You are on page 1of 10

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers

”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-


18November 2017
Purwokerto

“Tema: 6 Rekayasa sosial dan pengembangan perdesaan”

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS


PADI SAWAH DI KABUPATEN ROKAN HULU
Oleh

Defidelwina, Anton Ariyanto dan Yulfita „Aini


Universitas Pasir Pengaraian
Jl. Tuanku Tambusai Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu
delwinadefi21@gmail.com, aariyantost@gmail.com, yulfitaaini@gmail.com

ABSTRAK
Program pencapaian kemandirian pangan sudah menjadi salah satu program kerja pada tiap periode
perubahan kepemimpinan Indonesia. Peningkatan jumlah dana yang digulirkan untuk peningkatan
produksi dan produktivitas padi belum mampu memberikan imbal hasil yang memuaskan.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan srtategi peningkatan produksi dan produktivitas padi di
Kabupaten Rokan Hulu. Anallisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi lingkungan internal
dan ekternal usahatani padi. Data dikuantifikasi dengan menggunakan Quantitave Strategic
Planning Matrix (QSPM). Strategi prioritas yang disarankan adalah membentuk manajemen
pembiayaan oleh organisasi yang mengakomodir dan mengatur proses usahatani dari hulu hingga
hilir.
Kata kunci: usahatani padi, produksi, produktivitas, SWOT, QSPM

ABSTRACT
The program of achieving food self-sufficiency has become one of the works program in each
period of change of leadership of Indonesia. Increasing the amount of funds for increased
production and productivity of rice has not been able to offer satisfactory returns. This study
aims the strategy how to figure increased production and productivity of rice in Rokan Hulu
Regency. we use SWOT analysis to show the internal and external environment of rice
farming. The data are quantified using the Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). The
recommended priority strategy is to show a financing management by an organization that
accommodates and regulates farming processes from upstream to downstream.
Keywords: rice farming, production, productivity, SWOT, QSPM

PENDAHULUAN
Berbagai penelitian mutakhir menunjukkan bahwa beras merupakan komoditas yang
menduduki posisi strategis dalam proses pembangunan pertanian, karena beras telah menjadi
komoditas politik dan menguasai hajat hidup rakyat Indonesia (Pujiasmanto, 2015). Sebagai
komoditas strategis, padi menjadi indikator perekonomian Indonesia. Dimana harga beras menjadi
cerminan kemampuan suatu negara dalam mengelola ekonominya. Kondisi ini memiliki kaitan
yang erat dengan manajemen produksi padi yang berpengaruh terhadap pengelolaan konsumsi dan
memiliki multiplier efek terhadap sektor lain(Aji, Satria, & Hariono, 2014). Swasembada beras

1266
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-
18November 2017
Purwokerto

