Professional Documents
Culture Documents
Tim Penulis:
Nanda Dwi Rizkia, Hasan Basri, Ni Putu Sinta Dewi, Falimu, Desi Asmaret,
Hardi Fardiansyah, Ita Musfirowati Hanika, Yeyen Subandi,
Dawami, Muhammad Muthahari Ramadhani.
Desain Cover:
Usman Taufik
Tata Letak:
Handarini Rohana
Editor:
Neneng Sri Wahyuni
ISBN:
978-623-459-068-5
Cetakan Pertama:
Mei, 2022
PENERBIT:
WIDINA BHAKTI PERSADA BANDUNG
(Grup CV. Widina Media Utama)
Komplek Puri Melia Asri Blok C3 No. 17 Desa Bojong Emas
Kec. Solokan Jeruk Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
Rasa syukur yang teramat dalam dan tiada kata lain yang patut kami
ucapkan selain mengucap rasa syukur. Karena berkat rahmat dan karunia
Tuhan Yang Maha Esa, buku yang berjudul “Marketing Politik” telah
selesai di susun dan berhasil diterbitkan, semoga buku ini dapat
memberikan sumbangsih keilmuan dan penambah wawasan bagi siapa
saja yang memiliki minat terhadap pembahasan tentang Marketing Politik.
Akan tetapi pada akhirnya kami mengakui bahwa tulisan ini terdapat
beberapa kekurangan dan jauh dari kata sempurna, sebagaimana pepatah
menyebutkan “tiada gading yang tidak retak” dan sejatinya
kesempurnaan hanyalah milik tuhan semata. Maka dari itu, kami dengan
senang hati secara terbuka untuk menerima berbagai kritik dan saran dari
para pembaca sekalian, hal tersebut tentu sangat diperlukan sebagai
bagian dari upaya kami untuk terus melakukan perbaikan dan
penyempurnaan karya selanjutnya di masa yang akan datang.
Terakhir, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak
yang telah mendukung dan turut andil dalam seluruh rangkaian proses
penyusunan dan penerbitan buku ini, sehingga buku ini bisa hadir di
hadapan sidang pembaca. Semoga buku ini bermanfaat bagi semua pihak
dan dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan ilmu pengetahuan
di Indonesia.
Maret, 2022
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB 4 MARKETING POLITIK DAN DEMOKRASI ··········································· 55
A. Kemampuan Memanfaatkan Marketing Politik ································· 60
B. Demokratitasi dan Tren Global Marketing Politik ······························ 66
C. Rangkuman Materi ············································································· 70
BAB 5 ETIKA MARKETING POLITIK······························································ 75
A. Pendahuluan ······················································································ 76
B. Pandangan Umum Tentang Etika, Moral dan Akhlak························· 78
C. Marketing dan Komunikasi Politik ····················································· 81
D. Rangkuman Materi ············································································· 86
BAB 6 PERMANFAATAN MEDIA DALAM MARKETING POLITIK···················· 91
A. Latar Belakang ···················································································· 92
B. Konsep Politik ····················································································· 96
C. Political Marketing Melalui Media Sosial Facebook ·························· 97
D. Diskusi································································································· 98
E. Pemasaran Politik (Political Marketing) ··········································· 102
F. Rangkuman Materi ··········································································· 105
BAB 7 PERAN MARKETING DALAM POLITIK ············································· 109
A. Pendahuluan ···················································································· 110
B. Tahapan Kegiatan Marketing Politik ················································ 111
C. Segmentasi Pasar Dalam Ranah Politik ············································ 113
D. Target Audiens ·················································································· 116
E. Positioning ························································································ 117
F. Bauran Pemasaran Dalam Praktik Politik ········································ 119
G. Rangkuman Materi ··········································································· 124
BAB 8 ORIENTASI MARKETING POLITIK ···················································· 127
A. Politik ································································································ 128
