You are on page 1of 11

MAKALAH

NUTRISI DAN PEMBERIAN PAKAN PADA AYAM PETELUR

OLEH:
MUTIARA (L1A120176)
KELAS D

FAKULTAS PETERNAKAN
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OELO
KENDARI
2022

i
BAB I
PENDAHULUAN
Pemberian pakan kepada hewan ternak khususnya untuk hewan ternak
ayam petelursangatlah penting dalam berternak ayam petelur agar hewan ternak
bisa produktifmenghasilkan telur, pada sistem yang ada saat ini yaitu pemberi
pangan ayam otomatis denganprinsip kerja pemberian pangan ayam dengan
penjadwalan waktu berkala yang di kendalikanoleh sebuah microcontroller
(Zainuddin dan Arsyad, 2019).
Ternak Ayam Petelur adalah adalah ayam-ayam betina dewasa yang
dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Peluang usaha ternak ayam petelur
tidak akan pernah ada matinya. Pasalnya, produk utama dari usaha ternak ayam
petelur merupakan salah satu kebutuhan pokok pangan.Setiap hari keberadaan
telur sangat dibutuhkan oleh semua orang. Telur dibutuhkan sebagai lauk, bahan
makanan olahan, pabrik makanan dan masih banyak yang lainnya. Untuk
kebutuhan lauk sendiri, bisa dibayangkan betapa banyaknya permintaan setiap
harinya (Hasnawiah, 2020)
Ayam petelur adalah ayam yang secara genetik diseleksi untuk
memproduksi telur dengan baik. Ayam petelur mulai memproduksi telur
pada umur 17-18 minggu dan akan mencapai puncak produksi pada umur
35minggu. Produksi telur akan semakin menurun seiring bertambahnya
umur. Pada umur 80 minggu, produksi telur berada dibawah 70% (M.
Ramadhan et al, 2018).
Perkembangan jumlah penduduk yang selalu meningkat dari tahun ke
tahun terus diimbangi dengan kesadaran akan arti penting peningkatan gizi dalam
kehidupan. Hal ini berimplikasi pada pola konsumsi makanan yang juga akan
terus meningkat. Disamping tujuan utama penggunaan makanan sebagai pemberi
zat gizi bagi tubuh yang berguna untuk mempertahankan hidup, manusia juga
menggunakannya untuk nilai-nilai sosial, karena penggunaan makanan telah
melembaga sebagai alat untuk berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu
makanan dalam lingkungan masyarakat menyangkut gizi dan aspek sosial. Secara
ekonomi, pengembangan pengusahaan ternak ayam petelur di Indonesia memiliki
ii
prospek bisnis menguntungkan, karena permintaan selalu bertambah (Cahyono, B.
1995).
Besarnya peluang pasar ayam petelur ini merupakan kesempatan yang
sangat potensial untuk mengembangkan peternakan ayam petelur. Bagi seorang
peternak kesalahan pemeliharaan ayam akan menghasilkan pertumbuhan ayam
yang buruk sehingga mengakibatkan hasil produksi menurun. Pemeliharaan ayam
petelur membutuhkan penanganan khusus dan sangat penting untuk diperhatian.
Karena dengan pemeliharaan yang baik akan menghasilkan pertumbuhan ayam
yang baik, kondisi ayam yang sehat, tingkat mortalitas yang rendah dan pada
akhirnya akan menghasilkan ayam petelur dengan produksi telur yang tinggi.
Pakan merupakan suatu hal yang penting untuk diperhatikan dalam
pemeliharaan ayam petelur. Namun kebutuhan pakan yang semakin meningkat
diperlukan keseimbangan dengan ketersediaan pakannya dan tetap
mempertimbangkan biayanya. Berdasarkan teori dijelaskan bahwa pakan
digunakan untuk menghitung FCR, jika energi pakan saat fase layer terlalu rendah
(kurang dari 2600 kkal), konsumsi pakan lebih banyak sehingga FCR meningkat
dan efisiensi pakan menurun. Sebaliknya jika energi pakan terlalu tinggi akan
terjadi penurunan konsumsi (Harms et al., 2000). Kebutuhan PK dan EM pada
fase layer tidak sama, tergantung dari umur ayam, produksi telur, dan konsumsi
pakan. Hal yang perlu diperhatikan yaitu makin sedikit jumlah pakan yang
dikonsumsi, kandungan PK dan EM harus ditingkatkan.

