You are on page 1of 6

PERTEMUAN KE 6

GENETIKA MIKROORGANISME

Genetika adalah cabang ilmu biologi yang membahas secara spesifik tentang penurunan sifat-
sifat tertentu oleh suatu organisme. Kajian genetika pertama kali dilakukan oleh Gregor Mendel
pada tahun 1860 pada sebidang tanaman kacang polong. Mendel melakukan penyilangan antar
tanaman kacang nya dan mengamati setiap perubahan yang dihasilkan oleh tanamannya baik dari
aspek warna, ukuran, bentuk maupun sifat-sifat lainnya. hasil penelitiannya dijadikan dasar
pengembangan hukum kebakaan atau hukum Mendel. terjadinya berbagai perubahan warna
ukuran biji dan bentuk tanaman yang ditemukan menghasilkan sejumlah keterangan mengenai
karakteristik gen di dalam kromosom teori Mendel kemudian dikembangkan oleh para ahli dengan
menggunakan organisme hidup berupa lalat drosophilla sebagai bahan dalam penelitian genetika.
pada tahun 1950-an bahan percobaan berupa lalat drosophilla diganti dengan bakteri escherichia
colli karena kondisi taraf molekulernya yang dapat dipahami oleh para ahli.
Bersamaan dengan itu Charles Darwin memperkenalkan teori evolusi yang didasarkan kepada
prinsip kelangsungan hidup dan seleksi alamiah dari organisme yang terkuat. menurut Darwin,
Organisme yang dapat bertahan hidup hanya Organisme yang mampu beradaptasi secara genetis
terhadap kondisi lingkungan yang terus-menerus berubah dalam kurun waktu yang lama
karakteristik khas yang dimiliki oleh kehidupan dari perspektif genetika adalah adanya kesamaan
atau kemiripan ciri antara progeni dengan ketuanya contohnya pada spesies manusia dimana dalam
keluarga tertentu sebagian besar anggotanya memiliki rambut hitam mata hitam serta bentuk
hidung tertentu karena tetuanya juga memiliki ciri yang serupa sedangkan pada beberapa keluarga
lain memiliki rambut pirang mata biru dan bentuk hidung mancung sebagaimana kondisi tertuanya
demikian pula mikroorganisme menurunkan sifat tertentu dalam suatu kajian genetika.
Ilmu genetika secara spesifik berupaya untuk mendefinisikan menganalisis keturunan terkait
konstansi serta terjadinya perubahan pengaturan tertentu pada berbagai macam fungsi fisiologis
yang membentuk karakter pada suatu organisme. Setiap unit keturunan tersebut dalam kajian
genetika disebut dengan gen yang merupakan segmentasi DNA yang nukleotidanya bertugas untuk
membawa informasi dengan karakter biokimia dan sifat fisiologis tertentu. Pendekatan tradisional
dalam kajian genetika telah berhasil mengidentifikasi bahwa gen merupakan dasar kontribusi pada
setiap karakter fenotip dari keseluruhan fisiologis dan struktural pada setiap organisme dan sel
yang hidup. contoh karakter fenotip adalah warna mata manusia atau kondisi resistensi terhadap
jenis antibiotik tertentu.

A. Sifat Dasar DNA


Kromosom merupakan rantai dari DNA yang tersusun oleh asam deoksiribonukleat pada
jenis organisme tingkat tinggi seperti hewan dan tumbuhan, keberadaan DNA diselubungi
oleh suatu jenis protein bernama histon. DNA adalah sejumlah bahan genetik yang dapat
dipindahkan Dan memiliki kemampuan untuk menyimpan informasi genetik tertentu atau
sifat turunan tertentu untuk generasi berikutnya.
Pada tahun 1941, Avery mampu mengubah jenis bakteri tidak beracun pneumococcus
menjadi jenis bakteri yang dapat menghasilkan zat toksin atau racun melalui proses
penambahan ekstrak DNA dari jenis bakteri beracun. hasil percobaan tersebut bahwa DNA
dengan sifat-sifat khas milik bakteri beracun tersebut dapat ditransformasikan atau
dipindahkan kepada DNA pada bakteri generasi baru sehingga para ahli menyimpulkan
bahwa bahan penyebab perubahan sifat individu pada bakteri adalah DNA titik di dalam
DNA terkandung dua jenis basa yaitu purin yang terdiri dari adenin dan guanin dan
pirimidin yang terdiri dari sitosin dan timin DNA tersusun dari rangkaian basa Purin dan
pirimidin yang sangat panjang.

Gambar 1. Skematis DNA Mikroorganisme

Pada skema tersebut tampak bahwa posisi deoksiribonukleat saling berdampingan dan
diikat oleh sejumlah fosfodiester yang terdapat pada atom C 3-5 atau antiparalel serta basa
purin maupun pirimidin pada atom C yang pertama. DNA yang terdapat pada sel
mikroorganisme berbentuk benang ganda yang berpilin dalam suatu konfigurasi Helix
seperti terlihat pada gambar tersebut hasil sintesis DNA yang diteruskan pada sel keturunan
menyediakan mekanisme tertentu yang berfungsi untuk melakukan pembuatan salinan
yang tepat dengan menggunakan bahasa komplementer. Di dalam heliks ganda setiap
adenin yang terdapat pada benang I akan berpapasan dengan timin pada benang II yang
merupakan komplementer nya dan guanin juga akan berpasangan dengan sitosin. Adapun
rumus bangun dari susunan pirimidin, timin, deoksiribonukleat, adenin, sitosin, Purin dan
guanin adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Rumus Bangun Susunan DNA

