You are on page 1of 12

I S S N : 2477-1376

V ol. 1 | No.2

Pengalaman Komunikasi Terapeutik


Perawat Orang Lanjut Usia
Antar Venus*
Dina Nabilah**

*Universitas Padjadjaran
**Universitas Padjadjaran

ARTICLE INFO ABSTRACT


Keywords: -
Therapeutic communication, nication to patients has been carried out in Indonesia, research trying
communication experience, to explore the experience of the elderly nurse communication has never
communication of geriatric been done. Though the geriatric is a practitioner who has interacted daily
with elderly patients thus have therapeutic communication experience
that deserves to be explored. By using phenomenology, the study de-

communication activities for elderly patients in Sasana Tresna Werdha


Jakarta. Data was collected through interviews. The informants of this
research are interviewed about 45-90 minutes. In the interview the in-
formant’s provide their personal experience that contribute to the suc-
cess of their therapeutic communication. Based on this study, we found
ten important themes in therapeutic communicate with elderly patients,
-
tion and humor, taboo communication, respect, caring, clarity, empathy
and build rapport. The ten themes above we made to three (3) things that
email:
venusantar@yahoo.com
become the main learning and the essence in this study. 3 (three) it was
planned, caring, and empathy are the answer to the research question.
Meskipun beberapa penelitian yang terkait pengaruh komunikasi te-
rapeutik untuk pasien telah dilakukan di Indonesia, peneliti mencoba
untuk mengeksplorasi pengalaman komunikasi perawat lansia belum
pernah dilakukan. Meskipun geriatrik adalah seorang praktisi yang te-
lah berinteraksi setiap hari dengan pasien lanjut usia sehingga memiliki
pengalaman komunikasi terapeutik yang layak untuk dijelajahi. Dengan
menggunakan fenomenologi, penelitian menggambarkan pengalaman
lima perawat geriatri dalam melakukan kegiatan komunikasi terapeutik
untuk pasien lanjut usia di Sasana Tresna Werdha Jakarta. Data di-
kumpulkan melalui wawancara. Informan penelitian ini diwawancarai
tentang 45-90 menit. Dalam wawancara informan memberikan penga-
laman pribadi mereka yang berkontribusi terhadap keberhasilan komu-
nikasi terapeutik mereka. Berdasarkan penelitian ini, kami menemukan
sepuluh tema penting dalam terapi berkomunikasi dengan pasien usia
lanjut, yaitu: komunikasi yang direncanakan, untuk mengetahui, ob-
servasi, apresiasi dan humor, komunikasi tabu, menghormati, peduli,
kejelasan, empati dan membangun hubungan. Sepuluh tema di atas kita
Jurnal Communicate dibuat untuk tiga (3) hal yang menjadi pembelajaran utama dan esensi
Volume 1 Nomor 2 dalam penelitian ini. 3 (tiga) itu direncanakan, peduli, dan empati me-
Januari-Juni 2016 rupakan jawaban untuk pertanyaan penelitian.
ISSN. 2477-1376
hh. 75–86

-75-
Jurnal Communicate Volume 1 No.2 Juni 2016

lak datangnya masa tua, kelompok ini


tidak mau menerima realitas yang ada
Ide untuk melakukan penelitian ini ber-
(Hurlock, 2010). Apapun pilihan sikap
awal ketika peneliti sedang mengun-
yang diambil dalam menghadapi usia
jungi salah satu panti werdha di daerah
tua, proses ini berlangsung tidak mudah
Jakarta. Peneliti melihat seorang nenek
karena banyaknya penyesuaian yang
sedang menangis tersedu-sedu sam-
harus dilakukan sejalan dengan penu-
bil menggenggam handphone. Peneliti
runan kemampuan dalam menjalani hi-
hanya termenung memandangi sosok
dup sehari-hari (NIoH, 2012).
nenek tersebut dari jauh, tidak lama ke-
mudian datang seorang perawat yang Badan kesehatan dunia (WHO) mene-
menenangkan nenek tersebut sambil tapkan 65 tahun sebagai usia yang me-
mengusap punggung dan membisikkan nunjukkan proses penuaan yang ber-
kata-kata secara lembut. Berselang tidak langsung secara nyata dan seseorang
lama kemudian nenek tersebut menjadi telah disebut lanjut usia. Lansia banyak
tenang dan berhenti menangis. Peneli- menghadapi berbagai masalah kesehat-
ti langsung menyadari bahwa terdapat an yang perlu penanganan segera dan
peran komunikasi yang membawa dam- terintegrasi. Organisasi Kesehatan Du-
pak besar bagi kehidupan seorang lan- nia (WHO) menggolongkan lanjut usia
jut usia. Peneliti mulai bertanya-tanya menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (mid-
dalam hati bagaimana seorang perawat dle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elder-
tersebut mampu melakukan komunika- ly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75
si yang dapat menenangkan orang lan- – 90 tahun dan usia sangat tua (very old)
jut usia. diatas 90 tahun. Secara umum kondi-
Para ahli komunikasi menyebut cara ko-
masa lanjut usia mengalami penurun-
munikasi yang dilakukan perawat terse-
an. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
but merupakan komunikasi terapeutik
perubahan umum yaitu: (1) Perubahan
yakni komunikasi yang ditujukan untuk
penampilan pada bagian wajah, tubuh,
memperkuat rasa aman, kesejahteraan,
dan persendian, (2) Perubahan bagi-
kebergunaan, kepercayaan, dan rasa
an dalam tubuh seperti sistem saraf:
mampu diri orang-orang lanjut usia
otak, isi perut: limpa, hati, (3) Perubah-
yang dalam berbagai hal mengalami pe-
an fungsi panca inderawi: penglihatan,
nurunan kemampuan dalam menjalani
pendengaran, perasa, penciuman, pe-
hidup (Hammer, Fox, dan Hampton,
rabaan, dan sensitivitas terhadap rasa
2014).
sakit, (4) Perubahan motorik antara lain
Pada masa tua seseorang mengalami penurunan kekuatan, kecepatan, belajar
- keterampilan baru, dan kekakuan, ser-
dikit demi sedikit sehingga tidak dapat ta (5) Perubahan mental dalam belajar,
melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Se- berpikir dalam memberi argumentasi,
cara umum orang lanjut usia dalam me- kreativitas, ingatan, mengingat kembali,
niti kehidupannya dapat dikategorikan mengenang, rasa humor, perbendahara-
dalam dua macam sikap. Pertama, masa an kata, dan kekerasan mental.
tua akan diterima dengan wajar melalui
Salah satu terapi yang dapat digunakan
kesadaran yang mendalam, sedangkan
untuk menurunkan kecemasan pada
yang kedua, manusia usia lanjut dalam
lansia adalah dengan komunikasi tera-
menyikapi hidupnya cenderung meno-

