You are on page 1of 23

i

LAPORAN TUGAS

PRAKTIK PROFESIONAL KEBIDANAN


“BUDAYA KEBIDANAN”

Disusun Oleh

Kelompok 6:
1. Krinsawati anggraeni P01740322018
2. Leli Aryeni P01740322019
3. Levimah P01740322020

Dosen Pengajar :
Eva Susanti, SST, M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
PRODI D4 KEBIDANAN CURUP
TAHUN 2023

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaika makalah
dari mata kuliah Praktik Profesional Kebidanan yang berjudul “Budaya
Kebidanan” pada waktu yang tepat, tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada kami dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, oleh karena itu kami membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun demi terciptanya kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan.

Curup, Februari 2023

Kelompok 6

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebudayaan ...............................................................................3
B. Pengertian Praktik Kebidanan .....................................................................3
C. Budaya dalam praktik kebidanan................................................................4
D. Cara bidanan mengatasi persepsi tradisi kebudayaan tidak benar yang
berkembang di masyarakat ........................................................................14
E. Contoh budaya masyarkat yang merugikan kesehatan pada ibu nifas dan
bayi ............................................................................................................16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................... 17
B. Saran......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak suku, ras, agama,


dan antargolongan. Dengan begitu Indonesia pun kaya akan budaya.
Kebudayaan material adalah hasil kebudayaan

Material dan non-material. Budaya material adalah hasil kebudayaan


fisik yang diciptakan oleh manusia, misalnya senjata, rumah adat, alat
transportasi, dsb. Budaya non -material adalah kebudayaan yang berupa ide
atau gagasan yang berbentuk abstrak dan tidak berwujud fisik, misalnya nilai
dan kepercayaan.

Salah satunya dalam budaya praktik kebidanan. Budaya atau kebiasaan


dalam praktik kebidanan merupakan salah satu yang mempengaruhi status
Kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adat istiadat dalam masyarakat ada
yang menguntungkan, ada pula yang merugikan. Salah satu hal yang
mempengaruhi Kesehatan di Indonesia, antara lain masih adanya pengaruh
social budaya yang turun menurun masih dianut sampai saat ini. Selain itu
ditemukan pula sejumlah pengetahuan dan perilaku yang tidak sesuaai
dengan prinsip-prinsip Kesehatan menurut ilmu kedokteran ataupun ilmu
yang kurang menguntungkan bagi ibu dan anaknya.

Pada salah satu provinsi di Indonesia yaitu di bali pasti setelah


melahirkan ada upacara adat yang dilaksanakan. Upacara yang dilakukan
tersebut pasti berbeda dengan upacara yang diadakan di Jawa Barat. Masalah
kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak serta hambatan dalam upaya
penurunan Angka kematian Bayi sesunggunya tidak terlepas dari faktor-
faktor budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka tinggal
pula.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1 Apa budaya kebidanan ?
2 Pengertian Praktik Kebidanan ?
3 Budaya dalam praktik kebidanan ?
4 Cara bidanan mengatasi persepsi tradisi kebudayaan tidak benar yang
berkembang di masyarakat ?
5 Contoh budaya masyarkat yang merugikan kesehatan pada ibu nifas dan
bayi ?

