You are on page 1of 7

TUGAS TUTORIAL KE-1

NAMA: NURUL ILMI SALSABILA

NIM: 041913989

MATAKULIAH: Akuntansi Keuangan Syariah

DOSEN: Ibu Dr. Luk Luk Fuadah, S.E.

1. SOAL:

Studi Kasus. Salah satu aspek penting dalam pengaturan operasional bank syariah adalah
akuntansi yang merupakan media pertanggungjawaban dan penyampaian informasi tentang
kinerja dari bank Syariah. Akuntansi syariah sebaiknya diterapkan pada Bank-bank syariah,
karena selama ini bank syariah masih menggunakan akuntansi secara umum yang sama seperti
dilakukan bank konvensional. Karena adanya sejumlah perbedaan dalam pelaksanaan
operasional antara bank syariah dan bank konvensional, ketentuan-ketentuan perbankan perlu
disesuaikan agar memenuhi ketentuan syariah sehingga bank syariah dapat beroperasi secara
efektif dan efisien.

Pertanyaan : Jelaskanlah ketentuan-ketentuan Syariah tersebut supaya perbankan syariah dapat


beroperasi secara efektif dan efisien.

JAWABAN:
Antonio (2001 : 225) menjelaskan bahwa karena adanya jumlah perbedaan dalam pelaksanaan
operasional antar bank syariah dan bank konvensional ketentuan-ketentuan perbankan perlu
disesuaikan agar memenuhi ketentuan Syariah sehingga Bank Syariah dapat beroperasi secara
asertif dan efisien. ketentuan Ketentuan tersebut antara lain hal-hal yang mengatur berikut ini:

1. instrumen yang diperlukan untuk mengatasi masalah likuiditas


2. instrumen moneter yang sesuai dengan prinsip syariah untuk keperluan pelaksanaan
tugas bank sentral
3. standar akuntansi, audit, dan pelaporan
4. ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai prinsip kehati-hatian, dan sebagainya.

INSTRUMEN UNTUK MASALAH LIKUIDITAS

Bank syariah memiliki ketentuan terkait instrumen yang diperlukan untuk mengatasi masalah
likuiditas, di antaranya:

1. Instrumen Wakalah: Bank syariah dapat menggunakan instrumen wakalah untuk memenuhi
kebutuhan likuiditas. Dalam wakalah, bank syariah dapat menjual aset produktifnya pada
investor yang berminat, lalu investor tersebut menyerahkan dana yang diperlukan oleh bank
syariah. Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai agen yang mengelola aset tersebut,
sedangkan investor bertindak sebagai pemilik aset.
2. Instrumen Murabahah: Bank syariah juga dapat menggunakan instrumen murabahah untuk
memenuhi kebutuhan likuiditas. Dalam murabahah, bank syariah menjual barang atau
komoditas tertentu pada investor dengan harga yang sudah disepakati sebelumnya, lalu
investor membayar dengan tunai atau melalui pembiayaan.
3. Instrumen Mudharabah: Bank syariah dapat menggunakan instrumen mudharabah untuk
memenuhi kebutuhan likuiditas. Dalam mudharabah, bank syariah dan investor menyepakati
untuk melakukan kerjasama dalam bidang usaha tertentu. Bank syariah bertindak sebagai
pengelola usaha, sedangkan investor menyediakan dana yang diperlukan. Keuntungan yang
dihasilkan dari usaha tersebut akan dibagi sesuai dengan kesepakatan antara bank syariah
dan investor.
4. Instrumen Musyarakah: Bank syariah juga dapat menggunakan instrumen musyarakah
untuk memenuhi kebutuhan likuiditas. Dalam musyarakah, bank syariah dan investor
menyepakati untuk melakukan kerjasama dalam bidang usaha tertentu dengan cara
menyediakan dana dan tenaga kerja. Keuntungan yang dihasilkan dari usaha tersebut akan
dibagi sesuai dengan kesepakatan antara bank syariah dan investor.

Dalam menggunakan instrumen-instrumen tersebut, bank syariah harus memastikan bahwa

instrumen tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan tidak melanggar ketentuan yang

berlaku. Bank syariah juga harus memastikan bahwa penggunaan instrumen tersebut tidak

mengganggu stabilitas keuangan dan tidak menimbulkan risiko yang tidak dapat ditoleransi.