-76-
Antar Venus & Dina Nabilah/Pengalaman Komunikasi Terapeutik Perawat Orang Lanjut Usia

peutik. Komunikasi terapeutik perawat sendiri dalam hal peningkatan derajat


dimaksudkan untuk membantu pasien. kesehatan, mempererat hubungan atau
Komunikasi terapeutik berfokus pada interaksi antara pasien dengan perawat
(Tilley dan Watson, 2004).
emosional dari pasien. Dengan memiliki
keterampilan berkomunikasi terapeu-
tik, perawat akan lebih mudah menjalin Penelitian ini berfokus pada penggali-
hubungan saling percaya dengan klien, an pengalaman komunikasi terapeutik
memberikan kepuasan profesional da- perawat lanjut usia. Data yang dikum-
lam pelayanan ke perawatan dan akan pulkan terkait dengan bagaimana para
meningkatkan profesi. (Sherko, Sotiri, perawat tersebut menjalani dan memak-
dan Lika, 2013). nai pengalaman berkomunikasi mere-
ka dalam interaksi dengan pasien lan-
Komunikasi terapeutik telah menjadi
jut usia sehari-hari. Oleh karena tujuan
syarat kompetensi bagi perawat di ber-
penelitian ini berfokus pada eksplorasi
bagai panti atau sasana orang lanjut
pengalaman maka metode yang diguna-
usia yang dikelola secara profesional
kan dalam penelitian ini adalah fenome-
di berbagai belahan dunia (Hammer et
nologi.
al., 2014). Panti atau sasana seperti ini
umumnya menggunakan pendekatan Melalui pendekatan fenomenologi
gerontologis (ilmu tentang orang lanjut maka penelitian ini didesain dengan
usia) dan menjadikannya sebagai dasar menggunakan bentuk pemaparan em-
dalam pengelolaan sasana orang lanjut pat tingkat, yakni; Horizontalisasi, pe-
usia. Panti profesional umumnya me- nyajian pernyataan penting (
mahami bahwa para lansia yang tinggal statements), analisis tema, dan reduksi
terpisah dari keluarga besarnya (extend- fenomenologis atau pernyataan esensi
ed family) memiliki tingkat kecemas- pengalaman (Moustakas, 1994). Hori-
an dan problem psikososial yang lebih zontalisasi adalah tahap penyajian data
tinggi (McDougall, 2003). secara keseluruhan dimana seluruh data
mendapat tempat dan perlakukan yang
Panti werdha berperan sebagai tem-
sama. Berikutnya tahap kedua yang pe-
pat untuk pemeliharaan dan perawatan
nyajian yakni pemi-
lansia sebagai tempat rehabilitasi jangka
lahan dan pemilihan segala pernyataan
panjang yang tetap memelihara kehi-
informan yang disampaikan dalam wa-
dupan masyarakat meskipun di sisi lain
wancara yang dianggap relevan dengan
masyarakat menilai negatif apabila me-
pertanyaan penelitian. Analisis tematik
masukkan orang tua di Panti Werdha.
merupakan langkah ketiga. Tema da-
Salah satu layanan yang ada di Sasana
lam hal ini diartikan sebagai kategori-
Tresna Werdha Karya Bhakti adalah pe-
sasi yang luas tentang tentang perasaan,
rawat (tenaga kesehatan) profesional dan
pikiran dan makna yang merepresen-
proporsional yang sigap untuk memban-
tasikan inti dari pengalaman masing-
tu pasien. Salah satu bentuk komunikasi
-masing subjek penelitian. Tema dalam
yang seorang perawat jalankan adalah
konteks ini menjadi penting karena akan
komunikasi terapeutik untuk membantu
memudahkan peneliti melakukan pe-
pasien lansia untuk mengurangi beban
metaan tentang pengalaman subjek dan
perasaan dan pikiran, mempengaruhi
juga memfokuskan peneliti melakukan
penggalian lebih dalam tentang peng-

