You are on page 1of 17

TUGAS MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN

CACAT KONSTRUKSI
“STRUKTUR BANGUNAN”
(Dr. Mardiana Amir, S.T., M.T.)

Disusun Oleh:

MEGA SHINE PAYUNGALLO (41218015)

D4 MANAJEMEN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2022
STRUKTUR BANGUNAN

Struktur adalah bagian-bagian yang membentuk bangunan. Pada prinsipnya,

elemen struktur berfungsi untuk mendukung keberadaan elemen nonstruktur yang

meliputi elemen tampak, interior, dan detail arsitektur sehingga membentuk satu

kesatuan. Setiap bagian struktur bangunan tersebut juga mempunyai fungsi dan

peranannya masing-masing.

Kegunaan lain dari struktur bangunan yaitu meneruskan beban bangunan dari

bagian bangunan atas menuju bagian bangunan bawah, lalu menyebarkannya ke

tanah. Perancangan struktur harus memastikan bahwa bagian-bagian sistem

struktur ini sanggup mengizinkan atau menanggung gaya gravitasi dan beban

bangunan, kemudian menyokong dan menyalurkannya ke tanah dengan aman.

Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah (lower structure)

dan struktur atas (upper structure). Struktur bawah (lower structure) yang

dimaksud adalah struktur bangunan yang berada di bawah permukaan tanah,

sedangkan yang dimaksud dengan struktur atas (upper structure) adalah struktur

bangunan yang berada di atas permukaan tanah. Setiap komponen tersebut

memiliki fungsi yang berbeda-beda di dalam sebuah struktur.

Suatu bangunan gedung beton bertulang yang berlantai banyak sangat rawan

terhadap keruntuhan jika tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu,

diperlukan suatu perencanaan struktur yang tepat dan teliti agar dapat memenuhi

kriteria kekuatan (strenght), kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety), dan

umur rencana bangunan (durability).


Beban-beban yang bekerja pada struktur seperti beban mati (dead load), beban

hidup (live load), beban gempa (earthquake), dan beban angin (wind load) menjadi

bahan perhitungan awal dalam perencanaan struktur untuk mendapatkan besar dan

arah gaya-gaya yang bekerja pada setiap komponen struktur, kemudian dapat

dilakukan analisis struktur untuk mengetahui besarnya kapasitas penampang dan

tulangan yang dibutuhkan oleh masing-masing struktur (Gideon dan Takim, 1993).

Perencanaan struktur atas harus mengacu pada peraturan atau pedoman standar

yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan bangunan beton bertulang, yaitu

Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton SK SNI T-15-1991-03, Peraturan

Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, Peraturan Perencanaan Tahan Gempa

Indonesia untuk Gedung tahun 1983, dan lain-lain (Istimawan, 1999).

A. Struktur Bawah (Lower Structure)

Struktur bawah gedung umumnya terdapat beberapa pekerjaan, yaitu:

 Pondasi (tiang pancang, bore pile, pondasi telapak, dll)

 Pile Cap dan Sloof

 Raft Fondation (jika ada)

 Struktur Terowongan/Basement (jika ada)

 Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall)

 Waterproofing (umumnya waterproofing membrane atau integral)

1. Pondasi

Pengertian umum pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang

terhubung langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di

bwah permukaan tanah yang berfungsi memikul beban bangunan yang ada
diatas nya. Pondasi harus di perhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan

bangunan terhadap beban bangunan itu sendiri, beban-beban bangunan,

gaya-gaya luar seperti tekanan angin gempa bumi, dan lain-lain. Di samping

itu, tidak boleh adanya penurunan level melebihi batas yang diizinkan.

Agar kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi bangunan

harus diletakkan pada tanah yang cukup keras, padat, dan kuat mendukung

beban bangunan tanpa menimbulkan penurunan yang berlebih. Pondasi

merupakan struktur dari bangunan yang sangat penting, karena fungsinya

adalah menopang bangunan yang ada diatasnya.maka proses pembangunan

nya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Cukup kuat menahan muatan geser akibata muatan tegak kebawah.

b. Dapat menyesuaikan pergerakan tanah yang tidak stabil.

c. Tahan terhadap perubahan cuaca.

d. Tahan terhadap pengaruh bahan kimia.

