You are on page 1of 14

Hubungan Interpersonal

Disusun oleh :
1. Lita Viana Zulfaturrofi’ah (126310211013)
2. Rohmatin Nur Chafida (126310211023)
3. Salsabila Arum Teja Lazuardi (126310211027)
4. Siti Asmaul Muslika (126310211029)
5. Yoga Chandra Pradipta (126310212039)
6. Naila Livia Hanum (126310212040)

IPII-1A

Dosen Pengampu :
Prisca Budi Juvitasari, M.A

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH


UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
hidayah-Nya serta shalawat dan salam kita tunjukan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Atas kuasa-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Hubungan Interpersonal”. Tidak
lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Di tempat, 3 Oktober 2021


Penyusun

Psikologi Pustakawan – Hubungan Interpersonal | 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 4


1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 6


2.1 Pengertian Hubungan Intrapersonal .................................................................................................. 6
2.2 Ciri-Ciri Hubungan Intrapersonal ..................................................................................................... 6
2.3 Jenis-Jenis Hubungan Intrapersonal ................................................................................................. 7
2.4 Siklus Hubungan Intrapersonal ......................................................................................................... 7
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Intrapersonal ...................................................................... 9
2.6 Kemampuan agar Hubungan Intrapersonal Tetap Seimbang ......................................................... 10
2.7 Penerapan Hubungan Intrapersonal di Perpustakaan ...................................................................... 11

BAB III PENUTUP ............................................................................................................................... 13


3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................................... 13
3.2 Saran ................................................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 14

Psikologi Pustakawan – Hubungan Interpersonal | 3


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan seorang makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan orang lain
dalam melakukan sesuatu. Karena itu, manusia selalu melakukan kegiatan interaksi setiap saat untuk
memenuhi kebutuhannya, baik berupa interaksi individu dengan individu, individu dengan kelompok
maupun kelompok dengan kelompok. Salah satu contoh interaksi individu dengan individu adalah
interaksi di gedung perpustakaan. Di sana, interaksi yang terjadi adalah antara pustakawan dan
pemustaka yang berkunjung.
Perpustakaan adalah pusat informasi yang di dalamnya menyimpan berbagai bentuk
informasi dalam berbagai bentuk dan jenis yang dimanfaatkan oleh keseluruhan masyarakat untuk
mencukupi kebutuhan informasi seperti belajar, penelitian, atau sekedar mengisi waktu luang dan
tanpa pemungutan biaya. Koleksi perpustakaan tidak hanya sebatas buku saja, melainkan ada
berbagai macam seperti koleksi komik, majalah, surat kabar, novel, dan lain sebagainya. Karena
banyaknya informasi yang ada, seorang pemustaka membutuhkan sebuah pelayanan yang baik untuk
membantu memenuhi kebutuhannya dalam memperoleh informasi di perpustakaan. Di lingkup
perpustakaan, salah satu hal yang penting adalah pelayanan, karena pelayanan merupakan hal awal
yang bisa dirasakan seorang pemustaka. Maka dari itu, pustakawan harus bisa memberikan pelayanan
yang baik pula dengan tujuan untuk kepuasan dari pemustaka. Pelayanan terpenting yang dilakukan
oleh seorang pustakawan adalah membangun hubungan interpersonal dengan pemustaka. Hubungan
interpersonal dapat berupa interaksi dengan cara komunikasi yang baik dan santun. Hal ini juga dapat
memberikan kesan yang baik di mata pemustaka kepada pustakawan.
Hubungan interpersonal menjadi salah satu bentuk pelayanan di ruang lingkup perpustakaan,
yaitu dengan terjalinnya hubungan baik yang dilakukan pustakawan kepada pemustaka. Melalui
hubungan interpersonal yang baik, pustakawan akan memberikan kesan positif yang bisa
memperlancar interaksi yang dilakukan dalam pelayanan perpustakaan. Pustakawan memiliki
tanggung jawab dalam menyediakan akses seluas-luasnya kepada pemustaka, dan aktivitas sehari-
hari pustakawan sebagian besar, bisa dikatakan, berinteraksi langsung dengan pemustaka. Dengan
mempelajari tentang hubungan interpersonal yang baik, seorang pustakawan bisa lebih mengetahui
bagaimana cara penyampaian pesan, menjadi penerima pesan, dan sebagai pendengar yang baik dan
efektif, sekaligus menjadi seorang yang berkepribadian yang baik pula.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari hubungan interpersonal?
2. Bagaimana ciri-ciri hubungan interpersonal?
3. Apa saja jenis-jenis hubungan interpersonal?
4. Bagaimana siklus hubungan interpersonal?
5. Apa saja faktor pemicu terjadinya hubungan interpersonal?
6. Apa saja kemampuan yang dilakukan agar hubungan interpersonal tetap seimbang?
7. Bagaimana penerapan hubungan interpersonal di perpustakaan?

