You are on page 1of 17

BAB III

3.1 Sejarah singkat

Pada awalnya, listrik dibangkitkan di dekat alat atau layanan yang


membutuhkan. Pada dekade 1880-an, listrik bersaing dengan uap, hidraulis, dan
terutama gas batubara. Gas batubara awalnya diproduksi hanya atas permintaan
pengguna, namun kemudian berevolusi menjadi pabrik gasifikasi yang
diuntungkan berkat ekonomi skala. Di dunia yang terindustrialisasi, kota-kota
memiliki jaringan pipa gas, yang digunakan untuk penerangan. Namun lampu gas
menghasilkan cahaya yang minim, panas yang terbuang, membuat ruangan panas
dan berbau asap, serta menghasilkan hidrogen dan karbon monoksida. Lampu gas
juga dapat memicu kebakaran. Pada dekade ini, lampu listrik pun makin unggul
dari lampu gas.

Perusahaan penyedia listrik mulai untung dengan ekonomi skala dan mulai beralih


ke pembangkitan listrik, distribusi, dan manajemen sistem kelistrikan terpusat.
 Dengan adanya saluran listrik jarak jauh, gardu listrik pun dapat saling
[5]

terhubung untuk menyeimbangkan beban dan meningkatkan faktor beban.

Sistem adalah semua unsur yang secara teratur saling berhubungan dan bekerja
sama sehingga menghasilkan sesuatu Sistem Tenaga Listrik adalah hubungan
yang teratur dari beberapa komponen yang terdiri dari Pembangkitan, Transmisi,
Distribusi dan Konsumen sehingga menghasilkan Tenaga Listrik.
Komponen Sistem Tenaga Listrik

1. Pembangkitan

2. Saluran Transmisi

3. Gardu Induk

4. Konsumen Industri

5. Gardu / Transformator Distribusi

6. Saluran Distribusi

7. Saluran Distribusi bawah tanah

8. Konsumen

Konsumen

Perorangan untuk kelangsungan proses kehidupan

Industri untuk kelangsungan proses produksi baik industri kecil, menengah


maupun industri besar
Pembangunan jangka panjang menitik beratkan pada pembangunan bidang
ekonomi dengan pengembangan sektor industri yang kuat dan maju serta
didukung oleh sektor pertanian yang Tangguh

Sebagai konsekuensinya tentu dibutuhkan penyediaan sumber energi cukup besar.


Semakin lama kebutuhan energi listrik semakin meningkat sesuai dengan
pertumbuhan industri yang senantiasa mengalami pertumbuhan sangat pesat,
Mengingat tingkat kebutuhan energi listrik terus mengalami kenaikan setiap
tahunnya, sehingga penyediaan energi listrik harus pula ditingkatkan agar terjadi
keseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan energi listrik. Sistem tenaga
listrik harus bisa melayani pelanggan secara baik, dalam arti sistem tenaga listrik
tersebut harus aman dan handal, yaitu tidak membahayakan manusia dan
lingkungannya dan dapat melayani pelanggan secara memuaskan misalnya dalam
segi kontinyuitas dan kualitasnya

Prinsip kerja dalam sistem tenaga listrik dimulai dari bagian pembangkitan yang
menyalurkan listrik melalui sistem jaringan transmisi kepada gardu induk dan dari
gardu induk ini listrik dibagi-bagikan kepada pelanggan melalui saluran
distribusi. Ada pula pelanggan yang mendapat pelayanan langsung dari saluran
transmisi biasanya pelanggan ini membutuhkan tegangan yang besar dan daya
yang besar pula

3.2 Pembangkit

Sistem Pembangkitan adalah salah satu bagian utama dalam struktur


sistem tenaga listrik, pembangkit pada sistem tenaga listrik mempunyai peran
untuk menghasilkan energi listrik. Sumber energi utama pada pembangkit berasal
dari sumber energi primer yang tersedia dari alam, kemudian dikonversikan
menjadi energi listrik. Generator termasuk bagian yang penting dalam sistem
pembangkitan, pada generator akan mengkonversikan energi listrik menjadi
energi listrik melalui porosnya. Secara umum pembangkit tenaga listrik ditunjang
oleh beberapa fasilitas yang terpadu dan saling berinteraksi, yaitu instalasi listrik,
sistem pemakaian sendiri, sistem mekanik, bangunan sipil, fasilitas pelengkap,
peralatan kontrol, dan komponen bantu lainnya.

