Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH KLMPK 6 Balaghah Al-Qur'an
MAKALAH KLMPK 6 Balaghah Al-Qur'an
AL-QASHR
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Balaghah Al-Qur’an
Dosen Pengampu : Dr. Ahmad Husnul Hakim, M.A.
Disusun Oleh :
Muhammad Naufal Ramadhan (201410038)
Muhammad Dzulqarnain (201410042)
Muhammad Eksan (201410044)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Balaghah adalah salah satu ilmu “memperindah bahasa” dalam Bahasa
Arab yang telah lama dikenal seiring dengan berkembangnya kesusastraan
Arab. Secara istilah, Balaghah merupakan sifat kalaam dan mutakallim,
merujuk kepada perkataan “baligh”, yaitu yang perkataannya tercapai/sampai
sesuai dengan yang dimaksud dan mutakallim yang baligh, yaitu tercapai atau
tersampaikan oleh yang mengatakan. Dengan demikian, Balaghah dapat juga
diartikan sebagai kesesuaian antara konteks ucapan dengan situasi dan kondisi
lawan bicara (muthabaaqah al-kalaam bi muqtadhaa al-haal). Tak hanya
sesuai konteks, tapi juga disertai penggunaan kalimat atau bahasa yang fashih,
jelas, dan mudah dipahami.
Dalam pembahasan ini telah tersusun kajian dari salah satu bahasan yang
penting dan merupakan ruang lingkup dari ilmu ma’ani yaitu qashr. Dalam
makna qashr ini dapat diketahui ayat-ayat Al-Qur’an yang memang
mempunyai kekhususan atau keistimewaan dari sesuatu perkara yang lain,
dan dalam ayat yang mengandung qashr juga tentu mempunyai maksud dan
tujuan tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Makna dari Al-Qashr?
2. Apa saja pembagian Al-Qashr?
3. Apa saja bentuk dari Al-Qashr?
4. Bagaimana contoh Al-Qashr dalam Al-Quran?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui makna dari Al-Qashr.
2. Untuk mengetahui pembagian dari Al-Qashr.
3. Untuk mengetahui bentuk dari Al-Qashr.
4. Untuk mengetahui contoh dari Al-Qashr dalam Al-Qur’an.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Al-Qashr
Qashar merupakan salah satu cabang atau konsentrasi ilmu dalam
Balaghah. Kalimat qashr merupakan kalimat singkat atau pendek yang
memiliki arti atau makna banyak.
Qashr atau Al-Qashru menurut pengertian etimologi (bahasa) adalah “Al-
Habsu” artinya menahan, melarang atau memenjarakan. Menurut pengertian
terminologi (istilah) ialah:
تخصيص أمر بآخر بطريق مخصوص
1
Ahmad Al-Hasyimi, MUTIARA ILMU BALAGHAH Dalam Ilmu Ma’ani, (Cet. I;Surabaya:
Mutiara Ilmu, 1994 M), h. 235
2
Ahmad Syatibi, Balaghah II (Ilmu Ma’ani), (Cet. III; Jakarta: Tarjamah Center, 2013 M), h.
189
2
Nafi dan istisna disamping merupakan salah satu cara qashr, pada saat
yang sama juga merupakan ciri struktur kalimat qashr. Artinya ketika kita
ingin membentuk kalimat qashr, maka di antara caranya adalah dengan
menggunakan nafi dan istisna. Dan ketika kita menemukan nafi dan
istisna dalam sebuah kalimat, berarti dapat dipastikan bahwa kalimat
tersebut adalah kalimat qashr atau disebut juga uslub qashr. Contoh:
b. Innama
Innama merupakan cara qashr yang sering dipakai atau sering
dijumpai setelah nafi dan istisna.
