Professional Documents
Culture Documents
Felianus Nazara - PPGDJ Tahap 5 2019
Felianus Nazara - PPGDJ Tahap 5 2019
Oleh
FELIANUS NAZARA, S.Pd.
No. Peserta19072815410027
1
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui
MENGETAHUI
Dekan Fakultas Ilmu Sosial,
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat-Nya
yang cukup berlimpah sehingga dapat menyelesaikan Proposal Penelitian
Tindakan Kelas ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulisan proposal Penelitian Tindakan Kelas dapat terselesaikan dengan
baik karena dukungan Bapak/Ibu Instructur/Dosen Universitas Negeri Medan,
Panitia PPGDJ Tahap 5 Universitas Negeri Medan dan terlebih-lebih rekan-rekan
mahasiswa PPGDJ PPKn tahap 5. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan yang telah
diberikan.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah turut mendukung penulisan proposal ini. Semoga Tuhan Maha penyayang
melimpahkan Anugerah-Nya yang berlimpah dalam kehidupan kita semua.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
Isi halaman
ii
DAFTAR GAMBAR
Tabel halaman
1. Kerangka Berpikir....................................................................................... 6
2. Prosedur Penelitian...................................................................................... 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sedangkan siswa yang mengajukan pertanyaan dan mengemukakan gagasan
hanya beberapa orang saja. Dapat dikatakan bahwa mayoritas peserta didik
kurang termotivasi dengan pembelajaran yang dilakukan guru sehingga hanya
mengharapkan dari apa yang diberikan guru dalam pembelajaran.
Informasi lain yang diperolehdari guru mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaran yaitu aktivitas pembelajaran yang dilakukan
guru dalam menyampaikan materi dengan menggunakan metode
ceramah.Guru lebih banyakmengarahkan siswa untuk mencatat materi
pelajaran dan mendominasi kegiatan pembelajaran.Hal ini mengakibatkan
peserta didik menjadi pasif dankurang termotivasi belajar. Dari data yang
diperoleh yang diperoleh dari guru mata pelajaran PPKn, siswa yang memiliki
motivasi belajar sebanyak 5 (lima) orang atau 1,5% sedangkan yang 85%
kurang termotivasi.
Kondisi ideal yang diharapkan dalam pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaan yaitu siswa dilibatkan secara aktif dalam
pembelajaran seperti mengidentifikasi permasalahan, berpikir kreatif,
menyelesaikan masalah dan dapat menyenangkan peserta didik. Proses
pembelajaran yang demikian akan mampu meningkatkan motivasi belajar
siswa.Sehingga pemahaman terhadap konsep-konsep esensial yang baik dalam
pembelajaran akan membuat peserta didik menempatkan konsep-konsep
tersebut dalam sistem memori jangka panjang (long term memory)dan dapat
menggunakannya untuk berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi (higher level
thinking) seperti pemecahan masalah dan berpikir kreatif. Pemahaman konsep-
konsep esensial yang baik tersebut akan mempermudah peserta didik dalam
mencapai hasil belajar yang baik sesuai kriteria ketuntasan minimal yang telah
ditetapkan oleh sekolah.
Mengingat motivasi sangat penting bagi siswa dalam belajar,
dipandang perlu adanya pengkolaborasian model yang sudah ada atau
menggunakan model yang bervariasi untuk menumbuhkan motivasi belajar
peserta didik. Adapun model pembelajaran yang pandang cukup tepat yaitu
model discovery learning.
2
Alasan mengangkat metode ini yakni karena menurut penulis model
ini terlihat menyenangkan, bisa mengajak siswa untuk mampu memecahkan
berbagai masalah pribadi maupun kelompok sehingga siswa menjadi lebih
mandiri dalam rangka menghadapi masalah, juga dapat merangsang
perkembangan kemajuan berpikir siswa”.Berdasarkan hal tersebut di atas,
penulisberkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan
Model Discovery Learningdalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran PPKn Kelas VII SMP Negeri 1 Tuhemberua”.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Proses pembelajaran cenderung terpusat kepada guru disebabkan oleh
karena guru masih menggunakan metode konvensional.
2. Peserta didik tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Penerapanmodel discovery learningbelum diterapkan seabagai variasi
metode pembelajaran dalam meningkatkan motivasi belajar.
4. Guru lebih banyak mengarahkan siswa untuk mencatat materi pelajaran
dan mendominasi kegiatan pembelajaran.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel penelitian ini ada dua yaitu motivasi belajar siswa dan model
discovery learning.
2. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun 2019/2010 pada
materi perumusan UUD Negara Republik Indonesia.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana
meningkatkan motivasi belajar siswa melalui penerapan model discovery
learning pada mata pelajaran PPKn kelas VII SMP Negeri 1 Tuhemberua?”.
3
E. Tujuan Penelitian
Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PPKn melalui model
discovery learning kelas VII SMP Negeri 1 Tuhemberua.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
dan dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat praktis
Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi siswa, guru dan kepala
sekolah. Untuk lebih jelasnya, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Tuhemberua dengan menerapkan metode
pemecahan masalah.
b. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan positif untuk
memperbaiki praktik-praktik pembelajaran dan meningkatkan kualitas
lulusan.
c. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru menjadi
lebih baik dan memunculkan inovasi dalam proses pembelajaran
sehingga pembelajaran lebih bermakna.
d. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa menjadi
lebih baik dan proses pembelajaran juga berjalan dengan lancar.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Hakikat Model Pembelajaran Discovery Learning
a. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran
untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru di dalam
kelas yang menyangkut pendekatan, strategi, metode, teknik
pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar. Dalam suatu model pembelajaran ditentukan bukan hanya
apa yang harus dilakukan guru, akan tetapi menyangkut tahapan-
tahapan, prinsip-prinsip reaksi guru dan siswa serta sistem penunjang
yang disyaratkan.
