You are on page 1of 20

DIABETUS MELLITUS PADA KEHAMILAN

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks
Dosen Pengampu: Ibu Nidya Ikha Putri, S.S.T., M.Biomed

Disusun Oleh:
Riska Tri Purwanti Saputra F622448
Sri Suparmi F622423
Amalia Nur Pratiwi F622367
Novi Vidianti Astuti F622296
Vini Septiani Rahayu F622364
Rika Amelia F622427
Neng Susanti Megawati F522026
Desnaeny Utami F622432
Erni Pujiawati F622268
Ikhwantika S.C F622450
Lusiana Dewi F622402
Lilis Sunengsih F622403
Nuni F622363

Kelompok 1
Semester 1 Program Studi Sarjana Kebidanan Program Alih Jenjang

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI


JALAN RAJAWALI BARAT NO. 38 BANDUNG 40184
JALAN CIHANJUANG NO. 303 (KM.6,3) BANDUNG BARAT 40559
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Diabetes Milletus
pada Kehamilan” dengan lancar dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan daripada pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks yaitu untuk menambah kreatifitas, ilmu pengetahuan
mahasiswa dan untuk mempelajari lebih dalam lagi tentang Diabetes Mellitus pada Kehamilan serta
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Nidya Ikha Putri, S.S.T., M.Biomed selaku
dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks yang telah memberikan tugas ini
kepada kami sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna baik isi maupun penyajiannya.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna untuk perbaikan
pembuatan makalah di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Cimahi, 22 Mei 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................................4
1. Tujuan Umum........................................................................................................................4
2. Tujuan Khusus.......................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................5
A. Pengertian Diabetes Mellitus Gestasional......................................................................................5
B. Tanda - Tanda dan Gejala Diabetus Mellitus Gestasional.............................................................5
C. Patofisiologi Diabetes Mellitus Gestasional...................................................................................6
D. Faktor Penyebab Diabetus Milletus Gestasional............................................................................7
E. Yang Berisiko Terkena Diabetes Mellitus Gestasional..................................................................8
F. Komplikasi Diabetes Mellitus Gestasional...................................................................................10
G. Strategi Utama dalam Mengontrol Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus
Gestasional...................................................................................................................................10
H. Pencegahan Diabetes Mellitus Gestasional..................................................................................13
I. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional..........................................13
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................15
A. Kesimpulan..................................................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang bidan memiliki tanggung jawab besar dalam pemberian asuhan kebidanan
karena bersinggungan langsung dengan keselamatan atau keberlangsungan hidup seorang ibu dan
bayi yang dilahirkan. Pada prinsipnya, kegawatdaruratan maternal dan neonatal akan selalu
terjadi karena hal ini merupakan gabungan dari beberapa kondisi pada ibu dan bayi.
Kegawatdaruratan maternal merupakan kondisi kesehatan yang mengancam jiwa, yang terjadi
dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan serta kelahiran. Kasus kegawatdaruratan
maternal termasuk kasus kompleks yang jika tidak segera ditangani akan berakibat kematian
pada ibu dan janinnya (Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks Maternal & Neonatal, 2019). Salah
satu contoh penyakit yang akan menjadi kasus kompleks yaitu diabetes mellitus pada kehamilan.
Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan metabolik yang disebabkan oleh gagalnya
organ pankreas dalam memproduksi hormon insulin secara memadai. Penyakit ini bisa dikatakan
sebagai penyakit kronis karena dapat terjadi secara menahun. Berdasarkan penyebabnya diabetes
mellitus digolongkan menjadi tiga jenis, diantaranya yaitu diabetes mellitus tipe 1, tipe 2 dan
diabetes mellitus gestasional (Kemenkes RI, 2020). Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan karena
reaksi autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta pada pankreas
sehingga tidak bisa memproduksi insulin sama sekali. Sedangkan diabetes melitus tipe 2 terjadi
karena akibat adanya resistensi insulin yang mana sel-sel dalam tubuh tidak mampu merespon
insulin sepenuhnya. Diabetes mellitus gestasional disebabkan karena naiknya berbagai kadar
hormon saat hamil yang bisa menghambat kerja insulin (International Diabetes Federation,
2019). Maka dari itu, untuk mengetahui bahwa seseorang mengidap penyakit diabetes mellitus
dapat ditegakkan melalui pemeriksan klinis berupa pemeriksaan kadar gula darah.
Pemeriksaan klinis merupakan data penunjang yang dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosa terhadap suatu penyakit. Salah satunya pada penderita diabetes mellitus yang dapat
dilakukan pemeriksaan kadar gula darah dengan glukometer. Menurut PERKENI (2015) ada 4
kriteria dalam menegakkan diagnosis DM, diantaranya melakukan pemeriksaan kadar gula darah
anteprandial, kadar gula darah postprandial, kadar gula darah acak dan 2 pemeriksaan HbA1c.
Namun, pemeriksaan kadar gula darah dengan HbA1c saat ini tidak digunakan lagi sebagai alat
diagnosis ataupun evaluasi dikarenakan tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi
standar. Menurut WHO (2019), seseorang didiagnosis diabetes mellitus apabila dalam
pemeriksaan kadar gula darah ditemukan nilai pemeriksaan kadar gula darah anteprandial ≥ 126
mg/dl, dua jam setelah makan ≥ 200 mg/dl dan kadar gula darah acak ≥ 200 mg/dl.