B. Partai Politik ····················································································· 130
C. Marketing Politik ·············································································· 131
D. Pemilihan Umum ·············································································· 136
E. Rangkuman Materi ··········································································· 137
BAB 9 SIMBOL PEMASARAN POLITIK ······················································· 141
A. Pendahuluan ···················································································· 142
B. Simbol Pesan ···················································································· 144
C. Khalayak Sasaran ············································································· 149
v
D. Simbol Pemasaran dan Teori 4P ······················································· 151
E. Rangkuman Materi ··········································································· 158
vi
MARKETING POLITIK
BAB 1: RUANG LINGKUP
MARKETING POLITIK
A. LATAR BELAKANG
Marketing politik adalah kombinasi penerapan ihnu marketing
pemasaran dan penerapan ilmu politik Sebagai subjek akademis marketing
politik masih terkesan relatif baru Namun aplikasi marketing politik
sebenarnya sudah ada sejak revolusi Prancis tahun 1789 dengan
mengusung slogan Liberte Egalite dan Fraternite Kemudian tahun 1830 an
seorang praktisi periklanan profesional Charles Barker menciptakan iklan
politik Tahun 1930 an Franklin D Roosevelt meluncurkan fire side chats
melalui media penyiaran. 1 Marketing politik mulai berkembang tahun
1980 an Perkembangan ini ditandai pada saat televisi memegang peranan
penting dengan menyampaikan pesan-pesan komersial kepada publik
secara eksplisit Salah satu contoh marketing politik mulai diterapkan
ketika Margaret Thatcher menjadi Perdana Menteri Inggris pada tahun
1979 dengan melakukan kampanye melalui radio dan televisi Hal tersebut
juga diikuti Bill Clinton ketika melawan Bob Dole dalam pemilihan kursi
Presiden Amerika Serikat. 2 Di Indonesia penerapan marketing politik
secara terbuka sejak 1998 Pada masa yang dikenal reformasi ini banyak
partai yang bermunculan mencapai 150 partai Namun partai yang lolos
2 | Marketing Politik
DAFTAR PUSTAKA
20 | Marketing Politik
MARKETING POLITIK
BAB 2: TEORI DAN KONSEP
MARKETING POLITIK
A. PENDAHULUAN
Persaingan adalah sebuah fenomena yang sama sekali tidak bisa
dihindarkan pada pelaksanaan demokrasi. Terjadinya persaingan politik
pada tingkatan berjalannya demokratisasi di dunia, khususnya Indonesia.
Pertama, terjadinya persaingan politik untuk memperebutkan kedudukan
maupun fungsi pada organisasi partai. Jenis Persaingan yang terjadi pada
lingkungan koridor ideologi dan mekanisme, struktur dalam partai politik
yang bersangkutan. Kedua, adanya persaingan untuk menghadirkan
dukungan dan simpatisan dari masyarakat. Jenis persaingan seperti sering
kali terjadi pada saat akan dilaksanakan pemilu, dan kampanya pemilihan
umum.
Perkembangan demokrasi di Indonesia, pada era reformasi telah
memberikan kesempatan kepada semua partai politik untuk
mengembangkan diri untuk lebih mendapatkan mandate dari publik.
Dengan sedemikian, memanfaatkan berbagai ilmu untuk mengelola partai
politik seperti ilmu manajemen yaitu marketing. Hal tersebut, didorong
oleh berbagai budaya bangsa masyarakat Indonesia juga untuk
peningkatan perekonomian maupun pendidikan kepada masyarakat,
dimana partai politik harus menciptakan marketing untuk mendekatkan
diri kepada masyarakat. Semakin banyaknya pilihan media komunikasi
juga mendorong kebutuhan aplikasi konsep marketing dalam berpolitik di
Indonesia.
22 | Marketing Politik
DAFTAR PUSTAKA
40 | Marketing Politik
MARKETING POLITIK
BAB 3: MODEL KOMUNIKASI
DALAM MARKETING POLITIK
Universitas Terbuka
BAB 3
MODEL KOMUNIKASI DALAM
MARKETING POLITIK
A. PENDAHULUAN
Kegiatan politik selalu berhubungan dengan komunikasi dalam
mencapai tujuan politik yang ditargetkan. Hal ini dikarenakan antara
kegiatan politik dengan komunikasi memiliki hubungan yang sangat erat
dalam mencapai program-program politik. Komunikasi politik menjadi
salah satu penyampaian informasi secara interaktif dari politisi kepada
khalayak melalui media tertentu dalam upaya mengkampanyekan
program maupun visi dan misi.
