 kabupaten/kota yaitu
Kabupaten Kampar seluas 3.041,81 Ha, Kabupaten Siak seluas 2.323,33 Ha dan Kota
Pekanbaru seluas 806,86 Ha. Kawasan Tahura SSH juga merupakan objek wisata alam.
Untuk mencapai kawasan tersebut dapat ditempuh dari ibu kota Provinsi Riau,
Pekanbaru menuju Minas dengan jarak 25 km dan waktu tempuh sekitar 30 menit.
Tahura SSH memiliki keragaman jenis flora yang cukup tinggi.
Keanekaragaman jenis Tahura SSH sangat mewakili suatu kondisi hutan dengan tipe
hutan hujan dataran rendah. Tercatat ± 127 jenis flora yang merupakan tumbuhan asli
hutan Tahura SSH yang didominasi dari family Dipterocarpaceae, Lauraceae,
Euphorpeaceae, Anacardiaceae, Guttiferae, Sapotaceae, Myrtaceae dll.
Keunggulan dari Tahura Sultan Syarif Hasyim diantaranya adalah:
1. Kawasan Tahura SSH merupakan lokasi wisata yang sangat strategis karena dekat
dengan Ibukota Provinsi. Untuk mencapai kawasan tersebut dapat ditempuh
dengan route Pekanbaru – Minas dengan jarak 25 Km dari Kota Pekanbaru
dengan waktu tempuh perjalanan ± 30 menit.
2. Potensi keenekaragaman flora dan fauna cukup besar.
3. Bentang alamnya memungkinkan untuk dikembangkan bagi berbagai kegiatan
wisata/rekreasi (seperti taman safari dan dunia fantasi).
4. Berfungsi sebagai paru-paru Kota Pekanbaru (karena dikelilingi oleh
pertumbuhan kota).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah terkait laporan akhir Kimia Bahan Alam ialah sebagai
berikut.
1. Bagaimana langkah-langkah skrining fitokimia senyawa alkaloid, flavonoid,
fenolik, saponin, terpenoid, dan steroid?
2. Bagaimana jalur biosintesis senyawa alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin,
terpenoid, dan steroid?
3. Bagaimana reaksi-reaksi dalam senyawa alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin,
terpenoid, dan steroid?

1.3 Tujuan Kegiatan


Adapun tujuan kegiatan terkait laporan akhir Kimia Bahan Alam ialah sebagai berikut.
1. Mengetahui skrining fitokimia senyawa alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin,
terpenoid, dan steroid.
2. Mengetahui jalur biosintesis senyawa alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin,
terpenoid, dan steroid.
3. Mengetahui reaksi-reaksi dalam senyawa alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin,
terpenoid, dan steroid.
1.4 Manfaat Kegiatan
Adapun manfaat kegiatan yang dihasilkan setelah pelaksanaan Kuliah Lapangan adalah
sebagai berikut.
1. Mahasiswa mengetahui kelompok tumbuh-tumbuhan yang diperoleh
dilapangan mengandung alkaloid atau tidak.
2. Mahasiswa mengetahui kelompok tumbuh-tumbuhan yang diperoleh
dilapangan yang mengandung flavonoid, fenolik, saponin, terpenoid, dan
steroid.
3. Mahasiswa memahami dan dapat melakukan sendiri bagaimana mendeteksidan
mengetahui serta melakukan skrining kandungan senyawa alkaloid, flavonoid,
fenolik, saponin, terpenoid, dan steroid yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan
BAB II
PELAKSANAAN KULIAH LAPANGAN

2.1 Tempat Dan Waktu


Adapun Tempat dan Waktu pelaksanaan untuk Kuliah Lapangan ini ialah sebagai
berikut.
a. Tempat pelaksanaan : Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim (Tahura SSH) dan
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau
b. Waktu pelaksanaan : Sabtu, 11 Maret 2023

2.2 Alat Dan Bahan


A. Alat
1. Lumpang dan alu
2. Pipet tetes
3. Kapas
4. Tabung reaksi
5. Gelas ukur
6. Plat tetes
7. Gunting
8. Bunsen
9. Penjepit buaya
10. Rak tabung reaksi
11. Sikat tabung reaksi
12. Tisu
13. Kain lap
14. Kertas label
15. Spatel
16. Mancis atau korek api
17. Lidi
18. Pot salep
B. Bahan
1. Sampel spesimen daun
2. Pasir bersih
3. Kloroform
4. Kloroform amoniak
5. Larutan H2SO4
6. Pereaksi meyer
7. Pereaksi wagner
8. Pereaksi dragendorff
9. Etanol
10. Aquadest
11. Logam Mg
12. Larutan HCl
13. Larutan FeCl3
14. Norit
15. Larutan asam asetat

