You are on page 1of 15

MASALAH SISWA/PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN

ISLAM: PENGERTIAN PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN


SERTA PENGERTIAN, KEBUTUHAN, AKHLAK, DAN
PROBLEMATIKA PESERTA DIDIK

Diajukan kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Kapita Selekta PAI


Bapak Drs. Naf’an Abu Mansur, M.Pd.
untuk Memenuhi sebagian Syarat Menyelesaikan
Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta PAI

Disusun oleh kelompok 7:


UMI HIDAYAH
NPM/NIMKO. 2020580102144

Program Studi S1 Pendidikan Agama Islam (PAI)


Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Maskumambang
Gresik
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah Swt. yang merahmati kita semua dengan
memudahkan kita mempelajari al-Qur’an dan keilmuan lainnya. Shalawat dan
salam kita haturkan kepada Rasulullah Saw., beliaulah suri tauladan bagi kita dan
aklaknya adalah panutan.
Berkat rahmat dan hidayah yang Allah Swt. berikan, penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Kapita Selekta PAI yang berjudul Masalah
Siswa/Peserta Didik dalam Pendidikan Islam: Pengertian Problematika
Pembelajaran Serta Pengertian, Kebutuhan, Akhlak, dan Problematika
Peserta Didik.
Penulis telah mendapat banyak bantuan material maupun non material dari
berbagai pihak dalam penyusunan makalah ini. Penulisan makalah ini merupakan
upaya optimal penulis sebagai sarana terbaik dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk
menjadikan karya ini semakin bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Gresik, 25 Oktober 2022


Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i


KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1


A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan ........................................................................................................... 3

BAB II. PEMBAHASAN ......................................................................................... 4


A. Pengertian Problematika Pembelajaran .................................................... 4
B. Pengertian Peserta Didik ............................................................................. 5
C. Kebutuhan Peserta Didik ............................................................................ 6
D. Akhlak yang Harus Dimiliki Peserta Didik ............................................... 8
E. Problematika Peserta Didik dalam Pendidikan Islam ............................. 9

BAB III. PENUTUP ............................................................................................... 11


A. Simpulan ..................................................................................................... 11
B. Saran ........................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan
perkembangan masyarakat tersebut, oleh karena pendidikan merupakan usaha
melestarikan, dan mengalihkan serta mentranfortasikan nilai-nilai kebudayaan
dalam segala aspeknya dan jenisnya kepada generasi penerus. Pendidikan Islam
dilihat dari segi kehidupan kultural umat manusia merupakan salah satu instrumen
pembudayaan (enkulturasi) masyarakat itu sendiri. Sebagai suatu alat, pendidikan
dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup
manusia, (sebagai makhluk pribadi dan sosial), kepada titik optimal kemampuannya
untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidupnya di
akhirat. Pendidikan agama Islam, secara umum belum menunjukkan hasil yang
memuaskan yaitu menciptakan peserta didik yang berkualitas, yakni memiliki ilmu
ilmiah, berakhlak mulia dan ikhlas beramal.
Persoalan pendidikan yang terkait dengan rendahnya mutu pendidikan pada
setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah
telah membangkitkan semangat berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas
pendidikan bukan merupakan masalah yang sederhana, tetapi memerlukan
penanganan yang multidimensi dengan melibatkan berbagai pihak. Beragam
program inovatif ikut serta memeriahkan reformasi pendidikan. Reformasi
pendidikan adalah restrukturisasi pendidikan, yakni memperbaiki pola hubungan
sekolah dengan lingkungan, pemerintah, pola pengembangan perencaan serta
model-model pembelajaran.1
Pendidikan Islam mau tidak mau harus terlibat dalam mengatasi dan
menyelesaikan berbagai tantangan tersebut bersama dengan kekuatan-kekuatan
pendidikan nasional yang lain, bahkan bersamaan kekuatan sosial, politik dan
ekonomi pada umumnya. Hanya saja pendidikan Islam perlu melakukan evaluasi
diri terlebih dahulu untuk selanjutnya melakukan reaktualisasi dan reposisi, dengan

1
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru (Cet. VII;
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), 3.

