You are on page 1of 9

MAKALAH

METODE ASSESMEN PRAKTEK MENGKONTRUKSI SOAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Evaluasi dan Assesmen Pendidikan Dasar
dengan Dosen Pengampu Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 3

Yulia Hendarsah (0103522042)


Ainin Trifila Muchoiriyah (0103522062)
Yeti Tiara (0103522064)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DASAR


PASCASARJANA S2 PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022

BAB I
PEBDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode asesmen atau penilaian pada tingkat Sekolah Dasar (SD) memiliki peran yang pentin
g dalam menilai kemampuan siswa dan mengukur pencapaian pembelajaran. Metode asesme
n dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas pembelajaran, memonitor perkembangan sis
wa, serta memberikan masukan bagi pengembangan program pembelajaran.

Dalam pembuatan soal untuk asesmen, perlu memperhatikan beberapa hal, seperti keterkaitan
soal dengan kompetensi yang ingin diukur, kemampuan siswa dalam menjawab soal, tingkat
kesukaran soal, serta kejelasan dan kecukupan soal yang dibuat.

Selain itu, metode asesmen pada tingkat SD harus mempertimbangkan kesiapan dan kondisi s
iswa, sehingga format soal yang digunakan harus mudah dipahami dan relevan dengan kuriku
lum yang berlaku. Metode asesmen juga harus dilakukan secara periodik agar dapat memberi
kan gambaran perkembangan siswa dan memberikan masukan bagi pengembangan program
pembelajaran.

Dalam memilih metode asesmen pada tingkat SD, perlu memperhatikan beberapa faktor, sepe
rti tujuan asesmen, kemampuan siswa, kebutuhan pembelajaran, serta ketersediaan sumber da
ya yang diperlukan. Metode asesmen dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti uji tulis,
uji lisan, observasi, atau portofolio, yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Dalam kesimpulannya, metode asesmen pada tingkat SD harus memperhatikan berbagai fakt
or yang relevan dengan pembelajaran siswa dan menggunakan metode yang sesuai dengan tuj
uan asesmen dan kemampuan siswa. Dengan melakukan asesmen yang baik, diharapkan dapa
t meningkatkan kualitas pembelajaran dan pencapaian siswa pada tingkat SD.

B. Pembahasan

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan asesmen atau penilaian te
rhadap konstruksi soal pada tingkat Sekolah Dasar (SD), di antaranya:
1. Validitas: Memeriksa apakah soal yang dibuat sesuai dengan standar kurikulum atau s
tandar pembelajaran pada jenjang SD.
2. Reliabilitas: Mengukur konsistensi dan akurasi dalam penggunaan soal. Salah satu car
a untuk mengukur reliabilitas adalah dengan menggunakan uji coba soal atau dengan
menggunakan metode analisis instrumen.
3. Keefektifan: Memeriksa apakah soal yang dibuat efektif dalam menilai kemampuan si
swa pada kompetensi yang diukur.
4. Kelengkapan: Memastikan bahwa soal yang dibuat mencakup seluruh aspek yang ingi
n diukur dan tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit dalam jumlah soal.
5. Kesesuaian format: Memastikan bahwa format soal yang digunakan sesuai dengan ke
mampuan siswa pada jenjang SD, misalnya dengan menggunakan gambar atau pilihan
ganda.
6. Tingkat kesukaran: Memastikan bahwa tingkat kesukaran soal disesuaikan dengan ke
mampuan siswa pada jenjang SD agar tidak terlalu mudah atau terlalu sulit.
7. Keterbacaan: Memastikan bahwa soal yang dibuat mudah dipahami dan jelas bagi sis
wa.

Dalam melakukan asesmen atau penilaian terhadap konstruksi soal pada tingkat SD, perlu dil
akukan dengan hati-hati dan menggunakan berbagai macam metode agar kualitas soal yang di
hasilkan dapat meningkat dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa.
tujuan metode assesmen SD.