iii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayam Petelur
Ayam domestik termasuk dalam spesies Gallus gallus tetapi
terkadang ditujukan kepada Galluells domesticus. Ayam diklasifikasikan
sebagai berikut (Scanes et al., 2004):
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Aves
Superordo : Carinatae
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus gallus
Ayam layer atau ayam petelur adalah ayam yang diternakkan
khusus untuk menghasilkan telur konsumsi. Jenis ayam petelur dibagi
menjadi tipe ayam petelur ringan dan medium. Tipe ayam petelur ringan
mempunyai badan yang ramping dan kecil, bulu berwarna putih bersih,
dan berjengger merah, berasal dari galur murni (white leghorn) mampu
bertelur lebih dari 260 telur per tahun produksi hen house. Ayam petelur
ringan sensitif terhadap cuaca panas dan keributan, responnya yaitu
produksi akan menurun. Tipe ayam petelur medium memiliki bobot tubuh
yang cukup berat, tidak terlalu gemuk, kerabang telur berwarna coklat, dan
bersifat dwiguna (Bappenas, 2010). Ayam yang dipelihara sebagai
penghasil telur konsumsi umumnya tidak memakai pejantan dalam
kandangnya karena telur konsumsi tidak perlu dibuahi (Kartasudjana dan
Suprijatna, 2006).
Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus
menghasilkan telur sehingga produktifitas telurnya melebihi dari
produktifitas ayam jenis lainnya. Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras

4
petelur sangat ditentukan oleh sifat genetis ayam, manajemen
pemeliharaan, makanan dan kondisi pasar (Amrullah, 2003).
B. Jenis-jenis Ayam Petelur di Indonesia
Menurut Rasyaf (2008) ayam petelur dibagi menjadi:
a. Jenis ayam petelur ringan
Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur
ringan ini mempunyai badan yang ramping/kurus, mungil/kecil dan
mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah.
Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam galur ini sulit
dicari, tapi ayam petelur ringan komersial banyak dijual
di Indonesiadengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam petelur
di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan (petelur
putih) komersial ini. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per
tahun produksi hen house. Sebagai petelur, ayam tipe ini memang
khusus untuk bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya
diarahkan pada kemampuan bertelur, karena dagingnya hanya sedikit.
Ayam petelur ringan ini sensitif terhadap cuaca panas dan keributan,
dan ayam ini mudah kaget dan bila kaget ayam ini produksinya akan
cepat turun, begitu juga bila kepanasan.
b. Jenis ayam petelur medium
Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya
masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler.
Oleh karena itu ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh
ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup
banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini
disebut juga dengan ayam tipe dwiguna, karena warnanya yang
cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang
umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Orang
mengatakan telur cokelat lebih disukai daripada telur putih, kalau
dilihat dari warna kulitnya memang lebih menarik yang cokelat
daripada yang putih, tapi dari segi gizi dan rasa relatif sama. Satu hal

5
yang berbeda adalah harganya dipasaran, harga telur cokelat lebih
mahal daripada telur putih. Hal ini dikarenakan telur cokelat lebih
berat.
C. Pakan Ayam Petelur
1. Kebutuhan Nutrisi Ayam Petelur
Periode pertumbuhan ayam petelur dapat dibagi menjadi
periode grower (umur 1 hari – 8 minggu), developer (umur 8 – 16
minggu), dan pre-lay (umur 17 – 24 minggu). Kebutuhan nutrisi
periode grower yaitu 18,6% PK dan 3870 kkal/kg EM. Kebutuhan
nutrisi periode developer yaitu 14,9% PK dan 2750 kkal/kg EM.
Kebutuhan nutrisi periode pre-lay yaitu 18,0% PK dan 2755 kkal/kg
EM  (Al Nasser et al., 2005).
          Jika energi pakan saat fase layer terlalu rendah (kurang dari
2600 kkal), konsumsi pakan lebih banyak sehingga FCR meningkat
dan efisiensi pakan menurun. Sebaliknya jika energi pakan terlalu
tinggi akan terjadi penurunan konsumsi (Harms et al., 2000).
Kebutuhan PK dan EM pada fase layer tidak sama, tergantung dari
umur ayam, produksi telur, dan konsumsi pakan. Hal yang perlu
diperhatikan yaitu makin sedikit jumlah pakan yang dikonsumsi,
kandungan PK dan EM harus ditingkatkan. Kebutuhan PK dan EM
fase layer pada berbagai tingkatan umur dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan PK dan EM Fase Layer untuk Strain Hy-Line
Brown
Umur 27 – 3233 – 4445 – 58≥ 59 minggu
minggu minggu minggu
Hen Day94 – 96% 89 – 93% 85 – 88% < 85%
Production
Konsumsi 93 – 113 g 100 – 120 g 100 – 120 g 99 – 119 g
Kebutuhan 15,04 –13,96 –13,33 – 16% 13,03 –
PK 18,28% 16,75% 15,66%
Kebutuhan 2778 – 28672734 – 28672679 – 28672558 – 2833
6
EM Kkal/kg Kkal/kg Kkal/kg Kkal/kg
Sumber: Hy-Line Internasional, 2010.
Protein pakan sebagian besar digunakan untuk produksi telur,
hanya sebagian kecil untuk hidup pokok. Semakin tinggi tingkat
produksi maka kebutuhan protein juga semakin tinggi (Suprijatna et
al., 2005). Protein pakan harus mencukupi kebutuhan asam-asam
amino untuk menunjang produksi yang optimal (Leeson, 2008).
Kebutuhan asam amino bagi ayam petelur fase layer dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Standar Kebutuhan Asam Amino untuk Strain Hy-Line
Brown
Umur 27 – 3233 – 4445 – 58≥ 59 minggu
minggu minggu minggu
HDP 94 – 96% 89 – 93% 85 – 88% < 85%
Lisin (mg) 931 920 876 821
Metionin (mg)448 443 422 395
Metionin +805 815 776 727
Sistin (mg)
Treonin (mg) 700 692 659 618
Triptofan 213 211 201 188
(mg)
Arginin (mg) 978 966 920 863
Isoleusin (mg) 722 714 680 637
Valin (mg) 844 834 794 744
Sumber: Hy-Line Internasional, 2010.
Kebutuhan vitamin dan mineral untuk ayam petelur strain Hy-
Line Brown fase layer dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.

