FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN TAHUN AJARAN 2020/2021 A.KAMPUS MERDEKA Kampus merdeka merupakan suatu kebijakan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) yaitu perpanjangan dari program merdeka belajar, yang memberikan mahasiswa kebebasan untuk mencari pengalaman belajar diluar jurusannya selama tiga semester. Ini merupakan langkah meningkatkan kualitas pendidikan yang dicetuskan oleh menteri pendidikan Nadiem Makarim (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020; Siregar, dkk., 2020). Kebijakan ini bertujuan untuk mendorong mahasiswa menguasal berbagai ilmu yang berguna untuk memasuki dunia kerja. Kampus Merdeka ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memilih mata kullah vang akan mereka ambil.
Mendikbud, Nadiem Makarim mengatakan "bayangkan semua
mahasiswa kita suatu hari harus berenang ke suatu pulau di laut terbuka, pada saat ini semua perenang-perenang kita itu hanya dilatih dengan satu gaya saja, (satu gaya itu adalah prodinya dia). dan juga dia hanya dilatih di kolam renang, (kolam renang itu kampus)". Bagaimana mahasiswa menyesuaikan diri dan berenang dengan baik di laut terbuka, sedangkan laut terbuka memiliki kondisi yang bervariasi dan mahasiswa (perenang) hanya dilatih di kolam renang (kampus) saja. Artinya, mahasiswa jangan hanya dilatih di dalam kampus saja, karena permasalahan atau kondisi di dunia nyata akan lebih beragam lagi nantinya. Beliau mengatakan kembali, "agar anak-anak kita pada saat keluar dari kampus tidak tenggelam di laut terbuka, jangan dilatih hanya di kolam renang, sekali sekali pergi ke pantai, latihan di laut"
Mendikbud juga menyampaikan bahwa hampir tidak ada profesi di
dunia ini yang hanya mengandalkan satu bidang ilmu, melainkan semua profesi di dunia nyata membutuhkan kombinasi dari beberapa bidang ilmu (Kemendikbud RI, 2020).
Ada beberapa alasan yang diungkapkan Mendikbud terkait dengan
alasan mengapa sistem pendidikan tinggi di Indonesia yang hanya bertokus pada satu prodi saja tidak baik. Yang pertama, dari segi menemukan jati diri anak, masih terdapat mahasiswa yang merasa tidak cocok dengan prodinya. Nadiem mengatakan bahwa "kita tidak hisa menemukan titik temu hati mahasiswa untuk menemukan passionnya". Yang kedua, semua skill untuk profesi ujung-ujungnya harus belajar lagi di dalam profesi itu karena sangat berbeda kondisi kerja dengan kondisi di dalam kampus.
Oleh karena itu, dibentuklah kebijakan merdeka belajar. Salah satu
konsep dari kampus merdeka belajar yaitu memberikan mahasiswa kebebasan untuk mencari pengalaman belajar maupun pengalaman sosial diluar jurusan/ program studinya selama tiga semester dengan tidak menyampingkan teknologi. Dapat dikatakan bahwa mahasiswa bukan hanya menjadi lulusan terbaik yang hanya pandai dalam berteori, akan tetapi mampu untuk merealisasikan teori- teori tersebut. Dan terjun kelapangan dengan bekal ilmu yang cukup. Bentuk kegiatan umum pada konsep kampus merdeka in adalah magang, pertukaran pelajar, kegiatan wirausaha, asistensi mengajar di satuan pendidikan, proyek independen, penelitian, proyek kemanusiaan, serta membangun desa/kuliah kerja nyata tematik (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020). Untuk dapat mengikuti kampus merdeka belajar ini, mahasiswa haruslah berasal dari program studi yang terakreditasi dan aktif yang terdaftar pada PDDikti.
Kebijakan Kampus Merdeka ini, sudah diatur pada Permendikbud
Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, pada Pasal 18 disebutkan bahwa pemenuhan masa dan beban belajar bag mahasiswa program sarjana atau sar¡ana terapan dapat dilaksanakan:
1) Mengikuti seluruh proses pembelajaran dalam program studi pada
perguruan tinggi sesuai masa dan beban belajar; dan 2) Mengikuti proses pembelajaran di dalam program studi untuk memenuh sebagian masa dan beban belajar dan sisanya mengikuti proses pembelajaran di luar program studi.
