Professional Documents
Culture Documents
Akuntansi Syariah Vs Akuntansi Konvensional
Akuntansi Syariah Vs Akuntansi Konvensional
net/publication/256042445
CITATIONS
READS
0
25,163
1 author:
Azharsyah Ibrahim
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia
37 PUBLICATIONS 89 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Azharsyah Ibrahim on 07 November 2015.
PENDAHULUAN
Krisis ekonomi dunia— diikuti dengan krisis global pada tahun 2008.
terutama melanda negara-negara di Hal ini juga kemudian menjadi landasan bagi timbulnya
Asia—pada pertengahan tahun 1997 pemikiran-pemikiran untuk kembali kepada nilai-nilai agama.
telah membuka mata para ekonom Fenomena kecenderungan atau pergeseran masyarakat ini juga
terhadap kelemahan- kelemahan mengarah ke institusi-institusi keuangan seperti bank, asuransi dan
ekonomi konvensi- onal sehingga sebagainya. Sejalan dengan itu, institusi-institusi keuangan yang
memunculkan pemikiran untuk berbasis Islam, seperti bank syariah, reksadana Syariah, dan asuransi
mencari solusi alternatif terhadap Syariah, bermunculan di mana-mana di seluruh belahan dunia, bahkan
sistem pereko- nomian yang sudah sampai ke negara-negara non-Islam (Syafi’i Antonio, 2001: 18).
ada (konven- sional). Kelemahan Lembaga-lembaga keuangan Islam tersebut—yang saat itu sudah
sistem kon- vensional tersebut mulai berkembang di beberapa negara—kemudian terbukti relatif
semakin terbukti dengan adanya tahan terhadap terpaan krisis ekonomi.
resesi ekonomi di Amerika Serikat Akan tetapi, pertumbuhan yang pesat lembaga-lembaga
yang keuangan Islam tersebut tidak diikuti dengan perkembangan
metode pelaporan informasi padahal penggunaan informasi tersebut perlu mempertimbangkan banyak
keuangannya (akuntansi). faktor, seperti etika, tanggung jawab sosial, dan lain sebagainya—
Sehingga pada awal dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi. Akibatnya, banyak
kemunculannya, institusi-institusi bisnis salah dalam mengambil keputusan sehingga mengalami
keuangan Islam tersebut kerugian, kecurangan, crash, depresi dan sebagainya, kemudian (b)
menggunakan konsep-konsep unsur etika juga sangat longgar. Informasi akuntansi dianggap bebas
akuntansi konvensional yang sudah nilai maka akuntansi yang dibawa oleh pihak yang berkepentingan
ada sebagai acuan dalam pelaporan untuk vestednya sehingga bisa merugikan masyarakat.
informasi Dalam perumusan konsep akuntansi syariah, AAOIFI (1998)
keuangannya (hal tersebut dalam SFAC No 1. menyebutkan ada dua pendapat yang muncul
dilakukan dengan memilah-milah di dalam penentuan metode akuntansi yang seharusnya dipakai oleh
mana yang tidak bertentangan institusi-institusi keuangan Islam. Pertama, adalah mereka yang
dengan ajaran-ajaran Islam menghendaki bahwa tujuan dan kaidah akuntansi Syariah dibangun
dipakai, dan yang bertentangan atas dasar prinsip dan ajaran Islam, lalu memperbandingkannya
ditinggal). Penggunaan konsep- dengan pemikiran-pemikiran akuntansi kontemporer yang sudah
konsep itu sangat beragam mapan. Kedua adalah berangkat dari tujuan dan kaidah akuntansi
tergantung pada kebutuhan konvensional yang sudah ada, kemudian mengujinya dari sudut
lembaga-lembaga yang pandang Syariah. Bagian yang sejalan diterima dan dipakai, sedangkan
bersangkutan. Hal ini disebabkan bagian yang dipandang tidak sesuai ditolak.
karena tidak adanya konsep dasar Dalam perkembangannya, metode-metode akuntansi yang
akuntansi yang resmi dan juga diperuntukkan bagi institusi-institusi keuangan Islam terus
tidak ada lembaga yang mengatur bermunculan dan disempurnakan. Indonesia, misalnya, melalui Ikatan
penggunaan konsep dasar yang Akuntan Indonesia (IAI) bekerjasama dengan pihak-pihak terkait
bisa dijadikan sebagai panduan mengeluarkan aturan-aturan akuntansi untuk institusi- institusi
dalam penyusunan laporan keuangan Islam yang dituangkan dalam Pernyataan Standard
keuangan bagi institusi-institusi Akuntansi Keuangan (PSAK). Dari PSAK tersebut, kita kemudian
keuangan syariah. mengenal adanya akuntansi murabahah, akuntansi ijarah, akuntansi
Dalam dunia ilmiah, telah musyarakah, dan sebagainya.
ada berbagai tulisan dan kritikan Yang menarik, metode-metode akuntansi yang dibuat untuk
serta ketidakpuasan terhadap lembaga-lembaga keuangan Islam tersebut masih didasarkan pada
akuntansi konvensional. Salah satu konsep-konsep akuntansi konvensional sebagai bahan perbandingan
kritikan adalah mengenai fungsi seperti konsep kesatuan ekonomi (economic entity), kontinuitas
akuntansi sebagai sumber informasi usaha/kesinambungan (going concern), stabilitas unit pengukuran/unit
yang akan mengarah kepada moneter (stability of monetary unit), periode waktu (time-period) dan
pengambilan keputusan. Menurut sebagainya.
