You are on page 1of 10

ALLIRI: JOURNAL OF ANTHTROPOLOGY pISSN: 2684-9925

Volume 3 (2) Desember 2021 eISSN: xxxx-xxxx


POLA PEMELIHARAAN SISTEM KEKERABATAN USAHA RUMAH JAHIT
MAKASSAR

Nurul Hidayah, St.Junaeda, Nurlela


Program Studi Pendidikan Antropologi FISH-UNM
Email: nurulampi12@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) fungsi dalam pemeliharaan sistem kekerabatan
orang bugis pada usaha rumah jahit akhwat di Kota Makassar (2) aktifitas yang terjadi dalam
sistem kekerabatan orang bugis pada usaha rumah jahit akhwat di Kota Makassar (3) Pandangan
karyawan dan pelanggan terhadap sistem kekerabatan orang bugis pada rumah jahit akhwat di
kota makassar. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang dianalisa secara
deskriptif. Teknik pengumpulan data diperoleh dengan penelitian lapangan melalui metode
observasi, wawancara dan dokumentasi, dengan melibatkan beberapa informan yaitu karyawan
yang bekerja di rumah jahit akhwat. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) fungsi
dalam pemeliharaan sistem kekerabatan orang bugis pada usaha rumah jahit akhwat di Kota
Makassar adalah sebagai wadah untuk meningkatkan perekonomian saudara yang bugis yang
sedang merantau di Kota Makassar dengan memberikan lapangan pekerjaan dan sebagai tempat
bersilahturahi sesama orang bugis dengan melakukan aktivitas keagamaan sepeti tarbiyah
kelompok, dan buka puasa senin kamis. aktifitas yang terjadi dalam sistem kekerabatan orang
bugis pada usaha rumah jahit akhwat di Kota Makassar adalah melakukan aktivitas produksi
pakaian muslimah di rumah produksi RJA sendiri dan penjualan produk pakaian muslimah dan
kain untuk membuat pakaian muslimah di toko – toko RJA baik secara offline maupun online (3)
Pandangan karyawan dan pelanggan terhadap sistem kekerabatan orang bugis pada rumah jahit
akhwat di kota makassar dari hasil wawancara dengan para karyawan dan pelanggan dapat
disimpulkan bahwa Usaha Rumah Jahit Akhwat Makassar ini, buka tipe usaha atau bisnis yang
hanya mengutamakan profit semata, dan mengabaikan para karyawannya. Namun usaha tersebut
ditujukan untuk membantu sesama dan untuk berdakwah melalui karyawannya dan para
pelanggannya. Sehingga akan tercipta sebuah hubungan kekeluargaan yang sangat erat baik
diantara karyawan maupun dengan para pelanggan RJA.

Kata kunci: Kelompok Sosial, Sistem Kekerabatan , Kelompok Usaha.

