You are on page 1of 8

INTRANATAL CARE

A. Definisi

Intranatal adalah suatu proses yang di mulai dengan adanya kontraksi


uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran
bayi,dan kelahiran plasenta, dan proses tersebut merupakan proses alamiah.
(Fauziah, 2019)

B. Etiologi

1. Teori penurunan hormon progesteron

Progesteron menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen


meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen didalam darah,
tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga
menimbulkan his.
2. Teori oksitoksin

Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot-otot rahim.
3. Teori plasenta menjadi tua

Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan


progesteron yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini
akan menimbulkan his.
4. Teori prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi


miometrium pada setiap umur kehamilan.
5. Pengaruh janin

Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada
anencephalus, kehamilan sering lama dari biasanya.
6. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot–
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
7. Teori iritasi mekanik

Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser


dan ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan his
(Nugroho, 2011).
C. Patofisiologis

Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat


menyebabkan nyeri.hal ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim,
penurunan progesteron, peningkatan oxytoksin, peningkatan prostaglandin,
dan tekanan kepala bayi. Dengan adanya kontraksi maka terjadi pemendekan
SAR dan penipisan SBR. Penipisan SBR menyebabkan pembukaan servik.
Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa tahap antara lain
enggament, descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi
kepala janin, rotasi eksterna. Semakin menurunnya kepala bayi menimbulkan
rasa mengejan sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat menyebabkan
terjadinya robekan jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri. Setelah bayi lahir
kontraksi rahim akan berhenti 5-10 menit, kemudian akan berkontraksi lagi.
Kontraksi akan mengurangi area plasenta, rahim bertambah kecil, dinding
menebal yang menyebabkan plasenta terlepas secara bertahap. Dari berbagai
implantasi plasenta antara lain mengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan
lahir sebagai tempat invasi bakteri secara asending yang dapat menyebabkan
terjadi risiko tinggi infeksi. Dengan pelepasan plasenta maka produksi
estrogen dan progesteron akan mengalami penurunan, sehingga hormon
prolaktin aktif dan produksi laktasi dimulai. Proses persalinan terdiri dari 4
kala yaitu:
1. Kala I: waktu pembukaan serviks samapi menjadi pembukaan lengkap
10 cm.
2. Kala II: dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir

3. Kala III: dari bayi lahir sampai keluarnya plasenta

4. Kala IV: keluarnya plasenta sampai 2 jam post Partum (Nugroho,


2011).
D. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan urine protein (Albumin)

b. Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi


maupun adanya gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II
dan III.
c. Pemeriksaan urin gula

d. Pemeriksaan darah

2. Ultrasonografi (USG): Alat yang menggunakan gelombang ultrasound


untuk mendapatkan gambaran dari janin, plasenta dan uterus.
3. Stetoskop Monokuler: Mendengar denyut jantung janin, daerah yang
paling jelas terdengar DJJ, daerah tersebut disebut fungtum maksimum.
4. Memakai alat Kardiotokografi (KTG): Kardiotokografi adalah gelombang
ultrasound untuk mendeteksi frekuensi jantung janin dan
tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi uterus kemudian keduanya
direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat gambaran keadaan
jantung janin dan kontraksi uterus pada saat yang sama (Nugroho, 2011).

E. Penatalaksanaan
1. Kala I

a. Mengukur TTV

b. Auskultasi DJJ
c. Memperhatikan kontraksi uterus, dilatasi uterus, penurunan
presentasi terendah dan kemajuan persalinan serta perineum
2. Kala II

Mengajari ibu untuk mengejan

3. Kala III

a. Pengawasan terhadap perdarahan

b. Memperhatikan tanda plasenta lepas

4. Kala IV

a. Pemeriksaan fisik, observasi TTV dan KU

b. Kontraksi rahim

c. Letakkan bayi yang telah dibersihkan disebelah ibu


F. Pathway
REFERENSI

Fauziah, A. (2019). Penerapan Aromaterapi Inhalasi. Fakultas Ilmu Kesehatan


UMP, 8–33.

Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa


Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika

You might also like