Harahap (2001: 2), ada beberapa Berangkat dari hal tersebut, peneliti bermaksud untuk
hal yang dirasa kurang sesuai menguji secara lebih mendalam konsep-konsep akuntansi
dengan kondisi sekarang dalam konvensional tersebut yang sampai sekarang masih belum bisa
bidang ini, yaitu (a) kompleksitas diterima secara aklamasi oleh seluruh institusi keuangan syariah di
proses seluruh belahan dunia. Oleh karena itu, hal itu masih menjadi bahan
pengambilan keputusan dalam perdebatan tentang keabsahan untuk digunakan dalam pembuatan
bisnis saat ini hanya metode akuntansi syariah. Peneliti juga ingin melihat prinsip-prinsip
mengandalkan informasi apa saja yang bisa diterima untuk pembuatan struktur akuntansi
akuntansi. Sehingga, peran syariah sehingga dapat terus dipakai karena ada pembenarannya dalam
sumber informasi akuntansi hukum Islam.
menjadi sangat dominan—
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah kontekstual antara satu dalil (nash) dengan nash yang lain, dan kadang
penelitian kepustakaan. didukung dengan analitis filosofis (tujuan dan hikmah tasyri’) seperti
Penelitian kepustakaan dilakukan pendekatan jumhur ulama dan normatif dari tinjauan akhlak (posisi/etis
dengan cara mengumpulkan data dan moral).
yang terdapat dalam buku-buku Data-data yang diperoleh, kemudian akan disusun secara
literatur, peraturan perundang- komprehensif untuk kemudian dianalisis dengan metode kualitatif. Metode
undangan, majalah, surat kabar, kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2004: 13) adalah
hasil seminar dan sumber lain yang prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
terkait dengan masalah yang tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.
diambil. Menurut Simatupang Pendekatan kualitatif sebagai suatu konsep keseluruhan dan
(2008), penelitian kepustakaan keutuhan (holistik) digunakan untuk mengungkapkan rahasia
adalah penelitian yang sesuatu dilakukan dengan cara menghimpun informasi dalam keadaan
menekankan pada penggunaan sewajarnya (natural setting) dengan menggunakan cara kerja yang
data sekunder atau berupa norma sistematik, terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara kualitatif
hukum tertulis dan atau wawancara sehingga tidak kehilangan sifat ilmiahnya. Artinya penelitian ini
dengan informan serta narasumber. dilakukan tidak hanya dengan merekam hal-hal yang nampak secara
Peneliti akan meneliti tiap eksplisit saja, juga dilihat secara keseluruhan sebagai fenomena yang
catatan yang berhubungan dengan terjadi di kalangan pihak-pihak yang beperkara.
akuntansi. Di samping itu, peneliti Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
juga akan mengkaji sejarah sekunder berupa tafsiran tentang ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits
akuntansi modern yang sampai Rasulullah SAW. Di samping itu, diperhatikan juga kaidah-kaidah
sekarang masih diyakini banyak hukum dan pandangan-pandangan fiqh lainnya, seperti pendapat para
orang berasal dari Italia. Berkaitan fukaha dan orang-orang yang ahli dalam masalah ini.
dengan kajian Syariah itu, ada tiga Data-data dikumpulkan dengan cara membaca dari buku- buku
hal yang digunakan sebagai alat literatur, peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, hasil
untuk menganalisis praktek seminar dan sumber lain yang terkait dengan masalah yang diambil,
akuntansi modern, yaitu seperti pendapat para fukaha dan ahli-ahli akuntansi modern dan pemerhati
: pertama, aspek normatif/ajaran akuntansi syariah. Data tersebut akan dianalisis dengan langkah-langkah
dengan rujukan al-Qur’an dan sebagai berikut: pertama, mengecek ulang hasil data yang diperoleh
Hadits, kedua, kaidah-kaidah hukum, dari bacaan-bacaan serta pendapat-pendapat para ahli; kedua,
dan ketiga, pandangan- pandangan mengklasifikasikan data dalam kategori yang lebih khusus; ketiga,
fiqh. proses pentabulasian data, hal ini sangat diperlukan untuk memudahkan
Dalam aspek normatif, dalam melihat hasil penelitian; keempat, semua data akan dianalisis
terdapat norma dari tinjauan secara sistematis dan mendalam dengan pendekatan deskriptif-
hukum/ahkam baik hasil kajian kualitatif.
dengan pendekatan harfiah (aliran
Zhahiri) pendekatan
Adapun APB (Accounting kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan
Principle Board) dalam Statement hasilnya (Baridwan, 1996: 2).