C. TUJUAN

Mahasiswa bisa memahami dan mengerti apa dan budaya kebidanan


yang di jelaskan dalam makalah. Serta mahasiswa bisa menerapkan ilmu
yang diperoleh dari makalah ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebudayaan
Budaya berasal dari dua kata yaitu budi dan daya. Budi bermakna rasa,
karsa, dan cipta, sedangkan daya mempunyai arti hasil. Jadi dapat disimpulkan
bahwa kebudayaan adalah hasil dari rasa, karsa, dan cipta.
Kebudayaan atau yang disebut peradapan adalah pemahaman yang
meliputi : Pengetahuan, kepercayaan , seni, moral, hukum, adat istiadat yang
diperoleh dari anggota masyarakat ( Taylor 1997 ). Tradisi atau disebut juga
dengan kebiasaan merupakan sesuatu yang sudah dilaksanakan sejak lama dan
terus menjadi bagian dari kehiduap suatu kelompok masyarakat, seringkali
dilakukan oleh suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama.
Pengertian lain dari tradisi adalah segala sesuatu yang diwariskan atau
disalurkan dari masa lalu ke masa saat ini atau sekarang. Tradisi dalam arti yang
sempit yaitu suatu warisan-warisan sosial khusus yang memenuhi syarat saja
yakni yang tetap bertahan hidup di masa kini, yang masih tetap kuat ikatannya
dengan kehidupan masa kini.
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia.
Di era globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrim
menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu
masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian
ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari
faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka
berada (Nababan, 2021).

3
B. Pengertian Praktik Kebidanan
Praktik kebidanan adalah inplementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan
yang bersifat otonom, kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari
etika dan kode etika dan kode etik bidan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 28 tahun
2017 tentang izin dan praktik bidan , BAB I Pasal 1, Praktek Kebidanan
adalah kegiatan pemberiyan pelayanan yang dilakukan oleh Bidan dalam
bentuk Asuhan Kebidanan.

C. Budaya Dalam Praktek Kebidanan


faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-
konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara
makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali
membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan
anak. Menjadi seorang bidan tidak mudah,harus siap fisik maupun mental,
karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi di
kawasan pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah pola
kehidupan masyarakat yang mempunyai dampak negatif tehadap kesehatan
masyarakat. Tidak mudah mengubah pola pikir ataupun sosial budaya
masyarakat (Nababan, 2021).
Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah
kemiskinan, pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan
mengenali masalah dan mencari solusi bersama masyarakat menjadi
kemampuan dasar yang harus dimiliki bidan.Untuk itu seorang bidan agar
dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat perlu mempelajari sosial-
budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk,
struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan
norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan halhal lain yang berkaitan
dengan wilayah tersebut (Nababan, 2021).

4
Beberapa prilaku dan aspek budaya yang mempengaruhi pelayanan
kebidanan diantarannya adalah sebagai berikut.
1. Health believe
Adalah tradisi-tradisi yang diberlakukan secara turun-menurun
dalam. Contohnya : dalam pemberian makanan pada bayi, di Desa Nusa
Tenggara Barat ada pemberian nasi papah atau dijawa dengan tradisi nasi
pisang.
2. Life style
Adalah gaya hidup yang berpengaruhi terhadap Kesehatan.
Contohnya gayah hidup kawin cerai dilombok atau gayah hidup perokok.
3. Health seeking behavior
Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai apabila
seseorang sakit tidak perlu dipelayanan kesehatan akan tetapi cukup
dengan membeli obat di warung atau mendatangi dukun.
a. Kebudayaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia pada masa
kehamilan (Antenatal Care)
Berbagai kelompok masyarakat di berbagai tempat yang menitik
beratkan perhatian mereka terhadap aspek kultural dari kehamilan dan
menganggap peristiwa itu sebagai tahapan-tahapan kehidupan yang harus
dijalani didunia. Masa kehamilan dan kelahiran dianggap masa krisis yang
berbahaya,baik bagi janin atau bayi maupun bagi ibunya karna itu sejak
kehamilan sampai kelahiran para kerabat dan handai-tolan mengadakan
serangkaian upacara baggi wanita hamil dengan tujuan mencari
keselamatan bagi diri wanita itu serta bayinya,saat berada di dalam
kandungan hingga saat lahir.
Orang jawa adalah salah satu contoh dari masyarakat yang sering
menitik beratkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari pertistiwa
kehamilan,sehingga di dalam adat-istiadat mereka terdapat berbagai
upacara adat yang cukup rinci untuk menyambut kelahiran bayi.Biasanya
upacara dimulai sejak usia ketujuh bulan kandungan ibu sampai pada saat
kelahirannya,walaupun ada pula sebagian kecil warga masyarakat yang