1
Diabetes mellitus gestasional didefinisikan sebagai intoleransi karbohidrat yang dimulai
atau pertama kali dikenali pada kehamilan yang ditandai dengan suplai insulin yang tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan insulin tubuh saat kehamilan. Penyebab suplai insulin
yang tidak mencukupi mendeskripsikan penyebab hiperglikemia secara umum, termasuk seperti
penyakit autoimun, penyebab monogenik dan resistensi insulin. Federasi Diabetes Internasional
memperkirakan bahwa satu dari enam kelahiran hidup (16,8%) adalah wanita hamil dengan
diabetes. Sementara 16% dari kasus ini mungkin disebabkan oleh diabetes pada kehamilan (baik
diabetes yang sudah ada sebelumnya : tipe 1 atau tipe 2 yang mendahului kehamilan atau
pertama kali diidentifikasi selama pengujian dalam indeks kehamilan) (Federasi Internasional
Ginekologi dan Obstetri (FIGO), 2015). Ibu hamil dengan diabetes gestasional berisiko
mengalami peningkatan berat badan dengan cepat dan umumnya juga mengalami komplikasi saat
proses persalinan dan berisiko melahirkan bayi dengan berat badan berlebih atau melahirkan bayi
prematur atau cacat fisik (Whalen et al., 2017).
Menurut International Diabetes Federation (2019) jumlah penderita diabetes mellitus
diseluruh dunia mengalami peningkatan menjadi 463 juta jiwa pada tahun 2019 dan jumlah
kematian pada kasus ini yaitu 4,2 juta jiwa yang mana Indonesia menjadi urutan ke 7 dengan
jumlah penderita 10,7 juta. IDIABETIC FOOT juga memperkirakan bahwa pada tahun 2045
kasus diabetes akan meningkat menjadi 700 juta. Selain itu, Menurut RISKESDAS (2018)
menyebutkan bahwa jumlah prevelensi kasus diabetes mellitus di Indonesia menurut diagnosis
dokter pada penduduk umur ≥15 tahun sebesar 2%. Angka tersebut menunjukkan peningkatan
jika dibandingkan pada tahun 2013 dengan prevelensi 1.5% . Selain itu, jumlah kasus tertinggi
terjadi di provinsi Jakarta (3,4%) dan terendah dimiliki oleh provinsi Nusa Tenggara Timur
(0,9%).
American College of Obstetrician and Gynecologist (ACOG) menyatakan bahwa pada
tahun 2019 dilaporkan 86% kehamilan memiliki komplikasi diabetes, dimana 7 % diantaranya
adalah diabetes gestasional. Prevalensi diabetes gestasional di Cina sebesar 4,3%, Taiwan 7,4%,
India dan Timur Tengah sebesar 10-22%. Hampir 80% penderita diabetes berada di negara yang
berpendapatan rendah dan menengah. Diabetes gestasional di Negara Eropa sebanyak 5.4%,
Negara Afrika 14% dan Negara Asia 1%-20% (Ningsih, Subarto, & Fajarini, 2019). Prevalensi
diabetes gestasional di Indonesia 1,9%-3,6% pada kehamilan secara umum dan prevalensi ibu
hamil dengan riwayat keluarga dengan diabetes mellitus adalah sebesar 1,5%, dari semua
kehamilan berkisar 1-14% yang mengalami diabetes gestasional (Federasi Internasional
Ginekologi dan Obstetri (FIGO), 2015).
Terjadinya diabetes gestasional sejajar dengan prevalensi gangguan toleransi glukosa
(IGT), obesitas dan diabetes melitus tipe II (T2DM) pada populasi tertentu. Kondisi ini sedang
meningkat secara global, diikuti dengan peningkatan pada wanita yang overweight dan obesitas
pada usia reproduksi, dengan demikian lebih banyak wanita hamil memiliki faktor risiko yang