No. 4 mendefinisikan akuntansi Sementara Seomarso (2004: 2) mendefinisikan akuntansi sebagai
sebagai suatu kegiatan jasa yang proses pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, dan pelaporan
berfungsi untuk memberikan informasi-informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
informasi kuantitatif, umumnya Berbeda dengan yang lain, Harahap (2001: 2) dalam bukunya
dalam ukuran uang, mengenai “Akuntansi Islam” menjelaskan akuntansi dengan cara memberikan
suatu badan ekonomi yang kepanjangannya sebagai berikut: A (Angka), K (Keputusan), U
dimaksudkan untuk digunakan (Uang), N (Nilai), T (Transaksi/Tjatatan), A (Analisa), N (Netral), S
dalam pengambilan keputusan (Seni), I (Informasi). Menurut Harahap, kata-kata ini dapat
ekonomi, yang digunakan dalam menjelaskan sendiri apa arti akuntansi itu ditinjau dari berbagai sudut.
memilih diantara beberapa Banyak definisi lainnya yang diberikan oleh ahli-ahli
alternatif (Baridwan, 1996: 2). akuntansi, akan tetapi secara umum peneliti lebih melihat akuntansi
Sedangkan menurut dalam penelitian ini sebagai suatu ilmu tentang seni pencatatan, dan
AICPA (American Institute of pelaporan informasi-informasi keuangan kepada pihak-pihak yang
Certified Public Accountant) berkepentingan secara adil, logis, bertanggungjawab dan terukur untuk
sebagai seni pencatatan, membolehkan pengambilan pendapat dan keputusan-keputusan.
penggolongan, dan
pengikhtisaran dengan cara
tertentu dan dalam ukuran
moneter, transaksi dan kejadian-
Penelitian yang dilakukan kemudian memberikan atau menciptakan realitas alternatif dengan
oleh Adnan (1997) menyimpulkan seperangkat jaringan-jaringan kuasa ilahi yang mengikat manusia
sebagai berikut: dalam hidup sehari-hari.
1. Secara konseptual, kedua bank Penyebab utama diperlukannya konsep akuntansi syariah adalah
masih memakai konsep dan karena institusi-institusi keuangan Islam harus beroperasi berdasarkan
praktik yang lazim dilakukan pada prinsip-prinsip syariah. Jadi, berkembangnya bank-bank syariah
dalam akuntansi konvensional. dan lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya serta tantangan-
2. Tinjauan kritis bahwa tantangan yang mereka hadapi dalam usaha untuk melayani masyarakat
sebenarnya tidak semua konsep secara benar telah mendorong mereka, bersama-sama para ahli hukum
dasar akuntansi dapat diterima Islam dan akuntansi untuk mencari konsep yang paling sesuai yang bisa
secara syariah. memberikan kecukupan, kematangan dan keterkaitan informasi kepada
3. Berdasarkan butir kedua di atas para pengguna dari laporan keuangan.
khususnya menyiratkan perlunya Dalam merumuskan kekhususan akuntansi syariah, ada dua
dibangun model aliran yang terjadi: pertama, adalah mereka yang menghendaki
akuntansi yang memang tujuan dan berbagai kaidah Akuntansi Syariah dibangun atas dasar
sesuai dengan syariah, bila prinsip dan ajaran Islam, lalu membandingkannya dengan
diharapkan terjadi konsistensi pemikiran-pemikiran akuntansi kontemporer yang sudah mapan.
antara gerak ekonomi Islam dan Kedua, adalah berangkat dari tujuan dan kaidah akuntansi
instrumen pendukungnya. Dalam konvensional yang sudah ada, kemudian mengujinya dari sudut
pandangan pandang Islam. Bagian yang dipandang sejalan diterima dan dipakai,
Triyuwono (2003) akuntansi sedangkan bagian yang dipandang tidak sesuai ditolak.
syariah yang berorientasi sosial Dalam perkembangannya, peneliti menemukan banyak pakar
merupakan salah upaya lebih condong kepada pendapat yang kedua. Sehingga kebanyakan ide
mendekonstruksi akuntansi dasar dari konsep akuntansi syariah yang sudah dan sedang disusun
modern ke dalam bentuk yang berasal dari konsep dasar akuntansi konvensional yang sudah dengan
humanis dan sarat nilai. alasan-alasan seperti yang telah peneliti kemukakan di bab-bab
Tujuannya adalah tercipta terdahulu.
peradaban bisnis dengan Banyak usaha yang telah dilakukan untuk membangun suatu
wawasan humanis, konsep dasar akuntansi syariah, namun belum ditemukannya suatu
emansipatoris, transendental dan konsep yang paling sesuai yang dapat diterima oleh semua
teleologikal. Konsekuensi stakeholders. Untuk itu diperlukan penelitian- penelitian dan studi-studi
ontologis dari hal ini adalah lanjutan tentang bagaimana konsep yang cocok diterapkan di
bahwa akuntan secara kritis lembaga-lembaga keuangan syariah. Hal ini kemudian diharapkan
harus mampu membebaskan akan dapat menambah khasanah pemikiran tentang konsep-konsep
manusia dari ikatan realitas akuntansi syariah.
(peradaban) semu beserta
jaringan-jaringan kuasanya, untuk
yang lebih baik yang dapat memuaskan keinginan para pengguna laporan-laporan keuangan.