Tujuan metode asesmen pada tingkat Sekolah Dasar (SD) adalah untuk mengukur kemampua
n dan pencapaian siswa dalam menguasai materi pembelajaran yang telah diajarkan. Tujuan i
ni dapat diperinci sebagai berikut:

1. Menilai kemampuan siswa: Melalui metode asesmen, dapat diketahui sejauh mana ke
mampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran, sehingga dapat diberikan ban
tuan atau pengajaran tambahan jika diperlukan.
2. Memberikan masukan bagi guru dan sekolah: Hasil asesmen dapat memberikan masu
kan bagi guru dan sekolah untuk mengembangkan program pembelajaran yang lebih e
fektif dan efisien, serta meningkatkan kualitas pengajaran.
3. Meningkatkan motivasi belajar siswa: Dengan mengetahui kemampuan dan pencapaia
n siswa melalui metode asesmen, siswa dapat lebih termotivasi untuk belajar dan men
guasai materi pembelajaran.
4. Menentukan arah pengembangan kurikulum: Metode asesmen dapat memberikan info
rmasi bagi pengembangan kurikulum yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa dan p
erkembangan zaman.
5. Memantau perkembangan siswa: Dengan melakukan asesmen secara berkala, perkem
bangan siswa dapat terpantau dengan baik, sehingga dapat diambil langkah-langkah p
erbaikan dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Jenis dan Teknik Evaluasi Pembelajaran
1. Jenis-Jenis Evaluasi Jenis evaluasi selalu dikaitkan dengan fungsi dan tujuan evaluasi. Ada
bermacam jenis evaluasi yang secara garis besar setidaknya dapat dibagi menjadi 5 jenis
yaitu :

a. Evaluasi Formatif,
yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok bahasan, tujuannya untuk
mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pokok bahasan tertentu. Informasi

dari evaluasi formatif dapat dipakai sebagai umpan balik bagi pengajar mengenai proses
pengajaran.

b. Evaluasi Sumatif,
yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir satuan program tertentu, (catur wulan, semester
atau tahun ajaran), tujuannya untuk melihat prestasi yang dicapai peserta didik selama satu
program yang secara lebih khusus hasilnya akan merupakan nilai yang tertulis dalam raport
dan penentuan kenaikan kelas.

c. Evaluasi Diagnostik,
yaitu penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemahan siswa dan faktor-faktor yang diduga
menjadi penyebabnya, dilakukan untuk keperluan pemberian bimbingan belajar dan
pengajaran remidial, sehingga aspek yang dinilai meliputi kemampuan belajar, aspek-aspek
yang melatarbelakangi kesulitan belajar yang dialami anak serta berbagai kondisi khusus
siswa.

d. Evaluasi penempatan (placement), yaitu penilaian yang ditujukan untuk menempatkan


siswa sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya, misalnya

dalam pemilihan jurusan atau menempatkan anakpada kerja kelompok dan pemilihan
kegiatan tambahan. Aspek yang dinilai meliputi bakat, minat, kesanggupan, kondisi phisik,
kemampuan dasar, keterampilan dan aspek khusus yang berhubungan dengan proses
pengajaran.

e. Evaluasi Seleksi,
yakni penilaian yang ditujukan untuk menyaring atau memilih orang yang paling tepat pada
kedudukan atau posisi tertentu. Evaluasi ini dilakukan kapan saja diperlukan. Aspek yang

dinilai dapat beraneka ragam disesuaikan dengan tujuan seleksi, sebab tujuannya adalah
memilih calon untuk posisi tertentu, karena itu analisis dari evaluasi ini biasanya
menggunakan kriteria yang bersifat relatif atau berdasar norma kelompok.

2. Teknik Evaluasi
Dilihat dari tekniknya, evaluasi proses dan hasil belajar dibedakan menjadi dua macam yaitu
dengan Teknik Tes dan Non Tes namun pada umumnya pengajar lebih banyak menggunakan
tes sebagai alat ukur dengan rasional bahwa tes memiliki efektivitas waktu yang tinggi dari
ada teknik lainnya.

a. Teknik tes
adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang dites, dan berdasarkan

hasil menunaikan tugas-tugas tersebut, akan dapat ditarik kesimpulan tentang aspek tertentu
pada orang tersebut. Tes sebagai alat ukur sangat banyak macamnya dan luas
penggunaannya.

b. Teknik non-tes

dapat dilakukan dengan observasi baik secara langsung ataupun tak langsung, angket ataupun
wawancara. Dapat pula dilakukan dengan Sosiometri, teknik non tes digunakan sebagai
pelengkap dan digunakan sebagai pertimbangan tambahan dalam pengambilan keputusan
penentuan kualitas hasil belajar, teknik ini dapat bersifat lebih menyeluruh pada semua aspek
kehidupan anak. Dalam Kurikulum 2013 teknik non-tes disarankan untuk banyak digunakan.

Dalam kesimpulannya, metode asesmen pada tingkat SD memiliki tujuan yang sangat penting
dalam mengevaluasi kemampuan dan pencapaian siswa serta memberikan masukan bagi peng
embangan program pembelajaran yang lebih baik. Metode asesmen harus dilakukan secara pe
riodik dan sesuai dengan kebutuhan siswa agar dapat memberikan manfaat yang optimal.