merupakan salah satu strategi yang bisa digunakan untuk mengatasi persoalan yang muncul pada
tanaman pangan ini.
Kabupaten di Propinsi Riau yang memiliki target swasembada pangan tahun 2016 adalah
Kabupaten Rokan Hulu. Hal ini dimaksudkan dalam rangka mendukung program swasembada
pangan pemerintah Republik Indonesia (RI) tahun 2018 (Surbakti, 2015). Namun hingga tahun
2017 pasokan beras Rokan Hulu masih bergantung pada luar daerah. Langkah yang dilakukan
pemerintah saat ini adalah membentuk Tim kelompok kerja (Pokja) Teknis Dewan Ketahanan
pangan (DKP) Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) yang bertugas merumuskan draf terkait ketahanan
pangan yang dijadikan sebagai acuan DKP Rohul dalam menjalankan program ketahanan pangan
di Rohul, yang disahkan dengan Surat Keputusan Bupati Rohul Nomor: Kpts.800/DKPP.349/2017
tertanggal 12 Juni 2017. Hasil rumusan tim ini diharapkan mampu mengurangi pasokan pangan
dari Luar Rohul (riauterkini.com, 2017)
Karena padi adalah komoditas yang memiliki persoalan spesifik pada lingkungan yang
spesifik maka dibutuhkan identifikasi masalah produksi dan produktifitas padi dilapangan. Agar
produksi dan produktifitas padi dapat ditingkatkan. Untuk itu dibutuhkan strategi yang efektif
untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Ayub, Aslam, Razzaq, & Iftekhar, 2013). Analisis
strengths-weaknesses-opportunities-threats (SWOT) merupakan alat analisis yang ppopuler dalam
menentuakan strategi suatu organisasi (Coman & Ronen, 2009). Dimana, analisis SWOT mampu
menggambarkan suatu usaha dalam kontek internal pada sisi kekuatan dan kelemahan dan kontek
ekternal usaha pada sisi peluang dan ancaman (Valentin, 2005). Dengan analisis SWOT akan
membantu para peneliti dan perencana untuk mengidentifikasi dan menentukan prioritas tujuan dari
suatu usaha (Ommani, 2011). Rencana strategi merupakan salah satu tugas penting dari seorang
manajer karena hal ini menyangkut perluasan dan kecepatan pembangunan sosial dan ekonomi,
peningkatan daya saing, serta pertumbuhan dari suatu organisasi (Hashemi, Mazdeh, Razeghi, &
Rahimian, 2011). Meskipun analisis SWOT merupakan analisis yang sudah lama, akan tetapi
kerangka kerjanya telah teruji oleh waktu dan mampu menggabungkan gagasan dari pendekatan
yang lebih baru seperti sumber perencanaan dan kompetensi dasar serta pengembangan skenario
(Dyson, 2004).
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi pencapaian swasembada beras di kabupaten
Rokan Hulu. Strategi ini dirumuskan melalui evaluasi lingkungan internal dan eksternal usahatani
padi sawah.Penyusunan stategi pencapaian swasembada beras merupakan salah satu cara yang
efektif untuk mempercepat tercapainya tujuan yang dicanangkan. Karena dengan rumusan strategi
dapat ditentukan kelemahan dan kekutan yang kita miliki serta mampu melihat peluang dan
ancaman yang mungkin terjadi.

1267
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-
18November 2017
Purwokerto

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu sentra produksi beras di Kabupaten Rokan
Hulu yang terdiri dari Kecamatan Rambah, Kecamatan Rambah samo dan Kecamatan Rokan IV
Koto. Penelitian dilakukan selama 8 (delapan) bulan, terhitung mulai Maret s.d. Oktober 2016.
Penentuan Ukuran Sampel
Ukuran sampel yang diambil adalah sebanyak 100 sampel petani yang diambil secara
disproporsional random sampling terhadap jumlah petani yang ada pada masing-masing lokasi
penelitian. Untuk mencapai tujuan yang dicanangkan, responden penelitian juga diambil dari
beberapa informan kunci yaitu Kepala Dinas Kabupaten Rokan Hulu, 3 orang penyuluh pertanian
yang berhubungan dengan sample penelitian, 3 orang kepala desa dan 3 orang tokoh masyarakat.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Metode Rapid Rural Apraisal. Pada tahap
ini peneliti akan melakukan :
1. Review Data Sekunder, hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan
peningkatan produksi beras di Kabupaten Rokan Hulu.
2. Observasi Langsung sekaligus wawancara dengan menggunakan quisioner semi tersruktur,
artinya quisioner yang dirancang masih ada kemungkinan untuk dikembangkan lagi pada
saat wawancara. Wawancara ini dilakukan terhadap petani yang memiliki keterkaitan dengan
program swasembada beras.
3. Wawancara dengan informan kunci dalam hal ini adalah aparatur daerah (kepala dinas
Tanaman Pangan dan Hortikultura, penyuluh pertanian dan kepala desa serta tokoh
masyarakat.
Metode Analisis Data
Analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT Analysis) terhadap lingkungan
internal dan eksternal usahatani digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini. Tujuan dari
analisis SWOT ini adalah untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang bisa
meningkatkan produksi dan produktivitas usahatani. Hasil analisis akan disajikan dalam bentuk
matrik. Prosedur analisis yang dilakukan adalah :
1. Evaluasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan ekternal (peluang dan ancaman)
2. Penyusunan matrik IFE (Internal Factors Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation)
3. Penyusunan matrik SWOT dan penentuan strategi alternatif (strategi SO, WO, ST dan WT)
(Tabel 2)
4. Penyususnan QSPM (Quantitative Strategy Planning Matrix)
5. Pengambilan keputusan tentang alternatif strategi yang terbaik