2.3 Cara Kerja


A. Skrining fitokimia golongan alkaloid
1. Potong daun ditambah secubit pasir lalu digerus dalam lumpang
2. Tambahkan klorofom 5 ml kemudian gerus dan tambahkan klorofom amoniak
5ml (1:1), lalu gerus kembali
3. Ambil kapas lalu masukkan ke lumpang kemudian ambil menggunakan pipet
tetes
4. Masukkan kedalam tabung reaksi, lalu tambahkan 2ml H2SO4, kemudian
kocok
5. Bagian atas (H2SO4) diambil, masukkan dalam tabung reaksi baru
6. Tambahkan pereaksi Meyer 2-3 tetes, lalu amati warna
7. Positif alkaloid jika terbentuk kabut putih hingga gumpalan/endapan putih bila
ditambahkan pereaksi meyer
8. Positif alkaloid jika adanya endapan jingga atau merah bila ditambahkan
pereaksi dragendorff
9. Positif alkaloid jika adanya endapan coklat bila ditambahkan pereaksi wagner
B. Skrining fitokimia golongan flavonoid dan fenolik
1. Potong sampel, masukkan dalam tabung reaksi kemudian tambahkan etanol
sampai sampel tenggelam
2. Maserasi, panaskan sampel diatas bunsen, kemudian pindahkan kedalam
tabung reaksi baru
3. Tambahkan dengan aquadest 2ml dan klorofom 2ml, kemudian dikocok
4. Ambil bagian lapisan air, kemudian masukkan kedalam tabung reaksi baru
5. Setelah itu, teteskan diatas plat tetes beri label flavonoid dan fenolik
6. Pada flavonoid ditambahkan logam Mg dan 2 tetes Hcl amati warna yang
terjadi, warna jingga merah menunjukkan positif flavonoid
7. Pada fenolik ditambahkan Fecl 2 tetes, amati warna biru/gelap yang berarti
positif fenolik

C. Skrining fitokimia terpenoid dan steroid


1. Lapisan kloroform di saring dengan pipet tetes yang berisi kapas dan norit
2. Hasil saringan diteteskan ke atas plat tetes
3. Lubang pertama tambahkan asam asetat 2 tetes dan H2SO4 2 tetes
4. Lubang kedua tambahkan 2 tetes H2SO4
5. Lubang ketiga tambahkan asam asetat
6. Amati perubahan warna
7. Positif terpenoid jika terjadi perubahan warna menjadi jingga atau merah
8. Positif steroid jika terjadi perubahan warna menjadi biru atau gelap

D. Saponin
1. Sisa lapisan air di kocok
2. Jika ada busa yang bertahan selama 1-3 menit maka positif saponin

E. Uji antioksidan metode DPPH


 Pembuatan Larutan Vitamin C
Timbang 3 mg tambahkan dengan 3ml metanol pa (diperoleh 1000ppm)
kemudian encerkan hingga diperoleh konsentrasi 100ppm
 Pembuatan larutan DPPH (dalam konsentrasi 1000ppm)
1. Timbang 5mg DPPH, masukkan kedalam vial, tambahkan 5ml Metanol pa
2. Masukkan kedalam labu ukur 50ml, tambahkan metanol hingga tanda
batas
 Pembuatan Ekstrak
1. Pada semua sampel 1, 2 dan 3, dipipet 100 mikroliter, masukkan kedalam
masing-masing vial
2. Kemudian tambahkan metanol biasa 900 mikroliter pada masing-masing
vial
3. Larutan dalam vial dipipet 100mikroliter, masukkan kedalam sumur
microplat, tambahkan 100 mikroliter DPPH
4. 6 sumur lain diisi dengan vitamin C 100 mikroliter tambah 100mikroliter
DPPH
5. 6 sumur berikutnya diisi dengan 100mikroliter metanol tambah 100
mikroliter DPPH
6. 6 sumur berikutnya diisi dengan 100mikroliter methanol
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Uji Fitofarmaka