Suatu sistem harus menjamin dan mampu mendukung bangunan yang

ada diatasnya. Untuk itu pondasi harus kuat, stabil, dan aman agar tidak
mengalami penurunan, tidak mengalami patah karena akan sulit untuk

memperbaiki sistem pondasi. Pembuatan pondasi harus berdasarkan

beberapa hal berikut:

a. Berat bangunan yang akan di pikul oleh pondasi.

b. Jenis tanah dan dan daya dukung tanah.

c. Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempet.

d. Alat dan tenaga kerja yang tersedia.

e. Lokasi dan lingkungan pekerjaan.

f. Waktu dan biaya pekerjaan.

Hal yang penting berkaitan dengan pondasi adalah apa yang disebut soil

investigation atau penyelidikan tanah. Pondasi harus di letakkan pada tanah

yang keras dan padat. Untuk mengetahui letak/kedalaman tanah yang keras

dan tgangan tanah/daya dukung tanah, maka perlu diadakannya

penyelidikan tanah, yaitu dengan cara:

a. Pengeboran (Driling), dari lubang hasil pengeboran akan di ketahui

contoh-contoh tanah yang kemudian dikirim ke laboratorium mekanika

tanah.

b. Percobaan Penetrasi (Penetration Test), dengan cara menggunakan alat

yang disebut Sondir Statik Penetrometer. Ujungnya berupa conus yang

ditekan masuk ke dalam tanah, dan secaa otomatis akan dibaca hasil

sondir tegangan tanah.


2. Sloof

Sloof adalah struktur bangunan yang penempatannya tepat berada di

atas fondasi. Tie beam atau sloof adalah elemen krusial pada struktur dasar

bangunan. Umumnya, sloof tersusun dari beton bertulang horizontal

kemudian diletakkan di atas fondasi. Sebagian besar sloof yang

diaplikasikan sekarang memakai bahan beton bertulang dengan perhitungan

yang sesuai ketentuan pondasi SNI.

Jenis-jenis sloof, antara lain:

a. Sloof Beton Bertulang

Pada rumah tidak bertingkat dengan pondasi batu kali, sloof yang

digunakan berasal dari beton bertulang yang memiliki tinggi 15-20 cm.

Jenis sloof ini juga seringkali dimanfaatkan sebagai balok pengikat

pondasi tiang.
b. Sloof Batu Bata

Batu bata mungkin memang cocok sebagai bahan pembangunan

dinding. Namun, sloof yang berasal dari bata dinilai kurang kuat jika

digunakan dalam pembangunan rumah. Apalagi dilihat dari sifatnya

yang mudah lembab.

c. Sloof Kayu

Sloof kayu biasanya dipakai pada rumah panggung berfondasi tiang

kayu. Apabila sloof kayu berposisi pada fondasi lajur yang terbuat dari

batu atau beton, pilihlah balok tunggal.

3. Struktur Terowongan/Basement

Konstruksi terowongan/basement sering merupakan solusi yang

ekonomis guna mengatasi keterbatasan lahan dalam pembangunan gedung.

Tapi sebagai struktur bawah bangunan, desain maupun pelaksanaan

konstruksi terowongan/basement perlu dilakukan dengan memperhitungkan


banyak hal. Disamping aspek teknis dari terowongan/basement itu sendiri,

tidak kalah pentingnya adalah aspek lingkungannya. Mutu pekerjaan pada

konstruksi terowongan/basement akan sangat mempengaruhi umur dari

terowongan/basement tersebut.

Pengendalian terhadap mutu terpadu sangat diperlukan untuk mencapai

produk konstruksi mutu tinggi dan dapat diandalkan. Beberapa hal yang

berkaitan dengan galian terowongan/basement yang perlu diperhatikan

adalah beban dan metode galian. Beban tersebut biasanya berupa beban

terbagi rata, beban titik, dan beban garis dan beban terbagi rata memanjang.

Sedangkan metode galian dimana dibagi menjadi: open cut, kantilever,

angker, dan strut.

Pemilihan metode galian disesuaikan dengan perencanaan bangunan

dan konsdisi di lapangan. Pada metode galian terowongan/basement ada

beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain: jenis tanah, kondisi

proyek, muka air tanah, besar tekanan tanah yang bekerja, waktu

pelaksanaan, analisa biaya dan sebagainya.

Beberapa masalah yang timbul dalam pelaksanaan pembuatan galian

terowongan/basement, seperti penurunan permukaan tanah disekitar galian

yang dapat menyebabkan kerusakan struktural pada bangunan dekat galian,

dan retaknya saluran dan sarana yang lain. Salah satu penyebabnya adalah

penurunan permukaan air tanah disekitar galian akibat pemompaan selama

konstruksi. Untuk mencegah masalah yang timbul maka metode pemilihan

dewatering sangan menentukan.


