You are on page 1of 16

MAKALAH

AL-QASHR
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Balaghah Al-Qur’an
Dosen Pengampu : Dr. Ahmad Husnul Hakim, M.A.

Disusun Oleh :
Muhammad Naufal Ramadhan (201410038)
Muhammad Dzulqarnain (201410042)
Muhammad Eksan (201410044)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN
(PTIQ) JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan atas


kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, tak
lupa pula shalawat serta salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad
Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, sahabat serta keluarganya sebab jasa beliaulah
yang membawa umat manusia ke jalan yang diridhai Allah SWT. Dengan
pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul "Al-Qashr",
yang disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Balaghah Al-Qur’an.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang bekerja sama demi
terselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna dan jauh dari kesempurnaan, maka diharapkan dapat memberikan
kritik dan saran dari para pembaca.
Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.

Jakarta, 08 Februari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i


DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I .................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 1
BAB II................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ................................................................................................... 2
A. Makna Al-Qashr......................................................................................... 2
B. Metodologi Struktur Kalimat Qashr .......................................................... 2
C. Rukun Qashar............................................................................................. 5
D. Macam-Macam Qashar .............................................................................. 5
E. Makna Yang Terkandung di dalam Struktur Kalimat Qashar ................... 9
F. Contoh Terjemahan Struktur Kalimat Qashar Dalam Al-Qur’an .............. 9
BAB III ............................................................................................................... 12
PENUTUP........................................................................................................... 12
A. Kesimpulan .............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Balaghah adalah salah satu ilmu “memperindah bahasa” dalam Bahasa
Arab yang telah lama dikenal seiring dengan berkembangnya kesusastraan
Arab. Secara istilah, Balaghah merupakan sifat kalaam dan mutakallim,
merujuk kepada perkataan “baligh”, yaitu yang perkataannya tercapai/sampai
sesuai dengan yang dimaksud dan mutakallim yang baligh, yaitu tercapai atau
tersampaikan oleh yang mengatakan. Dengan demikian, Balaghah dapat juga
diartikan sebagai kesesuaian antara konteks ucapan dengan situasi dan kondisi
lawan bicara (muthabaaqah al-kalaam bi muqtadhaa al-haal). Tak hanya
sesuai konteks, tapi juga disertai penggunaan kalimat atau bahasa yang fashih,
jelas, dan mudah dipahami.
Dalam pembahasan ini telah tersusun kajian dari salah satu bahasan yang
penting dan merupakan ruang lingkup dari ilmu ma’ani yaitu qashr. Dalam
makna qashr ini dapat diketahui ayat-ayat Al-Qur’an yang memang
mempunyai kekhususan atau keistimewaan dari sesuatu perkara yang lain,
dan dalam ayat yang mengandung qashr juga tentu mempunyai maksud dan
tujuan tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Makna dari Al-Qashr?
2. Apa saja pembagian Al-Qashr?
3. Apa saja bentuk dari Al-Qashr?
4. Bagaimana contoh Al-Qashr dalam Al-Quran?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui makna dari Al-Qashr.
2. Untuk mengetahui pembagian dari Al-Qashr.
3. Untuk mengetahui bentuk dari Al-Qashr.
4. Untuk mengetahui contoh dari Al-Qashr dalam Al-Qur’an.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Al-Qashr
Qashar merupakan salah satu cabang atau konsentrasi ilmu dalam
Balaghah. Kalimat qashr merupakan kalimat singkat atau pendek yang
memiliki arti atau makna banyak.
Qashr atau Al-Qashru menurut pengertian etimologi (bahasa) adalah “Al-
Habsu” artinya menahan, melarang atau memenjarakan. Menurut pengertian
terminologi (istilah) ialah:
‫تخصيص أمر بآخر بطريق مخصوص‬

“Mengkhususkan suatu perkara pada perkara lain dengan menggunakan


cara-cara yang khusus” atau “Menetapkan hukum terhadap hal yang
disebutkan dalam kalimat atau meniadakannya dari selainnya dengan
memakai tatacara yang akan diterangkan kemudian”.1
Qashar secara bahasa artinya singkat, padat atau pendek. Lebih jelas lagi
qashr adalah ungkapan atau struktur kalimat yang lafalnya pendek namun
kandungan maknanya banyak. Dalam ilmu ma’ani, qashr adalah:
mengkhususkan suatu perkara pada perkara lain dengan cara khusus.2
Berikut ialah contoh dari Qashr ( ‫ ) ما فهم إال خليل‬yang berarti “Tidaklah
paham kecuali Khalil”. Contoh tersebut memberikan makna bahwa yang
paham hanyalah si Khalil.