Peranan kesuksesan kampanye berkenaan dengan marketing politik
yang dijalankan dan tergantung pada model komunikasi yang diterapkan.
Penentuan model komunikasi dalam marketing politik sangat menentukan
arah keberhasilan kandidat atau partai politik. Kandidat maupun partai
politik harus dapat menentukan model komunikasi yang tepat dengan
tujuan terlahir komunikasi efektif dalam proses strategi marketing politik.
Program kampanye yang dijalankan dan didesign dengan sedemikian
rupa sehingga dapat menghasilkan pengaruh tertentu yang dapat
mengubah perilaku masyarakat. Putra (2015) mengatakan pelaksanaan
kampanye yang bersifat sosial ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dan ditinju dalam berbagai hal yang terdiri: input (berkaitan dengan
bagaimana pendistribusian produk kampanye dilakukan), output (tentang
bagaimana digunakannya produk tersebut) dan outcome (melibatkan
pengukuran terakhir mengenai efek akhir dari komunikasi yang telah
42 | Marketing Politik
TUGAS DAN EVALUASI
1. Jelaskan Pengertian dan Fungsi Model Komunikasi!
2. Analisislah hubungan model komunikasi Lassweell dengan marketing
politik!
3. Jelaskan yang dimaksud dengan model komunikasi Aristoteles dan
Osgood dan Schramm!
4. Sebutkan dan Jelaskan unsur-unsur komunikasi!
5. Jelaskan yang dimaksud dengan decoding dan encoding!
DAFTAR PUSTAKA
54 | Marketing Politik
MARKETING POLITIK
BAB 4: MARKETING POLITIK DAN
DEMOKRASI
56 | Marketing Politik
DAFTAR PUSTAKA
72 | Marketing Politik
Haroen, D. (2014) Personal Branding. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
L. Mathis, Robert & H. Jackson, J. (2011) Human Resource Management.
Jakarta : Salemba Empat.
Lubis, F. H. (2018) ‘Opini Mahasiswa Kota Medan Terhadap Iklan Politik
Calon Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2018’,
2(2).
Nursal (2004) Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilihan
umum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nursal, A. (2004) Political Marketing Strategi Memenangkan Pemilu
Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden.
Jakarta: Gramedia.
Onong Uchjana Efendy (1999) Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sutrisno, S., Yuningsih, N. Y. and Agustino, L. (2018) ‘Komparasi Teori
Marketing Politik 4p Menurut Niffenegger dan 3p Menurut Adman
Nursal’, JPPUMA Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik
Universitas Medan Area, 6(2), p. 106. doi:
10.31289/jppuma.v6i2.1617.
Yuliati, R. (2017) ‘Penggunaan Internet Terhadap Peningkatan Partisipasi
Politik Dan Kehidupan Demokrasi’, Bricolage: Jurnal Magister Ilmu
Komunikasi, 2(02), pp. 124–129. doi: 10.30813/bricolage.v2i02.840.
A. PENDAHULUAN
Manusia seringkali ingin memaksakan kemauannya kepada seseorang
atau sekelompok orang lainnya, sehingga bagi sebagian orang kekuasaan
merupakan suatu nilai yang ingin dimilikinya. (Sudiarto, 2005). Kekuasaan
adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk
mempengaruhi tingkah lakunya seseorang atau kelompok lain sehingga
tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang
yang mempunyai kekuasaan itu. Salah satu jenis kekuasaan ini adalah
kekuasaan politik.
Kekuasaan Politik akan mempengaruhi kebijaksanaan umum
(pemerintah) baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya sesuai dengan
tujuan-tujuan pemegang kekuasaan sendiri. Kekuasaan politik mustahil
diperoleh tanpa kekuasaan (Machtsuitoefening) yaitu penguasa sebagai
pemegang kekuasaan dan alat atau sarana kekuasaan (makhtsmiddelen).