NO NO
SPESIES NAMA HASIL FITOKIMIA
SPESIES

ALKALOI FLAVONOID FENOLIK SAPONIN STEROI TERPEN


D D
1 SP.3 Alstonia +++ + + - - -
scholaris
2 SP.6 Blepharocaly ++ + +
x salicifolius
3 SP.8 Virola - + + - - +
foschinyi
4 SP.10 Stangeria - + - - - -
eriopus
5 SP.13 Hopea - - + - - +
odorata
6 SP.14 Annona - + + - - +
cherimola
Mill
7 SP.15 Faramea ++++ - + - - -
guianensis
8 SP.17 Anisophyllea - + + - + -
disticha
9 SP.18 Siparuna - - + - - +
thecapora
10 SP.25 Detarium + - + - - -
microcarpum
11 SP.26 Miconia - - + -
stevensiana
12 SP.27 Cinnamomum - + + - -
verum
13 SP.28 Petrea - - + + - -
volublios L
14 SP.30 Alamanda -
scothii
15 SP.31 Stacyterpetha - - - -
indica
16 SP.32 Solanum +++ - - - - -
rugosum
17 SP. Malus Pumila + + - - -
3.2 Hasil Uji Antioksidan

No.
No Nama Spesies Hasil
spesimen
1. Sp. 32 Solanum rugosum 41,53%
2. Sp. 15 Faramea guianensis 20,22%
3. Sp. 6 Blepharocalyx salicifolius 18,88%

Perhitungan
 DPPH + VIT C

0,211+ 0,215+0,216+ 0,219+ 0,215+0,213


=
6

= 0,2148

 METANOL + DPPH

0,834+0,838+ 0,844+0,842+0,839+ 0,83


=
6

= 0,8378

 METANOL

0,042+ 0,039+0,041+0,049+0,048+ 0,04


=
6

= 0,0431

 A kontrol
= Ʃ DPPH – Ʃ METANOL
= 0,8378 – 0,0431
= 0,7947

o A Sampel SP. 6 ( Blepharocalyx salicifolius )


0,643+0,643+0,648
=
3
=0,6446

A Kontrol− A Sampel
% Inhibisi = x 100 %
A Kontrol

0,7947−0,6446
= x 100 %
0,7947

= 18,88 %

o A Sampel SP. 15 (Faramea guianensis)


0,628+0,635+0,639
=
3
=0,634

A Kontrol− A Sampel
% Inhibisi = x 100 %
A Kontrol

0,7947−0,634
= x 100 %
0,7947

= 20,22 %

o A Sampel SP. 32 (Solanum rugosum)


0,431+ 0,48+0,483
=
3
=0,4646

A Kontrol− A Sampel
% Inhibisi = x 100 %
A Kontrol

0,7947−0,4646
= x 100 %
0,7947

= 41,53 %

3.3 Pembahasan
Pada pratikum Kimia Bahan Alam I kali ini, kami melakukan kuliah lapangan dimana

kegiatan ini merupakan suatu kegiatan kunjungan ke Taman Hutan Raya Sultan Syarif
Hasim yang bertempat di Minas.Kuliah lapangan ini dilaksanakan di Taman Hutan Raya

Sultan Syarif Hasyim (SSH). Dimana dari praktikum yang telah dilaksanakan, kami

melakukan skrinning fitokimia terhadap sampel tumbuhan yang telah diambil pada hutan.

Skrining fitokimia merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

mengidentifikasi kandungan senyawa metabolit sekunder suatu bahan alam. Skrining

fitokimia merupakan tahap pendahuluan yang dapat memberikan gambaran mengenai

kandungan senyawa tertentu dalam bahan alam yang akan diteliti.

Proses skrining kimia yang dilakukan meliputi alkaloid, terpenoid, steroid, fenolik,

saponin dan flavonoid. Proses skrining fitokimia ini harus dilakukan dengan baik dan

benar agar mendapatkan hasil yang baik dan akurat serta sesuai ketentuan.Sampel yang

telah didapatkan di tahura sebelum dilakukan uji skrinning fitokimianya, perlu dilakukan

preparasi terhadap sampel tersebut. Ketika sampel sudah di preparasi, hal ini dapat

menjaga ketahanan sampel dari adanya mikroorganisme termasuk jamur, sehingga tidak

mengganggu senyawa yang ada dalam sampel yang nantinya akan dilakukan skrinning

fitokimia.