B. Metodologi Struktur Kalimat Qashr


Struktur kalimat dapat dikatakan sebagai struktur qashr dan memiliki
makna dapat diketahui dengan beberapa cara yang dikenal sebagai ‫طرق القصر‬
(cara-cara qashr). Cara-cara qashr yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a. Nafi dan Istisna

1
Ahmad Al-Hasyimi, MUTIARA ILMU BALAGHAH Dalam Ilmu Ma’ani, (Cet. I;Surabaya:
Mutiara Ilmu, 1994 M), h. 235
2
Ahmad Syatibi, Balaghah II (Ilmu Ma’ani), (Cet. III; Jakarta: Tarjamah Center, 2013 M), h.
189

2
Nafi dan istisna disamping merupakan salah satu cara qashr, pada saat
yang sama juga merupakan ciri struktur kalimat qashr. Artinya ketika kita
ingin membentuk kalimat qashr, maka di antara caranya adalah dengan
menggunakan nafi dan istisna. Dan ketika kita menemukan nafi dan
istisna dalam sebuah kalimat, berarti dapat dipastikan bahwa kalimat
tersebut adalah kalimat qashr atau disebut juga uslub qashr. Contoh:

‫إن هذا إال ملك كريم‬


“Ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia”

b. Innama
Innama merupakan cara qashr yang sering dipakai atau sering
dijumpai setelah nafi dan istisna.
Innama disamping merupakan salah satu cara qashr, pada saat yang
sama juga merupakan cirri struktur kalimat qashr. Artinya ketika kita
ingin membentuk kalimat qashr, maka di antara caranya adalah dengan
menggunakan Innama. Contoh:

‫إنما المؤمنون إخوة‬


“Sesungguhnya orang-rang mukmin itu saudara”

c. Mendahulukan Yang Seharusnya Diakhirkan


Pada cara yang ketiga ini, ada dua pola kalimat yaitu Jumlah
Ismiyyah dan Jumlah Fi’liyyah.
Jumlah Ismiyyah terdiri dari Mubtada’ "‫ "مبتدأ‬dan Khabar ”‫"خبَر‬.
Struktur standar kalimat bahasa Arab yang disebut dengan Jumlah
Ismiyyah, posisi Mubtada’ berada di awal kalimat dan posisi Khabar
berada pada akhir kalimat sebagai penyempurna makna secara
keseluruhan. Namun jika dijumpai dalam sebuah kalimat justru Khabar
berada di awal kalimat, sementara Mubtada’ berada di akhir kalimat,
maka inilah yang dimaksud dengan Mendahulukan Yang Seharusnya
Diakhirkan.3

3
Ahmad Syatibi, Balaghah II (Ilmu Ma’ani), (Cet. III; Jakarta: Tarjamah Center, 2013 M), h. 195
3
Contoh pada jumlah ismiyyah yaitu:

‫هلل الحمد‬
“Hanya bagi Allah lah segala pujian”
Jumlah fi’liyyah adalah pola kalimat yang terdiri dari fi’il, fa’il, dan
maf’ul kemudian keterangan. Namun jika dijumpai dalam sebuah kalimat,
ada sebuah kata yang seharusnya diletakkan pada posisi belakang,
kemudian justru diletakkan pada posisi depan, maka inilah yang disebut
dengan “Mendahulukan Yang Seharusnya Diakhirkan”.4
Contoh dari jumlah fi’liyyah sebagai berikut:

