Professional Documents
Culture Documents
Pengertian Kalimat
Pengertian Kalimat
Puji syukur Saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan Tepat waktu.
Adapun isi dari makalah ini mengenai “Manusia Sebagai makhluk Berbudaya”, yang akan membahas
tentang Manusia sebgai makhluk yang berbudaya.
Tak lupa pula ucapan terima kasih Saya kepada Kerabat dan orang-orang yang telah berpartisipasi
atas terselesaikannya makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat dibutuhkan agar
makalah ini kedepannya dapat disempurnakan.
Penyusun
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hal yang menyebabkan kalimat menjadi bidang kajian bahasa yang penting tidak lain karena
melalui kalimatlah seseorang dapat menyampaikan maksudnya dengan jelas. Satuan bahasa
yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah kata (misalnya tidak) dan
frasa atau kelompok kata (mis. tidak tahu). Kedua bentuk itu, kata dan frasa, tidak dapat
mengungkapkan suatu maksud dengan jelas, kecuali jika keduanya sedang berperan sebagai
kalimat. Untuk dapat berkalimat dengan baik, perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar
suatu kalimat.
Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P)
dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi final
kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru.
Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan bahwa kalimat bukanlah
semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap
dengan makna menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap
sebagai pengungkap maksud penuturannya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam bentuk lisan maupun tulisan yang mengungkapkan
pikiran secara utuh. Dalam bentuk lisan, kalimat diungkapkan dengan suara yang naik dan turun,
lemah dan lembut, disela dengan jeda, dan diakhiri dengan intonasi. Sedangkan dalam bentuk
tertulis kalimat diawali dengan huruf kapital dan di akhiri dengan tanda titik, tanda tanya dan
tanda seru.
B.Ciri-ciri Kalimat
Susilo (1990:2) mengemukakan lima ciri kalimat bahasa Indonesia kelima ciri tesebut ialah:
bermakna, bersistem urutan frasa, dapat berdiri sendiri dalam hubungannya dengan kalimat yang
lain, berjeda dan berhenti dengan berakhirnya intonasi. Kelima ciri diatas ialah ciri umum sebuah
kalimat. kalimat yang sesuai dengan ciri diatas disebut kalimat bahasa indonesia. Akan tetapi,
belum bisa menjamin bahwa kalimat tersebut adalah kalimat yang baku.
Contoh kalimat:
di tempat itu dijadikan tempat pertemuan bagi pihak yang bertikai di Poso.
Kalimt ini bukanlah kalimat baku meskipun memiliki kelima ciri kalimat diatas. Hal itu karena
tidak terlihat unsur subjek di dalam kalimat tersebut. Ciri kalimat baku menurut Susilo (1990:4),
yaitu: gramatikal, masuk akal, bebas dari unsur mubazir, bebas dari kontaminasi, bebas dari
interfensi, sesuai dengan ejaan yang berlaku dan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia.
1. Kalimat Gramatikal
Yaitu kalimat baku yang harus memenuhi unsur yang berlaku di dalam bahasa Indonesia.
Unsur-unsur tersebut menurut Susilo (1990:4) ialah harus memenuhi tata kalimat (sintaksis), tata
frasa (frasiologi), tata morfem (morfologi) dan tata fonem (fonemik, fonologi). Kalimat bahasa
Indonesia secara gramatikal setidaknya terdiri atas unsur subjek dan unsur predikat. Sebuah
kalimat dapat berdiri sendiri meskipun tanpa objek atau keterangan, tapi unsur subjek dan
predikat tidak dapat ditinggalkan. Karena kedua unsur ini (subjek dan predikat) memiliki sifat
ketergantungan. Unsur subjek tidak akan memiliki arti tanpa unsur predikat, begitu pula
sebaliknya dengan unsur predikat tidak memiliki makna tanpa adanya unsur subjek.
Contoh kalimat:
3
Kalimat diatas terdiri dari unsur subjek George W. Bush, unsur predikat kehilangan akal, dan
unsur keterangan untuk menemukan keberadaan Usamah. Jika unsur keterangan dihilangkan
maka kalimat itu masih dapat diterima dalam tatanan kalimat bahasa Indonesia. Tapi, lain halnya
jika unsur subjek atau unsur predikatnya dihilangkan maka kalimat itu menjadi tak memiliki
makna.
