Professional Documents
Culture Documents
KONSEP LANSIA
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2023
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “KONSEP LANSIA” dengan tepat waktu.
Makalah ini kami buat bertujuan untuk menjelaskan materi tentang obat herbal
anti asma. Dengan adanya makalah ini di harapkan mahasiswa lain dapat memahami
materi model keperawatan gerontik dengan baik.
Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin walaupun kami menyadari
masih banyak kekurangan yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran ataupun kritik dan yang sifatnya membangun dan tercapainya
suatu kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi
pembaca maupun kami.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Lansia...........................................................................................4
B. Batasan Usia Lansia.......................................................................................4
C. Teori Menua...................................................................................................5
D. Masalah Kesehatan Pada Lansia....................................................................8
ii
E. Pendekatan Pada Lansia.................................................................................15
F. Pendekatan Secara Fisik.................................................................................15
G. Pendekatan Secara Psikis...............................................................................15
H. Pendekatan Secara Social...............................................................................16
I. Tempat Pelayanan Bagi Lansia......................................................................16
J. Pelayanan Sosial Di Keluarga Sendiri...........................................................18
K. Foster Care Service........................................................................................19
L. Pusat Satuan Keluarga (Puska)......................................................................19
M. Panti Sosial Lanjut Usia.................................................................................20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................23
B. Saran...............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari
bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa manusia yang terakhir,
dimana pada manusia seseorang mengalami kemunduruan fisik, mental dan sosial
sedikit sehingga tidak dapat melakukan hidup sehari-hari lagi Lansia banyak
menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu segera dan terintegrasi
(Padila, 2013).
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai
kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, masa juga seseorang akan
mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat
mengenai usia seorang penilaian memasuki masa lansia, yaitu ada yang
menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur 65 tahun, sebagai usia
yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang berlangsung
secara nyata dan seseorang itu disebut lansia (Padila, 2013).
Secara umum usia dalam meniti dapat dikategorikan dalam dua macam
sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang
mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi
keputusan cenderung menolak masa tua, kelompok ini tidak mau menerima
realitas yang ada (Dewi, 2017).
Mereka yang nantinya akan menjadi lansia tersebut harus mulai dari
sekarang, sehingga tidak menjadi beban bagi masyarakat. Antisipasi tersebut
salah satunya dengan membuat para lanjut usia sehat, mandiri serta produktif bagi
masyarakat. Untuk mencapai menua yang sehat tersebut perlukan upaya
1
peningkatan (promosi) kesehatan, pencegahan penyakit (prevention), pengobatan
penyakit (curative), dan pemulihan kesehatan (rehabilitasi), sehingga keadaan
patologik pun dicoba untuk disembuhkan guna untuk mempertahankan menua
yang, oleh karena proses patologik akan mempersiapkan proses penuaan, upaya
pencegahan harus digunakan (Dewi, 2017).
Masalah kesehatan lansia melalui proses kemunduran yang panjang sehingga
dapat terhambat dan dalam beberapa hal tertentu dapat dicegah. Pertimbangan
lain adalah biaya pelayanan kesehatan sehingga 2 pencegahan akan jauh lebih
murah dari biaya pengobatan (Della, 2020).
Padahal aktivitasnya sejalan dengan bertambahnya usia, lansia membutuhkan
asupan zat lengkap, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Iapun masih membutuhkan energi untuk menjalankan fungsi fisiologis tubuhnya.
Untuk itu upaya yang dapat dilakukan misalnya dengan memperhatikan asupan
gizi pada lanjut usia, pola istrahat lanjut usia, dan dengan memberikan olahraga
misalnya senam lansia untuk para lansia (Della, 2020).
B. Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lansia.
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, yaitu suatu proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 yang menyatakan bahwa Pelaksanaan
pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, telah menghasilkan perbaikan
kondisi sosial masyarakat dan peningkatan usia harapan hidup, sehingga jumlah
lanjut usia semakin meningkat. Banyak dari para lanjut usia yang masih produktif
4
dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya
adalah pelestarian nilai-nilai agama dan budaya bangsa (Tandang, 2017).
B. Batasan Lansia
C. Teori Menua
5
Nugroho (2012) mengelompokkan teori proses menua dalam 2 bidang, yakni
biologi dan sosiologis. Masing-masing bidang tersebut kemudian dipecah lagi
kedalam beberapa bagian sebagai berikut:
1. Teori Biologi
a. Teori Genetik
b. Teori Nongenetik
7
jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses
menua (Ratnawati, 2017).
5) Teori fisiologis
2. Teori Sosiologis
Menurut Nugroho (2012), teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan
sosial. Para lansia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
Padahal secara alamiah mereka akan mengalami penurunan jumlah
kekuatan secara langsung.
8
c. Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)
Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lansia
sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya (Nugroho,
2012). Menurutnya, ada kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia,
dimana dimungkinkan pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia.