‫إياك نعبد وإياك نستعين‬


“Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau-lah
kami memohon pertolongan”

d. Athaf dengan ‫لكن‬/‫بل‬/‫ال‬


Athaf merupakan cara qashr yang keempat namun jarang dipakai
ataupun dijumpai dan tidak semua huruf atau huruf tertentu saja yang
dapat dikatakan sebagai cara qashar.
Athaf secara harfiah artinya menyambung. Di antara cara qashar yang
lain adalah dengan menggunakan athaf atau menyambung. Mengathaf
atau menyambung dimaksud adalah mengathaf dengan huruf-huruf athaf
tertentu saja yang kemudian membuat sebuah kalimat menjadi kalimat
qashar. Perhatikan contoh berikut di bawah ini.

‫أنا متعلم ال معلم‬


“Saya adalah pelajar bukan pengajar”. Maksudnya ialah “Saya hanya
seorang pelajar”.

‫ما أنا تاجر بل فالح‬

4
Ahmad Syatibi, Balaghah II (Ilmu Ma’ani), (Cet. III; Jakarta: Tarjamah Center, 2013 M), h.
197-198

4
“Saya bukan pedagang teteapi petani”. Maksudnya ialah “Saya hanya
seorang petani”.

C. Rukun Qashar
Batasan sebuah kalimat qashar ditandai dengan rukunnya. Apabila
sebuah kalimat telah terpenuhi rukun qashar maka kalimat tersebut baru dapat
disebut sebagai struktur kalimat qashar. Di dalam struktur kalimat qashr ada
sesuatu yang diringkas yang selanjutnya disebut maqsur ( ‫) مقصور‬. Pada saat
yang sama ada pula sesuatu yang menjadi tempat dimana maqsur itu berada,
yang disebut maqsur ‘alaih. Kemudian alat untuk membuat qashr (adat
qashr).
Rukun qashar dapat ditelusuri berdasarkan adat qashar yang digunakan.
1. Jika adat qashar yang digunakan itu Nafi dan Istisna maka maqsur ‘alaih
jatuh setelah Istisna.
2. Jika adat qashar yang digunakan adalah Innama maka maqsur ‘alaih nya
jatuh atau berada di paling akhir.
3. Jika adat qashar Mendahulukan Yang Seharusnya Diakhirkan maka
maqsur ‘alaih nya terletak pada posisi yang di kedepankan.
4. Dan jika struktur kalimat qashar yang ada menggunakan cara athaf maka
maqsur ‘alaih nya adalah: Jika athafnya menggunakan ‫لكن‬/‫بل‬. maka
maqsur ‘alaih jatuh setelah ‫لكن‬/‫بل‬. Jika athafnya menggunakan ‫ال‬. maka
maqsur ‘alaih terletak sebelum ‫ال‬.

D. Macam-Macam Qashar
Dalam pembahasan qashar atau struktur kalimat qashr terdiri dari maqsur
dan maqsur ‘alaih. Kemudian maqsur dan maqsur alaih di sini dapat disebut
juga sebagai dua tepi qashar.
a) Sudut Pandang Dua Tepi Qashar
Qashar dilihat dari sudut pandang dua tepinya yaitu maqsur dan
maqsur alaih, terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Qashar Sifah ‘ala Mausuf
5
Merupakan qashr yang maqsurnya merupakan sesuatu yang menunjukkan
sifat dan maqsur ‘alaihnya menunjukkan sesuatu yang disifati atau
mausuf. Contoh:

‫ال يفوز إال الصالحون‬


“Tidak beruntung kecuali orang-orang shalih”
Pada ‫ يفوز‬posisinya sebagai maqsur. Secara bersamaan maknanya pun
menunjukkan sifah. Dan kata ‫ الصالحون‬posisinya sebagai maqsur alaih, dan
secara bersamaan juga maknanya menunjukkan sebagai mausuf (sesuatu
yang disifati), sehingga kalimat di atas disebut qashar Sifah ala Mausuf.5
Kata ‫ يفوز‬posisinya sebagai maqsur dan maknanya menunjukkan sifah
diringkas hanya pada ‫ الصالحون‬yang posisinya sebagai maqsur alaih dan
maknanya menunjukkan mausuf, dan terjemahannya menjadi
Keberuntungan hanya bagi orang-orang shalih.
2. Qashr mausuf ‘ala sifah
Merupakan qashr yang maqsurnya itu menunjukkan mausuf sedangkan
maqsur ‘alaihnya menunjukkan sifah. Contoh:

‫ما محمد إال رسول‬


"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul".