Konsep Going Concern istishab, yang bisa diartikan dengan retaining (berlanjut) atau
Konsep ini accompaniment (tambahan). Walaupun demikian, ide-ide penting yang
mengasumsikan bahwa suatu benda ada dibalik konsep ini serta konsekuensinya masih dipertanyakan
akan terus berlanjut sampai dalam sudut pandang Islam.
adanya bukti yang Adnan dan Gaffikin (1997) menolak konsep ini karena
memperlihatkan kebalikannya. menerima konsep ini berarti juga mengakui ada yang lain selain Allah
Dalam AAOIFI (1998) dijelaskan yang akan terus berlanjut atau abadi (indefinite)—dalam hal ini sebuah
bahwa walaupun akad mudarabah entitas usaha—yang tidak diperbolehkan dalam Islam. Jadi, walaupun
dan musyarakah dibuat untuk Islam membolehkan perdagangan dan investasi, tetapi menolak konsep
jangka waktu tertentu, tetapi akad keberlangsungan jangka panjang (long- term continuity).
ini diasumsikan terus berlanjut Dalam pandangan peneliti, konsep ini tidak bertentangan dengan
sampai satu atau semua pihak yang ajaran Islam karena kontinuitas yang ada dalam konsep ini bukanlah
terlibat memutuskan untuk abadi (indefinite) akan tetapi hanya berlangsung selama sesuatu itu ada.
mengakhirinya. Ahmed (1994) Islam juga menekankan keberlangsungan (continuity) aktivitas-aktivitas
berpendapat bahwa konsep ini bisnis karena hal itu merupakan sumber-sumber zakat yang potensial
tidak bertentangan dengan yang harus dibayar tiap tahun. Peneliti juga sependapat dengan
prinsip-prinsip Islam. Menurut Ahmed (1994) bahwa implikasi dari yang ada dibalik konsep ini
Ahmed, dalam fiqh Islam, ada satu masih melahirkan banyak argumen.
konsep yang mirip dengan konsep
ini yang disebut dengan
menyebabkan penzaliman dari dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara
sebagian kelompok kepada kamu” (QS. An-Nisa: 29).
kelompok lainnya. Islam Menurut hemat peneliti, konsep ini sangat tidak sesuai
melarang umatnya untuk saling digunakan dalam kondisi keuangan dunia seperti sekarang di mana
menzalimi sebagaimana firman inflasi terus terjadi setiap waktu. Akan tetapi, karena tidak adanya
Allah, “….janganlah kamu saling konsep lain yang bisa dipakai sebagai sarana pengukur, maka atas
memakan harta sesamamu dengan nama darurat, peneliti berpendapat konsep ini bisa dipakai sampai
jalan yang batil, kecuali alternatif lain ditemukan.
lebih memilih penggunaan nilai mengakui adanya masalah antara kedua konsep tersebut pada tahap
sekarang/pasar (current values) implementasi. Mereka menyarankan agar Laporan Keuangan lembaga
dibandingkan dengan historical keuangan Islam menggunakan dua Neraca (Balance Sheet), yang
cost, dengan alasan bahwa pertama dipersiapkan dengan dasar biaya historis, sedangkan yang kedua
perhitungan zakat harus dilakukan dibuat dengan menggunakan nilai sekarang (current value).
dengan harga pasar. Sebagai AAOIFI, sebuah lembaga yang menciptakan standar- standar
tambahan, Adnan and Gaffikin akuntansi bagi institusi-institusi keuangan Islam, juga menyadari
(1997) mengkritik penggunaan adanya ketimpangan perlakuan terhadap nilai investasi jika menggunakan
konsep biaya historis (historical metode biaya historis. Akan tetapi, lembaga tersebut tetap mengadopsi
cost concept) dengan beralasan konsep biaya historis dengan alasan bahwa “at the present time, it is
bahwa hal itu: “can be misleading not evident that adequate means are available to apply current
in terms of giving out of date cost in a manner that produces reliable information” (AAOIFI,
indication of value”. Sementara 1998: 65).
misleading accounting dianggap Peneliti lebih condong kepada pendapat yang
tidak konsisten dengan nilai-nilai membolehkan penggunaan biaya historis walaupun peneliti juga tidak
Islam dalam berurusan dengan menampik keuntungan dari konsep current value pada kondisi-kondisi
bisnis dan masyarakat. tertentu. Konsep biaya historis, dalam pandangan peneliti, merupakan
Akan tetapi, penggunaan implementasi dari prinsip kejujuran yang sangat dianjurkan dalam Islam
current value juga tidak terlepas dalam bermuamalah sebagaimana ditekankan dalam beberapa ayat al-
dari masalah. Attiah (1989) dan Qur’an, seperti QS. 26:181, 26:182, 55:8, 55:9, 2:283, 3:75, 4:2,
Hamoud (1996) melihat 4:58, 8:27, 23:8, 70:32.
penggunaan current values akan Dalam prinsip ini suatu institusi diwajibkan untuk mencatat pembelian
menyebabkan laba dibagi suatu sebesar harga pada saat diperolehnya suatu barang, walaupun
sebelum kenaikan (upturn). harga tersebut meningkat pada keesokan harinya.