Mekanisme pengaturan pada setiap urutan dan kuantitas basa basa nukleotida tersebut yang
nantinya bertugas untuk membawa informasi genetik tertentu di dalam sel. Mekanisme
urutan dan jumlah basa nukleotida yang dimiliki oleh setiap mikroorganisme sangat
berbeda antara yang satu dengan yang lain tetapi urutan dan jumlah basa basa nukleotida
yang dimiliki oleh setiap mikroorganisme sangat berbeda antara yang satu dengan yang
lain tetapi urutan dan jumlah basa basa nukleotida yang akan diturunkan oleh setiap jenis
mikroorganisme pada generasinya akan selalu sama.
Gambar 3. Susunan Basa Nukleotida

Gambar 4. Arah Replikasi Benang DNA

Pada gambar 4 menunjukkan bahwa jika benang 1 (b1) mengalami replikasi maka akan
menghasilkan suatu benang tunggal yang punya sifat identik dengan benang II (b2) dan
sebaliknya jika benang II (b2) mengalami replikasi maka akan menghasilkan benang
tunggal (b1a) yang juga punya sifat identik dengan benang I (b1). Hasil akhir pada proses
replikasi tersebut berupa pembentukan dua benang heliks yang masing-masing memiliki
kandungan berupa 1 buah benang pencetak asli dan satu buah benang baru. Arah replikasi
DNA hanya terdapat pada C5 ke C3, sehingga hanya satu benang saja yang dapat
mengalami replikasi secara utuh dan mengalami replikasi sepotong-potong pada benang
antiparalel nya yang selanjutnya disambung oleh sejumlah enzim DNA ligase.

B. Transkripsi DNA dan Translasi RNA


Struktur RNA (ribonucleic acid) pada dasarnya memiliki struktur yang sama dengan DNA,
tetapi RNA mempunyai unsur pirimidin urasil di tempat timin yang berfungsi untuk
mengikat gula ribosa seperti terlihat pada Gambar 4. RNA berfungsi sebagai alat untuk
mengendalikan DNA dalam proses sintesis polipeptida protein di dalam suatu sel tanpa
membentuk heliks, kecuali RNA pada virus yang berupa struktur RNA ganda.
Gambar 5. Struktur RNA

Pada proses sintesis RNA, benang DNA yang positif dan polymerase berfungsi sebagai
alat pencetak maka jika benang DNA positif berada dalam urutan ATGCTAACG akan
menghasilkan RNA yang berada pada urutan UACGAUUGC. Proses pencetakan yang
dilakukan oleh RNA dari benang DNA positif dinamakan dengan proses transkripsi atau
proses penyalinan pesan DNA kepada benang RNA dengan menggunakan DNA pencetak
dan basa komplementer nukleotida RNA. Benang baruRNA yang telah mengalami proses
transkripsi tersebut selanjutnya akan membawa pesan dari DNA untuk melakukan proses
pembuatan protein sehingga RNA nya disebut sebagai RNA pesuruh (m-RNA). Proses
sintesis protein yang diinstruksikan oleh m-RNa tersebut dinamakan sebagai translasi yaitu
proses pengarahan terjadinya sintesis protein melalui pesan DNA yang dibawakan oleh m-
RNa. Pesan atau informasi tersebut nantinya akan diterjemahkan kedalam urutan asam
amino tertentu. Pada setiap m-RNa terdapat rangkaian nukleotida dan setiap terbentuknya
rangkaian berurutan tiga nukleotida atau triplet, maka rangkaian tersebut akan dinamakan
kodon. Kodon secara istilah berarti seri tiga nukleotida yang membawa pesan berupa satu
asam amino di dalam polipeptida yang memiliki posisi berurutan di dalam suatu molekul
asam nukleat contohnya ketika UAC membentuk kodon untuk UCA serin, CAU histidin,
asam amino tirosin, dan juga CUA leusin.

C. Genetika Bakteri
Terdapat dua macam fenomena biologi yang ada pada konsep hereditas yakni bahwa
hereditas yang bersifat stabil terjadi apabila generasi baru yang terbentuk melalui
pembelahan satu sel memiliki sifat yang sangat identik dengan induknya dan ada suatu
variasi peristiwa genetik tertentu yang dapat mengakibatkan terjadinya perbedaan sifat
generasi baru dari sel induknya misalnya mutasi. Unit herediter bakteri disebut dengan
genom bakteri yang lazimnya disebut sebagai gen. Gen bakteri terdapat di dalam molekul
DNA tunggal atau pada materi genetik diluar kromosom atau ekstrakromosomal yang biasa
disebut dengan plasmid dan tersebar luas secara bebas pada suatu populasi bakteri.
Meskipun Bakteri memiliki sifat haploid, tetapi proses transmisi gennya cenderung
dilakukan secara linear sehingga sel anaknya akan selalu menerima satu set gen yang
bersifat identik dengan sel induknya pada setiap terjadinya siklus pembelahan sel.
Kromosom bakteri mengandung DNA dengan berat sekitar 2 sampai 3% dari berat kering
pada setiap sel bakteri. Melalui mikroskop elektron akan terlihat bahwa DNA bakteri
berbentuk menyerupai benang-benang fibriler yang memenuhi sebagian besar ukuran
volume selnya. Molekul DNA pada bakteri dapat diekstraksi jika berbentuk sirkuler dan
memiliki panjang sekitar 1 mm. DNA bakteri cenderung memiliki berat molekul yang
tinggi karena mengandung heteropolimer yang berasal dari kandungan sejumlah
deoksiribonukleotida purin yang berupa adenin guanin serta kandungan sejumlah
deoksiribonukleotida pirimidin yang berupa Sitosin dan Timin.

You might also like