-77-
Jurnal Communicate Volume 1 No.2 Juni 2016

alaman khusus subjek yang memiliki komunikasi terapeutik secara berbeda.


kesamaan dengan subjek lainnya. Se- ia menyatakan bahwa komunikasi te-
dangkan esensi merupakan kristalisasi rapeutik adalah asuhan keperawatan
beberapa tema yang singkat dan padat yang bersifat tulus’. Informan Rara dan
- SWH menyatakan bahwa komunikasi
ruhan data untuk menggali tema-tema terapeutik adalah berarti perencanaan.
penting tersebut diperoleh dari hasil Komunikasi terapeutik menurutnya
wawancara langsung dengan sumber adalah tindakan komunikasi yang khas
informasi tangan pertama. yang berbeda dengan jenis komunikasi
lainnya (Hammer et al., 2014). Terlebih
Penelitian dilakukan pada tanggal 5
bila komunikasi tersebut dilakukan de-
Pebruari-30 Maret 2016 di Sasana Tres-
ngan orang lanjut usia.
na Werdha Karya Bhakti Ria Jakarta.
Pengumpulan data dilakukan melalaui Berdasarkan data hasil wawancara da-
wawancara kepada kelima informan pat dikatakan bahwa ada tiga kategori
(TS, SWH, LM, UMB, dan Rara) masing- pemaknaan pasien terhadap komuni-
-masing dengan durasi antara 45-90 me- kasi terapeutik yakni sebagai “syarat”
nit. dalam berinteraksi dengan pasien lanjut
usia; sebagai “pengasuhan’ yang tulus”
dan sebagai tindakan komunikasi yang
Berdasarkan hasil analisis terhadap “terencana”.
data wawancara, peneliti kemudian
Pengalaman komunikasi yang dimiliki
mengelompokkan data hasil penelitian
oleh perawat di STW Karya Bhakti Ria
ke dalam dua aspek sesuai pertanya-
Jakarta tercipta dari hasil adaptasi serta
an penelitian, yakni: (1) terkait dengan
kegiatan-kegiatan antara pasien lansia
pemaknaan mereka terhadap komuni-
dengan perawat yang sudah pernah
kasi terapeutik yang dilakukan; dan (2)
dilakukannya. Selain itu didukung de-
pengalaman perawat dalam berkomu-
ngan pemahaman akan konsep kepe-
nikasi dengan pasien lanjut usia dalam
rawatan lansia itu sendiri yang sudah
tugas keperawatan sehari-hari.
dipelajari saat di bangku kuliah. Para
Untuk pertanyaan pertama terkait pe- informan menyatakan bahwa komuni-
maknaan mereka terhadap komunikasi kasi dengan klien/pasien membutuhkan
terapeutik yang dilakukan. Informan kesediaan diri untuk mendengarkan,
TS, SWH dan Rara menyebut komuni- mencari tahu dan menggali pikiran,
kasi terapeutik sebagai “syarat” untuk pengalaman, pendapat atau persepsi
membangun hubungan dengan orang klien tentang berbagai hal yang diper-
lanjut usia. Pendekatan komunikasi cakapkan. Sementara LM menceritakan
yang tidak terapeutis akan menimbul- bahwa dalam berkomunikasi dengan
kan berbagai masalah psikologis yang klien dia selalu berusaha untuk berko-
membuat suasana emosional pasien ter- munikasi secara santai, mengalir dan
ganggu (McDougall, 2003). alam kaitan terbuka. Sementara SWH hanya menga-
ini informan TS menyatakan “Komunika- takan singkat “Pokoknya Dengarkan dan
si di panti ini harus dilakukan untuk tuju- jangan menggurui klien”
an memberdayakan, membentuk sikap opti-
Hampir semua informan menyatakan
mis, dan membuat pasien bergairah dalam
perlunya menggunakan humor serta
hidup…. “ Informan UMB memaknai
apresiasi selama proses komunikasi de-

