You are on page 1of 13

MAKALAH

PANDANGAN TEORI KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN IPA SD

DI SUSUN OLEH :

BEBERTOMEUS MANANG DE SABON

(21103149)

KELAS 2021 D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN

UNIVERSITAS KATOLIK SANTU PAULUS RUTENG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan yang Maha Esa yang
telahmelimpah nikmat,sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.Terimakasih juga saya ucapkan kepada Guru pembimbing
karena telah memberikan dukungan dan bimbinganya.

Makalah ini saya buat dengan tujuan untuk memenuhi nilai tugas
Pembelajaran IPA SD 1.Takhanya itu,saya juga berharap makalah ini dapat
bemanfaat untuk penulispada khusunya dan pembaca pada
umumnya.Walaupun demikian ,saya menyadari dalam penyusunan maklah ini
masih banyak kekurangan.Maka dari itu,saya sangat mengharapkan kritik dan
saran untuk kesempurnaan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia denga


berpikir,merasa,dan berangkat untuk memahami setiap kenyataan yang di
inginkan untuk menghasil kecakapan atau pengetahuan, prilaku,atau
teknologi.Belajar berarti sebuah pembaruan menuju pengembangan diri
individugar kehidupannya biasa lebih baik dari sebelumnya.Belajar pula bias
beradap tasi dengan lingkunga dan interaksi dengan seseorang dengan
manusia dengan tersebut

Berpijak dari itu konstruktivisme berkembang dan dasarnya


pengetahuan kerterampilan siswa di peroleh dari konts terbatas dan sedik demi
sedikit .konrstukvisme merupakan aliran fisafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan kita merukan hasil konstruksi kita sendiri(von Glaseferld
dalam panne dkk,2001:30).Kontruktivisme sebagai aliran filsafat ,banyak
mempengaruhi konsep ilmu pengetahuan,teori belajar dan
pembelajaran.Pembelajaran merupakan upaya meningkatkan prestasi belajara
kearah yang lebih baik dengan memperhatikan karaktristik perkembangan anak
usia SD yang masih dalam kategori praoprasional konkret,(peaget dalam
Suranidan Gading,20007:64).Menurut peaget dalam lasmawan
(2010:37)menyatakan bahwa pada tahap operasional konkrit kemanpuan berpilir
anak masih dalam bentuk konkrit perserta didik belum mampu berpikir secara
apstrak sehinga dalam tahap ini anak hanya mampu menyelesaikan soal soal
pelajaran yang bersifat konkrit .
BAB II

