You are on page 1of 35

ASUHAN KEBIDANAN

PADA WANITA USIA SUBUR PENGGUNA KB INTRAUTERINE DEVICE


(IUD) DI PUSKESMAS MULYOREJO SURABAYA

Oleh :

SITI ZAIMATUL AINUN


NIM. 012011223042

PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2022
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
Kampus A Jalan Mayjen Prof. Dr. Moestopo 47 Surabaya 60131
Telp. 031-5030253, 031-5030253, Ext. 1161. Fax (031) 5022472
Laman : http://www.bidan.fk.unair.ac.id, Email : bik.pspb@fk.unair.ac.id

LEMBAR PENGESAHAN

Lembar pengesahan ini saya buat sebagai bukti bahwa saya telah membuat asuhan
kebidanan di Puskesmas Mulyorejo Surabaya.
Telah disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat : Puskesmas Mulyorejo Surabaya

MAHASISWA

Siti Zaimatul Ainun


012011223042

MENGETAHUI,
PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING KLINIK

i
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
Kampus A Jalan Mayjen Prof. Dr. Moestopo 47 Surabaya 60131
Telp. 031-5030253, 031-5030253, Ext. 1161. Fax (031) 5022472
Laman : http://www.bidan.fk.unair.ac.id, Email : bik.pspb@fk.unair.ac.id

Hernik Zuliyanti, Amd.Keb Euvanggelia Dwilda, S.keb., Bd. M.Kes

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Komprehensif Asuhan Kebidanan yang berjudul Asuhan Kebidanan pada Wanita
Usia Subur Pengguna KB IUD di Puskesmas Mulyorejo Surabaya.
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi pencapaian
implementasi praktik klinik Asuhan Kebidanan Profesi Kebidanan Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Dalam penyelesaian laporan ini tidak
luput dari dukungan berbagai pihak, maka dari itu penulis sangat berterimakasih,
diantaranya yaitu
1. Dr. Lolita Riamawati, M.Kes sebagai kepala Puskesmas Mulyorejo Surabaya
2. Hernik Zuliyanti, Amd.Keb sebagai pembimbing klinik
3. Euvanggelia Dwilda S.keb., Bd. M.Kes., sebagai pembimbing akademik
4. Seluruh bidan dan perawat di Puskesmas Mulyorejo Surabaya
5. Ny “S” sebagai pasien beserta keluarga
Penulis berharap laporan ini dapat menjadi pertimbangan dasar untuk
penulisan laporan berikutnya. Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap
adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan yang penulis
buat untuk kedepannya.

Surabaya, 9 Mei 2022

ii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
Kampus A Jalan Mayjen Prof. Dr. Moestopo 47 Surabaya 60131
Telp. 031-5030253, 031-5030253, Ext. 1161. Fax (031) 5022472
Laman : http://www.bidan.fk.unair.ac.id, Email : bik.pspb@fk.unair.ac.id

Siti Zaimatul Ainun


012011223042

iii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
Kampus A Jalan Mayjen Prof. Dr. Moestopo 47 Surabaya 60131
Telp. 031-5030253, 031-5030253, Ext. 1161. Fax (031) 5022472
Laman : http://www.bidan.fk.unair.ac.id, Email : bik.pspb@fk.unair.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum.............................................................................
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................
1.3 Manfaat.................................................................................................2
1.3.1 Manfaat Teoritis.........................................................................
1.3.2 Manfaat Praktis...........................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Konsep KB............................................................................................4
2.1.1 Pengertian...................................................................................
2.1.2 Tujuan KB..................................................................................
2.1.3 KB IUD .....................................................................................
2.2 Konsep Amenore.................................................................................15
2.2.1 Pengertian.................................................................................
2.2.2 Penyebab..................................................................................
2.2.3 Penanganan...............................................................................
2.3 Konsep Wanita Usia Subur.................................................................16
2.3.1 Pengertian.................................................................................
2.3.2 Batasan Usia Wanita Usia Subur (WUS).................................
2.4 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan.......................................................17
BAB 3 TINJAUAN KASUS..................................................................................25
3.1 Data Subjektif......................................................................................25

iv
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
Kampus A Jalan Mayjen Prof. Dr. Moestopo 47 Surabaya 60131
Telp. 031-5030253, 031-5030253, Ext. 1161. Fax (031) 5022472
Laman : http://www.bidan.fk.unair.ac.id, Email : bik.pspb@fk.unair.ac.id