-78-
Antar Venus & Dina Nabilah/Pengalaman Komunikasi Terapeutik Perawat Orang Lanjut Usia

ngan lansia. Informan LM mengung- diberikan oleh informan LM adalah se-


kapkan bahwa humor adalah salah satu baiknya apabila memang terpaksa harus
cara yang dapat membuat pasien lanjut menanyakan hal pribadi, gunakan kata
usia tersenyum dan tidak memikirkan ‘maaf’ sebelum berkomunikasi
masalahnya. Senada dengan informan
Dari hasil wawancara peneliti menyim-
LM, Informan SWH juga menyatakan
pulkan saat berkomunikasi dengan
hal yang sama. Humor digunakan oleh
lanjut usia sebaiknya hindari pertanya-
para perawat untuk berkomunikasi agar
an sensitif tentang kehidupan pribadi
suasana cair, santai, serta dapat meng-
mereka. lebih baik membiarkan Beliau
alihkan beban pikiran lanjut usia. Sela-
yang menceritakan terlebih dahulu dan
in itu tidak hanya humor, memberikan
bersikap terbuka, apabila harus mena-
pujian dan apresiasi adalah salah satu
nyakan kehidupan pribadi sebaiknya
bentuk komunikasi yang disenangi oleh
menggunakan kata maaf sebelum me-
pasien lanjut usia menurut keterangan
mulai berkomunikasi.
informan UMB. Senada dengan infor-
man UMB, informan LM menyatakan Peneliti mengamati bahwa sepertinya
pujian adalah salah satu hal yang positif pasien lanjut usia lebih mudah me-
bagi pasien lansia namun tentu saja pu- ngantuk daripada pasien dewasa atau
jian yang digunakan tetap dalam batas anak-anak. Peneliti mencoba menanya-
sewajarnya. kan waktu efektif untuk berkomunikasi
kepada informan, hasilnya cukup be-
Dari hasil wawancara tersebut peneliti
ragam ada informan yang menyatakan
mengambil kesimpulan bahwa komu-
opininya di pagi hari, ada informan
nikasi yang disenangi oleh pasien lanjut
yang menyatakan opininya di sore hari.
usia adalah komunikasi yang menggu-
Namun semua informan setuju bahwa
nakan humor, apresiasi atau pujian serta
waktu yang dihindari untuk berkomu-
menunjukkan perhatian kepada dirinya.
nikasi adalah siang hari.
Semua informan penelitian menyatakan
bahwa komunikasi yang sebaiknya di- Informan LM menyatakan bahwa waktu
hindari dengan pasien lansia adalah istirahat pasien lanjut usia adalah siang
Komunikasi yang mengangkat topik hal hari, sehingga saat siang hari mereka
yang sensitif tentang kehidupan pribadi cenderung lebih mudah mengantuk dan
pasien. tidak ‘nyambung’ apabila diajak ber-
bicara Sejalan dengan UMB yang juga
Pasien lanjut usia di STW Karya Bhakti
mengatakan bahwa siang adalah waktu
Ria cukup banyak yang memiliki status
istirahat untuk lansia
tidak menikah sehingga semua perawat
mewanti-wanti kepada tamu yang ber- Dari hasil wawancara peneliti menyim-
kunjung contohnya adalah mahasiswa, pulkan sebaiknya apabila ingin me-
dokter yang sedang melaksanakan ko- nyampaikan pesan atau berkomunikasi
-Ass, serta mahasiswa yang sedang kerja dengan pasien lanjut usia tidak dilaku-
praktik untuk tidak mengangkat topik -
yang cukup sensitif tersebut. Berkomu- nikasi terapeutik yang sudah peneliti
nikasi dengan pasien lanjut usia sebaik- jabarkan sebelumnya, peneliti menyim-
nya membiarkan untuk Beliau saja yang pulkan terdapat perencanaan sebelum
mulai bercerita dan menjadi seseorang memulai proses berkomunikasi. Peneliti
yang good listener. Salah satu solusi yang