Pendahuluan
Sistem kekerabatan adalah hubungan kekeluargaan melalui perkawinan. Sebagaimana ,
bahwa keluarga adalah kelompok yang terdiri atas seorang ibu, anak- anak yang masih
tergantung padanya, dan bapak yang diikat oleh perkawinan atau hubungan darah. Selain
hubungan dalam satu keluarga, dikenal pula ada hubungan dengan keluarga-keluarga lain di luar
dari keluarga mereka sendiri. Hubungan ini bisa dalam bentuk hubungan dengan para
tetangganya, dan hubungan dengan para kerabat.
Istilah kerabat, dalam kamus antropologi didefinisikan sebagai orang sedaerah atau dekat
sehingga disebut dengan kekerabatan. Kerabat tersebut bisa dari pihak istri maupun kerabat dari
pihak suami dan semua kerabat tersebut harus diperlakukan dengan baik. Kerabat merupakan
pihak yang dekat kepada seseorang setelah keluarga sendiri, untuk itulah menjalin hubungan
ALLIRI: JOURNAL OF ANTHTROPOLOGY pISSN: 2684-9925
Volume 3 (2) Desember 2021 eISSN: xxxx-xxxx
baik dengan kerabat menjadi sangat penting. Secara garis besar, Indonesia mengenal tiga bentuk
sistem kekerabatan, yaitu matrilineal, patrilineal, dan bilateral. Sistem kekerabatan matrilineal
menarik garis keturunan dari pihak perempuan (ibu), misalnya suku Minangkabau. Sedangkan
sistem kekerabatan patrilineal menarik garis keturunan dari pihak laki-laki (ayah), misalnya suku
Batak. Sementara bilateral menarik garis keturunan dari kedua pihak, ayah dan ibu, misalnya
suku Jawa.
Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman,
bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologiantropologi, ada beberapa macam
kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar. Tetapi yang perlu digaris
bawahi adalah bahwa orang disebut berkerabat bukan hanya adanya ikatan perkawinan atau
karena adanya hubungan keluarga, tetapi karena adanya hubungan darah. Anggota kelompok
kekerabatan (keturunan) saling berkaitan karena mempunyai nenek moyang yang sama.
Kelompok kekerabatan yang kecil disebut juga dengan keluarga batih. Sedangkan kelompok
kekerabatan yang besar disebut dengan marga. marga merupakan suatu kesatuan kelompok yang
mempunyai garis keturunan yang sama berdasarkan nenek moyang yang sama.
Selain itu hubungan kekerabatan yang dibahasa diatas, orang bugis juga meningkatkan
hubungan kekerabatan melalui bergadang. Bagi orang bugis sendiri berdagang sudah mendarah
daging dalam tubuhnya karena dalam sejarahnya orang bugis sudah dari dahulu kala bergadang
hingga ke negeri orang. Orang bugis berdagang atau membuat sebuah usaha selain digunakan
sebagai mata pencaharian utama juga sebagai usaha penguatan diri dalam meingkatkan
hubungan-hubungan kekerabatan sesama keluarga maupun sesama etnis. Selain itu ada yang
namanya budaya siri’ dalam suku bugis yang mendarah daging mendorong semua pengusaha
berdarah bugis untuk berupaya mengharumkan dan menjaga nama baik usahayanya melalui
beragai cara, seperti peningkatan kesejahteraan karyawan, mengedepankan kegiatan sosial dan
pemberdayaan masyarakat, membayar pajak dan zakat, memberi pelayanan yang terbaik kepada
pelanggan, dan meningkatkan kualitas produk. Hal ini dikarenakan pencapaian perusahaan tentu
saja ikut meningkatkan gensi dan harga diri keluarga, karyawan, beserta seluruh pihak yang
terlibat dalam kegiatan bisnis (Hardiyanti dan Ahmad, 2018).
Berdasarkan informasi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa siri’ memiliki makna
yang positif, dari aspek yaitu sifat, ucapan, dan tindakan karena orang yang memelihara siri’
pasti akan selalu berusaha berbuat baik dan menjauhi perbuatan yang tercela. Bagi seorang
muslim melakukan hal tersebut maka tanpa melakukan dakwah secara lisan pun, sudah
merupakan dakwah dalam bentuk lisanul hal atau dakwah bi-al-haal (dakwah dengan perbuatan).
Oleh karena itu siri’ sudah menjadi hal yang membuat orang bugis secara aktif melaksanakan
dakwah Islam. Olehnya itu siri’ yang bersifat positif harus tetap dipelihara dalam menunjang
suksesnya dakwah Islam. Siri’ dalam aspek interaksi sosial menjadi sebuah penyeimbang yang
menjaga hubungan individu dengan masyarakat (Murniaty, 2015).
Sama halnya sistem kekerabatan yang ada pada usaha rumah jahit akhwat yang
merupakan usaha yang bergerak di bidang busana muslimah, usaha ini adalah usaha keluarga
yang merupakan orang bugis akan tetapi mempekerjakan juga karyawan muslim/muslimah yang
bukan keluarga namun memiliki darah suku bugis. Oleh karena itu untuk membuat hubungan
ALLIRI: JOURNAL OF ANTHTROPOLOGY pISSN: 2684-9925
Volume 3 (2) Desember 2021 eISSN: xxxx-xxxx
antar karyawan maka pemilik usaha rumah jahit akhwat ini membuat beberapa program
keagamaan yang diperuntukkan mempererat erat hubungan kekerabatan antar karyawan dan juga
dengan pemilik usaha rumah jahit akhwat itu sendiri, yaitu program buka puasa senin dan kamis
serta tarbiyah kelompok hal ini selain diharapkan dapat meningkat komunikasi yang baik antar
karyawan dan pemilik usaha juga diharapkan dapat meningkatkan taraf ketaan para karyawan
dan pemiliki usaha kepada sang pencipta yaitu Allah SWT. Hal ini pula yang diharapkan pemilik
usaha rumah jahit akhwat dapat memicu para karyawan agar dapat melayani pelanggan dengan
baik sehingga terbentuk hubungan yang baik antar usaha rumah jahit akhwat dan pelanggannya.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dimana penelitian Kualitatif
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat pospositivme yang digunkan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alamiah, sebagai lawanya adalah eksperimen. Penelitian adalah
sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data. Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta, baik pengumpulan fakta
dalam bentuk narasi (Cerita) yang datanya didapatkan melalui wawancara yang kemudian hasil
wawancara tersebut akan diolah secara kualitatif. Dalam hal ini masalah bagaimana sistem
kekerabatan itu sendiri terjalin dalam usaha rumah jahit akhwat suku Bugis Sidrap di Kota
Makassar (Prima Nugraha S, 2019).
Dalam penelitian ini, yang menjadi informan adalah masyarakat yang berprofesi sebagai
pelaku usaha dan para pekerjah rumah jahit akhwat yang bersuku Bugis Sidrap, yang ada di Kota
Makassar. Informan dalam penelitian ini, ditentukan dengan menggunakan purposive sampling
(pengambilan sampel dengan pertimbangan), yaitu pemilihan sekelompok subjek didasarkan
dasar atas ciri atau sifat tertentu dipandang mempunyai sangkut pautyang erat kaitannya dengan
ciri atau sifat populasi yang ingin diteliti. Teknik ini digunakan untuk mencapai tujun-tujuan
tertentu.adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili
atau yang bertempat tinggal di daerah tersebut (Muhammad Arif Tiro dan Nurhidayah, 2011).