Uji skrining yang dilakukan pertama adalah uji alkaloid dilakukan dengan

mengerus sampel segar yang telah di preparasi menggunakan pasir, tujuannya untuk

mempermudah penghalusan. Hal yang diperhatikan pada saat penghalusan menggunakan

pasir adalah sampel tumbuhan tersebut harus terlebih dahulu dipotong menjadi bagian

bagian yang lebih kecil .Kemudian setelah halus di tambahakan pereaksi kloroform :

amoniak pemilihan pereaksi ini dikarenakan dengan penambahan kloroform bertujuan

untuk memutuskan ikatan antara asam tannin dan alkaloid yang terikat secara ionik,

dimana atom N dari alkaloid berikatan stabil dengan gugus hidroksil genolik dari asam

tannin.Dilakukan penyaringan dengan memberikan kapas diatas ekstrak sampel dan

dipipet hasil penggerusan dengan pipet tetes dan dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
akan terbentuk dua lapisan, pada lapisan bawah terdiri atas kloroform sedangkan pada

lapisan atas terdiri atas metabolit sekunder alkaloid dengan ammoniak ini dapat terjadi

karena berat jenis dari kloroform lebih berat daripada amoniak.

Setelah diekstraksi, larutan ini disaring dengan kapas menggunakan pipet tetes

lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi bersih dan larutannya ditambahkan asam sulfat

.Penambahan asam sulfat ini berfungsi untuk mengikat kembali alkaloid menjadi garam

alkaloid agar dapat bereaksi dengan pereaksi-pereaksi logam berat yaitu spesifi untuk

alkaloid yang menghasilkan kompleks garam anorganik yang tidak laru sehingg terpisah

dengan metabolic sekundernya.Sedangkan pengocokan dengan kuat bertujuan untuk

melarutkan senyawa-senyawa pada tiap-tiap lapisan secara tepat dan sempurna. Lapisan

atas (lapisan atas sulfat) dipipet ke dalam tabung reaksi baru, lalu diuji dengan pereaksi

meyer (kalium tetraiodo merkurat) jika terbentuk endapan putih ataupun kabut putih hal

itu menandakan bahwa sampel tanaman tersebut positif alkaloid.Reagen meyer akan

membentuk endapan putih yang diduga sampel tersebut mengandung metabolit sekunder

berupa alkaloid. Endapan putih terjadi dikarenakan nitrogen pada alkaloid bereaksi

dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat (II) membentuk kompleks kalium-

alkaloid yang mengendap dan bewarna putih.Adapun tanaman yang mengandung

alkaloid dari sampel yang kami kumpulkan adalah Alstonia scholaris(3+),Blepharocalyx

salicifolius(2+),Faramea guianensis(4+),Detarium microcarpum(1+),dan Solanum

rugosum (3+).

Selanjutnya pada skrining fitokimia saponin, fenolik terpenoid, steroid flavonoid

secara bersamaan dengan mengambil sampel segar yang sudah dipotong-potong

dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan methanol sebagai pelarut.

Penggunaan metanol sebagai pelarut dikarenakan pelarut metanol dapat melarutkan

senyawa polar maupun non polar sehingga sangat bai mengekstrak senyawa metabolit
sekunder yang terkandung pada sampel yang digunakan lalu di maserasi dengan tujuan

mengekstrak zat aktif yang mudah larut dalam cairan pengekstrak dan dapat

mengentalkan ekstrak yang akan digunakan.Setelah itu pipet hasil ekstrak ke tabung

reaksi lain dan beri label. Tambahkan kloroform : aquadest, aduk hingga terbentuk dua

lapisan. Lapisan atas (air) untuk uji flavonoid, fenolik, saponin, lapisan bawah

(kloroform) untuk uji steroid dan terpenoid.

Uji kedua yang dilakukan adalah uji flavonoid. Adapun cara mengidentifikasi

senuawa flavonoid, yaitu ambil 2-3 tetes lapisan atas (air), lalu teteskan ke plat tetes

Tambahkan logam Mg lalu tambahkan 1-2 tetes HCl pekat,Apabila terbentuk warna

oren-merah, maka sampel dinyatakan positif flavonoid. Flavonoid ini larut dalam etanol

karena bersifat polar. Setelah penambahan logam Mg, terbentuknya warna jingga atau

merah adanya kandungan flavonoid akibat terjadinya reduksi oleh HCl dan magnesium.

