You are on page 1of 3

2.

2 Morfologi Tanah

Morfologi tanah mencakup studi tentang ciri-ciri fisik, kimia, dan komposisi tanah
serta struktur yang ada di dalamnya. Dalam analisis morfologi, kita memperhatikan berbagai
komponen utama seperti horison tanah, tekstur, struktur, dan warna tanah. Melalui analisis
morfologi, kita dapat mengidentifikasi berbagai komponen dan sifat-sifat yang membentuk
tanah. Morfologi tanah melibatkan penelitian yang meliputi fisik tanah, horison tanah,
tekstur, struktur, dan warna (Monger et al., 2015). Adapun morfologi yang diamati adalah
tekstur tanah, warna tanah, struktur tanah, ph, dan konsistensi tanah.
Pengaruh tekstur tanah terhadap morfologi tanah sangat signifikan. Tekstur tanah
mengacu pada ukuran partikel yang ada dalam tanah, yaitu liat, debu, dan pasir. Ukuran
partikel akan berpengaruh terhadap sifat fisik tanah seperti drainase, kapasitas penyimpanan
air, dan kemampuan pertukaran ion. Tekstur tanah akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
akar, kapasitas tahan air dan kemampuan infiltrasi air. Tanah yang berpasir memiliki
kapasitas tahan air yang lebih rendah dan infiltrasi yang lebih cepat jika dibandingkan dengan
tanah yang kaya liat, tanah kaya liat memiliki kapasitas tahan air yang lebih tinggi dan
infiltrasi yang lebih lambat (Haridjaja et al., 2013).
Warna tanah terhadap morfologi tanah juga sangat penting. Warna tanah tidak hanya
memberikan informasi visual, tetapi juga dapat melihat proses yang terjadi dalam tanah,
seperti kandungan bahan organik, drainase, dan oksidasi. Warna tanah dapat menunjukkan
komposisi mineral dan tingkat oksidasi. Misalnya, warna tanah kecoklatan seringkali terkait
dengan keberadaan senyawa besi yang teroksidasi, sementara warna kelabu atau biru
kehijauan adalah kondisi tanah yang kurang teroksidasi atau reduksi. Bahan organik sangat
berperan penting dalam menciptakan kesuburan tanah. Selain itu, peranan bahan organik bagi
tanah sangat berkaitan dengan perubahan baik itu sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis,
dan sifat kimia tanah serta bahan organik yang merupakan pembentuk granulasi dalam tanah
dan memiliki peran penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil (Tolaka, 2013).

Struktur tanah merupakan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang
terkandung pada tanah. Struktur tanah terbentuk karena penggabungan butir-butir primer
tanah oleh pengikat tanah menjadi agregat primer. Bagian-bagian ini terbentuk dari
penggabungan butir-butir lebih kecil yang disebut agregat primer. Pengukuran struktur tanah
didekati dengan sejumlah parameter, seperti bentuk dan ukuran agregat, stabilitas agregat,
persentase agregasi, porositas (BV, BJ), dan juga kemampuan menahan air. Struktur tanah
yang baik adalah mengandung udara dan air dalam jumlah cukup dan seimbang serta mantap.
Struktur seperti ini hanya terdapat pada ruang pori-pori besar dengan perbandingan yang
sama antara pori-pori makro dan mikro serta tahan terhadap kekuatan tetesan air hujan.
Apabila tanah memiliki struktur yang kurang baik maka akar tanaman akan sulit menembus
tanah yang mengakibatkan terhambatnya perkembangan akar (Marlina et al., 2015). Selain
itu struktur yang baik mempunyai perbandingan antara padatan, air dan udara yang sama.
Struktur tanah dibedakan menjadi: 

a. Struktur lempeng (platy) 


b. Struktur prismatik (prismatic) 
c. Struktur tiang (columnar) 
d. Struktur gumpal bersudut (angula blocky) 
e. Struktur gumbal Membulat (subangular blocky) 
f. Struktur granular 
g. Struktur remah (cumb) 
h. Struktur pejal (massive) 
Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel tanah dan
ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk oleh tekanan berbagai kekuatan yang
mempengaruhinya. Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi
butir-butir tanah dengan daya adhesi butir- butirtanah dengan benda lain. (Hardjowigeno,
2003). Konsistensi tanah di lokasi penelitian pada kondisi basah tergolong agak lekat, pada
kondisi lembab tergolong gembur, dan pada kondisi kering tergolong lunak. Menurut
Yarangga et al. (2021), Kondisi konsistensi tanah yang agak lekat, berarti pada saat
pengolahan tanah, hanya sedikit partikel tanah yang melekat pada alat pengolahan. Untuk
konsistensi gembur dan lunak, berarti kondisi ini memudahkan untuk melakukan pengolahan
tanah baik secara mekanik maupun tradisional. 
Haridjaja, O., Baskoro, D. P. T., & Setianingsih, M. (2013). Perbedaan Nilai Kadar Air
Kapasitas Lapang Berdasarkan Metode Alhricks, Drainase Bebas, Dan Pressure
Platepada Berbagai Tekstur Tanah Dan Hubungannya Dengan Pertumbuhan Bunga
Matahari (Helianthus Annuusl.). Jurnaltanah Lingkungan, 15(2), 52–59.
Marlina, N., Aminah, R. I. S., Rosmiah, & Setel, L. R. (2015). Aplikasi Pupuk Kandang
Kotoran Ayam pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis Hypogeae L.) . Biosaintifika,
7(2), 136–141.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Yarangga, P., Bachri, S., Tola, K. S. K., & Tukayo, R. K. (2021). Karakteristik sifat fisik dan
pH tanah pada kebun percobaan Anggori Universitas Papua. Jurnal Agrotek, 9(1), 33-
38. 

Tolaka, W., Wardah, W., & Rahmawati, R. (2013). Sifat Fisik Tanah Pada Hutan Primer,
Agroforestri dan Kebun Kakao di SUBDAS Wera Saluopa Desa Leboni Kecamatan
Pamona Puselemba Kabupaten Poso. Jurnal Warta Rimba, 1(1).

You might also like