Baydoun and Willett (2000)
Konsep Pengakuan Pendapatan seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
Dalam konsep ini, terjadi besok atau yang akan diperolehnya besok, namun demikian
pendapatan diakui pada saat mereka diwajibkan berusaha, hal sejalan dengan QS. 31:34, 69:42.
terjadinya penjualan atau transaksi Dalam kasus bank Islam, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
di mana adanya didapat kepastian (PSAK) No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah di Indonesia
mengenai besarnya pendapatan. telah mensyaratkan untuk mencatat pendapatan/laba bagi hasil pada saat
Pendapatan telah diterimanya kas (cash basis) dengan alasan adanya “kepastian”,
tersebut diukur dengan aktiva yang di mana pendapatan tersebut telah benar-benar diterima.
diterima walaupun kas belum Konsep pengakuan pendapatan seperti ini dianggap dapat
terealisasi. diterima dalam pandangan Islam sepanjang pencatatan dari transaksi-
Islam melarang kita transaksi diperhatikan, yaitu lebih bijaksana jika pendapatan diakui
untuk meramal atau tenung atau hanya pada saat itu telah direalisasikan atau telah terjadi.
memastikan apa yang akan terjadi
ke depan sampai hal itu benar-
benar terjadi sesuai dengan
takdirnya, tiada
approach) untuk pengukuran temuan mereka pada perhitungan zakat. Zaid mengaitkan konsep ini
pendapatan lebih cocok dengan dengan konsep going concern dan berpendapat bahwa matching
ajaran Islam. konsep ini diperlukan untuk jumlah kekayaan aktual untuk
Anehnya, Zaid (1995) perhitungan zakat. Hal senada juga disampaikan Attiah (1989).
dan al-Qabani (1983) menemukan AAOIFI (1998: 63) menjustifikasi penggunaan konsep ini dengan
konsep matching ini dapat diterima alasan bahwa hal ini telah sesuai dengan ajaran Islam dalam hal
dalam pandangan Islam. Mereka pemindahan tanggungjawab biaya kepada penerima manfaat.
juga mendasarkan
Konsep Konsistensi yang selalu sama jika ada alasan yang kuat untuk menggunakan metode
Pada bank Islam, prinsip yang berbeda (AAOIFI, 1998: 61). Menjaga konsistensi sangat
konsistensi sangat diperlukan untuk penting dalam sudut pandang Islam karena hal itu akan membantu
menjamin kepercayaan nasabah dalam menyediakan informasi yang lebih berguna dan laporan keuangan
sebagai shahibul maal/pemilik yang lebih akurat dan lebih adil (Ahmed, 1994). Dalam Pedoman
dana sehingga tidak ada keraguan Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia tahun 2003 (IAI, 2003)
dalam berinvestasi. Akan tetapi, hal dikatakan bahwa penyajian pos-pos dalam laporan keuangan antar
ini tidak berarti bahwa bank harus periode harus konsisten, kecuali adanya perubahan yang penting
selalu menggunakan metode terhadap operasi perbankan atau perubahan tersebut dibolehkan oleh
pengukuran dan pengungkapan PSAK.
Konsep dasar akrual dengan konsep akrual, maka pendistribusian laba tersebut akan
merupakan konsep yang mengharuskan bank-bank syariah untuk menyediakan dana dari
disepakati secara umum karena sumber lain untuk membayar bagi hasil. Jika terjadi sesuatu
sebagian sarjana akuntansi sementara bank belum menerima uang kas, bank harus menanggung
menilai adanya keakuratan sendiri kerugian atas kejadian tersebut.
pelaporan pendapatan beban dengan Adnan dan Gaffikin (1997: 133) dan Attiah (1989: 88)
menggunakan konsep ini. Akan berpendapat bahwa penggunaan accrual basis dapat diterima dalam
tetapi, oleh para sebagian sarjana pandangan islam. Mereka melihat accrual basis dapat menyediakan
Muslim, penggunaan konsep ini kalkulasi yang benar dari kekayaan, yang menjadi sumber perhitungan
secara total dinilai tidak sesuai zakat. Hamoud (1996) dan Shihadah (1987) juga melihat konsep akrual
dengan nilai-nilai Islam. Lewis dapat diterima dalam melakukan transaksi-transaksi di luar mudarabah
(2001: 123) mengemukakan dua (yang mengharuskan penggunaan konsep kas).
alasan kenapa accrual basis tidak Di Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia atau IAI (2009)
sesuai dengan Islam: pertama, jika menetapkan dalam PSAK no. 59 bahwa konsep akrual digunakan dalam
konsep ini diadopsi, maka transaksi usaha secara umum, akan tetapi khusus untuk perhitungan
perusahaan akan membayar zakat pendapatan untuk bagi hasil harus digunakan konsep kas (cash basis).
atas kekayaan yang belum Peneliti lebih melihat persoalan sebagai kepastian yang
diperolehnya, dan yang kedua, diharuskan dalam membukukan pendapatan dan pengakuan terhadap
akad mudarabah hanya beban, sehingga tidak ada unsur gharar di dalamnya. Hal sejalan
mengharuskan pembagian laba dengan QS. Luqman ayat 34: “Dan tiada seorangpun yang dapat
yang sudah terealisasi. Sementara mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.”
itu Hamat (2000: 404) mengkritik Dan jika masalah kepastian itu sudah selesai, maka peneliti tidak melihat
accrual basis atas dasar bahwa jika ada persoalan mendasar pada tataran konsep.
pendapatan dari pembiayaan
mudarabah diakui
2. The functions of Islamic banks akuntansi memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pemikiran,
are significantly different from pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan seseorang
those of traditional banks (Muhammad, 2000: 10). Dalam akuntansi konvensional, konsep
who have adopted the keadilan, kebenaran dan pertanggungjawaban sangat tergantung kepada
Western model of banking nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat.