Menurut Arends dalam Suprijono(2013:46), model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Menurut Joice&Weil dalam Isjoni(2013:50), model pembelajaran
adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian
rupa dan digunakan untukmenyusun kurikulum, mengatur materi
pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya.
Sedangkan Istarani (2011:1), model pembelajaran adalah seluruh
rangkaian penyajian materi ajaryang meliputi segala aspek sebelum,
sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala
fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak
langsung dalam proses belajar.
Menurut Budiningsih (2005:43),pengertian model
pembelajaran discovery learning atau penemuan diartikan pula sebagai
5
cara belajar memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery
terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses
mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan daninferi. Proses tersebut oleh Robert B. Sund
dalam Malik (2001:219), disebut cognitive process sedangkan
discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig
conceps and principles in the mind.
Hosnan (2014:282), menjelaskan bahwa discovery learning
adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh
akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan,
siswa juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan
sendiri masalah yang dihadapi.
Kurniasih, dkk (2014:64), menyatakan model discovery
learning adalah proses pembelajaran yang terjadi bila pelajaran tidak
disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,tetapi diharapkan
siswa mengorganisasikan sendiri. Discovery adalah menemukan
konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui
pengamatan atau percobaan.
Sebagai strategi belajar, model pembelajarandiscovery
learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan
problem solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga
istilah ini, pada discovery learning lebih menekankan pada
ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.
Perbedaannya dengan discovery learningdengan inkuiri
learning ialah bahwa pada discovery masalah yang dihadapi siswa atau
peserta didik adalah semacam masalah yang direkayasa oleh guru,
sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga
siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk
mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses
6
penelitian. Sedangkan perbedaannya dengan discovery learning
dengan problem solving. Pada model problem solving lebih memberi
tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah.
Prinsip belajar yang nampak jelas dalam discovery
learningadalah materi atau bahan pelajaran yang akan
disampaikantidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa
sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin
diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian
mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui
dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
Dengan mengaplikasikan metode discovery learning secara
berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri
individu yang bersangkutan. Penggunaan metode/model discovery
learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif
dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke
student oriented. dalam konsep belajar, sesungguhnya metode
discovery learningmerupakan pembentukan kategori-kategori atau
konsep-konsep, yang dapat memungkinkan terjadinya generalisasi.
7
c. Langkah-langkah Model Discovery Learning
Langkah persiapan model discovery learning, yaitu:
a. Menentukan tujuan pembelajaran.
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa peserta didik
(kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya).
c. Memilih materi pelajaran
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajaripeserta didiksecara
induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajarisiswapeserta didik
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks,
dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai
ke simbolik.
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajarsiswapeserta didik.
Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah discovery learning
secara singkat adalah sebagai berikut:
Tahap Deskripsi
Tahap 1 Guru Menentukan tujuan pembelajaran,
Persiapan identifikasi karakteristik peserta didik
(kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan
sebagainya)
Guru dapat memulai kegiatan PBM dengan
Tahap 2 menga-jukan pertanyaan, anjuran membaca
Stimulasi/pemberian buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
rangsangan mengarah pada persiapan pemecahan
masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi
untuk menyediakan kondisi interaksi belajar
yang dapat mengembangkan dan membantu
peserta didik dalam mengeksplorasi bahan
Tahap 3 Guru Mengidentifikasi sumber belajardan
Identifikasi masalah memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah)
Tahap 4 Guru Membantu peserta didik mengumpulan
Mengumpulkan data dan mengeksplorasi data.
8
Tahap Deskripsi
Tahap 5 Guru membimbing peserta didik dalam
Pengolahan data kegiatan mengolah data dan informasi yang
telah diperoleh para peserta didik baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya
Tahap 6 Guru membimbing peserta didik melakukan
Pembuktian pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis
yang ditetapkan dengan temuan alternatif,
dihubungkan dengan hasil
Tahap 7 Guru membimbing peserta didik merumuskan
Menarik kesimpulan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.
9
3. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat
buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah
terbiasa dengan cara- cara belajar yang lama.
4. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan
pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep,
keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang
mendapat perhatian.
5. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya PPKn kurang
fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh
para siswa.
6. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir
yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih
terlebih dahulu oleh guru.
2. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar diperlukan dalam kegiatan pembelajaran untuk
menimbulkan minat belajar pada siswa. Guru haruslah memberikan
motivasi kepada siswa untuk membangun rasa percaya diri, semangat
belajar, dan menumbuhkan rasa bersosialisasi yang baik di lingkungan
sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
Menurut Sumiati dan Asra (2009:59) motivasi belajar adalah
“sesuatu yang mendorong siswa untuk berperilaku yang langsung
menyebabkan munculnya perilaku dalam belajar”. Winkel dalam Ria
(2012:9) mengatakan “motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan serta
memberi arah pada kegiatan belajar”.