Berikut adalah beberapa langkah praktik dalam mengonstruksi soal pada tingkat Sekolah Das
ar (SD):

1. Tentukan tujuan asesmen: Sebelum mengonstruksi soal, tentukan terlebih dahulu


tujuan asesmen dan kompetensi apa yang ingin diukur dari siswa.
2. Buat daftar topik dan subtopik: Buat daftar topik dan subtopik yang akan diukur
dalam soal. Pastikan topik dan subtopik tersebut relevan dengan tujuan asesmen.
3. Pilih jenis soal yang akan digunakan: Pilih jenis soal yang akan digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa. Beberapa jenis soal yang biasa digunakan pada tin
gkat SD antara lain, soal pilihan ganda, soal uraian, soal isian singkat, dan soal
matching.
4. Buat petunjuk dan instruksi dengan jelas: Buat petunjuk dan instruksi yang jelas
dan mudah dipahami oleh siswa. Pastikan instruksi dan petunjuk tersebut sesuai
dengan jenis soal yang digunakan.
5. Buat soal dengan tingkat kesukaran yang bervariasi: Buat soal dengan tingkat ke
sukaran yang bervariasi, mulai dari soal yang mudah hingga soal yang sulit. Past
ikan soal mudah dipahami dan dapat dijawab oleh siswa dengan kemampuan ya
ng berbeda-beda.
6. Cek kembali kejelasan dan kecukupan soal: Setelah mengonstruksi soal, cek ke
mbali kejelasan dan kecukupan soal. Pastikan soal telah mengukur kompetensi y
ang diinginkan dan tidak mengandung ambigu atau informasi yang kurang jelas.
7. Ujicobakan soal: Ujicobakan soal pada beberapa siswa untuk mengukur keefekti
fan soal dalam mengukur kemampuan siswa.
8. Evaluasi hasil asesmen: Setelah menguji soal, lakukan evaluasi terhadap hasil as
esmen dan perbaiki soal yang masih kurang efektif dalam mengukur kemampua
n siswa.

Dalam kesimpulannya, mengonstruksi soal pada tingkat Sekolah Dasar (SD) membutuhkan p
erencanaan dan penerapan yang cermat agar dapat mengukur kemampuan siswa dengan efekt
if dan efisien. Penting untuk mempertimbangkan kejelasan, kecukupan, dan tingkat kesukara
n soal serta menguji soal pada siswa untuk memastikan keefektifan soal.

Berikut adalah beberapa keuntungan dari praktek mengonstruksi soal pada tingkat Sekolah D
asar (SD):

1. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan soal: Dengan sering mengon


struksi soal, guru akan semakin terlatih dalam mengembangkan soal yang berkualitas
dan dapat mengukur kemampuan siswa secara efektif.
2. Menyesuaikan soal dengan kompetensi yang diinginkan: Dengan mengonstruksi soal,
guru dapat menyesuaikan soal dengan kompetensi yang diinginkan dan memastikan b
ahwa soal tersebut dapat mengukur kemampuan siswa secara akurat.
3. Menjaga konsistensi pengukuran: Dengan mengonstruksi soal secara teratur, guru dap
at menjaga konsistensi pengukuran dan memastikan bahwa pengukuran kemampuan s
iswa dilakukan dengan cara yang sama dan objektif.
4. Memberikan umpan balik bagi siswa: Hasil asesmen yang didapat dari soal yang diko
nstruksi dapat memberikan umpan balik yang berharga bagi siswa tentang kemampua
n mereka dalam menguasai materi pembelajaran.
5. Meningkatkan efektivitas pembelajaran: Soal yang dikonstruksi dengan baik dapat me
ningkatkan efektivitas pembelajaran dengan mengidentifikasi kelemahan siswa dan m
embantu guru dalam mengembangkan strategi pengajaran yang lebih efektif.
6. Mengukur tingkat pemahaman siswa secara individu: Soal yang dikonstruksi dapat m
engukur kemampuan siswa secara individu, sehingga guru dapat memberikan bantuan
atau pengajaran tambahan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa.