-79-
Jurnal Communicate Volume 1 No.2 Juni 2016

menggali bagaimana proses perencana- pertemuan dengan pasien. Seperti yang


an komunikasi tersebut. telah kita ketahui terdapat dua bentuk
komunikasi yaitu komunikasi verbal
Perencanaan komunikasi terapeutik
dan komunikasi non verbal. Perawat di
adalah mempelajari dokumen tentang
STW Karya Bhakti menggunakan komu-
pasien sebelum memulai proses komu-
nikasi secara verbal dan didukung pula
nikasi, observasi perilaku pasien se-
dengan komunikasi non verbal untuk
hari-hari sebelum mulai berkomunika-
berinteraksi dengan pasien sehari-hari
si, serta membuat rencana pertemuan
dengan pasien (Hammer et al., 2014). Perawat lanjut usia di STW Karya Bhak-
Perawat tidak bisa sembarangan saja ti Ria menghormati pasien lanjut usia
langsung memulai komunikasi dengan yang berusia puluhan tahun di atas usia
pasien lansia tanpa mempelajari kondisi mereka sehingga mereka selalu meng-
- gunakan Bahasa Indonesia yang sopan
kang diri pasien seperti status, keluarga antara perawat dan pasien. Dengan de-
dan sebagainya. Hal ini dilakukan un- mikian tidak ada penggunaan bahasa
tuk menghindari terjadinya miss commu- informal seperti antara teman meskipun
nication antara perawat dengan pasien. mereka berinteraksi sehari-hari, pernya-
Apabila perawat tidak mengetahui latar taan ini didukung oleh informan UMB.
belakang pasien, ditakutkan menanya- Senada dengan informan TS juga meng-
kan hal yang sensitif tentang diri beliau, ungkapkan hal yang sama.
hal ini dinyatakan oleh informan TS. In-
Keberhasilan komunikasi verbal dipe-
forman LM juga mengatakan perlunya
ngaruhi oleh kecepatan berbicara saat
mempelajari dokumen adalah untuk
berkomunikasi, terlebih pasien lanjut
-
usia yang memiliki gangguan pende-
sik seperti gangguan pendengaran dan
ngaran, apabila berbicara terlalu cepat,
gangguan penglihatan sehingga dapat
mereka tidak dapat membaca gerak
diketahui sebelum dilaksanakan komu-
bibir dan menangkap suara. Informan
nikasi.
UMB dan Rara mengatakan berbicara
Informan Rara mengatakan ia meng- kepada lanjut usia yang pendengaran-
amati terlebih dahulu perilaku pasien nya kurang baik secara pelan-pelan agar
sehari-hari sebelum berkomunikasi de- ia dapat membaca gerak bibir. Intonasi
ngan pasien lansia. Informan UMB me- suara perawat lembut untuk berkomu-
nyatakan bahwa sebelum ia melakukan nikasi dengan pasien lanjut usia, na-
komunikasi sebelumnya ia akan mem- mun terkadang tergantung pula apabila
buat kontrak terlebih dahulu dengan berbicara dengan pasien yang memiliki
pasien lansia. Kontrak tersebut berupa gangguan pendengaran terkadang nada
kontrak waktu, tempat dan kontrak tu- suara agak ditinggikan agar pasien da-
juan pat mendengar lebih jelas
Dari hasil wawancara, peneliti menarik Peneliti menarik kesimpulan saat ber-
kesimpulan proses perencanaan komu- interaksi dengan pasien lanjut usia ber-
nikasi terapeutik berupa mempelajari bicara secara pelan dan jelas dengan
dokumen tentang pasien sebelum me- bahasa yang sopan serta menggunakan
mulai proses komunikasi, observasi pe- nada suara yang lembut. Komunikasi
rilaku pasien sehari-hari sebelum mulai non verbal dapat disampaikan dengan
berkomunikasi, lalu membuat rencana

-80-
Antar Venus & Dina Nabilah/Pengalaman Komunikasi Terapeutik Perawat Orang Lanjut Usia

beberapa cara yaitu ekspresi wajah, sen- meskipun istilah yang digunakan dapat
tuhan, dan bahasa isyarat. berbeda-beda.
Komunikasi non verbal ekspresi wajah Tema yang pertama adalah tema teren-
yang positif, menggunakan sentuhan, cana Komunikasi yang dilakukan antara
posisi duduk berhadapan, mengguna- perawat dengan pasien sudah direnca-
kan bahasa isyarat untuk mendukung nakan Perawat tidak bisa sembarangan
penyampaian pesan. Wajah merupakan saja langsung memulai komunikasi de-
bagian tubuh yang paling ekspresif dan ngan pasien lansia tanpa mempelajari
sering digunakan sebagai dasar penting
komunikasin antar pribadi. Perawat latar belakang diri pasien seperti status,
selama berkomunikasi dengan lansia keluarga dan sebagainya. Hal ini dilaku-
mengungkapkan mereka tersenyum kan untuk menghindari terjadinya miss
hanya ingin mengungkapkan ekspresi communication antara perawat dengan
wajah yang positif dan hanya disesuai- pasien. Apabila perawat tidak menge-
kan saja. Perawat LM dan Rara meng- tahui latar belakang pasien, ditakutkan
ungkapkan walau niat positif untuk menanyakan hal yang sensitif tentang
tersenyum namun ia takut diremehkan diri beliau. Perawat mengatakan ia
apabila terlalu sering dilakukan yang mempersiapkan diri sebaik-baiknya
penting menunjukkan ekspresi wajah dalam artian melupakan masalah priba-
positif. di sebelum berinteraksi dengan pasien
agar tidak berpengaruh saat proses ber-
Kasih sayang, dukungan emosional,
komunikasi.
dan perhatian diberikan melalui sentuh-
an. Perawat Rara dan LM memberikan Perawat mempelajari dokumen sehing-
sentuhan ketika berkomunikasi dengan -
pasien lanjut usia seperti sentuhan/be- kologi pasien sebelum berkenalan. In-
laian kasih sayang di tangan atau tepuk forman TS , LM dan Rara mempelajari
di punggung, Perawat Rara dan LM me- dokumen terlebih dahulu atau minimal
ngatakan ia memberikan sentuhan di ta- memperhatikan pasien tersebut sehari-
ngan saat berkomunikasi dengan lansia. -hari sebelum memulai berkomunikasi.
Hal ini dilakukan agar mencegah kesa-
Berdasarkan pemaparan pengalaman
lahpahaman sehingga menyebabkan ke-
kelima informan penelitian ini, peneliti
gagalan pesan yang ingin disampaikan.
mengemukakan adanya tema-tema pen-
Sementara UMB membuat kontrak wak-
ting yang menjadi pengalaman bersama
tu dan tempat serta menjelaskan mau
para informan. Tema-tema tersebut di-
membicarakan hal apa sebelum berin-
ungkapkan berulang-ulang dan saling
teraksi dengan pasien latar belakang,
menguatkan. Dari pemaparan tersebut
tema-tema yang menonjol di antaranya
perilaku sebelum melakukan komuni-
adalah terencana, mencari tahu, eksplo-
kasi.
rasi, observasi, memberikan apresiasi
dan humor, tabu komunikasi, respek, Tahap selanjutnya adalah tahap orienta-
caring, kejelasan, empati, dan memba- si yaitu tahap perkenalan dengan pasi-
ngun rapport. Kesebelas tema ini selan- en, beberapa perawat juga menamakan
jutnya akan diulas secara khusus dalam tahap bina hubungan saling percaya.
pembahasan berikut. Hampir semua in- Dalam tahap ini biasanya tahap mem-
forman menyatakan tema-tema tersebut perkenalkan diri, menjelaskan peran pe-