2
membuat mereka rentan terhadap hiperglikemia selama kehamilan (Federasi Internasional
Ginekologi dan Obstetri (FIGO), 2015). Faktor risiko diabetes gestasional termasuk kelebihan
berat badan sebelum kehamilan (BMI >30 kg/m2), usia >35 tahun, kehamilan dengan diabetes
gestasional sebelumnya, riwayat hipertensi, riwayat keluarga dengan diabetes dan anggota
kelompok etnis dengan prevalensi diabetes gestasional tinggi dan faktor risiko lainnya adalah
riwayat makrosomia, bayi lahir mati yang asalnya tidak diketahui, bayi dengan kecacatan dan
riwayat glukosauria (Ningsih et al., 2019 ; SEMDSA, 2017).
Ibu dengan diabetes gestasional selama masa kehamilan memiliki dampak risiko lebih
tinggi untuk berkembangnya gangguan hipertensi (preeklampsia), janin besar, keguguran, partus
lama, bayi lahir prematur dan persalinan secara sectio caesarea (Ningsih et al., 2019). Risiko
komplikasi pasca persalinan ibu dengan diabetes gestasional dapat memperberat komplikasi dari
diabetes yang sudah ada sebelumnya, seperti: jantung, ginjal, saraf dan gangguan penglihatan dan
berisiko menderita diabetes melitus tipe II dalam jangka waktu 10 tahun dari masa kehamilan
(Dugan & Ma Crawford, 2019; Ningsih et al., 2019). Dampak pada janin yang lahir dari ibu
dengan diabetes gestasional memiliki risiko lebih tinggi terkena makrosomia, hipoglikemia,
hiperbilirubinemia, gangguan pernapasan sindroma, polisitemia, hipertrofik kardiomiopati dan
hipokalsemia dan komplikasi ini telah dilaporkan dengan frekuensi yang bervariasi (Ningsih,
Subarto, and Fajarini 2019).
Pengendalian kadar glukosa darah pada ibu dengan diabetes gestasional mencakup
pengaturan pola diet, akitivitas fisik, memonitor kadar glukosa darah dan dengan penggunaan
terapi farmakologi. Pengaturan pola diet memiliki peran yang penting dalam pengendalian
glukosa darah pada diabetes gestasional, pengaturan pola diet ini bertujuan untuk mengontrol
agar glukosa darah dalam rentang normal dan menyediakan nutrisi yang adekuat untuk
meningkatkan berat badan ibu yang sesuai dengan usia kehamilan. Mengkonsumsi makanan
tinggi serat, kacang-kacangan, ikan dan sereal dapat membantu mengurangi resiko komplikasi
diabetes gestasional (Ren & Shuhua, 2019; Dolatkhah, Ph, Hajifaraji, Ph, & Shakouri, 2018).
Käypähoito (2013) dalam Ren and Shuhua (2019) menyarankan untuk makan sedikit dan
membagi porsi makanan yang harus dicerna setiap hari menjadi 5-6 kali makan. Secara khusus
untuk menghindari waktu sarapan dan makan malam yang terlalu lama. Selanjutnya disarankan
juga untuk mengkonsumsi setidaknya 500gr sayuran dan buah setiap hari. Hal ini dapat menunda
kenaikan gula darah, membantu mengontrol gula darah dan merasa kenyang, tetapi jangan
mengkonsumsi buah dalam jumlah yang berlebihan.
Bidan memiliki peran penting dalam manajemen yang efektif dan penurunan angka
kejadian diabetes gestasional. Bidan memiliki peran sebagai penyuluh dan pendidik yang baik
bagi Ibu Hamil dengan diabetes gestasional dalam upaya untuk mencapai diet seimbang
ditambah dengan aktivitas fisik sebagai dasar utama penatalaksanaan diabetes gestasional. Selain
itu, perawatan tindak lanjut di komunitas dapat segera memperbaiki faktor risiko dan membantu

3
pasien dengan diabetes gestasional untuk memantau status kadar glukosa darah pasca melahirkan
(Ren & Shuhua, 2019).
Berdasarkan uraian diatas, maka dari itu kami tertarik untuk membahas tentang diabetes
mellitus gestasional dengan membuat makalah yang berjudul “Diabetes Mellitus pada
Kehamilan”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini
adalah “Bagaimana diabetes mellitus pada kehamilan bisa terjadi?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kasus Kompleks.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengertian diabetes mellitus gestasional.
b. Mendeskripsikan tanda dan gejala diabetes mellitus gestasional.
c. Mendeskripsikan patofisiologi diabetes mellitus gestasional.
d. Mendeskripsikan faktor penyebab diabetes mellitus gestasional.
e. Mendeskripsikan sesorang yang beresiko terkena diabetes mellitus gestasional.
f. Mendeskripsikan komplikasi diabetes mellitus gestasional.
g. Mendeskripsikan strategi utama dalam mengontrol kadar gula darah pada penderita
diabetes mellitus gestasional.
h. Mendeskripsikan pencehagan diabetes mellitus gestasional.
i. Mendeskripsikan asuhan kebidanan bagi ibu hamil dengan diabetes mellitus gestasional.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Diabetes Mellitus Gestasional


1. Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
(Henderina, 2010). Menurut Smeltzer dan Bare (2002), diabetes mellitus adalah suatu
gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia)
akibat kerusakan pada sekresi insulin dan kerja insulin.
2. Diabetes Mellitus Gestasional adalah keadaan terjadinya intoleransi glukosa yang dimulai
atau didapatkan pada saat hamil yang diketahui muncul seiring kehamilan (Prawihardjo,
2018: 851).
3. Diabetes Mellitus Gestasional atau dikenal dengan diabetes mellitus dalam kehamilan yaitu
suatu kondisi dimana Ibu sebelum kehamilan tidak menderita diabetes mellitus dan muncul
pada saat kehamilan terjadi. Kondisi tersebut disebabkan karena adanya proses metabolisme
dan perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan karena kehamilan merupakan masa
yang memiliki efek diabetogenik (Sugianto, 2016: 34).
4. Diabetes Mellitus Gestasional (GDM) adalah diabetes yang terjadi pada saat kehamilan
sedangkan sebelum hamil Ibu tidak menderita penyakit diabetes (Mufdillah, dkk, 2019).
5. Diabetes Mellitus Gestasional yang didefinisikan sebagai adanya gangguan toleransi
glukosa sebagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apa
penderita perlu diberikan terapi insulin atau tidak (Setiawati, 2020: 134).
6. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) merupakan intoleransi glukosa pada berbagai
tingkatan yang terjadi selama kehamilan. DMG pada wanita meningkatkan risiko kematian
sebelum kelahiran pada Ibu dan bayinya, tingkat kesakitan pada Ibu dan meningkatkan
risiko berkembangnya DM tipe-2 setelah melahirkan (Anna Marliyati and Roosita, 2016).
7. DM tipe ini biasanya terjadi pada masa kehamilan, yaitu dimana intoleransi glukosa
biasanya didapati pertama kali pada masa awal kehamilan, biasanya pada awal trimester II
dan III. Diabetes Mellitus Gestasional ini berhubungan dengan meningkatnya komplikasi
perinatal, penderita DM gestasional memiliki risiko yang lebih tinggi dari biasanya dalam
jangka sekitar lima sampai sepuluh tahun setelah melahirkan (Kecerdasan et al., 2019).