1268
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-
18November 2017
Purwokerto

Tabel 1. Bentuk Dasar Matrik SWOT


Kekuatan (Internal) Kelemahan (Internal)
List faktor kekuatan 1-10 List faktor kelemahan 1-10
Peluang (eksternal)
List faktor peluang 1-10 Strategi SO Strategi WO
Ancaman (Eksternal)
List faktor ancaman 1-10 Strategi ST Strategi WT
Sumber : David et al., (2009); Wang (2003)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Lingkungan Internal dan Matrik Internal Factors Evaluation (IFE)
Identifikasi kekuatan seperti luas lahan yang dimiliki, status kepelikikan lahan, kendali
lingkungan budidaya, pengalaman berusahatani, pendapatan diluar usahatani dan keikutsertaan
dalam organisai yang menunjang kegiatan usahatani. Dan identifikasi kelemahan seperti proses
produksi, persepsi petani terhadap usahatani, kepemilikan lahan petani, kemampuan adopsi
teknologi, tingkat pendidikan, ketersediaan modal usaha pada tiap periodenya dan ketersediaan air
irigasi. Tabel 2 menunjukkan matrik IFE. Nilai weight berada antara 0 dan 1. Nol menunjukkan
faktor yang kurang penting, sedangkan satu menunjukkan bahwa faktor tersebut sangat
berpengaruh. Rating menunjukkan nilai seberapa efektif organisasi merespon faktor yang ada. Dan
weighted score (Wscore) menunjukkan hasil kali weight dan rating. Hasil evalusi matrik internal
adalah 2,71 hal ini menunjukkan bahwa nilai kekuatan lebih besar dibandingkan kelemahan.

1269
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-
18November 2017
Purwokerto

Tabel 2. Matrik Internal Factors Evaluation (IFE)


Key Internal Factors Weight Rating Wscore
Strengths (S)
1 Luas areal sawah irigasi 1.097 ha 0,09 4 0,36
2 Sebahagian besar status kepemilikan lahan adalah milik sendiri 0,05 3 0,15
Usahatani padi merupakan usaha keluarga yang telah dilakukan
3 secara turun temurun 0,02 2 0,04
4 Kondisi wilayah yang mendukung untuk budidaya padi 0,07 4 0,28
5 Rata-rata pengalaman berusahatani yang cukup lama 0,05 3 0,15
6 Petani memiliki pendapatan lain diluar usahatani padi 0,04 3 0,12
Petani sudah tergabung dalam kelompok tani sehingga lebih
7 memudahkan dalam mengakses bantuan pemerintah 0,07 4 0,28

Weaknesses (W)
1 Adanya Proses Penanaman yang tidak serentak 0,07 2 0,14
Petani masih menganggap usahatani padi sebagai usaha
2 sampingan 0,06 1 0,06
3 Luas Lahan usahatani tergolong sempit 0,09 2 0,18
4 Petani belum mau menerapkan mekanisasi dan benih unggul 0,07 3 0,21
5 Rata Pendidikan Petani rendah 0,04 1 0,04
Kurangnya jumlah tenaga penyuluh terutama bidang hama
6 penyakit 0,07 3 0,21
Petani tidak memiliki anggaran usahatani yang pasti pada setiap
7 awal periode 0,08 2 0,16
8 Air irigasi tidak sampai ke lahan usahatani 0,07 3 0,21
9 Generasi muda tidak tertarik untuk melakukan usahatani padi 0,06 2 0,12
Total 1,00 2,71

Analisis Lingkungan Eksternal dan Matrik External Factor Evaluation (EFE)


Identifikasi peluang seperti kebijakan pemerintah daerah, jumlah penduduk, teknologi,
harga, perkembangn hilirisasi produk, ketersediaan sumberdana eksternal dan asuransi. Dan
identifikasi Ancaman seperti harga, prosedur pinjaman dana, kondisi iklim, regulasi pemerintah,
ketidakpastian usahatani. Tabel 3 menunjukkan matrik EFE Hasil evalusi matrik eksternal adalah
2,93 hal ini menunjukkan bahwa nilai peluang lebih besar dibandingkan ancaman.