INSTRUMEN MONETER SYARIAH UNTUK KEPERLUAN PELAKSANAAN TUGAS BANK


SENTRAL

Instrumen moneter yang sesuai dengan prinsip syariah untuk keperluan pelaksanaan tugas
bank sentral dapat mencakup beberapa instrumen berikut:

1. Al-ijarah: Instrumen ini dapat digunakan untuk membiayai pembelian aset tetapi yang
akan disewakan kembali. Bank Sentral dapat membiayai pembelian aset tetap seperti
gedung, tanah, atau fasilitas produksi lainnya, dan kemudian menyewakan kembali
kepada pihak ketiga. Al-Ijarah juga dapat digunakan untuk pembiayaan pembelian
barang modal atau aset yang diperlukan untuk keperluan operasional bank sentral.
2. Al-musawamah: instrumen ini dapat digunakan untuk membiayai transaksi jual beli
barang atau aset, di mana kedua belah pihak sepakat untuk harga yang sama. Bank
Sentral dapat menggunakan instrumen ini untuk membiayai pembelian atau penjualan
aset, seperti surat berharga atau valuta asing.
3. Al-Mudharabah: instrumen ini dapat digunakan untuk membiayai kegiatan bisnis atau
investasi yang dilakukan bank sentral. Bank Sentral dapat bekerja sama dengan mitra
usaha atau investor dalam kegiatan bisnis tertentu, di mana Bank Sentral menyediakan
dana dan mitra usaha atau investor menyediakan keahlian dan pengalaman.
4. Al-Murabahah: instrumen ini dapat digunakan untuk membiayai transaksi jual beli aset
atau barang, di mana Bank Sentral membeli barang atau aset tertentu dan kemudian
menjual kembali dengan keuntungan. instrumen ini juga dapat digunakan untuk
membiayai kebutuhan operasional bank sentral seperti pembelian barang atau jasa.
5. Al-Qardh: instrumen ini dapat digunakan untuk memberikan pinjaman tanpa bunga atau
profit-sharing. Bank Sentral dapat memberikan pinjaman kepada bank-bank komersial
atau institusi keuangan lainnya, yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas atau pembiayaan proyek tertentu.

instrumen instrumen moneter tersebut harus memenuhi prinsip-prinsip syariah dan tidak
melanggar ketentuan yang berlaku Bank Sentral harus memastikan bahwa instrumen yang
digunakan tidak mengganggu stabilitas keuangan dan tidak menimbulkan risiko yang tidak
dapat ditoleransi.

STANDAR AKUNTANSI, AUDIT, DAN PELAPORAN SYARIAH

Dengan dasar pemikiran masyarakat akuntansi Islam internasional akhirnya membentuk


accounting and Auditing organization For Islamic financial institution (AAOIFI) , Yang
sebelumnya bernama financial accounting organization For Islamic Bank and financial
institution (FAO-IFI ) Yang kemudian menyusun kerangka dasar akuntansi perbankan syariah
hingga standar penyusunan laporan keuangan Syariah. pada satu Januari 2003 mulai berlaku
kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan Bank Syariah dan standar
akuntansi, audit, dan pelaporan Syariah (SAP SAK Syariah) Yang merupakan standar yang
digunakan untuk mengatur dan membimbing praktek akuntansi, audit, dan pelaporan keuangan
di institusi keuangan syariah dirilis oleh dewan standar akuntansi keuangan syariah juga
diterapkan di Indonesia yang merupakan bagian dari upaya untuk menciptakan lingkungan
bisnis yang lebih transparan dan akuntabel dalam industri keuangan syariah.

beberapa standar dalam SAP SAK Syariah Adalah:

1. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAKS) yakni panduan tentang pengakuan,


pengukuran, dan pelaporan keuangan institusi keuangan syariah Juga menetapkan
prinsip-prinsip akuntansi syariah yang meliputi prinsip keadilan, keterbukaan, dan
tanggung jawab sosial.
2. Standar Pelaporan Keuangan Syariah (SPSK) yang memberikan panduan tentang
penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi syariah
yang meliputi format dan isi laporan keuangan, serta pengungkapan informasi yang
diperlukan dalam laporan keuangan.
3. Standar audit Syariah yakni panduan tentang praktek audit dengan prinsip syariah
4. standar akuntansi zakat yakni panduan tentang pengakuan, pengukuran, dan pelaporan
zakat yang diterima dan dikeluarkan oleh institusi keuangan syariah

Penggunaan SAP SAK Syariah menjadi sangat penting untuk memastikan konsistensi dan
keseragaman praktik akuntansi, audit, dan pelaporan keuangan syariah.

