You are on page 1of 12

Kerjasama Daerah dan Otonomi Khusus (DKI,Papua-Papua

Barat,D.I Yogyakarta,NAD)

Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur

Yang Dibina Oleh:


Arif Zainudin, S.H., M.Hum.
Ria Casmi Arrsa, S.H., M.H.

Hukum Pemerintah Daerah

Kelas A

Disusun Oleh:

Griselda Margono 225010109111003 (19)


Aldila Fitrianisa 225010109111004 (21)

KEMENTERIAN PENDIDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 3

2.1 Otonomi Khusus di Indonesia ............................................................................... 3

2.1.1 Daerah Khusus Ibukota Jakarta ....................................................................... 3

2.1.2 Provinsi Papua dan Papua Barat...................................................................... 4

2.1.3 Daerah Istimewa Yogyakarta ........................................................................... 4

2.1.4 Provinsi Aceh (NAD) ......................................................................................... 5

2.2 Kerjasama Daerah .................................................................................................. 5

BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 8

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 8

3.2 Saran .......................................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ........................................................... Error! Bookmark not defined.

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia adalah Negara kesatuan dan Negara kepulauan


yang terbagi menjadi daerah-daerah otonom dengan kondisi geografi dan
potensi yang berbeda. Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia menurut Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mengakui dan
menghormati satuan-satuan pemerintahan yang sifatnya khusus dengan
diatur oleh undang-undang. Perkataan khusus memungkinkan untuk
membentuk pemerintah daerah dengan otonomi khusus. Pengertian
Otonomi Khusus tercantum dalam UU No. 9 Tahun 2015 juncto (jo) UU No.
23 Tahun 2014, lebih jelasnya disebut dengan kawasan khusus. Kawasan
Khusus / Otonomi Khusus adalah bagian wilayah dalam daerah provinsi
dan/ atau kabupaten/kota yang ditetapkan oleh pemerintah pusat untuk
menyelenggarakan fungsi pemerintahan yang bersifat khusus bagi
kepentingan nasional yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Negara Indonesia melaksanakan desentralisasi asimetris.


Desentralisasi asimetris yang dilaksanakan di Indonesia ada tiga jenis
yaitu daerah khusus ibu kota (DKI Jakarta), daerah otonomi khusus
(Aceh,Papua dan Papua Barat), dan daerah istimewa (D.I Yogyakarta).
Penerapan konsep desentralisasi asimetris memberikan perlakuan khusus
kepada daerah dengan derajat status yang berbeda dengan daerah lain
berdasarkan aspek kekhususan dan keistimewaan. Dalam proses lajunya
penyelenggaraan otonomi daerah dan otonomi khusus yang bertujuan
untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan masyarakat dan
pembangunan daerah, diperlukan kerjasama yang baik antar daerah baik
dari otonomi daerah dan otonomi daerah khusus.

1
2

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) PP No.50 Tahun 2007 dan Pasal 1


ayat (3) Permendagri No.22 Tahun 2009 yang dimaksud kerjasama daerah
adalah kesepakatan antara gubernur dengan gubernur atau gubernur
dengan bupati/wali kota atau antara bupati/wali kota dengan
bupati/walikota yang lain, dan atau gubernur, bupati/walikota dengan
pihak ketiga yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan
kewajiban. Adanya keterkaitan (interconnection) dan saling
ketergantungan(interdependence) antara pemerintah daerah yang satu
dengan pemerintah daerah lainya dalam penyelenggaraan urusan
Dan/atau kewenangan tertentu, menuntut adanya dukungan pihak lain.
Dalam konteks ini, alasan utama diperlukan kerjasama antara pemerintah
daerah adalah agar berbagai masalah lintas wilayah administratif dapat
diselesaikan bersama dan sebaliknya agar banyak potensi yang mereka
miliki dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bersama, dan potensi
sengketa/konflik kewenangan dapat dicegah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Otonomi Khusus serta daerah apa saja
yang termasuk Otonomi Khusus di Indonesia?

2. Apa yang dimaksud dengan Kerjasama Daerah?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Otonomi Khusus di Indonesia

Pengertian Otonomi Khusus tercantum dalam UU No. 9 Tahun


2015 juncto (jo) UU No. 23 Tahun 2014, lebih jelasnya disebut dengan
kawasan khusus. Kawasan Khusus/Otonomi Khusus adalah bagian wilayah
dalam daerah provinsi dan/atau kabupaten/kota yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan yang
bersifat khusus bagi kepentingan nasional yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dalam UU No.12 Tahun 2008 tentang
Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa daerah/kawasan yang bersifat
khusus yaitu diantaranya Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Provinsi
Papua dan Papua Barat. Sedangkan daerah istimewa lain, yaitu Daerah
Istimewa Aceh (NAD) dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

2.1.1 Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Daerah Khusus Ibukota Jakarta mendapat pengakuan daerah


khusus yaitu dikarenakan kedudukannya sebagai Ibu Kota Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan sebagai daerah otonom yang memiliki
fungsi dan peran penting dalam mendukung penyelenggaraan
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Terkait pengkhususan
Provinsi DKI Jakarta diatur dalam UU No.29 Tahun 2007 tentang
Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3
4

