You are on page 1of 34

MAKALAH

KONSEP LANSIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik


Dosen Pembimbing : Siswoto Hadi P, AMK., S.Pd, M.Si

Disusun oleh kelompok 1:

Ainul Yakin Zamroni (1440121002)

Alyna Ardiya Mangesti (1440121003)

Andriani Wijaya (1440121004)

Arti Dwi Cahyati (1440121005)

Ayunda Eka Damayanti (1440121006)

Clarizha Falah Ika Putri Zelianty (1440121007)

Damara Laedy Meilanda (1440121008)


Denny Wahyudi (1440121009)

Desyca Brenda Faradila (1440121010)

Devina Putri Ardianti (1440121011)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUSTIDA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI

2023

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “KONSEP LANSIA” dengan tepat waktu.

Makalah ini kami buat bertujuan untuk menjelaskan materi tentang obat herbal
anti asma. Dengan adanya makalah ini di harapkan mahasiswa lain dapat memahami
materi model keperawatan gerontik dengan baik.

Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin walaupun kami menyadari
masih banyak kekurangan yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran ataupun kritik dan yang sifatnya membangun dan tercapainya
suatu kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi
pembaca maupun kami.

Krikilan, 23 Maret 2023

Penulis

i
 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Lansia...........................................................................................4
B. Batasan Usia Lansia.......................................................................................4
C. Teori Menua...................................................................................................5
D. Masalah Kesehatan Pada Lansia....................................................................8

ii
E. Pendekatan Pada Lansia.................................................................................15
F. Pendekatan Secara Fisik.................................................................................15
G. Pendekatan Secara Psikis...............................................................................15
H. Pendekatan Secara Social...............................................................................16
I. Tempat Pelayanan Bagi Lansia......................................................................16
J. Pelayanan Sosial Di Keluarga Sendiri...........................................................18
K. Foster Care Service........................................................................................19
L. Pusat Satuan Keluarga (Puska)......................................................................19
M. Panti Sosial Lanjut Usia.................................................................................20

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................23
B. Saran...............................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari
bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa manusia yang terakhir,
dimana pada manusia seseorang mengalami kemunduruan fisik, mental dan sosial
sedikit sehingga tidak dapat melakukan hidup sehari-hari lagi Lansia banyak
menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu segera dan terintegrasi
(Padila, 2013).
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai
kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, masa juga seseorang akan
mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat
mengenai usia seorang penilaian memasuki masa lansia, yaitu ada yang
menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur 65 tahun, sebagai usia
yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang berlangsung
secara nyata dan seseorang itu disebut lansia (Padila, 2013).
Secara umum usia dalam meniti dapat dikategorikan dalam dua macam
sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang
mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi
keputusan cenderung menolak masa tua, kelompok ini tidak mau menerima
realitas yang ada (Dewi, 2017).
Mereka yang nantinya akan menjadi lansia tersebut harus mulai dari
sekarang, sehingga tidak menjadi beban bagi masyarakat. Antisipasi tersebut
salah satunya dengan membuat para lanjut usia sehat, mandiri serta produktif bagi
masyarakat. Untuk mencapai menua yang sehat tersebut perlukan upaya

1
peningkatan (promosi) kesehatan, pencegahan penyakit (prevention), pengobatan
penyakit (curative), dan pemulihan kesehatan (rehabilitasi), sehingga keadaan
patologik pun dicoba untuk disembuhkan guna untuk mempertahankan menua
yang, oleh karena proses patologik akan mempersiapkan proses penuaan, upaya
pencegahan harus digunakan (Dewi, 2017).
Masalah kesehatan lansia melalui proses kemunduran yang panjang sehingga
dapat terhambat dan dalam beberapa hal tertentu dapat dicegah. Pertimbangan
lain adalah biaya pelayanan kesehatan sehingga 2 pencegahan akan jauh lebih
murah dari biaya pengobatan (Della, 2020).
Padahal aktivitasnya sejalan dengan bertambahnya usia, lansia membutuhkan
asupan zat lengkap, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Iapun masih membutuhkan energi untuk menjalankan fungsi fisiologis tubuhnya.
Untuk itu upaya yang dapat dilakukan misalnya dengan memperhatikan asupan
gizi pada lanjut usia, pola istrahat lanjut usia, dan dengan memberikan olahraga
misalnya senam lansia untuk para lansia (Della, 2020).