5
telah melakukannya sejak janin di kandungan ibu berusia tiga bulan.
Upacara – upacara adat jawa yang bertujuan mengupayakan keselamatan
bagi janin dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya itu
adalah upacara mitoni,procotan dan brokohan.
Sebagian masyarakat jawa juga percaya bahwa bayi yang lahir pada
usia tujuh bulan mempunyai peluang untuk hidup,bahkan lebih kuat
daripada bayi yang lahir pada usia kehamilan delapan bulan,walupun
kelahiran itu masih prematur. Kepercayaan ini tampak terdapat pula pada
sejumlah suku bangsa di indonesia dan Malaysia. Karena itu orang jawa
menganggap usia tujuh bulan kandunggan sebagai saat yang penting,
sehingga perlu dilakukan upacara yang disebut mitoni untuk
menyambutnya dan menangkal bahaya yang mungkin timbul pada masa itu.
Upacara mitoni yang umumnya hanya dilakukan pada kehamilan pertama
dari seorang wanita, sebenarnya dapat pula berfungsi untuk memberikan
ketenangan jiwa bagi calon ibu yang belum pernah mengalami peristiwa
melahirkan.
1) Upacara mitoni
Upacara mitoni dilakukan dengan cara memandikan sang calon
ibu dengan air bunga,yang biasanya dilakukan oleh orangtua pasangan
suami-istri yang sedang menantikan bayinya,ditambah sejumlah kerabat
sepupuh terdekat atau sepupuh yang dihormati Selanjutnya diadakan
upacara memecah buah kelapa bergambar wayang dengan tokoh dewa
kamajaya dan dewi ratih oleh sang calon ayah, yang sebelumnya
dimasukan ke dalam sarung yang dikenakan oleh si calon ibu ketika
dimandikan,mulai dari ujung sarung pada batas menyentuh
tanah.Namun sebelum menyentuh tanah,sang calon ayah harus bisa
menagkap buah kelapa itu pada ujung sarung dekat kaki istrinya.
Upacara ini dimkasudkan agar kelak proses kelahiran bayi dapat
berjalan lancar dan bayi yang akan lahir tampan atau cantik seprti dewa
dan dewi tersebut. Rangkain upacara mitoni pada dasarnya
melambangkan harapan baik bagi sang bayi, yakni harapan agar ia

6
sempurna dan utuh fisiknya, tampan atau cantik wajahnya,dan selamat
serta lancar kelahirannya

2) Upacara procotan
Dilakukan dengan membuat sajian jenang procot yakni bubur
putih yang dicampur dengan irisan ubi. Upacara procotan khusus
bertujuan agar sang bayi mudah lahir dan rahim ibunya.
3) Brokohan
upacara sesudah lahirnya bayi dengan selamat dengan membuat
sajian nasi urap dan telur rebus yang diedarkan pada sanak kluarga
untuk memberitahukan kelahiran sang bayi. Pusat perhatian orang jawa
mengenai pelaksanaan upacara pada masa kehamilan dan kelahiran
terletak pada unsur tecapainya keselamatan,yang dilandasi atas
keyakinan mengenai krisis kehidupan yang mengandung bahaya dan
harus ditangkal,serta harapan akan kebaikan bagi janin dan
ibunya.Maka upacara kelahiran seringkali tidak dilaksanakan dalam
bentuk kenduri besar dengan mengundang banyak handai-taulani.
4) Jawa Tengah
Bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit
persalinan dan pantangmakan daging karena akan menyebabkan
perdarahan banyak.
5) Jawa Barat
Ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus
mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah
dilahirkan.
6) Masyarakat Betawi
Berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang, dan
kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.
7) Daerah Subang