Innama disamping merupakan salah satu cara qashr, pada saat yang
sama juga merupakan cirri struktur kalimat qashr. Artinya ketika kita
ingin membentuk kalimat qashr, maka di antara caranya adalah dengan
menggunakan Innama. Contoh:
3
Ahmad Syatibi, Balaghah II (Ilmu Ma’ani), (Cet. III; Jakarta: Tarjamah Center, 2013 M), h. 195
3
Contoh pada jumlah ismiyyah yaitu:
هلل الحمد
“Hanya bagi Allah lah segala pujian”
Jumlah fi’liyyah adalah pola kalimat yang terdiri dari fi’il, fa’il, dan
maf’ul kemudian keterangan. Namun jika dijumpai dalam sebuah kalimat,
ada sebuah kata yang seharusnya diletakkan pada posisi belakang,
kemudian justru diletakkan pada posisi depan, maka inilah yang disebut
dengan “Mendahulukan Yang Seharusnya Diakhirkan”.4
Contoh dari jumlah fi’liyyah sebagai berikut:
4
Ahmad Syatibi, Balaghah II (Ilmu Ma’ani), (Cet. III; Jakarta: Tarjamah Center, 2013 M), h.
197-198
4
“Saya bukan pedagang teteapi petani”. Maksudnya ialah “Saya hanya
seorang petani”.
C. Rukun Qashar
Batasan sebuah kalimat qashar ditandai dengan rukunnya. Apabila
sebuah kalimat telah terpenuhi rukun qashar maka kalimat tersebut baru dapat
disebut sebagai struktur kalimat qashar. Di dalam struktur kalimat qashr ada
sesuatu yang diringkas yang selanjutnya disebut maqsur ( ) مقصور. Pada saat
yang sama ada pula sesuatu yang menjadi tempat dimana maqsur itu berada,
yang disebut maqsur ‘alaih. Kemudian alat untuk membuat qashr (adat
qashr).
Rukun qashar dapat ditelusuri berdasarkan adat qashar yang digunakan.
1. Jika adat qashar yang digunakan itu Nafi dan Istisna maka maqsur ‘alaih
jatuh setelah Istisna.
2. Jika adat qashar yang digunakan adalah Innama maka maqsur ‘alaih nya
jatuh atau berada di paling akhir.
3. Jika adat qashar Mendahulukan Yang Seharusnya Diakhirkan maka
maqsur ‘alaih nya terletak pada posisi yang di kedepankan.
4. Dan jika struktur kalimat qashar yang ada menggunakan cara athaf maka
maqsur ‘alaih nya adalah: Jika athafnya menggunakan لكن/بل. maka
maqsur ‘alaih jatuh setelah لكن/بل. Jika athafnya menggunakan ال. maka
maqsur ‘alaih terletak sebelum ال.
D. Macam-Macam Qashar
Dalam pembahasan qashar atau struktur kalimat qashr terdiri dari maqsur
dan maqsur ‘alaih. Kemudian maqsur dan maqsur alaih di sini dapat disebut
juga sebagai dua tepi qashar.
a) Sudut Pandang Dua Tepi Qashar
Qashar dilihat dari sudut pandang dua tepinya yaitu maqsur dan
maqsur alaih, terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Qashar Sifah ‘ala Mausuf
5
Merupakan qashr yang maqsurnya merupakan sesuatu yang menunjukkan
sifat dan maqsur ‘alaihnya menunjukkan sesuatu yang disifati atau
mausuf. Contoh:
Kata محمدpada contoh di atas, posisinya sebagai maqsur. Pada saat yang
sama aspek makna محمدmenunjukkan sesuatu yang disifati dan disebut
sebagai mausuf.
Sementara kata رسولposisinya sebagai maqsur alaih. Kemudian pada saat
yang sama makna ُ رسولmenunjukkan sifah, sehingga qashar ini disebut
sebagai qashar mausuf ala sifah.6
5
Ahmad Syatibi, Balaghah II (Ilmu Ma’ani), (Cet. III; Jakarta: Tarjamah Center, 2013 M), h.
219
6
Ahmad Al-Hasyimi, MUTIARA ILMU BALAGHAH (Dalam Ilmu Ma’ani), (Cet. I; Surabaya:
Mutiara Ilmu Surabaya, 1994 M), h. 243
6
Qashar haqiqi merupakan qashar yang maknanya secara faktual benar
adanya, kapan saja dan dimana saja, abadi dan tidak dibatasi waktu dan
atau ruang. Kemudian apabila antara makna dan esensi dari pernyataan
tersebut menggambarkan sesuatu yang sebenarnya. Perhatikan contoh di
bawah ini:
7
Ahmad Syatibi, Balaghah II (Ilmu Ma’ani), (Cet. III; Jakarta: Tarjamah Center, 2013 M), h. 223-
224
8
Ahmad Syatibi, Balaghah II (Ilmu Ma’ani), (Cet. III; Jakarta: Tarjamah Center, 2013 M), h.