Seluruh ketentuan Syariah yang ditetapkan oleh Tiga lembaga di tingkat nasional yakni Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI), Bank Indonesia (BI), dan Dewan Syariah Nasional (DSN), Diharapkan
dapat membantu bank syariah agar dapat beroperasi secara efektif dan efisien.

(SUMBER: MODUL BAB 1 KB.2 Hal.1.31 - MODUL BAB 2 KB 1)

2. SOAL:

Studi Kasus. Shaibul maal yang bermitra dengan mudharib untuk usaha peternakan selama 6
bulan. Shahibul maal memberikan uang untuk modal usaha sebesar Rp. 40 juta. Dan kedua
belah pihak sepakat dangan nisbah bagi hasil 40:60 (40% keuntungan untuk shaibul maal).

Setelah menjalankan usaha selama 6 bulan, modal usaha telah berkembang menjadi Rp.60 juta,
sehingga mudharib memperoleh keuntungan sebesar Rp. 20 juta (Rp.60 juta – Rp. 40 juta).
Maka, sesuai perjanjian yang telah dibuat diawal shaibul maal berhak mendapatkan keuntungan
sebesar Rp. 8 juta (40% x Rp. 20 juta). Dan sisanya sebesar Rp.12 juta menjadi hak mudharib.

Pertanyaan : Sebutkan dan Jelaskanlah akad dari kasus transaksi diatas.

JAWABAN:

Dari kasus di atas akad transaksi adalah Mudharabah Muqayyadah (Investasi terikat) di mana
akad investasi terjadi ketika pihak Shohibul Maal memberikan batasan kepada Mudhorib
dalam menginvestasikan dananya ke sektor yang ditentukan oleh Shohibul Maal. Dalam hal ini,
mudharib hanya sebagai perantara atau agen investasi yang mendapatkan bagian atas jasanya

(SUMBER: MODUL BAB 2 KB.1 Hal.2.9)

3. SOAL:

Kerangka dasar (conceptual framework) seperti konstitusi di suatu negara. Oleh karena itu,
kerangka dasar merupakan sesuatu yang mutlak untuk disusun dan ditetapkan sebagai
panduan bagi Komite Akuntansi Syariah dan Dewan Standar Akuntans Keuangan (DSAK) dalam
merumuskan Standar Akuntansi Keuangan. IAI telah menyusun PSAK nomor 59 tentang
Akuntansi Perbankan Syariah pada tahun 2002. Kerangka dasar tersebut menjadi landasan bagi
praktik akuntansi keuangan untuk operasional Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan
Bank Perkreditan Rakyat Syariah.

Pertanyaan : Berdasarkan informasi diatas Jelaskanlah mengapa kerangka dasar penting untuk
disusun?

JAWABAN:

Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan menjadi kunci utama atau kiblat
konsep dan tujuan yang jelas dalam rangka mencapai satu paham yang sama yang kita sebut
dengan standar dalam akuntansi keuangan syariah, sehingga dapat meningkatkan pemahaman,
dan juga keyakinan atas substansi-substansi laporan keuangan, juga meningkatkan daya
banding diantara laporan-laporan keuangan.

Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan menjadi konsep prinsip dasar
sehingga tiap proses akuntansi, mulai dari identifikasi kejadian serta transaksi syariah,
pembukuannya dalam buku besar, hingga penyajiannya dalam laporan keuangan tidak
menyalahi syariah namun dapat dibuktikan validitas angkanya dan comparable sehingga
berdaya saing bagi perusahaan yang kemudian diharapkan dapat menjadi akselerator
pencapaian visi misi tujuan baik untuk perusahaan maupun pihak-pihak terkait misalnya, dapat
lebih menarik investor ke depannya.

Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk acuan dalam penyusunan standar akuntansi keuangan
syariah, penyusunan laporan keuangan untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah yang
belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah, untuk memudahkan auditor dalam
memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai prinsip akuntansi
syariah yang berlaku umum, dan stakeholders seperti para pemakai laporan keuangan dalam
menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai standar
akuntansi keuangan syariah yang berlaku.

(SUMBER: Modul EKMA4482/Modul 3/KB.1/Halaman 3.6 dan Materi Inisiasi Sesi 3)

4. SOAL:

PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah hanya ditujukan bagi entitas Syariah
yang menjalankan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah dengan berbagai bentuk badan
hukum yang bisa dipergunakan (misalny : perseroan Terbatas (PT), CV Koperasi, Yayasan, dan
lain sebagainya). Namun demikan harus secara jelas mencantumkan dalam anggaran dasarnya
bahwa usahanya didasarkan pada prinsip-prinsip Syariah. Kegiatan operasional
Lembaga-lembaga tersebut harus dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan keuangan
Syariah.

Pertanyaan : Berdsarkan informasi diatas jelaskanlah komponen laporan keuangan yang


menyajikan informasi mengenai entitas syariah?

JAWABAN:
Komponen laporan keuangan entitas syariah yang lengkap terdiri dari neraca, laporan laba
rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dan penggunaan dana
zakat, laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan, dan catatan atas laporan keuangan.

Laporan keuangan entitas syariah terdiri dari beberapa komponen, yaitu:

a. Neraca

Neraca adalah laporan keuangan yang menunjukkan posisi keuangan suatu entitas pada
suatu periode tertentu. Neraca entitas syariah meliputi aset, kewajiban, dan ekuitas
pemilik. Selain itu, neraca juga menunjukkan pemisahan antara dana syariah dan dana
konvensional.

b. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi atau profit and loss statement adalah laporan keuangan yang
menunjukkan penghasilan, beban, laba, dan rugi suatu entitas pada suatu periode
tertentu. Laporan laba rugi entitas syariah meliputi pendapatan dari kegiatan syariah dan
konvensional, beban operasional, dan laba atau rugi bersih.

c. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas adalah laporan keuangan yang menunjukkan arus kas masuk dan
keluar suatu entitas pada suatu periode tertentu. Laporan arus kas entitas syariah
meliputi arus kas dari kegiatan operasional, investasi, dan pendanaan.

d. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas adalah laporan keuangan yang menunjukkan perubahan


ekuitas pemilik suatu entitas pada suatu periode tertentu. Laporan perubahan ekuitas
entitas syariah meliputi modal saham, cadangan umum, dan saldo akhir pemilik.

e. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat

Laporan sumber dan penggunaan dana zakat adalah laporan keuangan yang memuat
informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran dana zakat pada suatu entitas syariah.

f. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan

Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan adalah laporan keuangan yang
memuat informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran dana kebajikan pada suatu
entitas. Laporan ini merupakan salah satu laporan keuangan yang wajib disusun oleh
entitas yang melakukan pengelolaan dana kebajikan, seperti yayasan sosial, lembaga
sosial, atau badan amal lainnya misalnya seperti donasi, hibah, sumbangan, dan
lain-lain.

g. Catatan atas Laporan Keuangan


Catatan atas laporan keuangan adalah bagian dari laporan keuangan yang memberikan
informasi tambahan mengenai asumsi dan estimasi yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan, serta penjelasan atas informasi keuangan yang terdapat dalam
laporan keuangan.

Laporan keuangan entitas syariah juga harus memuat informasi mengenai pengelolaan dana
syariah dan dana konvensional, serta komitmen untuk mematuhi prinsip syariah dalam
pengelolaan kegiatan usahanya. Semua informasi dalam laporan keuangan harus disajikan
secara jelas, akurat, dan transparan agar dapat memberikan informasi yang berguna bagi para
pengguna laporan keuangan, seperti pemegang saham, investor, dan nasabah.

(SUMBER: Modul 4 KB 1 Halaman 4.5, 4.10-4.11)

You might also like