3. The relatioship between Perbedaan-perbedaan tersebut akan lebih jelas lagi kalau kita
Islamic banks and the parties membandingkan antara pengertian akuntansi Islam dengan akuntansi
that deal with them differs konvensional. Menurut Shahul Hameed Mohamed Ibrahim (2001)
from the relatioship of those akuntansi Islam dapat definisikan sebagai proses akuntansi yang
who deal with the traditional menyediakan informasi—tidak hanya informasi keuangan—kepada
banks. Unlike traditional stakeholders dari suatu entitas usaha di mana informasi tersebut akan
banks, Islamic banks do not meyakinkan mereka bahwa usaha mereka dijalankan sesuai dengan
use interest in their investment hukum Islam serta tetap mengarah kepada tujuan-tujuan sosio-
and financing transactions, ekonomi. Akuntansi Islam juga merupakan suatu alat bagi umat Islam
whereas traditional banks dalam mengevaluasi tanggung jawab mereka kepada Allah dalam hal
borrow and lend money on the interaksi di antara sesama manusia dan lingkungannya. Dalam
basis of interest. akuntansi konvensional, tujuan-tujuan yang ingin dicapai hanyalah
tujuan ekonomi semata dan pertanggungjawabannya dilakukan bukan
Sifat dan karakteristik kepada Tuhan tetapi terhadap sekelompok manusia dalam suatu entitas
dari konsep akuntansi Islam dan ekonomi.
akuntansi konvensional juga Perbedaan mencolok akan tampak kalau dibandingkan antara
memiliki perbedaan yang standar operasi untuk perbankan konvensional dengan perbankan
mendasar. Akuntansi Islam Islam. Namun demikian, kalau dilihat lebih jauh, perbedaan ini lebih
didasarkan pada hukum syariat disebabkan karena perbedaan paradigma dasar dari kedua jenis
yang terintegrasi dalam kehidupan industri, yang pada gilirannya membawa perbedaan produk dan jasa
masyarakat muslim, yang yang ditawarkan. Konsekuensinya adalah terjadinya perbedaan standar
prosesnya ditangani oleh para akuntansinya. Contoh dalam industri perbankan Islam dikenal dengan
akuntan yang produk musyarakah, mudarabah, murabahah, bai' bi-tsaman ajil, qardul
mengombinasikan kemampuan dan hasan, salam, istishna dan lain sebagainya. Kesemua jenis produk atau
kecakapan dengan kejujuran kerja jasa ini tidak akan ditemukan operasi dalam bank konvensional.
(Arief Mufti & Muhammad Syakir Karena keunikan produk atau jasa ini pulalah, maka mau tidak
Sula, 399: 2008). Sementara mau ada standar yang tidak hanya berbeda, tetapi tidak terdapat dalam
akuntansi konvensional standar akuntansi konvensional. Pada tataran tertentu, keunikan ini
mendasarkan pada logika manusia sekaligus memunculkan perlakuan akuntansi yang unik. Contohnya
yang selalu berubah tergantung manakala terjadi transaksi deposito mudarabah oleh nasabah kepada
kebutuhan dan kultur masyarakat di bank Islam. Sekilas orang menyangka bahwa sifat dan bentuk deposito ini
mana sistem akuntansi itu diterapkan. sama saja dengan deposito bank konvensional.
Akuntansi Islam memiliki Pendapat di atas rasanya cukup jelas dan masuk akal, bila
bentuk yang sarat dengan nilai kemudian disimpulkan bahwa wajar—bahkan harus— akuntansi
keadilan, kebenaran dan Syariah tidak sama dengan akuntansi konvensional. Disamping itu
pertanggungjawaban kalau seseorang mencoba memahami hakikat keberadaan akuntansi
(accountability). Bentuk akuntansi sebagai alat yang tidak bebas nilai, dan bahkan penuh kompromi
yang memancarkan nilai untuk berbagai kepentingan pihak tertentu.
keadilan, kebenaran dan
pertanggungjawaban ini sangat
penting karena informasi
KESIMPULAN
SARAN
Karena sifatnya sangat dalam penyusunan standar akuntansi keuangan Syariah.
mendesak seiring dengan Dalam pembuatan standar akuntansi syariah Indonesia, agar
pertumbuhan institusi-institusi pihak IAI (sebagai otoritas pembuat standar akuntansi Indonesia) tidak
keuangan Islam yang pesat, kaku dalam menafsirkan konsep-konsep dasar akuntansi, sehingga
sebaiknya otoritas-otoritas terbuka peluang bagi berbagai kalangan untuk menyempurnakannya di
keuangan dari masing-masing masa yang akan datang.
negara Islam berkumpul untuk Karena sifatnya masih belum final, agar para penelitian
menyepakati konsep-konsep dasar dalam bidang ini diperbanyak. Masukan-masukan yang didapat
yang dapat digunakan
DAFTAR PUSTAKA
AAOIFI. 1998. Accounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institutions. Manama,
Bahrain: Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions.