PEMBAHASAN

I.Pengertian Konstruktivisme

Konstruktivisme berasal dari kata konstruktiv dan isme. Konstruktivisme


berarti bersifat membina, memperbaiki, dan membangun. Sedangkan Isme
dalam kamusBahasa Inonesia berarti paham atau aliran. Konstruktivisme
merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan
kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri. Pandangan konstruktivis dalam
pembelajaran mengatakan bahwa anak-anak diberi kesempatan agar
menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar, sedangkan guru
yang membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Tran Vui juga
mengatakan bahwateori konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan
kebebasan terhadapmanusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya
dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut
dengan bantuan fasilitasi oranglain.
Sedangkan menurut Martin. Et. Al mengemukakan bahwa
konstruktivisme menekankan pentingnya setiap siswa aktif mengkonstruksikan
pengetahuan melalui hubungan saling mempengaruhi dari belajar sebelumnya
dengan belajar baru. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagai landasan paradigma
pembelajaran,konstruktivisme menyerukan perlunya partisipasi aktif siswa dalam
proses pembelajaran, perlunya pengembangan siswa belajar mandiri, dan
perlunya siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya
sendiri.Dalam hal tahap-tahap pembelajaran, pendekatan konstruktivisme lebih
menekankan pada pembelajaran top-down processing, yaitu siswa belajar
dimulai dari masalah yang kompleks untuk dipecahkan (dengan bantuan guru),
kemudian menghasilkan atau menemukan keterampilan-keterampilan dasar
yang dibutuhkan. Misalnya, ketika siswa diminta untuk menulis kalimat-kalimat,
kemudian dia akan belajar untuk membaca, belajar tentang tata bahasa kalimat-
kalimat tersebut, dankemudian bagaimana menulis titik dan komanya.Bagi aliran
konstruktivisme, guru tidak lagi menduduki tempat sebagai pemberi ilmu. Tidak
lagi sebagai satu-satunya sumber belajar. Namun guru lebih diposisikan sebagai
fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar danmengkonstruksi
pengetahuannya sendiri.
Aliran ini lebih menekankan bagaimana siswa belajar bukan bagaimana
guru mengajar.Sebagai fasilitator guru bertanggung jawab terhadap kegiatan
pembelajaran dikelas. Diantara tanggung jawab guru dalam pembelajaran
adalah menstimulasi dan memotivasi siswa. Mendiagnosis dan mengatasi
kesulitan siswa serta menyediakan pengalaman untuk menumbuhkan
pemahaman siswa. Oleh karena itu, guru harus menyediakan dan memberikan
kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk belajar secara aktif.
Sedemikian rupa sehingga para siswa dapat menciptakan,membangun,
mendiskusikan, membandingkan, bekerja sama, dan melakukan eksperimentasi
dalam kegiatan belajarnya. Berdasarkan konstruktivisme, akibatnya orientasi
pembelajaran bergeser dari berpusat pada guru mengajar ke pembelajaran
berpusat pada siswa.
Teori belajar konstruktivis memahami belajar sebagai proses
pembentukan (konstruksi) pengetahuan siswa sendiri, pengetahuan terletak
pada yang mengetahui (Schunk, 1986). Dengan kata lain, karena pembentukan
pengetahuan adalah milik siswa. Maka siswa perlu bertindak aktif, berpikir aktif,
merumuskan konsep, dan memahami apa yang mereka pelajari selama kegiatan
pembelajaran, tetapi niat belajar siswa itu sendiri yang paling penting untuk
terwujudnya belajar. Transisi pembelajaran konstruktivis ini untuk membantu
siswa menjaga proses membangun pengetahuan yang mengalir lancar. Ahli-ahli
memberikan pengetahuan yang ada, guru membantu siswa membentuk
pengetahuan mereka sendiri dan berusaha untuk lebih memahami perspektif
tentang pembelajaran. Ciri-ciri pembelajaran konstruktivis yang dikemukakan
oleh Driver dan Oldhan (1994) adalah:
 Orientasi, yaitu siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan
motivasi mempelajari topic melalui kesempatan mengamati.
 Elitrasi, yaitu peserta didik mengungkapkan idenya dengan jalan
berdiskusi, menulis, membuat poster, dan lain-lain.
 Restrukturisasi ide, yaitu klarifikasi ide dengan orang lain,
membangun ide baru, dan mengevaluasi ide baru.
 Penggunaan ide baru dalam setiap situasi, yaitu ide atau
pengalaman yang telah terbentuk yang diaplikasikan pada bermacam-macam
situasi.
 Review, yaitu dalam mengaplikasikan pengetahuan, gagasan yang
perlu direvisi dengan menambahkan atau mengubah.
Paradigma konstruktivis memandang siswa sebagai individu yang
sudah memiliki keterampilan dasar sebelum mempelajari sesuatu. Keterampilan
awal ini merupakan dasar untuk membangun pengetahuan yang baru. Oleh
karena itu, meskipun keterampilan pertama masih sangat mendasar atau
menurut guru, harus diterima dan digunakan sebagai dasar belajar dan
mengajar. Peran guru dalam interaksi pendidikan adalah control, termasuk
paradigma konstruktivis memandang siswa sebagai individu yang sudah memiliki
keterampilan dasar sebelum mempelajari sesuatu. Pandagan konstruktivis
menunjukkan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya
perspektif dan interprestasi yang berbeda dari realitas, konstruksi pengetahuan,
dan kegiatan pengalaman lainnya. Hal inimemunculkan gagasan upaya untuk
menilai pembelajaran konstruktivis. Pandagan konstruktivis menunjukan bahwa
realitas ada dalam pikiran. Seseorang mengkontruksi dan
menginterprestasikannya berdasarkan pengalamannya. Penelitian konstruktivis
memperhatikan bagaimana orang membangun pengetahuan dan pengalaman
mereka, struktur mental, dan keyakinan untuk digunakan untuk menafsirkan hal-
hal dan peristiwa. Pandagan konstruktivis mengakui pikiran sebagai alat penting
dalam menafsirkan peristiwa dunia nyata, objek, pandangan, dan interprestasi
terdiri dari pengetahuan dunia individu. Teori belajar konstruktivis mengakui
bahwa siswa hanya dapat menafsirkan informasi berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan mereka sendiri tentang kebutuhan, latar belakang, dan minat
mereka sendiri.