Motivasi adalah “perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan” (Hamalik, 2001:158). Dalam hal ini ada tiga unsur
yang saling berkaitan, yaitu:
1) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.
2) Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan.
3) Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
Menurut Hamalik (2008:105), ada dua pendekatan yang
digunakan untuk memahami motivasi, yaitu:
10
1) Motivasi dipandang sebagai suatu proses. Hal ini dapat
membantu guru untuk menjelaskan tingkah laku yang
diamati atau meramalkan tingkah laku orang lain.
2) Menentukan karakteristik proses ini berdasarkan petunjuk-
petunjuk tingkah laku seseorang. Petunjuk-petunjuk
tersebut dapat dipercaya apabila tampak kegunaannya untuk
meramalkan dan menjelaskan tingkah laku lainnya .
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-
faktor dari luar situasi belajar. Menurut Sardiman dalm Djamarah
dan Zain (2010:73), “motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar”.
Kenneth H. Hover dalam Hamalik(2001:163), mengemukakan
prinsip-prinsip motivasi antara lain sebagai berikut:
1) Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat
menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat
menghargai apa yang telah dilakukan. Jadi, pujian lebih
efektif dalam upaya mendorong motivasi belajar siswa.
11
2) Teknik dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah
efektif untuk memelihara minat murid. Cara mengajar yang
bervariasi akan menimbulkan situasi belajar yang
menantang, dan menyenangkan. Bisa diibaratkan dengan
bermain dengan alat permainan yang berlainan. Penggunaan
metode mengajar yang bervariasi dapat menggairahkan
belajar siswa, terutama siswa tidak merasa bosan.
3) Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas
murid. Dengan strategi pembelajaran tertentu, motivasi
siswa dapat ditujukan kepada kegiatan-kegiatan kreatif.
Misalnya, dalam kegiatan pembelajaran siswa diberi
berbagai tantangan, maka akan tumbuh kegiatan kreatifnya.
12
d) Lebih senang bekerja mandiri.
e) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin.
f) Dapat mempertahankan pendapatnya.
Dengan adanya dorongan untuk berbuat ke arah tujuan yang akan dicapai
motivasi belajar siswa akan tercapai serta akan meningkatkan prestasi
belajar bagi siswa.
13
3) Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan. Persaingan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Dengan saingan atau kompetisi dapat
digunakan sebagai alat untuk mendorong siswa belajar.
4) Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran siswa agar merasakan pentingnya
tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja
keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah
satu bentuk motivasi yang cukup penting. Siswa akan belajar
dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.
5) Memberi ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Siswa akan
menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada ulangan. Siswa
biasanya mempersiapkan diri untuk belajar ketika ada ulangan.
Memberikan ulangan pada siswa dapat mendorong siswa untuk
lebih giat dalam belajar.
6) Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil belajarnya, akan mendorong siswa
untuk giat belajar. Dengan mengetahui hasil belajar yang
meningkat, siswa termotivasi untuk belajar dengan harapan
hasilnya akan terus meningkat.
7) Pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement positif sekaligus motivasi
yang baik. Guru bisa memanfaatkan pujian untuk memuji
keberhasilan siswa dalam mengerjakan pekerjaan sekolah
Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana
menyenangkan, mempertinggi gairah belajar.
8) Hukuman
Hukuman merupakan reinforcement negatif, tetapi jika
dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi
yang baik dan efektif.
9) Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berati ada unsur kesengajaan, ada maksud
untuk belajar. Hasrat untuk belajar merupakan potensi yang ada
dalam diri siswa. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan agar
hasrat untuk belajar itu menjelma menjadi perilaku belajar.
10) Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang
berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya
dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya.Proses
belajar akan berjalan lancar jika disertai dengan minat. Minat
dapat dibangkitkan dengan membandingkan adanya kebutuhan,
menghubungkan dengan persoalan penggalaman yang lampau,
memberi kesempatan untuk emndapatkan hasil yang baik,
menggunakan berbagai macam metode menggajar.
11) Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima oleh siswa
merupakan alat motivasi yang cukup penting. Dengan
14
memahami tujuan yang hendak dicapai, akan timbul gairah
untuk belajar.
15
semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan
semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan kegiatan
belajar.
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan
guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Pembelajaran yang bernilai kerjasama mampu memberikan warna
tersendiri bagi peserta didik. Pembelajaran kooperatif menempatkan interaksi
sosial pada peserta didik satu dengan yang lainnya. Dalam proses
pembelajaran guru harus berperan sebagai motivator dan fasilitator agar
tercapai pembelajaran yang aktif dan efektif.
Pada kenyataanya kondisi awal pembelajaran belum meningkatkan
motivasi belajar siswa. Guru masih menggunakan metode konvensional dan
belum menerapkan model discovery learning dalam proses belajar mengajar
Pendidikan Kewarganegaraan sehinga motivasi belajar siswa menjadi rendah.
Oleh karena itu, peneliti memperbaiki pembelajaran dengan menerapkan
model discovery learning sehingga ada motivasi belajar siswa meningkat.
