You are on page 1of 9

Problematika Pendidikan Karakter di Era 4.

Abstrak
Tujuan dari pendidikan karakter itu untuk mengembangkan berbagai kemampuan peserta
didik sehingga dapat memberikan keputusan baik dan buruk, memelihara nilai-nilai kebaikan dan
mewujudkan dalam kehidupan sehari hari di manap pun itu. Pendidikan karakter menjadi sebuah
upaya dalam menghadapi berbagai tantangan pergeseran karakter yang dihadapi saat ini.
Perkembangan dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0 yang di tandai dengan kemajuan
teknologi, informasi dan komunikasi sehingga semua orang dapat dengan mudah mengakses apapun,
di mana pun dan kapan pun. Fenomena yang terjadi saat ini yaitu siswa menjadi lebih mudah untuk
mengakses informasi, sehingga berdampak pada perilaku perbuatan siswa yang meniru perbuatan dari
informasi yang mereka dapatkan.tujuan dari artikel ini yakni untukmendeskripsikan pendidikan dan
karakter era 4.0 mendeskripsikan pentingnya pendidikan karakter pada siswa dan mahasiswa karena
pendidikan karakter begitu penting untuk menghadapi degradasi akhlak, moral dan budi pekerti di era
4.0 sehingga pendidikan karakter perluh ditanamkan sejak dini.

The purposee the character education is to develop various abilities of students so taht they
can make good and bad decisions, maintain good values and embody them in everday life wherever
they are. Chaeacter educations is an effort to deal with the various challenges of character shifts that
are currently being faced. The development of the world has entered the are of the industrial
revolutions 4.0which is marked by advances in technology, information and communication so that
everyone can easily accessanything, anywere and anytime. The phenimenom that is happening now is
that it iseasier for students to access information, so that it has an impact on the behavior of students
who imitate the actions of the information they get. The purpose of this article is to describe
educations and character in the 4.0 era to describe the importance of character education for student
and college student because educations character is so important to deal with the degradation of
morals, morals and manners in the 4.0 era so that character educations needs to be instilled from an
early age.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah proses perubahan perilaku, peningkatan ilmu pengetahuan dan pengalaman
hidup sehingga menjadi seseorang yang lebih dewasa dalam proses berpikir dan berperilaku. Jadi jika
dilihat dari pernyataan di atas maka pendidikan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi potensi
yang dimiliki masing-masing siswa, baik dalam aspek pengetahuan sikap maupun keterampilan
sehingga diharapkan siswa dapat memiliki kepribadian yang baik.
Di Indonesia sendiri pendidikan karakter ini sangat dibutuhkan. Karena pendidikan itu sangat
penting di mana manfaat dari pendidikan karakter dapat membentuk dan memperkuat kepribadian diri
sendiri juga membantu meningkatkan dan melatih peserta pendidikan karakter secara mental dan
moral, mencega kegilaan orang-orang yang berakhlak dan berakhlak buruk.
Dalam dunia pendidikan dengan adanya revolusi industri memberikan dampak positif dengan
semakin maju dan berkembangnya sistem pembelajaran kita. Revolusi industri merupakan upaya
transformasi menuju perbaikan dengan mengintegrasi dunia online dan lini produksi di industri, ddi
mana semua proses produksi beerjalan dengan internet sebagai penopang utama. Akan tetapi juga
memberikan dampak negatif bagi dunia pendidikan kita apabila tidak mampu menjawab tantangan
yang muncul era sekarang. Dampak negatif yang ditimbulkan dan dapat kita lihat sekarang ini itu
kurangya penguatan atau penguasaan mengenai pendidikan karakter bagi setiap generasi muda kita
dalam hal ini anak usia sekolah.
Pemerintah akhirnya menyadari pentingnya pendidikan karakter untuk diterapkan secara
formal dalam dalam pendidikan, karakter mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan
keberhasilan seseorang ditambah dengan era revolusi industri 4.0 yang semakin banyak tantangan,
menuntut karakter yang baik untuk menghadapi tantangan zaman yang akan datang. Pengembangan
nilai karakter paling mudah dilaksanakan yaitu di saat peserta didik masih berada di bangku sekolah
dasar. Karena itu pemerintah memberikan prioritas tinggi untuk menggalakkan pendidikan nilai
karakter di SD.
