You are on page 1of 2

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pemimpin negara saat itu, hati beliau tidak pernah

merasa nyaman ketika beliau masih melihat eksisnya kesyirikan di muka bumi. Beliau terus berusaha
untuk melenyapkan kesyirikan, sebagaimana kisah berhala Dzul Khalashah. Pada saat umat Islam telah
jaya, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar sebuah berita bahwa masih ada berhala bernama
Dzul Khalashah yang disembah di negeri Yaman.

Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu menceritakan,

ْ َ ً َ َ َ َ ْ ُ ‫«أ َال ُتر‬َ َّ َ ‫َق‬


‫ َوكان َب ْيتا ى ِف خث َع َم‬.»‫يح ى ِب ىم ْن ىذى الخل َص ىة‬ ِ – ‫ب – صىل هللا عليه وسلم‬ ُّ ِ ‫الن‬ ‫ِل‬‫ى‬ ‫ال‬
ْ َ َ َ ْ َ ُ ََ َ َ َْ ْ َ َ َ َِ ْ َ ِ ُ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ‫ُ َ َّ ْ َ ى‬
،‫ وكانوا أصحاب خي ٍل‬،‫س ىمن أحمس‬ ‫ فانطلقت ىف خم ىسي ومائة فار‬،‫يسَّم الكعبة اليم ىانية‬
َّ َ َ َ ْ َ ِ َ َ َ َ ٍ ُ ِ ْ َ َ ‫َى ََّ ى‬ ْ ُ ُ َْ َ ُ ْ ُ َ
َ َِ ‫ َف‬،‫ت َع َىل ْال َخ ْيل‬
َّ‫«لل ُهم‬ ‫ وقال‬،‫ض َب ى ِف َصد ِرى حب رأيت أثر أص ىاب ىع ىه ىف صد ِرى‬
َ ‫وكنت ال أثب‬
َّ ُ َ َ َ َ َ َّ ُ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ‫َ ِّ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ َ ً َ ْ ًّ ى‬
‫اَّلل – صىل هللا‬ ‫ول ى‬
َّ َ ‫ ثم بعث ىإ َِل ْرس َ ى‬،‫ فانطل َّق ىإليها َفكَسْها وحرقها‬.»‫ واجعله َه ىاديا مه ىديا‬،‫ثبته‬
َ ُ َ ُْ َ
‫ َما ىجئتك َح ََّب ت َركت َها كأنها َج َم ٌل‬، ‫ول َج ِر ٍير َوال ىذى َب َعثك ىبال َح ّق‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ ‫عليه وسلم – ف َق‬
َّ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َْ ْ َ ِ َ َ ََ َ َ .ُ َ َْ
‫ات‬ٍ ‫أجرب قال فبارك ىف خي ىل أحمس و ِرج ىالها خمس مر‬.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku,’Tidakkah Engkau mau melegakan hatiku dari
berhala Dzul Khalasah?’ Dzul Khalashah adalah sebuah rumah (ibadah) di daerah Khasy’am, dan dijuluki
dengan ‘Ka’bah Yaman’. Maka aku berangkat ke sana bersama 150 pasukan berkuda dari kaum Ahmas.
Mereka adalah orang-orang yang pandai menunggang kuda. Sedangkan aku kurang terampil dalam
menunggang kuda. Maka Rasulullah menepuk dadaku sehingga aku melihat bekas telapak tangan beliau
di dadaku. Rasulullah berkata,’Ya Allah, tetapkan dia (di atas kudanya) dan jadikan dia seorang yang
dapat memberi petunjuk dan diberi petunjuk.’ Aku pun berangkat ke sana, menghancurkan, dan
membakarnya. Kemudian aku mengutus seorang utusan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Utusan tersebut berkata kepada Rasulullah,’Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, tidaklah
aku datang kemari hingga aku meninggalkannya seperti seekor unta yang terserang penyakit kulit
(maksudnya, Dzul Khalashah telah dibakar).’ Jarir berkata (maka Nabi mendoakan), semoga Allah
memberkahi kuda-kuda Ahmas dan pasukannya, sebanyak lima kali.” [HR. Bukhari no. 4355, 4356, 4357
dan Muslim no. 6520, 6521]