7
Tabel 3. Standar Kandungan Vitamin Ransum pada Fase Layer
Vitamin Kandungan dalam 1000 Kg Ransum
Vitamin A (IU) 8.000.000*
Vitamin D(IU) 500.000**
Vitamin E (IU) 5.000**
Vitamin K (mg) 500**
Thiamin (mg) 1.700*
Riboflavin (mg) 5.500*
Asam pantotenat (mg) 6.600*
Niasin (mg) 28.000*
Piridoksin (mg) 3.300*
Biotin (mg) 100**
Kolin (mg) 500.000**
Vitamin B12 (mg) 22,18*
Sumber: * Hy-Line Internasional, 2010
**North danBell, 1990
Tabel 4. Kebutuhan Mineral Ayam Petelur Tipe Medium pada
Fase Layer
Mineral Umur 21 – 40 minggu Umur > 40 minggu
Kalsium (%) 3,00 3,25
Fosfor (total, %) 0,50 0,50
Natrium (mg/kg) 0,15 0,15
Mangan (mg/kg) 110 110
Seng (mg/kg) 50 50
Sumber: North dan Bell, 1990
Kalsium dan fosfor merupakan mineral utama yang diperlukan
untuk pembentukan cangkang telur. Pakan ayam petelur fase layer
harus mengandung kalsium sebanyak 3 – 4% (Harms et al., 1996).

8
Defisiensi kalsium akan menyebabkan cangkang telur menjadi tipis
dan mudah retak. Jika absorbsi kalsium pakan tidak memenuhi
kebutuhan pembentukan cangkang, kalsium diambil dari tulang
medulair (Riczu dan Korver, 2009). Imbangan Ca: P yang terlalu luas
dapat menimbulkan ricketsia, yaitu tiap unsur yang berlebihan
menyebabkan mengendapnya unsur lain di dalam usus sehingga tidak
bisa dimanfaatkan tubuh. Imbangan Ca : P sebaiknya sebesar 9 : 1 saat
puncak produksi, 11 : 1 saat produksi sebesar 89 – 93%, selanjutnya 13
: 1 hingga ayam diafkir  (Hy- Line International, 2010).
Lemak merupakan sumber energi tinggi dalam pakan unggas.
Asam linoleat dan arakhidonat adalah asam lemak esensial karena
tidak dapat disintesis tetapi harus ada di dalam pakan. Pakan yang
tidak mengandung cukup asam linoleat menyebabkan pertumbuhan
terhambat, terjadi akumulasi lemak di hati, dan lebih rentan terhadap
infeksi pernafasan. Defisiensi asam arakhidonat pada ayam petelur
menyebabkan ukuran telur kecil. Asam arakhidonat dapat disintesis
dari asam linoleat (Suprijatna et al., 2005). Standar kebutuhan asam
linoleat dalam pakan ayam petelur fase layer dari umur 27 minggu
hingga lebih dari 59 minggu adalah 1,00 g/hari (Hy-Line International,
2010).
2. Tata Laksana Pemberian Pakan
Rata-rata ayam petelur fase layer strain Hy–Line Brown
mengkonsumsi 114 – 120 gram pakan per hari sehingga pemberian
pakan tiap hari sekitar 120 gram per ekor ayam. Air merupakan
komponen nutrien yang paling penting, apabila ayam kekurangan air
minum, konsumsi pakan akan menurun sehingga produktivitasnya
menurun. Air minum hanya dibatasi pada saat-saat tertentu, misalnya
sebelum vaksinasi melalui air minum (Hy-Line International, 2010).
Ayam dapat bertelur dengan optimal apabila pakan diberikan
secara ad libitum, yaitu selalu tersedia sepanjang hari. Pakan bentuk
pellet memiliki palatabilitas yang paling baik. Bentuk pakan seperti