B. Rumusan Masalah

A. Bagaimana pengertian lansia ?


B. Apa saja batasan dikatakan lansia ?
C. Bagaimana teori menua ?
D. Apa saja masalah kesehatan pada lansia ?
E. Bagaimana pendekatan pada lansia ?
F. Bagaimana pendekatan secara fisik ?
G. Bagaimana pendekatan secara psikis ?
H. Bagaimana pendekatan secara social ?
I. Bagaimana tempat pelayanan bagi lansia ?
J. Bagaimana pelayanan sosial di keluarga sendiri ?
K. Bagaimana pengertian tentang foster care service ?
L. Bagaimana pusat satuan dalam keluarga (puska) ?
M. Bagaiamana pengertian dari panti sosial lanjut usia ?
2
C. Tujuan.

1. Untuk mengetahui pengertian dari lansia.


2. Untuk mengetahui batasan dikatakan lansia.
3. Untuk mengetahui bagaimana terori menua.
4. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada lansia.
5. Untuk mengetahui pendekatan pada lansia.
6. Untuk mengetahui pendekatan secara fisik.
7. Untuk mengetahui pendekatan secara psikis.
8. Untuk mengetahui pendekatan secara social.
9. Untuk mengetahui tempat pelayanan bagi lansia.
10. Untuk mengetahui pelayanan sosial di keluarga sendiri.
11. Untuk mengetahui pengertian tentang foster care service.
12. Untuk mengetahui pusat satuan dalam keluarga (puska).
13. Untuk mengetahui pengertian dari panti sosial lanjut usia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lansia.

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, yaitu suatu proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 yang menyatakan bahwa Pelaksanaan
pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, telah menghasilkan perbaikan
kondisi sosial masyarakat dan peningkatan usia harapan hidup, sehingga jumlah
lanjut usia semakin meningkat. Banyak dari para lanjut usia yang masih produktif

4
dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya
adalah pelestarian nilai-nilai agama dan budaya bangsa (Tandang, 2017).

Menua merupakan suatu kondisi yang terjadi dalam kehidupan manusia.


Proses menua adalah proses seumur hidup, tidak hanya dimulai dari waktu
tertentu, tetapi dimulai dari awal kehidupan. Menua merupakan proses alamiah
yang berarti bahwa seseorang telah melalui tiga tahapan kehidupan, yaitu anak-
anak, dewasa, dan lanjut usia (Afifa, 2015).

B. Batasan Lansia

Menurut WHO, batasan lansia meliputi:

1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun


2. Usia lanjut usia antara 60-74 tahun,
3. Usia lanjut (old) : 75-90 tahun, dan
4. Usia sangat tua adalah usia > 90 tahun.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menjelaskan bahwa lanjut usia


dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Prelansia (presenilis), yaitu antara usia 45-59 tahun,


2. Usia lanjut, yaitu 60 tahun ke atas
3. Usia lanjut berisiko yaitu usia 70 ke atas atau 60 tahun ke atas dengan
masalah keehatan.

C. Teori Menua

5
Nugroho (2012) mengelompokkan teori proses menua dalam 2 bidang, yakni
biologi dan sosiologis. Masing-masing bidang tersebut kemudian dipecah lagi
kedalam beberapa bagian sebagai berikut:

1. Teori Biologi

a. Teori Genetik

1) Teori Genetic Clock

Teori ini merupakan teori instrinsik yang menjelaskan bahwa ada


jam biologis di dalam tubuh yang berfungsi untuk mengatur gen dan
menentukan proses penuaan. Proses menua ini telah terprogram
secara genetic untuk speises-speises tertentu. Umumnya, di dalam
inti sel setiap speises memiliki suatu jam genetic/jam biologis
sendiri dan setiap dari mereka mempunyai batas usia yang berbeda-
beda yang telah diputar menurut replika tertentu (Ratnawati, 2017).

2) Teori Mutasi Somatik

Teori ini meyakini bahwa penuaan terjadi karena adanya mutase


somatic akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Nugroho,
mengamini pendapat Suhana (1994) dan Constantinides (1994)
bahwa telah terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau
RNA dan dalam proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan
yang terjadi terus menerus akhirnya menimbulkan penurunan fungsi
organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel
tersebut kemudian akan mengalami mutasi sel kelamin sehingga
terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.

b. Teori Nongenetik

1) Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory)


6
Pengulangan mutase dapat menyebabkan penurunan kemampuan
sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self-recognition).
Seperti dikatakan Goldstein (1989) bahwa mutasi yang merusak
membran sel akan menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya.
Jika tidak mengenalinya, sistem imun akan merusaknya. Hal inilah
yang mendasari peningkayan penyakit auto-imun pada lajur usia
(Ratnawati, 2017).

2) Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory)

Teori ini terbentuk karena adanya proses metabolism atau proses


pernafasan didalam mitokondria. Radikal bebas (asap kendaraan, asap
rokok, zat pengawet dan radiasi sinar UV) yang tidak stabil
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organik, yang kemudian
membuat sel tidak dapat beregenerasi (Ratnawati, 2017).

3) Teori menua akibat metabolism

Teori ini menjelaskan bahwa metabolism dapat mempengaruhi proses


penuaan. Hal ini dibuktikan dalam penelitian-penelitian yang menguji
coba hewan, di mana pengurangan asupan kalori ternyata bisa
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan
perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat
memperpendek umur (Ratnawati, 2017).

4) Teori rantai silang (cross link theory)

Teori ini menjelaskan bahwa lemak, protein, karbohidrat, dan asam


nukleat (molekul kolagen) yang bereaksi dengan zat kimia dan
radiasi, mengubah fungsi jaringan. Hal tersebut menyebabkan adanya
perubahan pada membrane plasma yang mengakibatkan terjadinya

7
jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses
menua (Ratnawati, 2017).

5) Teori fisiologis

Menurut teori (wear and tear theory), di mana terjadinya kelebihan


usaha dan stress yang menyebabkan sel tubuh menjadi lelah
(Ratnawati, 2017).

2. Teori Sosiologis

a. Teori interaksi social

Kemampuan lansia dalam mempertahankan interaksi sosial merupakan


kunci mempertahankan status sosialnya. Teori ini menjelaskan mengapa
lansia bertindak pada situasi tertentu. Pokok-pokok social exchange
theory menurut Nugroho (2012) antara lain:

1) Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya mencapai


tujuannya masing-masing.
2) Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya
dan waktu.
3) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor
mengeluarkan biaya.

b. Teori aktivitas atau kegiatan

Menurut Nugroho (2012), teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan
sosial. Para lansia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
Padahal secara alamiah mereka akan mengalami penurunan jumlah
kekuatan secara langsung.

8
c. Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)

Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lansia
sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya (Nugroho,
2012). Menurutnya, ada kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia,
dimana dimungkinkan pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia.

d. Teori pembebasan atau penarikan diri (disangagement)

Teori yang pertama kali diajukan oleh Cumming dan Hendri (1961)
dikutip Ratnawati (2017) ini menjelaskan bahwa dengan bertambah
lanjutnya usia, seseorang berangsur-angsur mulai akan melepaskan diri
dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya
dengan demikian, kondisi ini akan berdampak pada penurunan interaksi
sosial lansia, baik secara kualitas maupun kuntitas sehingga lanjut usia
mengalami kehilangan ganda (Triple loss): Kehilangan peran (loss of
role), hambatan kontak sosial (restriction of contact and a relationship),
berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and
values).

D. Masalah Kesehatan Pada Lansia

Perubahan system tubuh lansia menurut Nugroho (2012) adalah :

1. Sel

a. Pada lansia jumlah sel akan lebih sedikit dan ukuranya lebih besar.
b. Cairan tubuh dan cairan intraselular akan berkurang.
c. Proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati juga ikut berkurang.
d. Jumlah sel otak akan menurun.
e. Mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan otak menjadi atropi.

9
2. System persyarafan

a. Rata-rata berkurangnya saraf neocortical sebesar 1 detik


b. Hubungan persyarafan cepat menurun.
c. Lambat dalam merespon, baik dari gerakan maupun jarak waktu,
khususnya stress.
d. Mengecilnya saraf pancaindra, serta menjadi kurang sensitive terhadap
sentuhan.

3. System pendengaran

a. Gangguan pada pendengaran (presbiakusis)


b. Membrane timpani antropi.
c. Terjadi pengumpalan dan pengerasan serumen karena peningkatan
keratin.
d. Pendengaran menurun pada usia lanjut yang mengalami ketegangan jiwa
atau stress.

4. System penglihatan

a. Timbul sklerisis pada sfinter pupil dan hilangnya respon terhadap sinar.
b. Kornea lebih berbentuk seperti bola (sferis)
c. Lensa lebih suram (keruh) dapat menyebabkan katarak.
d. Meningkatnya ambang.
e. Pengamatan sinar dan daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih
lambat dan sulit untuk melihat dalam keadaan gelap.
f. Hilangnya daya akomodasi.
g. Menurunya lapang pandang dan menurunya daya untuk membedakan
antara warna biru dengan warna hijau pada skala pemeriksaan.