Dengan adanya peningkatan motivasi belajar akan mempengaruhi peningkatan
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Adapun alur berpikir dalam melakukan penelitian ini digambarkan
pada gambarberikut:
16
Motivasi belajar siswa
KondisiAwal Metode konvensional
rendah
Perencanaan Pelaksanaan
Model Discovery
Tindakan Learning Siklus I
Refleksi Pengamatan
Perencanaan Pelaksanaan
Siklus II
Refleksi Pengamatan
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. SettingPenelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Tuhemberua Jl.
Silimabanua No. 111 Kecamatan Tuhemberua Kabupaten Nias Utara. Waktu
penelitian yaitu bulan Oktober 2019. Materi yang diajarkan pada penelitian ini
yaitu Peraturan Perundang-Undangan.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-2 SMP Negeri 1 Tuhemberuatahun
pelajaran 2019/2020 yang jumlah 30 orang dengan laki-laki sebanyak 14
orang dan perempuan sebanyak 16 orang.
C. Prosedur Penelitian
Adapun tahapan pelaksanaan tindakan kelas (PTK) sebagai berikut:
a. Perencanan (Planning)
1) Setiap pertemuan
a) Menyiapkan silabus, RPPdan bahan ajar.
b) Menyusun instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi,
angket, panduan wawancara dan tes hasil belajar berdasarkan kisi-
kisi tes setiap akhir siklus.
c) Menentukan peranan guru dalam pembelajaran sebagai pengamat,
pendamping sedangkan peneliti yakni sebagai pengajar.
d) Menyiapkan lembaran observasi.
2) Setiap akhir siklus dilakukan tes hasil belajar untuk mengetahui daya
serap atau peningkatan keberhasil siswa.
a. Tindakan (action)
Berpedoman dari perencanaan di atas, maka pelaksanaan tindakan (action)
sesuai dengan perencanaan (planning).
b. Pengamatan dan Pengumpulan Data
Selama proses kegiatan pembelajaran (siklus I), guru mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pengamat memperhatikan
18
kesesuaian langkah-langkah pembelajaran dengan model discovery
learning dan mengisi lembar pengamatan (terlampir).
c. Refleksi
1) Setiap akhir pertemuan melakukan evaluasi pelaksanaan
pembelajaran untuk mengetahui permasalahan baru dengan
berpedoman pada lembar pengamatan. Permasalahan baru ini akan
menjadi perbaikan pada pembelajaran berikutnya.
2) Setiap akhir siklus dideskripsikan data hasil pelaksanaan
pembelajaran apakah telah mencapai target 75% atau masih belum.
Apabila target belum tercapai maka dilanjutkan dengan siklus
berikutnya.
Hal yang diuraikan di atas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Perencanan Pelaksanaan
Permasalahan
Tindakan 1 Tindakan 1
Siklus 1
Pengamatan/
Refleksi 1 pengumpulan data 1
Siklus 2
Pengamatan/
Refleksi 2 pengumpulan data 2
Apabila masalah
belum Siklus berikutnya
terselesaikan
19
a. Lembar Observasi
Instrumen observasi digunakan untuk mengetahui motivasi siswa melalui
aktivitas belajar dan kegiatan mengajar guru.
b. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan sebagai kelengkapan dokumentasi
penulissekaligus bukti fisik pelaksanaan penelitian di lapangan.
E. Analisis Data
Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mencermati setiap langkah
yang dibuat mulai dari tahap persiapan, proses pembelajaran, hingga kegiatan
akhir. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah hasil lembar
observasisehingga diperoleh temuan penelitian lembar observasi diolah
dengan rating scale dengan menggunakan rumus berikut (Arikunto,
2002:263).
Skor perolehan
N x 100%
Skor maksimum
Selanjutnya diklasifikasikan dengan kriteria (Purwanto, 2004:103):
86 – 100 : Baik sekali
76 – 85 : Baik
60 – 75 : Cukup
55 – 59 : Kurang
0– 54 : Kurang sekali
F. Jadwal Penelitian
Bulan
N
Kegiatan Juli Agustus Sept. Okt. Nov.
o
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
1 Pengajuan judul proposal
2 Penyusunan proposal
Konsultasi kepada dosen
3
pembimbing
4 Seminar proposal
5 Pelaksanaan penelitian
20
DAFTAR PUSTAKA
AM., Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
____________.2006. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: CV.
Rajawali.Djamarah (2002
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
B. Uno, Hamzah. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Budiningsih, 2005.Media Pendidikan: Pengertian Model Discovery Learning
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV. IKIP
Semarang.
Djamarah dan Zain, 2010.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RinekaCipta.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Isjoni. 2013. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung: Alfabeta.
Istarani. 2011. Model Pembelajaran Inovatif (Referensi Guru Dalam Menentukan
Model Pembelajaran). Medan: Media Persada.
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan
Penerapan. Surabaya: Kata Pena.
Lancarwati, Vivi Ria. 2012. Peningkatan Motivasi Belajar IPS Siswa Kelas VIII
dengan Menggunakan Metode Snowball Throwing di SMP Negeri 4 Satu
Atap Bawang Banjarnegara, UNY, Yogyakarta: Tidak Diterbitkan.
Malik. 2001. Media Pendidikan: Pengertian Model Discovery Learning
Oemar, Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar, Bandung; Sinar Grafika.
______________. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Grafika.
Purwanto, Ngalim. 2004. Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Suherman, Erman dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: Jica.
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: Wicana Prima.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi
PAIKEM.Yogyakarta: Pusaka Pelajar.