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata ketika menyimpulkan kandungan hadits ini, “Dalam hadits
tersebut terkandung pelajaran berupa disyariatkannya menghilangkan segala sesuatu yang dapat
menjadi sebab rusaknya agama masyarakat, baik berupa bangunan atau yang lainnya, baik berupa
manusia, hewan, atau pun benda mati.” [Fathul Baari, 12/164]

Abul Hayyaj Al-Asadi menceritakan, bahwa suatu hari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata
kepadanya,

ُ َ َ َّ ً َ َ َ َ َ ْ َ َّ ُ ُ َ ْ َ َ ِ َ َ َ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َّ َ
‫ أن ال تدع ىت ْمثاال ىإال ط َم ْسته‬-‫صىل هللا عليه وسلم‬- ‫اَّلل‬
‫ول ى‬ ‫أال أبعثك عىل ما بعث ىب علي ىه رس‬
ُ َ َّ ً ْْ ُ ً ْ َ َ َ
‫َسفا ىإال َس َّو ْيته‬
ِ ‫وال ق ِبا م‬
“Maukah Engkau aku utus dengan misi yang pernah kujalani karena perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam? Yaitu, janganlah Engkau menemukan patung-patung (makhluk bernyawa), melainkan Engkau
hancurkan. Dan janganlah Engkau menemukan makam yang ditinggikan (melebihi satu jengkal, pent.),
kecuali Engkau ratakan.” [HR. Muslim no. 2287]

Demikian pula, An-Nawawi rahimahullah menyebutkan perkataan Imam Syafi’i rahimahullah,

َّ ً ْْ ُ ً ْ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ ْ َ ْ ُ ِّ َ ُ َ َِ ْ ُ َ ْ َ َ ُ ُ ْ َ َّ َ َّ َ ْ ْ َ َ َ
) ‫َسفا ىإَل َس َّو ْيته‬
ِ ‫ ( وَل ق ِبا م‬:‫ ويؤيد الهدم قوله‬،‫ورأيت اْل ىئمة ىبمكة يأمرون ىبهد ىم ما يبب‬
“Aku melihat pemerintah di Kota Mekah yang memerintahkan untuk menghancurkan (bangunan) di atas
kubur. Penghancuran itu diperkuat oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,’Dan janganlah
Engkau menemukan makam yang ditinggikan (melebihi satu jengkal, pen.), kecuali Engkau ratakan.’”
[Syarh Shahih Muslim, 3/389]

IBRAHIM TAKUT TERHADAP SYIRIK

beliau masih berdo’a kepada Allah,

َ َ ْ َ َّ َ َّ ِ َ َ ِ ْ ُ ْ َ ً َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ِّ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ
‫ب أن ن ْع ُبد اْل ْصن َام‬
‫{ و ىإذ قال ىإبر ىاهيم رب اجعل هذا البلد ء ىامنا واجنب ى يب وب ى ي‬35}

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman,
dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (Ibrahim:35)

Allah Ta’ala menjelaskan alasan yang mendasari ketakutan Ibrahim terhadap syirik dalam firman-Nya,

َّ َ ِّ ً َ َ ْ َ ْ َ َّ ُ َّ ِّ َ
‫اس‬
ِ ‫الن‬ ‫{ …رب ىإنهن أضللن ك ىثبا من‬36}

“Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia
…”(QS. Ibrahim:36).

Jika seseorang mengetahui bahwa banyak di antara manusia terjerumus ke dalam syirik akbar dan
mereka tersesat menjadi penyembah berhala, tentunya wajib bagi dia untuk takut terjerumus dalam
kesyirikan yang telah menyesatkan banyak orang. Oleh karena itu Ibrahim at Taimi mengatakan,
“Siapakah yang merasa aman dari tertimpa musibah kesyirikan setelah Ibrahim ‘alaihis
salaam?!”(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim).

You might also like