5. System kardiovaskuler
10
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap jantung
sesudah berumur 20tahun. Hal ini memyebabkan menurunya kontraksi
dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi.
e. Tekanan darah meningkat diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer.

6. System pengaturan suhu tubuh

a. Suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis. Hal ini diakibatkan


oleh metabolisme yang menurun.
b. Keterbatasan reflek mengigil, dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas ototo.

7. Sistem pernapasan

a. Otot– otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.


b. Menurunya aktivitas dari silia.
c. Paru– paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat.
d. Menarik napas lebih berat, kapasitas maksimum menurun, dan
kedalaman bernapas menurun.
e. Ukuran alveoli melebar dari normal dan jumlahnya berkurang, oksigen
pada arteri menurun menjadi 75mmhg. Kemampuan untuk batuk
berkurang dan penurunan kekuatan otot pernafasan

8. System gastrointastinal

a. Kehilangan gigi, indera pengecapan mengalami penurunan.


b. Esophagus melebar.

11
c. Sensitivitas akan rasa lapar menurun.
d. Produksi asam lambung dan waktu pengosongan lambung menurun.
e. Peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Fungsi absorsi menurun.
g. Hati semakin mengecil dan menurunya tempat menyimpan.
h. Berkurangnya suplai aliran darah.

9. System genetalia

a. Ginjal mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah keginjal


menurun hingga 50%,fungsi tubulus berkurang ( berakibat pada
penurunan kemampuan ginjal untuk mengonsentrasi urine, berat jenis
urine menurun, protein urine menurun, BUN meningkat, nilai ambang
ginjalterhadap glukosa meningkat.
b. Otot- otot kandung kemih (vesika urinaria) melemah kapasitas nya
menurun hingga hingga 200ml dan menyebabkan frekuansi BAK
meningkat, kandung kemih dikosongkan sehingga meningkatkan retensi
urine.
c. Pria dengan usia 65th keatas sebagian besar mengalami pembesaran
prostat hingga 75%dari besar normalnya.

10. System endokrin

Menurunnya produksi ACTH,TSH,FSH,dan LH, aktivitas tiroid, basal


metabolic rate (BMR), daya pertukaran gas, produksi aldosterone, serta
sekresi hormone kelamin seperti progesterone, estrogen dan tetstoteron.

11. Sitem integument

a. Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak.


b. Permukaan kulit kasar dan bersisik.
c. Menurunya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.

12
d. Kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu.
e. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
f. Berkurangnya elastisitas akibat menurunya cairan dan vaskularisasi.
g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi mengeras dan rapuh,
kuku jari tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
i. Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.

12. System musculoskeletal.

a. Tulang kehilangan kepadatan (density) dan semakin rapuh.


b. Kifosis.
c. Persendian membesar dan menjadi kaku.
d. Tendon mengkerut dan mengalami sclerosis.
e. Atropi serabut otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot
kram dan menjadi tremor.

Beberapa masalah psokologis yang sering terjadi pada lansia

1. Demensia

Demensia adalah gangguan intelektual/ daya ingat yang umumnya progresif


dan ireversibel. Biasanya terjadi pada usia > 65 tahun. Faktor resiko yang
sering menyebabkan lanjut usia terkena demensia adalah : usia, riwayat
keluarga, jenis kelamin perempuan. Demensia merupakan suatu penyakit
degeneratif primer pada susunan sistem saraf pusat dan merupakan penyakit
vaskuler. Kriteria derajat demensia :

13
a. Ringan :walaupun terdapat gangguan berat daya kerja dan aktivitas
sosial,kapasitas untuk hidup mandiri tetap dengan higiene personal
cukup dan penilaian umum yang baik.
b. Sedang : hidup mandiri berbahaya diperlukan berbagai tingkat
suportivitas.
c. Berat : aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu sehingga tidak
berkesinambungan, inkoherensi.

2. Depresi

Gangguan depresi merupakan hal yang terpenting dalam problem lansia.


Usia bukan merupakan faktor untuk menjadi depresi tetapi suatu keadaan
penyakit medis kronis dan masalah-masalah yang dihadapi lansia yang
membuat mereka depresi.