B. Pokok-pokok Kebijakan Kampus Merdeka Belajar
Adapun pokok-pokok kebijakan pemerintah terkait kampus merdeka belajar yang dikatakan sebagai terobosan terbaru yaitu :
a. Pembukaan program studi bar dengan arahan kebijakan:
1. PTN dan PTS diberi otonomi untuk membuka prodi baru jika: a) perguruan tinggi tersebut memiliki akreditasi A dan B b) prodi dapat diajukan jika ada kerjasama dengan mitra perusahaan. organisasi nirlaba, institusi multilateral, atau universitas Top 100 ranking QS (Quacquarelli Symonds) c) prodi baru tersebut bukan di bidang kesehatan dan pendidikan 2. Kerja sama dengan organisasi mencakup penyusunan kurikulum, praktik kerja,dan penempatan kerja. kementerian akan bekerja sama dengan PT dan mitra prodi untuk melakukan pengawasan. 3. Prodi baru tersebut otomatis akan mendapatkan akreditasi C, prodi baru yang tengah diajukan oleh PT berakreditasi A dan B akan otomatis mendapatkan akreditasi C oleh BAN-PT 4. Tracer studi wajib dilakukan setiap tahun.
b. Sistem akreditasi perguruan tinggi dengan arahan kebijakan:
1. Akreditasi yang sudah ditetapkan oleh BAN-PT tetap berlaku 5 tahun dan akan diperbaharui secara otomatis. Perguruan tingg1 yang terakreditas1 B atau C dapat mengajukan kenaikan akreditasi kapanpun secara sukarela 2. Peninjauan kembali akreditasi akan dilakukan BAN-PT jika ada indikasi penurunan mutu , misalnya: 3. Adanya pengaduan masyarakat (disertai dengan bukti yang konkret) 4. Jumlah pendaftar dan lulusan dari PT/Prodi tersebut menurun drastis lima tahun berturut-turut (ketentuan lebih lanjut tentang penurunan kualitas akan diatur melalui peraturan Dirjen terkait) Akreditasi A akan diberikan bagi prodi yang berhasil mendapatkan akreditasi internasional. akreditasi internasional yang diakui akan ditetapkan melalui keputusan menteri. 5. pengajuan re-akreditasi PT dan Prodi dibatasi paling cepat 2 tahun setelah mendapatkan akreditasi yang terakhir kali. Tracer study wajib dilakukan setiap tahun.
c. Perguruan tinggi neger badan hukum, dengan arahan deann.
1. Persyaratan untuk menjadi BH (Badan Hukum) dipermudah bagi PTN BLU (Badan Layanan Umum) & Satker (Satuan Kerja) 2. PT BLU dan Satker dapat mengajukan perguruan tingginya untuk menjadì badan hukum tanpa ada akreditasi minimum 3. PT dapat mengajukan permohonan menjadi BH kapanpun apabila merasa sudah siap
d. Hak belajar tiga semester di luar program studi, denga arahan
kebijakan: perguruan tinggi wajib memberikan hak bag mahasiswa untuk secara sukarela (dapat mengambil atau tidak) dengan ketentuan mahasiswa dapat mengambil sks diluar perguruan tinggi sebanyak 2 semester (setara dengan 40 sks), mahasiswa dapat juga mengambil sks di prodi yang berbeda di PT yang sama sebanyak 1 semester (setara dengan 20 sks), dengan kata lain sks yang wajib diambil di prodi asal adalah sebanyak 5 semester dari total semester yang harus dijalankan (tidak berlaku untuk prodi kesehatan).
Terdapat perubahan paradigma terkait dengan SKS menurut
Kemendikbud, yaitu a) SKS merupakan jam kegiatan b) Semua jenis kegiatan (belajar di kelas dan diluar kelas seperti pertukaran pelajar, magang, proyek di desa dan sebagainya) harus dipandu oleh seorang dosen yang telah ditentukan oleh PT c) Mahasiswa dapat mengambil daftar kegiatan selama 3 semester tersebut dengan pilihan program dari pemerintah dan program yang disetujui oleh rektor. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020). C. Tantangan Dalam Mengimplementasikan Kebijakan "Merdeka Belajar, Kampus Merdeka" Menurut ARIFIN, S. & Muslim, M. O. H. (2020: 7-9) Tantangan Pada penerapan kebijakan " Merdeka Belajar, Kampus Merdeka" adalah sebagai berikut:
1) Mekanisme Kolaborasi antara Perguruan Tinggi dan Program Studi
dengan Pihak Luar
Dalam kebijakan yang dikeluarkan mengenai merdeka belajar dan
kampus merdeka belajar yaitu kebijakan dalam pembukaan program studi bar, akreditasi perguruan tinggi dan program studi. Praktisnya perguruan tinggi diwajibkan untuk melakukan kolaborasi dengan pihak eksternal seperti perusahaan-perusahaan, masyarakat ataupun instant pemerintah lainnya. Dengan diberikannya kewajiban seperti itu mulainya timbul persoalan untuk perguruan tinggi swasta yang bisa di kategorikan 3T (tertinggal, terluar, dan terpencil), persoalan-persoalan seperti bagaimana cara PTS untuk mejalin Kerjasama dengan pihak eksternal dengan kondisi yang mereka punya atau dapatkan PTS dan PT yang dikategorikan termasuk kedalam perguruan tinggi bear mau diajak berkolaborasi dengan PTS yang termasuk kedalam PTS kecil?. Maka hendaknya kebijakan perlu dikaji lagi berdasarkan Permasalah in walaupun aturan yang dikeluarkan dalam kebijakan ini bisa dikatakan bagus.