21
Lampiran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. KOMPETENSI INTI
KI 1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI 2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan dalam jangkauana pergaulan dan
keberadaanya
KI 3 Memahami pengetahuan faktual, konseptual, dan proseduralprosedural,
dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik
sederhanaberdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
KI 4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, mengggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori.
22
4 4.3 Menjelaskan proses 4.3.1 Menyusun laporan hasil telaah
kesejarahan perumusan dan perumusan dan pengesahan UUD
pengesahan UUD Negara Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Republik Indonesia Tahun
1945
C. Tujuan Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama
Sikap spiritual
1. Peserta didik dapat menunjukkan rasa syukur memiliki UUD
Negara Republik Indonesia tahun 1945 dengan baik dan benar
2. Peserta didik dapat menunjukkan perilaku bangga sebagai warga
negara Indonesia karena memiliki nilai luhur yaitu UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dengan baik dan benar
Sikap sosial
1. Peserta didik dapat menunjukkan perilaku menghargai dan
menghormati peran pendiri negara dalam perumusan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dengan sepenuh hati
2. Peserta didik dapat menunjukkan sikap menghargai dan memberi
dukungan penuh pada hasil pengesahan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dengan sepenuh hati
Pengetahuan
Setelah mengikutiserangkaian kegiatan pembelajaran dengan
pendekatan Scientific Learning dan model Discovery
Learning,pesertadidik dapat:
Mendeskripsikan perumusan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dalam sidang BPUPKI dengan baik
Keterampilan
Melalui membaca buku dari berbagai sumber, peserta didik dapat
menyajikan laporan perumusan dan pengesahan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dengan baik dengan tepat.
23
Prinsip
Perumusan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Naskah UUD diterima pada sidang BPUPKI terdiri dari pasal-
pasal berjumlah 42 pasal, 5 pasal aturan peralihan serta 1
aturan tambahan.
Prosedur
Semangat dan komitmen pendiri Negara pada perumusan dan
pengesahan UUD 1945 antara lain mengutamakan
kepentingan bangsa dan Negara, persatuan dan kesatuan, rela
berkorban, cinta tanah air, dan musyawarah mufakat
b. Materi Remedial
Remedial dilaksanakan untuk siswa yang belum menguasai materi dan
belum mampu memahami perumusan UUD Negara Republik
Indonesia tahun 1945. Kegiatan remedial dilakukan dengan mengulang
materi pembelajaran apabila peserta didik yang belum tuntas atau
dibawah KKM 73. Kegiatan remedial dapat dilakukan dengan:
(1) Mengulang materi pokok di luar jam tatap muka bagi peserta didik
yang belum tuntas.
(2) Memberikan penugasan kepada peserta didik yang belum tuntas.
(3) Memberikan kesempatan untuk tes perbaikan. Perlu diperhatikan
bahwa materi yang diulang atau dites kembali adalah materi pokok
atau keterampilan yang berdasarkan analisis belum dikuasai oleh
peserta didik. Kegiatan remedial bagi kompetensi sikap dilakukan
dalam bentuk pembinaan secara holistis, yang melibatkan guru
bimbingan konseling dan orang tua.
c. Materi Pengayaan
Pembelajaran pengayaan diberikan kepada peserta didik yang nilainya
sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 73, maka
peserta didik diberikan penugasan tambahan yang sesuai dengan
materi seperti membuat rangkuman Perumusan UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945, peran tokoh perumus UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
E. Metode Pembelajaran
Pertemuan pertama
1. Pendekatan : Scientific Learning
2. Model Pembelajaran : Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan)
3. Metode : Tanya jawab, diskusi, presentasi, penugasan
24
F. Media Pembelajaran
Media
1. LKPD
2. Bahan Ajar tentang Perumusan dan pengesahan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
3. Powerpoint konsep Perumusan dan pengesahan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
4. Video ilustrasi Perumusan dan pengesahan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Alat
1. LCD projector,
2. Laptop,
3. Papan tulis
4. Spidol
5. Penghapus papan tulis
6. Speaker
G. Sumber Belajar
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Buku Siswa Mata
Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hal. 63-81.
2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Buku Guru Mata
Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hal 113-140.
3. Bahan ajar.
4. Internet.
5. Sumber lain yang relevan
H. Langkah-langkahPembelajaran
25
Apersepsi
Guru mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan
materi/tema/kegiatan sebelumnya, yaitu : bab 2 tentang Perilaku
Sesuai Norma yang berlaku
Guru mengingatkan kembali materi sebelumnya dengan bertanya.
Guru mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan
pelajaran yang akan dilakukan.
Motivasi
Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang
akandiajarkan.
Apabila materi tema/projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-
sungguh ini dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan
dapat menjelaskan tentang: perumusan UUD Negara Republik
Indonesia tahun 1945.
Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
berlangsung
Mengajukan pertanyaan.
Pemberian Acuan
Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan
saat itu.
Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar,
indikator, dan KKM pada pertemuan yang berlangsung
Pembagian kelompok belajar
Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai
dengan langkah-langkah pembelajaran.
26
Mengamati
lembar kerja
pemberian contoh-contoh materi untuk
dapat dikembangkan peserta didik, dari
media interaktif.