1
cara melakukan sinkronisasi dengan kebijakan pendidikan nasional untuk
membebaskan bangsa dari berbagai persoalan.2
Lembaga pendidikan Islam tidak hanya berkewajiban meningkatkan
pencapaian akademis, tetapi juga bertanggungjawab dalam pembentukan karakter
yang baik. Tuntutan ekonomi dan politik pendidikan menyebabkan penekanan pada
pencapaian akademis mengalahkan idealitas peranan sekolah dalam pembentukan
karakter. Sekolah sebagai wadah pembentukan luaran yang berintegritas (karakter
religius) yang paling efektif karena memiliki sumber daya yang memadai dan
terorganisasi dengan baik. Realitasnya lembaga pendidikan terlalu mengedepankan
orientasi aspek akademis, sehingga seringkali terabaikan aspek pengembangan
karakter peserta didik. Kondisi ini membuat kreativitas peserta didik, keberanian
menghadapi resiko, kemandirian, dan ketahanan melalui berbagai ujian hidup
menjadi rendah. Anak mudah frustasi, menyerah, dan kehilangan semangat juang
sampai titik darah penghabisan.3
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pada makalah ini akan membahas
mengenai Masalah Siswa/Peserta Didik dalam Pendidikan Islam: Pengertian
Problematika Pembelajaran Serta Pengertian, Kebutuhan, Akhlak, dan
Problematika Peserta Didik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah
ini:
1. Apa pengertian problematika pembelajaran?
2. Apa pengertian peserta didik?
3. Apa saja kebutuhan peserta didik?
4. Apa saja akhlak yang harus dimiliki peserta didik?
5. Apa saja problematika peserta didik dalam pendidikan Islam?

2
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam Ed. I (Cet. I; Jakarta: Rajawali Pres, 2009), 17.
3
Zubaiedi Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan
(Jakarta: Kharisma Putera Utama, 2011), 14.

2
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada makalah ini:
1. Untuk menjelaskan pengertian problematika pembelajaran.
2. Untuk menjelaskan pengertian peserta didik.
3. Untuk menjelaskan kebutuhan peserta didik.
4. Untuk menjelaskan akhlak yang harus dimiliki peserta didik.
5. Untuk menganalisis problematika peserta didik dalam pendidikan Islam.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Problematika Pembelajaran


Problematika adalah suatu istilah dalam bahasa Indonesia yang berasal dari
bahasa Inggris, yaitu: “Problem” yang berarti “soal atau masalah”. Problem adalah
kondisi atau situasi yang tidak menentu, sifatnya meragukan dan sukar dimengerti,
masalah atau pernyataan yang memerlukan pemecahan masalah. 4 Problematika
adalah berbagai persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam proses
pemberdayaan, baik yang datang dari individu (faktor eksternal) maupun dalam
upaya pemberdayaan masyarakat islami secara langsung dalam masyarakat.
Pembelajaran merupakan proses yang dilakukan oleh seorang pendidik
sebagai penyampaian dan peserta didik sebagai penerima sehingga terjadi intraksi
antara keduanya dan peserta didik mampu menguasi pelajaran yang disajikan.
Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua kata aktivitas belajar dan mengajar.
belajar dapat didefenisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Proses pembelajaran merupakan kesatuan
sistem, yang bertujuan untuk pencapaian standar proses dalam meningkatkan
kualitas pendidikan yang dimulai dari proses menganalisis setiap komponen.5 Dari
setiap komponen tersebut kemudian membentuk dan memengaruhi proses
pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang dijalankan dan
berhubungan satu sama lain. Proses tersebut dimulai adanya perencanan
pembelajaran yang dilanjutkan dengan pelaksanaan pemebelajaran dan diakhiri
dengan evaluasi pembelajaran. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung
lebih dominan kepada peserta didik, sementara mengajar secara instruksional
dilakukaan oleh guru. Pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada pada suatu lingkungan belajar. Menurut
pengertian ini, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik, dengan kata lain

4
Ahmad A.K Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia: Dilengkapi dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) (Jakarta: Reality Publisher, 2010), 428.
5
Umar Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), 105.

4
pembelajaran adalah proses untuk membatu peserta didik agar dapat belajar dengan
baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka problematika pembelajaran adalah
kendala atau persoalan dalam proses belajar mengajar yang harus dipecahkan agar
tercapai tujuan maksimal.

