You are on page 1of 6

MAKALAH

KAMPUS MERDEKA

DOSEN PEMBIMBING

DISUSUN OLEH:
NAMA: INTAN WAHYUNI
NIM: 2020143244

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
A.KAMPUS MERDEKA
Kampus merdeka merupakan suatu kebijakan dari Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Mendikbud) yaitu perpanjangan dari program merdeka
belajar, yang memberikan mahasiswa kebebasan untuk mencari pengalaman
belajar diluar jurusannya selama tiga semester. Ini merupakan langkah
meningkatkan kualitas pendidikan yang dicetuskan oleh menteri pendidikan
Nadiem Makarim (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2020; Siregar, dkk., 2020). Kebijakan ini
bertujuan untuk mendorong mahasiswa menguasal berbagai ilmu yang berguna
untuk memasuki dunia kerja. Kampus Merdeka ini memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk memilih mata kullah vang akan mereka ambil.

Mendikbud, Nadiem Makarim mengatakan "bayangkan semua


mahasiswa kita suatu hari harus berenang ke suatu pulau di laut terbuka, pada
saat ini semua perenang-perenang kita itu hanya dilatih dengan satu gaya saja,
(satu gaya itu adalah prodinya dia). dan juga dia hanya dilatih di kolam renang,
(kolam renang itu kampus)". Bagaimana mahasiswa menyesuaikan diri dan
berenang dengan baik di laut terbuka, sedangkan laut terbuka memiliki kondisi
yang bervariasi dan mahasiswa (perenang) hanya dilatih di kolam renang
(kampus) saja. Artinya, mahasiswa jangan hanya dilatih di dalam kampus saja,
karena permasalahan atau kondisi di dunia nyata akan lebih beragam lagi
nantinya. Beliau mengatakan kembali, "agar anak-anak kita pada saat keluar
dari kampus tidak tenggelam di laut terbuka, jangan dilatih hanya di kolam
renang, sekali sekali pergi ke pantai, latihan di laut"

Mendikbud juga menyampaikan bahwa hampir tidak ada profesi di


dunia ini yang hanya mengandalkan satu bidang ilmu, melainkan semua profesi
di dunia nyata membutuhkan kombinasi dari beberapa bidang ilmu
(Kemendikbud RI, 2020).

Ada beberapa alasan yang diungkapkan Mendikbud terkait dengan


alasan mengapa sistem pendidikan tinggi di Indonesia yang hanya bertokus
pada satu prodi saja tidak baik. Yang pertama, dari segi menemukan jati diri
anak, masih terdapat mahasiswa yang merasa tidak cocok dengan prodinya.
Nadiem mengatakan bahwa "kita tidak hisa menemukan titik temu hati
mahasiswa untuk menemukan passionnya". Yang kedua, semua skill untuk
profesi ujung-ujungnya harus belajar lagi di dalam profesi itu karena sangat
berbeda kondisi kerja dengan kondisi di dalam kampus.

Oleh karena itu, dibentuklah kebijakan merdeka belajar. Salah satu


konsep dari kampus merdeka belajar yaitu memberikan mahasiswa kebebasan
untuk mencari pengalaman belajar maupun pengalaman sosial diluar jurusan/
program studinya selama tiga semester dengan tidak menyampingkan teknologi.
Dapat dikatakan bahwa mahasiswa bukan hanya menjadi lulusan terbaik yang
hanya pandai dalam berteori, akan tetapi mampu untuk merealisasikan teori-
teori tersebut. Dan terjun kelapangan dengan bekal ilmu yang cukup.
Bentuk kegiatan umum pada konsep kampus merdeka in adalah magang,
pertukaran pelajar, kegiatan wirausaha, asistensi mengajar di satuan
pendidikan, proyek independen, penelitian, proyek kemanusiaan, serta
membangun desa/kuliah kerja nyata tematik (Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020). Untuk dapat
mengikuti kampus merdeka belajar ini, mahasiswa haruslah berasal dari
program studi yang terakreditasi dan aktif yang terdaftar pada PDDikti.

Kebijakan Kampus Merdeka ini, sudah diatur pada Permendikbud


Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, pada Pasal
18 disebutkan bahwa pemenuhan masa dan beban belajar bag mahasiswa
program sarjana atau sar¡ana terapan dapat dilaksanakan:

1) Mengikuti seluruh proses pembelajaran dalam program studi pada


perguruan
tinggi sesuai masa dan beban belajar; dan
2) Mengikuti proses pembelajaran di dalam program studi untuk memenuh
sebagian masa dan beban belajar dan sisanya mengikuti proses
pembelajaran di
luar program studi.