3.2 Data Obyektif......................................................................................28


3.3 Analisis Data.......................................................................................30
3.4 Penatalaksanaan..................................................................................30
B. Evaluasi....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan dalam rangka mengatur
jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah
Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita
Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun. Keberhasilan
program KB dapat diukur dengan melihat cakupan KB aktif dan KB baru.
Cakupan KB aktif menggambarkan proporsi PUS yang sedang menggunakan alat
atau metode kontrasepsi terhadap jumlah PUS yang ada. Sedangkan cakupan KB
baru adalah jumlah PUS yang baru menggunakan alat atau metode kontrasepsi
terhadap jumlah PUS (Kemenkes RI, 2014).
Menurut (Hartanto, 2014), KB IUD adalah suatu metode kontrasepsi
hormonal untuk wanita yang mampu melindungi seorang wanita terhadap
kemungkinan hamil yang diberikan secara IUDan. Terdapat berbagai efek
samping pada KB IUD antara lain gangguan haid, bertambahnya berat badan,
sakit kepala, efek metabolik dan efek pada sistem reproduksi. Salah satu efek
samping pemberian kontrasepsi IUD yang sering menimbulkan gangguan haid
yaitu amenorea. Amenorea adalah gangguan haid yang biasanya bersifat
sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan (Affandi, 2016). Amenorea
apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan penambahan berat badan, stres
dan depresi (Kemenkes RI, 2014).
KB IUD an merupakan alat kontrasepsi yang pemakaiannya sangat
diminati oleh masyarakat, dan amenorea adalah salah satu efek samping yang
banyak terjadi dimasyarakat. Banyak wanita yang mengalami amenorea
kemudian menyebabkan kekhawatiran karena tidak mendapatkan menstruasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka Penulis ingin melakukan
pemberian asuhan kebidanan KB IUD.

1
2

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan KB IUD.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data
objektif pada akseptor KB IUD .
2. Mahasiswa mampu menginterprestasikan data dan menetukan diagnosa
masalah pada akseptor KB IUD .
3. Mahasiswa mampu menegakkan masalah potensial dan tindakan segera
pada akseptor KB IUD .
4. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan asuhan secara menyeluruh
terhadap akseptor KB IUD .
5. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan asuhan terhadap akseptor
KB IUD .
6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan yang telah dilaksanakan
terhadap akseptor KB IUD .
7. Mahasiswa mampu melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
dalam bentuk SOAP .

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam
penerapan asuhan kebidanan pelayanan kontrasepsi serta dapat dijadikan bahan
perbandingan untuk laporan studi kasus selanjutnya.
1.3.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Partisipan
Mendapatkan asuhan kebidanan KB sehingga kesehatan ibu
mendapatkan KB yang sesuai.
2. Bagi Instansi Kesehatan
Memberikan kontribusi tenaga dan wawasan pada instansi kesehatan
tentang asuhan kebidanan KB.
3

3. Bagi Penulis
Sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan yang didapatkan selama
perkuliahan dalam melakukan asuhan kebidanan KB.
4. Bagi Instansi Pendidikan
Instansi pendidikan bisa mendapatkan tambahan referensi keilmuan
tentang asuhan kebidanan KB.
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep KB
2.1.1 Pengertian
Menurut WHO (World Health Organization) expert commite 1970:
adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
mendapatkan tujuan tertentu, menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur
interval diantara kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga (Hartanto, 2014).
Keluarga berencana (family, planned parent hood) adalah suatu
usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan
dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 2013).
Pelayanan KB pasca persalinan merupakan strategi yang penting
dari kesehatan masyarakat dengan keuntungan yang signifikan terhadap
ibu dan bayinya. Pelayanan KB Pasca Persalinan merupakan salah satu
program strategis untuk menurunkan kehamilan yang tidak diinginkan.
Pelaksanaan pemasangangan KB pasca salin adalah selama 48 jam
pertama atau setelah empat minggu pasca persalinan (Kemenkes RI,
2014).
Jadi dapat disimpulkan bawah keluarga berencana adalah usaha-
usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat
bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.
2.1.2 Tujuan KB
1. Tujuan Umum
Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan keluarga
berencana yaitu dihayatinya nama keluarga kecil bahagia dan sejahtera
(Hartanto, 2014).

2. Tujuan Pokok
5

Penurunan angka kelahiran yang bermakna guna mencapai tujuan


tersebut maka ditempuh kebijaksanaan dengan mengkategorikan 3 fase
untuk mencapai sasaran.
Menurut (Hartanto, 2014), yaitu :
a. Fase menunda atau mencegah kehamilan
Fase menunda kehamilan dianjurkan bagi Pasangan Usia Subur
(PUS) dengan usia istri kurang dari 20 tahun dengan alasan :
1) Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebiaknya tidak
mempunyai anka terlebih dahulu untuk berbagai alasan.
2) Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan
muda masih mempunyai frekuensi senggama yang tinggi
sehingga angka kegagalan tinggi.
3) Prioritas penggunaan kontrasepsi Pil Oral, karena akseptor
masih muda.
4) Pemasangan IUD mini bagi yang belum mempunyai anak
pada masa ini dapat dianjurkan terutama bagi calon peserta
dengan kontraindikasi terhadap pil oral.
Kontrasepsi yang cocok untuk menunda atau mencegah
kehamilan adalah, pil, IUD, cara sederhana.
b. Fase menjarangkan atau mengatur kehamilan
Periode usia istri antara 20 – 30 tahun merupakan periode usia
paling baik untuk melahirkan.
1) Alasan menjarangkan kehamilan :
a) Umur antara 20 – 30 tahun merupakan usia terbaik untuk
mengandung dan melahirkan.
b) Kegagalan yang menyebakan kehamilan cukup tinggi,
namun disini tidak begitu berbahaya karena yang
bersangkutan berada pada usia melahirkan yang baik.
c) Segera setelah melahirkan anak pertama dianjurkan untuk
memakai IUD sebagai pilihan utama.
2) Kontrasepsi yang cocok, meliputi :
a) IUD
6