7
Ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang
besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit
persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi
yang dilahirkan juga rendah.Tentunya hal ini sangat mempengaruhi
daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk memakan
buah-buahan seperti pisang, nanas, ketimun dan lain-lain bagi wanita
hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama
masyarakat di daerah pedesaan.
Pantangan - Pantangan didalam Tradisi Kebudayaan Masyarakat:
Keanekaragaman budaya yang ada di masyarakat memunculkan
berbagai adat istiadat yang terkait dengan kehamilan. Pantang selama
masa kehamilan dalam masyarakat baik yang berpengaruh pada
kesehatan atau yang tidak mempengaruhi kesehatan ibu dan bayinya
masih cukup banyak. Mulai dari pantangan untuk istri, sua-mi, dan
pantangan yang harus dituruti keduanya. Pantangan yang harus dituruti
oleh istri merupakan pantangan dengan jumlah terbanyak.
1) Tidak boleh duduk di pintu supaya tidak mengalami kesulitan saat
melahirkan
Fakta : Pada kehamilan lewat waktu (post date) otot rahim tidak
sensitive terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau ke-
lainan pada rahim. Jadi tidak ada hubungannya dengan perbuatan duduk
di pintu. Larangan duduk di depan pintu sesungguhnya mem-punyai
makna tuntunan akhlak dan sopan santun yang tinggi. Se-bab duduk di
depan pintu dapat mengganggu orang lain yang keluar masuk rumah, di
sisi lain tentu saja kurang elok dipandang jika seorang perempuan
duduk-duduk di depan pintu.
2) Tidak boleh duduk di atas tanah dan sapu supaya tidak lengket ari-ari
saat melahirkan
3) Tidak boleh mandi saat maghrib atau senja hari supaya kulit bayi tidak
kemerah-merahan

8
Fakta : Menurut ilmu medis, mandi di waktu maghrib dapat
merusak saraf. Sebaiknya menghindari mandi di waktu magrib. Namun,
mandi di waktu maghrib atau senja tidak ada kaitan dengan kulit bayi
yang kemerah- merahan
4) Tidak boleh melakukan pekerjaan layu on ( daun pisang diasap-asap-
kan pada api supaya menjadi layu dan wangi ) agar kulit bayi tidak
mengalami bercak-bercak lebam
5) Tidak boleh melihat kera karena dikhawatirkan kelak bayi yang
dikandungnya akan mirip kera
6) Tidak boleh keluar pada saat maghrib, malam hari, hujan rintik- rintik
karena dikhawatirkan ada makhluk halus yang mengikuti dan
mengganggu kandungannya
7) Tidak boleh melangkahi parit dan kali supaya tidak menyebabkan
keguguran.
8) Pantang duduk di atas tangga rumah (bak ulee rinyeun) karena akan
mengalami kesulitan saat melahirkan
9) Pantang melihat gambar binatang yang menyeramkan, seperti : kera,
gambar kecelakaan dan gambar yang tidak islami.
10) Larangan makan yang dianggap “tajam” seperti nanas karena
dikhawatirkan akan keguguran
Fakta : Yang berbahaya bagi ibu hamil sebetulnya buah nanas
muda dan sangat asam, serta dikonsumsi dalam jumlah banyak. Buah
nanas yang matang, justru banyak mengandung zat-zat gizi untuk
perkembangan janin, seperti vitamin A, vitamin C, kalsium (Ca), fosfor
(P), magnesium (Mg), zat besi (Fe), na-trium (Na), kalium (K), gula
dektrosa, sukrosa dan serat. Sebelum dimakan, rendamlah di dalam air
garam untuk menghilangkan getahnya.
11) Tidak boleh minum es agar bayinya tidak besar sehingga tidak
mengalami kesulitan ketika melahirkan
12) Larangan makan nasi kerak karena dikhawatirkan ari-ari tidak keluar
(lengket) pada saat melahirkan