2.1.2 Provinsi Papua dan Papua Barat

Status pemberian otonomi khusus kepada Papua dilatarbelakangi


dari empat akar permasalahan yang serius, diantaranya: Pertama, proses
integrasi wilayah Papua ke Indonesia pada tahun 1964, lalu pasca tahun
1964 banyak muncul gerakan separatis;kedua, terjadinya pelanggaran hak
asasi manusia (HAM) yang dilakukan oleh negara sehingga mengakibatkan
konflik berkepanjangan diakibatkan trauma dan dendam; ketiga,
kegagalan pemerintah membangun bidang pendidikan, kesehatan, dan
pemberdayaan ekonomi rakyat; dan keempat, marginalisasi dan
diskriminatif arus migrasi. Pemerintah mengeluarkan UU No. 21 Tahun
2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua. Berdasarkan Pasal 4
ayat (1), kewenangan Provinsi Papua mencakup kewenangan dalam
seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan bidang politik luar
negeri, pertahanan dan keamanan, moneter dan fiskal, agama, dan
peradilan serta kewenangan tertentu di bidang lain yang ditetapkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

2.1.3 Daerah Istimewa Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta mendapat pengakuan daerah


istimewa dikarenakan asal-usul dan peranannya dalam sejarah perjuangan
nasional. Pemerintah mengeluarkan UU No. 9 Tahun 1955 tentang
Perubahan UU No. 3 dan No.19 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Selain itu mengenai Daerah Istimewa Yogyakarta
juga diatur di UU No. 13 Tahun 2012, yang diantaranya mengatur tentang
tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang gubernur
dan wakil gubernur, kelembagaan DIY, kebudayaan, pertahanan dan tata
ruang.
5

2.1.4 Provinsi Aceh (NAD)

Berdasarkan Keputusan Perdana Menteri RI No. 1/MISSI/1959,


Daerah Aceh memperoleh pengakuan didasarkan pada perjuangan
kemerdekaan nasional yang telah dilakukan oleh masyarakat Aceh.
Berdasarkan UU No.11 Tahun 2006 juncto (jo) UU No.18 Tahun 2001
tentang Otonomi Khusus Nangroe Aceh Darussalam, keistimewaan yang
diberikan kepada NAD, yaitu pelaksanaan kehidupan beragama
berlandaskan syariat islam.

2.2 Kerjasama Daerah

Kerjasama Daerah adalah suatu kerangka hubungan kerja yang


dilakukan oleh dua daerah atau lebih, dalam posisi yang setingkat dan
seimbang untuk mencapai tujuan bersama yaitu meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Kerjasama antar daerah pada umumnya terjadi
dikarenakan saling ketergantungan antar daerah dalam kegiatan ekonomi
maupun lainnya. Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) PP No.50 Tahun 2007 dan
Pasal 1 ayat (3) Permendagri No.22 Tahun 2009 yang dimaksud
kerjasama daerah adalah kesepakatan antara gubernur dengan gubernur
atau gubernur dengan bupati/wali kota atau antara bupati/wali kota
dengan bupati/walikota yang lain, dan atau gubernur, bupati/walikota
dengan pihak ketiga yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak
dan kewajiban. Bergantinya UU No. 32 Tahun 2004 menjadi UU No. 23
Tahun 2014, maka persoalan kerjasama antar daerah diatur dalam Pasal
363 yang intinya juga sama dengan yang diamanatkan dalam Pasal 195
UU No. 32 Tahun 2004, Pasal 363 UU No. 23 Tahun 2014 menegaskan
bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat
mengadakan kerjasama yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan
efektivitas pelayanan publik serta saling menguntungkan.
6

Dalam pelaksanaannya bentuk-bentuk kerjasama antar daerah


dalam pelayanan publik dapat beragam diantaranya:

1. Join Agreement (Pengusahaan Bersama)

Setiap daerah harus terlibat dalam penyediaan atau pengelolaan


pelayanan publik yang dilakukan secara bersama.

2. Fee For Service Contract (Service Agreement)

Satu daerah “menjual” satu bentuk pelayanan publik atau melayani


masyarakat dari daerah lain. Contohnya fasilitas pendidikan,
kesehatan, air bersih, listrik, dan sebagainya dengan sistem
kompensasi dan jangka waktu yang telah disepakati bersama.

3. Jointly-Formed Authorities (Pembentukan Otoritas Bersama)

Setiap daerah bersepakat membentuk lembaga yang diserahkan ke


pihak professional untuk mengelola.

4. Handshake Agreement

Kerjasama antar daerah namun dilakukan tanpa dokumen


perjanjian formal. Dalam hal ini bentuk kerjasama didasarkan pada
komitmen dan kepercayaan yang tinggi.