3. Kontaminasi
Kontaminasi berarti rancu atau kacau. Kontaminasi dalam bahasa Indonesia berarti
kekacauan akibat munculnya dua bentuk yang sama dalam sebuah kalimat. Susilo (1990:10)
menyatakan kontaminasi merupakan kerancuan dua kalimat, dua unsur atau dua struktur,
biasanya dapat dikembalikan pada bentuk asalnya.
Kerancuan dalam bahasa Indonesia oleh badudu (1980:60) dibedakan menjadi tiga macam, yaitu;
4
3. Kontaminas bentuk kalimat, kontaminasi kalimat terlihat pada contoh kalimat ini
Mahasiswa dilarang tidak boleh memalsu tanda tangan daftar hadir. Jika, ada yang
bertanya tentang pertanyaan tersebut apa yang dilarang jawabnya adalah tidak boleh
memalsu tanda tangan daftar hadir (tidak memalsu tanda tangan daftar hadir) makna
kalimat ini justru bertolak belakang dengan maksud sebenarnya. Kerancuan kalimat
tersebut dapat dikembalikan pada bentuk aslinya sebagai berikut:
4. Interferensi
Masuknya unsur bahasa daerah dan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dapat
menguntungkan dan merugikan bahasa Indonesia. Menurut Susilo (1990:11) unsur yang
memeperkaya bahasa Indonesia dapat diterima sebagai unsur serapan, sedangkan unsur yang
memiskinkan ditolak karena merugikan bahasa Indonesia. Interfensi tidak hanya terjadi pada
bahasa Indonesia saja, tapi juga terjadi pada bahasa daerah yang mengalami interferensi dengan
bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Seperti yang terlihat pada kata sekolahan konteks kalimat
saya akan berangkat ke sekolahan. kata sekolahan interferensi dari bahasa jawa. Di dalam
bahasa Indonesia seharusnya kalimat berbunyi saya akan berangkat kesekolah. Interferensi
bahasa daerah yang lain pada kata latihan dengan konteks kalimat anak-anak sedang latihan
drama. Dalam bahasa Indonesia akhiran -an berfungsi untuk membentuk kata benda, sedangkan
kata latihan berfungsi sebagai kata kerja.
Pemakaian lafal sebagai ujaran dalam bahasa Indonesia masih sering dipakai secara tidak
konsisten oleh masyarakat. Lafal bahasa Indonesia baku menurut badudu (1980:115) lafal yang
tidak memperdengarkan "warna" bahasa daerah, dialek dan "warna" lafal bahasa asing. Ketidak
bakuan dalam pelafalan bahasa Indonesia akibat pengaruh bahasa daerah seperti lafal t yang
dilafalkan oleh penutur bahasa Jawa dan Bali pelafalannya menjadi th seperti pada kata kota
untuk bahasa Bali dan bathi (untung) untuk bahasa Jawa.
Ketidakbakuan akibat pengaruh asing juga terdapat pada pelafalan pasca suku kata ca
seharusnya dilafalkan sesuai bentuk fisiknya, namun pelafalan yang lebih sering terdengar ialah
suku kata ka seperti pelafalan pada kata suka. Kata pasca berasal dari kata sanksekerta yang
berarti sesudah.
5
C. Jenis-jenis Kalimat
Kalimat memiliki beberapa jenis yang membedakannya, yaitu:
1. Berdasarkan Pengucapan
Kalimat Langsung ialah kalimat yang secara cermat menirukan suara orang lain. Cirinya
adalah 2 tanda petik ("..."), kalimat langsung tidak hanya berupa kalimat pernyataan tapi
juga dapat berupa kalimat perintah dan kalimat tanya.
Contoh:
Kalimat Pernyataan
" Ayah senang akhirnya kamu lulus ujian ini. " kata Ayah;
Rima mengatakan, " Rama berusahalah dipertandingan nanti. "
Kalimat Perintah
Ibu berkata, " Budi, tutup pintu itu. "
Kalimat Tanya
" Siapa yang membuat prakarya itu? ", Tanya Pak guru
Kalimat Tak Langsung ialah kalimat yang mengalami perubahan dari kalimat langsung
yang menggunakan tanda petik, ke bentuk berita yang tidak menggunakan tanda petik.
Contoh:
Ayah berkata kalau dia senang saya lulus ujian.
Rima mengatakan kepada Rama untuk berusaha dalam pertandingan nanti.
Ibu meminta saya menutup pintu itu.