B. Tanda -Tanda dan Gejala Diabetus Mellitus Gestasional


Diabetes Mellitus Gestasional adalah bentuk sementara (dalam banyak kasus) diabetes
dimana tubuh tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup untuk menangani gula
selama kehamilan. Hal ini juga bisa disebut intoleransi glukosa atau intoleransi karbohidrat.
Tanda dan gejala DMG yaitu, antara lain:

5
1. Terdapat gula dalam urin.
2. Mudah merasa lelah.
3. Pandangan kabur.
4. Kesemutan pada tangan dan kaki.
5. Permasalahan dalam hubungan seksual.
6. Proses penyembuhan luka lebih lama.
7. Sering buang air kecil.
8. Sering merasa haus.
9. Sering merasa lapar.
10. Penurunan berat badan.
11. Infeksi pada vagina, kulit dan kandung kemih.
Hampir 80% penderita diabetes mellitus ada di negara berpenghasilan rendah dan
menengah. DMG berkembang di Negara Eropa sebesar 5.4%, Negara Afrika 14%, Negara Asia
berkisar dari 1%-20%, sedangkan prevalensi GDM di Indonesia sebesar 1,9%-3,6%. Perbedaan
ini disebabkan perbedaan geografis, ras, etnis, penggunaan layanan kesehatan, strategi deteksi
dini dan kriteria diagnostik yang ditetapkan.

C. Patofisiologi Diabetes Mellitus Gestasional


Diabetes Mellitus Gestasional dapat terjadi sebagai akibat dari gangguan metabolisme
yang bermanifestasi secara genetik dan klinis sebagai hilangnya toleransi karbohidrat. Kenaikan
kadar glukosa darah disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mengubah glukosa menjadi
energi, hal ini terjadi karena tubuh tidak cukup membuat insulin atau bahkan tidak mampu
membuat insulin, sehingga mencegah glukosa masuk ke dalam sel tubuh untuk diubah - ubah
menjadi energi dan akhirnya menyebabkan kadar yang tinggi dalam darah. (Sugianto, 2016).

Patofisiologi Diabetes Mellitus Gestasional (Sugianto 2016).

6
Penyakit Diabetes Mellitus Gestasional terjadi ketika jumlah atau fungsi insulin tidak
optimal. Perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin menyebabkan
peningkatan komposisi sumber energi plasma Ibu (insulin tinggi, gula darah tinggi). Dengan
difusi yang menguntungkan ke dalam membran plasenta, tempat sirkulasi janin juga mengalami
perubahan komposisi sumber energi abnormal dan menyebabkan berbagai komplikasi (Setiawati,
2020; 135).
Timbulnya diabetes mellitus dalam masa kehamilan disebabkan peran berbagai faktor
termasuk terjadinya perubahan dalam metabolisme selama kehamilan, adanya peningkatan
sekresi berbagai hormon yang disertai pengaruh metabolik terhadap toleransi glukosa pada
kehamilan menunjukkan kehamilan merupakan suatu keadaan diabetogenik (Sugianto, 2016).
Diabetes mellitus akan terjadi selama kehamilan jika fungsi pankreas tidak cukup untuk
mengatasi keadaan resistensi insulin yang disebabkan oleh perubahan hormon diabetogenik
selama kehamilan (Prawihardjo, 2018; 852).
Pada wanita hamil normal, banyak terjadi sekali perubahan hormonal dan metabolisme
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Terkait dengan patologi diabetes
mellitus dalam kehamilan adalah perubahan metabolisme karbohidrat. Kehamilan normal disebut
kondisi yang diabetogenik karena adanya ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat,
penurunan aktivitas ekskresi ginjal meningkat serta efek hormonal kehamilan yang
mengakibatkan kebutuhan glukosa meningkat (Maryunani, 2016: 27).
Selama kehamilan terjadi perubahan fisiologis yang mempengaruhi metabolisme
karbohidrat dengan bertambahnya usia kehamilan, terjadi peningkatan produksi hormon
antagonis insulin seperti progesteron, kortisol, estrogen dan laktogen plasenta manusia.
(Rahmawati, 2016).

D. Faktor Penyebab Diabetus Milletus Gestasional


1. Pola Makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh
dapat memicu timbulnya diabetes mellitus, komsumsi makan yang berlebihan dan tidak
diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar
gula dalam darah meningkat dan menyebabkan diabetes mellitus. Menurut Airlangga
(2019), seringnya makan makanan yang tidak sehat, makan tidak teratur serta kurangnya
olahraga juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya DMG.
2. Obesitas (kegemukan)
Obesitas merupakan salah satu faktor yang paling utama yang menyebabkan terjadinya DM,
yaitu timbunan lemak yang ada di dalam tubuh menghalangi kerja insulin sehingga glukosa
tidak dapat diangkut ke dalam sel sehingga terjadi penumpukkan di pembuluh darah yang
menyebabkan penumpukan kadar gula darah di dalam pembuluh darah (Ii & Pustaka, 2018).