9
13) Tidak boleh makan makanan dingin karena dikhawatirkan badan ibu
menggigil kedinginan saat melahirkan
14) Pantang menyiangi ikan hidup seperti lele dan gabus agar anak-nya
kelak tidak terkejut-kejut
15) Jangan tidur di pagi hari karena akan mengalami kesulitan saat
melahirkan.
b. Kebudayaan yang darurat oleh masyarakat Indonesia pada proses
persalinan
Pada beberapa masyarakat tradisionala di Indonesia kitab isa
melihat konsepsi budaya yang terwujut dalam perilaku berkaitan
dengan kebudayaan ibu bersalin yang berbeda, dengan konsepsi
Kesehatan modern. Berapa hal yang dilakukan masyarakat pada ibu
bersalin :
1) Meminum rendaman rumput Fatimah akan merangsang mules.
Memang, rumput Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil,
tapia pa kandungannya belum diteliti secara medis. Rumput
Fatimah atau biasa disebut labisia pumila ini, berdasarkan kejadian
obat-obatan tradisional di Sabah, Malaysia pada tahun 1988,
dikatakan mengandung homone oksitosin yang dapat membantu
menimbulkan kontraksi.
Tetapi apa kandungan dan seberapa takarannya belum diteliti
secara medis. Jadi, harus dikonsultasikan ke dokter dahulu sebelum
meminumnya. Karena, rumput hanya boleh diminum bila
pembukaannya sudah mencapai 3-5 cm, letak bayi sudah masuk
panggul, mulut Rahim sudah lembek atau tipis dan posisi ubun-
ubun kecilnya normal. Jika letak ari-arinya di bawah atau bayinya
sungsang, tak boleh minum rumput ini karena sangat bahaya.
2) Keluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang
persalinan, akan membantu melicinkan saluran kelahiran hingga
bayi lebih mudah keluar.

10
Ini tak benar, Keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua
justru tak normal, apalagi disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika
terjadi, segera konsultasikan ke dokter. Ingat, bayi akan keluar lewat
saluran lahir. Jika vagina terinfeksi, bisa mengakibatkan radang
selaput mata pada bayi. Harus diketahui pula, yang membuat
persalinan lancar bukan keputihan, melainkan air ketuban. Itulah
mengapa, bila air ketuban pecah duluan, persalinan jadi seret.
3) Minum minyak kelapa memudahkan persalinan
Minyak kelapa, memang konotasinya bikin lancar dan licin.
Namun dalam dunia kedokteran, minyak tak ada gunanya sama
sekali dalam melancarkan persalinan. Mungkin secara psikologis,
ibu hamil menyakini, dengan minum dua sendok minyak kelapa
dapat memperlancar persalinannya. Jika itu demi ketenangan
psikologisnya, maka diperbolehkan, karena minyak kelapa bukan
racun.
4) Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan
Madu tak boleh sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-
nya cukup, sebaiknya jangan minum madu karena bisa
mengakibatkan overweight. Madu termasuk karbonhidrat yang
paling tinggi kalorinya. Jadi, madu boleh diminum hanya jika BB-
nya kurang. Begitu BB naik dari batas yang ditentukan, sebaiknya
segera hentikan. Demikian juga dengan telur, pada dasarnya selama
telur itu matang maka tidak akan berbahaya bagi kehamilan. Hal ini
disebabkan karena telur banyak mengandung protein yang dapat
menambah kalori tubuh.
5) Makan duren, tape, dan nanas bisa membahayakan persalinan
Ini benar karena bisa mengakibatkan perdarahan atau
keguguran. Duren mengandung alcohol yang menimbulkan rasa
panas ketubuh. Begitu juga tape serta aneka masakan yang
menggunakan arak, sebaiknya dihindari. Buah nanas juga karena
mengakibatkan keguguran.