PEMBAHASAN
Pengertian Pendidikan Karakter
Istilah jarakter berasal dari bahasa Yunani yakni “charassian” yang berarti menandai dan
memfokuskan bagaimana caranya mengaplikasikan nilai nilai kebaikan dalam tidakan atau tungka
laku sehingga jika seseorang terlihat rakus, tukang bohong, korupsi, pemarah, smena-mena dan
berperilaku jelek lainnya maka dikatakan orang tersebut memiliki karakter yang buruk. Begitulah
sebaliknya, jika seseorang tersebut berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah moral maka disebut
dengan orang yang berkarakter mulia.
Proses pendidikan yang baik hendaklah menyeluruh dan terintegrasi sebagai suatu pondasi
yang kokoh dalam membentuk karakter di era 4.0. menanamkan nilai nilai kehidupan menjadi sebuah
sistem pendidikan yang tidak dapat di pungkiri mempunyai peranan yang sangat pentig dalam
membentuk karakter peserta didik dalam membentuk karakter.
Dalam proses pembelajarannya, pendidikan tidak hanya diarahkan untuk meningkatkan
kecerdasan peserta didik ( akal ) semata, melainkan dapat ,elahirkan insan yang paripurna yakni
memeiliki iman dan akhlak yang mulia. Untuk mencapai proses tersebut, pendidikan tidak hanya
menjadi tanggungjawab dari guru/pendidikan semata, melainkan tanggungjawab utamanyayakni
orang tua dalam rumah dalam membentuk kepribadian dan moral anaknya. Sejak ia berada dalam
kandungan kemudian dilahirkan orang tua dapat berperan untuk memberikan rasa aman dan nyaman
dalam megembangakan nilai nilai karakter anak. Sementara itu Sudrajat memandang pendidikan
karakter sebagai segala upaya terencana yang dilakukan oleh guru agar dapat mempengaruhi peserta
didiknya.
Menurut Yaumi karakter dalam bahasa agama di sebut sebagai akhlak. Akhlak merupakan istilah
dalam bahasa Arab yang merujuk pada praktik-praktik kebaikan, moralitas dan perilaku yang baik.
Istilah akhlak sering diterjemahkan dengan perilaku islami, sifat atau watak, perilaku baik, kodrat atau
sifat dasar, perangai, etika atau tata susila, moral, dan karakter. Menurut hidayatullah karakter adalah
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari tabiat atau watak.
Berkarakter berarti mempunyai watak atau kepribadian.
Pembentukan karakter siswa disekolah ditentukan untuk membangun sikap bertanggung jawab dan
berakhlak mulia. Ada beberapa cara menggambar kepribadian siswa, secara khusus menumbuhkan
motivasi dengan tema kepribadian, pemimpin yang teladan dan berakhlak mulia.
Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD
1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti
disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila, bergesernya nilai etika dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Untuk mendukung perwujudan pembangunan karakter sebagimana
diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan
saat ini, maka pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas
pembangunan nasional. Secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 di mana pendidikan karakter di tempat sebagai landasan untuk
mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu "Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral,
beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan filsafat Pancasila.
Dengan mewujudkan pembangunan nasional, pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk
membentuk bangsa yang sangat tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,
bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan
teknologi yanv semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
Pancasila. Pendidikan karakter disebut sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, dan
pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan seluruh
warga sekolah untuk memberikan keputusan baik-buruk, keteladan memelihara apa yang baik dan
mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Fungsi pendidikan karakter
Dalam lingkup pendidikan formal, pendidikan karakter di sekolah berfungsi untuk
membentuk karakter peserta didik agar menjadi pribadi yang berakhlak muliah dan bermoral, tanggu,
berperilaku baik dan toleran. Berikut tiga fungsi utama pendidikan karakter di sekolah
1. Fungsi pembentukan dan dan pengembangan potensi
Agar peserta didik mampu mengembangkan potensi di dalam diri mereka untuk lebih berpikir
baik, berhati nurani baik, berperilaku baik, dan berbudi luhur.
2. Fungsi untuk penguatan dan perbaikan
Memperbaiki dan menguatkan peran individu (diri sendiri), keluarga, satuan pendidikan,
masyarakat dan pemerintah untuk melaksanakan tanggung jawabnya dan berpartisipasi dalam
mengembangkan potensi-potensi kelompok, instansi, atau masyarakat secara umum.