B. Struktur Atas (Upper Structure)

Struktur atas suatu bangunan ialah seluruh bagian struktur yang berada di atas

muka tanah. Struktur atas ini terdiri atas kolom, plat, balok serta dinding geser,

yang masing-masing mempunyai kiprah yang sangat penting.

1. Kolom

Kolom adalah komponen yang memiliki kiprah krusial dalam suatu

bangunan. Keruntuhan pada kolom artinya lokasi paling kritis yang dapat

menyebabkan keruntuhan pada bangunan. Fungsi kolom ialah penerus

beban seluruh bangunan ke pondasi. Kolom termasuk struktur utama buat

meneruskan berat bangunan serta beban lain mirip beban hayati, serta beban

hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak

sampai roboh.

Struktur pada kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya ialah adonan

antara material yang tahan tarikan serta tekanan. Besi merupakan material

yang tahan tarikan, sedangkan beton ialah material yang tahan tekanan.
campuran kedua material ini pada struktur beton memungkinkan kolom atau

bagian struktural lain seperti sloof dan balok mampu menahan gaya.

2. Balok

Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok

merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan

pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat

horizontal bangunan akan beban-beban. Balok juga memiliki beberapa jenis

yaitu:

Balok sederhana, balok yang bertumpu pada kolom ujung-ujungnya, dengan

satu ujung bebas berotasi dan tidak memiliki momen tahan. Seperti struktur

statis lainya nilai dari semua reaksi pergeseran dan momen untuk balok

sederhana adalah tidak tergantung bentuk penampang material.

a. Balok Kantilever, balok yang diproyeksikan atau struktur kaku lainnya

didukung dengan hanya satu ujung tetap.

b. Balok Teritisan, balok sederhanya yang memanjang yang melewati

kolom tumpuannya.
c. Balok Bentang Tersuspensi, balok sederhana yang ditopang oleh

teristisan dari dua bentang dengan konstruksi sambungan pin pada

momen nol.

d. Balok Kontinu, balok yang memanjang secara menerus melewati lebih

dari dua kolom tumpuan untuk menghasilkan kekakuan yang lebih besar

dan momen yang lebih kecil dari serangkaian balok tidak menerus

dengan beban yang sama.

Balok terbagi beberapa macam yaitu:

a. Balok Kayu

Balok kayu menopang papan atau dek structural. Balok dapat ditopang

oleh balok induk, tiang, atau dinding penopang beban.

b. Balok Baja

Balok baja menopang dek baja atau papan beton pracetak. Balok dapat

ditopang oleh balok induk (girder), kolom, atau dinding penopang

beban.

c. Balok Beton

Plat beton yang dicor di tempat dikategorikan menurut bentangan dan

bentuk cetakannya.

3. Plat lantai

Plat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom

bangunan. Ketebalan plat lantai ditentukan oleh:

a. Besar lendutan yang diijinkan.

b. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung.


c. Bahan konstruksi dan plat lantai.

Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat dibedakan menjadi empat, yaitu:

a. Plat Kaku

Pelat kaku merupakan plat tipis yang memilikki ketegaran lentur

(flexural rigidity) dan memikul beban dengan aksi dua dimensi terutama

dengan momen dalam (lentur dan puntir) dan gaya geser transversal

yang umumnya sama dengan balok.

b. Membran

Membran merupakan plat tipis tanpa ketegaran lentur dan memikul

beban lateral dengan gaya geser aksial dan gaya geser terpusat. Aksi

pemikul beban ini dapat didekati dengan jaringan kabel yang tegang

karena ketebalannya yang sangat tipis membuat daya tahan momennya

dapat diabaikan.
c. Plat Fleksibel

Plat flexibel merupakan gabungan pelat kaku dan membran dan

memikul beban luar dengan gabungan aksi momen dalam, gaya geser

transversal dan gaya geser terpusat, serta gaya aksial. Struktur ini sering

dipakai dalam industri ruang angkasa karena perbandingan berat dengan

bebannya menguntungkan.

d. Plat Tebal

Plat tebal merupakan pllat yang kondisi tegangan dalamnya menyerupai

kondisi kontinu tiga dimensi.

4. Dinding Geser

Dinding Geser (shear wall) adalah suatu struktur balok kantilever tipis

yang langsing vertikal untuk menahan gaya lateral. Biasanya dinding geser

berbentuk persegi panjang, box core suatu tangga, elevator atau shaft

lainnya. Dan biasanya diletakkan di sekeliling lift, tangga atau shaft guna
menahan beban lateral tanpa mengganggu penyusunan ruang dalam

bangunan.