b) IUD
c) Implant
d) Mini pil
e) Cara sederhana
c. Fase menghentikan atau mengakhiri kesuburan
Pada periode ini usia istri di atas 30 tahun sebaiknya mengakhiri
kesuburan setelah mempunyai dua anak.
1) Alasan mengakhiri kesuburan
a) Ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak
hamil karena alasan medis.
b) Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan
kemungkinan timbul akibat samping.
c) Pilhan utama adalah kontrasepsi mantap.
2) Kontrasepsi yang cocok meliputi :
a) Kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi)
b) IUD
c) Implant
d) Cara sederhana
e) IUD
f) Pil
3. Metode Kontrasepsi
Menurut Affandi (2016), pembagian cara kontrasepsi yaitu :
a. Metode amenorea Laktasi (MAL)
b. Metode keluarga berencana alamiah
c. Senggama terputus
d. Metode barrier:
1) Kondom
2) Diafragma
3) Spemisida
e. Kontrasepsi kombinasi :
1) IUDan kombinasi
2) Pil kombinasi
7

f. Kontrasepsi progestin :
1) Kontrasepsi IUDan progestin
2) Kontrasepsi pil progestin
3) Kontrasepsi implant
4) AKDR dengan progestin
g. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
h. Kontrasepsi Mantap
1) Tubektomi (sterilisasi pada wanita)
2) Vasektomi (sterilisasi pada pria)
2.1.3 KB IUD
IUD singkatan dari Intra Uterine Device yang merupakan alat

kontrasepsi paling banyak digunakan, karena dianggap sangat efektif

dalam mencegah kehamilan dan memiliki manfaat yang relatif banyak

disbanding kontrasepsi lain (Hartanto, 2014).

Cara kerja utama adalah mencegah sperma bertemu dengan sel

telur, mencegah implantasi atau tertanamnya sel telur, untuk IUD Mirena

ada tambahan cara kerjanya yaitu mengentalkan lendir serviks karena

pengaruh hormone levonogestrel yang dilepaskannya (Varney, 2015).

1) Indikasi

a) Perokok.

b) Pascaabortus.

c) Sedang memakai obat antibiotik dan antikejang.

d) Pasien obesitas/kurus.

e) Sedang menyusui.

f) Penderita tumor jinak payudara.

g) Pusing-pusing/nyeri kepala.

h) Varises kaki dan vulva.


8

i) Pernah menderita sakit seperti stroke, DM, liver, dan empedu.

j) Menderita hipertensi, jantung, malaria, skistosomiasis (tanpa

anemia), penyakit tiroid, epilepsi atau TBC nonpelvis.

k) Pasca-KET.

l) Pasca-pembedahan pelvis.

2) Kontra Indikasi

a) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).

b) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi).

c) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis,servisitis).

d) Tiga bulan trakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP

atau abortus septik.

e) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim

yang dapat mempengaruhi kavum uteri. .

f) Penyakit trofoblas yang ganas

g) Diketahui menderita TBC pelvik.

h) Kanker alat genital

i) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Affandi dkk, 2011).

3) Efek Samping

Merupakan keadaan yang umum terjadi pada saat pemakaian IUD:

a) Sinkop vasovagal saat pemasangan IUD.

b) Bercak darah dan kram abdomen sesaat setelah pemasangan.

c) Kram, nyeri punggung bagian bawah selama beberapa hari setelah

pemasangan.

d) Nyeri berat berlanjut akibat kram uterus.


9

e) Dismenorea, terutama 1-3 bulan pertama setelah pemasangan.

f) Perubahan/gangguan menstruasi (menoragia, metroragia).

g) Perdarahan hebat atau berkepanjangan maka IUD harus dicabut.

h) IUD tertanam dalam endometrium atau miometrium.

i) IUD terlepas spontan.

j) Kehamilan baik IUD masih tertanam di endometrium atau lepas

spontan tanpa diketahui.

k) Kehamilan ektopik.

l) Perforasi serviks atau uterus.

m) PID (Pelvic inflamatory disease atau penyakit radang panggul).

n) Kista ovarium, hanya pada pemakaian IUD hormonal.

o) Bahaya akibat terpajan diatermi medis (gelombang pendek dan

gelombang mikro) pada area abdomen, sacrum, atau pelvik –

hanya pada pemakaian IUD tembaga

(Varney, 2016)

4) Jenis IUD

f. Indikasi penggunaan IUD

Menurut Sarwono (2011), yang diperbolehkan menggunakan IUD,

antara lain :

1) Usia produktif (19%35 tahun)

2) Menginginkan menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang.

3) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.

4) Setelah melahirkan dan menyusui bayinya.


10

5) Tidak menghendaki metode hormonal

6) Tidak menyukai atau mengingat%ingat minum pil setiap hari.

g. Kontraindikasi penggunan IUD

Menurut Varney (2007) yang tidak boleh menggunakan IUD$

antara lain :

1) Hamil atau diduga hamil

2) Riwayat atau keberadaan penyakit katup jantung (

kontraindikasi Karena penderita penyakit ini rentan terhadap

endokarditis bacterial)

3) Keberadaan mioma uteri, malformasi kongenetal dan anomaly

perkembangan yang dapat mempengaruhi rongga uterus.