3. Fungsi penyaring
Pendidikan karakter digunakan agar masyarakat dapat menyaring budaya bangsa lain yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter dan budaya bangsa sendiri yang berbudi luhur.
Nilai-nilai pendidikan Karakter
Kementerian pendidikan dan kebudayaan telah menetapkan nilai-nilai pendidikan karakter
sebagai prioritas pengembangan penguatan pendidikan karakter. Dan berikut lima karakter utama
yang turut dalam menentukan pentingnya pendidikan karakter.
1. Religius
Diwujudkan dalam perilaku pelaksanaan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut
menghargai perbedaan agama dan kepercayaan lain.
2. Nasionalis
Ditunjjukan melalui apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga lingkungan, taat hukum,
disiplin, menghormati keberagaman budaya, suku dan bangsa.
3. Integritas
Melipuri sikap tanggung jawab, konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan
kebenaran, menghargai martabat individu serta mampu menunjukkan keteladanan.
4. Mandiri
Menjadi pembelajar sepanjang hayat, mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk
merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita
5. Gotong royong
Diharapkan peserta didik menunjukkan sikap menghargai sesama, dapat bekerja sama,
inklusif, tolong menolong, memiliki empati dan rasa solidaritas.
Peran dan fungsi guru sebagai komponen pendidikan di sekolah
Guru merupakan komponen “kunci keberhasilan” dalam proses pembelajaran di lingkunan
sekolah, yang merupakan kesadaran dan keyakinan semua orang yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan. Jadi kemudian apa perandan funsi guru dalam pelaksanaan proses pendidikan?
Guru merupakan pemimpin atau pemegang kendali pembelajaran. Guru adalah pengemang
kurikulum di sekolah yang menetapkan tujuan, materi dan metodepembelajaran serta pada evaluasi
keberhasilannya. Guru sebagai pengembang kurikulum, merupakan ketetapan Undang-undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 ayat (2). Ketetapan tersebut merupakan
kesadaran pemerintah, betapa pentingnya peran dan fungsi guru dalam peningkatan mutu SDM
(sumber daya manusia) yang sangat diperluhkan untuk pembangunan nasional.
Guru sebagai model keteladanan bagi peserta didiknya harus memiliki kepribadian dan sikap
perilaki yang dapat dijadikan sebagai penuntun. Paradigma dalam dunia kepribadian guru meliputi
1. Kemampuan mengembangkan kepribadian
2. Kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi secara arif dan bijaksana
3. Kemampuan melaksanakan bimbingan dan penyuluhan
Perilaku guru tergadap peserta didik/siswa menjadi suatu ukuran dalam anggota masyarakatnya.
Kearifan budaya lokal dan perilaku guru menjadi tolak ukur dalam cerminan bagi peserta didik
Keteladanan guru di sekolah adalah cara yang sangat efektif untuk menumbuh dan
mengembangkan sikap perilaku yang baik pada peserta didik, di mana guru juga menjadi model
dalam pembelajaran pendidikan karakter. “ Guru kencing berdiri, siswa kencing berlari” peribahasa
ini merupakan gambaran tentang besarnya perilaku guru terhadap para muridnya.
Peran kurikulum dalam membangun karakter bangsa
Maraknya geng motor, narkoba, aliran sesat, miras dan free sex di antara remaja saat ini
merupakan salah satu hasil pendidikan yang belum melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi
secara konsisten, sebagai salah satu agenda inti reformasi pendidikan. Bahwa reformasi pendidikann
yang tertuang dalam Undang – undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendiidkan Nasional
(sikdiknas tahun 2003). Khususnya pasal 3 yang berbunyi pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertqwa kepada Tuhan yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreati, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab”, belum
terlaksana secara konsisten, karena proses pembelajaran di sekolah masih banyak berosientasi pada
pengetahuan.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang berorientasi pada karakter
sangat diperluhkan dalam membangun nilai dan sikap kewirausahaan pada generasi muda dan untuk
mencega pngaruh negatif globalisasi.
Permasalahan pendidikan karakter
Penurunan karakter generasi
Masuknya "Budaya Barat" juga mempengaruhi pembentukan karakter bangsa, apabila tidak bisa
memilah dari kebudayaan tersebut bisa saja memberikan dampak yang negatif. Maka dari itu guru
sangat berperan sebagai pusat pembangunan masyarakat. Berikut beberapa hal yang terkait dengan
penurunan moral generasi muda.