7
3. Bahan - Bahan Kimia dan Obat - Obatan
Bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pancreas. Radang pada
pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-
hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin.
4. Penyakit dan Infeksi pada Pankreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas
yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon
- hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin.
5. Pola hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus. Jika orang malas
berolahraga, maka akan memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes
mellitus karena olahraga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh.
Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes mellitus,
selain disfungsi pankreas.
6. Riwayat Diabetes Gestasional
DM tipe ini adalah ketika Ibu Hamil gagal dalam mempertahankan euglikemia (kadar
glukosa normal). Dan faktor risiko DM gestasional yaitu riwayat keturunan atau genetik,
obesitas dan glikosuria. DM pada tipe ini dijumpai sekitar 2-5% pada Ibu Hamil dan gula
darah akan kembali setelah Ibu Hamil sudah melahirkan, namun risiko Ibu mendapatkan
DM Tipe-2 dikemudian hari sangat besar (Wahyu, 2019).
7. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan terjadinya DM, yaitu dikarenakan peningkatan
kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi dari pembuluh darah dan peningkatan
volume aliran darah (Putra et al., 2019).

E. Yang Berisiko Terkena Diabetes Mellitus Gestasional


1. Ras atau Etnis
Perempuan keturuan Asia-Amerika, penduduk asli Hawaii, penduduk kepulauan Pasifik,
Hispaik dan keturuan Afrika-Amerika memiliki risiko tinggi menderita GDM daripada
wanita kulit putih non Hispanik. Hal ini dikarenakan lifestyle yang berakibat pada terjadinya
obesitas.
2. Usia ≥35 tahun.
Ibu Hamil di atas usia 35 tahun memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan yang hamil di usia
lebih muda. Ibu yang berusia ≥ 35 tahun cenderung memiliki kadar gula darah tinggi karena
kadar insulin yang diproduksi oleh tubuh semakin berkurang.

8
3. Obesitas (IMT >30)
Obesitas merupakan kondisi tubuh dengan kadar lemak
yang terlalu tinggi yang menyebabkan berbagai masalah
kesehatan, salah satunya adalah GDM. Pada penderita
GDM, pankreas menghasilkan insulin dalam jumlah yang
cukup, namun insulin tersebut tidak dapat bekerja
maksimal dalam membantu sel - sel tubuh menyerap glukosa dikarenakan kadar lemak
dalam darah yang tinggi terutama kolesterol dan trigliserida (lemak dalam darah).

4. Riwayat Hipertensi/Tekanan Darah Tinggi


Hubungan diabetes dengan hipertensi dapat terjadi bersamaan karena keduanya memiliki
keterkaitan yang cukup erat, yaitu memungkinkan penyakit lain terjadi seperti penyakit
jantung dan gagal ginjal. American Diabetes Association merekomendasikan tekanan darah
penderita DMG harus dibawah 140/90 mmHg. Bila ada gangguan ginjal dianjurkan tekanan
darah lebih rendah lagi.
Faktor - Faktor Risiko Lain :
1. Riwayat bayi lahir mati.
2. Riwayat bayi dengan kecacatan.
3. Riwayat penyakit jantung.
4. Riwayat glukosauria (kadar gula darah berlebih dalam urin).
5. Riwayat melahirkan bayi besar >4 kg).
Faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terkena DMG selama kehamilan yaitu
kelebihan berat badan sebelum hamil dimana berat badannya lebih dari 20% dari berat badan
ideal, memiliki riwayat diabetes, pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari empat kg atau
bayi lahir mati, atau bahkan pernah mengalami diabetes pada kehamilan sebelumnya serta
memiliki cairan ketuban yang terlalu banyak (Kemenkes, 2017).

9
F. Komplikasi Diabetes Mellitus Gestasional
Menurut Damm, P., et.al (2016), komplikasi yang akan diperoleh pada Ibu, janin dan
neonatal yang terkait dengan DMG yaitu Ibu memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
mengembangkan diabetes tipe-2 dikemudian hari, meskipun toleransi glukosa Ibu setelah
melahirkan telah menjadi normal. Hasil penelitian yang telah dilakukan melaporkan bahwa
wanita lebih mungkin terkena diabetes lebih dari tujuh kali setelah DMG dan Ibu dengan DMG
akan mengembangkan diabetes dalam sepuluh tahun menjadikan DMG salah satu prediktor
terkuat dari diabetes tipe-2. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko obesitas,
sindrom metabolik, diabetes tipe-2 dan gangguan sensitivitas dan sekresi insulin pada keturunan
Ibu dengan DMG adalah dua hingga delapan kali lipat daripada keturunan Ibu tanpa DMG.
Komplikasi DMG pada Ibu Hamil menurut Mufdillah, et.al (2019) yaitu gangguan
penglihatan, pre-eklampsia, janin besar, keguguran, persalinan lama, premature dan persalinan
secara sectio caesarea (SC). Komplikasi yang terjadi pada bayi setelah lahir yaitu ikterus
neonatorium (bayi kuning), sindrom gangguan pernafasan, hipoglikemia akut, peningkatan risiko
obesitas dan diabetes saat anak - anak dan remaja, berat bayi baru lahir besar >4000 gram.
Komplikasi yang terjadi pada Ibu pasca bersalin yaitu risiko infeksi kandung kemih,
memperberat komplikasi diabetes yang sudah ada sebelumnya (jantung, ginjal, saraf, dan
gangguan penglihatan), serta berisiko menderita diabetes melitus tipe-2 daam jangka waktu
sepuluh tahun dari masa kehamilan.
Komplikasi yang Dapat Terjadi pada Bayi
1. Ikterus neonatorium (bayi kuning).
2. Sindrom gangguan pernafasan bayi.
3. Hipoglikemia akut.
4. Peningkatan risiko obesitas dan diabetes saat anak - anak dan remaja.
5. Berat bayi baru lahir besar >4000 gram
Komplikasi yang Dapat Terjadi pada Ibu
1. Risiko infeksi kandung kemih.
2. Memperberat komplikasi diabetes yang sudah ada sebelumnya (jantung, ginjal, saraf,
gangguan penglihatan).
3. Risiko menderita diabetes mellitus tipe 2 dalam jangka waktu 10 tahun dari masa
kehamilan.

