You are on page 1of 3

LAPORAN WAWANCARA OBSERVASI

“KONSEP INDUSTRI PETERNAKAN SISTEM KEMITRAAN”

A. Data Pengusaha
Nama : Zaenal Mustaqim
Usia : 59 tahun
Alamat : Karanganyar Demak

B. Hasil Wawancara
Pak Zaenal merupakan seorang peternak ayam pedaging (broiler) di Desa Kedungwaru,
Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak. Usaha ini mulai dirintis pada 2009, yang
mana sebelumnya beliau adalah seorang supir jasa angkutan. Ide untuk terjun di
industri peternakan ini muncul ketika beliau mendapatkan saran dari salah satu
rekannya yang merupakan seorang peternak ayam pedaging di Kudus. Karena masih
ragu terkait modal dan keuntungan yang akan didapat, beliau mencoba memulai usaha
peternakan ini secara dengan sistem usaha bersama dan bagi hasil dengan rekannya
tersebut. Dalam sistem usaha bersama ini, Pak Zaenal hanya memperoleh sepertiga
dari keuntungan yang didapat.
Konsep industri peternakan yang beliau jalankan adalah kemitraan dengan PT. Ciomas.
Kemitraan yang terbentuk antara PT Ciomas dengan peternak saling menguntungkan
antara satu sama lain. Di mana perusahaan sebagai inti menyediakan seluruh sarana
produksi peternak yang terdiri dari DOC (Day Old Chick), pakan ternak, obat-obatan,
dan peternak menyediakan kandang dan tenaga kerja dalam pengelolaan. Kemitraan
yang dilakukan bersifat tertutup, di mana pihak peternak tidak diperbolehkan menjual
hasil panen dan memasok sarana produksi ternak dari pihak selain PT Ciomas tanpa
persetujuan perusahaan.
Beberapa tantangan beliau lalui pada saat menjalani usaha ini, salah satunya adalah
adanya protes dari warga sekitar kandang yang mengeluhkan banyaknya lalat di
lingkungan mereka. Hal ini disinyalir karena bentuk kandang yang masih terbuka
mengakibatkan banyaknya lalat yang bersarang di bawah kandang. Beliau telah
beberapa kali berkonsultasi dengan Dinas Pertanian setempat terkait hal ini, namun
belum dapat mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini menjadi salah satu penyebab
yang membuat pak Zaenal memutus kerja sama ini, selain keuntungan dari sistem bagi
hasil yang dirasa kurang menguntungkan.
Selang beberapa waktu, pak Zaenal memutuskan untuk memulai usaha peternakan
kembali secara pribadi dengan konsep kemitraan yang sama. Namun, kali ini bentuk
kandang yang sebelumnya terbuka, kemudian direnovasi menjadi bentuk close house.
Hal ini dinilai dapat mengatasi permasalahan lalat yang telah terjadi sebelumnya. Di
sisi lain dari segi keuntungan juga lebih menguntungkan karena tidak lagi memerlukan
sistem bagi hasil. Pak Zaenal tidak menentukan target jumlah panen dalam pengelolaan
peternakan ini. Namun hasil panen yang diperoleh beliau dalam sekali panen berkisar
antara 50-100 ekor, dengan intensitas panen 2 bulan sekali.
Pak Zaenal mengalami pasang surut dalam pengelolaan peternakan ini. Salah satunya
disebabkan musibah pandemi COVID-19 yang berdampak pada selang masa panen
yang awalnya berkisar 2 bulan sekali, berubah menjadi 3 bulan sekali. Setelah pandemi
mereda, selang masa panen berangsur membaik menjadi 70-80 hari, meski belum bisa
kembali menjadi 2 bulan sekali. Selain terbatasnya pemasaran saat pandemi, penurunan
ini diduga juga dikarenakan semakin banyaknya jumlah peternak ayam pedaging
menyebabkan adanya persaingan penghasilan antar peternak. Mengingat hal tersebut,
Pak Zaenal menyadari perlu adanya pengembangan dalam usaha peternakan yang
beliau jalankan. Namun, pengembangan tersebut belum bisa terealisasi, karena faktor
usia dan lahan untuk kandang yang dirasa kurang strategis.
C. Dokumentasi

You might also like