Pembahasan
Profil Rumah Jahit Akhwat Makassar
Rumah Jahit Akhwat atau biasa disebut RJA didirikan pada tahun 2012 oleh Ummu
Abdillah Al Faruq atau dikenal juga dengan nama Ibu Zakia Kartini di Kota Makassar tepatnya
pada Jalan Toddupuli 17 No. 88 B. RJA merupakan usaha yang bergerak dibidang tata busana
sebagai produsen dan distributor pakaian - pakaian musilmah yang berfokus pada berbagai jenis
pakaian muslimah syar’i. Seiring waktu berjalan RJA mulai berkembang yaitu ditandai dengan
didirikannya cabang toko RJA, di Kota Makassar sendiri yaitu di Jalan Antang, Jalan Alauddin,
Jalan Perintis, dan Pasar Sentral. Selain di Kota Makassar RJA juga melebarkan sayap di
Kabupaten Sidrap. Berdasarkan hasil wawancara dengan Arham selaku supervisor pada tanggal
27 November 2019, dia mengungkapkan bahwa :
“Rumah Jahit Akhwat didirikan oleh Ummu Abdillah Al Faruq untuk
mengaplikasikan sabda Rasulullah SAW yaitu Sebaik – baiknya manusia adalah
ALLIRI: JOURNAL OF ANTHTROPOLOGY pISSN: 2684-9925
Volume 3 (2) Desember 2021 eISSN: xxxx-xxxx
yang bermanfaat bagi sesamanya”. Maka dari itu beliau mendirikan RJA untuk
mebuka lapangan kerja bagi sanak sodara dan masyarakat sekitar. Usaha ini
dibangun pada tahun 2012 di Jalan Toddopuli 17 No. 88 Makassar dengan
pengetahuan terbatas dan mengajak beberapa sanak-sodara yang memiliki
pengalaman dalam menggunakan mesin jahit, hingga saat ini RJA sendiri
memiliki empat cabang yaitu didalam Kota Makassar dan Dua diluar Kota
Makassar yaitu di Jalan Toddopuli sebagai pusat, Jalan Antang, Jalan Alauddin,
Jalan Perintis, dan Pasar Sentral serta di Kabutapen Sidrap dan Sinaji sebagai
cabang.”
RJA selain memiliki enam toko cabang, juga memiliki rumah produksi sebagai tempat
memproduksi kain sebagai bahan utama yang digunakan sebagai bahan utama dalam membuat
pakaian tersebut. Rumah produksi tersebut berlokasi di Jalan Perintis. Pengelolaan RJA
dilaksanakan dengan standar kerja professional, Ummu Abdillah Al Faruq yang merupakan
pendiri dan pemilik juga sebagai direktur atau pimpinan tertinggi dari RJA yang tiap bulannya
berkunjung kesetiap cabang atau mendapat laporan dari supervisor untuk mengetahui
perkembangan dari RJA itu sendiri. setelah itu ada posisi manger umum, sekertaris, dan
berdahara. Adapun yang mengelola toko/cabang RJA secara langsung adalah kepala
cabang/Supervisor dari setiap lokasi cabang toko RJA yang dibantu 5 – 10 karyawan untuk
mengatur menejemen penjualan dan melayani pembeli. Rumah produksi RJA sendiri memiliki
20 orang karyawan yang bertugas memproduksi kain dan bertugas menjahit baju untuk
didistribusi kesetiap cabang RJA di dalam dan luar Kota Makassar,
Usaha Rumah Jahit Akhwat tidak hanya mengedepankan aspek profit dalam kegiatan
usahanya, namun juga sangat memperhatikan aspek sosial dan agama. Hal ini bisa terlihat dari
visi yang sudah digariskan yaitu: RJA selain ditujukan untuk membuka lapangan kerja guna
membantu meningkat perekonomi masyarakat sekitar juga digunakan sebagai media berdakwah
sehingga, RJA bertujuan membuat industri busana muslimah sebagai tren berpakaian yang sopan
bagi seluruh masyarakat pada umumnya dan juga bernilai ibadah bagi umat muslim dan
muslimah pada khususnya. RJA sendiri tidak hanya menfokuskan kegiatan dakwa kepada
pelanggannya namun juga kepada karyawannya dengan membuat program wajib tarbiayah
kelompok pada hari – hari tertentu tiap pekannya, yang diisi pemateri yang memiliki kualifikasi
pengetahuan Agama Islam yang baik dan melaksanakan kegiatan rutin buka bersama di setiap
hari senin dan kamis bagi yang melaksanakan puasa sunnah tersebut.
Berikut Wawancara dengan Marlina selaku karyawan pada tanggal 27 November 2019,
mengungkapkan bahwa :
“Ummu Abdillah Al Faruq juga memanfaat usahanya ini untuk berdakwah
dengan pelanggan dan dengan karyawan RJA sendiri dengan membuat program
tarbiyah berkelompok pria dan wanitanya dipisah dan dipandu oleh murobbi
sebutan pembimbing pria yang membimbing kelompok pria dan murobbiyah
pembimbing wanita yang membimbing kelompok wanita, yang diamana
pembimbing tersebut berasal dari Ormas Islam yang ada di Kota Makassar yaitu
Wahdah Islamiyah dan selalu menyajikan makanan gratis untuk dikonsumsi saat
buka bersama pada hari senin dan kamis bagi yang melaksanan puasa sunnah
senin dan kamis.”
ALLIRI: JOURNAL OF ANTHTROPOLOGY pISSN: 2684-9925
Volume 3 (2) Desember 2021 eISSN: xxxx-xxxx