Teori yang pertama kali diajukan oleh Cumming dan Hendri (1961)
dikutip Ratnawati (2017) ini menjelaskan bahwa dengan bertambah
lanjutnya usia, seseorang berangsur-angsur mulai akan melepaskan diri
dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya
dengan demikian, kondisi ini akan berdampak pada penurunan interaksi
sosial lansia, baik secara kualitas maupun kuntitas sehingga lanjut usia
mengalami kehilangan ganda (Triple loss): Kehilangan peran (loss of
role), hambatan kontak sosial (restriction of contact and a relationship),
berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and
values).
1. Sel
a. Pada lansia jumlah sel akan lebih sedikit dan ukuranya lebih besar.
b. Cairan tubuh dan cairan intraselular akan berkurang.
c. Proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati juga ikut berkurang.
d. Jumlah sel otak akan menurun.
e. Mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan otak menjadi atropi.
9
2. System persyarafan
3. System pendengaran
4. System penglihatan
a. Timbul sklerisis pada sfinter pupil dan hilangnya respon terhadap sinar.
b. Kornea lebih berbentuk seperti bola (sferis)
c. Lensa lebih suram (keruh) dapat menyebabkan katarak.
d. Meningkatnya ambang.
e. Pengamatan sinar dan daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih
lambat dan sulit untuk melihat dalam keadaan gelap.
f. Hilangnya daya akomodasi.
g. Menurunya lapang pandang dan menurunya daya untuk membedakan
antara warna biru dengan warna hijau pada skala pemeriksaan.
5. System kardiovaskuler
10
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap jantung
sesudah berumur 20tahun. Hal ini memyebabkan menurunya kontraksi
dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi.
e. Tekanan darah meningkat diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer.
7. Sistem pernapasan
8. System gastrointastinal
11
c. Sensitivitas akan rasa lapar menurun.
d. Produksi asam lambung dan waktu pengosongan lambung menurun.
e. Peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Fungsi absorsi menurun.
g. Hati semakin mengecil dan menurunya tempat menyimpan.
h. Berkurangnya suplai aliran darah.
9. System genetalia
12
d. Kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu.
e. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
f. Berkurangnya elastisitas akibat menurunya cairan dan vaskularisasi.
g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi mengeras dan rapuh,
kuku jari tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
i. Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
1. Demensia
13
a. Ringan :walaupun terdapat gangguan berat daya kerja dan aktivitas
sosial,kapasitas untuk hidup mandiri tetap dengan higiene personal
cukup dan penilaian umum yang baik.
b. Sedang : hidup mandiri berbahaya diperlukan berbagai tingkat
suportivitas.
c. Berat : aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu sehingga tidak
berkesinambungan, inkoherensi.
2. Depresi
a. Gejala utama :
1) Afek depresi
2) Kehilangan minat
3) Berkurangnya energi (mudah lelah)
b. Gejala lain :
14
Berdasarkan gejala di atas, depresi pada lansia dapat dibedakan beberapa
bentuk berdasarkan berat ringannya :
a. Biologik : sel saraf yang rusak, faktor genetik, penyakit kronis seperti
hipertensi, DM,stroke, keterbatasan gerak, gangguan pendengaran /
penglihatan.
b. Sosial : kurang interaksi sosial, kemiskinan, kesedihan, kesepian, isolasi
sosial.
c. Psikologis : kurang percaya diri, gaul, akrab, konflik yang tidak
terselesai
3. Skizofrenia
Skizofrenia biasanya dimulai pada masa remaja akhir / dewasa muda dan
menetap seumur hidup. Wanita lebih sering menderita skizofrenia lambat
dibanding pria. Perbedaan onset lambat dengan awal adalah adanya
skizofrenia paranoid pada tipe onset lambat. Sekurang-kurangnya satu gejala
berikut :
15
Waham yang menetap paling sedikit 2 gejala berikut :
4. Gangguan kecemasan
16
5. Gangguan penggunaan alcohol dan zat lain.
F. Pendekatan Fisik
1. Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari
masih mampu melakukan sendiri.
2. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit. perawat harus mengetahui dasar
17
perawatan klien lanjut usia initerutama tentang hal-hal yang berhubunga
dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.
kebersihan perorangan (personal hygiene) sangat penting dalam usaha
mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul
bila kebersihan kurang mendapat perhatian.
G. Pendekatan Psikis
Perawat harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik, dan
service. Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka
terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap,
perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi
sehingga seluruh pengalaman yang di laluinya tidak menambah beban, bila perlu
diusahakan agar dimasa lanjut usia ini mereka dapat merasa puas dan bahagia.
H. Pendekatan Social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercarita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul
bersama dengan sesame klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka.
Pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang
dihadapinya adalah mahluk social yang membutuhkan orang lain. Dalam
pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan social antara lanjut usia
dan lanjut usia maupun lanjut usia dan perawat sendiri.
18
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lajut usia
untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan pagi,
menonton film, atau hiburan-hiburan lain. Para lanjut usia perlu dirangsang untuk
mengetahui dunia luar, seperti menonton tv,mendengar radio, atau membaca
majalah dan surat kabar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam
perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses
penyembuhan atau ketenangan para klien lanjut usia.