4) Diketahui atau dicurigai alergi terhadap tembaga atau penyakit

Wilson ( penyakit genetik diturunkan yang mempengaruhi

metabolisme tembaga sehingga mengakibatkan penumpukan

tembaga diberbagai organ).

18

5) Ukuran uterus dengan alat periksa (sonde uterus) berada diluar

batas yang ditetapkan pada petunjuk terbaru tentang cara

memasukkan IUD (sesuai dengan pernyataan ini, uterus harus

terekam dalam kedalaman 6 cm% 9 cm).

6) Resiko tinggi penyakit menular seksual (misalnya, pasangan

seksual yang bergganti%ganti, atau pasangan yang memiliki

pasangan seksual yang berganti%ganti).

h. Efek samping pemakaian kontrasepsi IUD


11

1) Perdarahan

Dapat terjadi perdarahan pasca%insersi, bercak diluar haid

(, dan perdarahan menoragia atau metroragia

(Mochtar, 2012).

2) Ekspulsi

Sering dijumpai pada 3 bulan pertama setelah insersi. Setelah 1

tahun angka ekspulsi akan berkurang. Ekspulsi biasanya terjadi

sewaktu sedang haid (Mochtar, 2012).

3) Nyeri dan mules

Kejang, nyeri dan mulas%mulas serta pegal pinggang biasanya

terjadi sehabis insersi IUD *


12

. Keluhan%
keluhan tadi pada umumnya akan hilang pada bebrapa hari
sampai beberapa minggu (Mochtar, 2012).

19

4) Keputihan

Keputihan berlebihan mungkin disebabkan oleh reaksi organ

genetalia terhadap benda asing dalam beberapa bulan pertama

setelah insersi (Mochtar, 2012).

5) Dismenorea (nyeri selama haid)

Tidak semua wanita yang memakai IUD akan mengalami nyeri

haid. Biasanya, hanya wanita yang sebelumnya memang sering

mengeluh nyeri sewaktu haid yang mengalaminya

(Mochtar, 2012).

6) Dispareunia (nyeri sewaktu koitus)

Jarang wanita mengalaminya, biasanya, pihak suami yang

mengeluh sakit karena benang yang terlalu panjang atau cara

memotong benang yang seperti bambu runcing

(Mochtar, 2012).

7) Infeksi

Radang panggul ( " +,


13

dijumpai
dapa sekitar 2% akseptor pada tahun pertama pemakaian, tetapi
infeksi tersebut bersifat ringan. IUD tidak perlu dicabut karena
dapat ditangani dengan pemberian antibiotik (Mochtar, 2012).
8) Translokasi
Translokasi IUD sebagian atau seluruhnya, kedalam rongga
perut umumnya terjadi karena adanya perforasi uterus. Hal
tersebut sering terjadi pada waktu insersi IUD yang kurang hati

20

hati, atau karena adanya lokus minoris pada dinding rahim,

atau pada waktu pengeluaran yg sulit (Mochtar, 2012).

2.2 Konsep Wanita Usia Subur


2.2.1 Pengertian
Wanita usia subur adalah wanita yang berumur diantara 18-40
tahun. Pada masa ini, sering dihubungkan dengan masa subur/reproduksi,
karena pada usia ini kehamilan sehat terjadi. Selain itu, wanita harus
menjaga dan merawat personal hygiene yaitu pemeliharaan alat
kelaminnya agar terhindar dari berbagai gangguan reproduksi (Marmi,
2013).
Wanita usia subur adalah wanita yang berumur 15-49 tahun baik
yang berstatus kawin maupun yang belum kawin atau janda (BKKBN).
Wanita usia subur adalah wanita yang usia baik untuk kehamilan berkisar
20-35 tahun. Pada usia tersebut alat reproduksi wanita telah berkembang
dan berfungsi secara maksimal, begitu juga faktor kejiwaannya sehingga
mengurangi berbagai resiko ketika hamil (BKKBN, 2014).
2.2.2 Batasan Usia Wanita Usia Subur (WUS)
Menurut (Kemenkes RI, 2020),Wanita Usia Subur (WUS) memiliki
batasan usia 15-49 tahun dengan keadaan organ reproduksi berfungsi
dengan baik, baik dengan status belum kawin, kawin maupun janda.
2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
14

berdasarkan teori ilmiah, penemuan – penemuan, keterampilan dalam


rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang
berfokus pada klien (Varney, 2016).
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang
berurutan, dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi, langkah – langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap
sehingga dapat diaplikasikan dalam semua situasi, akan tetapi setiap
langkah tersebut bisa dipecah – pecah sehingga sesuai dengan kondisi
pasien.
1. Langkah I : Pengkajian
Pengkajian adalah mengumpulkan data dasar untuk
mengevaluasi keadaan pasien. Data dasar ini dapat diperoleh melalui
anamnesa, termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Data
yang dikumpulkan meliputi data subyektif dan data obyektif.
a. Data subyektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien
sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi
tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara
independent tetapi melalui suatu sistem interaksi atau komunikasi
(Nursalam, 2015). Biasanya diperoleh dari anamnesa yaitu tanya
jawab antar klien dan tenaga kesehatan.
1) Identitas Klien dan suami
Menurut Nursalam (2009), terdiri dari
a) Nama : untuk mengenal pasien
b) Umur : untuk mengetahui faktor resiko. Pada akseptor KB
IUD an itu dapat diberikan pada usia reproduksi dan pada
usia > 35 tahun sampai perimenopause (Affandi, 2016)
c) Agama: untuk memberikan motivasi pasien sesuai dengan
agamanya.
d) Suku/Bangsa: untuk mengetahui faktor pembawa ras.
e) Pendidikan: mengetahui tingkat intelektual.
f) Pekerjaan: mengetahui keadaan sosial ekonomi
15