Kata ‫ محمد‬pada contoh di atas, posisinya sebagai maqsur. Pada saat yang
sama aspek makna ‫ محمد‬menunjukkan sesuatu yang disifati dan disebut
sebagai mausuf.
Sementara kata ‫ رسول‬posisinya sebagai maqsur alaih. Kemudian pada saat
yang sama makna ُ‫ رسول‬menunjukkan sifah, sehingga qashar ini disebut
sebagai qashar mausuf ala sifah.6

b) Sudut Pandang Makna Faktual


1. Qashar Haqiqi

5
Ahmad Syatibi, Balaghah II (Ilmu Ma’ani), (Cet. III; Jakarta: Tarjamah Center, 2013 M), h.
219
6
Ahmad Al-Hasyimi, MUTIARA ILMU BALAGHAH (Dalam Ilmu Ma’ani), (Cet. I; Surabaya:
Mutiara Ilmu Surabaya, 1994 M), h. 243
6
Qashar haqiqi merupakan qashar yang maknanya secara faktual benar
adanya, kapan saja dan dimana saja, abadi dan tidak dibatasi waktu dan
atau ruang. Kemudian apabila antara makna dan esensi dari pernyataan
tersebut menggambarkan sesuatu yang sebenarnya. Perhatikan contoh di
bawah ini:

‫ال إله إال هللا‬


“Tiada Tuhan selain Allah”
Kalimat “Tiada Tuhan selain Allah”, pada memberi informasi bahwa
Tuhan itu hanyalah Allah SWT. Bukan saja pada saat tertentu akan tetapi
memang sepanjang masa bahkan hingga kini dan akan datang. Tidak
dibatasi waktu. Inilah yang dimaksud dengan makna factual, abadi, dan
sesungguhnya.7
2. Qashar Idhafi
Qashar idhafi adalah qashar yang maknanya secara factual dibatasi waktu
dan atau tempat tertentu. Informasi yang dikandung struktur kalimat
qashar idhafi benar adanya, hanya saja benar adanya itu, ketika
dihubungkan dengan waktu dan atau tempat tertentu saja. Tidak berlaku
umum. Perhatikan contoh di bawah ini:

‫ال مجتهد إال علي‬


“Yang sungguh sungguh hanya Ali”.
Kalimat “Yang sungguh-sungguh hanya Ali”, pada contoh di atas,
memberi informasi bahwa yang sungguh- sungguh hanya Ali. Namun
muncul pertanyaan kapankah? Besokkah? Setahun yang lalu kah? Di
sekolahnya kah atau di kelasnya? Atau di seluruh sekolah yang ada? Bisa
jadi jawabannya adalah; bahwa yang sungguh-sungguh memang hanya
Ali, tetapi kesungguhan itu dicapainya pada tahun ajaran yang lalu dan
itupun hanya di kelasnya saja. Adapun jika dihubungkan dengan waktu
tertentu yang lain atau dihubungkan dengan tempat tertentu yang lain, bisa
jadi Yang sungguh-sungguh bukan hanya Ali.8

7
Ahmad Syatibi, Balaghah II (Ilmu Ma’ani), (Cet. III; Jakarta: Tarjamah Center, 2013 M), h. 223-
224
8
Ahmad Syatibi, Balaghah II (Ilmu Ma’ani), (Cet. III; Jakarta: Tarjamah Center, 2013 M), h.
224-225

7
Dalam Qashr Idhofi juga terbagi menjadi tiga bagian dengan melihat
keadaan yang diajak bicaraa atau mukhatab-nya, yaitu:

1. Qashr Ifrad
yaitu ketika mukhatab berkeyakinan akan bersekutunya suatu hukum.
Contoh:

‫إنما هللا إله واحد‬


“Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa” (Q.S An Nisa:171)
Contoh ini diucapkan ketika mukhatab mempunyai keyakinan lain,
semisal musyrik, dan Allah tidak hanya tuhan satu-satunya yang
disembah.