1270
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-
18November 2017
Purwokerto

Tabel 3. Matrik EFE (External Factor Evaluation)


Key External Factors Weight Rating Wscore
Opportunities (O)
Adanya Anggaran Peningkatan Produktivitas padi dari
1 pemerintah 0,12 4 0,48
2 Jumlah penduduk yang selalu meningkat 0,07 3 0,21
Berkembangnya teknologi informasi, mekanisai dan varietas
3 unggul baru 0,09 3 0,27
4 Turunnya harga produk tanaman perkebunan 0,02 1 0,02
5 Semakin berkembangnya produk pangan yang berasal dari beras 0,07 3 0,21
6 Banyak tersedia perbankan sebagai sumberdana 0,05 3 0,15
7 Adanya Asuransi Pertanian 0,05 3 0,15

Treats (T)
1 Harga beras dari luar wilayah lebih murah 0,09 3 0,27
Adanya peningkatan harga-harga input pertanian secara terus
menerus yang tidak sebanding dengan peningkatan harga
2 produksi 0,12 3 0,36
3 Adanya pinjaman bank yang mengharuskan adanya jaminan 0,05 2 0,10
4 Terjadinya perubahan iklim 0,09 3 0,27
Adanya regulasi pemerintah dengan penetapan HET (harga
5 eceran tertinggi) dari hasil produksi padi 0,08 3 0,24
6 Adanya hama yang resisten terhadap dosis pestisida 0,10 2 0,20
Total 1,00 2,93

Strategi Alternatif
Strategi alternatif sebagai bentuk pemecahan persoalan yang ada diperolah dari analisis pada
matrik SWOT ditunjukkan oleh Tabel 4. Dengan mengkombinasikan faktor internal dan eksternal
maka diperoleh strategi Strengths - Opportunities (SO), Weaknesses - Opportunities (WO),
Strengths – Treats (ST), Weaknesses – Treats (WT).

1271
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-
18November 2017
Purwokerto

Tabel 4. Analisis SWOT

Strengths (S) Weaknesses (W)


Faktor Internal 1. Luas areal sawah irigasi 1. Adanya Proses
1.097 ha Penanaman yang tidak
2. Sebahagian besar status serentak
kepemilikan lahan adalah 2. Petani masih
milik sendiri menganggap usahatani
3. Usahatani padi merupakan padi sebagai usaha
usaha keluarga yang telah sampingan
dilakukan secara turun 3. Luas Lahan usahatani
temurun tergolong sempit
4. Kondisi wilayah yang 4. Petani belum mau
mendukung untuk menerapkan mekanisasi
budidaya padi dan benih unggul
5. Rata-rata pengalaman 5. Rata Pendidikan Petani
berusahatani yang cukup rendah
lama 6. Kurangnya jumlah tenaga
6. Petani memiliki penyuluh terutama
Faktor Eksternal pendapatan lain diluar bidang hama penyakit
usahatani padi 7. Petani tidak memiliki
7. Petani sudah tergabung anggaran usahatani yang
dalam kelompok tani pasti pada setiap awal
sehingga lebih periode
memudahkan dalam 8. Air irogasi tidak sampai
mengakses bantuan ke lahan usahatani
pemerintah 9. Generasi muda tidak
tertarik untuk melakukan
usahatani padi
Opportunities (O) SO WO
1. Adanya Anggaran 1. Menerapkan manajemen 1. Membuat ujicoba
Peningkatan pembiayaan oleh badan adaptasi teknologi dan
Produktivitas padi dari atau organisasi tertentu varietas unggul baru
pemerintah 2. Peningkatan produksi dan untuk masing-masing
2. Jumlah penduduk yang produktivitas melalui wilayah
selalu meningkat penerapan teknologi baru 2. Memberi insentif bagi
3. Berkembangnya dan varietas unggul baru pemuda yang mau
teknologi informasi, berusahatani padi
mekanisai dan varietas
unggul baru
4. Turunnya harga produk
tanaman perkebunan
5. Semakin
berkembangnya produk
pangan yang berasal dari
beras
6. Banyak tersedia
perbankan sebagai
sumberdana
7. Adanya Asuransi
Pertanian