-81-
Jurnal Communicate Volume 1 No.2 Juni 2016

rawat, seperti halnya yang diungkapkan Tema berikutnya adalah tema eksplotra-
oleh informan (Tilley dan Watson, 2004). tif. Mengeksplorasi berbeda dengan
melakukan penilaian/judgment). Meng-
Selanjutnya tahap kerja adalah tahap
eksplorasi artinya mau mendengarkan
menjelaskan kegiatan sesuai dengan
secara terbuka tanpa perlu melakukan
yang direncanakan dan menanyakan
evaluasi terhadap klien atau pasien (Til-
keluhan pasien tersebut dan melakukan
ley dan Watson, 2004). Menurut STW
tindak lanjut dari keluhan pasien terse-
dan LM pasien usia Tua lebih senang
but.
didengarkan dan ditampung curahan
Tahapan yang terakhir adalah tahap hatinya tanpa evaluasi.
evaluasi atau tahap terminasi yaitu me-
Tema selanjutnya adalah Observasi.
nyimpulkan kembali hasil kegiatan be-
Observasi dalam hal ini adalah menga-
rupa evaluasi, proses, dan hasil seperti
mati langsung gerak-gerik atau perila-
yang diungkapkan.
ku pasien. Seperti apakah ia termasuk
Tema selanjutnya adalah . orang yang introvert/extrovert, menga-
Sebelum melakukan komunikasi de- mati apakah perasaannya saat akan di-
ngan pasien lanjut usia, perawat me- ajak berbicara itu sedang dalam mood
ngumpulkan data pribadi tentang klien yang baik atau apakah ia sedang sedih
- karena suatu hal hingga mengamati
ga status pernikahan. Perawat di STW dalam artian ketika pasien sedang ada
Karya Bhakti mempelajari dokumen, keluhan, perawat mengetahui bagaima-
laporan check up dengan dokter, hing- na perkembangannya hingga kondisi-
ga menanyakan pasien kepada perawat nya membaik. Tema terencana, mencari
yang sudah berinteraksi lebih dulu. Kon- tahu, dan observasi ini sebenarnya da-
pat dirangkum dalam 1 tema besar yaitu
melakukan komunikasi perawat sudah terencana.
mengetahui kekurangan atau penurun-
Dari pengalaman komunikasi perawat,
tema selanjutnya adalah
di mata, sehingga tahu apakah harus
. Menurut informan
bersuara cukup keras atau standar saja.
LM meskipun tidak semua, tetapi ke-
Selain itu juga kondisi mental apakah
banyakan pasien lanjut usia menyukai
pasien tersebut menderita gangguan
bentuk apresiasi salah satu contohnya
mental seperti schizofrenia hingga post–
adalah pujian, bahkan menurut infor-
stroke yang juga berdampak terhadap
man UMB mengungkapkan bahwa lan-
penurunan kondisi mental lansia seper-
jut usia berada di fase tumbuh kembang
ti kembali ke anak-anak. Status perni-
dimana ia ingin dapat menjadi suri tau-
kahan perawat cari tahu agar perawat
ladan sehingga apabila apresiasi kurang
tidak salah bicara apabila menanyakan
diberikan dapat menyebabkan kegagal-
keadaan cucu/keluarga pasien kepada
an tumbuh kembang. Pujian adalah sa-
lanjut usia yang memutuskan tidak me-
lah satu bentuk apresiasi kepada pasien
nikah. Menurut perawat LM ia mencari
lanjut usia, pujian sederhana, tidak ber-
tahu tentang hobi yang disukai oleh pa-
lebihan sebagai bentuk menghargai kar-
sien agar dapat mengetahui pujian yang
yanya. Sebagai contoh beberapa pasien
akan disukai oleh pasien.
lanjut usia menyukai menulis, sehingga
para direksi di STW membaca tulisan