Gejala depresi pada lansia, yaitu :

a. Gejala utama :

1) Afek depresi
2) Kehilangan minat
3) Berkurangnya energi (mudah lelah)

b. Gejala lain :

1) Konsentrasi dan perhatian berkurang


2) Kurang percaya diri
3) Sering merasa bersalah
4) Pesimis
5) Ide bunuh diri
6) Gangguan pada tidur
7) Gangguan nafsu makan

14
Berdasarkan gejala di atas, depresi pada lansia dapat dibedakan beberapa
bentuk berdasarkan berat ringannya :

a. Depresi ringan : 2 gejala utama + 2 gejala lain+ aktivitas tidak


terganggu.
b. Depresi sedang : 2 gejala utama + 3 gejala lain+ aktivitas agak
terganggu.
c. Depresi berat : 3 gejala utama + 4 gejala lain+ aktivitas sangat
terganggu.

Penyebab terjadinya depresi merupakan gabungan antara faktor-faktor


psikologik,sosial danbiologik.

a. Biologik : sel saraf yang rusak, faktor genetik, penyakit kronis seperti
hipertensi, DM,stroke, keterbatasan gerak, gangguan pendengaran /
penglihatan.
b. Sosial : kurang interaksi sosial, kemiskinan, kesedihan, kesepian, isolasi
sosial.
c. Psikologis : kurang percaya diri, gaul, akrab, konflik yang tidak
terselesai

3. Skizofrenia

Skizofrenia biasanya dimulai pada masa remaja akhir / dewasa muda dan
menetap seumur hidup. Wanita lebih sering menderita skizofrenia lambat
dibanding pria. Perbedaan onset lambat dengan awal adalah adanya
skizofrenia paranoid pada tipe onset lambat. Sekurang-kurangnya satu gejala
berikut :

a. Thought echo, insertion, broadcasting.


b. Delution of control, influence, passivity, perseption
c. Halusinasi auditorik

15
Waham yang menetap paling sedikit 2 gejala berikut :

a. Halusinasi panca indera yang menetap


b. Arus pikir yang terputus
c. Perilaku katatonik
d. Gejala negative adanya gejala-gejala khas tersebut di atas berlangsung
selama kurun waktu satu bulan atau lebih. Terapi dapat diberikan obat
anti psikotik seperti haloperidol, chlorpromazine, dengan pemberian
dosis yang lebih kecil.

4. Gangguan kecemasan

Gangguan kecemasan adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan


obsesif konfulsif,gangguan kecemasan umum, gangguan stres akut,
gangguan stres pasca traumatik. Onsetawal gangguan panik pada lansia
adalah jarang, tetapi dapat terjadi. Tanda dan gejala fobiapada lansia kurang
serius daripada dewasa muda, tetapi efeknya sama, jika tidak
lebih,menimbulkan debilitasi pada pasien lanjut usia.

Teori eksistensial menjelaskan kecemasan tidak terdapat stimulus yang dapat


diidentifikasi secara spesifik bagi perasaan yang cemas secara
kronis.Kecemasan yang tersering pada lansia adalah tentang kematiannya.
Orang mungkin menghadapi pikiran kematian dengan rasa putus asa dan
kecemasan, bukan dengan ketenangan hati dan rasa integritas (“Erik
Erikson”). Kerapuhan sistem saraf anotomik yang berperan dalam
perkembangan kecemasan setelah suatu stressor yang berat.Gangguan stres
lebih sering pada lansia terutama jenis stres pasca traumatik karena
padalansia akan mudah terbentuk suatu cacat fisik. Terapi dapat disesuaikan
secara individu tergantung beratnya dan dapat diberikan obat anti anxietas
seperti : hydroxyzine, Buspirone.

16
5. Gangguan penggunaan alcohol dan zat lain.

Riwayat minum / ketergantungan alkohol biasanya memberikan riwayat


minum berlebihan yang dimulai pada masa remaja / dewasa besar lansia
dengan riwayat penggunaan alkohol terdapat penyakit demensia yang kronis
seperti ensefalopati wernicke dan sindroma korsakof. Presentasi klinis pada
lansia termasuk terjatuh, konfusi, higienis pribadi yang buruk,malnutrisi dan
efek pemaparan. Zat yang dijual bebas seperti kafein dan nikotin sering
disalah gunakan. Di sini harus diperhatikan adanya gangguan gastrointestiral
kronis pada lansia pengguna alkohol maupun tidak obat-obat sehingga tidak
terjadi suatu penyakit medik.