Abdel-Magid, M.F., 1981. The Theory of Islamic Banking: Accounting Implications.
International Journal of Accounting, Vol. 17, No. 1, hal. 79-102.
Adnan, M.A., 1997. An Investigation of Accounting Concepts an Practice in Islamic Banks,
The Case of Bank Islam Malaysia Berhad and Bank Muamalat Indonesia.
Adnan, M.A., dan Gaffikin, M., 1997. The Shari’ah, Islamic Banks and Accounting Concepts
and Practices. Paper presented at Accounting, Commerce and Finance: the Islamic
Perspective International Conference, University of Western Sydney, Macarthur.
Ahmed, E.A.Q., 1994. Accounting Postulates and Principles from an Islamic Perspectives,
Review of Islamic Economics, Vol. 3, No.2, hal. 1-18.
Al-Qabani, T., 1983. Some Characteristics of Islamic Thought Evolution and Islamic
Accounting. Islamic Banks International Union. [English Translation].
Attiah, M., 1989. Financial Accounting Theory in Islamic Thought. Islamic Banks International
Union. [English Translation].
Badawi, S.T., 1986. Accounting Policies and Procedures. Butter Worths, London:
Butterworths Editorial.
Baridwan, Z., 1996. Intermediate Accounting, Edisi 5. Yogyakarta: BPFE Universitas Gadjah Mada.
Baydon, N., dan Willet, R., 1994. Islamic Accounting Theory. Paper presented at the AAANZ
Annual Conference, 3 – 6 July 1994, Australia, 1994.
, 2000. Islamic Corporate Reports. ABACUS, Vol. 36, No. 1, hal. 71-90.
, 1997. Islam and Accounting: Ethical Issues in the Presentation of Financial Information.
Accounting, Commerce & Finance: the Islamic Perspective Journal, Vol. 1, No. 1, hal. 1-
25.
Ba-Yunus, I., 1988. Contemporary Sociology: An Islamic Critique, ISLAM: Source and Purpose
of Knowledge. Herndon, Virginia: International Institute of Islamic Thought.
Belkaoui, A., 2000. Accounting Theory. London: International Thomson Business Press. CNN,
2009. Muslim in America: a 'Voyage of Discovery' . Diambil pada tanggal 18 September
2009 dari website: http://edition.cnn.com/2009/LIVING
/wayoflife/02/09/muslims.america/index.html
Daley, L.A., and Tranter, T., 1990. Limitations on the Value of the Conceptual Framework in Evaluating
Extant Accounting Standards. Accounting Horizons. Vol. 4, No. 1, hal. 15- 24.
Departemen Agama Republik Indonesia, 2004. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Proyek
Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an.
Devine, T., 1963. The Rule of Conservatism Reexamined. Journal of Accounting Research, Vol.
1, No. 2, hal.. 127-138.
FASB, 1978. Statement of Financial Accounting Concept 1:Objectives of Financial Reporting by
Business Enterprises. Stamford, Connecticut: Financial Accounting Standards Board.
Fremgen, J.M., 1968. The Going Concern Assumption: A Critical Appraisal, The Accounting Review.
Vol. 43, hal. 649-656.
Gambling, T. dan Karim R., 1991. Business and Accounting Ethics in Islam, London: Mansell
Publishing Limited.
Godfrey, J., Hodgson, A., dan Holmes, C., 2000. Accounting Theory. Sydney, Australia: John Willey
and Sons Australia Ltd.
Gray, R.H., Owens, K., dan Maunders, K., 1996. Accounting and Accountability: Changes and
Challenges in Corporate Social and Environmental Accounting. London: Prentice Hall.
Hamat, M., 2000. Accounting Standards and Tax Laws. In A. Siddiqi (ed.), Anthology of Islamic
Banking. London: IIBI, hal. 404-408.
Hameed, S., 2001. Islamic Accounting – Accounting for the New Millenium?, Paper presented at
the Asia Pacific Conference, Kota Bahru, Kelantan, October 10-12, 2001.
Hamid, S., Craig, R. dan Clarke, F., 1993. Religion: A Confounding Cultural Elem ent in the
International Harmonization of Accounting. ABACUS, Vol. 29, No. 2, hal. 131-148.
Hamoud, S., 1996. Profits Computation Standards in Islamic Banks, Islamic Economic Studies,
Vol. 3, No. 2, pp. 83-112
Harahap, S.S., 2001. Akuntansi Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
, 2002. Riset Akuntansi Islam”. Jurnal Ekonomi Syariah Muamalah, Vol. 1, No. 1, hal. 103- 116.