-82-
Antar Venus & Dina Nabilah/Pengalaman Komunikasi Terapeutik Perawat Orang Lanjut Usia

mereka dan memberikan review. Hal ter- Respek menjadi tema bagi para infor-
sebut adalah salah satu bentuk apresiasi man. Mereka selalu menggunakan ba-
yang diberikan. hasa yang sopan serta bahasa tubuh
yang sopan kepada para pasien lanjut
Humor diberikan oleh perawat lansia
usia. Bahkan mereka bersikap seperti
agar komunikasi yang dijalankan men-
kepada ‘sepuh’ karena memang pasien
jadi lebih menyenangkan dan hangat.
lanjut usia berusia jauh melampaui me-
Menurut LM ia ingin meringankan be-
reka. Informan TS pun pernah menga-
ban pasien yaitu dengan candaan ka-
lami kejadian kurang menyenangkan
rena umumnya para pasien lanjut usia
karena lupa mengucapkan kata ‘permi-
mudah merasa cemas dan sedih.
si’ saat lewat di depan pasien lanjut usia,
Tentang tema , semua sehingga ia menyarankan untuk selalu
informan menyatakan bahkan membe- bersikap sopan dan santun.
rikan pesan kepada peneliti agar ketika
Respek merupakan sikap dan perilaku
berkomunikasi dengan pasien lansia
hormat kepada pasien yang harus dimi-
sebaiknya tidak menyinggung kehi-
liki oleh perawat. Sikap hormat merupa-
dupan pribadi mereka sebelum mereka
kan sikap yang perduli dan menghargai
menceritakannya sendiri. Karena hal ini
semua kebutuhan pasien. Sikap respek
dapat menyinggung perasaan mereka.
ditunjukkan dengan selalu memper-
Apabila memang sangat diperlukan se-
hatikan keluhan pasien, sesuai dengan
baiknya ungkapkan kata ‘maaf’ sebelum
prinsip perawat yang memang bekerja
memulai pembicaraan. Selain itu apabi-
untuk selalu siap melayani pasien. Rasa
la ingin menyampaikan pesan, waktu
hormat yang ditunjukkan perawat me-
yang kurang efektif adalah di siang hari
miliki arti bahwa perawat menerima pa-
karena menurut salah satu informan LM
sien tanpa syarat.
waktu di siang hari adalah waktu untuk
beristirahat pasien lansia sehingga me- Tema caring diungkapkan oleh para
reka mudah mengantuk dan terkadang informan. Perawat Rara menyatakan
‘tidak nyambung’ dengan topik yang ia ingin agar perasaan caring nya da-
dibicarakan. Beberapa informan menya- pat sampai dengan para pasien, hal ini
takan bahwa waktu yang efektif adalah ditunjukkan dengan komunikasi non
di pagi atau sore hari dan sepakat tidak verbal seperti sentuhan dan komunika-
di siang hari. si verbal berupa perhatian kepada pa-
sien. Perawat SWH pun memberikan
Pengertian tabu komunikasi sendiri
sentuhan seperti sentuhan kasih sayang
adalah suatu pantangan atau pelarang-
kepada pasien lanjut usia. Kasih sayang,
an kata atau tindakan komunikasi yang
dukungan emosional, dan perhatian
dianggap tidak diinginkan oleh suatu
diberikan melalui sentuhan. Perawat
kelompok, budaya, atau masyarakat.
memberikan sentuhan ketika berkomu-
Pelanggaran tabu biasanya tidak dapat
nikasi dengan pasien lanjut usia seperti
diterima dan dapat dianggap menye-
sentuhan/belaian kasih sayang di tangan
rang. Dalam setiap kelompok masya-
atau tepuk di punggung. Penggunaan
rakat, terdapat kata-kata tertentu yang
sentuhan saat berkomunikasi dimak-
dinilai tabu. Ketika suatu tindakan di-
sudkan untuk menunjukkan kasih sa-
katakan tabu, maka segala sesuatu yang
yang serta rasa empati di saat berkomu-
berhubungan dengan tindakan tersebut
nikasi, memberikan sentuhan pada saat
juga dianggap tabu.

-83-
Jurnal Communicate Volume 1 No.2 Juni 2016

tertentu untuk mendukung komunikasi bila individu tersebut dapat berempati.