1. Permasalahan krisis moral
Begitu banyak permasalahan yang terjadi yang mengakar dan sulit untuk ditanggulangi. Salah satu
permasalahan yang menjadi perhatian kepada pemerintah yang semakin meningkat pada masa
sekarang ialah permasalahan yang menyimpang dari nilai, moral dan norma dalam masyarakat yang
dimana pelaku penyimpangan ini kebanyakan terjadi pada generasi muda terutama pada anak usia
sekolah. Adapun penyebab dari permasalahan yang menyimpang tersebut dikarenakan krisis nilai
karakter dan moral yang dialami oleh masyarakat karena kurangnya kesadaran dalam diri masyarakat
ataupun kurangnya pendidikan karakter yang di terima. Hal inilah yang membuat pemerintah
semakin gencar lagi dalam pendidikan karakter sebagai bagian besar dari pembelajaran yang
ditanamkan kepada setiap siswa di dalam lingkungan sekolah.
Melihat nilai moral dan budi pekerti pada masa sekarang tentunya sangat memprihatikan bagi kita
sebagai warga negara Indonesia, mengapa demikian? Hal ini menunjukkan kebanyakan
penyimpangan ini terjadi kepada anak usia sekolah. Di mana generasi inilah yang nantinya akan
menjadi harapan bangsa dalam memimpin negara di masa yang akan datang.
2 Tenaga Pendidik
Pendidikan karakter di Indonesia pada umumnya dititikberatkan pada guru pendidikan agama dan
bimbingan konseling. Rencana pelaksanaan pembelajaran hanyalah formalitas dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dan juga RPP menjadi beban kerja yang lebih tinggi seorang guru. RPP
dipersiapkan dengan baik hanyalah untuk atasan tahu bahwa mereka mengajar sesuai dengan RPP.
Tetapi dalam eksekusinya jauh berbeda dari rencana. Akibatnya tidak ada efek atau pengaruh bagi
siswa melalui apa yang disampaikan oleh guru.

Terbatasnya nilai-nilai karakter yang terintegrasi dalam pelaksanaan pembelajaran dan kegiatan
ekstrakurikuler paling tidak disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama ketidakadaan mata
pelajaran/kuliah pendidikan karakter pendidikan secara tersendiri. Hal ini menyebabkan materi atau
bahan ajar yang tersedia tida dapat seluruhnya dikembangkan dalam mata pelajaran tertentu,
sehingga pengetahuan tentang pendidikan karakter tidak dicerna secara komprehensif oleh peserta
didik. Begitu pula sikap dan perilaku peserta didik belum bisa mencerminkan nilai-nilai karakter yang
diharapkan. Kedua, kesulitan pendidik dalam memahami strategi pengembangan bahan ajar yang
mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam setiap aktivitas pembelajaran.
3. Orang Tua
Dengan adanya zaman modernisasi ini, kehidupan remaja bahkan anak-anak sangat memprihatinkan.
Pendidikan karakter merupakan pengaruh yang diberikan oleh seseorang dalam pembentukan
perilaku, baik itu di sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Pola asu orang tua atau pendidik yang diapresiasi anak sebagai undangan, bantuan, bimbingan, dan
dorongan untuk membentuk pengembangan diri sebagai pribadi yang berkarakter adalah orang tua
atau pendidik yang mampu memancarkan kewibawaan pada anak. Pendidik atau orang tua yang
mampu berbuat demikian, dia senantiasa menampilkan perilaku yang konsisten antara bahasa lisan
dan perbuatannya, menerima anak apa adanya dan menghargai yang dimiliki serta perilaku anak.

3 . Menurunnya Rasa Hormat Terhadap Guru


Tidak dapat dipungkiri bahwa peranan guru dalam membentuk karakter bangsa sangatlah besar.
Melihat pentingnya guru dalam peranan dalam keseharian, para murid berada dalam bimbingan guru
untuk dipersiapkan menjadi penerus bangsa. Melihat dari pentingnya peranan guru maka para guru
sudah sepantasnya mendapatkan penghargaan atas jasanya.