B. Pokok-pokok Kebijakan Kampus Merdeka Belajar


Adapun pokok-pokok kebijakan pemerintah terkait kampus merdeka
belajar yang dikatakan sebagai terobosan terbaru yaitu :

a. Pembukaan program studi bar dengan arahan kebijakan:


1. PTN dan PTS diberi otonomi untuk membuka prodi baru jika:
a) perguruan tinggi tersebut memiliki akreditasi A dan B
b) prodi dapat diajukan jika ada kerjasama dengan mitra
perusahaan.
organisasi nirlaba, institusi multilateral, atau universitas Top 100
ranking
QS (Quacquarelli Symonds)
c) prodi baru tersebut bukan di bidang kesehatan dan pendidikan
2. Kerja sama dengan organisasi mencakup penyusunan kurikulum,
praktik kerja,dan penempatan kerja. kementerian akan bekerja sama
dengan PT dan mitra prodi untuk melakukan pengawasan.
3. Prodi baru tersebut otomatis akan mendapatkan akreditasi C, prodi
baru yang tengah diajukan oleh PT berakreditasi A dan B akan
otomatis mendapatkan akreditasi C oleh BAN-PT
4. Tracer studi wajib dilakukan setiap tahun.

b. Sistem akreditasi perguruan tinggi dengan arahan kebijakan:


1. Akreditasi yang sudah ditetapkan oleh BAN-PT tetap berlaku 5 tahun
dan
akan diperbaharui secara otomatis. Perguruan tingg1 yang
terakreditas1 B atau C dapat mengajukan kenaikan akreditasi
kapanpun secara sukarela
2. Peninjauan kembali akreditasi akan dilakukan BAN-PT jika ada
indikasi
penurunan mutu , misalnya:
3. Adanya pengaduan masyarakat (disertai dengan bukti yang konkret)
4. Jumlah pendaftar dan lulusan dari PT/Prodi tersebut menurun
drastis lima tahun berturut-turut (ketentuan lebih lanjut tentang
penurunan kualitas akan diatur melalui peraturan Dirjen terkait)
Akreditasi A akan diberikan bagi prodi yang berhasil mendapatkan
akreditasi internasional. akreditasi internasional yang diakui akan
ditetapkan melalui keputusan menteri.
5. pengajuan re-akreditasi PT dan Prodi dibatasi paling cepat 2 tahun
setelah mendapatkan akreditasi yang terakhir kali. Tracer study
wajib dilakukan setiap tahun.

c. Perguruan tinggi neger badan hukum, dengan arahan deann.


1. Persyaratan untuk menjadi BH (Badan Hukum) dipermudah bagi
PTN BLU (Badan Layanan Umum) & Satker (Satuan Kerja)
2. PT BLU dan Satker dapat mengajukan perguruan tingginya untuk
menjadì badan hukum tanpa ada akreditasi minimum
3. PT dapat mengajukan permohonan menjadi BH kapanpun apabila
merasa sudah siap

d. Hak belajar tiga semester di luar program studi, denga arahan


kebijakan: perguruan tinggi wajib memberikan hak bag mahasiswa
untuk secara sukarela (dapat mengambil atau tidak) dengan ketentuan
mahasiswa dapat mengambil sks diluar perguruan tinggi sebanyak 2
semester (setara dengan 40 sks), mahasiswa dapat juga mengambil sks di
prodi yang berbeda di PT yang sama sebanyak 1 semester (setara dengan
20 sks), dengan kata lain sks yang wajib diambil di prodi asal adalah
sebanyak 5 semester dari total semester yang harus dijalankan (tidak
berlaku untuk prodi kesehatan).

Terdapat perubahan paradigma terkait dengan SKS menurut


Kemendikbud, yaitu
a) SKS merupakan jam kegiatan
b) Semua jenis kegiatan (belajar di kelas dan diluar kelas seperti
pertukaran pelajar, magang, proyek di desa dan sebagainya) harus
dipandu oleh seorang dosen yang telah ditentukan oleh PT
c) Mahasiswa dapat mengambil daftar kegiatan selama 3 semester
tersebut dengan pilihan program dari pemerintah dan program yang
disetujui oleh rektor. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2020).
C. Tantangan Dalam Mengimplementasikan Kebijakan "Merdeka Belajar,
Kampus Merdeka"
Menurut ARIFIN, S. & Muslim, M. O. H. (2020: 7-9) Tantangan Pada
penerapan kebijakan " Merdeka Belajar, Kampus Merdeka" adalah sebagai
berikut:

1) Mekanisme Kolaborasi antara Perguruan Tinggi dan Program Studi


dengan Pihak Luar

Dalam kebijakan yang dikeluarkan mengenai merdeka belajar dan


kampus merdeka belajar yaitu kebijakan dalam pembukaan program studi bar,
akreditasi perguruan tinggi dan program studi. Praktisnya perguruan tinggi
diwajibkan untuk melakukan kolaborasi dengan pihak eksternal seperti
perusahaan-perusahaan, masyarakat ataupun instant pemerintah lainnya.
Dengan diberikannya kewajiban seperti itu mulainya timbul persoalan untuk
perguruan tinggi swasta yang bisa di kategorikan 3T (tertinggal, terluar, dan
terpencil), persoalan-persoalan seperti bagaimana cara PTS untuk mejalin
Kerjasama dengan pihak eksternal dengan kondisi yang mereka punya atau
dapatkan PTS dan PT yang dikategorikan termasuk kedalam perguruan tinggi
bear mau diajak berkolaborasi dengan PTS yang termasuk kedalam PTS kecil?.
Maka hendaknya kebijakan perlu dikaji lagi berdasarkan Permasalah in
walaupun aturan yang dikeluarkan dalam kebijakan ini bisa dikatakan bagus.

2) Percepatan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Go Internasional dengan


kebijakan PT Badan Hukum (PTN-BH)

Didalam Kebijakan PTN-BH harapaan bear diberikan bagi Perguruan


Tinggi dalam upaya mewujudkan daya saing internasional. Kebijakan
sebelumnya berisi"PT harus mendapat akreditasi A sebelum dapat menjadi
PTN-BH, mayoritas prodi PT harus terakreditasi A sebelum menjadi PTN-BH,
PT Badan Layanan Umum (PT BLU) dan Satker kurang memiliki fleksibilitas
finansial, kurikulum dan kebijakan dibandingkan PTN-BH", namun dalam
kebijakan "Merdeka Belajar, Kampus Merdeka"Nadiem membuat
pemangkasan pada birokrasi dan persyaratan yang rumit, Batasan minimal
akreditasi ditiadakan, dan fleksibilitas waktu pengajuan PTN-BH selama PT
merasa sip dan memenuhi kualifikasi untuk alih status. Kebijakan yang
dikeluarkan Nadiem mengharapkan PT dapat tergerak untuk menjadi world
class university. Namun dalam kenyataannya hanya baru 8 Universitas Negeri di
Indonesia yang masuk kedalam jajaran peringkat 1000 Universitas terbaik di
dunia. Sehingga dengan harapan yang tinggi untuk mampu bersaing pada taraf
internasional hendaknya terdapat keharusan pula bagi pemerintah dalam
memberikan anggaran yang cukup dan kemudahan birokrasi pula.
3) Mekanisme Magang di Luar Program Studi

Dalam kebijakan visioner Menteri Pendidikan dan Kebudayaan daalam


pemberian kebebasan bagi mahasiswa untuk pengenbangan keilmuan, bersosial
dan mendapatkan pengalaman kerja mengenai kebijakan magang selama
3semester di luar Program Studi dan Perguruan Tinggi. Dan hal ini juga kendali
lain yang dihadapin oleh PTS kecil ataupun PT yang berada di daerah 3T
(Terpencil, Terluar, dan Tertinggal). Ketiga tantangan ini saling memiliki
keterkaitan. Pada mahasiswa yang memiliki perekonomian di tingkat menengah
kebawah tentunya mengalami kendala dalam pendanaan untuk pembiayaan sat
magang.

Maka dari itu perlunya pengkajian ulang mengenai kebijakan "Merdeka


Belajar, Kampus Merdeka" ditinjau dari tantangan-tantangan yang diuraikan
diatas.

Sedangakan Indra Charismiadji, Seorang pemerhati dan Praktidi


Pendidikan 4.0 dikutip melalui Kompas.com menyatakan bahwa tantangan
dalam menginmplementasikanKebijakan - Merdeka Belajar, Kampus Merdeka"
adalah sebagai berikut:
1) Bangsa Indonesia yang memiliki Mental Inlander. Yang artinya belum
adanya kemerdekaan mindset atau pola pikir bangs Indonesia
2) Pada kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka masih parsial dan
belum tertuju ke ititk tujuan yang ingin dicapai. Bisa dimulai dengan
melakukan pengidentifikasian masalah.
3) Kurangnya keterjelasan mengenai situasi dan kondisi penyiapan tenaga
pendidik sebagai ujung tombak dalam hal ini guru dan dosen.

Serta Doni Koesoema sebagai penulis buku Dan pemerhati pendidikan


memberikan pendapatnya bahwa Mash belum ada perubahan fundamental
yang ada di rang kelas dan masih terdapat kebingungan dikarenakan kebijakan
Merdeka Belajar yang mash sulit untuk dipahami.Dengan kebijakan Kampus
Merdeka akan menimbulkan ketertinggalan bai Perguruan Tinggi yang
memiliki kualitas rendah dalam menjalin koneksu guna pengaplikasian ilmu
yang didapat di dunia nyata.

You might also like