B. Pengertian Peserta Didik


Peserta didik salah satu komponen dalam sistem pendidikan Islam. Peserta
didik merupakan raw material (bahan mentah) di dalam proses transformasi yang
disebut pendidikan. Berbeda dengan komponen-komponen lain dalam sistem
pendidikan karena kita menerima “materiil” ini sudah setengah jadi, sedangkan
komponen-komponen lain dapat dirumuskan dan sesuai dengan keadaan fasilitas
dan kebutuhan yang ada.
Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada dalam fase
pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik, maupun psikis, pertumbuhan dan
perkembangan merupakan ciri seorang pendidik yang perlu bimbingan dari seorang
pendidik. Pertumbuhan menyangkut fisik, perkembangan menyangkut psikis.
Dalam bahasa Arab dikenal tiga istilah yang digunakan untuk menunjukkan
pada anak didik. Tiga istilah tersebut adalah murid yang secara harfiah adalah
berarti orang yang menginginkan atau membutuhkan sesuatu; tilmidz yang
jamaknya talmidz yang berarti murid, dan thalib al-ilmi yang menuntut ilmu,
pelajar, atau mahasiswa. Ketiga istilah tersebut seluruhnya mengacu kepada
seorang yang tengah menempuh pendidikan. Perbedaannya hanya terletak pada
penggunaannya. Pada sekolah yang tingkatannya rendah seperti sekolah dasar (SD)
digunakan istilah murid atau tilmidz sedangkan pada sekolah yang tingkatannya
lebih tinggi seperti SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi digunakan istilah thalib al-
ilm.6
Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwa peserta didik adalah
seseorang memerlukan pengetahun atau ilmu, bimbingan, dan arahan dari pendidik.
Dalam pandangan Islam ilmu berasal dari Allah. Sedangkan dalam proses
menerima ilmu adalah melalui proses transfer dari seorang guru. Karena hakikat

6
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), 152.

5
ilmu itu dari Allah Swt. maka sudah seharusnya peserta didik mendekatkan diri
kepada Allah Swt. melalui ilmu yang dipelajarinya.

C. Kebutuhan Peserta Didik


Banyak kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi pendidik, diantaranya
yaitu:
1. Kebutuhan fisik
Fisik peserta didik mengalami pertumbuhan fisik yang cepat terutama pada
masa pubertas.kebutuhan biologis, yaitu berupa makan, minum, dan istirahat dalam
hal ini menuntut peserta didik untuk memenuhinya. Peserta didik remaja lebih
banyak porsi makannya dibandingkan anak-anak atau oarang dewasa. Dengan
adanya kebiasaan hidup sehat, bersih, dan olahraga secara teratur dapat membantu
menjaga kesehatan pertumbuhan tubuh peserta didik supaya tidak terkena penyakit.
Hal ini harus ditangani dengan cepat karena kesehatan sangat mempengaruhi
pertumbuhan fisiknya.

2. Kebutuhan sosial
Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan yang behubungan langsung dengan
masyarakat agar peserta didik dapat berinteraksi dengan masyarakat lingkungannya
seperti diterima oleh teman-temannya secara wajar. Begitu juga supaya dapat
diterima oleh orang yang lebih tinggi dari dia seperti orang tuanya, guru-gurunya
dan pemimpin-pemimpinnya. Kebutuhan ini perlu dipenuhi agar peserta didik dapat
memperoleh posisi dan berprestasi dalam masyarakat.

3. Kebutuhan untuk mendapatkan status


Peserta didik terutama pada usia remaja membutuhkan suatu yang
menjadikan dirinya berguna bagi masyarakat. Kebannggaan terhadap diri sendiri,
baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun di dalam masyarakat. Peserta
didik juga butuh kebanggaan untuk diterima dan dikenal sebagia individu yang
berarti dalam kelompok teman sebayanya, karena penerimaan dan dibanggakan
kelompok sangat penting bagi peserta didik dalam mencari identitas diri dan
kemandirian.

6
4. Kebutuhan mandiri
Peserta didik dalam usia remaja ingin lepas dari batasan-batasan atau
aturan-aturan orang tuanya dan mencoba untuk mengarahkan dan mendisiplinkan
dirinya sendiri. Ia ingin bebas dari perlakuan orang tuanya yang terkadang terlalu
berlebihan dan terkesan sering mencampuri urusan mereka yang menurut mereka
bisa diatasi sendiri. Walaupun satu waktu mereka masih menginginkan bantuan
mereka. Banyak orang tua yang sangat memperhatikan dan membatasi sikap,
perilaku dan tindakan-tindakan remaja. Hal ini membuat remaja tidak dipercayai
dan dihargai oleh orang tua mereka, sehingga muncul sikap menolak dan terkadang
memberontak.

5. Kebutuhan untuk berprestasi


Kebutuhan untuk berprestasi erat kaitannya dengan kebutuhan untuk
mendapat status mandiri. Artinya dengan terpenuhinya kebutuhan untuk memilki
status atau penghargaandan kebutuhan untuk hidup mandiri dapat membuat peserta
didik giat mengejar prestasi. Dengan demikian kemampuan untuk berprestasi
terkadang sngat erat dengan perlakuan yang mereka terima baik dalam lingkungan
keluarga, sekolah, maupun di masyarkat.

