You are on page 1of 10

THEODOLIT

BAB 5
PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP

5.1 Teori Dasar


Theodolite merupakan alat yang paling canggih diantara peralatan yang digunakan
dalam survey. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan
pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar
mengelilingi sumbu vertical, sehingga memungkinkan sudut horizontal untuk
dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar-
putar mengelilingi sumbu horizontal, sehingga memungkinkan sudut vertical
untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat
tinggi.

Theodolite adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan
tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak Berbeda dengan waterpass
yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Didalam thedolite sudut yang dapat
dibaca bisa sampai pada satuan sekon (detik). Survei dengan theodolite dilakukan
bila situs yang akan dipetakan luas dan cukup sulit untuk diukur, terutama bila
situs tersebut memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang besar. Dengan
menggunakan alat ini, keseluruhan penampakan atau gejala akan dapat dipetakan
dengan cepat dan efisien. Di dalam pekerjaan- pekerjaan yang berhubungan
dengan ukur tanah, theodolite sering digunakan dalam bentuk pengukuran
polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari.

Theodolite juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar
bila sudut verticalnya dibuat 90°. Dengan adanya teropong pada theodolite, maka
theodolite dapat dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung,
theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan /
pekerjaan pondasi, theodolite juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian
suatu bangunan bertingkat. Syarat-syarat utama yang harus dipenuhi alat
theodolite (pada galon air) sehingga siap dipergunakan untuk pengukuran yang
benar adalah:
a. Sumbu kesatu benar-benar tegak / vertikal.
b. Sumbu kedua baarus benar-benar mendatar
BAB 5 PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP (THEODOLIT)

c. Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.


d. Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.

Gambar 5.1 Alat ukur Theodolite


(Sumber: https://www.belajarsipil.com/2014/01/14/pengertian-dan-fungsi-theodolit/)

Poligon (poly banyak; gonos = sudut) atau disebut traverse, adalah metode
pengadaan kerangka dasar pemetaan horizontal dengan membuat bangun segi
banyak yang diukur semua jarak dan sudutnya. Metode ini sering digunakan
karena sifatnya yang fleksibel dan kesederhanaan hitungannya. Fleksibel dalam
arti bahwa poligon dapat mengikuti berbagai bentuk medan pengukuran, mulai
dari yang paling sederhana, misalnya berupa segitiga, sampai bentuk kompleks
misalnya segi n dengan variasi loop (n adalah jumlah titik poligon yang tak
terbatas). Hitungannya sederhana dalam arti bahwa seorang Surveyor dapat
menghitung koordinat ukuran poligon hanya dengan menggunakan kalkulator dan
pengetahuan matematis dasar setingkat SMU dan sedikit pelatihan. Namun, sering
ditemui para petugas ukur masih kurang terampil dan merasa sulit dalam
penghitungan poligon ini padahal berbagai pelatihan terkait telah diikutinya.

Wongsotjitro (1980) menggunakan istilah poligon pada bahasannya tentang


penentuan koordinat titik-titik suatu tempat dengan cara membuat bangun segi
banyak yang panjang dan terhubung satu sama lain. Sosrodarsono et al (1997)
menggunakan istilah poligon pada pembahasan pengukuran titik-titik kontrol
sebagai bentuk jaring-jaring yang dibagi menjadi poligon bersambung dan
poligon tertutup. Frick (1979) menggunakan istilah poligon dan membaginya

BAB 6 PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP | KELOMPOK M 52


BAB 5 PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP (THEODOLIT)

secara lebih rinci menjadi berbagai jenis: poligon terikat, poligon lepas, poligon
utama, dan poligon cabang.

Pada pekerjaan pemetaan suatu wilayah diperlukan suatu kerangka dasar yang
digunakan sebagai titik ikat dan titik kontrol. Titik-titik kerangka dasar tersebut
mempunyai koordinat dan ketinggian yang dipasang pada kerapatan tertentu,
dengan menggunakan struktur yang permanen, bahan yang awet, tercatat dan
mudah dikenali. Titik kerangka dasar ini berupa titik ikat yang merupakan titik
yang telah diketahui posisi horizontal (X dan Y) ataupun ketinggiannnya Z. Titik
ini digunakan sebagai titik pengikat dalam penentuan posisi titik-titik (arah, sudut,
beda tinggi) lain yang dibidik. Selanjutnya, dapat ditentukan berapa koordinat
titik- titik baru yang dibidik berdasarkan titik ikat tersebut. Fungsi titik kerangka
dasar juga sebagai titik kontrol yaitu digunakan sebagai titik cek atas perhitungan-
perhitungan yang dilakukan sebelumnya Sebaiknya titik kontrol ini menggunakan
titik kerangka lain (bukan dari titik ikat) sehingga bisa diketahui apakah posisi X.
Y, Z dari titik sebelumnya benar atau tidak.

Pada daerah yang relatif sempit (20 km x 20 km) biasanya menggunakan


pengukuran dengan cara poligon. Poligon disini merupakan kumpulan titik-titik
yang terhubungkan dalam suatu garis khayal. Dalam penentuan koordinat titik
sana ke titik lain, pekerjaan pengukuran harus meliputi:
a. Koordinat titik awal akhir. Koordinat ini bisa diketahui dari pengukuran-
pengukuran sebelumnya atau ditentukan sembarang
b. Azimuth awal / akhir. Azimuth dapat ditentukan dari perhitungan
koordinat yang sudah ada, pengamatan astronomi (bintang matahari)
ataupun pengukuran dengan menggunakan Theodolite
c. Jarak Pengukuran jarak merupakan data yang diperoleh dari lapangan,
dapat dilakukan dengan cara manual (menggunakan pita ukur) ataupun
dengan menggunakan Theodolite. Dalam pengukuran jarak, dibuat selurus
mungkin antar titik-titik poligon dan juga jika kondisi tanah miring,
usahakan dalam pengukuran jarak pita ukur dalam posisi sedatar mungkin.