G. Strategi Utama dalam Mengontrol Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus
Gestasional
Strategi utama dalam mengontrol kadar gula darah pada penderita GDM sama halnya
dengan diabetes pada umumnya yaitu dengan terapi diet atau pola makan yang ideal. Selain itu
dapat juga dilakukan dengan aktivitas fisik (olahraga yang teratur), rutin memeriksa kadar gula

10
darah, rutin periksa ke dokter, tujuan terapi diet, mengatasi kejadian hipoglikemia,
mengkonsumsi obat atau insulin jika diperlukan.
2. Terapi Diet / Pola Makan yang Ideal
Adapun tujuan terapi diet :
a. Makan sesuai dengan kebutuhan tubuh.
b. Mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal/mendekati normal.
c. Mempertahankan berat badan dalam batas normal.
d. Mencegah terjadinya hipolglikemia (kadar gula darah terlalu rendah).
e. Mengurangi atau mencegah komplikasi.
f. Asupan kalori yang direkomendasikan untuk ibu hamil yaitu sebagai berikut :
1) (25-30 kkal / kg) + 50 kkal pada trimester pertama.
2) (25-30 kkal / kg) + 250 kkal trimester kedua.
3) (25-30kkal / kg) + 450 kkal pada trimester ketiga.

Contoh :
Ibu Hamil trimester II dengan tinggi badan 155 cm.
Rumus BBI = (TB-100) - (10% (TB-100)) = (155-100) - (10%(155-100)) = 49,5 kg.
Kebutuhan energi total = 30 kkal/kg x49,5 kg = 1485 kkal +250 kkal = 1735 kkal/hari.
Kebutuhan gizi Ibu Hamil dengan GDM :
a. Kebutuhan protein 10-15% dari kebutuhan energi total.
b. Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energi total.
c. Kolesterol makanan maksimal 300 mg/hari.
d. Kebutuhan karbohidrat 60-70% dari kebutuhan energi total.
e. Apabila kadar gula darah tinggi, penggunaan gula murni tidak diperbolehkan. Jika kadar
gula darah sudah terkendali diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari
kebutuhan energi total.
f. Makanan berserat dianjurkan 25 gr/hari.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjalani pola diet, antara lain :
a. Makan dalam porsi kecil, namun sering. Tidak dianjurkan makan 3 kali/hari dengan porsi
besar, namun lebih baik makan 6 kali/hari dengan porsi kecil. Makan 6 kali/hari meliputi
jadwal makan utama 3 kali/hari (pagi, siang dan malam) dan konsumsi camilan 3
kali/hari (dikonsumsi diantara waktu makan utama).

11
Camilan yang dapat Anda konsumsi: outmeal, yogurt, edamame, apel, jeruk, pear, jus
tomat tanpa gula, telur rebus. Pengaturan porsi makan ini berkaitan dengan kestabilan
berat badan selama hamil.
b. Makan dengan jadwal teratur dan tidak menunda jadwal makan.
c. Mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat seperti roti, susu, buah, permen dan
soft drinks (boleh dikonsumsi namun tidak berlebihan).
d. Usahakan untuk tidak banyak mengonsumsi karbohidrat di pagi hari, karena kadar gula
darah cenderung naik pada pagi hari.
Catata:
Perempuan yang mengkonsumsi >5 porsi minuman pemanis gula dalam seminggu
memiliki risiko 22% lebih tinggi menderita GDM dibandingkan hanya mengkonsumsi 1
porsi.
3. Aktivitas Fisik / Olahraga yang Teratur
Setiap aktivitas fisik sangat berarti untuk kesehatan.
Penderita GDM sebaiknya memilih jenis olahraga
yang sebagian besar menggunakan otot - otot besar
dengan gerakan berirama dan berkesinambungan.
Olahraga yang dianjurkan adalah jogging, yoga dan renang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa aktivitas fisik termasuk olahraga selama kehamilan bermanfaat bagi kesehatan Ibu
dan janinnya, seperti menghindari kenaikan berat badan Ibu yang berlebihan, mengurangi
depresi dan sifat mudah marah yang berkaitan dengan kehamilan, mempertahankan berat
badan janin dalam kisaran normal, mencegah komplikasi kehamilan dan mengurangi risiko
makrosomia. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menyarankan
wanita hamil untuk melakukan aktivitas fisik dengan
intensitas sedang setidaknya 150 menit per minggu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan olahraga:
a. Konsultasikan kepada dokter mengenai olahraga yang sesuai dengan kondisi kesehatan.
Walaupun sudah ada jenis olahraga yang dianjutkan, tapi konsultasi tetap diperlukan
karena kondisi kesehatan karena setiap individu berbeda.
b. Pilihlah olahraga yang anda suka dan lakukan beberapa variasi kegiatan sehingga merasa
nyaman dan tidak bosan dalam melakukannya.
c. Buatlah jadwal olahraga setiap 1 minggu dan berkomitmen untuk melakukannya.
4. Rutin Memeriksa Kadar Gula Darah
Menurut American College of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG), skrining GDM direkomendasikan
pada Ibu Hamil dengan faktor risiko. Jika hasil skrining
awal negatif, skrining harus diulang pada usia kehamilan