2. Qashr Qalabi
yaitu apabila mukhatab berkeyakinan dengan kebalikan hukum yang
ditetapkan. Contoh:

‫ما سافر إال علي‬


“Tidaklah pergi melainkan Ali”
Contoh tersebut untuk menolak orang yang berkeyakinan bahwa orang
yang pergi itu Khalil, bukan Ali. Dengan demikian, berarti anda telah
membalikkan keyakinan mukhatab.

3. Qashr Ta’yin
yaitu ketika mukhatab ragu-ragu dalam hukum. Seperti ketika ia ragu
tentang keadaan bumi apakah bumi itu bergerak atau tetap. lalu anda
mengatakan:

‫األرض متحركة ال ثابتة‬


“Bumi itu bergerak, tidak tetap”

8
Contoh tersebut untuk menolak orang yang ragu dalam hal tersebut. 9

E. Makna Yang Terkandung di dalam Struktur Kalimat Qashar


Setiap struktur kalimat memberikan makna spesifik masing-masing.
struktur kalimat ismiyyah umpamanya berbeda maknanya dengan struktur
kalimat fi’liyyah. Struktur kalimat yang kata katanya yang ada di dalamnya
menempati posisi posisinya yang standar menjadi sangat berbeda maknanya
dengan struktur kalimat yang kata katanya yang ada di dalamnya tidak
menempati posisi posisi yang seharusnya. Kata yang seharusnya diletakkan
di posisi depan, kemudian diletakkan pada posisi belakang atau sebaliknya,
maknanya menjadi sangat berbeda satu sama lain karena terjadi perubahan
posisi tadi. Demikian pula halnya dengan struktur kalimat qashar. Setiap
struktur kalimat qashar mengandung dua makna standar yang sangat lekat
dengan struktur kalimat qashar itu sendiri.10
Struktur kalimat qashar memiliki dua makna standar yang spesifik.
Sesuai dengan makna harfiah qashar yaitu singkat, maka dalam
menerjemahkan struktur kalimat qashar harus menyebutkan kata “hanya”.
Sebab kata “hanya” inilah yang memberikan makna singkat pada qashar. Oleh
karena itu terjemahan standar dari kalimat qashar sebagai berikut.

‫ي إال طبيب‬
ٌّ ‫ما عل‬
“Ali hanya seorang dokter”
Ketika terjemahan kalimat diatas menjadi “Ali hanya seorang dokter”,
pada saat yang sama mengandung makna yang disebut dengan makna kedua
dari struktur qashar, yaitu: “Dokter bukan hanya Ali”. Dan kata “hanya” harus
disematkan pada maqsur alaih saja.

F. Contoh Terjemahan Struktur Kalimat Qashar Dalam Al-Qur’an

9
Ahmad Al Hasyimi, Mutiara Ilmu Balaghah Dalam Ilmu Ma’ani, Terj M. Zuhri dan Ahmad
Chumaidi Umar, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1994)
10
Ahmad Syatibi, Balaghah II (Ilmu Ma’ani), (Cet. III; Jakarta: Tarjamah Center, 2013 M), h.
234

9
Pada bagian ini, analisis akan dilakukan secara berurutan sesuai dengan
metode qashar yang terdapat dalam ayat.
a. Analisis terhadap ayat-ayat yang mengandung struktur kalimat qashar dengan
menggunakan Nafi dan Istitsna ( ‫) النفي واإلستثناء‬.
Q.S. Al-Baqarah : 9