Pada ekstrak etanol sampel terjadi perubahan warna jingga. Hal tersebut menunjukan

bahwa ekstrak etanol sampel mengandung senyawa flavonoid. Tujuan penambahan

logam Mg dan HCl adalah untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat dalam struktur

flavonoid sehingga terbentuk garam flavilium berwarna merah atau jingga. Adapun

tumbuhan yang mengandung flavonoid pada sampel yang kami kumpulkan adalah

Alstonia scholaris,Blepharocalyx salicifolius,Virola faschinyi,Stangeria eriopus,Annona

cherimola,Anisophyllea disticha,Cinnamomum verum,dan Malus pumila.

Uji identifikasi yang ketiga adalah uji identifikasi fenolik. Fenolik memiliki

cincin aromatik satu atau lebih gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama

berdasarkan nama senyawa induknya, yaitu fenol. Senyawa fenol kebanyakan memiliki

gugus hidroksil lebih dari satu sehingga disebut polifenol. Berdasarkan

penggolongannya, senyawa fenolik ini terbagi menjadi 5 yaitu, fenolik sederhana, fenil

propanoid, lignan, asam ferulat, dan etil ferulat. Metabolit feniolik merupakan molekul
aromatic, sederhana bersifat asam lemah dengan suatu gugus hidroksi melekat pada suatu

cincin aromatic. Fenonik juga berperan dalam warna bunga, rasa dan bau dari tanaman.

Selain itu fenolik juga berperan dalam mekanisme pertahanan tanaman. .

Cara mengidentifikasi senyawa fenolik, yaitu ambil 2-3 tetes lapisan atas ke plat

tetes. Lalu, tambahkan 1-2 tetes FeCl3 Bila terbentuk warna biru gelap yang tetap atau

saat penetesan, maka sampel dinyatakan positif fenolik. Fenol memiliki kemampuan

membentuk senyawa kelat dengan logam, mudah teroksidasi dan membentuk polimer

yang menimbulkan warna gelap. Timbulnya warna gelap pada bagian tumbuhan yang

terpotong atau mati disebabkan oleh reaksi ini, hal ini sekaligus menghambat

pertumbuhan tanaman.FeCl3 digunakan untuk membedakan antara senyawa alkohol dan

fenol, karena FeCl3 mempunyai kemampuan untuk beraksi dengan fenol dan tidak

beraksi dengan alkohol alifatik. Adanya reaksi ditandai dengan melihat perubahan warna

sesaat setelah dicampurkan. Adapun sampel tanaman kami yang positif fenolik adalah

Alstonia scholaris,Blepharocalyx salicifolius,Virola foschinyi,Hopea odorata,Annona

cherimola,Faramea guianensis,Anisophyllea disticha,Siparuna thecapora,Detarium

microcarpum,Miconia stevensiana,Cinnamomun verum,Petrea volublios L.,dan Malus

pumila.

Uji identifikasi yang keempat adalah uji identifikasi saponin.Saponin merupakan

kelompok metabolic sekunder berupa glikosida tanaman dengan karakteristik utama

yang dimana membentuk sabun dengan larutan berair. Saponin memiliki gugus steroid

sebagai gugus nonpolar dan gugus glikosil sebagai gugus polar. Kedua gugus tersebut

akan menghasilkan misel dengan air yang berbusa bila dikocok kuat. Busa yang timbul

disebabkan karena senyawa saponin mengandung senyawa yang sebagian larut dalam air

(hidrofilik) dan senyawa yang larut dalam pelarut nonpolar (hidrofobik) sebagai

surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan.Saponin ditunjukkan dengan


adanya pembentukan busa stabil selama 30 detik setelah simplisia tanaman dikocok

dalam air yang menghasilkan ketinggian busa 1-3 cm .Saponin merupakan suatu

glikosida yang memiliki aglikon berupa sapogenin. Saponin dapat menurunkan tegangan

permukaan air, sehingga akan mengakibatkan terbentuknya buih pada permukaan air

setelah dikocok.Adapun sampel tanaman kami yang positif saponin hanya satu tanaman

yaitu,Petrea volublios L.