Membaca (dilakukan di rumah sebelum
kegiatan pembelajaran berlangsung),materi
dari buku paket atau buku-buku penunjang
lain, dari internet/materi yang berhubungan
denganperumusan UUD Negara Republik
Indonesia tahun 1945
Mendengar
pemberian materi oleh guru tentang
perumusan UUDNegara Republik Indonesia
tahun 1945
Menyimak
Penjelasan pengantar kegiatan secara garis
besar/global tentang materi pelajaran
mengenai: perumusan UUD Negara Republik
Indonesia tahun 1945untuk melatih
kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.
Mengorganisasikan Menanya
peserta didik Guru memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
pertanyaan yang berkaitan dengan gambar yang
disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan
belajar, contohnya:
Mengajukan pertanyaan tentang:
perumusan UUD Negara Republik Indonesia
tahun 1945,yang tidak dipahami dari apa
yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa
yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual
27
sampai kepertanyaan yang bersifat hipotetik)
untuk mengembangkan kreativitas, rasa ingin
tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan
untuk membentuk pikiran kritis yang perlu
untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang
hayat. Misalnya:
Kapan undang-undang dasar dirumuskan oleh
BPUPKI?
Apa materi sidang kedua BPUPKI II?
Bagaimana perumusan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam sidang
BPUPKI?(Hot)
Membimbing Mengumpulkan informasi
penyelidikan Peserta didik mengumpulkan informasi yang
individu dan relevan untuk menjawab pertanyan yang telah
kelompok diidentifikasi melalui kegiatan:
Mengamati obyek/kejadian,
mengamati dan memahami artikeldengan
sungguh-sungguh
Membaca sumber lain selain buku teks,
tentang pendapat-pendapat anggota BPUPKI
mengenai rumusan UUD Negara Republik
Indonesia tahun 1945 yang dapat diperoleh di
internet
Mengumpulkan informasi
menulis pada buku catatan informasi yang
diperoleh tentangperumusan UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945
Aktivitas
Peserta didik melakukan aktivitas 3.1 seperti
tabel dibawah
28
Saling tukar informasi tentang :
perumusan UUD Negara Republik Indonesia
tahun 1945dengan ditanggapi aktif oleh
peserta didik dari kelompok lainnya sehingga
diperoleh sebuah pengetahuan baru yang
dapat dijadikan sebagai bahan diskusi
kelompok kemudian, dengan menggunakan
metode ilmiah yang terdapat pada buku
pegangan peserta didik atau pada lembar
kerja yang disediakan dengan cermat untuk
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan,
menghargai pendapat orang lain, kemampuan
berkomunikasi, menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui berbagai
cara yang dipelajari, mengembangkan
kebiasaan belajar dan belajar sepanjang
hayat.
Mengembangkan Mengasosiasikan
dan menyajikan Peserta didik menganalisa masukan,
hasil karya tanggapan dan koreksi dari guru terkait
pembelajaran tentangperumusan UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945
Mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan dari hasil kegiatan/pertemuan
sebelumnya maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan
informasi yang sedang berlangsung dengan
bantuan pertanyaan-pertanyaan pada lembar
kerja.
Peserta didik mengerjakan beberapa soal
mengenai perumusan UUD Negara Republik
Indonesia tahun 1945
Menambah keluasan dan kedalaman sampai
kepada pengolahan informasi yang bersifat
mencari solusi dari berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang berbeda sampai
kepada yang bertentangan untuk
mengembang-kan sikap jujur, teliti, disiplin,
taat aturan, kerja keras, kemampuan
menerapkan prosedur dan kemampuan
berpikir induktif serta deduktif dalam
membuktikanperumusan UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945
29
Menganalisa dan Mengkomunikasikan
mengevaluasi proses Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
pemecahan masalah Menyampaikan hasil diskusi berupa
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara
lisan, tertulis, atau media lainnya untuk
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,
kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan sopan
Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
secara klasikal tentang :perumusan UUD
Negara Republik Indonesia tahun 1945
Mengemukakan pendapat atas presentasi
yang dilakukan dan ditanggapi oleh
kelompok yang mempresentasikan
Bertanya atas presentasi yang dilakukan dan
peserta didik lain diberi kesempatan untuk
menjawabnya.
Menyimpulkan tentang point-point penting
yang muncul dalam kegiatan pembelajaran
yang baru dilakukan berupa: Laporan hasil
pengamatan secara tertulis tentang perumusan
UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945
Menjawab pertanyaan yang terdapat pada
buku pegangan peserta didik atau lembar
kerja yang telah disediakan.
Bertanya tentang hal yang belum dipahami,
atau guru melemparkan beberapa pertanyaan
kepada siswa.
Menyelesaikan uji kompetensi yang terdapat
pada buku pegangan peserta didik atau pada
lembar kerja yang telah disediakan secara
individu untuk mengecek penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran
Kegiatan Penutup 15
Peserta didik : Menit
Membuat resume dengan bimbingan guru tentang point-point
penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru
dilakukan.
Mengagendakan pekerjaan rumah.
Mengagendakan projek yang harus mempelajarai pada pertemuan
berikutnya di luar jam sekolah atau dirumah.
Guru :
Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa. Peserta
didik yang selesai mengerjakan projek dengan benar diberi paraf
serta diberi nomor urut peringkat, untuk penilaian projek.
Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja
dan kerjasama yang baik
30
I. Penilaian, Remedial dan Pengayaan
1.Teknik Penilaian:
Sikap (Spiritualdan Sosial)
Observasi (jurnal)
Penilaian diri
Penilaian antarteman
Pengetahuan
Ter tertulis
Keterampilan
Kinerja
2. InstrumenPenilaian:
Terlampir
3.Remedial:
Kegiatan remedial dilaksanakan dalambentuk:
Remidial dapat diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai KKM
maupun kepada peserta didik yang sudah melampui KKM. Remidial terdiri
atas dua bagian : remedial karena belum mencapai KKM dan remedial
karena belum mencapai Kompetensi Dasar
Guru memberi semangat kepada peserta didik yang belum mencapai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal).
Guru akan memberikan tugas bagi peserta didik yang belum mencapai KKM
(Kriterian Ketuntasan Minimal)
4.Pengayaan:
Kegiatan pengayaan dilaksanakandalambentuk:
Pengayaan diberikan untuk menambah wawasan peserta didik mengenai
materi pembelajaran yang dapat diberikan kepada peserta didik yang telah
tuntas mencapai KKM atau mencapai Kompetensi Dasar.
Pengayaan dapat ditagihkan atau tidak ditagihkan, sesuai kesepakatan
dengan peserta didik.
Direncanakan berdasarkan IPK atau materi pembelajaran yang
membutuhkan pengembangan lebih luas
Peserta PPG,
31
Bahan Ajar PKN Kelas VII
BAHAN AJAR
KOMPETENSI DASAR
1.3 Menghargai nilai kesejarahan perumusan dan pengesahan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
bentuk sikap beriman
2.3 Menghargai nilai kesejarahan perumusan dan pengesahan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
bentuk sikap beriman
3.3 Menganalisis kesejarahan perumusan dan pengesahan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
1.3.1 Bersyukur atas anugerah Tuhan bangsa Indonesia memiliki UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
1.3.2 Bangga memiliki nilai luhur UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
2.3.1 Menghargai peran pendiri Negara dalam perumusan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
2.3.2 Menghargai hasil pengesahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945
3.3.1 Mendeskripsikan perumusan UUD Negara Republik Indonesia dalam
Sidang Kedua BPUPKI.
32
TUJUANPEMBELAJARAN
1. Peserta didik dapat menunjukkan rasa
syukur memiliki UUD Negara Republik Indonesia
tahun 1945 dengan baik dan benar
2. Peserta didik dapat menunjukkan perilaku
bangga sebagai warga negara Indonesia karena
memiliki nilai luhur yaitu UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dengan baik dan benar
3. Peserta didik dapat menunjukkan perilaku
menghargai dan menghormati peran pendiri negara
dalam perumusan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dengan sepenuh hati
4. Peserta didik dapat menunjukkan sikap
menghargai dan memberi dukungan penuh
pada hasil pengesahan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dengan sepenuh hati
5. Setelah mengikutiserangkaian kegiatan
pembelajaran dengan pendekatan Scientific
Learning dan model Discovery Learning,peserta
didik dapat mendeskripsikan perumusan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan
baik
6. Melalui membaca buku dari berbagai
sumber, peserta didik dapat perumusan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan
baik dengan tepat.
33
BAB PERUMUSAN DAN PENGESAHAN
UUD NEGARA REPUBLIK
3
INDONESIA TAHUN 1945
PETA KONSEP
34
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang dijadikan sebagai
konstitusi negara atau hukum dasar negara. Tata penyelenggaran negara dan
bernegara harus didasarkan pada Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Kalian
sebagai warga negara sudah semestinya memahami konstitusi negara.
Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya konstitusi mestilah dimulai sejak dini.
Di bab ini, kalian akan mempelajari lebih jauh tentang kesadaran berkonstitusi.
Sumber: http://www.dapursoal.com
35
agar penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan
demikian, diharapkan hak-hak warga negara akan lebih terlindung. Gagasan ini
disebut dengan Konstituasionalisme (Miriam Budiardjo, 2002:96).
Negara Indonesia menganut paham konstitusionalisme sebagaimana
ditegaskan dalam pasal 1 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang berbunyi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar”. Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan
dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Oleh karena itu, menurut Jimly
Asshiddiqie (2008:5) konstitusi bukan undang-undang biasa. Konstitusi tidak
ditetapkan oleh lembaga legislatif biasa, tetapi oleh badan khusus dan lebih tinggi
kedudukannya. Dalam hierarki hukum, konstitusi merupakan hukum yang paling
tinggi dan fundamental sifatnya sehingga peraturan-peraturan di bawahnya tidak
boleh bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.
Konstitusi atau hukum dasar yang tertulis di sebut juga Undang-Undang
Dasar, sedangkan konstitusi atau hukum dasar yang tidak tertulis disebut juga
konvensi, yakni aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek-
praktek penyelengaraan negara meskipun tidak tertulis. Dengan demikian,
konstitusi lebih luas dibandingkan dengan Undang-Undang Dasar (UUD), atau
UUD merupakan salah satu bagian dari konstitusi.
Menurut James Bryce, suatu konstitusi menetapkan:
1. Pengaturan mengenai pendirian lembaga-lembaga yang permanan
2. Fungsi dari lembaga-lembaga tersebut
3. Hak-hak tertentu yang ditetapkan.
Sedangkan menurut JF. Strong, konstitusi mengatur:
1. kekuasaan pemerintah
2. hak-hak dari yang diperintah
3. hubungan antara pemerintah dengan yang diperintah.