BAB 6 PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP | KELOMPOK M 53


BAB 5 PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP (THEODOLIT)

d. Sudut dalam Sudut juga ditentukan berdasarkan hasil pengukuran di


lapangan. Pengukuran sudut ini menggunakan alat ukur Theodolite dengan
arah putaran alat sebaiknya searah dengan jarum jam.

Gambar 5.2 Pengukuran Poligon Tertutup


(Sumber : http://geodesi10-materi-kkh.blogspot.com/2011/05/poligon-tertutup.html)

5.2 Maksud dan Tujuan


Untuk membuat kerangka dasar horizontal (koordinat X dan Y tiap-tiap titik
kerangka dasar) pada sekitar lokasi yang akan dipetakan. Untuk menentukan
posisi horizontal, titik-titik detail situasi pada pengukuran detail situasi lengkap.

5.3 Alat Alat yang Digunakan


Berikut ini adalah alat yang digunakan pada praktikum pengukuran titik detail
dengan alat theodolit.
a. Pesawat Theodolit.
b. Roll Meter.
c. Bak ukur/Rambu ukur.
d. Payung.
e. Patok/Cat sebagai penanda titik.
f. Alat tulis.
g. Kompas.
h. Nivo.
i. Batu baterai A2 (5 buah).

BAB 6 PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP | KELOMPOK M 54


BAB 5 PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP (THEODOLIT)

5.4 Langkah Kerja


a. Siapkan alat-alat yang diperlukan pada lokasi pengukuran ;
b. Pasang patok pada titik-titik yang sudah ditentukan pada sekitar lokasi
Misalnya titik P1, P2, P3. Pn dst;
Keterangan :
Penentuan jumlah dan posisi titik-titik kerangka dasar disesuaikan dengan
kondisi lokasi pengukuran.
c. Pasang statif dititik P1 (titik awal), usahakan agar permukaan statif terlihat
rata;
d. Pasang alat ukur theodolit di atas permukaan statif, keraskan handle pengunci
alat yang ada pada statif, tetapi jangan terlalu keras, usahakan posisi pesawat
tepat berada di titik P1;
e. Atur nivo dengan 3 sekrup penyetel A, B dan C, agar posisi gelembung berada
di tengah (nivo kotak dan nivo tabung);
Cara mengatur nivo kotak :
Putar skrup A, B, dan C sehingga posisi gelembung pada nivo kotak berada di
tengah (cara ini dapat dilakukan juga dengan mengatur kaki statif).
Cara mengatur nivo tabung :
1) Putar alat hingga nivo tabung sejajar dengan 2 sekrup penyetel;
2) Ketengahkan gelembung nivo dengan cara memutar sekrup penyetel;
3) Putar alat sehingga diva tabung sejajar dengan sekrup 2 sekrup lainnya;
4) Putar alat ke sembarangan arah kemudian cek gelombang pada nivo tabung.
f. Lihat tanda pada titik P1 melalui teropong centering optis. Jika benang silang
optis belum tepat di tengah-tengah tanda. Longgarkan handle pengunci alat
kemudian geser alat translasi hingga benang tepat berada diatas tanda lalu
kencangkan kembali handle;
g. Periksa nivo tabung dan nivo kotak, jika bergeser (tidak sentris) dilakukan
kembali langkah 5;
h. Mengukur tinggi alat Thedolite;
i. Menyalakan alat Theodolit dengan menekan tombol power selama berapa
detik;

BAB 6 PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP | KELOMPOK M 55


BAB 5 PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP (THEODOLIT)

j. Longkarkan sekrup pengunci gerakan vertikal, Gerakan teropong hingga sudut


vertikal mendekati 90° , kemudian kunci sekrup pergerak vertikal dan
digunakan pergerakan halus vertikal untuk mencapai sudut vertical ± 90°;
k. Longgarkan sekrup pengunci gerakan horizontal, letakkan Kompas di bawah
teropong pesawat Theodolit, lalu putar pesawat hingga teropong mengarah ke
utara, kunci sekrup pergerakan horizontal lalu tekan tombol OSET sebanyak 3
kali dengan cepat hingga bacaan sudut horizontal menjadi 0°00’00’’;
l. Bidik teropong ke titik P3 (bacaan belakang) lalu kencangkan sekrup pengunci
gerakan horizontal, baca dan catat sudut horizontal sebagai azimut titik P3 (a.
1-3) ;
m. Bidik teropong ke titik P2 (bacaan muka) lalu kencangkan sekrup pengunci
gerakan horizontal, baca dan catat sudut horizontalnya sebagai azimut awal (a,
1-2);
n. Pindahkan pesawat ke titik P2 dan atur pesawat seperti langkah 5, 6 dan 7.
Kemudian arahkan teropong ke titik bacaan belakang (P1) dan tekan OSET
sehingga bacaan sudut horizontal menjadi 0°00’00’’.

5.5 Diagram Alir


Berikut di bawah ini merupakan diagram alir pengukuran poligon tertutup dengan
alat theodolit.
5.6 Data Pengamatan
Tabel 5.1 Data Pengukuran Poligon Tertutup (Terlampir).

5.7 Kesimpulan dan Saran


5.7.1 Kesimpulan
5.7.2 Saran

BAB 6 PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP | KELOMPOK M 56


LAMPIRAN
LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK SIPIL BAHAN&BETON-
SURVEVING-INVERTIGASI TANAH HIDROLIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAS AGENG
TIRTAYASA
JL. Jendral Sudirman KM.3 Cilegon Telp. (0254) 395302 Ext. 19

You might also like