12
24-28 minggu. Selain itu, semua Ibu Hamil harus mendapatkan skrining GDM yang
dilakukan pada usia kehamilan 24-28 minggu kehamilan. Kadar gula darah dapat diketahui
melalui pemeriksaan laboratorium atau pasien dapat melakukan secara mandiri (sendiri) di
rumah. Alat cek gula darah/blood glucose meter yang ada di pasaran adalah ACCU-Chek,
Abbott, OneTouch dan Easytouch. Pilihan waktu terbaik dalam pengecekkan gula darah
penderita GDM yang tidak mendapatkan terapi insulin adalah saat puasa dan 1 jam setelah
makan. Sedangkan yang mendapatkan terapi insulin adalah saat berpuasa dan sebelum
makan serta ± 1 jam setelah makan. Walaupun dilakukan di rumah, harus tetap melakukan
pencatatan yang dapat dilaporkan ke petugas kesehatan saat melakukan pemeriksaan
kehamilan. Lakukan pencatatan dengan jujur tidak mengurangi atau menaikkan kadar gula
darah.
5. Rutin Periksa ke Dokter
Sama halnya dengan kehamilan normal, kunjungan ulang
(kontrol kehamilan) pada penderita DMG bertujuan
untuk mengetahui kesehatan Ibu dan kesejahteraan janin.
Saat melakukan kunjungan ulang, upayakan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan oleh petugas kesehatan atau diperbolehkan lebih awal
kontrol jika ditemukan tanda bahaya kehamilan. Upayakan datang bersama suami karena
terkadang konseling yang diberikan oleh tenaga kesehatan, membutuhkan keterlibatan
keluarga terutama dalam managemen DMG.
6. Pemberian Insulin
Jika Ibu hamil dengan diabetes mellitus tidak berhasil
mengendalikan kadar gula darahnya dengan diet dan
olahraga, maka diperlukan resep obat/terapi insulin untuk
membantu mengkontrol kadar gula darah selama
kehamilan. Tidak perlu khawatir jika diharuskan suntik insulin saat hamil. Penggunaan
insulin sudah terbukti sangat aman bagi Ibu Hamil dengan diabetes mellitus serta bayi dalam
kandungannya. Pasalnya, tidak mendapatkan pengobatan insulin selama kehamilan dengan
diabetes justru jauh lebih berisiko bagi Ibu dan bayinya.
H. Pencegahan Diabetes Mellitus Gestasional
Menurut Damm, P., et.al (2016), perkembangan diabetes tipe-2 pada wanita dengan
sebelumnya menderita DMG dapat dicegah atau ditunda dengan intervensi gaya hidup dan atau
perawatan medis. Pencegahan dapat dilakukan juga dengan cara pengaturan pola makan,
olahraga secara teratur, rutin periksa gula darah, rutin periksa ke dokter, atasi jika terjadi
hipoglikemia, dan mengonsumsi obat insulin jika diperlukan.

13
I. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Dalam standar pelayanan antenatal dalam pengelolaan Ibu Hamil dengan diabetes
mellitus gestasional memiliki tujuan yang berprinsip mencapai sasaran normoglikemia, yaitu
kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan <120 mg/dl dan kadar HbAIC <6 dan pertumbuhan
janin normal. Selain itu menjaga agar tidak terjadi hipoglikemia, tidak ada ketonuria, mengurangi
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi seperti peningkatan gangguan hipertensi, kelainan
kongenital pada janin, kematian janin, makrosomia, preeklampsia, kemungkinan sectio caesarea
dan kelahiran premature. Asuhan Ibu Hamil dengan diabetes mellitus dijadwalkan kunjungan
pemeriksaan lebih sering dibandingkan dengan Ibu Hamil normal. Adapun proses yang harus
dilakukan untuk pengelolaan Ibu Hamil dengan diabetes mellitus gestasional diantaranya, Bidan
harus:
1. Melakukan deteksi dini diabetes mellitus gestasional dengan memantau beban glukosa 50gr
pada 24-28 minggu kehamilan. Hasil tes abnormal setelah satu jam diikuti dengan
pemeriksaan beban glukosa 100gr. Selama 3 hari pasien diberitahu tentang diet ketat,
kemudian cek darah puasa di vena, setelah 1-3 jam pemberian glukosa diberikan. Diabetes
mellitus gestasional didiagnosis ketika dua atau lebih hasil yang diperoleh dengan
abnormal. Diagnosis praktis adalah dengan menggunakan beban 75gr dari gula dan didapati
hasil lebih dari 140mg/dL dapat ditegakkan sebagai diabetes mellitus gestasional
(Prawihardjo, 2018).
2. Anjurkan Ibu untuk melakukan pemantauan gula darah untuk mengontrol glukosa darah,
dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (idealnya setiap hari,
jika memungkinkan dengan alat periksa sendiri di rumah) (Maryunani, 2016).
3. Melakukan konseling tentang pengaturan pola makan atau diet yang memiliki tujuan untuk
menurunkan ukuran kadar glukosa serum maternal dengan cara membatasi asupan
karbohidrat Ibu hingga 40% - 50% dari keseluruhan kalori secara total, protein 20%, lemak
30% - 40% serta kenaikan berat badan selama kehamilan diusahakan hanya sekitar 11 –
12,5kg saja. Serta melakukan kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet sehat dan tepat bagi
Ibu Hamil dengan diabetes mellitus (Prawihardjo, 2018).
4. Jika ditemukan wanita hamil dengan total jumlah ukuran gula darah tidak terkontrol maka
dilakukan tindakan rujukan untuk melakukan terapi insulin dan jika ditemukan pula
menderita hipertensi dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan nonstress test dan
amniosentesis atau indeks cairan amnion (nilai ICA) (Prawihardjo, 2018).
5. Rujuk Ibu apabila glukosa darah tidak terkontrol dan rencanakan persalinan di Rumah sakit
(Prawihardjo, 2018).