Fungsi Pemeliharaan Sistem Kekerabatan Usaha Rumah Jahit Akhwat Makassar


Ikatan keluarga adalah suatu ikatan yang dibatasi oleh hubungan darah namun ikatan
yang dibangun dengan hubungan emosional yang secara alamiah terbentuk berangsur – angsur.
Ikantan inilah yang membuat kita akan selalu merasa nyaman apabila kita berada disekitarnya
karena kasih sayang yang tulus dari hati berasal dari keluarga. Hal tersebutlah yang akan
membuatkan kita menjadikan kita untuk selalu rindu untuk pulang atau berada disekitarnya. RJA
ini sendiri pada dasarnya memang dirintis berdasarkan semangat kekeluargaan, karena salah satu
alasan awal dibangunnnya RJA untuk membuka lapangan kerja untuk dapat membantu
masyarakat sekitar yang merantau dari daerah bugis meningkatkan kualitas perekonomiannya,
serta meningkat kualitas silahturahmi antar keluarga dengan mengajak sanak – sodara yang
memiliki kemampuan dibidang tata busana. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Arham
selaku supervisor RJA Makassar pada tanggal 27 November 2019, yang mengungkapkan fungsi
didirikannya RJA :
“Jadi sama seperti yang saya katakan sebelumnya, RJA ini didirikan untuk
membuka lapangan kerja yang luas guna memantu perekonomian masyarakat
sekitar yang datang untuk merantau dari tanah bugis dan meningkatkan
silahtuhrahmi dengan keluarga. Pada awal perintisannya ini memang
berlandaskan semangat kekeluargaan karena awalnya RJA ini dikelola oleh
Ummu Abdillah Al Faruq dan sanak saudaranya namun setelah usaha ini mulai
berkembang, barulah dibuka lowongan kerja untuk masayarat sekitar yang
berasal dari daerah bugis. Karena rata – rata bisa berhasa bugis maka mudah
tercipta suasana yang cair antar owner dengan karyawan dan tentunya karyawan
dengan karyawan lainnya. Hal tersebutlah yang membangun sebuah hubungan
kekeluargaan yang erat. Ditambah lagi dengan program tarbiyah kelompok yang
dibuat untuk para karyawan guna meningkatkan kualitas iman yang diharapkan
kedepannya juga dapat membuat para karyawan meningkatkan kualitas
pelayanan kepada pelanggan, sehingga akan menciptakan hubungan kekerabatan
yang baik dengan pelanggan”.