Dalam kesimpulannya, praktek mengonstruksi soal pada tingkat Sekolah Dasar (SD) memilik
i banyak keuntungan, seperti meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan soal, m
enjaga konsistensi pengukuran, memberikan umpan balik bagi siswa, meningkatkan efektivit
as pembelajaran, dan mengukur tingkat pemahaman siswa secara individu. Oleh karena itu, p
enting bagi guru untuk sering mengonstruksi soal dan mengembangkan teknik-teknik dalam
mengonstruksi soal agar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi siswa dan proses pem

belajaran

Beberapa kendala yang dapat dihadapi dalam mengonstruksi soal pada tingkat Sekolah Dasar
(SD) antara lain:

1. Keterbatasan pengetahuan dan pemahaman guru: Guru mungkin tidak memiliki penge
tahuan yang cukup dalam beberapa bidang atau topik yang diujikan. Hal ini dapat me
nghambat kemampuan guru dalam mengonstruksi soal yang efektif dan berkualitas.
2. Kesulitan dalam menyesuaikan soal dengan level pemahaman siswa: Guru mungkin
mengalami kesulitan dalam menyesuaikan soal dengan level pemahaman siswa. Soal
yang terlalu sulit atau terlalu mudah tidak dapat mengukur kemampuan siswa secara a
kurat.
3. Keterbatasan waktu: Guru mungkin memiliki keterbatasan waktu dalam mengonstruk
si soal, terutama jika harus membuat soal untuk banyak kelas atau mata pelajaran. Hal
ini dapat menyebabkan kualitas soal menurun dan kurang efektif dalam mengukur ke
mampuan siswa.
4. Keterbatasan sumber daya: Guru mungkin memiliki keterbatasan sumber daya dalam
mengonstruksi soal, seperti keterbatasan buku referensi atau akses ke teknologi yang
diperlukan dalam membuat soal yang efektif.
5. Kesulitan dalam mengukur kemampuan soft skill siswa: Soft skill seperti kemampuan
berkomunikasi dan berkolaborasi seringkali sulit untuk diukur melalui soal tertulis. H
al ini dapat menghambat kemampuan guru dalam mengukur kemampuan siswa secara
lengkap.
6. Tantangan dalam membuat soal yang beragam dan inovatif: Soal yang terlalu monoto
n dan tidak menantang dapat membuat siswa kehilangan minat dan motivasi dalam be
lajar. Oleh karena itu, guru perlu membuat soal yang beragam dan inovatif agar dapat
mempertahankan minat dan motivasi siswa dalam belajar.

Dalam mengatasi kendala-kendala tersebut, guru dapat mengembangkan keterampilan dan te


knik dalam mengonstruksi soal, seperti meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang t
opik yang diujikan, memanfaatkan sumber daya yang tersedia, dan membuat soal yang berag
am dan inovatif. Selain itu, guru juga dapat mengembangkan berbagai metode asesmen yang
berbeda untuk mengukur kemampuan siswa secara komprehensif, termasuk penggunaan meto
de asesmen yang tidak bersifat tertulis.

C. Kesimpulan

Mengonstruksi soal untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) memerlukan keterampilan dan pemaha
man yang baik tentang materi yang diajarkan serta kemampuan untuk menyesuaikan soal den
gan level pemahaman siswa. Ada beberapa kendala yang dapat dihadapi dalam mengonstruks
i soal, seperti keterbatasan pengetahuan dan sumber daya, kesulitan dalam mengukur kemam
puan soft skill siswa, dan kesulitan dalam membuat soal yang beragam dan inovatif. Namun,
dengan meningkatkan keterampilan dan teknik dalam mengonstruksi soal, serta dengan meng
embangkan berbagai metode asesmen yang berbeda, guru dapat mengatasi kendala-kendala te
rsebut dan mempertahankan minat dan motivasi siswa dalam belajar.
Daftar Pustaka

1. Anwar, K. (2018). Teknik Membuat Soal Tes. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


2. Azwar, S. (2018). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
3. Purnomo, Y., & Jazimah. (2019). Peningkatan Kualitas Soal pada Mata Pelajaran IPA
melalui Pelatihan Pengembangan Tes Berbasis Kompetensi. Jurnal Pendidikan IPA In
donesia, 8(2), 175-184.
4. Sanjaya, W. (2018). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
5. Suryawati, E., Sunardi, & Martono, S. (2019). Peningkatan Kualitas Soal Ulangan den
gan Pendekatan Kontekstual pada Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidi
kan Dasar Nusantara, 4(1), 69-78.
6. Wibowo, A. (2019). Strategi Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: PT Presta
si Pustakarya.
7. Yunita, R. (2019). Peningkatan Kualitas Soal Ulangan Harian Matematika melalui Pe
nggunaan Model Inkuiri Terbimbing. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 6(1), 53-6
3.

You might also like