Dengan melaksanakannya kerjasama antar daerah, banyak manfaat


yang dapat diambil, berikut diantaranya yaitu :

1. Manajemen konflik antar daerah, kerjasama antar daerah bisa


membentuk forum interaksi dan percakapan antar tokoh utama
daerah. Dengan adanya forum diatas bahwasannya bisa
mengembangkan kesadaran permasalahan antar daerah dan konflik
antar daerah dapat diselesaikan dengan baik.
7

2. Efisiensi dan Standarisasi Pelayanan, kerjasama antar daerah


dapat dimanfaatkan oleh daerah-daerah untuk membentuk
tindakan bersama.

3. Pengembangan Ekonomi, kerjasama antar daerah akan


mendorong terjadinya peningkatan ekonomi di satu wilayah.
Seringkali terjadi, peningkatan ekonomi disuatu wilayah tidak dapat
maksimal karena wilayah yang mencakup beberapa teritori daerah.

4. Pengelolaan Lingkungan, wilayah pelestarian lingkungan tidak


dapat selalu sama dengan teritori-administrasi. Tanpa adanya
kerjasama antar daerah, penyelesaian lingkungan tidak dapat
berjalan sinergis maka sangat berpotensi menimbulkan
permasalahan lingkungan bukan hanya bagi daerah tersebut saja
tetapi juga bagi daerah yang lain, seperti kebakaran hutan, banjir
dan tanah longsor.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Otonomi khusus merupakan pemberian wewenang yang bersifat


khusus oleh pemerintah pusat kepada daerah provinsi atau
kabupaten/kota untuk menyelenggarakan pemerintahan khusus bagi
pemerintah yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Pemberian otonomi khusus ini ditujukan kepada Daerah Khusus Ibukota
Jakarta dan Provinsi Papua dan Papua Barat. Sedangkan daerah istimewa
lain, yaitu Daerah Istimewa Aceh (NAD) dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai daerah otonom yang memiliki
fungsi dan peran penting dalam mendukung penyelenggaraan
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kewenangan khusus
Provinsi Papua dan Papua Barat meliputi seluruh bidang pemerintahan,
kecuali kewenangan bidang politik luar negeri, pertahanan dan keamanan,
moneter dan fiskal, agama, dan peradilan serta kewenangan tertentu di
bidang lain yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Pengakuan khusus Daerah Istimewa Yogyakarta mencakup
tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang gubernur
dan wakil gubernur, kelembagaan DIY, kebudayaan, pertahanan dan tata
ruang. Otonomi khusus yang diberikan kepada NAD yaitu pelaksanaan
kehidupan beragama berlandaskan syariat islam.

Kerjasama daerah adalah kesepakatan antara kepala daerah yang


dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban. Tujuan dari
kerjasama daerah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam
pelaksanaannya bentuk-bentuk kerjasama antar daerah dalam pelayanan
public dapat beragam diantaranya Join Agreement (pengusahaan
bersama), Fee For Service Contract (service agreement), Jointly-Formed
Authorities (pembentukan otoritas bersama), dan Handshake Agreement.

8
9

3.2 Saran

Dengan adanya Kerjasama daerah dan Otonomi khusus ini


diharapkan Pemerintah dan pihak daerah Otonomi Khusus dapat
memanfaatkan kebijakan khusus ini dengan baik. Para masyarakat juga
harus memahami apa sebenarnya maksud dan tujuan dari adanya
Kerjasama Daerah dan Otonomi Khusus. Sehingga dapat membantu
tercapainya tujuan yaitu untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan
masyarakat dan pembangunan daerah.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Aziz,Nyimas Latifah Letty Aziz & R. Siti Zuhro. (2018). Dinamika


Pengawasan Dana Otonomi Khusus Dan Istimewa. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Firmansyah, H., Wardhana, A., Mohsi., Mawardi., Hartati, A., Dewi, I.,
Holle, E. S., & Ningsih, Y. (2021). Pendidikan Ilmu Hukum, Politik,
dan Pemerintah Daerah. Bandung: Media Sains Indonesia.

Jalil, H., Husen, L. O., Abidin A.,& Rezah F. S. (2017). Hukum Pemerintah
Daerah dalam Perspektif Otonomi Khusus. Makassar: CV Social
Politic Genius.

Pamudji,S. (1983). Kerjasama Antar Daerah dalam rangka Pembangunan


Wilayah. Jakarta : Bina Aksara.

Jurnal

Latupeirissa, J. J. P., Wijaya, I. P. D.,& Suryawan, I. M. Y. (2021).


Problematika Pelaksanaan Kebijakan Otonomi Khusus kepada
Daerah Papua dan Papua Barat dengan Perspektif Kebijakan Publik.
Sawala – Jurnal Administrasi Negara, Vol 9, hlm. 168-178.

Sanur, L. D. (2020). Implementasi Kebijakan Otonomi Khusus di Aceh.


Politica, Vol. 11, hlm. 65-83.

Surkati. (2012). Otonomi Daerah sebagai Instrumen Pertumbuhan


Kesejahteraan dan Peningkatan Kerjasama Antardaerah. Mimbar,
Vol. 28, hlm. 39-46.

10

You might also like