g) Alamat: mengetahui lingkungan tempat tinggal


2) Alasan kunjungan
Alasan yang menyebabkan klien berobat (Wiknjosastro,
2014). Keluhan utama adalah mengetahui keluhan yang
diraskan saat pemeriksaan. Pasien a mengeluh tidak
mendapatkan haid setelah menggunakan KB IUD an (Varney,
2016).
3) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui klien pernah menikah, berapa kali
menikah, usia waktu pertama menikah dan jumlah anak hasil
dari pernikahan klien.
4) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui lama menstruasi, banyak darah
menstruasi, keluhan – keluhan yang dirasakan pada waktu
menstruasi. Hal ini dinyatakan dengan maksud untuk
memperoleh gambaran mengenai fungsi alat kontrasepsi. Pada
kasus amenorea ibu dikatakan mengalami efek samping KB
IUD an setelah ibu tidak mendapatkan haid selama berturut-
turut (Nursalam, 2015).
16

5) Riwayat obstetri
Untuk mengetahui apakah keadaan ibu saat hamil,
bersalin, nifas yang lalu mengalami gangguan atau tidak
(Wheleer, 2004).
6) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah
menggunakan KB atau belum, jika pernah lamanya berapa
bulan atau tahun dan jenis KB yang digunakan (Varney, 2016).
Pasien a mempunyai riwayat menggunakan KB IUD
Depoprovera (Manuaba et al., 2016). Pada efek samping a
dapat ditemukan pad akseptor KB IUD an yang baru
maupunlama (Nursalam, 2015).
7) Riwayat kesehatan
Meliputi riwayat penyakit sekarang dan dahulu, riwayat
penyakit sistemik untuk memastikan bahwa tidak ada
kontraindikasi pemakaian KB IUD seperti tekanan darah tinggi,
jantung dan diabetes melitus dengan komplikasi. Selain itu juga
tentang riwayat penyakit keluarga, riwayat keturunan kembar
dan riwayat operasi (Nursalam, 2015).
8) Pola Fungsional Kesehatan
Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan sehari – hari
dalam menjaga kebersihan dirinya dan bagaiman pola makan
sehari – hari apakah terpenuhi gizinya atau tidak (Farrer, 2011).
Kebiasan sehari – hari meliputi :
a) Nutrisi
Dalam mengkaji nutrisi perlu diketahui pola makan
yang dahulu dan sekarang berupa kualitas dan kuantitas
frekuensi dan porsi makan (Susilowati, 2008).
b) Personal Hygiene
Untuk mengetahui kebiasaan hidup klien yang dapat
meningkatkan atau memperburuk derajat kesehatan klien.
Yang dikaji meliputi : mandi, keramas, gosok gigi serta
17

kebersihan genitalia. Hal ini dapat membantu mengetahui


apakah terjadi infeksi pada alat genitalia pasien (Affandi,
2016)
c) Pola seksual
Untuk mengetahui kebiasaan hubungan seksual
klien dengan suami dan adakah terdapat kelaiana atau
keluhan selama hubungan seksual (Farrer, 2011).
9) Data psikososial dan budaya
Untuk mengetahui apakah ada konflik mental atau tidak
selama ibu menggunakan kontrasepsi IUD (Wiknjosastro,
2014). Untuk mengetahui perasaan ibu menghadapi amenorea
sekarang ini. Pada akseptor KB IUD an a ibu merasa cemas
b. Data objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat
diobservasi dan diukur oleh tenaga kesehatan. Meliputi status
generalis, pemeriksaan sistematis dan pemeriksaan penunjang
(Nursalam, 2015).
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu
(1) Baik, maka akan ditemukan bahwa pasien kooperatif,
gerakannya terarah.
(2) Sedang, maka pasien mersa tegang dan sedikit cemas.
(3) Buruk, mungkin ditemukan kondisi yang tidak kooperatif,
bingung, gerakan tidak terarah, gemetar dan merasa sangat
cemas.
b) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu
(1) Composmentis adalah sadar sepenuhnya, baik terhadap
dirinya maupun lingkungannya. Pasien dapat menjawab
pertanyaan pemeriksa dengan baik.
18