II.Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme

Menurut Suparno (1997:49) secara garis besar prinsip-prinsip


konstruktivisme yang diambil adalah:
1. pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal
maupun secara sosial
2. pengetahuan tidak dipindahkan dari guru kesiswa, kecuali dengan
keaktifan siswa sendiri untuk bernalar siswa aktif mengkonstruksi secara terus
menerus, sehingga terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci,
lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah
3. guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar
proses konstruksi siswa berjalan mulus.
Berikut ini akan dikemukakan ciri-ciri pembelajaran yang konstruktivisme
menurut beberapa literatur yaitu sebagai berikut :
1. Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang
telah adasebelumnya.
2. Belajar adalah merupakan penafsiran personal tentang dunia.
3. Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna dikembangkan
berdasarkan pengalaman.
4. Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan (negosiasi) makna
melalui berbagai informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam
berinteraksi atau bekerja sama dengan orang lain.
III. Prinsip-Prinsip Konstruktivisme

Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan


dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar
3. Murid aktif megkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
kontruksi berjalan lancer
5. Struktur pembelajaran seputar konsep diutamakan pada pentingnya
sebuah pertanyaan
6. Mencari dan menilai pendapat siswa
7. Menyesuaikan bahan pengajaran untuk menanggapi anggapan siswa