2) Percepatan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Go Internasional dengan
kebijakan PT Badan Hukum (PTN-BH)
Didalam Kebijakan PTN-BH harapaan bear diberikan bagi Perguruan
Tinggi dalam upaya mewujudkan daya saing internasional. Kebijakan sebelumnya berisi"PT harus mendapat akreditasi A sebelum dapat menjadi PTN-BH, mayoritas prodi PT harus terakreditasi A sebelum menjadi PTN-BH, PT Badan Layanan Umum (PT BLU) dan Satker kurang memiliki fleksibilitas finansial, kurikulum dan kebijakan dibandingkan PTN-BH", namun dalam kebijakan "Merdeka Belajar, Kampus Merdeka"Nadiem membuat pemangkasan pada birokrasi dan persyaratan yang rumit, Batasan minimal akreditasi ditiadakan, dan fleksibilitas waktu pengajuan PTN-BH selama PT merasa sip dan memenuhi kualifikasi untuk alih status. Kebijakan yang dikeluarkan Nadiem mengharapkan PT dapat tergerak untuk menjadi world class university. Namun dalam kenyataannya hanya baru 8 Universitas Negeri di Indonesia yang masuk kedalam jajaran peringkat 1000 Universitas terbaik di dunia. Sehingga dengan harapan yang tinggi untuk mampu bersaing pada taraf internasional hendaknya terdapat keharusan pula bagi pemerintah dalam memberikan anggaran yang cukup dan kemudahan birokrasi pula. 3) Mekanisme Magang di Luar Program Studi
Dalam kebijakan visioner Menteri Pendidikan dan Kebudayaan daalam
pemberian kebebasan bagi mahasiswa untuk pengenbangan keilmuan, bersosial dan mendapatkan pengalaman kerja mengenai kebijakan magang selama 3semester di luar Program Studi dan Perguruan Tinggi. Dan hal ini juga kendali lain yang dihadapin oleh PTS kecil ataupun PT yang berada di daerah 3T (Terpencil, Terluar, dan Tertinggal). Ketiga tantangan ini saling memiliki keterkaitan. Pada mahasiswa yang memiliki perekonomian di tingkat menengah kebawah tentunya mengalami kendala dalam pendanaan untuk pembiayaan sat magang.
Maka dari itu perlunya pengkajian ulang mengenai kebijakan "Merdeka
Belajar, Kampus Merdeka" ditinjau dari tantangan-tantangan yang diuraikan diatas.
Sedangakan Indra Charismiadji, Seorang pemerhati dan Praktidi
Pendidikan 4.0 dikutip melalui Kompas.com menyatakan bahwa tantangan dalam menginmplementasikanKebijakan - Merdeka Belajar, Kampus Merdeka" adalah sebagai berikut: 1) Bangsa Indonesia yang memiliki Mental Inlander. Yang artinya belum adanya kemerdekaan mindset atau pola pikir bangs Indonesia 2) Pada kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka masih parsial dan belum tertuju ke ititk tujuan yang ingin dicapai. Bisa dimulai dengan melakukan pengidentifikasian masalah. 3) Kurangnya keterjelasan mengenai situasi dan kondisi penyiapan tenaga pendidik sebagai ujung tombak dalam hal ini guru dan dosen.
Serta Doni Koesoema sebagai penulis buku Dan pemerhati pendidikan
memberikan pendapatnya bahwa Mash belum ada perubahan fundamental yang ada di rang kelas dan masih terdapat kebingungan dikarenakan kebijakan Merdeka Belajar yang mash sulit untuk dipahami.Dengan kebijakan Kampus Merdeka akan menimbulkan ketertinggalan bai Perguruan Tinggi yang memiliki kualitas rendah dalam menjalin koneksu guna pengaplikasian ilmu yang didapat di dunia nyata.