Psikologi Pustakawan – Hubungan Interpersonal | 4


1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari hubungan interpersonal.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri hubungan interpersonal.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis hubungan interpersonal.
4. Untuk mengetahui siklus hubungan interpersonal.
5. Untuk mengetahui faktor pemicu terjadinya hubungan interpersonal.
6. Untuk mengetahui kemampuan yang dilakukan agar hubungan interpersonal tetap seimbang.
7. Untuk mengetahui penerapan hubungan interpersonal di perpustakaan.

Psikologi Pustakawan – Hubungan Interpersonal | 5


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hubungan Interpersonal


Interpersonal secara umum adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang
atau lebih secara tatap muka. Sedangkan hubungan interpersonal itu sendiri adalah hubungan yang
terdiri atas dua orang atau lebih yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan
pola interaksi yang konsisten. Maka dari itu apabila kita berinteraksi dengan orang lain, secara tidak
sadar kita sudah melakukan penilaian terhadap orang tersebut. Apakah orang tersebut baik untuk
kita, atau justru orang itu membawa efek buruk bagi kita. Sehingga kita lebih memilih untuk tidak
melakukan interaksi sama sekali. Konteks inilah yang bisa disebut dalam melakukan hubungan
interpersonal.

2.2 Ciri-Ciri Hubungan Interpersonal


Hubungan interpersonal memiliki ciri ciri sebagai berikut:
a. Arus pesan dua arah, artinya kedua pihak dalam posisi sejajar tidak ada yang dianggap lebih
menggurui, arus pesan dua arah ini secara berkelanjutan.
b. Suasana informal, artinya kedua pihak dalam kondisi tidak kaku dengan posisinya. Hubungan
ini bisa dikatakan sebagai hubungan pertemanan atau lebih kedalam kekeluargaan, yang dalam
berinteraksi lebih menekankan pada pendekatan antar individu.
c. Umpan balik segera, artinya pelaku dapat mengetahui umpan balik pesan yang disampaikan
dengan segera, baik secara verbal maupun nonverbal.
d. Orang yang terlibat dalam konseling, artinya dengan melalui hubungan interpersonal ini berada
dalam jarak dekat, baik dalam arti fisik dan psikologis maupun dalam satu ruang tertentu.
e. Orang yang terlibat dalam hubungan interpersonal mengirim dan menerima pesan secara
spontan, baik secara verbal maupun nonverbal.

Sedangkan menurut Suwanto AW, yaitu:


1. Mengenal secara dekat, dalam artian bahwa dalam adanya hubungan interpersonal itu harus
mengenal secara lebih dekat, tidak hanya mengenali secara dasar saja melainkan mengetahui lebih
dari itu seperti sifat dan karakter orang tersebut maupun latar belakangnya.
2. Saling memerlukan, hal ini yang menjadi kunci dalam hubungan interpersonal karena adanya pola
hubungan yang saling menguntungkan bukan hanya bergantung ke salah satu pihak saja.
3. Hubungan interpersonal juga ditandai oleh pemahaman sifat sifat pribadi diantara kedua belah
pihak.
4. Adanya kerjasama, perlu adanya kerjasama apabila mereka menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan kepentingan yang sama.