IV. Kendala - Kendala dalam Penerapan Pembelajaran menurut


Konstruktivisme

Konstruktivisme memberikan angin segar bagi perbaikan proses dan


hasil belajar. Walaupun demikian, terdapat pula kendala yang muncul dalam
penerapan pembelajaran menurut konstruktivisme di kelas. Kendala-kendala
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Sulit mengubah keyakinan dan kebiasaan guru. Guru selama ini telah
terbiasa mengajar dengan menggunakan pendekatan tradisional, mengubah
kebiasaan ini merupakan suatu hal yang tidak mudah.
2. Guru kurang tertarik dan mengalami kesulitan mengelola kegiatan
pembelajaran berbasis konstruktivisme. Guru konstruktivis dituntut untuk lebih
kreatif dalam merencanakan kegiatan pembelajaran dan dalam memilih
menggunakan media yang sesuai.
3. Adanya anggapan guru bahwa penggunaan metode atau pendekatan
baru dalam pembelajaran akan menggunakan waktu yang cukup besar. Guru
khawatir target pencapaian kurikulum (TPK) tidak tercapai.
4. Sistem evaluasi yang masih menekankan pada nilai akhir. Padahal yang
terpenting dari suatu pembelajaran adalah proses belajarnya bukan hasil
akhirnya.
5. Besarnya beban mengajar guru, latar pendidikan guru tidak sesuai
dengan mata pelajaran yang diasuh, dan banyaknya pelajaran yang harus
dipelajari siswa merupakan yang cukup serius.
6. Siswa terbiasa menunggu informasi dari guru. Siswa akan belajar jika
ada transfer pengetahuan dan tugas-tugas dari gurunya. Mengubah
sikap“menunggu informasi” menjadi“pencari dan pengkonstruksi informasi”
merupakan kendala itu sendiri.
7. Adanya budaya negatif di lingkungan siswa. Salah satu contohnya di
lingkungan rumah. Pendapat orang tua selalu dianggap paling benar, anak
dilarang membantah pendapat orang tuanya. Kondisi ini juga terbawa ke
sekolah. Siswa terkondisiuntuk “mengiakan” pendapat atau penjelasan guru.
Siswa tidak berani mengemukakan pendapatnya yang mungkin berbeda dengan
gurunya
BAB II
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, maka dapat diambil
kesimpulansebagai berikut :
a. Konstruktivisme berasal dari kata konstruktiv dan isme. Konstruktiv
berarti bersifat membina, memperbaiki, dan membangun. Sedangkan Isme
berarti paham atau aliran. Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan
yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita
sendiri.
b. Pembelajaan menurut konstruktivisme yaitu kegiatan belajar adalah
kegiatan yang aktif, dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa
mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari, ini merupakan proses
menyesuaikan konsep-konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang
telah ada dalam pikiran mereka.
c. Kendala - kendala dalam penerapan pembelajaran menurut
konstruktivisme yaitu : sulit mengubah keyakinan dan kebiasaan guru, guru
kurang tertarik dan mengalami kesulitan mengelola kegiatan pembelajaran
berbasis konstruktivisme, adanya anggapan guru bahwa penggunaan metode
atau pendekatan baru dalam pembelajaran akan menggunakan waktu yang
cukup besar,sistem evaluasi yang masih menekankan pada nilai akhir, besarnya
beban mengajar guru, siswa terbiasa menunggu informasi dari guru, dan adanya
budaya negatif dilingkungan siswa.
d. Kendala - kendala dalam penerapan pembelajaran
menurutkonstruktivisme yaitu : sulit mengubah keyakinan dan kebiasaan guru,
guru kurangtertarik dan mengalami kesulitan mengelola kegiatan pembelajaran
berbasiskonstruktivisme, adanya anggapan guru bahwa penggunaan metode
atau pendekatan baru dalam pembelajaran akan menggunakan waktu yang
cukup besar,sistem evaluasi yang masih menekankan pada nilai akhir, besarnya
beban mengajarguru, siswa terbiasa menunggu informasi dari guru, dan adanya
budaya negatif dilingkungan siswa.

2. Saran
Saya menyadari kekurangan dari makalah ini. Sehingga saya
manyarankan kepada pembaca agar bisa memberikan kritik dan sarannya, agar
makalah ini bisa jadi lebih baik. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA

Anekaragammakalah. 2012. Makalah Teori Belajar Konstruktivisme .


Blogspot.com; diakses online pada tanggal 7 Mei 2013.

http://makalah majannaii.blogspot.com/2012/07/teori-belajar-konstruktivisme.html

Budiningsih, C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.


Gerson.R.Tanwey 2002. Belajar dan Pembelajaran .Ambon: FKIP Universitas
Pattimura Ambon

Gino, dkk. 1997. Belajar Dan Pembelajaran. Surakarta : UNS Press. Disadur
dari :Sarlito W. Sarwono, 2002, Berkenalan dengan ALiran-Aliran dan Tokoh-
tokoh Psikologi, (PT Bulan Bintang: Jakarta)

Pranita, Tya. 2010. Teori Konstruktivisme Kompasiana.com; diakses online pada


tanggal 7 Mei 2013.
http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/06/teori-konstruktivisme-280303.html
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan.
Jogjakarta:Kanisi
Trianto.2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta:Prestasi Pustaka

You might also like