Kasus kekerasan dirana pendidikan tiap tahun selalu terjadi. Kekerasan yang terjadi saat ini bukan lagi
guru yang menganiaya murid, tetapi murid yang menganiaya gurunya sendiri. Kekerasan yang terjadi
tidak hanya terjadi pada pelajaran yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas dan mahasiswa
bahkan pelajar sekolah dasar pun saat ini sudah berani melawan dan beragumen yang negatif terhadap
gurunya.
Hal ini menandakan bahwa melemahnya etika dan taa krama pada murid di negara Indonesia ini.
Apabila hal ini terus menerus dibiarkan terjadi, kehormatan guru di hadapan muridnya lama-kelamaan
akan berkurang atau bahkan menghilang.
Namun seiring dengan berjalannya waktu belakangan ini kenyataan telah menunjukkan lain.
keberadaan guru sudah tidak selamanya dianggap dan dipandang sebagai profesi yang terhormat.
Bahkan sejumlah kasus menunjukkan perselisihan antara guru dan siswa yang juga seringkali
melibatkan orang tua yang di mana ini menunjukkan bahwa penghormatan kepada guru semakin
memudar. Kebanyakan pada akhir-akhir ini menunjukkan perselisihan karena orang tua sudah tidak
terima terhadap tindakan guru dalam memberikan peringatan ataupun teguran kepada siswa. Salah
satu contoh kasus yang ada yaitu kasus seorang murid disalah satu SMP swasta di kabupaten Gresik
yang menentang seorang guru saat a diperingatkan oleh gurunya untuk tidak merokok. Dalam kasus
tersebut, seorang siswa memegang kera gurunya dam melemparkan kata-kata yang sangat tidak
sopan. Walaupun kasus tersebut berakhir dengan damai karena guru telah memaafkan siswanya, kasus
ini merupakan tamparan yang sangat keras dalam dunia pendidikan yang saat ini sedang digemborkan
dan diaplikasikannya pendidikan karakter bagi anak bangsa yang ada di Indonesia. Bahkan di dalam
Permedikbud No. 20 Tahun 2018 pasal 2 di sebutkan bahwa penguatan pendidikan karakter
dilaksanakan dengan nilai nilai Pancasila dalam pendidikan karakter. Dengan demikian penguatan
pendidikan karakter ini diharapkan dapat menanamkan karakter mulia bagi peserta didik melalui
pendidikan lingkungan.
3. Maraknya tingkat angka kenakalan remaja
Kenakalan remaja merupakan permasalahan yang berkembang dari waktu ke waktu dimana tingkat
perkembangan yang sangat bervariasi, karena kenakalan remaja disesuaikan dengan standar nilai yang
diterima di dalam masyarakat. Ini disebabkan karena setiap musim memiliki budaya yang berbeda
dari tahun sebelumnya seperti halnya gaya, perilaku dan tren-tren sosial lainnya.
Kemerosotan nilai-nilai moral merupakan akibat dari ketidaktahuan karakter baik individu, kelompok,
ataupun bahkan negara. Akibatnya generasi muda kita kehilangan arah dalam pembentukan karakter
dengan identitas nasionalnya sendiri.
Kenakalan siswa ditunjukkan dengan semakin maraknya perkelahian antar siswa yang saat ini dikenal
dengan istilah tawuran. Tawuran saat ini terjadi tidak hanya membahayakan nyawa mereka sendiri,
namun juga berdampak bagi orang-orang disekitarnya. Kenakalan selanjutnya adalah berkembangnya
budaya menyontek, plagiatisme, penyalahgunaan obat-obatan, kebut-kebutan, geng motor,free sex,
membuly dan bolos. Banyak hal yang memicu terjadinya kenakalan-kenakalan tersebut diantaranya
1.) Pengaruh buruk berkembangnya teknologi. 2.) Pengaruh buruk terhadap lingkungan pergaulan 3.)
Mengikuti budaya-budaya luar yang tidak sesuai 4.) Kurangnya penanaman nilai karakter baik di
sekolah maupun di rumah dan lingkungan sekitar 5.) Hilangnya keteladan dari orang tua.
Pada era sekarang pun dengan teknologi yang semakin canggih , sehingga informasi dapat di akses
lebih cepat dan nilai-nilai yang diperoleh sangat berbeda karena akulturasi teknologi dan budaya.