Harahap, S.S., Wiroso dan Muhammad Yusuf., 2005. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE
Trisakti
Hayashi, T., 1989. On Islamic Accounting. Ph.D Dissertation. Tokyo: Institute of Middle Eastern
Studies, International University of Japan.
Hendriksen, E.S., 1982. Accounting Theory. Homewood, Illinois: Richard D. Irwin, Inc. Hornby,
A.S., 2000. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. Revised and
Updated Edition. Oxford: Oxford University Press.
Husband, W., 1926. The Accrual Principle Applied to Bank Accounting. Accounting Review, Vol. 1,
No. 2, hal. 85-89.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2002. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 59.
Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia dan Bank Indonesia.
Karim, R. A. A., 1990. Standard Setting for The Financial Reporting Religious Business
Organizations: The Case of Islamic Banks. Accounting and Business Research, Vol. 20,
No. 80, hal. 299-305.
Khan, M.A., 1994. Accounting Issues and Concepts for Islamic Banking. Paper presented at the
International Conference on Developing Accounting Standards for Islamic Banks, London:
IIBI.
Klinefelter, D., dan McCorkle, D., 2003. Financial Management: Cash vs. Accrual Accounting.
Agricultural Communications, The Texas A&M University System. Diambil pada tanggal 5
September 2009 dari website: http://trmep.tamu.edu/cg/factsheets/rm5- 16.html
Lewis, M., 2001. Islam and Accounting. Accounting Forum, Vol. 25, No. 2, hal. 103-127. Littleton,
A.C, 1961. Essay on Accountancy. Urbana, Illinois: University of Illinois Press. Moleong, L.J., 2004.
Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Mufti, A. dan Sula, M.S., 2008. Amanah Bagi Bangsa: Konsep Sistem Ekonomi Syariah.
Jakarta: Masyarakat Ekonomi Syariah (MES).
Muhammad, 2000. Prinsip-prinsip Akuntansi dalam al-Qur’an, Yogyakarta: UII Press.
, 2002. Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Naisbitt, J., 1995. Megatrends: The Eight Asian Megatrends That Are Changing the World.
London: Nicholas Brealy Publishing Ltd.
Newman, B. dan M. Mellman, 1967. Accounting Theory: ACPA Review, New York: John Wiley
& Sons, Inc.
Peasnell, K.V., 1982. The Function of A Conceptual Framework for Corporate Financial Reporting.
Accounting and Business Research, Vol. 12, No. 48, hal. 243-256.
PRC Team, 2007. Muslim Americans: Middle Class and Mostly Mainstream. For Immediate
Release. Washington DC: Pew Research Center.
Sartini, 2009. The Development of the Conceptual Framework for Accounting for Islamic Banking.
IQTISAD: International Journal of Islamic Economics, January 2009.
Shihadah, S., 1987. Financial Accounting Theory From Islamic Perspective. Cairo: Al-Zahraa for
Arabic Media. [English Translation]
Simatupang, D., 2008. Penyusunan Proposal Penelitian, Bahan Perkuliahan Metode Penelitian
dan Penulisan Hukum pada Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta.
Soemarso S.R., 2004. Pengantar Akuntansi, Buku 1, Edisi 5. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Sterling, R., 1968. The Going Concern: An Examination. Accounting Review, Vol. 43, No. 3, hal.
481-502.
Sulaiman, M., 2000. Corporate Reporting from an Islamic Perspective. Akauntan Nasional,
October. hal. 18-22.
Syafi’i Antonio, M., 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press. The
White House, 2009. Remarks by the President on a New Beginning. The White House
Press Office. Cairo University, Cairo, Egypt. Diambil pada tanggal 18 September 2009 dari
website: http://www.whitehouse.gov/the _press_office/Remarks-by-the-President- at-Cairo-
University-6-04-09/
Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional.
Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia, 2003. Pedoman Akuntansi
Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI). Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Tim STIE Perbanas, 2004. Kumpulan Bahan-bahan Ujian Komprehensif. Jakarta: STIE
Perbanas.
Triyuwono, I., 2003. Konsekuensi Penggunakan Entity Theory Sebagai Konsep Dasar Standar
Akuntansi Perbankan Syariah. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol. 7. No. 1: 37-
51
, 2003. Konsekuensi Penggunakan Entity Theory Sebagai Konsep Dasar Standar Akuntansi
Perbankan Syariah. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol. 7., No. 1, hal. 37-51.
Universitas Gunadarma, 2009. Hukum Islam. Diambil pada tanggal 5 September 2009 dari
website: http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/agama_islam/ bab7-
hukum_islam_(syari'ah)
Wikipedia Bahasa Indonesia, 2009. Konsep. Diambil pada tanggal 3 September 2009 dari
website: http://id.wikipedia.org/wiki/Konsep.
Zaid, O., 1995. Financial Accounting in Islamic Society. Amman: Dar Al-Yazouri. [English
Translation].
Zall, M., 2001. Accounting: Cash vs. Accrual. Diambil pada tanggal 3 September 2006 dari
website: http://www.wconline.com/CDA/ArticleInformation/
features/BNP Features Item/02C32992C282592C00.html
View publication