E. Pendekatan Pada Lansia

Kegiatan ini menurut Depkes (2013), untuk memberikan bantuan,


bimbingan, pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara
individu maupun kelompok, seperti di rumah atau lingkungan keluarga,
puskesmas, yang di berikan perawat.

F. Pendekatan Fisik

Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-


kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada
organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan
penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progres aktivitasnya. Perawatan fisik
secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian, yakni :

1. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari
masih mampu melakukan sendiri.
2. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit. perawat harus mengetahui dasar

17
perawatan klien lanjut usia initerutama tentang hal-hal yang berhubunga
dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.
kebersihan perorangan (personal hygiene) sangat penting dalam usaha
mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul
bila kebersihan kurang mendapat perhatian.

G. Pendekatan Psikis

Di sini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan


adukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter,
interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penamung rahasia yang
pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknnya memiliki kesabaran
dan ketelitian dalam memberikan kesempatan danwaktu yang cukup banyak
untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas.

Perawat harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik, dan
service. Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka
terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap,
perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi
sehingga seluruh pengalaman yang di laluinya tidak menambah beban, bila perlu
diusahakan agar dimasa lanjut usia ini mereka dapat merasa puas dan bahagia.

H. Pendekatan Social

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercarita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul
bersama dengan sesame klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka.
Pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang
dihadapinya adalah mahluk social yang membutuhkan orang lain. Dalam
pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan social antara lanjut usia
dan lanjut usia maupun lanjut usia dan perawat sendiri.

18
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lajut usia
untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan pagi,
menonton film, atau hiburan-hiburan lain. Para lanjut usia perlu dirangsang untuk
mengetahui dunia luar, seperti menonton tv,mendengar radio, atau membaca
majalah dan surat kabar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam
perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses
penyembuhan atau ketenangan para klien lanjut usia.

I. Tempat Pelayanan Bagi Lansia

Tempat Pelayanan kesehatan untuk lansia merupakan layanan khusus yang


diberikan kepada orang tua untuk mengatasi masalah dan membantu aktivitas
sehari-hari. Penuaan merupakan proses alami yang terjadi pada seluruh makhluk
hidup.

Pada proses ini terjadi banyak penurunan fungsi tubuh, faktor tersebut
menyebabkan lansia rentan terhadap penyakit serta mengalami hambatan dalam
beraktivitas. Maka dari itu, dibutuhkan beberapa pelayanan kesehatan untuk
lansia sebagai sarana untuk menunjang aktivitas sehari-hari.

Menurunya kemampuan dan ketahanan fisik lansia meningkatkan resiko


penyakit dan menghambat lansia, sehingga para orang tua membutuhkan
pelayanan kesehatan untuk lansia. Selain itu ada kalanya anggota keluarga
memiliki kesibukannya masing-masing sehingga tidak bisa terus-menerus
mendampingi. Oleh sebab itu, dibutuhkan bantuan jasa tenaga medis ke rumah
untuk membantu memberikan pengawasan.

Berikut ini adalah macam-macam pelayanan kesehatan untuk lansia yang


dibutuhkan:

1. Dokter

19
Dengan adanya potensi mengalami sakit kronis atau cedera, membuat lansia
akan sangat membutuhkan jasa dokter untuk pengobatan. Selain mengobati,
layanan dokter juga dapat membantu pencegahan timbulnya masalah lain
dengan melakukan pemeriksaan atau medical check up secara rutin. Dengan
demikian, kondisi kesehatan lansia dapat selalu terpantau.

2. Vaksin

Sebagian besar orang menganggap pemberian vaksin hanya diutamakan


untuk bayi, tapi ternyata lansia juga sama membutuhkannya. Ketahanan
sistem imun tubuh yang menurun membuat lansia rentan terinfeksi berbagai
virus berbahaya. Pemberian beberapa macam vaksin untuk lansia seperti
influenza, pneumonia, varisela, herpes, tetanus, serta difteri akan
memperkuat daya tahan tubuh lansia. Namun, pastikan untuk selalu
konsultasikan pemberiannya dengan dokter terlebih dahulu.

3. Fisioterapi

Pelayanan kesehatan untuk lansia berikutnya adalah fisioterapi. Layanan ini


cocok bagi lansia dengan riwayat kesehatan seperti stroke, cedera, atau
lainnya yang menimbulkan gangguan pada alat gerak aktif sehingga
menghambat mobilitas. Fisioterapis akan memberikan gerakan-gerakan
ringan tertentu pada bagian tubuh yang bermasalah. Frekuensi terapi akan
disesuaikan dengan kebutuhan hingga benar-benar pulih.