saat pasiennya memang ada gangguan Apabila empati tersebut tumbuh dalam
- proses komunikasi antarpribadi maka
la diajak berkomunikasi seperti biasa. suasana hubungan komunikasi akan da-
pat berkembang dan tumbuh sikap sa-
Tema diungkapkan oleh para
ling pengertian dan penerimaan (Nasu,
informan. Karena menurunnya kondisi
1998).
-
si yang dilakukan pun harus jelas dan Tema terakhir yang penting adalah
apabila komunikasi secara verbal tidak membangun rapport. Rapport adalah kon-
dapat menyampaikan pesan dengan disi dimana komunikasi yang berlang-
benar harus didukung dengan komu- sung sudah sangat baik sekali sehingga
nikasi non verbal yaitu bahasa isyarat. memungkinkan terjadinya kerjasama.
Perawat UMB mengungkapkan prinsip Membangun rapport dilakukan agar
berkomunikasi dengan pasien lanjut mereka percaya sehingga apabila pera-
usia adalah dipahami apabila mereka wat meminta mereka untuk berjemur,
tidak dapat mendengarkan sehingga meminum obat, makan serta hal yang
maksimalkan gerakan tubuh. Para in- diperlukan untuk kepentingan kesehat-
forman juga menyatakan selain meng- annya, mereka mau untuk melakukan-
gunakan bahasa yang sopan, pada saat nya.
berkomunikasi hal yang penting adalah
Berdasarkan hasil penelitian dan pem-
jelas sehingga mereka dapat menangkap
bahasan mengenai kesepuluh tema
maksudnya dan sebaiknya untuk yang
peneliti menemukan bahwa bagi para
informan penelitian, komunikasi tera-
bahasa isyarat atau menunjukkan ba-
peutik berperan penting dalam dunia
rang yang dimaksud untuk mendukung
keperawatan dan diperlukan keteram-
komunikasi. Hal yang paling penting
pilan dan pengalaman untuk mendu-
dalam berkomunikasi adalah bagaima-
kung komunikasi terapeutik.
na orang dapat menangkap pesan sesu-
ai dengan harapan atau yang ada di isi
kepala kita terlebih dengan pasien lan-
jut usia yang notabene dengan keadaan Penelitian fenomenologi ini telah mem-
penurunan panca indera menjadi lebih berikan pengetahuan bahwa komuni-
sulit menangkap pesan. kasi berperan sangat penting dalam
komunikasi dengan pasien lanjut usia.
Sikap empati menjadi tema yang pen- Informan memaknai komunikasi tera-
ting berikutnya. Empati dalam konteks peutik sebagai ‘syarat’, sebagai ‘penga-
ini diartikan sebagai kemampuan un- suhan yang tulus’ dan sebagai tindakan
tuk memahami situasi mitra komuni- terencana.
kasi. Para informan menyatakan tatap-
an mata serta sentuhan dilakukan saat Penelitian ini juga berhasil mengeksplo-
berkomunikasi agar pasien dapat me- rasi sebelas tema yang penting menu-
rasakan kalau ia memahami sekali apa rut informan dalam rangka komunikasi
yang dirasakan. Dengan perasaan em- terapeutik dengan klien/pasien lanjut
pati perawat dapat menempatkan diri usia, yang meliputi; terencana, mencari
dalam suasana perasaan, pikiran, dan tahu, observasi, memberikan apresiasi
keinginan pasien sedekat mungkin apa- dan humor, tabu komunikasi, respek,
caring, kejelasan, empati, dan memba-

-84-
Antar Venus & Dina Nabilah/Pengalaman Komunikasi Terapeutik Perawat Orang Lanjut Usia

ngun rapport. Kesepuluh tema di atas Moustakas. Clark. (1994). Phenomenolo-


kemudian peneliti kerucutkan menjadi gical Researchs Methods. California:
3 (tiga) hal yang menjadi pembelajaran Sage Publications.
utama dan menjadi esensi pada peneliti-
National Institute of Health (NIoH).
an ini. 3 (tiga) hal itu adalah
(2012). Talking with your older patien-
dan yang menjadi jawab-
ts. US: Department of Health and
an atas pertanyaan penelitian ini. Kese-
Human Services.
luruhan tema penelitian tersebut apabi-
la di kristalisasi maka akan ditemukan Nasu, H. (1998). Amplifying the “Socio-
esensi komunikasi terapeutik perawat logical aspect of literature” with the
untuk klien lanjut usia yakni sebagai concept of social relationship. In L.
tindakan komunikasi yang menekankan Soci-
pentingnya dialog yang menekankan ological aspect of literature” (pp. 129-
pentingnya aspek hubungan (relations- 148). Netherlands: Springer.
hip) di atas aspek isi pesan (message con-
tent) (Nasu, 1998). Kesimpulan ini pada Sherko, E., Sotiri, E., and Lika, E. (2013).
dasarnya sejalan dengan pemikiran ko- Therapeutic communication. JAHR-
munikasi terapeutik Wachtel (2011) dan European Journal of Bioethics, 4(7),
Tamparo dan Lindh (2008) yang meng- 457-465.
anggap aspek dialogis sebagai faktor Tamparo, Carol T, dan Wilburta Q. Lindh.
terpenting dalam komunikasi terapeu- (2008). Therapeutic communication for
tik dengan klien lanjut usia. health professional. New York: Cang-
age Learning.

Hammer, M., Fox, S., and Hampton, M. D. Tilley, S. and Watson, R. (2004). Acco-
(2014). Use of a therapeutic commu- untability in nursing and midwifery.
nication simulation model in pre- Oxford: Wiley-Blackwell.
-licensure psychiatric mental health Wachtel, P. L. (2011). Therapeutic Commu-
nursing: Enhancing strengths and nication. New York: The Guildford
transforming challenges. Nursing Press
and Health 2(1), 1-8.
.
Hurlock, E. B. (2010). Developmental psy-
chology: A Life-Span Approach. New
Delhi: Tata McGraw-Hill Education
Pvt. Ltd.

in the assesment and treatment of


trauma reactions. Clinical Psychology
and Psychoteraphy, 3(3), 196-207.
McDougall, W. (2003). An introduction to
social psychology. New York: Dover
Publications.

-85-
Jurnal Communicate Volume 1 No.2 Juni 2016

-86-

You might also like