Kalimat Tunggal ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang terdiri dari
subjek dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling sederhana. Kalimat
tunggal yang sederhana ini dapat ditelusuri berdasarkan pola-pola pembentukannya.
6
Kalimat tunggal terdiri dari 2 jenis, yaitu:
Kalimat Nominal yaitu jenis kalimat yang pola predikatnya menggunakan kata benda.
Contoh:
Adik perempuan saya ada dua orang.
Kalimat Verbal yaitu jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikatnya.
Contoh:
Saya sedang mandi.
Dua jenis kalimat tunggal diatas dapat dikembangkan dengan menambahkan kata pada
tiap unsur-unsurnya. Dengan adanya penambahan tiap unsur-unsur itu, unsur utama
masih dapat dengan mudah dikenali. Perluasan kalimat tunggal itu terdiri atas:
1. Keterangan tempat, misalnya: disini, lewat jalan itu, di daerah ini, dll. Contoh:
Rumahnya ada di daerah ini.
2. Keterangan waktu, misalnya: setiap hari, pukul, tahun ini, tahun depan, kemaren,
lusa, dll. Contoh: Aktifitasnya dimulai pukul 08.30 pagi.
3. Keterangan alat, misalnya: dengan baju, dengan sepatu, dengan motor, dll.
Contohnya: Dia pergi dengan sepeda motor.
4. Keterangan cara, misalnya: dengan hati-hati, secepat mungkin, dll. Contoh:
Prakarya itu dibuat dengan hati-hati.
5. Keterangan modalitas, misalnya: harus, mungkin, barangkali, dll. Contoh: Saya
harus giat berlatih.
6. Keterangan aspek, misalnya: akan, sedang, sudah, dan telah. Contoh: Dia sudah
menyelesaikannya.
7. Keterangan tujuan, misalnya: untuk dirinya, untuk semua orang, dll. Contoh:
Orang itu membuat dirinya terlihat menawan.
8. Keterangan sebab, misalnya: karena rajin, karena panik, dll. Contoh: Dia lulus
ujian karena rajin belajar.
9. Keterangan tujuan (ket. yang sifatnya menggantikan), contoh: penerima medali
emas, taufik Hidayat.
10. Perluasan kalimat yang menjadi frasa, contoh: orang itu menerima predikat guru
teladan.
Kalimat Majemuk ialah Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari 2 atau
lebih kalimat tunggal, yang saling berhubungan baik secara kordinasi maupun
subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:
1. Kalimat Majemuk Setara adalah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat
tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara. Kalimat majemuk
setara dapat dikelompokkan kedalam beberapa bagian, yaitu:
7
1. Kalimat majemuk setara penggabungan ialah jenis kalimat yang dapat
diidentifikasi dengan adanya kalimat yang dihubungkan dengan kata
“dan” atau “serta”. Contoh: "Aku menulis surat itu dan Dia yang
mengirimnya ke kantor pos.", "Murid-murid membuat prakarya itu serta
memajangnya di pameran."
2. Kalimat majemuk setara pertentangan ialah jenis kalimat majemuk yang
dihubungkan dengan kata “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”.
Contoh: "Anak itu rajin datang kesekolah, tetapi nilainya selalu merah.",
"Ibu memasak didapur, sedangkan saya membersihkan rumah.", "Yang
membuat prakarya itu bukan adiknya, melainkan kakaknya yang membuat
prakarya itu.", "Dia tidak membuat makanan itu namun hanya
menyiapkannya untuk para tamu."
3. Kalimat majemuk setara pemilihan ialah jenis kalimat majemuk yang
didalam kalimatnya dihubungkan dengan kata “atau”. Contoh" "Dia
bingung memilih antara buah apel atau buah anggur."
4. Kalimat majemuk setara penguatan ialah jenis kalimat yang mengalami
penguatan dengan menambahkan kata “bahkan”. Contoh: "Dia tidak
hanya pandai bermain alat musik, dia bahkan pandai bernyanyi."
8
8. Perbandingan, misal: bagai, laksana, ibarat, seperti. Contoh: "Wajah anak
itu bagai bulan kesiangan.", "Anaknya yang suka membangkang itu ibarat
Malin Kundang di zaman modern."
9. Pembatasan, misal: kecuali, selain. Contoh: "Dia memiliki bakat menyanyi
selain bakat bermain musik."