Pada sistem pembangkitan, tenaga listrik yang dihasilkan pada umumnya adalah
tegangan menengah. Selanjutnya dinaikkan tegangannya menjadi tegangan ekstra
tinggi kemudian disalurkan pada sistem penyaluran transmisi. Selain itu tenaga
listrik yang dihasilkan diturunkan tegangannya untuk digunakan pada sistem
kelistrikan pemakaian sendiri pada pembangkit tersebut.

Pembangkit Tenaga Listrik adalah alat atau peralatan yang berfungsi untuk
membangkitkan tenaga listrik dengan cara mengubah energi potensial menjadi
tenaga mekanik selanjutnya menjadi tenaga listrik.

1. Suatu bagian awal dari sistem tenaga listrik yang membangkitkan tenaga
listrik yang terdiri dari instalasi listrik, mekanik, bangunan-bangunan,
fasilitas pelengkap, bangunan serta komponen bantu lainnya

2. Salah satu bagian dari sistem tenaga listrik untuk membangkitkan energi
listrik dengan cara mengubah potensi energi mekanik dari air, minyak,
uap, panas bumi, nuklir, matahari, angin, kombinasi gas dan uap menjadi
energi listrik

Kebutuhan energi listrik terus mengalami kenaikan setiap tahunnya, sehingga


penyediaan energi listrik harus pula ditingkatkan agar terjadi keseimbangan antara
kebutuhan dan penyediaan energi listrik. Kebutuhan energi listrik pembangunan
pembangkit tenaga listrik yang baru maupun peningkatan kapasitas daya pada
pembangkit listrik yang sudah ada. Bermacam-macam sumber energi, misalnya
tenaga air, tenaga angin, bahan bakar fosil, dan bahan bakar nuklir akan
menggerakkan turbin yang akan mengaktifkan generator listrik

Energi listrik yang dihasilkan harus diubah menjadi tegangan yang sesuai untuk
transmisi (dengan alat transformator). Setelah proses ini, arus listrik dialirkan
melalui jaringan kabel transmisi ke daerah yang memerlukan
Pada proses pembangkitan tenaga listrik telah terjadi proses perubahan energi
mekanik menjadi energi listrik

Listrik PLN dibangkitkan oleh beberapa Pembangkit Tenaga listrik di bangkitkan


di pusat pusat pembangkit tenaga listrik dengan cara merubah energi primer,
energi potensial dan energi lainnya menjadi energi listrik. Beberapa jenis
Pembangkit tenaga listrik diantaranya :

a. PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) :


Jatiluhur,Cirata,Saguling,Kracak

b. PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) :


Kamojang,Gunung Salak,Bali

c. PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap ) :


Priok ,Suralaya,Pelabuhan Ratu,Cilacap.

d. PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap ) : Muara Karang,


Muara Tawar

e. PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Disel ):Air Raja ,Aceh ,Pangkal


Pinang,

f. PLTM (Pembangkit Listrik Tenaga Micro Hydro): Jawa Barat

g. PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) : Bantul,Nusa Tenggara

h. PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin) :Bantul


Pembangkit besar ( PLTA,PLTP,PLTU,PLTGU ) biasanya dibangun jauh dari
pusat beban. Untuk menyalurkan ke Pusat beban disalurkan melalui transmisi
SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi ) 35 /70/150 kV dan ke SUTET (Saluran
Udara Tegangan Extra Tinggi ) 500 kV .Tegangan di Pusat pembangkit dinaikan
ke tegangan sesuai tegangan transmisi:

i. SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi ) 35 /70/150 kV

j. SUTET (Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi ) 500 kV .

k. Sedangkan untuk PLTD,PLTM,PLTS dan PLTB biasanya


dihubungkan ke jaringan Distribusi 20 kv atau langsung ke
Jaringan Tegangan Rendah kemudian disalurkan ke Pelanggan TR

3.2.1 PLTA

Pembangkit listrik ini generator digerakan oleh turbin air dimana perbedaan
ketinggian air mengakibatkan aliran yang tenaga enersianya digunakan untuk
memutar turbin dan pada poros/sumbu yang sama generator pembangkit listrik
dipasang. Pengaturan putaran dan tenaga air dilakukan oleh governor sehingga
tenaga air yang digunakan sesuai dengan yang dibangkitan dan putaran dapat
konstan pada putran yang menghasikan frekwensi 50 Hz