٩ َ‫س ُه ْم َو َما َي ْش ُع ُر ْو َۗن‬ ٓ ‫َو َما َي ْخ َدع ُْونَ ا ا‬


َ ُ‫ِال اَ ْنف‬
“Padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari”.11
Potongan ayat di atas dalam tafsir Al-Mishbah diterjemahkan sebagai berikut:
padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak
sadar.
Sesuai dengan kerangka teori menerjemahkan struktur kalimat qashar yang
ada maka terjemahan dan makna ayat di atas sudah tepat. Penulis
mengusulkan kandungan makna yang sesuai dengan terjemahan di atas yaitu:
- Makna I: “Yang mereka tipu hanya diri mereka”.
Lebih dari itu sesuai dengan teori yang dibangun di atas maka didapat
kandungan makna pada terjemahan ayat di atas dalam bentuknya yang kedua
yaitu:
- Makna II: “Diri mereka bukan hanya mereka tipu”.

b. Analisis terhadap ayat-ayat yang mengandung struktur kalimat qashar dengan


menggunakan Innama ( ‫) إانما‬.
Q.S. Al-Baqarah : 11

ْ ‫قَالُ ْٓوا اِنا َما نَحْ ُن ُم‬


١١ َ‫ص ِل ُح ْون‬
“Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah orang-orang yang
melakukan perbaikan.”12
Potongan ayat di atas dalam tafsir Al-Mishbah diterjemahkan sebagai berikut:
‘Sesungguhnya hanya kami orang-orang mushlih’.

11
Tafsir Kemenag, https://quran.kemenag.go.id/surah/2/9 diakses pada 8 Februari 22.40
12
Tafsir Kemenag, https://quran.kemenag.go.id/surah/2/11 diakses pada 8 Februari 22.40
10
Sesuai dengan kerangka teori struktur kalimat qashar yang ada maka
terjemahan maupun kandungan makna ayat di atas tidak tepat karena
penempatan kata ‘hanya’ bukan pada maksur alaih, namun dari segi
penerjemahan sudah tepat. Penulis mengusulkan kandungan makna yang
sesuai dengan terjemahan di atas yaitu:
- Makna I: “Kami hanya orang-orang mushlih”.
Lebih dari itu sesuai dengan teori yang dibangun di atas maka didapat
kandungan makna pada terjemahan ayat di atas dalam bentuknya yang kedua
yaitu:
- Makna II: “Orang-orang muslih bukan hanya kami”.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Qashr merupakan salah satu pembahasan yang dikaji dalam ilmu
ma’ani, qashr secara dapat diartikan dengan penghanyaan atau
pengkhususan. Secara istilah qashr ialah mengkhususkan sesuatu dengan
sesuatu yang lain. Untuk membuat qashr atau mengetahui lafadz yang
mengandung qashr dapat kita ketahui yaitu dengan lafadz innama; nafyu
dan istitsna; athaf dengan laa, bal dan lakin; dan mendahulukan lafadz
yang mempunyai hak untuk di akhirkan.
Adapun qashr dapat terbagi menjadi dua jika dilihat dari maqshur dan
maqshur ‘alaihnya yaitu qashr sifat ‘ala maushuf dan qashr maushuf ‘ala
shifat. Adapun jika qashr dilihat dari shifat dan maushufnya itu dapat
terbagi menjadi dua jenis yaitu qashr haqiqi yaitu qashr yang dilihat dari
hakikat dan kenyataannya, dan qashr idhofi yaitu qashr yang
pengkhususannya dihubungkan dengan perkara lain. Qashr idhafi juga
terbagi lagi menjadi tiga yaitu qashr idhafi, ifrad, qalb, dan ta’yin.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hasyimi, Ahmad. MUTIARA ILMU BALAGHAH Dalam Ilmu Ma’ani,


(Cet. I; Surabaya: Mutiara Ilmu, 1994 M).
Syatibi, Ahmad. Balaghah II (Ilmu Ma’ani), (Cet. III; Jakarta: Tarjamah
Center, 2013).
Muhsin, Wahab dan Fuad Wahab. 1986. Pokok-Pokok Ilmu Balaghah.
Bandung: Angkasa.
Nurbayan, Yayan dan Zaenuddin Mamat. 2007. Pengantar Ilmu Balaghah.
Bandung: PT Refika Aditama.
Tafsir Kemenag, https://quran.kemenag.go.id/surah/2/11 diakses pada 8
Februari 22.40.

13

You might also like