6. Kebutuhan ingin dicintai dan disayangi


Rasa ingin dicintai dan disayangi merupakan kebutuhan yang essensial,
karena dengan terpenuhi ini akan mempengaruhi sikap mental pesrta didik. Banyak
anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang orang tua, guru dan lainnya yang
mengalami prestasi dalam hidup. Dalam agama cinta kasih yang paling tinggi
diharpakan dari Allah Swt. itu sebabnya setiap orang berusaha mencari kasih
sayang dengan mendekatkan diri kepadanya.

7. Kebutuhan untuk curhat


Kebutuhan untuk curhat terutama remaja yang dimaksudkan untuk
kebutuhan untuk dipahami ide-ide dan permaslahn yang dihadapinya. Peserta didik
mengharapkan agar apa yang dialami., dirasakan terutama dalam masa pubertas.
Sebaliknya jika mereka tidak dapat mendapatkan kesempatan untuk

7
mengkomunikasikan permasalahanpermasalahannya tersebut., apalagi dilecehkan,
ditolak, atau dimusuhi, dapat membuat mereka kecewa, marah, bahkan mereka
merasa tidak aman, sehinga muncul taingkah laku yang bersifat negatif dan perilaku
menyimpang.
Dari uaraian diatas dapat dipahami bahwa peserta didik memiliki berbagai
kebutuhan, baik kebutuhan yang bersifat lahiriah maupun kebutuhan rohaniah.
untuk pengembangn kedua aspek tersebbut diperlukan ilmu dan pendidik yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik tersebut. Sehingga pengembanagn potensi
yang ada pada diri pendidik dapat tercapai.7

D. Akhlak yang Harus Dimiliki Peserta Didik


Akhlak yang harus dimiliki oleh peserta didik, yaitu:
1. Seorang peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit
jiwa sebelum menuntut ilmu, karena belajar merupakan ibadah yang tidak sah
dikerjakan kecuali dengan hati yang bersih. Kebersihan hati tersebut dapat
dilakukan dengan menjauhkan diri sifat-sifat tercela sepert dengki, benci,
menghasut, takabbur, menipu, berbangga-bangga dan memuji diri sendiri
selanjutnya menghiasi diri dengan akhlak yang mulia, seperti bersikap benar,
takwa, ikhlas, zuhud, merendahkan diri dan ridla.
2. Sebagai peserta didik harus memiliki tujuan menuntut ilmu dalam rangka
menghiasi jiwa dengan sifat keutamaan, mendekatkan diri kepada Allah Swt.,
dan tidak mencari kemegahan dan kedudukan.
3. Seorang peserta didik harus tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan
bersedia merantau. Selanjutnya apabila menghendaki pergi ke tempat jauh
untuk memperoleh seorang guru, maka ia tidak boleh ragu-ragu dengan itu.
4. Seorang peserta didik wajib menghormati seorang guru.
5. Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah dalam
belajar.8

7
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Predita, 2010), 106.
8
Moh.Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga,
dan Masyarakat (Yogyakarta: LKiS, 2009), 28.

8
E. Problematika Peserta Didik dalam Pendidikan Islam
Pendidikan tidaklah terbatas kepada pengertian dan penguasaan ilmu
pengetahuan, melainkan juga perkembangan jiwa dan penyesuaian diri dari peserta
didik terhadap kehidupan sosialnya. Peserta didik adalah manusia yang senantiasa
mengalami perkembangan sejak terciptanya hingga meninggal.
Problem yang berkaitan dengan peserta didik perlu diperhatikan, dipikirkan
dan dipecahkan, karena peserta didik merupakan pihak yang dibina untuk dijadikan
manusia seutuhnya, baik dalam kehidupan keluarga, sekolah maupun dalam
kehidupan bermasyarakat. 9 Faktor-faktor penyebab problem pada peserta didik
adalah:
1. Peserta didik mempunyai tingkat pengetahuan agama yang tidak sama.
Adakalanya peserta didik yang memasuki sekolah sudah memiliki dasar-
dasar pengetahuan agama yang didapatkannya melalui pendidikan orang
tuanya di rumah atau mendapat dasar-dasar pengetahuan yang
didapatkannya dari jenjang sekolah yang telah dilaluinya, dengan demikian
kesenjangan antara peserta didik yang telah memiliki dasar-dasar ilmu
pengetahuan agama Islam yang memadai dengan peserta didik yang belum
sama sekali memiliki dasar-dasar ilmu pengetahuan agama, akan menjadi
masalah dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Bahwasanya anak
yang sudah dilahirkan membawa fithrah beragama dan kemudian
tergantung pada pendidikan selanjutnya kalau mereka mendapatkan
pendidikan agama dengan baik, maka mereka akan menjadi orang yang taat
beragama, dan sebaliknya bila benih agama yang dibawanya itu tidak
dipupuk dan dibina dengan baik, maka anak akan menjadi orang yang tidak
beragama.
2. Peserta didik yang tingkat kecerdasan (IQ) berbeda. Anak didik yang
mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi akan lebih mudah
menerima pelajaran agama dibandingkan peserta didik yang memiliki
tingkat kecerdasan lebih rendah. Masalah ini juga akan menyebabkan faktor
munculnya problem pembelajaran pendidikan agama Islam yang diberikan
oleh pendidik.