3.3 Penyaluran

Penyaluran adalah proses dan cara menyalurkan energi listrik dari satu
tempat ke tempat lainya atau dari pembangkit listrik ke gardu induk dan dari
gardu induk ke gardu induk lainnya, yang terdiri dari konduktor yang di
rentangkan antara menara (tower) melalui isolator dengan sistem tegangan tinggi

Pada umumnya pusat pembangkit berada ditempat yang jauh dari pusat pusat
beban sehingga diperlukan transmisi untuk menyalurkan energi listrik yang
dibangkitkan ke konsumen. Untuk menghubungkannya diperlukan transmisi atau
penyaluran yang memadai secara panjang dan kapasitas.
Gambar 3.3

Terdapat dua macam transmisi yaitu yang berada diatas dan didalam tanah yang
sering disebut saluran udara dan saluran kabel

3.3.1 SUTET

SUTET (Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi ) 500 kV. Transmisi ini
digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas lebih besar dari 500 MW
sehingga drop tegangan dan penampang kawat dapat direduksi hingga maksimal
dan diperoleh operasinal yang efektif dan efisien. Permasalahannya adalah
konstruksi tiang/tower yang besar, tinggi dan biaya yang sangat mahal karena
isolasinya sangat memerlukan material yang banyak. Transmisi ini cukup efektif
untuk jarak antara 100 km hingga 500 km selebihnya lebih efisien dengan
menggunakan transmisi arus searah (DC).
Gambar 3.3.1

3.3.2 SKTT

• Tegangan tertinggi kabel tanah yang telah dibuat adalah 225 kV


sedangkan di Indonesia adalah 150 kV. Terdapat dua jenis kabel tegangan
tinggi yang dibuat dari isolasi berbahan poly ethelin (XLPE) dan berbahan
kertas yang diperkuat dengan minyak (oil-paper impregnated). Masalah
terbesar yang menjadi kendala pada transmisi kabel bawah tanah adalah
mencari lokasi gangguan yang memerlukan waktu relatip cukup lama dan
cukup sulit mendeteksi lokasi gangguan. Saat sekarang telah banyak
digunakan Saluran Kabel Laut Tegangan Tinggi dengan tegangan operasi
150 kv.

• SKTT terdiri dari single core dan three core tergantung pada penampang
konduktor sebagai pertimbangan pabrikasi dan pemasangan dilapangan.
Panjang SKTT berdasarkan daya tampung cable drum yang hanya mampu
300 meter kecuali desain khusus untuk kabel laut yang tanpa sambungan
sepanjang diperlukan.

Pada tahun tujuh puluhan kualifikasi tegangan pada jaringan transmisi


kebanyakan adalah 30 KV, 70 KV dan sebagian kecil 150 KV. Pada saat ini
tegangan 30 KV dan 70 KV secara berangsur-angsur sudah mulai ditinggalkan
dan digantikan oleh tegangan yang lebih tinggi yaitu 150 KV dan 500 KV

• Perkembangan teknologi isolasi yang semakin maju dalam segi ketahanan


mengisolasi tegangan yang sangat tinggi sampai 500 KV dan sekarang di
negara-negara maju teknologi isolasinya sudah mencapai satu mega volt.

• Kebutuhan energi listrik yang terus mengalami peningkatan, baik dari segi
kuantitas maupun kualitas.

• Untuk tujuan peningkatan pelayanan kepada pelanggan listrik, denga cara


meningkatkan kontinyuitas dan keandalan sistem.

• Adanya perubahan sistem transmisi, dari sistem terisolasi atau parsial ke


dalam sistem interkoneksi (interconnection system).

Bagian bagian penyaluran

Penyaluran secara umum mempunyai tiga bagian utama yaitu pondasi, tower
(menara) dan peralatan listrik (konduktor beserta acsesoriesnya). Pada tiap-tiap
bagian, antara satu dengan yang lainnya mempunyai konstruksi dan fungsi yang
berbeda-beda. Antara pondasi yang satu dengan yang lainnya, belum tentu sama.
Ini juga terjadi pada tower dan peralatan listriknya, antara satu dengan lainnya
belum tentu sama.
3.4 Gardu Induk / GI

Gardu induk adalah untuk menurunkan tegangan dari tegangan tinggi yang satu
ke tegangan tinggi lainnya 500/150/70 KV atau ke tegangan menengah 20 kV.