Treats (T) ST WT

1272
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-
18November 2017
Purwokerto

1. Harga beras dari luar 1. Menerapkan sistem 1. Penggunaan benih


wilayah lebih murah usahatani yang efisien unggul yang tahan
2. Adanya peningkatan 2. Melakukan penyuluhan terhdap kekeringan dan
harga-harga input bagaimana cara perubahan iklim
pertanian secara terus menghadapi perubahan 2. Menambah tenaga
menerus yang tidak iklim pada sektor penyuluh pertanian
sebanding dengan usahatani padi terutama bidang hama
peningkatan harga dan penyakit
produksi
3. Adanya pinjaman bank
yang mengharuskan
adanya jaminan
4. Terjadinya perubahan
iklim
5. Adanya regulasi
pemerintah dengan
penetapan HET (harga
eceran tertinggi) dari hasil
produksi padi
6. Adanya hama yang
resisten terhadap dosis
pestisida

Prioritas Alternatif Strategi


Hasil perhitungan QSPM pada Tabel 5 menunjukkan bahwa alternatif strategi yang memiliki
nilai tertinggi adalah strategi SO1. Yaitu Menerapkan manajemen pembiayaan oleh badan atau
organisasi tertentu. Penerapan manajemen pembiayaan oleh pihak tertentu baik dari pemerintah
atau swasta akan lebih menertibkan petani dalam pengelolaan usahataninya. Dengan adanya badan
yang bertanggungjawab atas pembiayaan usahatani akan lebih memudahkan dan memotivasi petani
dalam pengelolaan usahataninya. Bentuk pengelolaan yang bisa diadopsi adalah petani diupah
untuk bekerja diusahatani yang dikelolanya dan akan mendapatkan bonus jika produksi melebihi
target yang ditetapkan. Pada sisi manajemen ada ahli yang mengawasi jalannya usahatani.
Sehingga usahatani dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hasil produksi ditampung dan
dipasarkan oleh organisasi pembiayaan. Dengan kata lain ada kepastian harga yang diterima oleh
petani. Hal ini dapat dituangkan dalam sebuah kontrak antara petani dan badan pembiayaan. Disisi
lain dengan luasan lahan dalam skala besar maka badan atau organisasi pemberi biaya bisa
mengasuransikan usahatani yang dikelola.

1273
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-
18November 2017
Purwokerto

Tabel 5. Rekapitulasi Penilaian QSPM


Alternatif Strategi Nilai Prioritas
Menerapkan manajemen pembiayaan oleh badan atau organisasi
SO 1 9,24 I
tertentu
Peningkatan produksi dan produktivitas melalui penerapan
SO 2 7,78 II
teknologi baru dan varietas unggul baru
Membuat ujicoba adaptasi teknologi dan varietas unggul baru
WO1 6,88 III
untuk masing-masing wilayah
WO2 Memberi insentif bagi pemuda yang mau berusahatani padi 1,75 VIII
ST1 Menerapkan sistem usahatani yang efisien 6,21 IV
Melakukan penyuluhan bagaimana cara menghadapi perubahan
ST2 2,81 VI
iklim pada sektor usahatani padi
Penggunaan benih unggul yang tahan terhdap kekeringan dan
WT1 2,56 VII
perubahan iklim
Menambah tenaga penyuluh pertanian terutama bidang hama dan
WT2 5,63 V
penyakit

Keberadaan manajemen pembiayaan juga dapat menjadi solusi persoalan tenaga penyuluh
yang sekaligus sudah tercakup dalam manajemen pembiayaan. Selain itu, masalah spesifik lokasi
juga dapat ditanggulagi dan kelola oleh badan/organisai pembiayaan.