(Sudiarto, 2005). Penguasa dan alat kekuasaan ini membutuhkan kontrol
atau pengendalian kekuasaan, sehingga kekuasaan dapat berjalan secara
efektif dan efisien.
Apabila kontrol kekuasaan tidak berjalan maka terjadilah kehancuran
struktural kekuasaan. Kehancuran struktural kekuasaan tradisional pada
zaman Yunani, pada akhirnya melahirkan sebuah ilmu yang disebut
dengan etika politik. Kata etika berasal dari Bahasa Yunani yaitu “ethos”.
Kata ini pertama kali digunakan oleh Aristoteles (384-322 S.M), yaitu suatu
kehendak yang baik dan tetap. (Zubair, 1990). Etika merupakan suatu ilmu
76 | Marketing Politik
DAFTAR PUSTAKA
88 | Marketing Politik
https://hot.liputan6.com/read/4663182/apa-itu-marketing-pahami-
pengertian-tugas-dan-
baurannya#:~:text=Menurut%20KBBI%2C%20marketing%20adalah
%20proses,perbuatan%20memasarkan%20suatu%20barang%20dag
angan
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang
memiliki kurang lebih 250 suku bangsa, dan tergolong sebagai negara Asia
dengan jumlah penduduk sangat besar yaitu sekitar 262 juta jiwa. Untuk
dapat menjangkau dan mensosialisasikan proses komunikasi politik,
tentunya media sangat diperlukan untuk mendukung dan mempercepat
penyampaian pesan. Dengan adanya media, masyarakat dapat
memperoleh berbagai informasi secara mudah, cepat, dan praktis. Media
politik dalam komunikasi politik dapat mempengaruhi cara manusia untuk
berpendapat maupun berperilaku. Media hadir untuk menyampaikan
pesan yang beraneka ragam dan aktual tentang sosial dan politik.
Hadirnya media seperti surat kabar, radio, hingga televisi menjadi suatu
sarana untuk mengikuti perkembangan politik yang tengah terjadi maupun
yang telah terjadi. Media hadir sebagai alat penyalur berbagai pesan baik
pesan politik maupun non-politik bagi masyarakat. Televisi misalnya,
televisi menjadi media yang tak kalah populer dengan media lain. Acara-
acara televisi juga tak jauh dari konten-konten politik. Apalagi ketika
mendekati masa pemilu, baik pilpres, pileg, maupun pilkada. Televisi
menjadi panggung acara debat politik jelang pemilu. Penggunaan media
dalam komunikasi politik juga menjadi upaya membentuk citra diri para
politikus dan citra partai politik untuk memperoleh suara dan dukungan
dari masyarakat. Media merupakan panggung yang memiliki pengaruh
92 | Marketing Politik
DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Marketing politik merupakan hal penting dalam kegiatan untuk
membentuk persepsi aktor dan partai politik, serta memengaruhi perilaku
partisipasi publik. Secara umum, pemasaran sendiri diartikan sebagai
proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi
dan distribusi ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
memuaskan tujuan individu dan organisasi (Fine dalam Wring, 1997).
Seperti halnya pemasaran di bidang lainnya, pemasaran politik
diartikan sebagai proses kompleks, meliputi seluruh usaha yang dilakukan
dan hasilnya mempengaruhi seluruh komunikasi politik yang dilakukan
oleh aktor politik (Marek, dalam Sofyan, 2015). Definisi lain yang diajukan
oleh Dominic Wring (1997, dalam Cwalina et.al, 2015), pemasaran politik
merupakan penggunaan penelitian opini dan analisis lingkungan oleh
partai atau kandidat untuk menghasilkan dan mempromosikan penawaran
kompetitif yang akan membantu mewujudkan tujuan organisasi dan
memuaskan kelompok pemilih dengan imbalan suara mereka.