Selanjutnya wawancara dengan Nur Rahmiati selaku karyawan pada tanggal 27 November 2019,
dia mengungkapkan bahwa :
“Saya dan Ummu adalah saudara sepupuh, yang diajak ummu untuk merintis
RJA ini, karena beliau kurang memiliki pengetahuan di bidang tata busana.
Karena saya bisa menggunakan mesin jahit dan dapat membuat pola pakain,
Ummu dengan penuh keyakinan mengajak saya. Selama merintis RJA ini kami
selalu saling menguatkan agar RJA dapat berkembang dengan baik.
Alhamdulillah dengan hal tersebut kami dapat merintis bisnis ini dan
silahturahmi kami tetap terjaga”
Selanjutnya wawancara dengan Nuraini selaku karyawan RJA pada tanggal 27 November 2019,
dia mengungkapkan bahwa :
“Jadi sebenarnya saya ini adalah keponakan dari Ummu Abdillah Al Faruq dari
daerah (Sidrap), jadi dulu setelah saya lulus kuliah saya diajak untuk bantu –
bantu di toko, kemudian saya mulai tertarik diusaha ini karena saya sangat
ALLIRI: JOURNAL OF ANTHTROPOLOGY pISSN: 2684-9925
Volume 3 (2) Desember 2021 eISSN: xxxx-xxxx
senang untuk membuat desain pakaian, Jadi Ummu menjadikan saya sebagai
karyawan tetap RJA, ditambah lagi banyak kelurga saya yang bekerja disini jadi
serasa dirumah sendiri”

Selanjutnya wawancara dengan Ilham selaku karyawan RJA, pada tanggal 27 November 2019,
dia mengungkapkan bahwa :
“Jadi saya masih baru disini, namun saya ponakan dari Ummu Abdillah Al
Faruq, yang dulunya tinggal di Sidrap, jadi setelah beliau buka cabang di Sidrap,
beliau mengajak saya untuk kerja ditempatnya di Kota Makassar, karena saya
setelah lulus SMA tidak uang untuk kuliah dan kerjaan, saya di tawari jadi supir
mobil untuk mendistribukan produk ditoko cabang di Kota Makassar, dan
kebetulan saya bisa bawa mobil, jadi saya langsung terima. Penghasilannya juga
cukup untuk menabung uang kuliah untuk tahun depan47”.

Selanjutnya wawancara dengan Gaatri selaku karyawan RJA mengenai perubahan apa yang
dialami setelah bekerja di RJA, 27 November 2019, dia mengungkapkan bahwa :
“Setelah saya bekerja di RJA banyak perubahan positif yang saya alami salah
satunya saya dapat penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
saya. Kemudian dengan bimbingan yang baik oleh para karyawan yang lebih
senior saya mulai tertarik mengenakan pakaian syar’I. Serta dengan
diwajibkannya program tarbiayah kelompok untuk para karyawan, hati saya
mulai terbuka untuk mendalam dan mempelajari agama saya”.