Di GI terpasang Peralatan instalasi seperti, Trafo Tenaga, PMT, PMS, LA, PT,
CT, serta instalasi fasilitas Kontrol, Proteksi, Telekomunikasi, Scada dan instalasi
TM yaitu Kubikel TM 20 Kv untuk Trafo Pemakaian Sendiri.

Gardu induk berfungsi untuk mentransformasikan daya listrik, dan terbagi


beberapa antara lain sebagai berikut :

1. Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi GITET (500 KV ke 150


KV).

2. Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah GI (150 KV/ 70 KV).

3. Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah GI (150 KV/ 20 KV, 70


KV/20 KV)

3.4.1 Trafo Tenaga 150/70/20 kV ( A )

Trafo tenaga berfungsi untuk menurunkan tegangan tinggi 150 kV atau 70 kV ke


tegangan menengah 20 kV. Kapasitas trafo tenaga yang terpasang pada umumnya
30 s/d 60 MVA. Untuk mengatur tegangan pada jaringan distribusi, dilakukan
melalui pengaturan tegangan pada tap changer Trafo Tenaga. Pengaturan
tegangan tersebut dapat dilakukan secara otomatis melalui Otomatic On Load Tap
Changer (OLTC) atau secara manual melalui OLTC, yang pada umumnya
mengatur jumlah belitan di disisi primer trafo tenaga.

Trafo Pemakaian Sendiri (PS)

Transformator bantu sering disebut sebagai Trafo Pemakaian Sendiri (Trafo


PS), digunakan untuk membantu gardu induk tersebut beroperasi secara 
keseluruhan.
misalnya untuk :

1. Motor-motor listrik 3 fasa yang digunakan   pada motor pompa sirkulasi


minyak trafo beserta motor-motor kipas pendingn.

2. Sebagai pemasok utama sumber tenaga cadangan seperti sumber DC,


dimana sumber DC ini merupakan sumber utama jika terjadi gangguan
dan sebagai pasokan tenaga untuk proteksi sehingga proteksi tetap bekerja
walaupun tidak ada pasokan arus AC

3. Untuk penerangan, mesin pendingin (Air Conditioner) karena beberapa


proteksi yang mengunakan elektronika/digital diperlukan temperatur
ruangan dengan temperatur antara 20ºC -28ºC.

Gambaran umum Dalam pengoperasian tenaga listrik terdapat dua macam sumber
tenaga untuk kontrol di dalam Gardu Induk, ialah sumber arus searah (DC) dan
sumber arus bolak balik (AC). Sumber tenaga untuk kontrol selalu harus
mempunyai keandalan dan stabilitas yang tinggi. Karena persyaratan inilah
dipakai baterai sebagai sumber arus searah. Catu daya sumber DC digunakan
untuk kebutuhan operasi relay proteksi, kontrol dan scadatel.

Gardu Induk merupakan suatu sistem instalasi listrik yang terdiri dari susunan dan
rangkaian sejumlah perlengkapan yang dipasang menempati suatu lokasi tertentu
untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik, menaikkan dan menurunkan
tegangan sesuai dengan tingkat tegangan kerjanya, tempat melakukan kerja
switching rangkaian suatu sistem tenaga listrik dan untuk menunjang keandalan
sistem tenaga listrik terkait.

Power Supply utama Gardu Induk meliputi:

a. Tegangan AC Arus yang mengalir dengan polaritas yang selalu berubah-ubah


dimana masing-masing terminal polaritasnya selalu bergantian.

b. Tegangan DC Arus yang mengalir dalam arah yang tetap (konstan) dimana
masing-masing terminal selalu tetap polaritasnya.
c. Genset Sebuah alat yang digunakan untuk memproduksi energi listrik dengan
merubah energi mekanik menjadi energi listrik dengan menggunakan prinsip
induksi elektromagnetik.

d. Rectifier Alat yang digunakan untuk mengubah sumber arus bolak-balik (AC)
menjadi sinyal sumber arus searah (DC).

e. Baterai Alat listrik kimiawi yang menyimpan energi dan mengeluarkan tenaga
dalam bentuk tegangan listrik searah.