(2) Somnolen adalah keadaan mengantuk yang masih dapt


pulih bila diransang, tapi bila dirnsang berhenti pasien akan
tertidur kembali.
(3) Apatis adalh pasien tampak segan dan acuh tak acuh
terhadap lingkungannya.
(4) Koma dalah penurunan kesdaran yang sangat dalam, tidak
ada gerakan spontan dan tidak ada respon terhadap
ransangan nyeri.
c) Tanda Vital
Pemeriksaan tanda vital, sebagai berikut
(1) Tekanan darah : untuk mengetahui faktor resiko hipertensi
dan hipotensi. Batas normalnya 120/80 mmHg. (Affandi,
2016)
(2) Suhu: untuk mengetahui keadaan suhu tubuh dan untuk
mendeteksi apakah temasuk dalam kategori demam apa
tidak, normlanya 36,5-37,5 (Affandi, 2016)
(3) Respirasi: bertujuan untuk menilai sulit atau tidaknya
seseorang bernafas, normalnya 12-20 kali per menit
(Affandi, 2016)
(4) Nadi: untuk mengetahui irama dan kekuatan nadi,
normalnya 60-100 kali per menit (Affandi, 2016)
d) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan ibu dan untuk BMI
(Nursalam, 2015).
e) Berat badan
Untuk mengetahui berat badan ibu. Pada akseptor KB
IUD berat badan dapat meningkat atau menurun. Apakah ada
pengaruh yang ditimbulkan amenore pada berat badan ibu
(Nursalam, 2015).
1) Pemeriksaan sistematis
Adalah pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung
rambut sampai ujung kaki (Nursalam, 2015), meliputi :
19

a) Wajah : keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan,


adakah oedema (Wiknjosastro, 2014).
b) Mata : untuk mengetahui apakah konjuntiva warna merah
muda dan sklera warna putih (Nursalam, 2015).
c) Mulut : ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi ada karies
atau tidak, gusi berdarh atau tidak (Nursalam, 2015)
d) Leher : Adakah pembesaran kelenjar gondok atau thyroid,
ada benjolan atau tidak (Nursalam, 2015).
e) Dada : untuk mengetahui apakah ada retraksi dada kanan
kiri saat bernafas, apakah payudara simetris atau tidak,
apakah ada benjolan atau tidak (Nursalam, 2015).
f) Axila : untuk mengetahui apakah ada benjolan atau tidak,
terdapat nyeri atau tidak (Nursalam, 2015).
g) Abdomen : Adakah luka bekas operasi atau tidak, adakah
benjolan atau tidak, palpasi dilakukan untuk memastikan
tidak terjadi kehamilan.
2) Pemeriksaan penunjang
Dilakukan PP test untuk mengetahui ibu hamil atau tidak jika
terjadi amenorea (Nursalam, 2015).
2. Langkah II : Interprestasi Data
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara
benar terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau
diagnosis yang spesifik dapat ditemukan berdasarkan interprestasi yang
benar terhadap data dasar. Selain itu, sudah terpikirkan perencanaan
yang dibutuhkan terhadap masalah.
3. Langkah III : Identifikasi masalah pontesial
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau
diagnosis potensial lain yang berdasarkan beberapa masalah dan
diagnosis yang sudah cukup diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi yang cukup dan apabila memungkinkan dilakukan proses
pencegahan atau dalam kondisi tertentu pasien membutuhkan tindakan
segera.
20

4. Langkah IV : Identifikasi Masalah Potensial


Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi
dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah
ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi
dan melakukan rujukan.
5. Langkah V : Rencana Tindakan
Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan
perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang
ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara menyeluruh juga
dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar
pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil.
a. Beritahu hasil pemeriksaan kesehatan pada ibu
R / Dapat mengurangi kecemasan ibu terhadap kondisi kesehatannya
b. Berikan KIE tentang amenorea
R/ KIE akan memberikan informasi kepada ibu tentang amenore
sehingga dapat mengurangi kecemasan ibu
c. Beri terapi KB Pil kombinasi dengan dosis 0,03 mg Ethinylestradiol
dan 0,15 mg Levonorgstrel, 3 x 1 tablet dari hari pertama sampai hari
ketiga, 1 x 1 tablet mulai hari keempat selama 3-5 hari biasanya akan
terjadi haid (Saifuddin,2013).
R/ Pemberian pil KB dapat memberikan haid
6. Langkah VI : Penatalaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang
ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri
maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
R/: penatalaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan.
7. Langkah VII : Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni
dnegan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang
dilakukan oleh bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang
dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan pelayanan secara
21

komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan


klien. Dalam pratiknya, langkah – langkah asuhan kebidanan tersebut
ditulis dengan menggunakan SOAP.
BAB 3

TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN
3.1 Data Subjektif

Tempat : Puskesmas Mulyorejo


Tanggal : 8 Juni 2022
1. Identitas pasien
a. Nama : Ny. F Nama : Tn. S

b. Umur : 28 tahun Umur : 30 tahun

c. Agama : Islam Agama : Islam

d. Suku Bangsa : Jawa/Indonesia Suku Bangsa : Jawa/Indonesia

e. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

f. Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta


g. Alamat : Mulyorejo Alamat : Mulyorejo
1. Alasan datang/keluhan utama :
Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaannya yang sudah tidak haid
selama 4 bulan berturut-turut.
2. Riwayat Perkawinan :
Status perkawinan sah, kawin 1 kali
Kawin umur 25 tahun dengan suami umur 27 tahun, lamanya 3 tahun, anak
1 orang.
3. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : ibu mengatakan menarche pada usia 14 tahun
b. Siklus : ibu mengatakan siklus haidnya 28 hari
c. Lama : ibu mengatakan lama menstruasi 7 hari
d. Banyaknya : ibu mengatakan 2 kali ganti pembalut per hari
e. Sifat darah : ibu mengatakan encer
f. Teratur/tidak : ibu mengatakan teratur sebelum menggunakan KB,
setelah KB jadi tidak haid sejak 4 bulan
g. Disminorhoe : ibu mengatakan kadang-kadang merasakan nyeri
4. Riwayat obstetri