KESIMPULAN
Analisis SWOT digunakan pada usahatani padi sawah di Kabupaten Rokan Hulu dalam
rangka meningkatkan produksi dan peroduktivitas. Matrik IFE memberikan informasi bahwa
bahwa kekuatan lebih besar dari pada kelemahan. Dan weighted scores matrik EFE
mengindikasikan bahwa peluang lebih besar dibandingkan ancaman. Berdasarkan hasil analisis
QSPM diperoleh strategi yang direkomendasikan adalah membentuk badan pembiayaan yang
membiayai dan mengawasi jalannya sistem agribisnis usahatani padi.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih diucapkan kepada Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia (RISTEK DIKTI) yang telah mendanai dan Universitas Pasir
Pengaraian yang telah memfasilitasi pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Aji, A. A., Satria, A., & Hariono, B. (2014). Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Padi
dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Kabupaten Jember. Jurnal Manajemen & Agribisnis,
11(1), 60–67. Retrieved from
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=177144&val=237&title=STRATEGI
PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITAS PADI DALAM MENINGKATKAN
KETAHANAN PANGAN KABUPATEN JEMBER

Ayub, A., Aslam, M. S., Razzaq, A., & Iftekhar, H. (2013). A conceptual framework on evaluating
1274
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers
”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII”17-
18November 2017
Purwokerto

swot analysis as the mediator in strategic marketing planning through marketing intelligence.
European Journal of Business and Social Sciences, 2(1), 91–98. Retrieved from
http://www.ejbss.com/recent.aspx

Coman, A., & Ronen, B. (2009). Focused SWOT: diagnosing critical strengths and weaknesses.
International Journal of Production Research , 47(20), 5677–5689.
https://doi.org/10.1080/00207540802146130

David, M. E., David, F. R., & David, F. R. (2009). The Quantitative Strategic Planning Matrix
(Qspm) Applied To A Retail Computer Store. The Coastal Business Journal, 8(1), 42–52.
Retrieved from http://www.strategyclub.com/CBJ Article.pdf

Dyson, R. G. (2004). Strategic development and SWOT analysis at the University of Warwick.
European Journal of Operational Research, 152(3), 631–640. https://doi.org/10.1016/S0377-
2217(03)00062-6

Hashemi, N. F., Mazdeh, M. M., Razeghi, A., & Rahimian, A. (2011). Formulating and Choosing
Strategies Using Swot Analysis and Qspm Matrix : a Case Study of Hamadan Glass
Company. In Proceedings of the 41st International Conference on Computers and Industrial
Engineering (pp. 366–371). Retrieved from http://www.proceedings.com/18699.html

Ommani, A. R. (2011). Strengths, weaknesses, opportunities and threats (SWOT) analysis for
farming system businesses management: Case of wheat farmers of Shadervan District ,
Shoushtar Township, Iran. African Journal of Business Management, 5(22), 9448–9454.
Retrieved from http://www.academicjournals.org/journal/AJBM/article-full-text-
pdf/21F95E420498

Pujiasmanto, B. (2015). Perkuat Ketahanan Pangan Nasional Kita. Surakarta.

riauterkini.com. (2017). Pemkab Rohul Berupaya Kurangi Ketergantungan Pasokan Pangan dari
Luar Daerah. Retrieved October 29, 2017, from
http://www.riauterkini.com/rohul.php?arr=125640

Surbakti, M. (2015, January 20). Pemerintah Pusat Optimis , Rohul Bisa Capai Swasembada
Pangan. Rohultoday.co, pp. 1–5. Retrieved from http://rohultoday.co/news/pemerintah-pusat-
optimis-rohul-bisa-capai-swasembada-pangan-.html

Valentin, E. K. (2005). Away With SWOT Analysis : Use Defensive / Offensive Evaluation
Instead. The Journal of Applied Business Research, 21(2), 91–105. Retrieved from
http://www.repiev.ru/doc/Away-With-SWOT-Analisis.pdf

Wang, K. (2003). A Process View of SWOT Analysis. Transformation. Taipei, Taiwan, R.O.C.

1275

You might also like