Sistem AC di Gardu Induk merupakan suplai utama untuk pengoperasian


peralatan utama seperti: Rectifier, Penerangan, Pendingin ruangan komputer dan
lain sebagainya. Untuk kebutuhan operasi relay dan kontrol di PLN terdapat dua
sistem catu daya pasokan arus searah yaitu DC 110V dan DC 220V, sedangkan
untuk kebutuhan scadatel menggunakan sistem catu daya DC 48V. Catu daya DC
bersumber dari rectifier dan baterai. Terpasang pada instalasi secara paralel
dengan beban, sehingga dalam operasionalnya disebut Sistem DC.

Peralatan Sistem AC Pengoperasian suatu Gardu Induk memerlukan fasilitas


pendukung yaitu sumber tegangan rendah AC 380 volt yang diperlukan untuk
sistem Kontrol, Proteksi, maupun untuk sistem mekanik penggerak peralatan di
Gardu Induk. Pada Gardu Induk 150 kV sumber AC dipasok dari Trafo
pemakaian sendiri (PS) sedangkan pada GITET 500 kV, selain Trafo PS
dilengkapi juga dengan Generator Set yang diperlukan untuk keadaan darurat atau
pada saat Trafo pemakaian sendiri (PS) mengalami gangguan atau sedang
dipelihara.

Genset merupakan bagian dari AC suplai yang sangat penting sebagai salah satu
sumber tenaga bagi instalasi di dalam sistem kelistrikan Gardu Induk, baik untuk
sistem kontrol maupun sistem-sistem penggerak peralatan Gardu Induk. Genset
diperlukan sekali untuk keadaan darurat, apabila penyediaan listrik utama
teganggu, misalnya suplai dari Trafo PS (pemakaian sendiri) mengalami
kerusakan, pemeliharaan, maupun kondisi sistem Black-Out, sehingga Generator
set dapat menggantikan penyediaan daya listrik untuk keperluan seperti mensuplai
baterai charger, penerangan untuk ruangan operator, penggerak kipas pendigin
transformer, penggerak motor kompressor PMT dan sebagainya.

Instalasi AC Tegangan Tinggi (150 kV)

Instalasi AC pada sistem tegangan tinggi (150 kV) disuplai oleh sebuah trafo yang
merubah tegangan menengah menjadi tegangan rendah tiga fasa yang lazim
disebut trafo pemakaian sendiri. Instalasi AC ini biasanya dibagi dalam beberapa
kelompok pemakaian yang dirancang sesuai dengan kebutuhan masing – masing
kelompok atau grup mulai dari pemilihan Main Circuit Breaker sampai dengan
pemilihan jenis dan ukuran kabel. Pemilihan ini sangat penting untuk menghindari
terjadinya over load yang mengakibatkan MCB trip.

Kelompok atau grup yang ada di suatu Gardu Induk meliputi:

1. Kelompok suplai AC untuk penerangan, sanitasi dan pendingin ruangan gedung


2. Kelompok suplai AC untuk rectifier atau charger

3. Kelompok suplai AC untuk panel kontrol

4. Kelompok suplai AC untuk switchyard Kelompok suplai AC untuk motor –


motor kipas trafo, tap changer, pemisah, pemutus tenaga dan lain – lain.

Instalasi Sistem DC

Instalasi Sistem DC suatu gardu induk berfungsi untuk menyalurkan suplai DC


yang dipasok oleh rectifier atau charger tiga fasa maupun satu fasa yang
dihubungkan dengan satu atau dua set baterai. Terdapat 3 (tiga) jenis instalasi atau
suplai DC yang digunakan pada gardu induk meliputi: - Instalasi Sistem DC 250
Volt - Instalasi Sistem DC 110 Volt - Instalasi Sistem DC 48 Volt

Instalasi Sistem DC 250 Volt

Instalasi sistem DC 250 Volt digunakan untuk menyalurkan suplai DC 250 Volt
yang dipasok dari rectifier atau charger tiga fasa serta dihubungkan dengan baterai
untuk mengoperasikan peralatan pada instalasi gardu induk seperti: - Motor -
motor (PMT dan PMS) - Relay proteksi - Instrumen – instrumen - Tripping dan
Closing coil

Instalasi Sistem DC 110 V

Instalasi sistem DC 110 Volt digunakan untuk menyalurkan suplai DC 110 Volt
yang dipasok dari rectifier atau charger serta dihubungkan dengan baterai untuk
mengoperasikan peralatan pada instalasi gardu induk seperti: - Motor - motor
(PMT dan PMS) - Relay proteksi dan meter - meter digital - Sinyal, alarm dan
indikasi - Tripping dan Closing coil