Indonesia yang dikenal dengan kebaikan, gotong royong, toleransi kini mulai luntur akibat gempuran
budaya luar. Ketika melihat kondisi sekarang pun banyak anak muda yang mengejar tren sosial
media. Kebanyakan dari mereka menggunakan segala macam cara untuk bisa terkenal atau dengan
kata lain menjadi viral di kalangan sekarang. Dilihat dari perkembangan teknologi, sudah banyak dari
antara mereka menyalahgunakannya. Bukannya menggunakan perkembangan IPTEK dengan baik
dan untuk kebutuhan positif, tetapi ini malah mengejar tren sosial agar bisa menjadi viral.
Di era teknologi sekarang ini, penanaman nilai-nilai dapat berdampak melalui saran elektronik,
contohnya seorang publik figur bagi setiap anak yang menjadi idolanya dapat menjadi panutan atau
contoh bagi diri mereka. Moralitas sangat penting, karena moralitas menentukan kualitas suatu
bangsa, ketika moralitas tidak ada maka kedamaian akan hilang, maka yang terjadi adalah bangsa itu
akan kehilangan karakternya.
Starategi pelaksanaan pendidikan karakter
Strategi merupakan suatu perencanaan jangka panjang yang disusun untuk menghantarkan pada suatu
pencapaian akan tujuan dan sasaran tertentu. Dalam kaitannya dengan kurikulum strategi yang umum
dilaksanakan adalah mengintegrasikan pendidikan karakter dalam bahan ajar. Strategi terkait adanya
model-model tokoh yang sering dilakukan di negara-negara maju adalah bahwa seluruh tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan harus mampu menjadi model teladan yang baik. Dalam kaitannya
dengan metodologi, strategi yang pada umumnya diimplementasikan pada pelaksanaan pendidikan
karakter di negara-negara Barat adalah strategi pemanduan, pujian dan hadiah, definisikan dan latihan,
penegakan disiplin.
Ada tiga pendekatan pembinaan yaitu : Cognitiv Moral Development, Affecitive Moral Development,
dan Behavior Moral Development. Pertama, perlu dilakukan upaya perubahan struktur kognisi
terlebih dahulu agar para peserta didik memahami akan arti pentingnya penanaman nilai. Menurut
pendekatan Cognitiv Moral Development, dengan diketahuinya artinya pentingnya tata nilai oleh para
peserta didik, diharapkan akan tumbuh kesadaran dan kesiapan u be untuk menerima tata nilai
tersebut menjadi miliknya sendiri (internalisasi nilai). Kesadaran dan internalisasi nilai yang berawal
dan pemahaman akan tata nilai tersebut (struktur kognisi) akan memiliki kekuatan yang autentik,
sebagai buah dari proses pembelajarannya (learned behavior). Maksudnya kajian pendidikan karakter
pada seluruh mata kuliah, sangat tepat untuk melakukan pembinaan collective consciusness. dengan
pendekatan Cognitiv Moral Development ini maka internalisasi nilai dilakukan melalui dialog antara
potensi dan pikir peserta didik dengan tata nilai yang di sajikan.
Selain upaya character building melalui struktur perusahaan kognisi tidak kalah pentingnya
melakukan pendekatan intuisi. Pendekatan ini dilakukan dengan cara membawa imajinasi dan suasana
hati. Hal inilah yang ditekankan oleh pendekatan Affecitive Moral Development yaitu menanamkan
nilai melalui aras efektif, berupa sentuhan-sentuhan perasaan, imajinasi, dan intuisi. Proses pembinaan
efektif ini membutuhkan strategi tersendiri yang berbeda dalam proses pembinaan kognitif.
Pendekatan Behavior Moral Development memandang bahwa internalisasi nilai dilakukan melalui
pembiasaan. Pendekatan ini berawal mula dari pencobaan yang dilakukan oleh Ivan Povlov pada
seekor binatang, akan tetapi pendekatan ini sangat berperilaku baik dalam kehidupan sehari-harinya,
pada akhirnya akm terbiasa melakukan hal-hal tersebut. Pada gilirannya nanti kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukannya tersebut akan menghadap menjadi tatanan nilai milik dirinya sendiri. Mana kala
mereka melakukan suatu tindakan diluar kebiasaannya, mereka akan merasa apa yang dilakukannya
itu aneh. Pembiasan sebagai sebuah metode dalam menanamkan nilai tetap memiliki efektivitas tinggi
apalagi jika diikuti dengan adanya reward ang punishment dalam arti yang luas.

You might also like