Psikologi Pustakawan – Hubungan Interpersonal | 6


Dari beberapa ciri ciri diatas bisa dikatakan bahwa hubungan interpersonal itu dimulai dengan diri
pribadi, bersifat transaksional atau saling mengisi, menyangkut aspek isi pesan, adanya kedekatan
fisik dan antar komunikan saling bergantung satu dengan yang lainnya.

2.3 Jenis-Jenis Hubungan Interpersonal


a. Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlihat
Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat dapat dibagi menjadi,
hubungan diad dan hubungan triad. Hubungan diad merupakan hubungan antara dua individu.
Individu dalam hubungan diad menampilkan wajah yang berbeda dengan wajah yang
ditampilkannya dalam hubungan diad yang lain. Sedangkan hubungan triad merupakan hubungan
antara tiga orang. Hubungan triad ini memiliki ciri yang lebih kompleks, tingkat kedekatan antar
individu lebih rendah dan keputusan yang diambil lebih didasarkan oleh voting atau suara
terbanyak.
b. Hubungan interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai
Hubungan interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dibagi menjadi dua yaitu,
hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas merupakan suatu hubungan yang
dilakukan dengan tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh individu
sendirian. Misalnya hubungan mahasiswa dalam mengerjakan tugas kelompok. Sedangkan
hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan
sesuatu. Misalnya hubungan dua sahabat dekat.
c. Hubungan interpersonal berdasarkan jangka waktu
Hubungan interpersonal berdasarkan jangka waktu dibagi menjadi dua yaitu, hubungan
jangka pendek dan jangka panjang. Hubungan jangka pendek merupakan hubungan yang
berlangsung tidak lama. Sebagai contoh hubungan antara dua orang yang menyapa apabila
bertemu. Sedangkan hubungan jangka panjang adalah hubungan yang berlangsung lama,
misalnya berupa emosi, materi ataupun waktu.
d. Hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat kedalaman atau keintiman
Hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat kedalaman atau keintiman dibagi
menjadi hubungan biasa dan hubungan yang akrab. Hubungan biasa merupakan hubungan yang
sama sekali tidak dalam atau ritual. Sedangkan hubungan akrab ditandai dengan penyingkapan
diri, makin akrab suatu hubungan makin besar pula terjadinya penyingkapan diri.

2.4 Siklus Hubungan Interpersonal


Siklus artinya proses sinambung dari satu tahap berlanjut ketahap berikutnya secara berputar
sehingga setelah sampai ketahap terakhir dari siklus bisa dimungkinkan untuk kembali ke tahap
awal. Hubungan antarmanusia merupakan sebuah siklus dari mulai perkenalan menuju kebersamaan,
menuju perpisahan, dan kemungkinan kembali kepada penggiatan menuju kebersamaan. Pada suatu
tahap dalam suatu hubungan, komunikasi memainkan peran yang berbeda. Siklus hubungan
interpersonal sendiri merupakan tahap dimana kita berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan isi