Fungsi UUD/konstitusi, dapat ditinjau dari sudut penyelenggaraan
pemerintahan atau berdasarkan tujuannya.
1. Ditinjau dari sudut pemerintahan fungsi UUD/konstitusi sebagai landasan
structural penyelenggaraan pemerintahan menurut suatu sistem ketatanegaraan
36
yang pasti yang pokok-pokoknya dalam suatu aturan-aturan konstitusi atau
UUD-nya.
2. Ditinjau dari sudut tujuannya, fungsi UUD/kontitusi adalah untuk menjamin
hak-hak anggota warga negara atau masyarakat dari tindakan sewenang-
wenang penguasa.
Menurut Jimly Asshiddiqie, fungsi konstitusi dapat dirinci sebagai berikut:
1. Penentu dan pembatas kekuasaan negara.
2. Pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.
3. Pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara dengan warga negara.
4. Pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan negara.
5. Penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli
(rakyat) kepada organ negara.
6. Simbolik sebagai pemersatu.
7. Simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan.
8. Simbolik sebagai pusat upacara.
9. Sarana pengendalian masyarakat.
10. Sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat.
Menurut A.A.H. Struycken, UUD sebagai suatu konstitusi yang tertulis
merupakan dokumen formal yang memuat:
1. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu lampau
2. Tingkatan-tingkatan perkembangan tertinggi ketatanegaraan bangsa
3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik waktu
sekarang maupun yang akan datang.
4. Suatu keinginan dengan mana perkembangan ketatanegaraan bangsa
hendak dipimpin.
Menurut Sri Sumantri (1979:45) UUD atau konstitusi pada umumnya
memuat:
1. adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga Negara
2. ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental;
3. adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga bersifat
fundamental.
37
Menurut Miriam Budiardjo (1977:101), setiap UUD/Konstitusi memuat
ketentuan tentang:
1. organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif,
eksekutif dan judikatif, dan sebagainya
2. hak-hak asasi manusia
3. prosedur mengubah UUD
4. Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD.
38
tanggal 10 Juli sampai dengan 17 Juli 1945, saat itu dibahas hal-hal teknis
tentang bentuk negara dan pemerintahan baru yang akan dibentuk. Dalam
masa persidangan kedua tersebut, dibentuk Panitia Hukum Dasar dengan
anggota 19 orang yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Kemudian, Panitia ini
membentuk Panitia Kecil lagi yang diketuai oleh Soepomo dengan
anggota terdiri atas Wongsonegoro, R. Soekardjo, A.A. Maramis, Panji
Singgih, H. Agus Salim dan Sukiman.
Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar, pada tanggal 13
Juli 1945 berhasil membahas beberapa hal dan menyepakati antara lain
ketentuan tentang Lambang Negara, Negara Kesatuan, sebutan Majelis
Permusyawaratan Rakyat, dan membentuk Panitia Penghalus Bahasa yang
terdiri atas Djajadiningrat, Salim, dan Soepomo. Rancangan Undang-
Undang Dasar diserahkan kepada Panitia Penghalus Bahasa. Pada tanggal
14 Juli 1945, BPUPKI mengadakan sidang dengan agenda ”Pembicaraan
tentang pernyataan kemerdekaan”. Panitia Perancangan Undang-undang
Dasar melaporkan hasilnya. Pasal-pasal dari rancangan UUD berjumlah 42
pasal. Dari 42 pasal tersebut, ada 5 pasal masuk tentang aturan peralihan
dengan keadaan perang, serta 1 pasal mengenai aturan tambahan. Pada
sidang tanggal 15 Juli 1945 dilanjutkan dengan acara ”Pembahasan
Rancangan Undang-Undang Dasar”. Saat itu Ketua Perancang Undang-
Undang Dasar, yaitu Soekarno memberikan penjelasan tentang naskah
yang dihasilkan dan mendapatkan tanggapan dari Moh. Hatta, lebih lanjut
Soepomo, sebagai Panitia Kecil Perancang Undang- Undang Dasar, diberi
kesempatan untuk memberikan penjelasan terhadap naskah Undang-
Undang Dasar.
Penjelasan Soepomo, antara lain menjelaskan betapa pentingnya
memahami proses penyusunan Undang-Undang Dasar (Sekretariat Negara
Indonesia, 1995 :264).
”Paduka Tuan Ketua! Undang-Undang Dasar negara manapun
tidak dapat dimengerti sungguh-sungguh maksudnya Undang-
Undang Dasar dari suatu negara, kita harus mempelajari juga
bagaimana terjadinya teks itu, harus diketahui keterangan-
keterangannya dan juga harus diketahui dalam suasana apa teks
itu dibikin. Dengan demikian kita dapat mengerti apa maksudnya.
39
Undang-undang yang kita pelajari, aliran pikiran apa yang
menjadi dasar Undang-undang itu. Oleh karena itu, segala pem
bicaraan dalam sidang ini yang mengenai rancangan-rancangan
Undang-Undang Dasar ini sangat penting oleh karena segala
pembicaraan di sini menjadi material, menjadi bahan yang
historis, bahan interpretasi untuk menerangkan apa maksudnya
Undang-Undang Dasar ini.”
40
DAFTAR PUSTAKA
41
LEMBAR OBSERVASI SISWA
Item Pengamatan
Nama
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Siswa
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
42
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Jumlah
Item pengamatan
43