10. Alat, misal: (dengan + Kata Benda) dengan mobil, dll. Contoh: "Orang itu
pergi ke kantor dengan mobil."
11. Kesertaan, misal: dengan + orang. Contoh: "Murid-murid sekolah dasar
pergi berdarmawisata dengan para guru."
Contoh:
Kalimat Perintah adalah kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah kepada
seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah dalam bentuk lisan biasanya
diakhiri dengan intonasi yang tinggi, sedangkan pada bentuk tulisan kalimat ini akan
diakhiri dengan tanda seru (!).
9
Beberapa bentuk kalimat berita:
1. Kalimat Berita Kepastian, contoh: Kita akan berangkat ke bandara besok siang.
2. Kalimat Berita Pengingkaran, contoh: Saya tidak akan menghadiri rapat hari ini.
3. Kalimat Berita Kesangsiang, contoh: Guru itu kemungkinan tidak memiliki
kinerja yang baik.
4. Kalimat Berita Bentuk Lain, contoh: Saya tidak tahu kenapa orang itu selalu
datang ke rumah kami.
Kalimat Tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi, biasanya
kalimat ini akan diakhiri dengan pemberian tanda tanya (?). Kata Tanya yang sering
digunakan untuk membuat kalimat Tanya ini ialah bagaimana, dimana, kemana, kapan,
berapa, siapa, mengapa.
Contoh:
Bagaimana pemerintah menyelesaikan krisis ekonomi saat ini?
Dimana peristiwa itu terjadi?
Kemana korban bencana alam itu diungsikan?
Kapan mereka akan menyerahkan tugas perkuliahan itu?
Berapa banyak dana yang sudah terkumpul?
Siapa yang akan terpilih menjadi ketua pelaksana di acara tersebut?
Mengapa orang-orang itu berhamburan pergi keluar gedung?
Kalimat Seruan adalah kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan. Dalam
pelafalan biasanya ditandai dengan intonasi yang tinggi, sedangkan dalam penulisannya
kalimat seruan akan diakhiri dengan tanda seru (!) atau tanda titik (.).
Contoh :
Wah, indah sekali pemandangan itu!
Kalimat yang dilihat dari unsur kalimatnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
Kalimat Lengkap adalah kalimat yang setidaknya masih memiliki sebuah subjek dan
sebuah predikat. Kalimat majas juga bisa dikategorikan sebagai kalimat lengkap.
Contoh :
Kami membersihkan kelas bersama-sama.
Kalimat Tak Lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan bentuk
tidak sempurna kadang hanya berupa sebuah subjek saja, atau sebuah predikat, bahkan
ada yang hanya berupa objeknya saja atau keterangannya saja. Kalimat tidak lengkap ini
sering dipakai untuk kalimat semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban,
seruan, larangan, sapaan, dan kekaguman.
10
Contoh:
Selamat siang!
Tegakkan disiplin.
Tutup pintu itu!
Kenapa diam?
Ayo, berangkat!
Terima kasih.
Wah, sangat cantik!
Jangan dilempar!
Hai!
Astaga, indahnya!
Kalimat yang dilihat dari struktur Subjek & Predikatnya dapat dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu:
Kalimat Inversi
Kalimat Inversi ini dicirikan dengan adanya kata predikat yang mendahului kata subjek.
Kalimat versi biasanya dipakai untuk penekanan atau ketegasan makna. Kata yang
pertama kali muncul pada kalimat versi merupakan tolak ukur yang akan mempengaruhi
makna kalimat, bahkan kata itu pula yang akan menimbulkan suatu kesan pada
pendengarnya.
Contoh:
Bawa buku itu kemari!
Keterangan:
Bawa = Predikat
buku itu kemari! = Subjek
Kalimat Versi
Kalimat Versi merupakan kalimat yang sesuai dengan susunan pola kalimat dasar Bahasa
Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
¤ Kami membeli peralatan sekolah di toko itu.
Keterangan:
Kami = Subjek
membeli = Predikat
peralatan sekolah = Objek
di toko itu = Keterangan
¤ Tukang itu sedang membuat pondasi rumah.
Keterangan:
Tukang itu = Subjek
11
sedang membuat = Predikat
pondasi rumah = Objek
¤ Barang-barang ini akan dijual di pasar.
Keterangan:
Barang-barang ini = Subjek
akan dijual = Predikat
di pasar = Keterangan
Kalimat ini akan terwujud jika kalimat majemuk diawali dengan induk kalimat (kalimat
utama) dan diikuti oleh anak kalimat. Gaya penuilisan itu disebut gaya penyajian
melepas.