Instalasi sistem DC 48 Volt untuk Komunikasi dan Teleproteksi Instalasi sistem


DC 48 Volt

ini digunakan untuk menyalurkan suplai DC 48 Volt yang dipasok dari rectifier
atau charger serta dihubungkan dengan baterai untuk mengoperasikan peralatan
pada instalasi gardu induk seperti: - Scada / RTU - Teleproteksi Unit -
Komunikasi (PLC) Unit – Continuous Load - Alarm, sinyal dan indikasi

Rectifier adalah suatu rangkaian alat listrik untuk mengubah arus listrik bolak-
balik (AC) menjadi arus searah (DC). Rectifier yang terpasang di Gardu Induk
berfungsi untuk mengisi muatan baterai, memasok daya secara kontinu ke beban
dan menjaga baterai agar tetap dalam kondisi penuh.

Transformator utama yang terpasang pada rectifier biasanya merupakan


transformator step-down berfungsi sebagai penurun tegangan dari tegangan AC
220/380 volt menjadi 110 /48 volt contoh transformator utama sebagaimana yang
diperlihatkan pada gambar 3.

Besar kapasitas arus transformator utama harus disesuaikan dengan kapasitas


baterai terpasang (C5) dan beban sumber DC di Gardu Induk tersebut.

Baterai Baterai atau akumulator adalah sebuah sel listrik dimana didalamnya
berlangsung proses elektrokimia yang reversible (dapat berbalikan) dengan
efesiensinya yang tinggi. Yang dimaksud dengan proses elektrokimia reversible
adalah didalam baterai dapat berlangsung proses pengubahan kimia menjadi
tenaga listrik (proses pengosongan), dan sebaliknya dari tenaga listrik menjadi
tenaga kimia (Proses Pengisian), pengisian kembali dengan cara regenerasi dari
elektroda-elektroda yang dipakai, yaitu dengan melewatkan arus listrik dalam arah
(polaritas) yang berlawanan didalam sel. Tiap sel baterai terdiri dari dua macam
elektroda yang berlainan yaitu elektroda positif dan elektroda negative yang
dicelupkan dalam suatu larutan kimia. Menurut pemakaian baterai dapat
digolongkan kedalam 2 jenis: - Stationary (tetap) - Portable (dapat dipindah-
pindah)

 Gardu Distribusi

Gardu distribusi adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari
instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Trafo
Distribusi, dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk
memasok kebutuhan daya listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan
Menengah (TM 20kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380 V). Konstruksi
Gardu Distribusi dirancang berdasarkan optimalisasi biaya terhadap maksud dan
tujuan penggunaannya yang kadang kala harus disesuaikan dengan peraturan
pemerintah daerah setempat.

Gardu Hubung

Gardu hubung atau disingkat GH atau Switching Substation adalah gardu yang
berfungsi sebagai sarana manuver pengendali beban listrik jika terjadi gangguan
aliran listrik, program pelaksanaan pemeliharaan atau untuk maksud
mempertahankan kontinuitas pelayanan. 

    Isi dari Gardu Hubung adalah rangkaian saklar beban (Load Break
Switch/LBS), dan atau pemutus tenaga terhubung paralel. Gardu Hubung juga
dapat dilengkapi sarana pemutus tenaga pembatas beban pelanggan khusus
tegangan menengah. Konstruksi gardu hubung sama dengan konstruksi gardu
distribusi tipe beton. Pada ruang dalam Gardu Hubung dapat dilengkapi dengan
ruang untuk gardu distribusi yang terpisah dan ruang untuk sarana pelayanan
kontrol jarak jauh. 
Berdasarkan kebutuhannya Gardu Hubung terbagi menjadi :

Gardu Hubung untuk 7 buah sel kubikel

Gardu Hubung untuk 7+7 buah sel kubikel

Gardu Hubung untuk 7+7+7 buah sel kubikel

    Penggunaan kelompok-kelompok sel tersebut bergantung atas sistem yag


digunakan pada suatu daerah operasional, misalnya Spindle, Spotload, Fork,
Bunga, dan lain-lain. Spesifikasi teknis Gardu Hubung sama dengan spesifikasi teknis
gardu distribusi, kecuali kemampuan Arus Nominal-nya yang bisa berbeda

You might also like