11
6) Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit
persalinan
Yang membuat lengket ari-ari bukan daun kemangi,
melainkan ibu yang pernah mengalami dua kali kuret atau punya
banyak anak, misal empat anak. Ari-ari lengket bisa berakibat fatal
karena kandungan harus diangkat. Ibu yang pernah mengalami kuret
sebaiknya melakukan persalinan di RS besar. Hingga, bila terjadi
sesuatu dapat ditangani segera.
c. Kebudayaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia pada masa
nifas
Macam - macam mitos yang ada pada masyarakat mengenai ibu
nifas diantaranya :
1) Kaki harus lurus
Menurut Koesmariyah, baik saat berjalan maupun berbaring,
kaki harus lurus. Dalam arti kaki kiri dan kaki kanan tidak boleh
saling tumpeng tindih ataupun ditekuk. Secera medis, posisi kaki
yang lurus memang lebih menguntungkan karena membuat aliran
darah menjadi lancar. Sedangkan mobilisasi secara umum, pada
dasarnya boleh dan malah harus dilakukan. Makin cepat dilakukan
kian menguntungkan pula. Dengan catatan, kondisi ibu dalam
keadaan baik, semisal tak mengalami perdarahan atau kelainan
apapun saat melahirkan.
Selain patokan bahwa dalam 8 jam pertama setelah
melahirkan ia sudah bisa BAK dan BAB serta selera makannya
bagus. Begitu juga tensi, denyut nadi, dan suhu tubuhnya dalam
batas normal. Soalnya, jika tak bisa BAK dan BAB berarti ada
sesuatu yang enggak beres yang akan berpengaruh pada kontraksi
dan proses involusi (pengecilan kembali) rahim.
2) Tidak boleh tidur siang
Menurut Chairul sjah, tidur berkepanjangan memang
mengandung proses recovery yang lebih lambat. “makin lama

12
berbaring makin besar pula peluang terjadi tromboemboli atau
pengendapan elemen-elemengaram. “ lalu bila si ibu bangun/berdiri
mendadak, endapan elemen tersebut dikhawatirkan lepas dari
pelekatannya di dinding pembuluh darah. Padahal akibatnya bisa
fatal. Endapan-endapan tadi bisa masuk kedalam pembuluh darah
lalu ikut aliran darah ke jantung, otak dan organ-organ penting yang
lain yang akan memunculkan stroke
3) Tidak boleh bepergian
Larangan ini bertujuan supaya ibu tidak terlalu telitih
beraktivitas. Bila ibu terlalu letih maka ASI-nya akan berkurang.
Hal ini akan mempengaruhi tumbuh kembang bayi karena biasanya
seumur ini sedang kuat-kuatnya menyusu.
d. Tradisi Kebudayaan Pelayanan BBL
1) Masyarakat masih banyak tidak menerima proses memandikan bayi
baru lahir setelah enam jam proses pasca persalinan.
Masyarakat beranggapan bayi ketika baru lahir harus segera
dimandikan karena amis dan kotor. Padahal Eviden based nya bayi
dimandikan setelah 6 jam pasca persalinan karena ditakutkan
terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir agar kebiasaan masyarakat
ini tidak berlangsung terus menerus maka bidan dan wadah
profesinya harus terus memberikan penyuluhan atau pendidikan
kesehatan kepada masyarakat.
2) Dibedong agar kaki tidak bengkok.
Ternyata di bedong bisa membuat peredaran darah bayi
menjadi terganggu, kerja jantung akan lebih berat memompa darah,
akibatnya bayi akan sering sakit di daerah paru-paru dan jalan
nafasnya. Selain itu dibedong akan menghambat perkembangan
motorik si bayi karena tidak ada kesempatan untuk bergerak.
Sebaiknya dibedong saat sesudah mandi untuk melindungi dari
dingin atau saat cuaca dingin itu pun dibedong longgar.

13
Jadi dibedong itu tidak ada hubungannya dengan pembentukan
kaki karena semua kaki bayi yang baru lahir kakinya bengkok,
sebab di dalam perut tidak ada ruang yang cukup untuk meluruskan
kakinya sehingga waktu lahirpun masih bengkok, tapi akan lurus
dengan sendirinya.

3) Hidung ditarik-tarik agar mancung.


Sebenarnya tidak hubungannya menarik hidung dengan
mancung tidaknya hidung, semua tergantung dari bentuk tulang
hidungnya dan itu sudah bawaan, lagi pula kasihan bayinya
4) Pemakaian gurita agar tidak kembung.
Pemakaian gurita akan menghambat perkembangan organ-
organ perut. Sekarang bayangkan kalau perut anda di ikat seperti itu
tentu akan merasa sesak dan tidak nyaman bukan. Jika memang
harus memakaikan gurita jangan mengikat terlalu kencang terutama
di bagian dada agar jantung dan paruparunya bisa berkembang
dengan baik. Dan jika tujuannya supaya pusar tidak bodong
sebaiknya di pakaikan hanya di pusar dan ikatannya pun tidak
kencang.