“Saya sebenarnya sama dengan Ilham, tapi saya memang tinggal di Makassar
dan masih menjadi mahasiswa. Karena tau saya keponakan Ummu Abdillah Al
Faruq, sedang berkuliah saya ditawari untuk jadi karyawan ditokonya, kebetulan
kuliah saya tidak terlalu padat jadi mudah menyesuaikan, jadi saya terima
tawaran tersebut.
Alhamdulillah bisa bantu orang tua bayar uang kuliah. Di RJA ini kerjanya enak dan kita
wajibkan ikut tarbiyah kelompok sehingga kita makin tergerak mendekatkan diri dengan
Allah SWT”.
Hasil wawancara sebelumnya menunjukkan bahwa RJA memiliki fungsi meningkatkan
hubungan kekeluargaan sesama pemilik dan karyawan RJA, karena RJA sendiri dari awal
perintisan ingin membantu sesama dan ingin melakukan dakwah untuk meningkatkan kualitas
iman yang diharapkan dapat membuat para karyawannya membuat ikatan kekerabatan dengan
para pelanggan RJA. Informasi yang diberikan oleh beberapa karyawan RJA menunjukkan
bahwa memang ada yang tebantu perekonomiannya sejak bekerja di RJA, selain itu mereka juga
makin mendalami Agama Islam, dan tentunya ikatan kekeluargaan mereka makin meningkat
baik dari ikatan darah maupun ikatan yang kekeluargaan yang terbentuk semenjak menjadi
karyawan.
Sejala dengan teori struktural fungsional dan fungsionalisme yang di adopsi dari ilmu
menekankan tentang fungsi mempertahankan sistem analisa sistem pada prinsip berkisar pada
konsep namun yang paling penting adalah konsep fungsi dan konsep struktur. Perkataan fungsi
ALLIRI: JOURNAL OF ANTHTROPOLOGY pISSN: 2684-9925
Volume 3 (2) Desember 2021 eISSN: xxxx-xxxx
di gunakan dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Menunjukan kepada aktifitas dan
dinamika manusia dalam mencapai tujuan.
Tarbiyah adalah bahasa arab yang memiliki arti dalam bahasa indonesia adalah
pendidikan. Biasa seseorang salah mengartikan pendidikan dan pengajaran dan hanya
mengartikanya sebagai pendidikan yang ada di kelas yang formal seperti sebuah pembalajaran di
sekolah – sekolah pada umumnya yang materi jam waktu belajar sudah ditentukan. Tarbiyah
sebenarnya memiliki makna yang lebih mendalam mengenai pendidikan yaitu semua hal yang
diberikan oleh guru untuk murid demi menunjang kehidupan yang lebih baik di masa depan
murid tersebut. Kata tarbiyah di Indonesia lebih populer diartikan sebagai pendidikan yang
mengajarkan Agama Islam yang dilakukan secara berkelompok dan pembimbingnya diisi oleh
da’I yang memiliki pengalaman dan pendidikan formal mengenai Agama Islam.
RJA seperti yang dikatakan sebelumnya, digunakan sebagai media berdakwah kepada
karyawan dan pelanggan RJA, namun programnya lebih memfokuskan kepada karyawannya.
Program tarbiyah ini diwajibkan kepada semua karyawan RJA yang dimana dilakukan secara
berkelompok yang kelompoknya dipisahkan pria dan wanita. Adapun pembimbing untuk setiap
kelompok tarbiyah disebut murbobbi untuk pria pembimbing kelompok pria dan murobbiyah
untuk wanita pembimbing kelompok wanita. Selanjutnya wawancara dengan Nur Rahmiati
selaku karyawan 27 November 2019, dia mengungkapkan bahwa :
“Jadi saat awal perintisan RJA ini sebenarnya target dakwahnya itu lebih kepada
pelanggan, yaitu kita mengharapkan dengan membeli produk pakain dan
megenakan muslimah kami, mereka akan tergerak hatinya untuk belajar agama
Islam. Namun setelah usaha ini berkembang dan kami mulai merekrut
masyarakat umum, masih banyak dari merek yang masih acuh dengan agamanya
(Islam), Jadi Ummu Abdillah Al Falaq, membuat program tarbiyah untuk para
karyawan agar mereka lebih mudah untuk belajar Agama Islam, dan juga
diharapkan dapat membagikan ilmunya tersebut kepada pelanggan dan orang –
orang sisekitarnya.”
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Arham selaku supervisor RJA Makassar pada
27 November 2019, yang mengungkapkan fungsi didirikannya RJA :
“Jadi dengan program tarbiyah, diharapkan karyawan RJA memiliki
pengetahuan yang lebih luas tentang Agama Islam. Karena disini karyawannya
tidak semua Akhwat (Wanita) ada juga yang Ikhwa (Pria), Jadi setiap tarbiyah
selalu disisipkan materi caranya kita bersikap untuk menanggapi cara bekerja
dengan lawan jenis, agar tidak terkesan berhalwat, yang menimbulkan fitnah
diantara pria dan wanita. Tentunya itu sangat membantu kinerja profesionalitas
kami.”.

Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Rahma Magfirah selaku karyawan RJA Makassar ,
yang mengungkapkan fungsi tarbiyah di RJA :
“Sebelum saya kerja di RJA, saya sangat acuh dengan agama saya (Islam), shalat
masih sering di tinggalkan, dan tidak pernah berpikir untuk buka buku tentang
agama Islam. Namun semenjak disini, kita kan ikut tarbiyah, jadi saya awalnya
sedikit-sedikit mulai memperbaiki diri yah seperti shalatnya diperbaiki dan selalu
ALLIRI: JOURNAL OF ANTHTROPOLOGY pISSN: 2684-9925
Volume 3 (2) Desember 2021 eISSN: xxxx-xxxx
mengusahakan tepat waktu, mulai rajin mengaji. Kelebihannya lagikan kita kan
tarbiyah kelompok, jadi kalau iman kita lagi surut, pasti banyak teman kita yang
terus mengingatkan sehingga saya sangat merasa semangat untuk belajar
agama.52”.

Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Siti selaku karyawan RJA Makassar pada 27
November 2019, yang mengungkapkan fungsi tarbiyah RJA :
“Saya sangat senang bekerja disini karena saya memang dari awal saya sangat
tertarik belajar Agama Islam, dengana adanya program tarbiyah kelompok kita
semua lebih mudah bergaul dengan para karyawan disini, dan tentunta kita
semua dapat menimbah ilmu Agama Islam bersama dengan saling mengingatkan
dan menguatkan.53”.
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Wardha selaku karyawan RJA Makassar pada 27
November 2019, yang mengungkapkan fungsi tarbiyah RJA :
“Saya sangat senang mengikuti kegiatan tarbiyah ini karena materinya sangat
terstruktur mulai dari materi dasar seperti mengajarkan kita cara sholat yang baik,
membaca Al-Quran dengan baik, sehingga kita yang baru mendalami agama lebih
kuat pemahamannya.
RJA mewajibkan semua karyawannya mengikuti program tarbiyah untuk membuat para
karyawannya memiliki pengetahuan dunia dan akhirat . Selain itu para karyawannya juga
diharap dapat memperbaiki diri dan pelayanan kepada pelanggan, sehingga para pelanggan RJA
secara tidak langsung dapat didakwahi. Tarbiyah ini selain dimaksudkan untuk meningkatkan
ilmu agama para karyawan juga ditujukan untuk meningkatkan silahturhami antar karyawan
dengan melakukan tarbiyah kelompok agar dapat meningkatkan komunikasi yang lebih ringan
diantara karyawan.
Kesimpulan
Fungsi sistem kekerabatan orang bugis pada usaha rumah jahit akhwat di Kota Makassar
yaitu ingin membuka lapangan kerja untuk membantu orang banyak dan mempererat hubungan
silaturahmi antar keluarga karena pada awal perintisan RJA ini mengajak sanak-sodara yang
memiliki kemampuan di bidang tata busana. Setelah RJA berhasil merintis usahanya dengan
baik, maka dibukalah lapagan kerja untuk masyarakat sekitar sehingga dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat tersebut. Melalui sistem kerja yang berlandaskan semangat
kekeluargan, RJA sangat mudah membuntuk hubungan kekerabatan yang erat antar karyawan
dan pelanggan. Selain mempererat hubungan kekeluargaan RJA ini dijadikan sebagai media
dakwah melalui produk yang dijual serta bagi karyawan melalui program tarbiyah kelompok
yang diwajibkan kepada setiap Karyawannya.
Aktifitas yang terjadi dalam sistem kekerabatan orang bugis pada usaha rumah jahit
akhwat di Kota Makassar. Berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan dapat ditarik
kesimpulan bahwa RJA tidak hanya melakukan aktifitas jual beli semata melainkan dilakukan
kegiatan keagamaan untuk meningkat kualitas iman dan pribadi dari setiap karyawan adapun
kegiatannya itu yaitu yang pertama tarbiyah kelompok untuk memperdalam ilmu agama setiap
karyawan selain itu ada kegiatan ada kegiatan buka puasa senin dan kamis yang lebih
ALLIRI: JOURNAL OF ANTHTROPOLOGY pISSN: 2684-9925