Pemasaran politik menyiratkan penggunaan alat, teknik, dan metode
pemasaran dalam proses politik. Hal ini dapat dilihat pada proses
pendefinisian publik, penggunaan iklan dan selebriti hingga pembingkaian
program dan penggunaan pesan politik yang tepat. Marshment (2006,
dalam Sofyan,2015) menyatakan bahwa peran marketing dalam politik
yaitu apabila partai politik menerapkan filosofi pemasaran, maka
A. POLITIK
Politik, partai politik (parpol), marketing politik, dan pemilihan umum
(pemilu) selalu berkaitan dalam proses demokrasi lima tahunan yang ada
di Indonesia. berbicara tentang politik, awalnya politik berasal dari kata
“Politics” yang menunjukkan sifat pribadi atau perbuatan. Kata asal
tersebut diartikan sebagai “acting or judging wisely, well judged, prudent”
(Hornby, 1974). Kata tersebut sejak dulu dikenal dalam bahasa Latin
dengan “politicus” dan bahasa Yunani “politicos” yang diartikan sebagai
“relating to a citizen”. Kedua kata tersebut berasal dari kata “polis” yang
memiliki makna “city” yaitu kota. Istilah politik berkembang sedemikian
rupa yang diserap juga dalam bahasa Indonesia, dengan mempunyai 3
A. PENDAHULUAN
Pemasaran politik adalah sebuah sesi yang dikendalikan oleh sebuah
partai politik atau para kandidat dari suatu kesatuan kepentingan politik
maka kesediaan untuk berempati secara optimum sepatutnya menjadi
inisiatif partai politik dan para kandidat kontestan dalam sebuah
pertarungan atau kontestansi politik. (Sayuti, 2014: 43)
Bauran Pemasaran Politik, Komunikasi Politik dan Komunikasi
Pemasaran Poitik dalam kaitannya dengan simbol ini maka menurut
Solatun Dulah Sayuti (2014:54) berupa kredibilitas, moral, intelektual,
sosiokultural, platform politik dan gagasan-gagasan politik
pembangunan/pembangunan politik menjadi bahasan penting dalam
melihat bagaimana simbol pemasaran politik dan komunikasi pemasaran
politik dibangun baik dari sisi strategi pesan politik yang digunakan
maupun dari sisi komunikasi kampanye khalayaknya.
Artinya, bauran pemasaran politik dan komunikasi pemasaran politik
berupa kredibilitas, gagasan-gagasan politik pembangunan serta platform
politik, strategi pesan politik, teknik kampanye dan strategi media adalah
sebuah keterikatan dari ruh membicarakan simbol pemasaran politik..
Implikasi langsungnya adalah dari meningkatkan arus aliran informasi
melalui saluran-saluran komunikasi dan pemasaran politik sebagaimana
disebut dimuka adalah meningkatkan sensitivitas politik yang diimbangi
oleh kecerdasan politik disemua pihak lain dan di semua tingkatan.
A. PENDAHULUAN
Sering tidak disadari dalam kehidupan bermasyarakat, politik
mempunyai ruang dalam suatu negara atau dunia. Berasal dari bahasa
yunani kuno, politik dapat diartikan sebagai metode untuk mencapai
tujuan yang ditentukan. Miriam Budiarjo (2000:8) memaparkan bahwa
sesuatu dikatakan politik karena memiliki beragam kegiatan dalam sistem
yang melaksanakan tujuan tertentu. Maka dari itu, dapat disimpulkan
bahwa politik atau kegiatan politik merupakan konsep yang menjelaskan
negara, baik dari sudut pandang individu, komunitas, atau pemerintah
dengan menunjukkan jalinan relasi kekuasaan.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) seringkali disebut juga
sebagai negara demokrasi mengingat kompleksnya kegiatan pemerintahan
dan politik yang dekat dengan kehidupan bermasyarakat. Memasuki masa
orde baru, perkembangan politik di Indonesia semakin terlihat meningkat
karena banyaknya minat masyarakat untuk mengkritisi perilaku politik
tersebut. Tokoh politik mulai dari daerah hingga nasional kini juga
berusaha mencari perhatian masyarakat, khususnya generasi milenial dan
generasi Z untuk terlibat dalam perseteruan politik Indonesia.
Perkembangan politik Indonesia dapat membentuk sistem politik
sebagai proses pengaturan komponen dalam praktik politik untuk
mencapai tingkat responsif yang stabil. Menurut Herbert G. Hicks
(1972:464), proses politik tidak akan berhenti berputar karena adanya