9
campuran crumble dan mash umum digunakan dalam ransum hasil
formulasi sendiri dan relatif lebih ekonomis. Ayam harus distimulasi
untuk mengkonsumsi pakan, salah satunya dengan memberikan biji-
bijian setengah hancur, misalnya jagung. Pakan di dalam tempat pakan
diusahakan selalu kering dan diganti dengan yang baru setiap hari
untuk mencegah timbulnya jamur. Air bersih untuk minum harus
selalu tersedia atau ad libitum (Shirt, 2010).
Pemberian pakan saat tengah malam (midnight feeding) dapat
dilakukan apabila diberikan cahaya yang cukup, yaitu dari lampu.
Tujuan night feeding dan midnight feeding yaitu memberikan
kesempatan bagi ayam untuk meningkatkan suplai kalsium dari saluran
pencernaan secara langsung untuk pembentukan cangkang telur. Hal
ini mencegah pengambilan kalsium dari tulang yang meningkatkan
risiko pengeroposan tulang saat ayam mulai tua. Waktu pemberian
pakan di pagi atau siang hari menyebabkan ayam mengabsorbsi zat-zat
pakan sebagian besar untuk hidup pokok dalam sehari, regenerasi sel,
mengatasi pengaruh lingkungan seperti cuaca sehingga tidak semuanya
dimaksimalkan untuk pembentukan telur. Midnight feeding
berlangsung saat telur sedang dibentuk sehingga materi pembentuknya
dapat ditambahkan dari zat-zat pakan yang diabsorbsi oleh saluran
pencernaan (Riczu dan Korver, 2009). Midnight feeding terbukti dapat
meningkatkan kualitas cangkang telur dari segi ketebalan, kekuatan,
persentase cangkang dari telur yang keluar pada pagi hari, yaitu sekitar
jam 09.00 (Harms et al., 1996).

DAFTAR PUSTAKA
Al Nasser, A., A. Al Saffar, M. Mashaly, H. Al Khalaifa, F. Khalil, M. Al Baho,
dan A. Al Haddad. 2005. A Comparative Study on Production Efficiency
of Brown and White Pullet. Bulletin of Kuwait Institute for Scientific
Research 1 (1): 1 – 4.
Amrullah, K. 2003. Manajemen Ternak Ayam Broiler. IPB Press: Bogor.

10
Harms, R.H., C.R. Douglas, dan D.R. Sloan. 1996. Midnight Feeding Of
Commercial Laying Hens Can Improve Eggshell Quality. Journal of
Poultry Applied Science Research 5:1 -5.
Harms, R.H., C.R. Douglas, dan D.R. Sloan. 2000. Performance Of Four Strains
Pf Commercial Layers With Major Changes In Dietary Energy. Journal
of Applied Poultry Research 9: 535 – 541.
Hasnawiah. 2020. Perilaku Pengusaha Ternak Ayam Petelur di Polewali
Kabupaten Pinrang (Tinjauan Etika Bisnis Islam). Skripsi Institut Agama
Islam Negeri Pare-Pare.
Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Leeson, S. 2008. Production for Commercial Poultry Nutrition. Journal Applied
Poultry Research (17): 315 – 322.
M Ramadhan., L.D. Mahfuz., W. Sarengat. 2018. Performans Ayam Petelur Tua
dengan Penggunaan Tepung Ampas Kecap dalam Pakan. Jurnal sains
peternakan Indonesia. 1(13)
Rasyaf, M. 1995. Seputar ayam Kampung. Kanisius. Yogyakarta.
Riczu, C. dan D. Korver. 2008. Effects Of Midnight Feeding On The Bone Density
And Egg Quality Of Brown And White Table Egg Layers. Canadian
Poultry Magazine (7): 35 – 38.
Shirt, V.  2010.  How to Feed Chickens Part 2.
http://www.poultry.allotreatment.org.uk/keeping-chickens/feeding-
chickens_2.php. Diakses tanggal 6 November 2016 pukul 21.56 WIB.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan R. Kartasujana. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Zainuddin dan Arsyad M. 2019. Model Sistem Pemberi Pakan Pada Ternak Ayam
Petelur Berbasis SMS Gateway. Progresif: Jurnal Ilmiah Komputer.
2(15): 89-96.

11

You might also like