D. Cara Bidan Mengatasi Presepsi Tradisi Kebudayaan Tidak benar


yang Berkembang di Masyarakat
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat
dengan masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam
meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan
anak di wilayah kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat
khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi
baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki
kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung
jawabnya.

14
Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya
perlu diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang
berkaitan dengan aspek sosial-budaya, telah diuraikan dalam peraturan
Menteri Kesehatan No. 363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu : Mengenai
wilayah, struktur kemasyarakatan dan komposisi penduduk, serta sistem
pemerintahan desa dengan cara :
1. Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada
pembagian wilayah pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta
mencari keterangan tentang penduduk dari masing-masing RT.
2. Mengenali struktur kemasyarakatan seperti LKMD, PKK, LSM, karang
taruna, tokoh masyarakat, kelompok pengajian, kelompok arisan, dan
lainlain.
3. Mempelajari data penduduk yang meliputi : ·
a. Jenis kelamin
b. Umur
c. Mata pencaharian
d. Pendidikan
e. Agama
4. Mempelajari peta desa
5. Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan
golongan.
6. Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif,
bidan harus mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat.
Salah satu kunci keberhasilan hubungan yang efektif adalah komunikasi.
Kegiatan bidan yang pertama kali harus dilakukan bila datang ke suatu
wilayah adalah mempelajari bahasa yang digunakan oleh masyarakat
setempat.
Kemudian seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat
tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan,
adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama,
bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.

15
Dengan kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat
berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat
dengan melakukan penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kesenian atau
kebudayaan tradisional tersebut. Misalnya : Dengan Kesenian wayang kulit
melalui pertunjukan ini diselipkan pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan di
awal pertunjukan dan pada akhir pertunjukan

E. Contoh Budaya Masyarakat Yang Merugikan Kesehatan Pada Ibu Nifas


Dan Bayi
“Membasuh kemauan dengan menggunakan rebusan daun sirih ,
dapat menghilangkan bau tidak sedap dan juga menghilangkan rasa gatal
pada kemaluan serta dapat mengurangi keputihan”
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
selama masa nifas. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak
terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea
biasanya berlangsung kurang dari selama 2 minggu setelah bersalin. Namun
penelitian terbaru mengindikasikan bahwa lochea menetap hingga 4 minggu
dan dapat berhenti atau berlanjut hingga 56 hari setelah bersalin. Lochea juga
mengalami perubahan karena proses involusi.(Saleha, Sitti. 2013).
Keluarnya cairan dari kemaluan ibu nifas yang di sebut lokhea normal
jika berbau amis dan tidak perlu untuk menggunakan ramuan atau obat untuk
membasuh kemaluan.bau yang di keluarkan bersamaan dengan cairan dari alat
reproduksi ibu nifas akan berangsur-angsung hilang dengan berakhirnya masa
nifas.
“Di larang mandi pagi terlalu siang, karena menurut ibu dapat
menyebabkan cepat rabun, dan mandi harus pagi-pagi sekali di bawah air yang
mengalir dan di siram dengan posisi muka menengdah atau dangak”
Ibu nifas dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh,
mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air,
menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB/BAK, paling
tidak dalam waktu 3-4 jam, menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan

16
sabun dan air sebelum menyentuh kelamin, anjurkan ibu tidak sering
menyentuh luka episiotomi dan laserasi, pada ibu post sectio caesaria (SC),
luka tetap di jaga agar tetap bersih dan kering, tiap hari di ganti balutan.
Seorang ibu setelah melahirkan atau ibu nifas memang sangat dianjurkan
untuk selalu menjaga kebersihan dirinya mandi minimal 2 kali dan mengganti
pembalut jika merasa sudah penuh dan sangat basah, membasuh alat
kemaluan sebersih mungkin untuk menghindari terjadinya lembab pada
kemaluan dan meminimalisasi terjadinya infeksi apalagi jika ada luka jahitan
episiotomi.
” Merawat bayi pada tali pusatnya hanya di bungkus dengan kasa
kering dan steril dan juga memberikan ASI setiap 2 jam sekali.” Namun ada
yang mempunyai tambahan pendapat: “bayinya masih menggunakan gurita,
karena berpendapat bayi masih lemas sehingga takut jika mau
menggendongnya”
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan mengakibatkan
tekanan arteriol dalam paru menurun yang diikuti dengan menurunnya
tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung kiri
lebih besar dibandinkan dengan tekanan jantung kanan, dan hal tersebutlah
yang membuat foramen ovale secara fungsional menutup. Hal ini terjadi pada
jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karenan tekanan dalam paru turun
dan tekanan dalam aorta desenden naik dan juga karena rangsangan biokimia
(PaO2 yang naik) serta duktus arteriosus berobliterasi.( Pantiawati dan
Saryono. 2010).
Sesuai dengan teori tersebut jika bayi di pakaikan gurita maka akan
menyebabkan bayi sesak nafas, selain itu juga ASI yang sudah di konsumsi
bayi bisa kembali lagi atau muntah karena adanya tekanan pada dadanya.
Sehingga bayi akan lebih baik tidak di gunakan gurita untuk mendukung
tumbuh kembagnya supaya makimal.

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Faktor - faktor sosial-budaya mempunyai peranan penting dalam
memahami sikap dan prilaku menanggapi kehamilan dan kelahira.
Sebagian pandangan budaya mengenai hal-hal tersebut telah diwariskan
turun-temurun dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.Oleh
karna itu, meskipun petugas kesehatan mungkin menemukan suatu bentuk
prilaku atau sikap yang terbukti kurang menguntungkan bagi kesehatan,
seringkali tidak mudah bagi mereka untuk mengadakan perubahan
terhadapnya, akibat telah tertanamnya keyakinan yang melandasi sikap
dan prilaku itu secara mendalam pada kebudayaan warga komuniti
tersebut.
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat
dengan masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam
meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan
anak di wilayah kerjanya. Seorang bidan harus mampu menggerakkan
peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil,
ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut.
Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan
dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya. Agar bidan dapat
menjalankan praktik atau pelayanan kebidanan dengan baik, hendaknya
bidan melakukan beberapa pendekatan misalnya pendekatan melalui
kesenian tradisional.

18
B. Saran
Berdasarkan makalah ini kami menilai bahwa budaya dalam praktik
kebidanan masih ada di indonesia dan sebagai calon bidan diharuskan
untuk mengetahui dan memahami bagaimana budaya yang ada di daerah
tersebut, bagi para pembaca hendaknya dapat memahami isi dari makalah
ini dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Anisya Tri.. 2020. Tradisi Kebudayaan Dalam Masyarakat Yang


Berhubungan Dengan Kebidanan. Disertasi Tidak Diterbitkan.
Yogyakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan.

Maryam, Siti. 2021. “Budaya Masyarakat Yang Merugikan Kesehatan Pada Ibu
Nifas Dan Bayi”. Jurnal Kebidanan. Vol. 10 (1) : hal. 1-6.

Nababan, Lolli. 2021. Modul Ajar Kebidanan Profesionalisme. Bengkulu :


sekolah tinggi ilmu kesehatan .

http://siwisan.wordpress.com/2010/09/28/kesehatan-ibu-dan-anak persepsi
budaya-dan-dampak-kesehatannya/ (Online) Diakses tanggal 27 Februari
2023.

http://shidiqwidiyanto.wordpress.com/2009/04/03/aspek-budaya-tentang
kesehatan-dan-penyakit/ (Online) Diakses tanggal 27 Februari 2023.

https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/cara-pendekatan-sosial-budaya-dalam
praktik-kebidanan/ (Online) Diakses tangggal 27 Februari 2023.

20

You might also like