Pasal Tanggapan Hasil Kritisi dari UU yang lain Usulan/Penjelasan Bagian Kesatu Pembentukan Pasal 406 (1) Komite kebijakan sektor Kesehatan merupakan wadah koordinasi dan komunikasi dalam rangka akselerasi pembangunan dan memperkuat ketahanan sistem Kesehatan. (2) Komite kebijakan sektor Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyelenggarakan pencegahan dan penanganan berbagai permasalahan kebijakan di bidang Kesehatan. (3) Komite kebijakan sektor Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. (4) Komite kebijakan sektor Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. Menteri sebagai ketua merangkap anggota; b. Kepala lembaga pemerintahan nonkementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan makanan sebagai anggota; c. Kepala lembaga pemerintahan nonkementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan kependudukan dan keluarga berencana nasional sebagai anggota; d. Ketua dewan jaminan sosial nasional sebagai anggota; dan e. Direktur utama badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan sebagai anggota. Bagian Kedua Tugas dan Wewenang Pasal 407 Komite kebijakan sektor Kesehatan bertugas mengoordinasikan pelaksanaan akselerasi pembangunan dan memperkuat ketahanan sistem Kesehatan. Pasal 408 (1) Komite kebijakan sektor Kesehatan berwenang: a. melakukan penelaahan terhadap berbagai informasi dan data yang relevan atau berpengaruh terhadap proses akselerasi pembangunan Kesehatan; menyusun strategi pencapaian dan prioritas program dan kegiatan pembangunan Kesehatan; b. menetapkan kriteria dan indikator untuk penilaian pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan Kesehatan; c. melakukan penilaian terhadap kondisi stabilitas dan ketahanan sistem kesehatan; d. menetapkan langkah koordinasi untuk mencegah krisis kesehatan dan memperkuat ketahanan sistem Kesehatan; e. merekomendasikan Pemerintah Daerah melalui menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri untuk mendukung pelaksanaan akselerasi pembangunan dan memperkuat ketahanan sistem Kesehatan; dan f. melakukan koordinasi peningkatan program kesehatan masyarakat terutama yang bersifat promotif dan preventif dalam rangka akselerasi pembangunan dan memperkuat ketahanan sistem Kesehatan. (2) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Komite kebijakan sektor Kesehatan dapat melakukan koordinasi kepada kementerian/lembaga, dan pemangku kepentingan terkait. Pasal 409 (1) Komite kebijakan sektor Kesehatan menyelenggarakan rapat secara berkala atau sewaktu-waktu. (2) Rapat secara berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan 1 (satu) kali setiap 3 (tiga) bulan. (3) Rapat sewaktu-waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan berdasarkan permintaan anggota Komite kebijakan sektor Kesehatan. Pasal 410 Ketua komite kebijakan sektor Kesehatan melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Presiden paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau sewaktu-waktu jika diperlukan. Pasal 411 Ketentuan lebih lanjut mengenai komite kebijakan sektor Kesehatan diatur dengan Peraturan Presiden. BAB XV PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal Tanggapan Hasil Kritisi dari UU yang lain Usulan/Penjelasan
Pasal 412 (1) Masyarakat berperan serta, baik secara perorangan maupun terorganisasi dalam segala bentuk dan tahapan pembangunan Kesehatan dalam rangka membantu mempercepat pencapaian derajat Kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. (2) Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup keikutsertaan secara aktif dan kreatif. BAB XVI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal Tanggapan Hasil Kritisi dari UU yang lain Usulan/Penjelasan
Bagian Kesatu Pembinaan Pasal 413 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan terhadap masyarakat dan setiap penyelenggaraan kegiatan yang berhubungan dengan Sumber Daya Kesehatan dan Upaya Kesehatan termasuk Kewaspadaan Wabah, penanggulangan Wabah, dan kegiatan pasca-Wabah secara terpadu dan berkesinambungan. Pasal 414 (1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 413 diarahkan untuk: a. meningkatkan akses dan memenuhi kebutuhan setiap orang terhadap Sumber Daya Kesehatan dan Upaya Kesehatan; b. menggerakkan dan melaksanakan penyelenggaraan Upaya Kesehatan; c. meningkatkan mutu Pelayanan Kesehatan dan Tenaga Kesehatan; dan d. melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi Kesehatan. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui: a. komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat; b. sosialisasi dan advokasi; c. penguatan kapasitas dan bimbingan teknis; d. konsultasi; dan/atau e. pendidikan dan pelatihan. Pasal 415 (1) Dalam rangka pembinaan, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat memberikan penghargaan kepada orang atau badan yang telah berjasa dalam setiap kegiatan mewujudkan tujuan pembangunan Kesehatan, termasuk kegiatan Kewaspadaan Wabah, penanggulangan Wabah, dan pasca- Wabah. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Pengawasan Pasal 416 (1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan terhadap masyarakat dan setiap penyelenggaraan kegiatan yang berhubungan dengan Sumber Daya Kesehatan dan Upaya Kesehatan berdasarkan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. (2) Lingkup pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. ketaatan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk ketaatan pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat; b. ketaatan terhadap standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika, dan disiplin profesi; c. dampak Pelayanan Kesehatan oleh Tenaga Kesehatan; d. evaluasi penilaian kepuasan pelanggan; e. akuntabilitas dan kelayakan penyelenggaraan Upaya Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan; dan f. objek pengawasan lain sesuai kebutuhan. (3) Dalam melaksanakan pengawasan, Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dapat mengikutsertakan masyarakat. Pasal 417 Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 416, dapat mengangkat tenaga pengawas dengan tugas pokok untuk melakukan pengawasan terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan Sumber Daya Kesehatan dan Upaya Kesehatan. Pasal 418 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 417, tenaga pengawas mempunyai fungsi: a. memasuki Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan yang berhubungan dengan penyelenggaraan Upaya Kesehatan; b. memeriksa perizinan yang dimiliki oleh Tenaga Kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Pasal 419 Setiap orang yang bertanggung jawab atas tempat dilakukannya pemeriksaan oleh tenaga pengawas mempunyai hak untuk menolak pemeriksaan apabila tenaga pengawas yang bersangkutan tidak dilengkapi dengan tanda pengenal dan surat perintah pemeriksaan. Pasal 420 Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan adanya dugaan atau patut diduga adanya pelanggaran hukum di bidang Kesehatan, tenaga pengawas wajib melaporkan kepada penyidik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Pasal 421 Ketentuan mengenai pelaksanaan pengawasan kegiatan yang berhubungan dengan Sumber Daya Kesehatan dan Upaya Kesehatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 422 (1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berdasarkan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dapat mengenakan sanksi administratif terhadap Tenaga Kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (2) Ketentuan mengenai pengenaan sanksi administratif terhadap Tenaga Kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.