Pada uji selanjutnya,bagian sampel yang dipakai adalah bagian kloroform yang

dihasilkan tadi,namun disaring dengan norit kembali.Uji identifikasi kelima adalah uji

identifikasi metabolit terpenoid.Terpenoid adalah konstituen utama minyak atsiri dari

kebanyakan tumbuhan dan bunga. Masukkan sedikit kapas kedalam ujung pipet tetes,

masukkan norit 2 cm, setelah itu masukkan lapisan bawah (kloroform), siapkan 3 lubang

pada plat tetes untuk pengujian steroid dan terpenoid, tunggu hingga lapisan bawah

menetes melewati norit dan kapas, masukkan 1-2 tetes ke masing-masing lubang, tunggu

sampai cairan kering, setelah itu, lubang pertama di teteskan H2SO4, lubang kedua di

teteskan Asam Asetat Anhidrat, dan lubang ketiga di teteskan campuran H2SO4 dan

Asam Asetat Anhidrat, apabila terbentuk warna biru, maka sampel positif steroid, apabila

terbentuk warna merah, maka sampel positif terpenoid.

Tujuan penambahan H2SO4 ini untuk memutuskan ikatan gula pada senyawa.

Jika ikatan gula terlepas maka adanya steroid-terpenoid bebas pada sampel akan ditandai

dengan adanya cincin yang berwarna merah. Uji ini didasarkan pada kemampuan

senyawa terpenoid dan steroid membentuk warna oleh H2SO4 pekat dan pada pelarut

asetat glasial yang membentuk warna jingga. Senyawa terpenoid memiliki struktur siklik

yang bisa berikatan dengan alkohol. Hal ini terlihat dari perubahan warna yang terjadi

setelah penambahan asam sulfat pekat, yaitu warna jingga. Rumus molekul terpen adalah

(C5H8)n. Terpenoid disebut jugadengan isoprenoid. Hal ini disebabkan karena kerangka
karbonnya sama seperti senyawaisopren. Secara struktur kimia terenoid merupakan

penggabungan dari unit isoprena, dapatberupa rantai terbuka atau siklik, dapat

mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, karbonilatau gugus fungsi lainnya.Adapun

sampel tanaman kami yang positif terpenoid adalah Virola foschinyi,Hopea

odorata,Annona cherimola,dan Siparuna thecapora.

Selanjutnya uji yang terakhir adalah uji Steroid. Steroid merupakan senyawa

metabolit sekunder dengan berbagai fungsi biologis yang penting dan tersebar luas baik

dalam jaringan tumbuhan maupun hewan. Steroid memainkan peran penting dalam

menjaga keseimbangan garam, mengendalikan metabolisme dan meningkatkan

fungsi organ seksual dan perbedaan fungsi biologis lainnya antara jenis kelamin.

Steroid pada tanaman telah menunjukkan efek penurun kolesterol dan anti kanker.

Uji fitokimia ekstrak etanol sampel menunjukan hasil positif terbentuknya warna merah

kecoklatan untuk uji terpenoid dan hijau-biru untuk uji steroid. Asam sulfat dengan

pelarut asam asetat glasial berfungsi untuk memprotonasi gugus hidroksi pada steroid

atau terpenoid yang akan membentuk warna biru kehijauan. Steroid pada tumbuhan ada

yang memilki fungsi untuk menghambat penuaan daun sehingga daun tidak cepat

gugur,sedangkan steroid pada hewan umumnya dijumpai dalam bentuk hormone yang

salah satu fungsinya berpengaruh dalam pertumbuhan.Adapun sampel tanaman yang

positif steroid hanya satu tanaman yaitu Anisophyllea thecapora.

Adapun faktor yang dapat menyebabkan kesalahan lainnya yaitu karena

kesalahan dalam menginterpretasikan hasil dari percobaan oleh pratikan sehingga dapat

terjadi karena warna yang gelap menyebabkan penuaan warna pada hasil yang

didapat.Selain itu,kemungkinan tidak tepat dalam konsentrasi yang diteteskan pada

sampel sehingga warnanya bisa saja berubah dan membuat praktikan salah dalam

menginterpretasikan hasil yang diperoleh sehingga bisa saja hasil tersebut adalah hasil
positif palsu atau negative palsu.Maka dari itu,perlu ketelitian dan keterampilan dalam

melakukan uji skrinning fitokimia agar hasil yang didapatkan bisa dipastikan kebenaran

dan keakuratannya.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

You might also like