9
Rusman, Belajar Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2017), 33.

9
3. Peserta didik yang kurang bersungguh-sungguh dalam belajar agama.
Maksudnya adalah peserta didik tersebut mempelajari agama bukan untuk
membekali dirinya dengan pengetahuan agama sebagai sarana untuk
melaksanakan ibadah kepada Allah Swt., tetapi mempelajari agama hanya
untuk mendapatkan nilai.
4. Problem peserta didik yang paling mendasar ada pada keluarga peserta didik
tersebut. Dalam arti, jika keluarga peserta didik tersebut tingkat
keagamaannya baik, maka secara langsung perkembangan pendidikan
agama anak akan baik pula. Sebaliknya jika tingkat keagamaan keluarganya
minim maka perkembangan anak didik akan berbeda jauh dengan hal diatas.
Jadi, tingkat keberagaman keluarga terutama orang tua akan sangat
berpengaruh dalam pendidikan keagamaan anak.

10
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Problematika pembelajaran adalah kendala atau persoalan dalam proses
belajar mengajar yang harus dipecahkan agar tercapai tujuan maksimal.
2. Peserta didik adalah seseorang memerlukan pengetahun atau ilmu,
bimbingan, dan arahan dari pendidik. Dalam pandangan Islam ilmu berasal
dari Allah. Sedangkan dalam proses menerima ilmu adalah melalui proses
transfer dari seorang guru. Karena hakikat ilmu itu dari Allah Swt. maka
sudah seharusnya peserta didik mendekatkan diri kepada Allah Swt. melalui
ilmu yang dipelajarinya.
3. Kebutuhan peserta didik, yaitu kebutuhan fisik, sosial, mendapatkan status,
mandiri, berprestasi, ingin dicintai dan disayangi, serta curhat,
4. Akhlak yang harus dimiliki oleh peserta didik, yaitu peserta didik harus
membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum menuntut
ilmu; harus memiliki tujuan menuntut ilmu; harus tabah dalam memperoleh
ilmu pengetahuan dan bersedia merantau; wajib menghormati seorang guru;
dan hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah dalam belajar.
5. Problematika peserta didik dalam pendidikan Islam, yaitu mempunyai
tingkat pengetahuan agama yang tidak sama; mempunyai tingkat
kecerdasan (IQ) berbeda; ada kurang bersungguh-sungguh dalam belajar
agama; dan permasalahan pada keluarga peserta didik.

B. Saran
Guru pendidikan Islam harus memiliki kesadaran untuk menemukan
permasalahan yang terdapat di dalam kelas, selain itu sebelum melaksanakan
kegiatan pembelajaran, guru sebaiknya melakukan perencanaan pembelajaran
sematang mungkin agar dapat disesuaikan dengan kondisi kelas serta karakteristik
peserta didik. Sedangkan, peserta didik harus belajar dengan sungguh-sungguh dan
mengkomunikasikan dengan guru apabila mengalami kendala atau permasalahan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Majid, A. 2011. Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar


Kompetensi Guru Cet. VII. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muda, K.A.A. 2010. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia: Dilengkapi dengan Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD). Jakarta: Reality Publisher.

Muhaimin. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam Ed. I Cet. I. Jakarta: Rajawali


Pres.

Mujib, A. dan Mudzakir, J. 2010, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Predita.

Nata, A. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Roqib, M. 2009. Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Integratif di


Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat. Yogyakarta: LKiS.

Rusman. 2017. Belajar Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta:


Kencana.

Tirtarahardja, U. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

ZubaiedI. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam


Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kharisma Putera Utama.

12

You might also like