Usaha untuk memonolitkan antara profil dengan beton pada struktur

dinding geser, diberikan kabel pada dinding yang berupa baja mutu tinggi.

Dengan pemberian profil sebagai tambahan untuk pengaku dalam menahan

gaya lateral. Dinding geser dengan penambahan profil memberikan hasil

kapasitas yang jauh lebih besar dibandingkan penampang dinding geser

biasa dengan selisih beda 100% yang bisa dilihat pada diagram interaksi

momen (Mn) dan beban axial (Pn). Perbedaan tersebut didapat dengan

menarik garis linear pada diagram tersebut.

Dengan adanya dinding geser yang kaku pada bangunan, sebagian besar

beban gempa akan terserap oleh dinding geser tersebut. Perencanaan geser

pada dinding struktural untuk bangunan tahan gempa didasarkan pada

besarnya gaya dalam yang terjadi akibat beban gempa. Namun, dalam

prakteknya masih terdapat keraguan akan keandalan hasil desain dinding

geser berdasarkan konsep ini. Hal ini menyebab kan masih disyaratkannya

konsep desain kapasitas untuk perencanaan dinding geser dalam berbagai

proyek gedung tinggi di Indonesia. Menurut konsep desain kapasitas, kuat

geser dinding didesain berdasarkan momen maksimum yang paling

mungkin terjadi di dasar dinding.

Dalam prakteknya dinding geser selalu dihubungkan dengan sistem

rangka pemikul momen pada gedung. Dinding struktural yang umum

digunakan pada gedung tinggi adalah dinding geser kantilever dan dinding
geser berangkai. Dinding geser beton bertulang kantilever adalah suatu

subsistem struktur gedung yang fungsi utamanya adalah untuk memikul

beban geser akibat pengaruh gempa rencana. Kerusakan pada dinding ini

hanya boleh terjadi akibat momen lentur (bukan akibat gaya geser), melalui

pembentukkan sendi plastis di dasar dinding.

5. Atap

Atap adalah bagaian paling atas dari suatu bangunan. Permasalahan atap

tergantung pada luasnya ruang yang harus dilindungi, bentuk dan konstruksi

yang dipilih, dan lapisan penutupnya. Di daerah tropis atap merupakan salah

satu bagian terpenting. Struktur atap terbagi menjadi rangka atap dan

penopang rangka atap. Rangka atap berfungsi menahan beban dari bahan

penutup. Penopang rangka atap adalah balok kayu / baja yang disusun

membentuk segitiga,disebut dengan istilah kuda-kuda.

Fungsi dari atap adalah:

a. Mencegah pengaruh dari hembusan angin.

b. Penaruh beban sendiri.


c. Curah hujan.

d. Melindungi ruang bawah, manusia serta elemen yang ada dibawahnya

dari pengaruh cuaca, cahaya matahari, petir dan bunga api penerbangan.

Kuda-kuda pada atap adalah suatu komponen rangka batang yang berfungsi

untuk mendukung beban atap termasuk juga beratnya sendiri dan sekaligus

dapat memberikan bentuk pada atapnya. Kuda – kuda merupakan

penyangga utama pada struktur atap. Umumnya kuda-kuda terbuat dari:

a. Kuda-Kuda Kayu

Digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang sekitar 12 m.

b. Kuda-Kuda Bambu

Pada umumnya mampu mendukun beban atap sampai dengan 10 m.

c. Kuda-Kuda Baja

Sebagai pendukung atap dengan sistem frame work atau lengkung dapar

mendukung beban atap sampai beban atap sampai dengan bentang 75

m, seperti pada hanggar pesawat, stadion olahraga, bangunan pabrik,

dan lain-lain.

d. Kuda-Kuda dari Beton Bertulang

Dapat digunakan pada atap dengan bentang sekitar 10 hingga 12 m.

Pada dasarnya konstruksi kuda-kuda terdiri dari rangkaian batang yang

selalu membentuk segitiga. Kuda-kuda diletakkan di atas dua tembok selaku

tumpuannya. Perlu diperhatikan bahwa tembok diusahakan tidak menerima

gaya horizontal maupun momen, karena tembok hanya mampu menerima

beban vertikal saja. Kuda-kuda diperhitungkan mampu mendukung beban-


beban atap dalam satu luasan atap tertentu. Beban-beban yang dihitung

adalah beban mati (yaitu berat penutup atap, reng, usuk, gording, kuda-

kuda) dan beban hidup (angin, air hujan, orang pada saat

memasang/memperbaiki atap).

You might also like