Volume 3 (2) Desember 2021 eISSN: xxxx-xxxx
diperuntukkan untuk makin meningkatkan komunikasi karyawan dengan pemilik RJA. Kegiatan
tersebut tentunya memberikan dampak positif kepada karyawan RJA sendiri, karena hal
tersebutlah juga yang membuat kualitas pelayanan karyawan RJA kepada pelanggan menjadi
jauh lebih baik sehingga secara alamiah terbentuklah hubungan kekerabatan yang baik RJA dan
pelanggannya sendiri. Hal ini tentu memberikan penilaian positif pada RJA.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rachman Noer, 2019, Number Of Infrastructure Facilities In The City Of Makassar In
2019 : Integrasi Data Kota Makassar. Makassar : BPS Kota Makassar
Aryo Purnomo,2020, Kota Makassar dalam Angka. Makassar : BPS Kota Makassar Christian
Perlas.2006. Manusia Bugis. Di terjemahkan oleh Abdul Rahman Abu,
Hasruadi, Nurhady Sirimorok. Jarak: Nalar.
Eliza Meyani, 2010. Sistem Kekerabatan Orang Bugis Disulawesi Selatan (Suatu Analisis
Antropologi-Sosial). Jurnal Al-Qalam Vol. 16 No. 2 6 Juli Desember 2010
Firmanto, Tito, dan Anang Krisyanto, 2013.Pengaruh Budaya Kekeluargaan Terhadap
Turnover intention Karyawan Melalui Komitmen Efektif.ilmu manajemen. Vol.1No.1.
GunungMas Gondanglegi Malang” 21 oktober 2018. etheses.uin-malang.ac.id.
Halilintar Lathief. 2003. Cerita yang Dianggapahan SebuahEkspresi Tradisi
Lisan Bugis. Makassar:Padat Daya.
Heddy Shri Ahimsa-Putra. 2007. Patron & Klien di Sulawesi Selatan.Yogyakarta.
Kepel Press
Hardiyanti Munis, dan Ahmad Ismail, 2018. Informalitas dalam Formalitas: Sebuah Kajian
Budaya Organisasi Perusahaan Keluarga. Jurnal Etnografi Indoneisa. Vol. 1 No. 2
Desember 2018
https/www.badanstatistik.com/data-statistik-kota-makassar-tahun-2018
https/www.kemendikbd.com/ data-pokok-pendidik-direktorat-jenderal-pendidikan
anak -usia-dini-pendidikan-dasar-dan-pendidikan-menengah
I Muhammad Zid dan Sofjan Sjaf, 2009. Sejarah Perkembangan Desa Bugis Makassar Sulawesi
Selatan. Jurnal Sejarah Lontar Vol. 6 No. 2 Juli Desember 2009
https/www.kemendikbd.com/refrensi-data-kemendikbud-kota-makassar-tahun-2018.
Johnson D.P 1986 Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta PT.Gramedia.
Khuddami Makstalina. “Pengaruh Budaya Kekeluargaan Terhadrrrap kinerja Karyawan di
BMT Maslaha Sidogiri Pasuruan” 21Oktober2018. etheses.uin-malang.ac.id.
Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Pt.
Gramedia.
Latief Abd. 2014. Para Penguasa Ajattapareng, Refleksi Sejarah Sosial Budaya Orang Bugis,
Ombak : Yogyakarta
Maksum,Ikhsan.” Budaya Organisasi Kerja-Kekeluargaan(Work Family Culture) pada PT
Millar, Susan. 2010. Perkawinan Bugis. Makassar: Ininawa.
Muhammad Arif Tiro, Nur Hidayah. 2011. Metode Penelitian Sosial.Makassar : Andira
Publisher.
ALLIRI: JOURNAL OF ANTHTROPOLOGY pISSN: 2684-9925
Volume 3 (2) Desember 2021 eISSN: xxxx-xxxx
Murniaty Sirajuddin, 2015. Siri’ Dalam Perspektif Dakwah Islam. Al-Irsyad Al- Nafs, Jurnal
Bimbingan Penyuluhan Islam Volume 2, Nomor 1 Desember 2015
Murni Mahmud. 2009. Bahasa dan Gender dalam Masyarakat Bugis. Makassar Pustaka
Refleksi.
Prima Nugraha S Sinaga “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada
Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi Sumatera Utara”5 March 2019.Reposity .usu.ac.id.
Shaff Muhtamar.2007.Masa DepanWarisan luhur Kebudayaan.Makassar: Pustaka Sugiyono.
2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D, Alfabeta, Bandung.
Suriadi Mappagara. 2004, Kerajaan Bone dalam Sejarah Politik Sulawesi Selatan Abad XIX,
Makassar : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan
Syarifuddin Jurdi, Sejarah Wahdah Islamiyah (Sebuah Geliat Ormas Islam di Era Transisi)

You might also like