224-225
7
Dalam Qashr Idhofi juga terbagi menjadi tiga bagian dengan melihat
keadaan yang diajak bicaraa atau mukhatab-nya, yaitu:
1. Qashr Ifrad
yaitu ketika mukhatab berkeyakinan akan bersekutunya suatu hukum.
Contoh:
2. Qashr Qalabi
yaitu apabila mukhatab berkeyakinan dengan kebalikan hukum yang
ditetapkan. Contoh:
3. Qashr Ta’yin
yaitu ketika mukhatab ragu-ragu dalam hukum. Seperti ketika ia ragu
tentang keadaan bumi apakah bumi itu bergerak atau tetap. lalu anda
mengatakan:
8
Contoh tersebut untuk menolak orang yang ragu dalam hal tersebut. 9
ي إال طبيب
ٌّ ما عل
“Ali hanya seorang dokter”
Ketika terjemahan kalimat diatas menjadi “Ali hanya seorang dokter”,
pada saat yang sama mengandung makna yang disebut dengan makna kedua
dari struktur qashar, yaitu: “Dokter bukan hanya Ali”. Dan kata “hanya” harus
disematkan pada maqsur alaih saja.
9
Ahmad Al Hasyimi, Mutiara Ilmu Balaghah Dalam Ilmu Ma’ani, Terj M. Zuhri dan Ahmad
Chumaidi Umar, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1994)
10
Ahmad Syatibi, Balaghah II (Ilmu Ma’ani), (Cet. III; Jakarta: Tarjamah Center, 2013 M), h.
234
9
Pada bagian ini, analisis akan dilakukan secara berurutan sesuai dengan
metode qashar yang terdapat dalam ayat.
a. Analisis terhadap ayat-ayat yang mengandung struktur kalimat qashar dengan
menggunakan Nafi dan Istitsna ( ) النفي واإلستثناء.
Q.S. Al-Baqarah : 9
11
Tafsir Kemenag, https://quran.kemenag.go.id/surah/2/9 diakses pada 8 Februari 22.40
12
Tafsir Kemenag, https://quran.kemenag.go.id/surah/2/11 diakses pada 8 Februari 22.40
10
Sesuai dengan kerangka teori struktur kalimat qashar yang ada maka
terjemahan maupun kandungan makna ayat di atas tidak tepat karena
penempatan kata ‘hanya’ bukan pada maksur alaih, namun dari segi
penerjemahan sudah tepat. Penulis mengusulkan kandungan makna yang
sesuai dengan terjemahan di atas yaitu:
- Makna I: “Kami hanya orang-orang mushlih”.
Lebih dari itu sesuai dengan teori yang dibangun di atas maka didapat
kandungan makna pada terjemahan ayat di atas dalam bentuknya yang kedua
yaitu:
- Makna II: “Orang-orang muslih bukan hanya kami”.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Qashr merupakan salah satu pembahasan yang dikaji dalam ilmu
ma’ani, qashr secara dapat diartikan dengan penghanyaan atau
pengkhususan. Secara istilah qashr ialah mengkhususkan sesuatu dengan
sesuatu yang lain. Untuk membuat qashr atau mengetahui lafadz yang
mengandung qashr dapat kita ketahui yaitu dengan lafadz innama; nafyu
dan istitsna; athaf dengan laa, bal dan lakin; dan mendahulukan lafadz
yang mempunyai hak untuk di akhirkan.
Adapun qashr dapat terbagi menjadi dua jika dilihat dari maqshur dan
maqshur ‘alaihnya yaitu qashr sifat ‘ala maushuf dan qashr maushuf ‘ala
shifat. Adapun jika qashr dilihat dari shifat dan maushufnya itu dapat
terbagi menjadi dua jenis yaitu qashr haqiqi yaitu qashr yang dilihat dari
hakikat dan kenyataannya, dan qashr idhofi yaitu qashr yang
pengkhususannya dihubungkan dengan perkara lain. Qashr idhafi juga
terbagi lagi menjadi tiga yaitu qashr idhafi, ifrad, qalb, dan ta’yin.
12
DAFTAR PUSTAKA
13