Psikologi Pustakawan – Hubungan Interpersonal | 7


pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi, ketika kita berkomunikasi
kita tidak hanya menentukan konten melaikan juga menentukan hubungan.
1. Tahap perkenalan (initiating)
Tahap ini biasanya diawali dengan tindakan memulai, biasanya dimulai perlahan- lahan
agar terbentuk persepsi dan kesan pertama yang baik. Tahap ini merupakan fase awal bagi
pemula. Menurut William Brook dan Philip Emmert bahwa kesan pertama sangat menentukan,
karena hal tersebut merupakan sesuatu yang pertama terlihat sehingga sangat penting.
Penampilan fisik, apa yang diucapkan pertama, apa yang dilakukan pertama menjadi penentu
penting terhadap pembentukan citra pertama orang tersebut.
2. Penjajagan (experimenting)
Tahap ini merupakan usaha pengenalan diri orang lain, fase dimana kita mencoba topik-
topik percakapan untuk mengenal satu sama lain. Tahap ini bertujuan untuk mencari perbedaan
dan kesamaan individu. Apabila sudah merasa ada kesamaan antar individu maka akan
dilakukan proses mengungkapkan diri, mengidentifikasi status sosial. Misalnya, melakukan
percakapan antara si A dan si B. Pada tahap ini antar individu satu dengan individu yang lain
melakukan pertukaran penjajakan afeksi dimana antar individu mulai saling memahami dan
mengetahui satu sama lain.
3. Intensifikasi (intensifying)
Tahap ini hubungan sudah mulai mengalami kemajuan. Terjadi peningkatan komunukasi
yang menitikberatkan pada wilayah pribadi, bahkan ungkapan perasaan yang mendalam
ditunjukan, dimana individu mulai akrab dan mempunyai rasa keterbukaan yang lebih besar,
bahkan individu sudah mulai untuk saling berbagi rahasia mereka. Misalnya si A dan si B mulai
bercengkrama diwaktu luang dan bercerita tentang pengalaman mereka atau juga ditandai
dengan memberikan suatu nama panggilan yang khas.
4. Pengikatan (bonding)
Tahap ini merupakan tahap formal yang terjadi bila kedua belah pihak sudah mulai
menganggap bahwa mereka sendiri sebagai pasangan, sahabat, suatu kelompok dan sebagainya.
Apabila sudah terikat dengan ikatan formal, maka kedua belah pihak akan mematuhi aturan
yang diciptakan bersama. Pada tahap ini pasangan akan mulai diuji apakah akan meneruskan
atau bisa juga terjadi pemutusan hubungan, apabila salah satu pihak tidak mematuhi aturan
bersama yang sudah disepakati.
5. Redefinisi hubungan
Pada tahap ini, seiring dengan berjalannya waktu ada perubahan dan tuntutan yang terjadi.
Ada kebutuhan yang berubah dan bertambah dibandingkan awal memulai hubungan
interpersonal. Misalnya, salah satu pasangan merasa bosan dengan kehidupan yang mereka
jalani, dan mulai merasa tidak nyaman terhadap pasangannya yang tidak juga berubah seperti
harapannya. Jika tuntutan ini terlalu ekstrem maka bisa akan terjadi konflik hubungan
interpersonal dan menyebabkan hubungan tersebut hancur. Namun, apabila konflik dapat diatasi
maka hubungan tersebut bisa diselamatkan.

Psikologi Pustakawan – Hubungan Interpersonal | 8


6. Deteriosasi (perpisahan)
Apabila hubungan tidak dapat diselamatkan, maka akan terjadi deteriorasi. Berikut
tahapan deteriorasi tersebut.
a) Pembedaan (differentiating)
Pada tahap ini, kedua pihak sepakat bahwa terlalu banyak perbedaan diantara keduanya.
Sehingga fokus hanya perbedaan dan mulai mengkritik satu sama lain.
b) Pembatasan (circumsribing)
Setelah menyadari adanya perbedaan, pada tahap ini kedua pihak mulai membatasi topik
percakapan tentang perbedaan tadi dan beralih pada topik-topik umum. Bukan hanya itu,
kedua pihak memutuskan untuk membatasi interaksi yang dapat menimbulkan konflik, hal
ini menyebabkan hilangnya keinginan untuk berinteraksi dan hanya akan berkomunikasi saat
keadaan tertentu.
c) Stagnasi (Stagnating)
Pada tahap ini hubungan antara kedua belah pihak masih ada, tetapi keduanya masih
membatasi komunikasi dan interaksi. Apabila terjadi komunikasi, besar kemungkinan terjadi
secara canggung dan kurangnya keakraban.
d) Penghindaran (avoiding)
Pada tahap ini kedua pihak sudah menghindari interaksi, keduanya lebih memilih untuk
terpisah daripada harus berinteraksi. Jika hal ini terjadi terus menerus, salah satunya bahkan
akan berpikir bahwa lebih baik menyudahi hubungan yang ada.
e) Pemutusan (terminating)
Pada tahap ini salah satu atau kedua belah pihak sepakat untuk mengakhiri hubungan.
Meskipun salah satu pihak berusaha menyelamatkan hubungan, tetapi juka pihak lain tetap
berusaha mengakhiri maka hubungan akan berakhir.
7. Kebersamaan
Tidak semua hubungan interpersonal mengalami tahap deteriorasi, beberapa hubungan
bisa saja berhenti hanya pada tahap penjajagan, intensifikasi, atau berakhir bahagia pada tahap
pengikatan. Tahap ini sendiri merupakan tahap puncak hubungan interpersonal. Hakikat
kebersamaan adalah bahwa jika mereka sudah saling menerima seperangkat aturan untuk
mengatur hidup mereka, perasaan yang saling menghargai dan menghormati.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal


a. Faktor yang Memicu Terjadinya Hubungan Interpersonal
1. Komunikasi efektif
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan antara pemangku kepentingan
terbangun dalam situasi komunikatif, interaktif dan menyenangkan.
2. Ekspresi wajah
Ekspresi wajah menimbulkan kesan dan persepsi yang sangat menentukan penerimaan
individu atau kelompok. Wajah telah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi
interpersonal dan merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam menyampaikan

Psikologi Pustakawan – Hubungan Interpersonal | 9


makna. Dalam beberapa detik saja raut wajah dapat menentukan dan menggerakan keputusan
yang diambil.
3. Kepribadian
Kepribadian sangat menentukan bentuk hubungan yang akan terjalin. Kepribadian
mengekspresikan pengalaman subjektif seperti kebiasaan, karakter dan perilaku. Faktor
kepribadian lebih mengarah pada bagaimana tanggapan dan respon yang akan diberikan
sehingga terjadi hubungan.
4. Stereotyping
Merupakan cara yang banyak ditemukan dalam menilai orang lain yang dilibatkan pada
kategori tertentu. Individu atau kelompok akan merespon pengalaman dan lingkungan dengan
cara memperlakukan anggota masyarakat secara berbeda atau cenderung melakukan
pengelompokan menurut jenis kelamin, kecerdasan, atau kedisiplinan.
5. Kesamaan karakter personal
Manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya. Misalnya, jika
kita menyukai orang, kita ingin mereka memiliki rasa yang sama dengan apa yang kita rasakan.
b. Faktor yang Memicu Menurunnya Hubungan Interpersonal
1. Kompetisi yang tidak sehat
Salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu keuntungan dengan mengorbankan orang lain.
2. Dominasi
Dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain, sementara pihak lain menolak
untuk di dominasi.
3. Saling menyalahkan
Dimana masing masing berusaha menyalahkan yang lain dan merasa diri paling benar sendiri.
4. Meremehkan
Dimana salah satu pihak terus menerus berbuat sesuatu yang merendahkan orang lain dan ia
ketahui bisa menyinggung perasaan yang lain.
5. Konflik
Konflik bisa timbul jika terlalu fokus pada perbedaan.

2.6 Kemampuan agar Hubungan Interpersonal Tetap Seimbang


Ada dua jenis kecakapan yang harus dimiliki seseorang agar dirinya mampu melakukan
komunikasi interpersonal dengan baik dan berhasil serta agar hubungan interpersonal tetap
seimbang, yaitu kecakapan kognitif dan kecakapan behavioral.
1. Kecakapan Kognitif, kecakapan kognitif merupakan kecakapan pada tingkat pemahaman
mengenai bagaimana cara mencapai tujuan personal dan relasional dalam berkomunikasi.
Menurut Hardjana (2007), kecakapan kognitif meliputi:
a. Empati (empathy) yaitu kecakapan untuk memahami pengertian dan perasaan orang lain tanpa
meninggalkan pandangannya sendiri.
b. Perspektif sosial (social perspective) yaitu kecakapan melihat kemungkinan-kemungkinan
perilaku yang berkomunikasi dengan dirinya.