4. Perawat medis

Masalah kesehatan seperti diabetes dan jantung kemungkinan akan


menimbulkan luka pada tubuh sebagai akibat dari prosedur operasi atau
rusaknya jaringan tubuh akibat penyakit tersebut. Maka dari itu, dibutuhkan
perawat medis untuk membantu merawat serta mengobati luka. Bila dokter
menyarankan pemberian infus di rumah, perawat dapat membantu

20
pemasangan sekaligus mengawasi pemberiannya. Selain itu, perawat medis
juga dapat membantu pelaksanaan instruksi dokter lainnya seperti pemberian
injeksi, pemasangan kateter, dan lain-lain.

J. Pelayanan Sosial di Keluarga Sendiri

Home care service merupakan bentuk pelayanan sosial bagi lanjut usia yang
dilakukan di rumah sendiri atau dalam lingkungan keluarga lanjut usia. Tujuan
pelayanan yang diberikan adalah membantu keluarga dalam mengatasi dan
memecahkan masalah lansia sekaligus memberikan kesempatan kepada lansia
untuk tetap tinggal di lingkungan keluarganya.

Pelayanan ini dapat diberikan oleh:

1. Perseorangan perawat, pemberi asuhan


2. Keluarga
3. Kelompok
4. Lembaga/ organisasi sosial
5. Dunia usaha dan pemerintah.

Jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa bantuan makanan, bantuan


melakukan aktivitas sehari-hari, bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan,
penyuluhan gizi. Pelayanan diberikan secara kontinu setiap hari, minggu, bulan
dan selama lansia atau keluarganya membutuhkan.

K. Foster Care Service

Foster care servise adalah Pelayanan sosial lansia melalui keluarga pengganti
adalah pelayanan sosial yang diberikan kepada lansia di luar keluarga sendiri dan
di luar lembaga. Lansia tinggal bersama keluarga lain karena keluarganya tidak
dapat memberi pelayanan yang dibutuhkannya atau berada dalm kondisi terlantar.
Tujuan pelayanan ini adalah membantu memenuhi kebutuhan dan mengatasi

21
masalah yang dihadapi lansia dan keluarganya. Sasaran pelayanannya adalah
lansia terlantar, tidak dapat dilayani oleh keluarganya sendiri

Jenis-jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa :

1. Bantuan makanan, misalnya menyiapkan dan memberi makanan.


2. Peningkatan gizi.
3. Bantuan aktivitas.
4. Bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan.
5. Pendampingan rekreasi.
6. Olahraga.

L. Pusat Santunan Keluarga (Puska)

Pelayanan terhadap lanjut usia kurang mampu/terlantar dengan memberikan


pelayanan permakanan siap saji/siap santap dan pembimbing rohani serta sosial,
guna pemenuhan kebutuhan hidupnya secara layak.

Maksud dan tujuan santunan dalam keluarga :

1. Berbagi rasa kebahagiaan dan kasih saying kepada para Lanjut Usia agar
budaya menghormati kepada sesame khususnya orang tua sebagai tempat
untuk mengadu, meminta nasihat, doa restu, dan sebagainya dapat
dipertahankan.
2. Memberikan motivasi kepada Para Lanjut Usia bahwa mereka tidak mesti
harus tinggal diam dirumah, tetapi masih bisa berkarya dan memiliki daya
guna untuk mengisi hari-hari tuanya dengan memanfaatkan bakat yang
mereka miliki hingga mendatangkan manfaat bagi orang lain.
3. Dengan memberikan pembinaan mental spiritual, akan menambah keimanan
mereka sebagai bekal dimasa akhir sisa hidup meraka.

22
4. Pemberian makan kepada Lansia diharapkan untuk meningkatkan gizi dan
pola makan yang baik sesuai dengan kondisi dan usia para Lansia agar
kesehatan mereka tetap terjaga sehingga tidak mudah sakit.
5. Pembinaa kesehatan dan pemeriksaan kesehatan secara rutin yang
diharapkan dapat meningkatkan dan memantau kondisi kesehatan para
Lanjut Usia.
6. Dengan pembinaan seperti diatas, diharapkan para Lansia merasa
diperhatikan dan dimanusiakan sebagai orang yang berdaya guna.

