Professional Documents
Culture Documents
Bab V
Bab V
PEMBAHASAN
Penentuan titik
Penentuan titik dilakukan berdasarkan hasil eksplorasi awal (survey tinjau)
yang dilakukan dengan cara melakukan tinjauan lapangan langsung kelokasi yang
diperkirankan mengandung endapan mineral berharga didalamnya dengan
memperhatikan beberapa faktor yang ada.
Pemboran
Setelah penentuan titik telah dilakukan dengan anggapan daerah tersebut
mengandung mineal berharga selanjutnya dilanjutkan dengan kegiatan pemboran.
Pemboran biasanya dilakukan dalam beberapa tahapan, pada tahapan pemboran awal
dilakukan dengan spasi yang relatif besar antara tiap titik bor, biasanya spasi awal
yang digunakan yakni 100 - 200 m. Semakin detail pemboran maka spasi antara tiap
lubang bor akan semakin rapat mencapai 12,5 m, dalam hal ini spasi yang digunakan
pada lokasi Penelitian yakni 25 m.
Deskripsi Mineral
Selama proses pemboran dilakukan akan diambil data dari hasil coring.
Setiap kali coring dikeluarkan dari lubang bor Geologist (orang yang bertugas untuk
mendeskripsi mineral dalam coring) akan mengambil data dari zona permineralan
yang terdapat pada hasil coring tersebut, adapun data yamg diperoleh dari hasil
pemboran yakni berupa data Assay, Collar, Geology dan Survey.
54
Sumber : Yusrin, 2022
Gambar 5.1 Dokumentasi Kegiatan Pemboran
55
Sumber : Yusrin, 2022
Gambar 5.2 Bentuk Topografi Daerah Penelitian
Dari hasil data pemboran, dilakukan deskripsi pada zona endapan nikel laterit
yang meliputi lapisan tanah zona Limonit, zona Saprolit, dan batuan dasar (bedrock)
dibeberapa lubang bor pada masing-masing lokasi. Hasil deskripsi yang dicantumkan
dianggap mewakili ciri umum dari lokasi penelitian secara keseluruhan. Pembagian
zonasinya sebagai berikut.
1. Zona Limonit
56
Limonite
2. Zona Saprolit
Zona saprolit yang terdapat pada daerah penelitian memiliki kadar rata-rata Ni
(>1,3%). Dari hasil deskripsi lapangan pada titik bor (logging) zona saprolit
dicirikan oleh kenampakan fisik berupa warna coklat kekuning-kuningan sampai
kuning kehijau-hijauan, ukuran butir pasir halus–kerakal, mulai dijumpai adanya
fraksi material yang lebih kasar yang merupakan hasil pelapukan yang belum
sempurna seperti bongkah batuan dasar, biasanya dijumpai mineral seperti
serpentin, talk, olivin, garnierit, dan mineral-mineral hydrous silica.
57
Sumber: Yusrin Azhar, 2022
Gambar 5.4 Zona Saprolite
Untuk mengetahui bentuk profil endapan bawah permukaan dari nikel laterit
berdasarkan pada data titik bor, maka digunakan software Surpac 6.3.2 dalam
mengintepretasi zona endapan saprolit. Dapat dilihat pada lampiran .
58
Bedrock
Pada gambar 4.2 yang merupakan peta sebaran nikel laterit zona saprolit
dibuat dengan Cut Of grade 1.3% dan ketebalan data bor minimal 2 meter. Pada peta
distribusi sebaran bijih nikel ≥1.3% terkontrasi pada bagian selatan mengikuti lereng
gunung hal ini dikarenakan kurang optimalnya pelapukan di daerah tersebut. Kadar
bijih nikel yang tinggi ≥1.6% terdapat pada beberapa tempat yaitu dibagian barat laut
dan tengah block marsanda, kadar bijih nikel laterit yang tinggi ditempat ini
disebabkan oleh topogrfy yang landai sehingga alterasinya lebih sempurna.
59
Sumber : Yusrin, 2022
Gambar 5.6 Peta Kemiringan Lereng
60
Tabel 5.2 Klasifikasi Kemiringan Daerah Penelitian
Pada Gambar 5.4 Peta Kemiringan lereng relief berombak datar dengan
kemiringan lereng 1°–3° menempati sekitar 35% daerah penelitian; Relief
berombak-bergelombang dengan kemiringan lereng 3°–6° menempati sekitar 25%
daerah penelitian, Relief bergelombang-perbukitan dengan kemiringan lereng 6°–
9° menempati sekitar 30% daerah penelitian dan relief perbukitan - perbukitan
terjal dengan kemiringan lereng 9°–25°menempati sekitar 15% daerah penelitian.
Relief berombak yang dominan di block Marsanda yang diwakili oleh warna
merah ampai jingga pada peta kemiringan menyebabkan laterisasi yang sempurna
sehingga lapisan Saprolite lebih tebal dibanding dengan daerah yang memiliki sudut
kemiringan 90-250 yang diwakili oleh warna kuning sampai hijau pada peta
kemiringan lereng. Kemiringan lereng 90-250 memiliki ketebalan saprolite yang
rendah disebabkan oleh proses laterisasi (pelapukan) yang kurang intensif, dari
penelitian ini dapat dilihat peranan penting topografy dalam proses pembentukan
nikel laterit terkususnya di block Marsanda pada PT. Penda Dharma Karsa.
Dalam pembuatan peta sebaran nikel dan permodelan lapisan saprolite harus
dilakukan pengolahan data sesuai kebutuhan dari software yang digunakan.
61
a. Pengoalahan data log bor
Pada gambar 5.4 dilakukan tahapan pemisahan data log bor menjadi data
collar, survey, dan geology. Setelah dilaukan pemisahan file dari ketiga data
tersebut disimpan dalam bentuk csv (comm seperated values) hal ini bertujuan agar
file bisa terbaca di aplikasi arcgis 10.4.1 dan surpac 6.3.2.
5.4.2 Sebaran Titik Bor Pada Block Marsanda PT. Penta Dharma Karsa
Dari hasil penelitian dalam kegiatan pemboran yang di lakukan oleh PT.
Bangun Inti Indonesia yang berlokasi di IUP PT. Penta Dharma Karsa data yang
diperoleh sebanyak 27 titik bor dengan spasi 100 meter dan 200 m. Dari hasil
pemboran coring diperoleh beberapa data yang akan dianalisa untuk mengetahui
tebal zona endapan. Data-data tersebut antara lain: Posisi lubang bor (easting,
northing, elevation), nilai kadar Ni, kedalaman permeter, spasi lubang bor, dan
nomor lubang bor. Dari kegiatan pemboran yang dilakukan pada penelitian ini untuk
blok Marsanda sebanyak 27 titik dengan rincian data geologi sebagai berikut. Dapat
dilihat pada Lampiran A dan Lampiran B:
62
2. Cross section Line B-B’
Terdiri dari 3 titik bor yang disayat (ZK 51-56, ZK 47-56 Dan ZK 43-56). Titik
bor ini berada pada elevasi 467-456 Mdpl dengan kedalaman 11-16,4 m. Pada
daerah penelitian cross section B-B’ memiliki kemiringan lereng (7,9%) termasuk
daerah landai. Rata-rata ketebalan saprolit yaitu 6 m.
63
64