Psikologi Pustakawan – Hubungan Interpersonal | 10


c. Kepekaan (sensitivity) terhadap peraturan atau standar yang berlaku dalam komunikasi
interpersonal.
d. Pengetahuan akan situasi pada waktu komunikasi sedang dilakukan.
e. Memonitor diri (self-monitoring) yaitu kecakapan memonitor diri sendiri untuk menjaga
ketepatan perilaku dan jeli dalam memperhatikan pengungkapan pihak yang berkomunikasi
dengannya.
2. Kecakapan Behavioral, kecakapan behavioral merupakan kecakapan berkomunikasi pada tingkat
tindakan, yang berfungsi dalam mengarahkan pelaku komunikasi untuk mencapai tujuan, baik
personal maupun relasional. Kecakapan behavioral menurut Hardjana (2007) terdiri dari:
a. Keterlibatan interaktif (interactive involment). Keterlibatan interaktif menentukan tingkat
keikutsertaan dalam proses komunikasi. Kecakapan ini meliputi
1) Sikap tanggap (responsiveness)
2) Sikap perseptif (perceptiveness)
3) Sikap penuh perhatian (attentiveness)
b. Manajemen interaksi (interaction management) ialah kecakapan yang berfungsi untuk
membantu dalam mengambil tindakan-tindakan yang berguna demi tercapainya tujuan
komunikasi.
c. Keluwesan perilaku (behavioral flexibility) adalah kecakapan yang berfungsi menentukan
tindakan yang diambil demi tercapainya tujuan komunikasi.
d. Mendengarkan (listening) yaitu kecapakan yang berfungsi untuk bias mendengarkan dan
menyelami perasaan pihak lain. Dengan kecakapan mendengarkan seseorang dapat menjadi
teman berbicara yang baik.
e. Gaya sosial (social style) yaitu kecakapan yang mengarahkan pelaku komunikasi pada perilaku
yang baik dan menarik sehingga menyenangkan pihak lain.
f. Kecemasan komunikasi (communication anxiety) adalah kecakapan yang dapat dipakai untuk
mengatasi rasa takut, cemas, malu, gugup, dan sebagainya ketika berhadapan dengan lawan
bicara.

2.7 Penerapan Hubungan Interpersonal di Perpustakaan


Dalam memberikan pelayanan kepada pemustaka yang pertama dilakukan adalah
berkomunikasi langsung kepada pemustaka atau pengguna perpustakaan, dengan adanya interaksi
yang dilakukan pustakawan dapat membantu pemustaka mencarikan informasi yang dibutuhkan,
pustakawan dapat menjalin hubungan yang baik dan membuat pemustaka merasa nyaman, senang
dan mendapat kepuasan dalam pelayanan yang diberikan oleh pustakawan di perpustakaan.
Penerapan hubungan interpersonal di dalam perpustakaan yaitu:
a. Openness (Keterbukaan)
Komunikasi interpersonal akan efektif apabila terdapat keinginan untuk membuka diri
terhadap lawan bicara, keinginan untuk bereaksi dengan jujur pada pesan yang disampaikan oleh
lawan bicara. Pustakawan memberikan sikap terbuka maksudnya pustakawan memberikan
kebebasan kepada pemustaka untuk mengakses dan menelusuri informasi yang ada di