No Tgl/Thn Tempat Umur Jenis Penolong Anak Nifas


Keadaan
partus partus kehamilan partus Jenis BB PB Keadaan Laktasi anak
sekarang

5 BPS 39+2 Spontan Bidan L 3500 50 Normal 2 th Hidup

April
2019

5. Riwayat KB
Ibu sebelumnya menggunakan KB Pil, lalu sejak 4 bulan lalu beralih
menggunakan KB IUD
a. Macam peserta KB : Ganti Cara
b. Metode yang pernah dipakai : KB Pil lama penggunaan 2 tahun
c. Keluhan: selama pemakaian KB IUD ibu tidak haid selama 4 bulan
berturut-turut
6. Riwayat Kesehatan (penyakit)
a. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang sakit apapun, seperti batuk dan pilek.
b. Riwayat penyakit sistemik
1) Jantung : ibu mengatakan tidak pernah merasakan dadanya
berdebar-debar, tidak cepat lelah saat beraktifitas ringan, tidak
mengeluarkan keringat pada telapak tangan.
2) Ginjal : ibu mengatakan tidak pernah nyeri pinggang bawah
sebelah kanan kiri dan tidak pernah merasakan sakit pada saat
buang air kecil.
3) Asma : ibu mengatakan tidak pernah merasa sesak nafas
4) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk secara terus-menerus
yang lebih dari 2 minggu
5) Hepatitis : ibu mengatakan tidak pernah terlihat kuning pada
ujung kuku, mata dan kulit.
6) Diabetes mellitus: ibu mengatakan tidak pernah mengeluh sering
minum pada malam hari, tidak sering buang air kecil lebih dari 6
kali dan tidak cepat lelah.
7) Hipertensi: ibu mengatakan tidak pernah mengalami tekanan darah
tinggi ≥140/90 mmHg
7. Riwayat penyakit keluarga
a. Penyakit menurun : ibu mengatakan dalam keluarganya dan keluarga
suami tidak ada yang mempunyai penyakit menurun seperti
hipertensi, diabetes dan asma.
b. Penyakit menular: ibu mengatakan dalam keluarganya dan keluarga
suami tidak ada yang mempunyai penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, HIV/AIDS.
c. Riwayat keturunan kembar : ibu mengatakan dalam keluarganya dan
keluarga suami tidak ada yang mempunyai keturunan kembar
d. Riwayat operasi : ibu mengatakan belum pernah melakukan tindakan
operasi apapun.
8. Pola fungsional kesehatan
a. Nutrisi
Makan : Ibu mengatakan makan 3 kali sehari, porsi sedang, nasi,
lauk, sayur dan buah.
Minum: Ibu mengatakan sehari minum air putih 8 gelas.
b. Pola Eliminasi
BAB : Ibu mengatakan buang air besar 1 kali sehari, konsisten
lunak, warna kuning kecoklatan.
BAK : Ibu mengatakan buang air kecil 5-6 kali sehari, warna
kuning jernih, bau khas feses.
Keluhan : Tidak ada keluhan saat buang air besar dan buang air
kecil.
c. Pola istirahat : Ibu mengatakan tidur siang ± 1 jam dan tidur malam
± 7-8 jam per hari
d. Pola hygiene : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2
kali sehari, keramas 3 kali per minggu dang anti pakaian dalam
setiap kali habis mandi
e. Pola seksual : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
f. Pola aktivitas : Ibu mengatakan melakukan pekerjaan rumah tangga
seperti menyapu,memasak dan mencuci dilakukan sendiri.
11. Data psikologis
Ibu mengatakan merasa cemas karena tidak haid 4 bulan berturut-
turut. Dan ibu belum mengetahui bahwa Amenore yang dialaminya
adalah efek samping dari penggunaan KB IUD .
3.2 Data Obyektif