Dengan adanya Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA), kita mempunyai


sasaran yang dapat dijadikan sarana untuk pengembangan dan peningkatan
pelayanan yang lebih baik kepada para Lanjut Usia yang kurang mampu secara
ekonomi dan dapat melakukan pelayanan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

M. Panti Sosial Lanjut usia

Institusi yang member pelayanan dan perawatan jasmani, rohani, sosial dan
perlindungan untuk memenuhi kebutuhan lansia agar dapat memiliki kehidupan
secara wajar.

Pelayanan yang diberikan dalam bentuk kegiatan, antara lain:

1. Kegiatan rutin

a. Pemenuhan makan 3x/hari.


b. Senam lansia (senam pernafasan, senam jantung, senam gerak latih otak
dsb).
c. Bimbingan rohani/keagamaan sesuai dengan agama.
d. Kerajinan tangan (menjahit, menyulam, merenda).
e. Menyalurkan hobi (bermain angklung, menyanyi, karaoke, berkebun).

2. Kegiatan waktu luang:

23
a. Bermain (catur, pingpong).
b. Berpantun/baca puisi.
c. Menonton film.
d. Membaca Koran.

3. Prinsip Pelayanan

Dalam memberi asuhan keperawatan pada lansia, dilaksanakan dengan


memperhatikan bebrapa prinsip:

a. Tidak memberi stigma, pada dasarnya proses menua disertai masalah


seperti kesepian, berkurang pendengaran, kurangnya penglihatan dan
lemah fisik. Hal tersebut merupakan proses alamiah.
b. Tidak mengucilkan.
c. Tidak membesar-besarkan masalah.
d. Pelayanan yang bermutu.
e. Pelayanan yang cepat dan tepat.
f. Pelayanan secara komprehensif.
g. Menghindari sikap belas kasihan.
h. Pelayanan yang efektif dan efesien.
i. Pelayanan yang akuntabel.

Pemeliharaan dan Pelayanan. Pelayanan lansia (termasuk pelayanan


kesehatan dan perawatan) mempunyai tujuan kesejahteraan dan kemampuan
lansia. Oleh karena itu, pelayanan keperawatan harus diberikan kepada lansia,
baik dalam dalam keadaan sehat maupun sakit dengan membantu.
mempertahankan dan memberi semangat hidup mereka. Sasaran upaya pelayanan
kesehatan dan kesejahteraan lansia adalah:

1. Lansung

24
a. Lanjut usia aktif : komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai gizi,
kesehatan dan mempertahankan kesehatan agar tetap mandiri.
b. Lanjut usia pasif (pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif,
asuhan keperawatan).

2. Tidak lansung :

a. Keluarga lansia, masyarakat di lingkungan lansia, organisasi sosial


masyarakat.
b. Pemeliharaan kesehatan masyarakat di PSTW pada umumnya
dilaksanakan oleh petugas kesehatan puskesmas secara berkala.
c. Keperawatan lansia yang sakit, lansia yang mengalami sakit yang cukup
serius dan perlu dirawat secra intensif, dirujuk ke rumah sakit yang lebih
bagus.

Lansia yang sehat secara fungsional masih bisa mandiri dan tidak tergantung
pada orang lain. Aktivitas sehari-hari masIh penuh dan mampu merawat diri
sendiri. Asuhan keperawatan yang diperlukan adalah pencegahan primer yang
mengutamakan peningkatan derajat kesehatan dan pencegahan penyakit.

25
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, yaitu suatu proses menurunnya daya tahan
26
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 yang menyatakan bahwa Pelaksanaan
pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, telah menghasilkan perbaikan
kondisi sosial masyarakat dan peningkatan usia harapan hidup, sehingga jumlah
lanjut usia semakin meningkat. Banyak dari para lanjut usia yang masih produktif
dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

B. Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai


mahasiswa dapat memahami tentang konsep lansia.

27
DAFTAR PUSTAKA

Afifa, R. d. (2015). Teori Model Madeleine Leininger Dalam Praktik


Keperawatan. Sumedang: Universitas Padjajaran.

Della, N. S. (2020). Asuhan Gerontik Model Konseptual Human Being


Roger. Jombang: Stikes Pemkab.

Depkes RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Buletin


Lansia.

Dewi, M. P. (2017). Keperawatan Transkultural. Yogyakarta: Pustaka Baru


Press.

Nugroho. (2012). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC.

Padila. (2013). Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Ratnawati, E. (2017). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Pustaka Baru


Press.

Tandang, S. d. (2017). Konsep Teori Johnson. Jakarta: Universitas


Muhammadiyah.
2

You might also like