Psikologi Pustakawan – Hubungan Interpersonal | 11


perpustakaan, memberikan pelayanan yang baik dengan mengajak pemustaka berkomunikasi
menayakan apa yang dibutuhkan, dan bersikap jujur memberikan informasi serta pustakawan juga
terbuka dengan saran saran dari pemustaka untuk memenuhi kebutuhan pemustaka.
b. Empathy (Empati)
Pustakawan seharusnya ikut merasakan apa yang orang lain rasakan. Melalui empati kita
bisa memahami baik secara emosi maupun secara intelektual apa yang pernah dialami oleh orang
lain. Empati harus diekspresikan dengan mendatangi pemustaka terlebih dahulu dan mengajak
berkomunikasi dan berempati kepada pemustaka yang sedang kebingungan mencari informasi
sehingga lawan bicara kita mengetahui bahwa kita berempati padanya untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi.
c. Supportiveness (Dukungan)
Maksudnya komunikasi interpersonal akan efektif apabila tercipta suasana yang
mendukung. Dalam berlangsungnya komunikasi antara pustakawan dengan pemustaka terjadi
pembicaraan yang santai yaitu bersikap ramah dan sopan dengan mendengaran pendapat lawan
bicara dan tidak saling memberikan penilaian terhadap pendapat yang diutarakan pustakawan
maupun pemustaka.
d. Positiveness (Rasa Positif)
Menghargai keberadaan seseorang atau pemustaka sebagai orang penting. Dengan cara
menyapa pemustaka yang berkunjung dengan rasa positif dan menganggap mereka sebagai orang
penting yang harus diperlakukan dengan baik dan secara personal, mengajak pemustaka
berkomunikasi.
e. Equality (Kesetaraan)
Pada saat pustakawan memulai komunikasi, pustakawan seharusnya tidak membeda-
bedakan pemustaka yang diajak berkomunikasi atau yang sedang dilayani, harus disadari bahwa
semua orang bernilai dan memiliki sesuatu yang penting yang bisa diberikan pada orang lain.

Psikologi Pustakawan – Hubungan Interpersonal | 12


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hubungan interpersonal merupakan hubungan antara dua orang atau lebih yang memiliki
ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten. Hubungan
interpersonal ditandai dengan adanya ketergantungan, pemahaman sifat, saling mengenali satu sama
lain, dan kerjasama. Hubungan interpersonal harus saling menguntungkan satu sama lain, tidak boleh
ada pihak yang dirugikan. Hubungan interpersonal juga diterapkan dalam pelayanan perpustakaan,
interaksi yang terjadi yaitu ketika pustakawan membantu pemustaka dalam mencari informasi yang
dibutuhkan, menjalin hubungan yang baik, membuat pemustaka merasa nyaman dan puas dengan
pelayanan yang diberikan oleh pustakawan.
3.2 Saran
Pustakawan yang baik harus mampu menerapkan hubungan interpersonal dengan baik.
Seperti mempelajari secara detail keterampilan komunikasi interpersonal, agar pemustaka lebih
nyaman dan merasa senang saat berada di perpustakaan. Pustakawan harus mengurangi sikap
negatif, seperti kurangnya sikap empati kepada pemustaka.

Psikologi Pustakawan – Hubungan Interpersonal | 13


DAFTAR PUSTAKA

“Stages of Relationships.” 2021. SUNY New Paltz & SUNY Oswego. September 7, 2021. Diakses
dari https://socialsci.libretexts.org/@go/page/66590, 3/10/2021/pk.17.21
Wulandari, Rustini & Rahmi, Amelia. (2018). RELASI INTERPERSONAL DALAM PSIKOLOGI
KOMUNIKASI. Islamic Communication Journal. 3. 56. 10.21580/icj.2018.3.1.2678.
http://digilib.uinsby.ac.id/2451/2/Bab%202.pdf, 30/9/2021/pk.13.42
http://effiatijuliana.blog.uma.ac.id/category/komunikasi-interpersonal/, 1/10/2021/pk.20.38
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/, 2/10/2021/pk.10.20
https://repository.uksw.edu/, 2/10/2021/pk.10.00
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/dae6f2f5d291bc2f46a0b5c790e1af9c.pdf,
2/10/2021/pk.07.20

Psikologi Pustakawan – Hubungan Interpersonal | 14

You might also like