1. Pemeriksaan fisik :
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran :Composmentis
c. TTV
- TD : 110/80 mmHg
- S: 36,50 C
- N : 80 x/menit
- R : 20 x/menit
d. TB: 161 cm
e. BB sekarang : 72 kg
2. Pemeriksaan Head to Toe:
a. Kepala
1) Rambut : Bersih, tidak berketombe, tidak rontok,
berwarna hitam
2) Muka : Bersih, tidak oedema
3) Mata
a) Oedema : Tidak ada
b) Conjungtiva : Berwarna merah muda
c) Sklera : Berwarna putih
4) Hidung : Bersih, tidak ada benjolan
5) Telinga : Simetris, bersih tidak ada serumen
6) Mulut/gusi : Mulut bersih, tidak ada stomatis, gigi tidak
ada caries, gusi tidak bengkak dan tidak
berdarah.
b. Leher
1) Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok
2) Tumor : Tidak ada benjolan
3) Pembesaran kelenjar limfe : Tidk ada pembesaran kelenjar
limfe
c. Dada dan axilla
1) Jantung : irama teratur
2) Paru : suara sonor, sura nafas teratur
3) Mammae
a) Membesar : Normal
b) Tumor : Tidak teraba benjolan
c) Simetris : Simetris kanan dan kiri
4) Axilla
a) Benjolan : Tidak ada benjolan
b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
d. Abdomen
1) Pembesaran uterus: Normal
2) Pembesaran hati : Tidak ada pembesaran hati
3) Benjolan/tumor : Tidak ada benjolan
4) Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
5) Luka bekas operasi : Tidak ada luka
bekas operasi
e. Anogenital
1) Vulva vagina
a) Varices : Tidak dilakukan
b) Luka : Tidak dilakukan
c) Kemerahan : Tidak dilakukan
d) Nyeri : Tidak dilakukan
e) Kelenjar bartholini : Tidak dilakukan
f) Pengeluaran pervaginam : Tidak dilakukan
g) Inspeculo : Tidak dilakukan
h) Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan
i) Anus : Tidak dilakukan
f. Ekstremitas
(a) Varices : Tidak ada varices pada kaki kanan dan kiri
(b) Oedema : Tidak ada oedema pada tangan dan kaki
(c) Reflek patela: Tidak dilakukan
b) Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan
3.3 Analisis Data

Ny. F umur 28 tahun P1A0 akseptor KB IUD .


3.4 Penatalaksanaan

Tanggal : 8 Juni 202 Pukul : 11.05 WIB


1. Memberi tahu ibu tentang hasil pemeriksaannya
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV
- TD : 110/80 mmHg

- S : 36,50 C

- N : 80 x/menit

- RR : 20 x/menit

- TB : 160 cm

- BB : 53 kg
2. Memberi penjelasan kepada ibu tentang efek samping dari KB IUD 4
bulan diantaranya mengalami gangguan haid seperti amenore (tidak haid
selama berturut-turut), spooting (flek-flek atau bercak darah),
penambahan berat badan, sakit kepala
3. Memberi KIE kepada ibu tentang penyebab tidak haid selama 4 bulan
berturut-turut karena adanya ketidak seimbangan hormon esterogen dan
progesterone dalam tubuh, sehingga mempengaruhi endometrium
4. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, terutama daerah
kemaluan, caranya dengan mengganti pakaian dalam sehari 2 kali, usap
labia mayora kanan dan kiri dengan menggunakan air bersih kemudian
usap labia minora kanan dan kiri setelah itu usap dari klitoris sampai
perinium.
5. Memberitahu ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi seperti nasi,
lauk-pauk, sayur, buah, susu.
6. Memberi terapi 1 siklus pil kombinasi etinile stradiol 50 mg per hari untuk
3 hari sebanyak 10 tablet dan ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari.
7. Menganjurkan ibu kontrol ulang 1 minggu lagi
B. Evaluasi
Tanggal : 8 Juni 2022 Pukul : 12.30 WIB
1. Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaannya
2. Ibu sudah jelas dan mengerti tentang efek samping KB IUD
3. Ibu sudah diberi KIE tentang penyebab tidak haid dan ibu dapat menjelaskan
kembali tentang efek samping KB IUD yaitu dapat menjelaskan kembali
penyebab terjadinya tidak haid selama 4 bulan berturut-turut karena adanya
ketidakseimbangan hormone esterogen sehingga mempengaruhi endometrium.
4. Ibu sudah mengerti bagaimana caranya menjaga personal higyene
5. Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang bergizi
6. Ibu telah diberi terapi 1 siklus pil kombinasi etinile stradiol 50 mg per hari
untuk 3 hari sebanyak 10 tablet dan ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari.
7. Ibu bersedia kontrol ulang 1 minggu lagi
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B. (2016). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. https://doi.org/10.1016/S2222-
1808(14)60533-8
BKKBN. (2014). Keluarga Berencana Kontrasepsi. In Jurnal Keperawatan.
Corwin, E. J. (2011). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Aditya Media.
Farrer, H. (2011). Perawatan Maternitas. EGC.
Hartanto, H. (2014). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Sinar
Harapan.
Kemenkes RI. (2014). Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana.
Jakarta: Salemba Medika.
Kemenkes RI. (2020). Panduan Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi Dalam Situasi Pandemi COVID-19. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Manuaba, I., Manuaba, I. A. C., & Manuaba, F. (2016). Buku Ajar Patologi
Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.
Marmi. (2013). Remaja dan Kesehatan Reproduksi. Pustaka Pelajar.
Mochtar, R. (2013). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Salemba Medika.
Varney, H. (2016). Buku Ajaran Asuhan Kebidanan Edisi 7. Jakarta: EGC.
Wijayanti, V. I., & Anugrahati, W. W. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien
Aanak Dengue Haemorhagic Fever (DHF) Dengan Masalah Hipertermi.
Manuscript STIKES Panti Waluya, 1–9.
Wiknjosastro, H. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Yustiari, Y. (2019). Pemakaian Kontrasepsi IUD Dmpa Dan Kejadian Amenorea
Sekunder Di Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari. Jurnal
Kesehatan Manarang, 5(2), 138.

You might also like