14
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Bidan memiliki peran penting dalam manajemen yang efektif dan penurunan angka
kejadian diabetes gestasional. Bidan memiliki peran sebagai penyuluh dan pendidik yang baik
bagi Ibu Hamil dengan diabetes gestasional dalam upaya untuk mencapai diet seimbang
ditambah dengan aktivitas fisik sebagai dasar utama penatalaksanaan diabetes gestasional. Selain
itu, perawatan tindak lanjut di komunitas dapat segera memperbaiki faktor risiko dan membantu
pasien dengan diabetes gestasional untuk memantau status kadar glukosa darah pasca
melahirkan.
Penyakit Diabetes Mellitus Gestasional terjadi ketika jumlah atau fungsi insulin tidak
optimal. Perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin menyebabkan
peningkatan komposisi sumber energi plasma Ibu (insulin tinggi, gula darah tinggi). Dengan
difusi yang menguntungkan ke dalam membran plasenta, tempat sirkulasi janin juga mengalami
perubahan komposisi sumber energi abnormal dan menyebabkan berbagai komplikasi.
Timbulnya diabetes mellitus dalam masa kehamilan disebabkan peran berbagai faktor
termasuk terjadinya perubahan dalam metabolisme selama kehamilan, adanya peningkatan
sekresi berbagai hormon yang disertai pengaruh metabolik terhadap toleransi glukosa pada
kehamilan menunjukkan kehamilan merupakan suatu keadaan diabetogenik.
Hampir 80% penderita diabetes mellitus ada di negara berpenghasilan rendah dan
menengah. DMG berkembang di Negara Eropa sebesar 5.4%, Negara Afrika 14%, Negara Asia
berkisar dari 1%-20%, sedangkan prevalensi GDM di Indonesia sebesar 1,9%-3,6%. Perbedaan
ini disebabkan perbedaan geografis, ras, etnis, penggunaan layanan kesehatan, strategi deteksi
dini dan kriteria diagnostik yang ditetapkan.
Faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terkena DMG selama kehamilan yaitu
kelebihan berat badan sebelum hamil dimana berat badannya lebih dari 20% dari berat badan
ideal, memiliki riwayat diabetes, pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari empat kg atau
bayi lahir mati, atau bahkan pernah mengalami diabetes pada kehamilan sebelumnya serta
memiliki cairan ketuban yang terlalu banyak.
Pencegahan DMG dapat dilakukan dengan cara pengaturan pola makan, olahraga secara
teratur, rutin periksa gula darah, rutin periksa ke dokter, atasi jika terjadi hipoglikemia, dan
mengonsumsi obat insulin jika diperlukan.
Dalam standar pelayanan antenatal dalam pengelolaan Ibu Hamil dengan diabetes
mellitus gestasional memiliki tujuan yang berprinsip mencapai sasaran normoglikemia, yaitu
kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan <120 mg/dl dan kadar HbAIC <6 dan pertumbuhan
janin normal. Selain itu menjaga agar tidak terjadi hipoglikemia, tidak ada ketonuria, mengurangi

15
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi seperti peningkatan gangguan hipertensi, kelainan
kongenital pada janin, kematian janin, makrosomia, preeklampsia, kemungkinan sectio caesarea,
dan kelahiran premature. Asuhan Ibu Hamil dengan diabetes mellitus dijadwalkan kunjungan
pemeriksaan lebih sering dibandingkan dengan Ibu Hamil normal.

2. Saran
1. Perlu digalakkan kampanye edukasi mengenai program manajemen diri diabetes mellitus
mengingat angka penderita DM terus meningkat di Indonesia dari tahun ke tahun. Bahkan
banyak penderita diabetes hari ini berasal dari kalangan usia muda.
2. Meningkatkan penyuluhan - penyuluhan pada Ibu Hamil sehingga pengertian Ibu Hamil
tentang diabetes mellitus akan bertambah.
3. Sebagai tenaga kesehatan, sebaiknya lebih mengerti serta menyadari tentang seluk beluk
penyakit diabetes mellitus gestasional agar dapat menjelaskannya dengan baik dan benar.
4. Mengetahui tanda bahaya dari adanya komplikasi diabetes secara dini sangat perlu agar
tindakan medis secara dini dapat dilaksanakan.
5. Segeralah mulai melakukan olahraga kesehatan sebelum menjadi penyandang cacat
akibat penyulit diabetes.
6. Mengikuti semua nasehat dokter, baik dalam melakukan olah raga, mengatur diit serta
dalam cara meminum obat.
7. Makalah diabetes mellitus ini menjabarkan pentingnya manajemen diri penderita diabetes
dan program yang harus dijalankan agar tetap hidup sehat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Mufdillah, dkk. (2019). Mengenal dan Upaya Mengatasi Diabetes Melitus dalam Kehamilan.
Yogyakart: Nuha Medika

http://scholar.unand.ac.id/54235/2/BAB%20I.pdf

ASTRID NURJANNAH H_70400118003.pdf (uin-alauddin.ac.id)

Repository.um-surabaya.ac.id

17

You might also like