Pada proses ini terjadi banyak penurunan fungsi tubuh, faktor tersebut
menyebabkan lansia rentan terhadap penyakit serta mengalami hambatan dalam
beraktivitas. Maka dari itu, dibutuhkan beberapa pelayanan kesehatan untuk
lansia sebagai sarana untuk menunjang aktivitas sehari-hari.
1. Dokter
19
Dengan adanya potensi mengalami sakit kronis atau cedera, membuat lansia
akan sangat membutuhkan jasa dokter untuk pengobatan. Selain mengobati,
layanan dokter juga dapat membantu pencegahan timbulnya masalah lain
dengan melakukan pemeriksaan atau medical check up secara rutin. Dengan
demikian, kondisi kesehatan lansia dapat selalu terpantau.
2. Vaksin
3. Fisioterapi
4. Perawat medis
20
pemasangan sekaligus mengawasi pemberiannya. Selain itu, perawat medis
juga dapat membantu pelaksanaan instruksi dokter lainnya seperti pemberian
injeksi, pemasangan kateter, dan lain-lain.
Home care service merupakan bentuk pelayanan sosial bagi lanjut usia yang
dilakukan di rumah sendiri atau dalam lingkungan keluarga lanjut usia. Tujuan
pelayanan yang diberikan adalah membantu keluarga dalam mengatasi dan
memecahkan masalah lansia sekaligus memberikan kesempatan kepada lansia
untuk tetap tinggal di lingkungan keluarganya.
Foster care servise adalah Pelayanan sosial lansia melalui keluarga pengganti
adalah pelayanan sosial yang diberikan kepada lansia di luar keluarga sendiri dan
di luar lembaga. Lansia tinggal bersama keluarga lain karena keluarganya tidak
dapat memberi pelayanan yang dibutuhkannya atau berada dalm kondisi terlantar.
Tujuan pelayanan ini adalah membantu memenuhi kebutuhan dan mengatasi
21
masalah yang dihadapi lansia dan keluarganya. Sasaran pelayanannya adalah
lansia terlantar, tidak dapat dilayani oleh keluarganya sendiri
1. Berbagi rasa kebahagiaan dan kasih saying kepada para Lanjut Usia agar
budaya menghormati kepada sesame khususnya orang tua sebagai tempat
untuk mengadu, meminta nasihat, doa restu, dan sebagainya dapat
dipertahankan.
2. Memberikan motivasi kepada Para Lanjut Usia bahwa mereka tidak mesti
harus tinggal diam dirumah, tetapi masih bisa berkarya dan memiliki daya
guna untuk mengisi hari-hari tuanya dengan memanfaatkan bakat yang
mereka miliki hingga mendatangkan manfaat bagi orang lain.
3. Dengan memberikan pembinaan mental spiritual, akan menambah keimanan
mereka sebagai bekal dimasa akhir sisa hidup meraka.
22
4. Pemberian makan kepada Lansia diharapkan untuk meningkatkan gizi dan
pola makan yang baik sesuai dengan kondisi dan usia para Lansia agar
kesehatan mereka tetap terjaga sehingga tidak mudah sakit.
5. Pembinaa kesehatan dan pemeriksaan kesehatan secara rutin yang
diharapkan dapat meningkatkan dan memantau kondisi kesehatan para
Lanjut Usia.
6. Dengan pembinaan seperti diatas, diharapkan para Lansia merasa
diperhatikan dan dimanusiakan sebagai orang yang berdaya guna.
Institusi yang member pelayanan dan perawatan jasmani, rohani, sosial dan
perlindungan untuk memenuhi kebutuhan lansia agar dapat memiliki kehidupan
secara wajar.
1. Kegiatan rutin
23
a. Bermain (catur, pingpong).
b. Berpantun/baca puisi.
c. Menonton film.
d. Membaca Koran.
3. Prinsip Pelayanan
1. Lansung
24
a. Lanjut usia aktif : komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai gizi,
kesehatan dan mempertahankan kesehatan agar tetap mandiri.
b. Lanjut usia pasif (pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif,
asuhan keperawatan).
2. Tidak lansung :
Lansia yang sehat secara fungsional masih bisa mandiri dan tidak tergantung
pada orang lain. Aktivitas sehari-hari masIh penuh dan mampu merawat diri
sendiri. Asuhan keperawatan yang diperlukan adalah pencegahan primer yang
mengutamakan peningkatan derajat kesehatan dan pencegahan penyakit.
25
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, yaitu suatu proses menurunnya daya tahan
26
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 yang menyatakan bahwa Pelaksanaan
pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, telah menghasilkan perbaikan
kondisi sosial masyarakat dan peningkatan usia harapan hidup, sehingga jumlah
lanjut usia semakin meningkat. Banyak dari para lanjut usia yang masih produktif
dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
B. Saran
27
DAFTAR PUSTAKA