Contoh:
Saya akan diizinkan pergi dengan teman-teman jika saya selesai mengerjakan pekerjaan
rumah.
Keterangan:
Saya akan diizinkan pergi dengan teman-teman (induk kalimat/kalimat utama)
jika saya selesai mengerjakan pekerjaan rumah. (anak kalimat)
Kalimat ini akan terbentuk jika anak kalimat berada di awal kalimat majemuk dan diikuti
oleh kalimat utama (induk kalimat).
Contoh :
Karena pola makan yang tidak teratur, penyakit Maagnya sering kambuh.
Keterangan:
Karena pola makan yang tidak teratur (anak kalimat)
penyakit Maagnya sering kambuh. (induk kalimat/kalimat utama)
Kalimat ini biasanya disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara atau kalimat
majemuk campuran. Gaya penyajian seperti ini ialah untuk memperlihatkan kesejajaran
bentuk dan informasinya.
Contoh:
Harga pangan saat ini makin melonjak, pedagang dan konsumen mempermasalahkan
harga yang semakin naik.
12
7. Berdasarkan Subjeknya
Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang unsur subjeknya melakukan suatu tindakan
(pekerjaan). Untuk predikatnya sendiri dalam kalimat ini berupa kata kerja yang
berawalan “me-“ dan “ber-“, selain itu juga dapat berupa kata kerja yang tidak dapat
dilekati oleh awalan “me-“ seperti: mandi, pergi, dll (kecuali makan & minum)
Contoh:
Imbuhan "me-"
Koki itu membuat menu baru untuk restorannya.
Imbuhan "ber-"
Kami bermain di taman.
Kalimat aktif dapat dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:
Kalimat Aktif Transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita.
Predikatnya biasanya berawalam “me-“ dan selalu dapat dirubah kedalam bentuk
kalimat pasif yang predikatnya berawalan “di-“.
Contoh:
Kami membuat kue. (kalimat aktif) dapat dirubah menjadi Kue dibuat oleh kami. (kalimat
pasif)
Kalimat Aktif Intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek
penderita. Predikat pada kalimat ini biasanya berawalan “ber-“. Kalimat ini tidak
dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
Kami berjaga diluar rumah.
Andi berteriak dari dalam kamar mandi.
Kalimat Semi Transitif adalah jenis kalimat yang tidak dapat dirubah kedalam
bentuk pasif, hal itu dikarenakan adanya unsur pelengkap bukannya objek.
Contoh:
Adiknya menyerupai Rain.
Keterangan:
Adiknya = Subjek
menyerupai = Predikat
Rain = Pelengkap
Tata tertib ini berdasarkan keputusan bersama.
Keterangan:
Tata tertib ini = Subjek
berdasarkan = Predikat
13
Keputusan bersama = Pelengkap
Dia menjadi ketua kelas.
Keterangan:
Dia = Subjek
menjadi = Predikat
ketua kelas = Pelengkap
Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu tindakan. Kalimat bentuk
ini memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan “di-“ dan “ter-“ dan diikuti kata
depan “oleh”. Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu:
Kalimat Pasif Biasa adalah kalimat pasif yang terdapat di kalimat aktif transitif.
Untuk predikatnya sendiri selalu berawalan dengan imbuhan “di-“, “ter-“ dan “ke-
an”.
Contoh:
Sampah dibuang Rina.
Barang itu dijual paman.
Kalimat Pasif Zero adalah kalimat yang unsur objek pelaku berdekatan dengan
unsur objek penderita tanpa ada sisipan dari kata yang lain. Ciri lainnya ialah
unsur predikat berakhiran “-kan” sehingga membuat awalan “di-“ menghilang
dari predikat. Predikat juga bisa menggunakan kata dasar yang bersifat kata kerja,
kecuali kata kerja "aus" (kata kerja yang tidak bisa menggunakan awalan “me-“
dan “ber-“)
Contoh:
akan saya sampaikan pesanmu.
Saya berikan bukuku.
14
BAB III
D.KESIMPULAN
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik
dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik
turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh
kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses
fonologis lain. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); dan di dalamnya dapat disertakan tanda baca
seperti koma (,), titik dua (:), pisah (-), dan spasi. Dan kalimat dapat dibagi menjadi beberapa
macam.
15